id
SKRIPSI
Oleh :
Inneke Dita Anugraheni
H 0808112
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Oleh :
Inneke Dita Anugraheni
H 0808112
Dr. Ir. Kusnandar, M.Si. Hanifah Ihsaniyati, SP. M.Si. R. Kunto Adi, SP. MP
NIP.19670703 199203 1 004 NIP.19800302 200501 2 001 NIP. 19731017 200312 1 002
Surakarta,Juli 2012
Mengetahui,
Universitas Sebelas Maret
Fakultas Pertanian
Dekan
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas kasih
karunia, penyertaan, berkat dan anugerahNya karena segala sesuatu yang
direncanakan-Nya adalah sungguh baik, sehingga Penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi dengan judul “Strategi Pengembangan Produk Unggulan Beras
Organik Melalui Konsep OVOP (One Village One Product) Berbasis Koperasi di
Kabupaten Karanganyar” ini. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat dalam
memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, tidak lupa Penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staff administrasi Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta atas ilmu yang telah diberikan dan
bantuannya selama masa perkuliahan dan penyusunan skripsi Penulis di Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
10. Orang tua terkasih dan tercinta, BapakBudi Utomo dan Ibu Ristati beserta Adik,
Daniel yang senantiasa memberikan dukungan doa, motivasi, kasih sayang,
kesabaran dan perhatian dalam setiap langkah Penulis.
12. Saudara-saudara yang penulis kasihi PERKANTAS Karanganyar: Mas Yo, Mbak
Inten, Mas Davied, Anggita, Irine, Ajeng, Eli yang terus mendukung dalam doa,
menasihati dan memberikan semangat yang luar biasa.
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Penulis
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii
RINGKASAN .................................................................................................. xiii
SUMMARY....................................................................................................... xiv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 6
D. Kegunaan Penelitian .............................................................................. 6
II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ................................................................................... 8
1. Beras Organik .................................................................................. 8
2. Produk Unggulan............................................................................. 10
3. OVOP ( One Village One Product)................................................. 11
a. Konsep OVOP ( One Village One Product) .............................. 11
b. Koperasi...................................................................................... 13
c. Konsep OVOP ( One Village One Product) Berbasis Koperasi 14
4. Arti Penting Strategi ........................................................................ 16
5. Perumusan Strategi .......................................................................... 18
a. Faktor Lingkungan Internal ........................................................ 18
b. Faktor Lingkungan Eksternal ..................................................... 19
c. Matrik IFE dan EFE ................................................................... 19
d. Matrik Internal-External (IE) ..................................................... 20
e. Matrik SWOT ............................................................................. 20
f. Matrik QSPM ............................................................................. 22
6. Penelitian Terdahulu ....................................................................... 23
B. Kerangka Berpikir Pendekatan Masalah ............................................... 26
C. Pembatasan Masalah.............................................................................. 29
D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel .................................... 29
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian ........................................................................ 33
B. Metode Penentuan Responden............................................................... 33
C. Tahapan Penelitian ................................................................................ 36
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Panduan Pengembagan OVOP berbasis Koperasi
di Provinsi Jawa Tengah ....................................................................... 15
Gambar 2. Kerangka Berpikir .......................................................................... 29
Gambar 3. Tahapan Penelitian ......................................................................... 37
Gambar 4. Internal- Eksternal Matrik. .................................................................... 42
Gambar 5. Diagram Persentase Komposisi Penduduk 5 Tahun Ke AtasMenurut
Tingkat Pendidikan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 .................. 53
Gambar 6. Diagram Luas Panen dan Produksi Tanaman Padi Sawah
di Kabupaten Karanganyar pada Tahun 2006-2010 ............................. 58
Gambar 7. MatrikInternal- Eksternal (IE) pada Pengembangan
Produk Unggulan Beras Organik Melalui Konsep OVOP Berbasis
Koperasi di Kabupaten Karanganyar ............................................. 103
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
RINGKASAN
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
SUMMARY
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
inorganic fertilizers, the cultivation area of organic rice does not become the unity of
cultivation area yet, the step of organic rice field conversion to organic field needs
long time and the appearance of organic rice in market from another regency.
The alternative strategies may be applied: the optimization of production
capacity and quality of certified organic rice, buildinga brand image of organic rice
products by carrying out some exhibitions, opening stand at tourist sites, and
mapping the area with the most potential in the production of organic rice. Prioritie
of strategy are optimize capacity and quality of certified organic rice (TAS 5,643632)
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id 1
digilib.uns.ac.id
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beras organik merupakan produk pangan yang saat ini menjadi
salah satu pangan unggulan sehinggamempunyai potensi yang besar untuk
dikembangkan. Produk tersebut mulai dilirik oleh masyarakat karena
keunggulannya pada sisi kesehatan. Menurut Andoko (2010) keunggulan
utama beras organik dibanding beras biasa (ditanam dengan aplikasi pupuk
buatan dan pestisida kimia sintesis) adalah relatif aman untuk dikonsumsi.
Selain itu, rasa dari beras organik lebih empuk dan pulen. Keunggulan
lainnya adalah warna dan daya simpan beras organik lebih baik dibanding
beras biasa sesudah ditanak, beras organik akan menjadi nasi yang warnanya
lebih putih dibanding beras biasa. Nasi dari beras organik pun dapat bertahan
selama 24 jam, sementara nasi dari beras biasa mulai basi setelah 12
jam.Sedangkan Biocert menyatakan tentang potensi produk beras organik
(2006) bahwa peluang pasar produk pangan organik, terutama padi organik
masih terbuka lebar baik di dalam maupun luar negeri. Kontribusi pasar
organik untuk wilayah Asia termasuk Indonesia masih potensial untuk
dikembangkan. Pada Tahun 2005, pasar beras organik di Indonesia baru
mencapai Rp. 28 milyar dengan pertumbuhan sekitar 22% per tahunnya.
Volume produksi beras organik nasional meningkat dari 1.180 ton di Tahun
2001 menjadi hampir 11.000 ton di Tahun 2004. Beras organik tersebut
sebagian besar dipasarkan di supermarket tertentu di kota-kota besar di
Indonesia.
Salah satu wilayah yang mengembangkan produk unggulan beras
organik adalah Kabupaten Karanganyar. Kabupaten Karanganyar mempunyai
potensi untuk pengembangan pertanian padi organik di Jawa Tengah yaitu
didukung ketersediaan air dari pegunungan Lawu dan areal persawahan yang
luas. Di sisi lain, potensi pasar yang besar bagi produk unggulan dilihat dari
kunjungan wisatawan cukup yang tinggi serta potensi kelembagaan
(kelompok tani dan koperasicommit to user
kelompok tani (KKT). Pengembangan produk
1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id
unggulan ini dilaksanakan melalui konsep OVOP (One Village One Product)
berbasis koperasi.
One Village One Product (OVOP) merupakan suatu konsep
pengembangan kompetensi inti industri daerah untuk menemukan produk
yang menjadi kebanggaan dan keunikan suatu daerah dengan meningkatkan
isi dan mutunya sehingga dapat diterima serta diakui nilainya baik secara
nasional maupun internasional (Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Tengah,
2011). OVOP merupakan strategi pengembangan potensi daerah di suatu
wilayah untuk menghasilkan satu produk unggulan yang unik khas daerah
dengan memanfatkan sumber daya lokal.OVOP (One Village One
Product)berbasis koperasi di Kabupaten Karanganyar ini membantu
pelaksanaan pengembangan produk beras organik mulai dari tahap on farm
sampai dengan off farm khususnya dengan pembinaan langsung dari
Disperindagkop dan UMKM Kabupaten Karanganyar.Melihat potensi produk
beras organik Kabupaten Karanganyar terhadap peningkatan pendapatan
petani yang dapat dijadikan sebagai penopang perekonomian daerah,
sehingga perlu mengoptimalkan sektor pertanian khususnya produk beras
organik yang didukung dengan OVOP berbasis koperasi yang harus terus
dikembangkan. Akan tetapi, dalam tahap pengembangan tidak selalu berjalan
mulus dan banyak menghadapi tantangan yang harus selalu dihadapi karena
terdapat faktor-faktor kendala yang menjadi permasalahan dalam
pengembangan produk beras organik.
Rasahan (2000) dalam Sutrisno (2009) mengemukakan bahwa
permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan pertanian subsektor
tanaman pangan terutama yang berkaitan dengan upaya peningkatan produksi
beras meliputi: (1) lahan-lahan pertanian umumnya semakin berkurang tanpa
diimbangi dengan pengembangan lahan yang seimbang terutama disekitar
kota-kota besar baik di Jawa maupun diluar Jawa, (2) penguasaan lahan
sempit rata-rata kurang dari 0,5 ha sehingga tidak ekonomis dalam usahatani,
(3) saat panen raya harga komoditas jatuh antara lain sebagai akibat
instrumen harga dasar tidakcommit to user
berjalan dengan baik, (4) kebijakan makro
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id
B. Perumusan Masalah
Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu daerah yang berpotensi
untuk pengembangan sektor pertanian. Kabupaten Karanganyar dapat
menopang ketahanan pangan daerah dengan potensi yang dimiliki. Luas
wilayah Kabupaten Karanganyar menurut Badan Pusat Statistik (2011) adalah
77.378,64 Ha. Kabupaten Karanganyar sebagian tanahnya merupakan tanah
pertanian yang memiliki potensi cukup baik bagi pengembangan tanaman
pangan dan agroindustri.
Konsep OVOP(One Village One Product)berbasis koperasi telah
diperkenalkan di Kabupaten Karanganyar pada Tahun 2010, sedangkan
Tahun 2011 merupakan tahap sosialisasi dan pengembangan awal serta Tahun
2012 merupakan tahap sosialisasi lanjutan dan pergerakan lebih lanjut. OVOP
berbasis koperasi hanya dapat disalurkan melalui koperasi. Koperasi menjadi
satu jalan yang menghubungkan pemerintah dengan petani. Koperasi induk
(KSU AGRIKA) merupakan koperasi yang menjadi sarana tempat pemasaran
produk dari semua koperasi produsen serta menjadi penyalur bantuan OVOP,
sedangkan koperasi produsen merupakan koperasi penghasil produk beras
organik. Peran Disperindagkop dan UMKM Kabupaten Karanganyar dalam
upaya pengembangan produk unggulan beras organik melalui OVOP adalah
pembinaan, pelatihan, packaging produk, pemasaran produk melalui KSU
AGRIKA, pemberian bantuan alat-alat pendukung usahatani seperti motor
tossa, mesin pengelupas kulit, mesin selep (pemutih) dan sebagainya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2011), komoditas tanaman
pangan yang paling besar luasan panen dan produksinya pada Tahun 2010
adalah padi sawah dengan total luas panen sebesar 48.783 ha.Produksi padi
sawah meningkat dari Tahun 2009 hingga Tahun 2010 sebesar 31.464 ton.
Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas tanaman padi sawah di Kabupaten
commit to user
Karanganyar mengalami peningkatan yang dapat menunjang ketahanan
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id
pangan beras. Oleh karena itu, komoditas tanaman pangan padi sawah
mempunyai potensi dalam produk unggulan daerah yaitu produk beras
organik sehingga diperlukan suatu strategi pengembangan. Akan tetapi,
sebagian besar lahan padi organik OVOP berbasis koperasi di Kabupaten
Karanganyar masih dalam periode transisi/konversi yaitu merupakan waktu di
antara penerapan prinsip pertanian organik dan sertifikasi lahan organik.
Kabupaten Karanganyar terdiri dari 17 kecamatan, akan tetapi
pengembangan OVOP beras organik ini hanya merangkul 6 (enam)
kecamatan sajayaitu pada 6 (enam) koperasi produsen. Disisi lain, luas areal
padi sawah di Kabupaten Karanganyar tercatat sebesar 48.783 hektar.
Sedangkan luas areal padi sawah yang dikembangkan melalui OVOP berbasis
koperasi, masih sangat kecil yaitu 316 hektar yaitu 0,65% (Data Sementara
Disperindagkop dan UMKM, 2011). Luas areal padi sawah organik yang
kecil tersebut (0,65%) dapat menjadi suatu pendorong pengembangan produk
pada lahan sawah yang lainnya di Kabupaten Karanganyar. Produk unggulan
beras organik di Kabupaten Karanganyar dapat dikatakan masih belum baik
dalam tingkat produksi(kuantitas) salah satunya karena lahan yang terbatas
tersebut. Oleh karena hal tersebut maka pengembangan produk unggulan
beras organik di Kabupaten Karanganyar memerlukan suatu strategi
pengembangan bagi pemerintah daerah khususnya Disperindagkop dan
UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah).Disamping itu, belum ada kajian
strategi pengembangan produk unggulan beras organik baik dari tataran
Disperindagkop dan UMKM Kabupaten Karanganyar dan penelitian
terdahulu.
Berdasarkan permasalahan di atas, dapat dirumuskan pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Apa saja faktor internal dan eksternal dalam
pengembangan produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP
(One Village One Product) berbasis koperasi di Kabupaten Karanganyar ?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id
A. Tinjauan Pustaka
1. Beras Organik
Beras organik adalah beras yang dihasilkan melalui proses
budidaya organik tanpa menggunakan pupuk dan pestisida kimia sintesis.
proses budidaya padi organik dilakukan dengan menggunakan pupuk
organik, seperti kompos, pupuk hijau, maupun pupuk biohayati.
Pemberantasan hama menggunakan pestisida alami yang dihasilkan dari
daun-daun, buah-buah yang difermentasikan secara alami
(Muladiyanto, 2011).
Beras organik merupakan beras sehat kandungan gizi dan vitamin
yang tinggi karena tidak menghilangkan seluruh lapisan kulit arinya dan
aman karena bebas dari kandungan Bahan Berbahaya Beracun (B3) yang
dihasilkan dari padi yang ditanam tanpa menggunakan pupuk dan pestisida
kimia sintesis dan telah disertifikasi oleh suatu badan mandiri.
Penanamannya dilakukan menggunakan pupuk alami, hamanya
dikendalikan dengan menggunakan pestisida alami yang dibuat sendiri
oleh petani langsung baik padat maupun cair yang tidak membahayakan
lingkungan. Beberapa tanaman yang dapat digunakan dan diolah menjadi
pestisida alami yaitu tembakau, nimbi, mengkudu, mahoni, dan sebagainya
(Pracaya dalam Dudiagunoviani, 2009).
Menurut (Bawolye & Syam, 2008) padi organik adalah padi yang
diusahakan oleh sebuah badan independen, untuk ditanam dan diolah
menurut standar “organik” yang ditetapkan. Definisi padi organik adalah :
1) Tidak ada pestisida dan pupuk dari bahan kimia sintetis atau buatan
yang telah digunakan.
2) Kesuburan tanah dipelihara melalui proses “alami” seperti
penanaman tumbuhan penutup dan/atau penggunaan pupuk kandang
yang dikomposkan dan limbah tumbuhan.
commit to user
8
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id
biasa. Sertifikasi produk perlu diadakan karena pada dasarnya setiap bahan
makanan yang dipasarkan ke masyarakat secara eceran dan berlabel harus
memenuhi unsur legalitas. Sertifikasi produk pun menunjukkan mutu
produk tersebut sangat terjamin sehingga konsumen merasa aman dan
yakin terhadap produk yang dibeli. Konsumen akan merasa aman
mengonsumsi beras organik sesuai keterangan yang tertera dalam label
kemasan. Oleh karenanya, beras organik berlabel menjadi sah dan aman
dari segi hukum maupun kesehatan (Andoko,2010)
Hal di atas didukung dengan pendapat Hossain, et.all (2007)
menyatakan telah tiba waktunya menuju pertanian padi organik dari
pertimbangan pembangunan pedesaan dan faktor sosial-ekonomi dan
lingkungan. Pertanian organik berkembang pesat dan sekarang
dipraktekkan di lebih dari 120 negara di dunia. Ada dua aliran pertanian
organik di Asia, satu sebagai bagian dari pertanian berkelanjutan dan
lainnya yang berorientasi ekspor produk organik. Sekarang penting untuk
memverifikasi kesempatan untuk mengekspor beras organik yang
dihasilkan dari biaya rendah (tenaga kerja dan input pertanian).
2. Produk Unggulan
Produk unggulan dihasilkan melalui suatu proses yang
memperhatikan biaya produksi, kuantitas produksi, waktu, proses, jaminan
mutu (quality assurance), waktu pemasaran dan transportasi serta faktor-
faktor lainnya sehingga produk unggulan tersebut mampu berkompetisi di
pasar baik pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Produk unggulan
(competitive product) merupakan hasil proses dari suatu kegiatan berupa
barang, atau jasa yang dihasilkan oleh proses produksi yang mempunyai
daya saing tinggi. Produk unggulan dapat diukur dari indikator strategik,
yaitu:
a. Indikator ekspor, yang dapat diukur dari besar bobot dan
perkembangan nilai volume ekspor yang berkelanjutan,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id
ide-ide datang dari luar tetapi dijabarkan ke dalam peristiwa lokal atau
kegiatan yang menggunakan sepenuhnya atau sebagian sumber daya
lokal, baik material dan manusia. Kantor-kantor publik, terutama
pemerintah lokal, nasional berfungsi sebagai fasilitator kegiatan OVOP
membantu inovasi teknis, produksi, dan pemasaran
(Kurokawa et.all, 2010).
b. Koperasi
Koperasi merupakan suatu lembaga usaha yang mengakomodir
kepentingan dan kebutuhan anggota. Karakteristik anggota koperasi
yang khas yaitu sebagai pemilik sekaligus pelanggan/pengguna
koperasi. Karenanya koperasi merupakan lembaga usaha yang berakar
pada kepentingan dan kebutuhan anggota. Koperasi berbasis
komoditas unggulan sebagai lembaga usaha harus mengahadapi
persaingan dengan lembaga usaha lainnya. Oleh karena itu koperasi
harus dapat menciptkan efek koperasi (cooperative effect) yang lebih
baik dari usaha yang dilakukan secara perorangan. Selain itu koperasi
harus pula mampu menciptakan efek pasar (market effect) yang lebih
baik jika dibandingkan dengan perusahaan non koperasi
(Ambya, 2006).
Kelembagaan koperasi bermanfaat untuk memperkuat
posisi/keberadaan kelompok sehingga mendapatkan kepastian hukum.
Di bidang usaha, kelembagaan koperasi ini berfungsi untuk memediasi
akses pembiayaan, untuk memediasi akses produksi, untuk memediasi
akses pemasaran, untuk memenuhi persyaratan pengucuran Konsep
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah (Hamzah, 2011).
Tugas penyediaan KUD (Koperasi Unit Desa). Terdapat lima
fasilitas yang harus tersedia agar anggota dapat berproduksi dengan
baik dan dapat mempercepat pembangunan pertanian kelima fasilitas
tersebut adalah pemasaran hasil produksi, perubahan-perubahan
teknologi, tersedianya saprodi dan peralatannya, insentif produksi pada
commit(Swasono,
petani dan alat-alat transport to user 1983).
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id
5. Perumusan Strategi
Perumusan strategi mencakup kegiatan pengembangan visi dan
misi, identifikasi peluang dan ancaman eksternal suatu organisasi,
kesadaran akan kekuatan dan kelemahan internal, penetapan tujuan jangka
panjang, pencarian strategi-strategi alternatif dan pemilihan strategi
tertentu untuk mencapai tujuan (David, 2009).
Perumusan strategi didasarkan pada analisis yang menyeluruh
terhadap pengaruh faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal
perusahaan. Lingkungan eksternal perusahaan setiap saat berubah dengan
cepat sehingga melahirkan berbagai peluang dan ancaman yang datang
dari pesaing utama maupun dari iklim bisnis yang senantiasa berubah.
Konsekuensi perubahan faktor eksternal tersebut juga mengakibatkan
perubahan faktor internal perusahaan seperti perubahan terhadap kekuatan
maupun kelemahan yang dimiliki perusahaan tersebut (Rangkuti, 2006).
d. Faktor Lingkungan Internal
Kekuatan dan kelemahan internal merupakan aktivitas
terkontrol suatu organisasi yang mampu dijalankan dengan sangat
baik atau buruk. Mereka mucul dalam manajemen, pemasaran,
keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan,
dan aktivitas sistem informasi manajemen suatu bisnis.
Mengidentifikasi serta mengevaluasi kekuatan dan kelemahan
organisasional dalam wilayah-wilayah fungsional suatu bisnis
merupakan sebuah aktifitas manajemen strategis yang esensial.
Organisiasi berjuang untuk menjalankan strategi yang mampu
mengandalkan kekuatan internal sekaligus meniadakan kelemahan
internal (David, 2009).
Kekuatan dan kelemahan perusahaan atau sering disebut
kompetensi perusahaan bisa dilihat dari fungsi-fungsi bisnis yang ada
di dalam perusahaan: fungsi operasi dan produksi. Fungsi keuangan,
fungsi pemasaran, penelitian dan pengembangan, sumber daya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id
i. QSPM
Umar (2001) menyatakan QSPM (Quantitative Strategic
Planning Matrix) adalah alat yang dirokemendasikan para ahli strategi
untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif secara obyektif,
berdasarkan key success factor internal-eksternal yang telah
diidentifikasikan sebelumnya. Secara konseptual tujuan QSPM adalah
untuk menetapkan kemenarikan relatif (relative attractiveness) dari
strategi-strategi yang bervariasi yang telah dipilih, untuk menentukan
strategi mana yang dianggap paling baik untuk diimplementasikan.
Hal ini didukung oleh Nurhayati (2008) yang menyatakan bahwa
QSPM merupakan hasil keputusan strategis setelah menilai skor
kemenarikan (Attractiveness Score/AS) setiap faktor strategis baik
faktor internal maupun ektsernal.
QSPM adalah alat yang memungkinkan para penyusun strategi
mengevaluasi berbagai strategi alternatif secara obyektif, berdasarkan
faktor-faktor keberhasilan penting eksternal dan internal yang
diidentifikasi sebelumnya. QSPM menentukan daya tarik relatif dari
berbagai strategi yang didasarkan sampai seberapa jauh faktor-faktor
keberhasilan kristis eksternal dan internal kunci
dimanfaatkan/ditingkatkan daya tarik relatif dari masing-masing
strategi dihitung dengan menentukan dampak kumulatif dari masing-
masing faktor keberhasilan kritis internal dan eksternal. Sifat positif
dari QSPM adalah rangkaian strategi ini dapat diperiksa secara
berurutan atau bersamaan dan alat ini mengharuskan perencanaan
strategi untuk memadukan faktor-faktor eksternal dan internal yang
terkait ke dalam proses keputusan. Mengembangkan QSPM membuat
kemungkinannnya kecil faktor-faktor kunci terabaikan atau diberi
bobot tidak sesuai. Suatu QSPM menarik perhatian akan pentingnya
hubungan-hubungan yang mempengaruhi keputusan-keputusan
strategis. Walaupun mengembangkan QSPM memerlukan sejumlah
keputusan subyektif, commit to user
membuat beberapa keputusan kecil sepanjang
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id
commit to user
33
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id
dihadapi dengan baik. Sedangkan total skor 1,0 berarti organisasi tidak
dapat memanfaatkan peluang dan menghadiri ancaman yang ada.
Dalam matriks IFE, total skor pembobotan berkisar antara 1-4
dengan rata- rata 2,5. Jika total skor pembobotan di bawah 2,5 maka
kondisi internal organisasi lemah. Sedangkan jika total skor di atas 2,5
maka posisi internal organisasi kuat.
2. Alternatif Strategi
Analisis faktor internal bertujuan untuk mengindentifikasi
faktor-faktor internal kunci yang menjadi kekuatan dan kelemahan di
dalam pengembangan produk unggulan beras organik melalui konsep
OVOP(One Villlage One Product) berbasis koperasi di Kabupaten
Karanganyar.
a. Matriks Internal- External (IE)
Penyusunan matrik IE ini bertujuan untuk memposisikan
berbagai divisi suatu organisasi (David, 2009). Dalam matriks Internal
Eksternal seperti yang terlihat pada Tabel 4, sumber horisontal pada
matriks IE menunjukkan skor total IFE. Sedangkan sumbu vertikal
pada matriks IE menunjukkan total skor EFE. Pada sumbu horizontal
skor mulai dari 1,00 sampai 1,99 menunjukkan posisi internal lemah,
skor dari 2,00 sampai 2,99 menunjukkan posisi internal yang
kuat.Pada sumbu vertikal skor antara 1,00 sampai 1,99 menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam merespon peluang dan ancaman
tergolong rendah. Skor antara 2,00 sampai 2,99 tergolong sedang dan
skor 3,00 sampai 4,00 tergolong tinggi.
Total Skor IFE
Kuat Rata- rata Lemah
4,0 3,0 2,0 1,0
Tinggi
3,0 I II III
Total Skor Rata- rata
EFE 2,0 IV V VI
Rendah
VII VIII IX
1,0
commit to user
Gambar 4. Internal- Eksternal Matrix
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id
Sel- sel pada matriks IE dibagi menjadi tiga daerah utama dengan
implikasi yang berbeda- beda yaitu:
1) Daerah pertama yaitu sel I, II, atau IV, merupakan tahap
tumbuh dan membangun (Growth and Build). Strategi yang
cocok untuk daerah ini adalah strategi intensif seperti, penetrasi
pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk atau
strategi integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan
integrasi horisontal).
2) Daerah ke dua yaitu sel III, V, atau VII, akan sangat baik jika
menggunakan strategi menjaga dan mempertahankan (Hold and
Maintain). Strategi yang cocok untuk daerah ini adalah penetrasi
pasar, dan pengembangan produk.
3) Daerah ketiga yaitu sel VI, VIII dan IX, lebih baik menggunakan
strategi panen dan divestasi (Harvest and Divest)(David, 2009).
Organisasi yang sukses dapat mencapai posisi portofolio di dalam
atau sekitar sel I dalam matriks IE.
b. Matriks SWOT
Penyusunan strategi pengembangan produk unggulan beras
organik dilakukan melalui analisis kekuatan dan kelemahan, peluang
dan ancaman (Strenght-Weakness-Opportunities-Threats) pada usaha.
Setelah menganalisis dengan matriks IFE dan EFE maka dilakukan
berbagai kombinasi dengan menggunakan matriks SWOT. Matrik
SWOT digunakan untuk menyusun alternatif strategi dalam
pengembangan produk unggulan beras organik dengan konsep OVOP
berbasis koperasi di Kabupaten Karanganyar.
Tabel 3. Matrik SWOT
IFE Strenght (S) Weakness (W)
Menentukan 5-10 Menentukan 5-10
EFE faktor-faktor kekuatan internal Faktor-faktror kelemahan
internal
Opportunities (O): Strategi SO: Menciptakan Strategi WO:Menciptakan
Menentukan 5-10 Strategi yang menggunakan strategi yang meminimalkan
Faktor-faktor peluang kekuatan untuk memanfaatkan kelemahan untuk
eksternal peluang memanfaatkan peluang
Threats (T): Strategi ST: Menciptakan Strategi WT: Menciptakan
Menetukan 5-10 strategi yang menggunakan strategi yang meminimalkan
Faktor-faktor kekeuatan untuk mengatasi kelemahan dan menghindari
commit to user
ancaman eksternal ancaman ancaman
Sumber : Rangkuti, 2006.
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id
strategi yang memiliki nilai total terbesar pada Matrik QSP merupakan
strategi yang paling baik.
Tabel 4. QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)
Alternatif Strategi
Faktor-Faktor Bobot Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3
Utama AS TAS AS TAS AS TAS
Faktor-faktor
Eksternal Utama
Faktor-faktor
Internal Utama
Total Bobot
Sumber: David, 2009.
Matrik QSP menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi
yang didasarkan sampai seberapa jauh faktor-faktor keberhasilan kritis
eksternal dan internal kunci dimanfaatkan atau ditingkatkan. Daya tarik
relatif dari masing-masing strategi dihitung dengan menentukan dampak
kumulatif dari masing-masing faktor keberhasilan kritis internal dan
eksternal (David, 2009). Langkah yang diperlukan dalam
mengembangkanQSPM sebagai berikut:
a) Membuat daftar peluang-ancaman dari faktor eksternal dan
kekuatan-kelemahan faktor internal utama. Informasi ini diambil
langsung dari matrik EFE dan matrik IFE, IE dan SWOT.
b) Memberi bobot pada setiap faktor eksternal dan internal utama
tersebut. Nilai dimulai dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (amat
penting). Bobot menunjukkan kepentingan relatif dari faktor tersebut.
Jumlah bobot yang diberikan harus sama dengan 1,0.bobot yang
ditampilkan dalam kolom kecil tepat di kanan faktor-faktor
keberhasilan penting eksternal dan internal.
c) Memeriksa matrik pada tahap 2 dan mengidentifikasi strategi-
strategi alternatif yang harus dipertimbangkan untuk diterapkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48
A. Keadaan Alam
1. Letak Geografis Daerah Penelitian
Secara geografis apabila dilihat dari garis bujur dan garis lintang,
Kabupaten Karanganyar terletak di antara 70 28’ sampai dengan 70 46’ Lintang
Selatan, dan 1100 40’ sampai 1100 70’ Bujur Timur dan 70 28’ sampai dengan
70 46’ Lintang Selatan. Kabupaten Karanganyar merupakah daerah yang
beriklim tropis dengan temperatur 220-310C. Adapun batas-batas wilayah
Kabupaten Karanganyar yaitu:
Sebelah Utara : Kabupaten Sragen
Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Wonogiri
Sebelah Barat : Kabupaten Boyolali dan Kota Surakarta
Sebelah Timur : Propinsi Jawa Timur
Wilayah di Kabupaten Karanganyar mempunyai posisi yang strategis
karena berbatasan dengan kabupaten-kabupaten lain. Kegiatan ekonomi
khususnya pemasaran dan perdagangan dapat menyebar keluar kabupaten
dengan mudah. Salah satunya adalah memasarkan produk pertanian ke
wilayah lain yang dapat menjadi pemasukan yang besar bagi daerah. Dengan
demikian pula, produk beras organik yang sedang dikembangkan ini didukung
kondisi wilayah (pasar) yang dalam hal ini berbatasan dengan beberapa
kabupaten dan propinsi.
2. Luas Wilayah
Wilayah Kabupaten Karanganyar membentang dari barat ke timur.
Secara administratif luas wilayah Kabupaten Karanganyar adalah 77.378,64
hektar, yang terdiri dari luas tanah sawah dan tanah kering. Luas tanah sawah
sebesar 22.459,80 hektar dan luas tanah kering 54.917,84 hektar. Tanah sawah
terdiri dari irigasi teknis sebesar 12.918,37 hektar, non teknis sebesar 7.586,58
commit to user
48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49
50
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51
B. Keadaan Penduduk
1. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Keadaan penduduk menurut mata pencaharian digunakan untuk
mengetahui tingkat sosial ekonomi dan karakteristik daerah dengan melihat
lapangan usaha yang menjadi mata pencahariaan penduduk di daerah tersebut.
Mata pencaharian penduduk menunjukkan struktur perekonomian yang ada
pada wilayah tersebut, hal ini akan menentukan arah kebijakan pembangunan
di daerah setempat. Selain itu perkembangan suatu daerah bisa juga dilihat
dari jenis pekerjaan yang dimiliki penduduknya. Jumlah penduduk menurut
mata pencaharian di Kabupaten Karanganyar tersaji pada tabel di bawah ini :
Tabel 5. Jumlah Penduduk 10 tahun ke Atas Menurut Mata Pencaharian di
Kabupaten Karanganyar Tahun 2010
Uraian Jumlah (jiwa) Persentase (%)
Petani 135.557 18,50
Buruh Tani 67.540 9,20
Nelayan - 00,00
Pengusaha 10.312 1,40
Buruh Industri 107.063 14,60
Buruh Bangunan 50.349 6,86
Pedagang 36.468 4,98
Pengangkutan 6.269 0,87
PNS/TNI/Polri 20.163 2,75
Pensiunan 10.293 1,42
Lain-lain 288.919 39,42
Jumlah 732.933 100,00
Sumber : Karanganyar Dalam Angka, 2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52
53
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54
perkembangan yang ada untuk dapat menilai budidaya padi sawah yang benar
dan aman sehingga mampu menghasilkan produk beras organik yang optimal
melalui konsep OVOP (One Village One Product). Hal di atas didukung
dengan penelitian yang telah dilakukan Litwin (1986) dalam Suciati (2006)
bahwa tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap partisipasi karena
semakin tinggi latar belakang pendidikan yang dimiliki seseorang, semakin
luas pula pengetahuannya tentang pembangunan dan bentuk serta tata cara
partisipasi yang diberikan, demikian pula sebaliknya.
3. Keadaan Perekonomian dan Pertumbuhan Ekonomi
PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh
seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai
barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu
wilayah. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) menggambarkan nilai
tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahun.
Besarnya PDRB atas harga berlaku, tersaji pada tabel di bawah ini :
Tabel 7. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku
(ADHB) Kabupaten Karanganyar Tahun 2007 - 2009
No. Lapangan Usaha 2007 2008 2009
Juta (Rp.) % Juta (Rp.) % Juta (Rp.) %
1. Pertanian 1.496.358,39 19,47 1.701.539,07 20,08 1.921.348,45 19,62
2. Pertambangan & 71.047,85 0,83 80.483,00 0,80 90.935,05 0,83
Penggalian
3. Industri 3.288.513,83 52,88 3.578.431,04 52,08 3.748.465,45 52,13
Pengolahan
4. Listrik, Gas dan 110.207,47 1,38 124.816,13 1,36 142.498,05 1,38
Air Minum
5. Bangunan 197.841,47 2,40 228.249,70 2,37 263.726,59 2,45
6. Perdagangan 788.762,79 10,09 890.413,99 10,29 995.643,64 10,21
7. Angkutan & 233.376,92 2,80 256.509,36 2,75 278.574,06 2,79
Komunikasi
8. Lembaga 184.872,62 2,12 207.807,07 2,09 232.986,70 2,13
Keuangan, Sewa
Bangunan dan
Jasa Perusahaan
9 Jasa-Jasa 534.009,14 8,03 611.425,99 8,19 704.137,70 8,45
Total PDRB 6.904.990,47 100 7.679.675,35 20,08 8.378.315,88 100
Sumber : Kabupaten Karanganyar Dalam Angka 2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55
C. Keadaan Pertanian
1. Tata Guna Lahan
Tata guna lahan di Kabupaten Karanganyar dibedakan menjadi dua, yaitu
tanah sawah dan tanah kering. Penggunaan lahan di Kabupaten Karanganyar
adalah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58
Tabel 10. Luas Panen dan Produksi Tanaman Padi Sawah di Kabupaten
Karanganyar pada Tahun 2006-2010
No. Tahun Luas Areal Panen Produksi
(Ha) (Ton)
1. 2006 41.856 223.284
2. 2007 42.848 246.003
3. 2008 45.274 279.341
4. 2009 46.263 261.234
5. 2010 48.783 292.698
Sumber: Karanganyar Dalam Angka 2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
59
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60
OVOP (One Village One Product) merupakan salah satu konsep yang
tidak asing lagi karena telah banyak diterapkan dibeberapa Negara Asia.
Penerapannya dapat dimulai pada tahapan on-farm hingga off-farm pada kegiatan
agribisnis. Sedangkan saat ini Provinsi Jawa Tengah menerapkan OVOP (One
Village One Product) berbasis koperasi yang berarti mengoptimalkan peran
koperasi sebagai salah satu wadah atau sarana penyaluran suatu kegiatan yang
fungsional dalam upaya pengembangan produk unggulan pada setiap daerah
untuk peningkatan kesejahteraaan masyarakat.
Provinsi Jawa Tengah merupakan wilayah penuh dengan potensi
unggulan. Oleh karena hal itu, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah
menetapkan pengembangan produk unggulan daerah pedesaan melalui
pendekatan OVOP (One Village One Product ) berbasis koperasi. Pengembangan
komoditas unggulan daerah pedesaan ini dimaksudkan mewujudkan
pembangunan ekonomi kerakyatan berbasis agrobisnis, pertanian, UMKM dan
industri padat karya. Daftar wilayah serta produk unggulan daerah perdesaan
melalui pendekatan OVOP berbasis koperasi sesuai dengan Instruksi Gubernur
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
61
Jawa Tengah Nomor 318/23546 Tanggal 30 Desember 2011 dapat disajikan pada
tabel di bawah ini:
Tabel 12. Produk Unggulan Daerah Pedesaan Melalui Pendekatan OVOP
(One Village One product) Berbasis Koperasi di Provinsi Jawa Tengah
No. Kabupaten/ Kota Potensi Daerah
se-Jawa Tengah
1. Banjarnegara Keramik dan Salak
2. Banyumas Produk Gula Kelapa dan Produk Bambu
3. Batang Emping Minjo dan Minyak Atsiri
4. Blora Souvenir Ukir AntikKayu Limbah dan Batik
5. Brebes Rumput laut dan Telur Asin
6. Boyolali Kerajinan Tembaga dan Abon Lele
7. Cilacap Sebutret dan Sale Pisang
8. Demak Tempe dan Pengasapan Ikan
9. Grobogan Makanan dan Minuman Khas
10. Jepara Tenun Troso dan Kerajinan Ukir Relief
11. Karanganyar Beras Organik dan Ikan Air Tawar
12. Kebumen Pengolahan Kelapa (Sebutret) dan Gula Kelapa
13. Kendal Jambu Getas Merah dan Bandeng Cabut Duri
14. Klaten Ikan Nila dan Tenun Lurik Batik
15. Kudus Konveksi dan Bordir dan Industri Tahu Tempe
16. Magelang (Kabupaten) Salak dan Pahat Batu
17. Magelang (Kota) Getuk dan Tahu
18. Pati Tepung Tapioka dan Jeruk Pamelo
19. Pekalongan (Kabupaten) Tenun Akar Wangi dan Aneka Produk Pengolahan
Ikan
20. Pekalongan (Kota) Batik dan Canting
21. Pemalang Minyak Atsiri dan Tenun ATBM/ Sarung Goyor
22. Purbalingga Knalpot dan Sapu Glagah
23. Purworejo Gula Kelapa dan Kerajinan Bambu
24. Rembang Batik dan Genteng/Batu Bata Merah
25. Salatiga (Kota) Konveksi dan Makanan Khas
26. Semarang (Kabupaten) Agrobisnis bunga krisan dan agrowisata perikanan
Kampung Rawa
27. Semarang (Kota) Batik Semarangan dan Bandeng
28. Sragen Sarung goyor dan pertanian organik
29. Sukoharjo Makanan olahan Karak dan Kulit
30. Surakarta (Kota) Batik dan Kertas Limbah Koran
31. Tegal (Kabupaten) Batik Tulis dan Makanan Khas
32. Tegal (Kota) Batik Tulis dan Budidaya Itik
33. Temanggung Kopi dan Makanan Ringan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
62
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
63
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
64
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
65
Tabel 14. Koperasi Peserta OVOP (One Village One Product) di Kabupaten
Karanganyar
No Koperasi OVOP Kecamatan Peran/Fungsi
1. KKT Tani Makaryo Mojogedang Koperasi Produsen
2. KKT Sari Rejeki Kebakkramat Koperasi Produsen
3. KSU AGRIKA Karanganyar Koperasi Induk
4. KSU Anugerah Jaya Matesih Koperasi Produsen
5. KSU Ngremboko Mulyo Tawangmangu Koperasi Produsen
6. KUD Jaten Jaten Koperasi Produsen
7 KUD Pandan Wangi Karangpandan Koperasi Produsen
Sumber: Disperindagkop dan UMKM, 2011
Koperasi produksi/produsen terdapat di 6 (enam) kecamatan yang terdapat
di Kabupaten Karanganyar. Koperasi produksi pada masing-masing kecamatan
mempunyai keragaman jenis antara lain: KKT(Koperasi Kelompok Tani),
KSU(Koperasi Serba Usaha), dan KUD(Koperasi Unit Desa). Dalam satu
kecamatan hanya terdapat satu koperasi produsen peserta OVOP berbasis
koperasi. Hal ini disebabkan karena salah satu syarat peserta OVOP adalah
koperasi yang telah berbadan hukum dan mempunyai potensi dari anggotanya
yang mampu mengembangkan produk unggulan daerah. Fungsi dari koperasi
produksi antara lain:
1. Memfasilitasi petani (anggota) berupa: penyediaan pupuk organik, obat-
obatan organik seperti pestisida nabati, benih padi standar organik, dan sarana
transportasi, serta sarana dan prasarana pasca panen.
2. Memfasilitasi teknis budidaya beras organik
3. Memonitori dan mengevaluasi pelaksanaan budidaya beras organik oleh
anggota
4. Fasilitasi permodalan bagi petani (anggota)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
66
Tabel 15. Tahapan OVOP (One Village One Product) Beras Organik di
Kabupaten Karanganyar
No. Tahun Kegiatan Target Penanggungjawab
1. 2011- Sosialisasi, Pemantapan, Pemahaman program, Kabupaten dan
2012 Kelembagaan, Fasilitasi: sarana, kelembagaan yang Provinsi
prasarana, dan modal mantab dan perluasan
produk
2. 2013 a. Intensifikasi dan a. Peningkatan kualitas Kabupaten dan
ekstensifikasi dan kuantitas produk Provinsi
b. Sarana dan prasarana b. Pemasaran lokal dan
pemasaran regional
c. Permodalan c. Memperlancar
produksi dan
pemasaran
3. 2014 a. Standarisasi produk a. Sertifikasi (SNI) a. Pemerintah Pusat
b. Pengadaan laboraturium b. Menjamin kualitas b. Pemerintah Pusat
c. Perluasan dan pemantapan produk c. Kabupaten,
pasar c. Pasar lokal, regional, Provinsi dan Pusat
dan nasional
4. 2015 Perluasan dan pemantauan pasar Ekspor Kabupaten, Provinsi,
dan Pusat
Sumber: Disperindagkop dan UMKM Kabupaten Karanganyar, 2011
Tahapan OVOP (One Village One Product) berbasis koperasi yang telah
disusun oleh Disperindagkop dan UMKM Kabupaten Karanganyar dalam usaha
mengembangkan produk beras organik menjadi produk unggulan daerah dapat
Pengembangan produk unggulan ini dilaksanakan secara bertahap dimulai pada
Tahun 2011-2012 yang merupakan tahap awal untuk sosialisasi dan bertujuan
dilihat pada tabel di atas. Rancangan tersebut dapat menjadi gambaran suatu
bentuk keseriusan dalam pengembangan produk beras organik. untuk
pemberdayaan petani untuk beralih pada pertanian organik. Tujuan akhir
pengembangan produk unggulan beras organik ini ditargetkan pada Tahun 2015
yaitu dapat memenuhi pasar lokal dan ekspor. Semua target tersebut tidak dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
67
lepas dari berbagai peran dinas terkait baik pemerintah daerah maupun
pemerintah provinsi Jawa Tengah dalam pemberdayaan petani melalui koperasi
yang ada baik, Koperasi Kelompok Tani maupun Koperasi Serba Usaha dan
Koperasi Unit Desa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 67
digilib.uns.ac.id
A. Karakteristik Responden
Identitas responden menggambarkan pelaku pada pengembangan
produk unggulan beras organik melalui konsep OVOP (One Village One
Product) berbasis koperasi di Kabupaten Karanganyar. Identitas responden
digunakan untuk mengetahui sebagian dari latar belakang kehidupan
responden yang dijadikan sebagai gambaran umum pengembangan produk.
Responden dalam penelitian ini terdiri dari beberapa pihak antara lain:
1.Responden Petani
Tabel 16. Karakteristik Responden Petani Padi Organik di Kabupaten
Karanganyar
No. Uraian Keterangan
1. Jumlah petani responden 10 orang
2. Umur petani
a. 42-51 5 orang
b. 52-61 2 orang
c. 62-71 3 orang
3. Pendidikan petani
a. SD 2 orang
b. SMP 2 orang
c. SMA 4 orang
d. Diploma 2 orang
4. Jumlah anggota keluarga petani
a. Kurang dari 4 orang 3 orang
b. Lebih dari 4 orang 7 orang
5. Jumlah anggota keluarga yang aktif usahatani
a. Kurang dari sama dengan 4 orang 10 orang
b. Lebih dari 4 orang 0 orang
6. Pengalaman dalam usahatani padi organik
a. 2-6 tahun 6 orang
b. 7-11 tahun 4 orang
7. Luas lahan sawah
a. Kurang dari 0,3 Hektar 4 orang
b. Lebih dari 0,3 Hektar 6 orang
8. Mata Pencaharian utama Petani
9. Varietas padi yang diusahakan Mentik, IR64, Sentanur,Conde
Sumber : Analisis Data Primer, 2012
Responden petani dalam pengembangan beras organik melalui
OVOP berbasis koperasi di Kabupaten Karanganyar merupakan petani
yang mempunyai pengalaman dan keahlian (pakar) yang lebih
dibandingkan petani lain dalam kelompok taninya. Kisaran umur akan
commit to
berpengaruh pada produktifitas user kerja. Berdasarkan data tersebut
tenaga
67
perpustakaan.uns.ac.id 68
digilib.uns.ac.id
produk beras organik terutama pasar lokal dan pasar luar daerah
(masih kecil). Distribusi yang dilakukan adalah distribusi
langsung dan tidak langsung. Distribusi langsung: konsumen
dapat secara langsung memperoleh produk di stand atau
koperasi pemasar. Sedangkan distribusi tidak langsung
(konsumen luar daerah) memperoleh produk setelah melewati
perantara/pedangang besar. Lokasi pemasaran produk beras
organik antara lain KSU AGRIKA, Pasar Jumat, Toko oleh-oleh
se-Solo Raya yang berada di pelataran Bandara Adi Sumarmo
Surakarta, dan pasar kawasan Jakarta.
3) Produksi/Operasi
Proses produksi suatu komoditas pertanian dapat
dipengaruhi oleh suatu proses pemeliharaan dan perlakuan yang
dilakukan oleh petani. Produksi beras organik di Kabupaten
Karanganyar telah mempunyai suatu pedoman yaitu SOP (Standart
Operating Prosedure) budidaya padi organik sesuai SNI (Standar
Nasional Indonesia) dimana secara teknis yang mengacu pada
budidaya padi organik di Kecamatan Mojogedang. Budidaya padi
organik ini didukung pula oleh fasilitas/bantuan dari pemerintah,
salah satunya dari Dinas Koperasi Provinsi Jawa Tengah melalui
OVOP berbasis koperasi.
Kecamatan Mojogedang tepatnya di Desa Pereng
merupakan kecamatan pelopor yang sejak Tahun 2000 telah
memulai budidaya padi organik. Saat ini, produksi utama beras
organik yang dipasarkan di KSU AGRIKA berasal dari KKT
Makaryo Tani, Pereng Kecamatan Mojogedang. Sedangkan KSU
Anugrah Jaya sedang merintis pemasaran di KSU AGRIKA dan
pemasaran sendiri di luar KSU AGRIKA. Sedangkan empat
koperasi produsen lainnya belum dapat memberikan sumbangan
produk beras organik karena masih dalam tahapan sosialisasi dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 75
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 78
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 83
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 87
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 92
digilib.uns.ac.id
organik kemasan pabrik yang dijual umum. Oleh karena itu, belum
adanya standarisasi pupuk organik dapat menyebabkan beredarnya
pupuk organik palsu atau rendah unsur hara karena salah
pengolahan.
e) Subsidi pupuk organik sama besarnya dengan pupuk anorganik
Harga sarana produksi seperti pupuk akan menentukan
besarnya biaya dan pendapatan bagi petani. Subsidi merupakan salah
satu insentif yang diperoleh petani dari pemerintah. Akan tetapi,
dalam pengembangan padi organik kebutuhan pupuk organik
merupakan hal yang pokok dalam usahatani. Berdasarkan hasil
wawancara dengan Dinas Pertanian, menyatakan bahwa subsisdi
pupuk anorganik dan organik mempunyai kesamaan nilai besarnya.
Pupuk kimia sintesis yang disubsidi adalah Urea. Sedangkan untuk
pupuk organik adalah Pusriganik, Petroganik. Oleh karena nilai
subsidi yang sama diantara kedua pupuk tersebut maka penggunaan
pupuk kimia ini masih mudah atau murah untuk dibeli petani.
Dengan demikian dapat menjadi penghambat berlangsungnya
pertanian organik yang berkelanjutan.
f) Lokasi budidaya padi organik belum menjadi kesatuan daerah
budidaya
Lokasi suatu daerah budidaya komoditas pertanian seperti padi
organik ini sangat dipengaruhi oleh faktor luar seperti lingkungan.
Di Kabupaten Karanganyar sendiri lokasi budidaya padi organik
masih belum menjadi kesatuan. Lokasi budidaya yang masih belum
benar-benar tersterilisasi dari budidaya padi konvensional. Hal
tersebut dapat menjadi salah satu ancaman yang dapat mengganggu
kualitas beras organik yang diproduksi.
g) Tahap konversi lahan anorganik menjadi lahan organik
membutuhkan waktu lama
Salah satu faktor yang berpengaruh pada produksi beras
commit
organik adalah kondisi to pertanian.
lahan user Apabila melihat di lapang,
perpustakaan.uns.ac.id 99
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 100
digilib.uns.ac.id
Pemerintah 1. Adanya rogram pemerintah provinsi Subsidi pupuk organik sama besarnya
pusat (Koperasi dan UMKM) melalui dengan pupuk anorganik
OVOP berbasis koperasi
2. Adanya program gerakan pertanian
organik (Go Organic)
Ekonomi Harga produk beras organik lebih mahal
dibanding beras anorganik
Persaingan Munculnya produk beras organik dari
daerah lain
Lingkungan 1. Lokasi budidaya padi organik belum
Alam menjadi kesatuan daerah budidaya
2. Tahap konversi lahan anorganik
menjadi lahan organik membutuhkan
waktu lama
Sumber: Analisis Data Primer, 2012
C. Perumusan Alternatif Strategi
1) Matrik Internal Factor Evaluation (IFE)
Matrik IFE dipergunakan untuk mengetahui nilai pembobotan
dari faktor-faktor internal yang terdapat dalam pengembangan produk
unggulan beras organik melalui konsep OVOP berbasis koperasi, yang
berhubungan dengan kekuatan dan kelemahan yang penting.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 101
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 103
digilib.uns.ac.id
untuk melangkah pada pasar yang lebih luas dengan cara memperluas
kegiatan pemasaran melalui promosi dengan menambah lokasi
pemasaran di lokasi yang strategis/tempat wisata karena dapat
memperkenalkan/menanamkan citra produk beras organik pada semua
kalangan ekonomi masyarakat di dalam daerah maupun luar daerah.
Strategi ini didukung dengan adanya faktor peluang terbukanya pasar
beras organik di luar daerah/kabupaten. Langkah kedepannya
Pemerintah/instansi terkait di Kabupaten Karanganyar dapat
mendorong masyarakat untuk membeli lebih sering, sekaligus untuk
membeli lebih banyak setiap pembelian produk beras organik melalui
promosi harga saat kegiatan pameran dan stand basar.
2) Alternatif strategi 2: Pengoptimalan kapasitas produksi dan mutu
beras organik yang tersertifikasi dengan pemanfaatan bantuan
peralatan dari bantuan OVOP untuk memenuhi permintaan pasar luar
daerah.
Alternatif strategi ini berhubungan dengan strategi pengembangan
pasar dan peluang yang ada pada matrik SWOT. Strategi
pengembangan pasar ini merupakan strategi untuk memperluas
wilayah pemasaran produk beras organik ke luar daerah. David (2009)
menyatakan bahwa pengembangan pasar merupakan pengenalan
produk atau jasa yang ada saat ini ke wilayah-wilayah geografis yang
baru. Strategi ini erat kaitannya dengan pengembangan pasar. Hal ini
disebabkan bahwa pada keadaan di lapang beras organik sudah dapat
dipasarkan pada pasar luar daerah (Jakarta) akan tetapi jumlahnya
masih terbatas. Strategi ini didukung dengan peluang yaitu terbukanya
pasar beras organik di luar daerah/kabupaten dan tingginya
permintaan beras organik di luar daerah. Oleh karena hal tersebut,
alternatif strategi ini dapat meningkatkan pemasaran produk ke luar
daerah untuk dapat menangkap peluang yang ada.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 110
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 111
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 114
digilib.uns.ac.id
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Strategi Pengembangan Produk
Unggulan Beras Organik Melalui Konsep OVOP (One Village One
Product) Berbasis Koperasi di Kabupaten Karanganyar, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Faktor-faktor internal dan eksternal pada pengembangan produk
unggulan beras organik melalui konsep OVOP (One Village One
Product) berbasis koperasi di Kabupaten Karanganyar.
a) Faktor internal yang menjadi kekuatan meliputi: lahan sawah
potensial yang luas sebesar 48.783 hektar, motivasi petani yang
tinggi dalam budidaya padi organik, terdapat fasilitas pemasaran
(koperasi pemasar/induk/AGRIKA) beras organik di Kabupaten
Karanganyar, adanya promosi untuk pengenalan produk beras
organik Kabupaten Karanganyar, koperasi produsen menyediakan
berbagai sarana produksi, terdapat penelitian dan pengecekan pada
lahan organik yang telah tersertifikasi, ada pembinaan dari Balai
Penyuluh Pertanian setiap kecamatan, adanya Asosiasi Petani Padi
Organik (APPO), terdapat SOP (Standart Operating Procedure)
pada on-farm dan pinjaman modal dari koperasi induk kepada
koperasi produsen.
b) Faktor internal yang menjadi kelemahan meliputi : terbatasnya lahan
padi organik yang tersertifikasi organik SNI, jumlah produk beras
organik masih terbatas, kemasan dan pelabelan produk beras organik
masih sederhana, belum ada kebijakan yang tegas dari pemerintah
pada budidaya padi organik, koordinasi antar dinas terkait yang
masih lemah, kurang optimalnya kerja Petugas Penyuluh Pertanian,
peran koperasi produsen OVOP belum maksimal, tidak semua petani
commit
padi organik tergabung to koperasi
dalam user produsen OVOP, dibutuhkan
114
perpustakaan.uns.ac.id 115
digilib.uns.ac.id
B. Saran
1. Hendaknya penggunaan peralatan pertanian bantuan dari OVOP (One
Village One Product) Provinsi Jawa Tengah dapat dimanfaatkan secara
merata dengan pengaturan peminjaman peralatan oleh koperasi
produsen bagi kepentingan semua petani anggota pada lahan sawah
potensial yang ada di Kabupaten Karanganyar.
2. Hendaknya strategi yang dihasilkan dari penelitian ini dapat menjadi
pertimbangan bagi pemerintah daerah untuk mengatasi permasalahan
dalam pengembangan produk beras organik dengan kerjasama yang
baik Disperindagkop dan UMKM, Dispertan, BP4K, Dinas Peternakan
salah satunya penguatan kegiatan-kegiatan seperti pelatihan dan
pembinaan secara intensif kepada petani padi organik untuk menunjang
keberlanjutan produksi dan mutu beras organik, penguatan sistem
pemasaran dan packaging produk beras organik di Kabupaten
Karanganyar.
commit to user