id
SKRIPSI
Oleh:
Dhian Adam Agusta
H0307038
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Skripsi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian
di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret
Oleh :
Dhian Adam Agusta
H0307038
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Ir. Agustono, M.Si R. Kunto Adi, SP, MP Dr. Ir. Joko Sutrisno, MP
NIP. 19640801 199003 1 004 NIP. 19731017 200312 1 002 NIP. 19670824 199203 1 003
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7. Bapak Dr. Ir. Joko Sutrisno, MP. selaku Dosen Penguji atas diskusi saran dan
masukan kepada penulis.
8. Ibu Aulia Qonita, SP.MP. selaku Pembimbing Akademik yang selalu
bimbingan serta arahan kepada penulis selama menempuh pendidikan di
Fakultas Pertanian UNS Surakarta.
9. Bapak H. Santoso, S.Pd, Ibu Hj. Suwarni, S.Pd dan Adik Mohammad Arif H
tercinta serta segenap keluarga di rumah yang telah memberi segenap
perhatian, doa, pengorbanan, kasih sayang, dukungan materi dan spiritual
kepada penulis.
10. Jajaran pemerintah Kabupaten Purworejo, khususnya KPPT Kabupaten
Purworejo, Dinas Pertanian dan Pengelola PUAP Kabupaten Purworejo yang
telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.
11. Kantor Kecamatan Kemiri, BPP Kecamatan Kemiri, Penyuluh Pertanian
Lapangan Kecamatan Kemiri, Kepala Desa dan petani responden di Desa
Kroyo Lor atas bantuan kepada penulis selama penelitian.
12. Kantor Kecamatan Gebang, Penyuluh Pertanian Lapangan Kecamatan
Gebang, Kepala Desa dan petani responden di Desa Rendeng atas bantuan
kepada penulis selama penelitian.
13. Seluruh Dosen dan Karyawan Fakultas Pertanian UNS Surakarta yang telah
memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.
14. Teman-teman Agrobisnis 2007, Rizky, Pepi, Venty, Agnes, Nisa, Nian,
Fahmi, Elis, Widy, Eny, Dini, Dian, Nita dll.
15. Teman-teman Agrobisnis 2005, Mas Nasir, Mas Gulan dan Mas Panji, 2006,
2008, 2009,2010,2011 yang telah memberi semangat, masukan, dan tambahan
pengetahuan.
16. Teman-teman KRAITONG, Andi, Yosep, Prima, Bela, Joko, Rochmad, Diki,
Maman, Tyo.
17. Mas Jack dan Mas Yanto, yang telah membantu dalam memperbanyak
dokument yang penting.
18. Seluruh teman-teman Co.asissten dan praktikan Ekonomi Pertanian, di
commit
Fakultas Pertanian UNS Surakarta atastokejasamanya
user selama ini.
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19. Teman-teman Kost GENERUS, Diki, Jindar, Ferdy, Aik, Doni, KrisJon,
Zaky, Galih, Ikhsan, Roga, Kholik, Ivan, Restu, Santok, Adi, Febry, Ucup dan
terimakasih pada kamar no 14.
20. Kendaraan Shogun yang selalu mengantarkan saya untuk mengejar cita-cita
selama 10 tahun.
21. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dari berbagai pihak demi perbaikan dari
skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan
pembaca pada umumnya.
Penulis
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x
RINGKASAN ................................................................................................. xii
SUMMARY...................................................................................................... xiii
I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
D. Kegunaan Penelitian ............................................................................ 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 7
A. Penelitiaan Terdahulu .......................................................................... 7
B. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 9
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah .................................................. 18
D. Pembatasan Masalah ............................................................................ 20
E. Hipotesis .............................................................................................. 21
F. Asumsi-asumsi ..................................................................................... 21
G. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel ..................... 21
III. METODE PENELITIAN....................................................................... 25
A. Metode Dasar Penelitian ...................................................................... 25
B. Metode Pengambilan Data ................................................................... 25
C. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 28
D. Teknik Pengumpulan Data................................................................... 28
E. Metode Analisis Data ........................................................................... 29
F. Pengujian Hipotesis ............................................................................. 31
IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN ...................................... 38
A. Keadaan Geografi ................................................................................ ` 38
B. Keadaan Penduduk............................................................................... 41
C. Keadaan Pertanian ............................................................................... 43
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 45
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 45
B. Pembahasan.......................................................................................... 67
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 84
A. Kesimpulan .......................................................................................... 84
B. Saran .................................................................................................... 84
commit to user
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 86
LAMPIRAN
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
RINGKASAN
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
SUMMARY
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peranan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi sangat penting
karena sebagian besar anggota masyarakat di negara-negara miskin
menggantungkan kehidupannya pada sektor pertanian. Sektor pertanian
memegang peranan yang penting dalam penyediaan input, misalnya
menyediakan input berupa tenaga kerja bagi sektor lainnya. Populasi pada
sektor pertanian pedesaan semakin lama akan menjadi sumber utama tenaga
kerja bagi sektor perkotaan. Tidak ada pembatasan keluarnya tenaga kerja dari
sektor pertanian, karena jika ada pembatasan tersebut maka akan terjadi
ketimpangan dalam pembangunan ekonomi (Arsyad, 1992).
Permasalahan mendasar yang dihadapi petani adalah kurangnya akses
kepada sumber permodalan, pasar dan teknologi, serta organisasi tani yang
masih lemah. Akibatnya kesejahteraan petani Indonesia pada umumnya saat ini
sangat kurang. Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah pokok nasional
yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama
dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial. Oleh karena itu,
pembangunan ekonomi nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara
langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada pengurangan penduduk
miskin. Untuk mengatasi dan menyelesaikan permasalahan tersebut perlu
adanya intervensi dari pemerintah yang fokus pada pembangunan pertanian
pedesaan. Salah satu hal yang ditempuh ialah melalui pendekatan
mengembangkan usaha agribisnis dan memperkuat kelembagaan pertanian di
pedesaan.
Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) adalah kumpulan beberapa
kelompok tani yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala
ekonomi dan efisiensi usaha. Didalam Gapoktan terdapat kumpulan petani
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
untuk mengarahkan petani dalam pemanfaatan dana yang ada, karena faktor
utama yang mempengaruhi keberhasilan peningkatan pendapatan terletak pada
sumberdaya manusia yang ada adapun modal dan sumberdaya alam merupakan
faktor pendukung guna tercapainya kesejahteraan petani. Gapoktan di
Kabupaten Purworejo belum semuanya mendapatkan bantuan dana PUAP,
masih banyak Gapoktan yang belum memenuhi kriteria penerima bantuan
PUAP. Selain belum terpenuhinya persyaratan Gapoktan sebagai penerima
bantuan dana PUAP, juga masih minimnya informasi kepada Gapoktan yang
belum mendapat bantuan, sehingga ada Gapoktan yang sama sekali kurang
mengetahui apa itu program PUAP.
B. Perumusan Masalah
Gapoktan dibentuk sebagai kumpulan dari petani yang memiliki
kepentingan yang sama dan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
anggotanya. Selain itu fungsi Gapoktan juga sebagai lembaga perantara yang
menyalurkan informasi atau bantuan dari pemerintah kepada petani anggotanya.
Penyaluran dana PUAP terhadap petani diharapkan dapat membantu
permodalan petani yang selama ini sering dikeluhkan petani. Penambahan
modal tersebut bertujuan agar petani dapat menjalankan usahataninya dengan
lebih baik. Oleh karena itu, petani dalam melakukan usahataninya petani harus
senantiasa memperhatikan penggunaan faktor produksi agar mencapai produksi
optimal sehingga diperoleh keuntungan maksimal. Diharapkan kombinasi dari
faktor-faktor produksi yang digunakan para petani setelah mendapatkan
tambahan modal dapat memberikan peningkatan pendapatan usahatani,
memberikan kemanfaatan dan efisiensi usahatani bagi petani.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin mengetahui mengenai
pendapatan usahatani petani penerima dana PUAP maupun petani bukan
penerima dana PUAP. Selain itu juga ingin mengetahui tentang faktor-faktor
apa saja yang berpengaruh terhadap pendapatan usahatani petani. Peneliti juga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
C. Tujuan
1. Mengkaji dan membandingkan pendapatan petani penerima program
Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) dengan pendapatan
petani bukan penerima program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan
(PUAP) dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan
petani anggota Gapoktan di Kabupaten Purworejo.
2. Mengkaji efisiensi dan kemanfaatan usahatani penerima program
Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) dengan usahatani bukan
penerima program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) di
Kabupaten Purworejo
D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi peneliti, penelitian ini memberikan tambahan pengetahuan dan
pengalaman tentang program PUAP dan merupakan salah satu prasyarat
untuk menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
A. Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian Amrita (2010) dalam penelitiannya yang berjudul
Persepsi Petani Terhadap Program Pengembangan Agribisnis Pedesaan
(PUAP) di Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen, diperoleh hasil bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara kedekatan dengan persepsi petani terhadap
program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP). Terdapat hubungan
yang sangat signifikan antara pengalaman, motivasi, pendidikan non formal serta
lingkungan sosial dengan persepsi petani terhadap program PUAP di Kecamatan
Tanon. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia, pendidikan formal
serta pendapatan petani dengan persepsi petani terhadap program PUAP di
Kecamatan Tanon.
Hasil penelitian Nawawi (2010) dalam penelitiannya yang berjudul
Hubungan antara Faktor Sosial Ekonomi Pertanian dan Karakteristik Kredit
dengan Efektifitas Kredit Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan
(PUAP) di Kecamatan Paranggubito, Kabupaten Sragen, menyimpulkan bahwa
pendapatan dari kegiatan usahatani jagung tergolong dalam kategori tinggi,
artinya petani memperoleh keuntungan dari usahatani jagung. Produktivitas
komoditas jagung setiap areal tanam berada pada kelas kategori tinggi, artinya
ada peningkatan produktifitas bila dibandingkan dengan sebelum adanya kredit
program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP).
Hasil penelitian Setyowati (2010) dalam penelitiannya yang berjudul
Pengelolaan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) oleh
Gapoktan di Desa Pereng, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar,
menyimpulkan bahwa pencapaian tujuan program PUAP mengurangi kemiskinan
dan pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha
agribisnis di pedesaan sesuai potensi wilayah tergolong dalam kategori sedang
(belum tercapai). Dilihat dari pendapatan anggota tiap bulannya bertambah
commit to user
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B. Tinjauan Pustaka
1. Pembangunan Pertanian
Pembangunan pertanian merupakan perubahan dalam teknik
produksi pertanian dan sistem usahatani menuju ke situasi yang diinginkan,
biasanya situasi yang memungkinkan petani dapat memanfaatkan hasil-hasil
penelitian pertanian dan berkurangnya pertanian pokok dan lebih
berorientasi pasar (Van den Ban dan Hawkins, 1999).
Di negara-negara Dunia Ketiga (termasuk Indonesia) yang pada
umumnya masih tergolong sebagai negara yang masih terbelakang atau
sedang berkembang selalu menunjukkan bahwa kontribusi sektor pertanian
terhadap pertumbuhan ekonomi nasional selalu menduduki posisi yang
sangat vital (Mardikanto, 1993).
Mosher dalam Van den Ban dan Hawkins (1999) menyebutkan
syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mewujudkan keberhasilan
pembangunan pertanian. Syarat-syarat tersebut adalah : pasar akan hasil-
hasil pertanian, teknologi pertanian yang terus-menerus berubah,
tersedianya input dan alat pertanian di tingkat lokal, insentif produksi yang
menguntungkan petani untuk memproduksi lebih banyak, tidak hanya
menguntungkan tuan tanah dan tengkulak saja, serta sarana transportasi dari
desa ke desa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
12
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
4. Pendapatan Usahatani
Usahatani merupakan suatu kegiatan memproduksi produk pertanian
yang bertujuan untuk memperoleh pendapatan semaksimal mungkin.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
1. Umur petani.
Semakin tua umur petani akan semakin berpengalaman sehingga
semakin baik dalam mengelola usahataninya. Namun, disisi lain
semakin tua umur petani semakin menurun kemampuan fisiknya
sehingga semakin memerlukan bantuan tenaga kerja, baik dalam
keluarga maupun dari luar keluarga.
2. Pendidikan Petani
Pendidikan terutama non-formal misalnya kursus kelompok tani,
penyuluhan, studi banding, dan pertemuan selapanan akan membuka
cakrawala petani, menambah ketrampilan dan pengalaman petani dalam
mengelola usahataninya. Hal ini sangat diperlukan mengingat sebagian
besar petani berpendidikan formal rendah.
3. Jumlah Tenaga Kerja dalam Keluarga
Jumlah tenaga kerja dalam keluarga akan berpengaruh langsung
pada biaya. Semakin banyak menggunakan tenaga kerja keluarga maka
semakin sedikit biaya yang dikeluarkan untuk mengupah tenaga kerja
luar keluarga. Petani lahan sempit dengan tenaga kerja keluarga yang
tersedia, dapat menyelesaikan pekerjaan usahataninya tanpa
menggunakan tenaga kerja luar keluarga yang diupah. Dengan
demikian, biaya perusahatani menjadi rendah, namun jika lahan
garapan lebih luas maka belum tentu tenaga kerja keluarga mampu
mengerjakan semuanya.
4. Modal Petani
Modal yang tersedia berhubungan langsung dengan peran petani
sebagai manajer dan juru tani dalam mengelola usahataninya. Jenis
komoditas yang akan diusahakan tergantung modal karena ada
komoditas yang padat modal sehingga memerlukan biaya yang cukup
tinggi untuk mengusahakannya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
Faktor eksternal dari segi faktor produksi (input) terbagi dalam dua
hal, yaitu ketersediaan dan harga. Lain halnya dengan faktor internal yang
pada umumnya dapat diatasi oleh petani. Faktor ketersediaan dan harga
faktor produksi benar-benar tidak dapat dikuasai oleh petani sebagai
individu berapapun dana tersedia. Namun, jika faktor produksi berupa
pupuk tidak tersedia atau langka di pasaran maka petani akan mengurangi
penggunaan faktor produksi. Demikian pula jika harga pupuk sangat
tinggi bahkan tidak terjangkau. Semuanya itu pasti berpengaruh pada
biaya, produktivitas, dan pendapatan usahatani.
Demikian pula dari segi produksi (output). Jika permintaan akan
produksi tinggi maka harga di tingkat petani tinggi pula sehingga dengan
biaya yang sama petani akan memperoleh pendapatan yang tinggi pula.
Sebaiknya, jika petani telah berhasil meningkatkan produksi, tetapi harga
turun maka pendapatan akan turun pula.
b. Faktor Manajemen
Faktor manajemen juga sangat menentukan disamping faktor
internal dan eksternal. Dengan faktor internal tertentu maka petani harus
dapat mengantisipasi faktor ekternal yang selalu berubah-ubah dan tidak
sepenuhnya dapat dikuasai. Petani sebagai manajer harus dapat
mengambil keputusan dengan berbagai pertimbangan ekonomis sehingga
diperoleh hasil yang memberikan pendapatan yang optimal. Petani sebagai
juru tani harus dapat melaksanakan usahataninya dengan sebaik-baiknya,
yaitu penggunaan faktor produksi dan tenaga kerja secara efisien sehingga
akan diperoleh manfaat yang setinggi-tingginya.
Pelaksanaan usahatani sangat diperlukan berbagai informasi tentang
kombinasi faktor produksi dan informasi harga baik harga faktor produksi
maupun produk. Dengan bekal informasi tersebut petani dapat segera
mengantisipasi perubahan yang terjadi agar tidak terjadi salah pilih dan
mengalami kerugian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
19
20
Biaya mengusahakan adalah biaya alat-alat luar (meliputi upah tenaga kerja
luar, bibit, pupuk, obat-obatan, pajak, selamatan, biaya penyusutan alat-alat, dan
lain-lain) ditambah dengan upah tenaga kerja sendiri, yang diperhitungkan
berdasarkan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja luar.
Penerimaan atau pendapatan kotor merupakan keseluruhan penerimaan
usahatani yang diperoleh dari semua cabang dan sumber dalam usahatani
selama satu tahun, yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan, pertukaran,
atau penaksiran kembali. Dalam menaksir penerimaan usahatani ini semua
komponen produk yang tidak dijual dinilai berdasarkan harga di tingkat petani,
dari uraian diatas dapat dibuat kerangka berpikir sebagai berikut:
Gapoktan/Kecamatan
Pendapatan Pendapatan
Efisiensi Kemanfaatan Efisiensi Kemanfaatan
Usahatani Usahatani
21
E. Hipotesis
1. Diduga pendapatan petani Gapoktan penerima bantuan dana PUAP lebih
tinggi daripada petani Gapoktan yang bukan penerima bantuan dana PUAP
dan faktor-faktor berupa besarnya modal, manajemen, pengalaman usaha,
pendidikan, harga jual tiap komoditas, Gapoktan dan luas lahan
berpengaruh terhadap pendapatan usahatani petani anggota Gapoktan.
2. Diduga usahatani petani penerima bantuan dana PUAP lebih efisien dan
lebih memberikan kemanfaatan dibandingkan usahatani petani bukan
penerima bantuan dana PUAP.
F. Asumsi
1. Tingkat harga yang berlaku adalah harga saat penelitian.
2. Model analisis yang digunakan didasarkan pada pasar dalam bentuk
persaingan sempurna.
3. Hasil produksi padi dijual keseluruhan.
4. Keadaan tanah, iklim, ketinggian tempat dan topografi di daerah penelitian
dianggap berpengaruh normal terhadap proses produksi pada usahatani
padi.
5. Keseluruhan dari input produksi diperoleh dari membeli.
6. Variabel-variabel lain yang tidak diamati dalam penelitian ini diabaikan
selama penelitian berlangsung.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23
10. Pendidikan petani adalah pendidikan formal petani yang dinyatakan dalam
tahun.
11. Luas lahan adalah luas lahan sawah garapan petani yang digunakan untuk
usahatani padi selama satu kali musim tanam, dan dinyatakan dengan
satuan hektar (Ha).
12. Modal petani merupakan besarnya biaya yang dikeluarkan petani untuk
usahatani padi sawah selama 1 MT, yang diukur dari biaya mengusahakan
yang dikeluarkan dalam 1 MT dan dinyatakan dalam rupiah (Rp).
13. Manajemen merupakan suatu kemampuan yang harus dimiliki petani untuk
dapat mengambil keputusan dengan berbagai pertimbangan ekonomis
sehingga memberikan pendapatan yang maksimal dinyatakan dengan baik
buruknya pengelolaan manajemen oleh petani.
14. Manajemen yang baik adalah dimana petani sebagai manajer dapat
mengambil keputusan dengan berbagai pertimbangan ekonomis sehingga
diperoleh hasil yang memberikan pendapatan yang maksimal.
15. Manajemen yang tidak baik dimana petani sebagai manajer kurang dapat
mengambil keputusan dengan berbagai pertimbangan ekonomis sehingga
diperoleh hasil yang memberikan pendapatan yang maksimal.
16. Kriteria petani yang memiliki manajemen yang baik adalah
a. Perencanaan : 1. Pemilihan atau penetapan tujuan kedepan dari
usahatani yang diusahakan.
2. Penentuan strategi dan kebijaksanaan.
3. Pengaturan anggaran yang akan dikeluarkan.
b. Pengorganisasian : 1. Penentuan sumber daya untuk mencapai tujuan.
2. Penegasan wewenang dan tanggung jawab.
c. Penyusunan Personalia : 1. Pelatihan dan pengembangan sumber daya.
2. Penetapan dan pemberian orientasi pada
pekerja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24
25
A. Metode Dasar
Pada Penelitian Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan
Petani pada Usahatani Padi Sawah (Kasus pada Gapoktan Penerima PUAP dan
Gapoktan BUkan Penerima PUAP di Kabupaten Purworejo) digunakan metode
dasar deskriptif analisis. Menurut Surakhmad (2001), metode deskriptif analisis
merupakan suatu penelitian yang memusatkan perhatian pada pemecahan masalah
yang ada pada masa sekarang dan bertitik tolak pada data yang dikumpulkan,
dianalisis, dan disimpulkan dalam konteks teori-teori hasil penelitian terdahulu.
Teknik pelaksanaan penelitian yang digunakan adalah teknik survei.
Teknik survei yaitu teknik penelitian dengan cara menggunakan kuisioner
sebagai alat pengumpul data yang pokok (Singarimbun dan Effendi, 1995).
25
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27
28
melakukan undian petani harus memiliki kriteria yaitu luas lahan petani
sampel antara 0,4-0,75 hektar. Setelah kriteria pengelompokan populasi
berdasarkan luas lahan antara 0,4-0,75 hektar maka pengambilan sampel
dilakukan secara acak sebanyak 15 petani pada tiap Gapoktan.
C. Jenis Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data primer, merupakan data yang diambil dari responden melalui
wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner yang telah
dipersiapkan sebelumnya. Data tersebut berupa nama petani, luas lahan,
pendidikan, pengalaman petani menjalankan usahatani, biaya yang
dikeluarkan, produksi padi, harga jual produk, manajemen petani dan
besarnya dana PUAP yang diperoleh.
2. Data sekunder, merupakan data yang diambil dari instansi atau lembaga yang
berhubungan dengan penelitian yang biasanya berupa data dokumentasi dan
arsip-arsip. Data tersebut berupa kutipan wawancara dengan pengelola
program PUAP Kabupaten Purworejo, daftar jumlah Gapoktan penerima
dana PUAP di Kabupaten Purworejo, data Gapoktan penerima dana PUAP
TA 2008, 2009 dan 2010 Kabupaten Purworejo, data anggota Gapoktan
sampel dan data lain yang mendukung. Data yang dibutuhkan dalam
penelitian ini antara lain data dari Dinas Pertanian Kabupaten Purworejo,
pengelola program PUAP Kabupaten Purworejo dan penyelia mitra tani
PUAP Kabupaten Purworejo.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
b0 = Konstanta
b1 – b6 = Koefisien regresi masing-masing variabel bebas
x1 = Pengalaman petani dalam usahatani (thn)
x2 = Modal petani untuk usahatani (Rp)
x3 = Pendidikan petani (thn)
x4 = Harga jual dari produk yang dihasilkan (Rp)
x5 = Luas lahan (Ha)
D1 = Manajemen yang dilakukan petani
Dummy manajemen (baik = 2,72 & kurang baik = 1)
D2 = Gapoktan
Dummy Penerimaan PUAP (Penerima PUAP = 2,72 & Bukan
Penerima PUAP = 1)
Kemudian model regresi yag digunakan ditransformasikan kebentuk regresi
linear dengan cara mengambil logaritma natural pada kedua ruas persamaan
tersebut menjadi:
ln Y = lnb0 + b1ln x1 + b2ln x2 + b3ln x3 + b4ln x4 + b5ln x5 + b6lnD1+b7lnD2
2. Mengetahui Efisiensi Usahatani, dengan menggunakan R/C ratio, persamaan
sederhana sebagai berikut :
TR
R/C ratio =
TC
Keterangan :
TR = total penerimaan
TC = total biaya mengusahakan
Kriteria :
R/C ratio > 1, berarti usahatani petani penerima bantuan dana PUAP atau
petani yang bukan penerima bantuan dana PUAP efisien
R/C ratio ≤ 1, berarti usahatani petani penerima bantuan dana PUAP atau
petani yang bukan penerima bantuan dana PUAP tidak efisien
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
F. Pengujian Hipotesis
1. Hipotesis pertama yaitu, Diduga pendapatan pertani Gapoktan penerima
bantuan dana PUAP lebih besar daripada petani Gapoktan yang bukan
penerima bantuan dana PUAP dan faktor-faktor berupa besarnya modal,
manajemen, pengalaman usaha, pendidikan, harga jual tiap komoditas,
penerimaan PUAP dan luas lahan berpengaruh terhadap pendapatan
usahatani anggota Gapoktan.
Ho : X 1 £ X 2 = pendapatan pada usahatani petani penerima bantuan dana
PUAP lebih rendah atau sama dengan pendapatan pada
usahatani petani bukan penerima bantuan dana PUAP
Hi : X 1 > X 2 = pendapatan pada usahatani petani penerima bantuan dana
PUAP lebih tinggi daripada pendapatan pada usahatani
petani bukan penerima bantuan dana PUAP
Dalam pengujian ini maka digunakan uji komparasi dengan uji t (t-test)
yang besarnya nilai t-hitung dapat diketahui dengan rumus (Nazir, 1983):
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
Rumus t = ëX 1 - X2û
SS1 + SS 2 é 1 1ù
ê + ú
(n1 + n2 ) - 2 ë n1 n2 û
(å X i ) 2
Dimana SS = å X i2 -
n
Keterangan :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33
Jika thitung ≤ ttabel, maka hipotesis alternatif (Hi) ditolak. Jadi pendapatan
usahatani petani penerima bantuan dana PUAP lebih rendah atau sama
dengan pendapatan usahatani petani bukan penerima bantuan dana PUAP
Dalam menggunakan alat analisis regresi, perlu diperhatikan
beberapa nilai meliputi uji F, uji t dari hasil output sebagai berikut:
a. Uji F
Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor secara bersama digunakan uji
F dengan selang kepercayaan 95%, rumus yang digunakan yaitu:
Formulasi hitung:
嶐ƼƼ /
F hitung 쿨
ƼƼ/
Keterangan :
ESS : Explained sum of squares (jumlah kuadrat yang bisa dijelaskan)
TSS : Total sum of squares (jumlah kuadrat total)
N : Jumlah sampel
k : Jumlah variabel
Hipotesis yang diuji adalah:
Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = b6= b7 = 0
Hi : minimal salah satu bi ≠ 0
Kriteria pengambilan keputusan :
1. F hitung ≤ F tabel, maka Ho diterima dan Hi ditolak berarti semua
variabel bebas X yang digunakan sebagai penduga secara bersama-
sama tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani petani
anggota Gapoktan.
2. F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima berarti semua
variabel bebas X yang digunakan sebagai penduga secara bersama-
sama berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani petani anggota
Gapoktan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
b. Uji t
Untuk menguji pengaruh masing-masing faktor terhadap pendapatan
usahatanipetani anggota Gapoktan digunakan uji t pada taraf kepercayaan
95%, digunakan rumus sebagai berikut:
bi
t hit =
Se(bi )
Keterangan :
bi : Koefisien regresi ke-i
Se(bi) : Standar eror koefisien regresi ke-i
hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut:
Ho : bi = 0
Hi : bi ≠ 0
Kriteria pengambilan keputusan:
1. t hitung ≤ t tabel, maka Ho diterima dan Hi ditolak berarti variabel
bebas Xi (variabel penduga ke-i) tidak berpengaruh nyata terhadap
pendapatan usahatani petani anggota Gapoktan.
2. t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima berarti variabel
bebas Xi (variabel penduga ke-i) berpengaruh nyata terhadap
pendapatan usahatani petani anggota Gapoktan.
c. Analisis Asumsi Klasik
Analisis asumsi klasik digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas dalam model
regresi.
a. Uji Multikolinearitas
Variabel yang menyebabkan multikolinearitas dapat dilihat dari
nilai tolerance yang lebih kecil daripada 0,1 atau nilai VIF yang lebih
besar daripada nilai 10 (Priyatno, 2009).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
b. Uji Autokorelasi
Pengujian ada atau tidaknya korelasi (autokorelasi), dilakukan
dengan menggunakan Durbin Watson dengan kriteria jika nilai DW
berkisar antara 1,55-2,46 yang artinya tidak terjadi autokorelasi
(Priyatno, 2009)
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat pola titik-
titik pada grafik scatterplot. Kriteria yang menjadi dasar
pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik ada yang membentuk
suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar,
kemudian menyempit) maka terjadi heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar diatas
dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas (Priyatno, 2009)
2. Hipotesis kedua yaitu diduga usahatani petani penerima bantuan dana
PUAP lebih efisien dan lebih memberikan kemanfaatan dibandingkan
usahatani petani bukan penerima bantuan dana PUAP.
Ho : X 1 £ X 2 = efisiensi pada usahatani petani penerima bantuan dana
PUAP lebih rendah atau sama dengan efisiensi pada
usahatani petani bukan penerima bantuan dana PUAP
Hi : X 1 > X 2 = efisiensi pada usahatani petani penerima bantuan dana
PUAP lebih tinggi daripada efisiensi pada usahatani
petani bukan penerima bantuan dana PUAP
Dalam pengujian ini maka digunakan uji komparasi dengan uji t (t-test)
yang besarnya nilai t-hitung dapat diketahui dengan rumus (Nazir, 1983):
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36
Rumus t = ëX 1 - X2û
SS1 + SS 2 é 1 1ù
ê + ú
(n1 + n2 ) - 2 ë n1 n2 û
(å X i ) 2
Dimana SS = å X i2 -
n
Keterangan :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id
A. Keadaan Geografi
1. Letak dan Batas Wilayah
Kabupaten Purworejo (Bahasa Jawa: purwareja), adalah
sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukota berada di
kota Purworejo. Kabupaten Purworejo secara geografis berada
o o o
pada 109 47’ 28” Bujur Timur, 110 08’ 20” Bujur Timur, 7 32’ Lintang
Selatan, sampai dengan 7o 54’ Lintang Selatan, dengan luas
wilayah 1.034,81752 km2. Adapun batas-batas wilayahnya yaitu :
Sebelah utara : Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Magelang
Sebelah timur : Kabupaten Kulon Progo (Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta
Sebelah selatan : Samudra Hindia
Sebelah barat : Kabupaten Kebumen
Kecamatan Kemiri merupakan salah satu kecamatan yang terletak di
sebelah barat Kota Purworejo yang berjarak 18 km, dengan luas wilayah
sebesar 92.05 km2. Wilayah Kecamatan Kemiri sebelah Utara berbatasan
dengan Kecamatan Brunorejo, sebelah Selatan berbatasan dengan
Kecamatan Kutoarjo, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan
Gebang, dan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pituruh.
Kecamatan Kemiri secara administratif terbagi menjadi 40 desa atau
kelurahan.
Kecamatan Gebang terletak di sebelah utara Kota Purworejo yang
berjarak 7,5 km, dengan luas wilayah sebesar 71.86 km2. Adapun batas
wilayah Kecamatan Gebang di sebelah Utara berbatasan dengan
Kabupaten Magelang, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan
Purworejo, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Bener dan
Kecamatan Loano serta sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan
Kemiri. Kecamatan Gebang secara administratif terbagi menjadi 25 desa
atau kelurahan. commit to user
38
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id
2. Topografi Daerah
Topografi lahan menggambarkan penggunaan lahan pertanian yang
didasarkan pada tinggi tempat. Pembagian lahan menurut tinggi tempat (to-
pografi) sering dikategorikan sebagai lahan dataran pantai, dataran rendah,
dan dataran tinggi. Pembagian klasifikasi ini menggambarkan macam usaha
pertanian yang diusahakan penduduk (Soekartawi, 1993).
Kabupaten Purworejo ± 2/5 daerahnya berupa dataran rendah yang
terletak pada selatan dan barat dengan ketinggian antara 0-25 mdpl, tempat
kegiatan pertanian intensif berada. Sedangkan ± 3/5 daerahnya berupa
pegunungan yang terletak pada bagian utara dan timur dengan ketinggian
antara 25 m -1.064 mdpl. Daerah ini mempunyai iklim tropis basah dengan
suhu rata-rata antara 190 C-280 C. Berdasarkan jenis tanah, 45 % merupakan
tanah alluvial warna kelabu, coklat, dan hitam, 5 % tanah regosol warna
coklat kelabu, dan 50 % merupakan tanah latosol warna kuning dan merah.
Peta Topografis daerah Kabupaten Purworejo sebagian besar
adalah dataran rendah di bagian tengah dan selatan, meliputi Kecamatan
Butuh, Grabag, Kutoarjo, Bayan, Banyuurip, Kemiri, Purwodadi, Bagelen,
Banyuurip dan Purworejo. Dataran tinggi di sisi utara dan sisi timur
meliputi Kecamatan Bruno, Bener, Kaligesing, dan sebagian wilayah
Kecamatan Pituruh, Kemiri, Gebang, Loano dan Bagelen. Penggunaan
Lahan yang ada di Kabupaten Purworejo sebagian besar wilayah adalah
untuk persawahan, Kebun, dan hutan. Sedangkan bagian selatan
digunakan untuk sawah tadah hujan, dan rawa, Sebaran Pemukiman
memanfaatkan lahan.
3. Keadaan Iklim
Keadaan iklim suatu daerah dapat ditentukan atas dasar jumlah hari
hujan, jumlah curah hujan, rata-rata bulan kering, rata-rata bulan basah,
ketinggian tempat dari permukaan laut, dan suhu udara.
Tipe iklim di Kecamatan Kemiri dan Kecamatan Gebang diketahui
dengan menggunakan perhitungan berdasarkan
commit to user metode Schmidt Ferguson,
yaitu dengan cara membagi iklim berdasarkan jumlah bulan kering (BK)
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id
dengan bulan basah (BB) dari data curah hujan selama 10 tahun terakhir,
yaitu sejak tahun 2001 sampai dengan tahun 2010. Dari hasil penghitungan
pada, diperoleh nilai Q sebesar 76,56 %. Hal ini menunjukkan bahwa
Kecamatan Gebang memiliki tipe iklim D, yaitu daerah bertipe iklim
sedang (60≤Q<100). Tanaman padi dapat tumbuh di berbagai tempat karena
dapat dengan mudah menyesuaikan dengan lingkungannya (AAK, 1990),
sehingga usahatani padi tentunya juga dapat dikembangkan di daerah ini.
sebagian besar lahan sawah ini merupakan sawah irigasi teknis. Luasnya
lahan sawah ini menunjukkan bahwa Kecamatan Kemiri sangat berpotensi
untuk pengembangan usahatani padi di Kabupaten Purworejo. Sedangkan
pada Kecamatan Gebang lahan terluas terdapat pada lahan kering yaitu
sebesar 42,51 dari total luas daerah di Kecamatan Gebang.
B. Keadaan Penduduk
1. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur
Keadaan penduduk menurut kelompok umur dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kecamatan
Kemiri dan Kecamatan Gebang Tahun 2010
Kec. Kemiri Kec. Gebang
Kelompok Umur dan
Jumlah Jumlah
Jenis Kelamin % %
(Jiwa) (Jiwa)
A. Umur
1. Umur 0 – 14 18.776 34,54 12.796 27,64
2. Umur 15 – 64 33.139 60,95 29.932 64,65
3. Umur 65 ≤ 2.451 4,51 3.568 7,71
Jumlah 54.366 100,00 46.296 100,00
B. Jenis Kelamin
1. Laki-laki 26.799 49,29 22,808 49,27
2. Perempuan 27.567 50.71 23,488 50,73
Jumlah 54.366 100,00 46,296 100,00
Sumber : Monografi Kecamatan Kemiri dan Kecamatan Gebang, 2010
Berdasarkan data jumlah penduduk menurut usia dapat digunakan
untuk menentukan angka Dependency Ratio (angka beban tanggungan),
yaitu bilangan yang menunjukkan perbandingan usia non produktif dengan
usia produktif. Nilai Dependency Ratio Kecamatan Kemiri adalah 54,67
yang berarti bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif menanggung
55 orang penduduk usia non produktif. Sedangkan nilai Dependency Ratio
Kecamatan Gebang adalah sebesar 64,05 yang berarti bahwa setiap 100
orang penduduk usia produktif menanggung 64 orang penduduk usia non
produktif. Penduduk usia produktif masih dimungkinkan untuk
meningkatan ketrampilan dan menambah pengetahuan dalam mengelola
commit to user
dan penyerapan teknologi baru untuk memajukan usahataninya, khususnya
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id
C. Keadaan Pertanian
Kabupaten Purworejo, terutama Kecamatan Kemiri merupakan daerah
di Kabupaten Purworejo yang memiliki potensi tinggi di bidang pertanian
dilihat dari luasnya lahan yang digunakan pada sektor pertanian. Dilihat dari
penduduknya, penduduk daerah ini juga masih mengandalkan sektor pertanian
dengan matapencahariannya sebagai petani maupun buruh tani. Demikian juga
pada Kecamatan Gebang yang rata-rata penduduknya masih mengandalkan
bertani sebagai pekerjaan pokok mereka.
Rata-rata luas panen, produktivitas, dan produksi tanaman pangan di
Kecamatan Kemiri dan Kecamatan Gebang Tahun 2010 dapat dilihat dalam
Tabel 5.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
A. Hasil Penelitian
1. Usahatani Padi Sawah di Kabupaten Purworejo
Pola tanam yang dterapkan petani penerima dana PUAP di Desa
Rendeng, Kecamatan Gebang yaitu padi-padi-bero, hal ini dikarenakan
ketersediaan air tidak dapat menjangkau kecamatan tersebut pada saat
musim kemarau. Saluran irigasi yang masih sederhana mengakibatkan
pada musim tanam ketiga lahan dibiarkan menganggur dikarenakan tidak
ada air. Petani bukan penerima dana PUAP di Desa Kroyo Lor,
Kecamatan Kemiri pola tanaman yang diterapkan disana adalah padi-padi-
bero, namun pada tahun ini baru pertama kali untuk ditanami kedelai,
sehingga pola tanam menjadi padi-padi-kedelai. Kendala yang dihadapi
yaitu rusaknya saluran irigasi yang berdampak pada ketersediaan air
dimusim tanam ketiga yang tidak ada.
Teknik budidaya padi petani penerima dana PUAP dan petani bukan
penerima dana PUAP pada musim tanam kedua pada dasarnya adalah
sama. Perbedaan utama adalah pada teknik irigasi yang diterapkan selama
masa tanam dan penggunaan pupuk kandang pada petani anggota
Gapoktan Seneng maju. Teknik budidaya padi sawah irigasi adalah
sebagai berikut :
1) Persiapan Lahan
Persiapan lahan bertujuan untuk memperlancar aerasi dan
drainase dalam tanah sehingga dapat mendukung pertumbuhan
tanaman padi dengan baik. Persiapan lahan dilakukan dalam dua
tahap. Tahap pertama, tanah diolah dengan cara dicangkul. Kegiatan
utama tahap ini adalah pembuatan pematang sawah (galengan).
Pembuatan pematang sawah selain bertujuan sebagai tanda batas
kepemilikan sawah juga berguna untuk menahan dan menjaga
keberadaan air irigasi pada lahan sawah usahatani padi.
commit to user
45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47
3) Pembibitan
Lama pembibitan sekitar 14 hari setelah sebar benih (14 HSS).
Pencabutan bibit dilakukan setelah bibit berumur 15-24 hari setelah
sebar benih. Bibit yang telah dicabut harus segera ditanam, maksimal
1 hari sejak bibit tersebut dicabut agar bibit tersebut tidak layu
(kering) atau persentase kehidupannya tinggi.
4) Penanaman
Penanaman bibit padi sawah irigasi dilakukan pada pagi hari
agar bibit tidak mudah kering atau layu akibat terkena sinar matahari.
Jarak tanam padi rata-rata yang digunakan adalah 20 cm x 20 cm,
sedangkan jumlah bibit yang dibutuhkan adalah 1-2 bibit untuk setiap
lubang tanam. Penyulaman terhadap bibit yang mati atau lubang
terlewat tidak ditanam dilakukan kurang dari 14 HST dengan bibit
cadangan yang telah ditanam.
Jarak tanam mempengaruhi populasi tanaman, efisiensi
penggunaan cahaya, berpengaruh terhadap cuaca mikro,
perkembangan hama penyakit dan mempengaruhi kompetisi antara
tanaman padi dalam penggunaan air dan unsur hara. Kegiatan
penanaman umumnya menggunakan tenaga buruh tani wanita dengan
sistem borongan.
5) Pemupukan
Pupuk yang digunakan pada usahatani padi petani penerima
dana PUAP berupa pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk
anorganik yang digunakan pada usahatani padi petani penerima dana
PUAP adalah pupuk Urea, Phonska dan TSP sedangkan pada
usahatani petani bukan penerima dana PUAP hanya menggunakan
pupuk anorganik yang sama dengan petani penerima dana PUAP.
Pemupukan tanaman padi dilakukan 3 tahap, yaitu pemupukan
dasar (sebelum 14 HST), pada saat fase anakan aktif (23-28 HST) dan
pada fase primordia (38-42 HST). Pupuk organik diberikan pada saat
commit to
pengolahan lahan sebagai user dasar. Pemberian pupuk Urea
pupuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48
bukan penerima dana PUAP sebanyak 160 kg/ha pupuk Phonska dan
129 kg/ha untuk penggunaan pupuk TSP. Sebagai penambah
kesuburan tanah dan penyediaan unsur hara yang diperlukan tanaman
padi maka petani penerima dana PUAP menambah pupuk kandang
pada tiap-tiap lahan garapan yaitu sebanyak 1.048 kg/ha. Petani mulai
sadar akan pentingnya pupuk organik sebagai penyubur tanaman yang
tidak merusak tanah tidak seperti pupuk-pupuk kimia yang membuat
tanah menjadi semakin keras. Adapun penggunaan pestisida untuk
kedua sempel responden pada tiap 1 ha selisih 2,5 botol, dikarenakan
penyemprotan hanya dilakukan apabila tanaman padi sawah terserang
hama saja.
Tabel 8. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Padi Sawah
Petani Penerima Dana PUAP dan Petani Bukan Penerima Dana
PUAP di Kabupaten Purworejo MT II Tahun 2011
PUAP Bukan PUAP
Penggunaan Tenaga
No Per UT Per UT
Kerja Per ha Per ha
(0,56 ha) (0,48 ha)
1. Pengolahan Lahan 14 27 9 18
2. Penanaman 10 18 8 17
3. Pemupukan 3 6 3 7
4. Penyiangan 9 15 5 10
5. Pengendalian Hama
2 4 3 7
dan Penyakit
6. Pemanenan 11 19 8 18
Jumlah 49 89 36 77
Sumber : Analisis Data Primer
Penggunaan tenaga kerja manusia pada usahatani padi sawah
dihitung dalam satuan HKP (hari kerja pria) dengan lama kerja delapan
jam per hari mulai pukul 07.00-12.00 dan dilanjutkan pukul 13.00-
16.00. Rata-rata upah kerja yang dinilai dalam bentuk uang sebesar
Rp 30.000,- per hari ditambah dengan penyediaan makan bagi tenaga
kerja. Tenaga kerja mesin dikonversikan dalam satuan HKP dengan
cara membagi nilai sewa mesin yang berupa traktor dengan rata-rata
upah tenaga kerja manusia. Penggunaan tenaga kerja luar pada
usahatani petani penerima dana PUAP paling banyak terdapat pada
commit to user
pengolahan lahan sedangkan penggunaan tenaga kerja luar paling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
59
b0 = Konstanta
b1 – b6 = Koefisien regresi masing-masing variabel bebas
x1 = Pengalaman petani dalam usahatani padi sawah (thn)
x2 = Modal petani untuk usahatani padi sawah (Rp)
x3 = Pendidikan petani (thn)
x4 = Harga jual dari produk yang dihasilkan (Rp)
x5 = Luas lahan (ha)
D1 = Manajemen yang dilakukan petani
Dummy manajemen (baik = 2,72 & kurang baik = 1)
D2 = Gapoktan
Dummy Penerimaan PUAP (Penerima PUAP = 2,72 & Bukan
Penerima PUAP = 1)
harga jual dari produk yang dihasilkan, luas lahan yang digunakan,
manajemen yang dimiliki petani dan Gapoktan secara bersama-sama
berpengaruh terhadap pendapatan usahatani petani anggota Gapoktan di
Kabupaten Purworejo.
3. Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat pola
sebaran titik-titik pada diagram scatterplot. Berdasarkan diagram
scatterplot dapat diketahui bahwa titik-titik yang ada dalam
diagram menyebar dan tidak membentuk suatu pola tertentu,
berarti dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas
dalam model yang digunakan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
65
= 3.268.000,00
741.000,000
= 4,41
Nilai Increamental B/C Ratio lebih dari 1 maka, usahatani
petani padi sawah penerima bantuan dana PUAP lebih memberikan
kemanfaatan daripada usahatani petani padi sawah bukan penerima
bantuan dana PUAP. Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis
diterima yang menyatakan bahwa usahatani padi petani penerima
dana PUAP lebih memberikan kemanfaatan daripada usahatani padi
petani bukan penerima dana PUAP di Kabupaten Purworejo.
B. Pembahasan
1. Biaya, Penerimaan, dan Pendapatan Usahatani
Dalam analisis ini konsep biaya yang digunakan yaitu, biaya
mengusahakan. Biaya mengusahakan merupakan biaya alat-alat luar
ditambah dengan upah tenaga kerja sendiri yang dihitung berdasarkan
upah tenaga kerja luar. Komponen biaya yang pada usahatani padi ini
meliputi biaya tenaga kerja luar, biaya saprodi, biaya pajak, biaya
penyusutan alat, pembayaran jasa PUAP untuk petani yang menerima
dana PUAP dan untuk petani bukan penerima dana PUAP ditambah
dengan IPAIR.
Komponen biaya terbesar yang dikeluarkan dalam usahatani padi
sawah petani penerima dana PUAP dan petani bukan penerima dana
PUAP adalah biaya tenaga kerja. Tenaga kerja yang digunakan di daerah
penelitian adalah tenaga kerja luar dan tenaga kerja dalam (keluarga).
Upah tenaga kerja dinyatakan dengan satuan Hari Kerja Pria (HKP).
Pekerjaan petani dilakukan dari pukul 07.00 WIB sampai pukul 16.00
WIB. Upah tenaga kerja untuk satu HKP adalah Rp.30.000,00. Adapun
tenaga kerja wanita juga sering terlibat dalam usahatani padi sawah
dengan upah sebesar Rp.25.000,00 atau 0,8 HKP. Rata-rata jumlah
anggota keluarga petani penerima dana PUAP dan petani bukan
commit
penerima dana PUAP yang to user
aktif dalam kegiatan usahatani hanya dua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
68
sehingga petani padi tidak perlu lagi menjual padi di pasar maupun di
toko-toko hasil bumi. Beberapa petani melakukan penjualan hasil panen
padi dilakukan secara bertahap sehingga, tidak sekaligus dijual semua
dalam sekali waktu. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan sehari-hari
petani tersebut. Jika petani membutuhkan biaya yang mendesak maka
hasil panen baru dijual untuk mencukupi biaya tersebut ada juga petani
yang menyimpan cukup lama sampai harga padi dipasaran menjadi
tinggi karena pada saat panen raya harga padi kering panen relatif
murah. Namun ada konsekuensinya penambahan biaya pasca panen
seperti pengeringan, penyimpanan gudang untuk menjadi padi kering
giling. Pendapatan yang diperoleh dari usahatani padi ini digunakan
untuk menjalankan usahatani pada musim yang selanjutnya.
Pendapatan dari usahatani padi sawah petani penerima dana
PUAP memang terbukti lebih tinggi dari pada petani bukan penerima
dana PUAP. Lebih tingginya pendapatan petani penerima dana PUAP
karena adanya pinjaman dana PUAP sehingga modal yang dimiliki
petani besar selain itu terjadi perbedaan harga jual produk berupa gabah
kering panen yang lebih tinggi daripada petani bukan penerima dana
PUAP dan luas lahan yang dikerjakan petani anggota penerima dana
PUAP.
2. Pengaruh Faktor Terhadap Pendapatan Usahatani
Menurut Suratiyah (2006), yang dimaksud faktor-faktor produksi
dalam menjalankan usahatani pada dasarnya adalah alam, tenaga kerja,
modal dan peralatan, serta manajemen. Alam dan tenaga kerja
merupakan faktor produksi asli, sedangkan modal dan peralatan subtitusi
dari alam dan tenaga kerja. Manajemen sebagai faktor produksi tidak
langsung, karena peran petani sebagai tenaga kerja maupun manajer.
a. Pengalaman Usahatani Padi Sawah
Semakin tua umur petani akan semakin berpengalaman
sehingga semakin baik dalam mengelola usahataninya. Namun, disisi
commit
lain semakin tua umur petanitosemakin
user menurun kemampuan fisiknya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
72
b. Modal Petani
Modal yang tersedia berhubungan langsung dengan peran
petani sebagai manajer dan juru tani dalam mengelola usahataninya.
Jenis komoditas yang akan diusahakan tergantung modal karena ada
komoditas yang padat modal sehingga memerlukan biaya yang
cukup tinggi untuk mengusahakannya. Hasil uji t didapatkan bahwa
nilai t hitung 2,573 lebih besar dari t tabel α = 5% sebesar 2,074.
Sehingga keputusannya Ho akan ditolak dan Hi akan diterima.
Berdasarkan hasil analisis menunjukan bahwa modal petani
berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani anggota Gapoktan.
Hal ini menunjukan bahwa faktor berupa modal petani memiliki
hubungan positif terhadap pendapatan petani anggota Gapoktan.
Koefisien regresi sebesar 0,411 menunjukkan bahwa tiap kenaikan
modal usahatani sebesar 10% maka akan meningkatkan pendapatan
usahatani sebesar 4,1 %.
Modal merupakan suatu faktor klasik yang kadang dirasakan
petani sebagai faktor penghambat dalam menjalankan usahatani.
Petani yang mempunyai banyak modal dapat segera menjalankan
usahataninya dengan mampu terbelinya saprodi yang akan
digunakan, namun bagi petani yang memiliki sedikit modal perlu
adanya pengelolaan atau manajemen modal secara baik agar mampu
menjalankan usahatani.
Bantuan modal yang dikeluarkan pemerintah sedikit banyak
membantu petani dalam pengadaan saprodi untuk memulai
usahatani. Pinjaman dana PUAP dirasa sangat membantu bagi petani
guna memperkuat modal petani untuk melaksanakan usahatani
kedepannya. Tambahan modal tersebut menumbuhkan semangat
petani untuk memulai menjalankan usahatani dengan baik. Modal
yang kuat memudahkan petani untuk pengadaan saprodi ataupun
memcukupi biaya-biaya lainnya dalam menjalankan usahatani padi
sawah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
74
c. Pendidikan Petani
Hasil uji t didapatkan bahwa nilai t hitung 1,793 lebih kecil
dari t tabel α = 5% sebesar 2,074. Sehingga keputusannya Ho akan
diterima dan Hi akan ditolak. Berdasarkan hasil analisis menunjukan
bahwa pendidikan petani berpengaruh tidak nyata terhadap
pendapatan petani anggota Gapoktan. Pendidikan petani secara
formal tidak berpengaruh terhadap pendapatan dari petani, karena
rata-rata pendidikan formal petani masih sangat rendah yaitu hanya
sampai tahap SMP.
Pendidikan non-formal sebenarnya lebih memberikan
pengaruh terhadap peningkatan pendapatan petani anggota
Gapoktan. Pendidikan yang didapat akan mempengaruhi pola
berfikir dari petani itu sendiri. Petani dapat membuka cakrawala
petani, menambah ketrampilan dan pengalaman petani dalam
mengelola usahataninya. Pengarahan yang dilakukan PPL
merupakan salah satu pendidikan non-formal yang diberikan oleh
penyuluh guna meningkatkan produksi dan berimbas pada
peningkatan pendapatan petani. Perlu adanya tambahan pendidikan
non-formal untuk menambah pengetahuan dan ketrampilan petani
sehingga petani dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
petani.
Pendampingan merupakan kata kunci keberhasilan PUAP
namun keswadayaan masyarakat sangat dibutuhkan dalam
pengentasan kemiskinan dan menggerakkan ekonomi serta
penciptaan lapangan kerja. Dalam hubungan ini pengembangan
kegiatan ekonomi masyarakat berbasis sektor pertanian menjadi
prioritas antara lain melalui kegiatan peningkatan kualitas SDM dan
peningkatan permodalan yang didukung sepenuhnya dengan
kegiatan pelatihan yang terintegrasi sejak dari kegiatan
penghimpunan modal, penguasaan teknik produksi, pengolahan dan
commit to user
pemasaran hasil. Pendampingan teknis usaha agribisnis dilaksanakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
75
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 84
digilib.uns.ac.id
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang usahatani padi petani penerima
dana PUAP dan petani bukan penerima dana PUAP di Kabupaten Purworejo,
dapat diambil kesimpulan antara lain:
1. Pendapatan dari usahatani padi sawah petani penerima dana PUAP
(Rp 13.718.900,00/Ha/MT) terbukti lebih tinggi daripada pendapatan
usahatani padi sawah petani bukan penerima dana PUAP
(Rp 11.080.500,00/Ha/MT). Faktor-faktor pengalaman petani dalam
usahatani padi sawah, modal petani untuk usahatani padi sawah,
pendidikan petani, harga jual dari produk yang dihasilkan, luas lahan yang
digunakan, manajemen yang dimiliki petani dan Gapoktan secara
bersama-sama berpengaruh terhadap pendapatan usahatani petani anggota
Gapoktan. Pengaruh dari setiap faktor menunjukkan bahwa modal petani,
harga jual produk, luas lahan dan Gapoktan berpengaruh nyata terhadap
pendapatan usahatani petani, sedangkan faktor berupa pengalaman petani,
pendidikan dan manajemen tidak berpengaruh terhadap pendapatan
usahatani petani.
2. Uji komparasi (t-test) terhadap efisiensi usahatani padi sawah,
memberikan nilai t-hitung (0,8) lebih kecil daripada nilai t-tabel (1,70).
Jadi efisiensi usahatani petani penerima dana PUAP sama dengan efisiensi
usahatani petani bukan penerima dana PUAP. Nilai incremental B/C Ratio
sebesar 4,41 maka, usahatani padi sawah petani penerima dana PUAP
lebih memberikan kemanfaatan daripada usahatani padi sawah petani
bukan penerima dana PUAP.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka saran yang dapat diberikan
antara lain :
commit to user
84
perpustakaan.uns.ac.id 85
digilib.uns.ac.id
commit to user