Anda di halaman 1dari 99

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PENDAPATAN PETANI PADA USAHATANI PADI SAWAH
(Kasus Pada Gapoktan Penerima PUAP dan Bukan Penerima PUAP
Di Kabupaten Purworejo)

SKRIPSI

Oleh:
Dhian Adam Agusta
H0307038

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PENDAPATAN PETANI PADA USAHATANI PADI SAWAH
(Kasus Pada Gapoktan Penerima PUAP dan Bukan Penerima PUAP
Di Kabupaten Purworejo)

Skripsi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian
di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Oleh :
Dhian Adam Agusta
H0307038

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
commit to user

i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PENDAPATAN PETANI PADA USAHATANI PADI SAWAH
(Kasus Pada Gapoktan Penerima PUAP dan Bukan Penerima PUAP
Di Kabupaten Purworejo)

Yang dipersiapkan dan disusun oleh


Dhian Adam Agusta
H0307038

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji


pada tanggal : Januari 2012
dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

Ketua Anggota I Anggota II

Ir. Agustono, M.Si R. Kunto Adi, SP, MP Dr. Ir. Joko Sutrisno, MP
NIP. 19640801 199003 1 004 NIP. 19731017 200312 1 002 NIP. 19670824 199203 1 003

Surakarta, Januari 2012


Mengetahui,
Universitas Sebelas Maret
Fakultas Pertanian
Dekan

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS


NIP. 19560225 198601 1 001
commit to user

ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin penulis panjatkan kehadirat Alloh


Subhanahu Wa Ta’ala atas limpahan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Analisis Faktor-
faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani pada Usahatani Padi Sawah
((Kasus Pada Gapoktan Penerima PUAP dan Bukan Penerima PUAP Di
Kabupaten Purworejo)” dengan baik Usaha dan upaya untuk melakukan yang
terbaik atas setiap kerja menjadikan akhir dari pelaksanaan penelitian terwujud
dalam bentuk penulisan skripsi. Skripsi disusun untuk memenuhi sebagian
persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penyusunan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah banyak memberikan bantuan baik moril maupun materiil kepada
penulis dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis tujukan
terutama kepada :
1. Allah SWT atas segalanya yang telah diberikan kepada penulis.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS. selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.
3. Ibu Dr. Ir. Sri Marwanti, MS, selaku Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/
Agrobisnis Fakultas Pertanian UNS Surakarta.
4. Ibu Ir. Sugiharti Mulya Handayani, M.P. selaku Ketua Komisi Sarjana
Jurusan/Prodi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian UNS
Surakarta.
5. Bapak Ir. Agustono, M.Si. selaku selaku Dosen Pembimbing Utama yang
dengan kasih selalu memberikan pengarahan, nasehat, dan petunjuk kepada
penulis.
6. Bapak R. Kunto Adi, SP.MP. selaku selaku Dosen Pembimbing Pendamping
yang selalu memberikan bimbingan, arahan serta motivasi kepada penulis.
commit to user

iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

7. Bapak Dr. Ir. Joko Sutrisno, MP. selaku Dosen Penguji atas diskusi saran dan
masukan kepada penulis.
8. Ibu Aulia Qonita, SP.MP. selaku Pembimbing Akademik yang selalu
bimbingan serta arahan kepada penulis selama menempuh pendidikan di
Fakultas Pertanian UNS Surakarta.
9. Bapak H. Santoso, S.Pd, Ibu Hj. Suwarni, S.Pd dan Adik Mohammad Arif H
tercinta serta segenap keluarga di rumah yang telah memberi segenap
perhatian, doa, pengorbanan, kasih sayang, dukungan materi dan spiritual
kepada penulis.
10. Jajaran pemerintah Kabupaten Purworejo, khususnya KPPT Kabupaten
Purworejo, Dinas Pertanian dan Pengelola PUAP Kabupaten Purworejo yang
telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.
11. Kantor Kecamatan Kemiri, BPP Kecamatan Kemiri, Penyuluh Pertanian
Lapangan Kecamatan Kemiri, Kepala Desa dan petani responden di Desa
Kroyo Lor atas bantuan kepada penulis selama penelitian.
12. Kantor Kecamatan Gebang, Penyuluh Pertanian Lapangan Kecamatan
Gebang, Kepala Desa dan petani responden di Desa Rendeng atas bantuan
kepada penulis selama penelitian.
13. Seluruh Dosen dan Karyawan Fakultas Pertanian UNS Surakarta yang telah
memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.
14. Teman-teman Agrobisnis 2007, Rizky, Pepi, Venty, Agnes, Nisa, Nian,
Fahmi, Elis, Widy, Eny, Dini, Dian, Nita dll.
15. Teman-teman Agrobisnis 2005, Mas Nasir, Mas Gulan dan Mas Panji, 2006,
2008, 2009,2010,2011 yang telah memberi semangat, masukan, dan tambahan
pengetahuan.
16. Teman-teman KRAITONG, Andi, Yosep, Prima, Bela, Joko, Rochmad, Diki,
Maman, Tyo.
17. Mas Jack dan Mas Yanto, yang telah membantu dalam memperbanyak
dokument yang penting.
18. Seluruh teman-teman Co.asissten dan praktikan Ekonomi Pertanian, di
commit
Fakultas Pertanian UNS Surakarta atastokejasamanya
user selama ini.

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

19. Teman-teman Kost GENERUS, Diki, Jindar, Ferdy, Aik, Doni, KrisJon,
Zaky, Galih, Ikhsan, Roga, Kholik, Ivan, Restu, Santok, Adi, Febry, Ucup dan
terimakasih pada kamar no 14.
20. Kendaraan Shogun yang selalu mengantarkan saya untuk mengejar cita-cita
selama 10 tahun.
21. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dari berbagai pihak demi perbaikan dari
skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan
pembaca pada umumnya.

Surakarta, Januari 2012

Penulis

commit to user

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x
RINGKASAN ................................................................................................. xii
SUMMARY...................................................................................................... xiii
I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
D. Kegunaan Penelitian ............................................................................ 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 7
A. Penelitiaan Terdahulu .......................................................................... 7
B. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 9
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah .................................................. 18
D. Pembatasan Masalah ............................................................................ 20
E. Hipotesis .............................................................................................. 21
F. Asumsi-asumsi ..................................................................................... 21
G. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel ..................... 21
III. METODE PENELITIAN....................................................................... 25
A. Metode Dasar Penelitian ...................................................................... 25
B. Metode Pengambilan Data ................................................................... 25
C. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 28
D. Teknik Pengumpulan Data................................................................... 28
E. Metode Analisis Data ........................................................................... 29
F. Pengujian Hipotesis ............................................................................. 31
IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN ...................................... 38
A. Keadaan Geografi ................................................................................ ` 38
B. Keadaan Penduduk............................................................................... 41
C. Keadaan Pertanian ............................................................................... 43
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 45
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 45
B. Pembahasan.......................................................................................... 67
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 84
A. Kesimpulan .......................................................................................... 84
B. Saran .................................................................................................... 84
commit to user
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 86
LAMPIRAN

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


Tabel 1. Jumlah Gapoktan Penerima dan bukan Penerima Dana PUAP di
Kabupaten Purworejo...... ................................................................ 26
Tabel 2. Luas Daerah dan Tata Guna Lahan di Kabupaten Purworejo,
Kecamatan Kemiri dan Kecamatan Gebang Tahun 2010................. 40
Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kecamatan
Kemiri dan Kecamatan Gebang Tahun 2010 .................................. 41
Tabel 4. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian Kecamatan
Kemiri dan Kecamatan Gebang Tahun 2010 .................................. 42
Tabel 5. Rata-rata Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman
Pangan di Kecamatan Kemiri dan Kecamatan Gebang Tahun
2010 ................................................................................................. 44
Tabel 6. Karakteristik Petani Sampel Anggota Gapoktan Seneng Maju dan
Petani Anggota Gapoktan Tani Maju di Kabupaten Purworejo ...... 49
Tabel 7. Rata-rata Penggunaan Sarana Produksi dan Tenaga Kerja
Usahatani Padi Sawah Petani Penerima Dana PUAP dan
Petani Bukan Penerima Dana PUAP di Kabupaten Purworejo
MT II Tahun 2011............................................................................. 51
Tabel 7. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Padi
Sawah Petani Penerima Dana PUAP dan Petani Bukan Penerima
Dana PUAP di Kabupaten Purworejo MT II Tahun 2011................... 52
Tabel 8. Rata-rata Biaya Sarana ProduksiUsahatani Padi Sawah Petani
Penerima Dana PUAP dan Petani Bukan Penerima Dana PUAP
di Kabupaten Purworejo MT II Tahun 2011................................... 53
Tabel 9. Rata-rata Biaya Tenaga Kerja Usahatani Padi Sawah Petani
Penerima Dana PUAP dan Petani Bukan Penerima Dana PUAP
di Kabupaten Purworejo MT II Tahun 2011……….….. ……….. 54
Tabel 10. Rata-rata Biaya Lain-lain Usahatani Padi Sawah Petani
Penerima Dana PUAP dan Petani Bukan Penerima Dana PUAP
di Kabupaten Purworejo MT II Tahun 2011……….……………. 56
Tabel 11. Rata-rata Biaya Total Usahatani Padi Sawah Petani Anggota
Penerima Dana PUAP dan Petani Bukan Penerima Dana PUAP
di Kabupaten Purworejo MT II Tahun 2011………………....….. 56
Tabel 12. Rata-rata Produksi, Harga dan Penerimaan Usahatani Padi
Sawah Petani Penerima Dana PUAP dan Petani Bukan Penerima
Dana PUAP di Kabupaten Purworejo MT II Tahun 2011 …...….. 57
Tabel 13. Rata-rata Pendapatan Usahatani Padi Sawah Petani Penerima
Dana PUAP dan Petani commit to user Dana PUAP
Bukan Penerima

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

di Kabupaten Purworejo MT II Tahun 2011………………........... 59


Tabel 14. Analisis Varians Penggunaan Faktor-faktor pada Usahatani
Padi Sawah Petani Penerima Dana PUAP dan Petani Bukan
Penerima Dana PUAP di Kabupaten Purworejo MT II Tahun
2011……………………………………………………………...... 60
Tabel 15. Analisis Uji Keberartian Koefisien Regresi Pengaruh Terhadap
Pendapatan Petani Anggota Gapoktan di Kabupaten Purworejo
MT II Tahun 2011 ........................................................................... 61
Tabel 16. Rata-rata Efisensi dan Kemanfaatan Usahatani Padi Petani
Penerima Dana PUAP dan Petani Bukan Penerima Dana PUAP
di Kabupaten Purworejo MT II Tahun 2011…………………..… 63
Tabel 17 Analisis Komparatif Pendapatan Usahatani Padi Sawah Petani
Penerima Dana PUAP dan Petani Bukan Penerima Dana PUAP
di Kabupaten Purworejo MT II Tahun 2011…………..................... 65
Tabel 18. Analisis Komparatif Efisiensi Usahatani Padi Sawah Petani
Penerima Dana PUAP dan Petani Bukan Penerima Dana PUAP
di Kabupaten Purworejo MT II Tahun 2011……………………… 65

commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran Pendekatan Masalah ........................ 20

commit to user

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman


Lampiran 1. Identitas Responden pada Usahatani Padi Sawah
Petani Bukan Penerima PUAP ............................................. 88
Lampiran 2. Identitas Responden pada Usahatani Padi Sawah
Petani Penerima PUAP ........................................................ 88
Lampiran 3. Penggunaan Sarana Produksi pada Usahatani Padi
Sawah Petani Petani Bukan Penerima PUAP ....................... 89
Lampiran 4. Penggunaan Sarana Produksi pada Usahatani Padi
Sawah Petani Penerima Dana PUAP .................................... 90
Lampiran 5. Penggunaan Tenaga Kerja pada Usahatani Padi Sawah
Petani Petani Bukan Penerima PUAP ................................... 91
Lampiran 6 Penggunaan Tenaga Kerja pada Usahatani Padi Sawah
Petani Penerima Dana PUAP ................................................ 92
Lampiran 7 Biaya Sarana Produksi pada Usahatani Padi Sawah
Petani Petani Bukan Penerima PUAP ................................... 94
Lampiran 8. Biaya Sarana Produksi pada Usahatani Padi Sawah
Petani Penerima Dana PUAP ................................................ 96
Lampiran 9. Biaya Tenaga Kerja pada Usahatani Padi Sawah
Petani Petani Bukan Penerima PUAP ................................... 98
Lampiran 10. Biaya Tenaga Kerja pada Usahatani Padi Sawah
Petani Penerima Dana PUAP ................................................ 99
Lampiran 11. Biaya Penyusutan Alat-alat Pertanian pada Usahatani
Padi Sawah Petani Petani Bukan Penerima PUAP ............. 100
Lampiran 12. Biaya Penyusutan Alat-alat Pertanian pada Usahatani
Padi Sawah Petani Penerima Dana PUAP ......................... 102
Lampiran 13. Biaya Lain-lain pada Usahatani Padi Sawah Petani
Petani Bukan Penerima PUAP ........................................... 104
Lampiran 14. Biaya Lain-lain pada Usahatani Padi Sawah Petani
Penerima Dana PUAP ......................................................... 105
Lampiran 15. Total Biaya pada Usahatani Padi Sawah Petani
Petani Bukan Penerima PUAP ............................................ 106
Lampiran 16. Total Biaya pada Usahatani Padi Sawah Petani
Penerima Dana PUAP ......................................................... 107
Lampiran 17. Produksi dan Penerimaan pada Usahatani Padi Sawah
Petani Petani Bukan Penerima PUAP ................................. 108
Lampiran 18. Produksi dan Penerimaan
commitpada Usahatani Padi Sawah
to user
Petani Penerima Dana PUAP .............................................. 109

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Lampiran 19. Manajemen yang dimiliki petani Usahatani Padi


Sawah Petani Petani Bukan Penerima PUAP dan
Petani Penerima Dana PUAP ............................................. 110
Lampiran 20. Modal yang dimiliki petani Usahatani Padi Sawah
Petani Petani Bukan Penerima PUAP dan Petani
Penerima Dana PUAP ........................................................ 111
Lampiran 21. Pendapatan dan Efisiensi Usahatani Padi Sawah Petani
Petani Bukan Penerima PUAP ........................................... 112
Lampiran 22. Pendapatan dan Efisiensi Usahatani Padi Sawah Petani
Penerima Dana PUAP ........................................................ 113
Lampiran 23. Uji Hipotesis Usahatani Padi Petani Penerima Dana PUAP
dan Petani Bukan Penerima Dana PUAP……………… 114
Lampiran 24. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Petani
Penerima Dana PUAP dan Petani Bukan Penerima
Dana PUAP……………………………………………….. 116
Lampiran 25. Hasil Analisis Regresi SPSS .............................................. 117
Lampiran 26. Perhitungan Incremental B/C Ratio ................................... 122
Lampiran 27. Kuisioner ............................................................................ 123
Lampiran 28. Surat Ijin Penelitian ............................................................ 129
Lampiran 29. Peta kabupaten Purworejo .................................................. 130
Lampiran 28 Dokumentasi....................................................................... 131

commit to user

xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

RINGKASAN

Dhian Adam Agusta. H0307038. Analisis Faktor-faktor yang


Mempengaruhi Pendapatan Petani pada Usahatani Padi Sawah (Kasus Pada
Gapoktan Penerima PUAP dan Bukan Penerima PUAP Di Kabupaten Purworejo)
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Di bawah bimbingan Ir.
Agustono, M. Si dan R. Kunto Adi, SP, MP.
Penelitian bertujuan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
pendapatan dan membandingkan pendapatan, efisiensi dan kemanfaatan antara
usahatani padi sawah petani penerima dana PUAP dan usahatani padi sawah
petani bukan penerima dana PUAP. Metode dasar penelitian ini adalah deskriptif
analisis dan pelaksanaannya menggunakan teknik survey. Penelitian dilakukan di
Kabupaten Purworejo yang meliputi Kecamatan Gebang dan Kecamatan Kemiri.
Penentuan desa yang dijadikan daerah sampel dilakukan secara purposive dengan
pertimbangan desa tersebut menerima bantuan dana PUAP yang mengembangkan
dana untuk usahatani padi sawah dan desa yang memiliki produktifitas padi tinggi
pada desa yang tidak menerima dana PUAP. Desa Rendeng dipilih mewakili desa
penerima dana PUAP sedangkan Desa Kroyo Lor dipilih mewakili desa bukan
penerima dana PUAP. Penentuan Gapoktan sampel dilakukan secara purposive,
yaitu Gapoktan Seneng Maju di Desa Rendeng dan Gapoktan Tani Maju di Desa
Kroyo Lor. Pemilihan petani sampel menggunakan metode pengambilan sampel
secara purposive dan simple random sampling yang berjumlah masing-masing 15
orang setiap jenis usahatani. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data
primer dan data sekunder yang dikumpulkan dengan teknik wawancara,
pencatatan dan observasi.
Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan petani penerima
dana PUAP (Rp 13.718.900,00/ha/MT) sedangkan rata-rata pendapatan petani
bukan penerima dana PUAP (Rp 11.080.500,00 /ha/MT). Nilai uji perbandingan
dari efisiensi menunjukkan t-hitung lebih kecil daripada t-tabel dan nilai
Incremental B/C Ratio sebesar 4,41. Berdasarkan hasil analisis tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa pendapatan usahatani padi sawah petani bukan
penerima dana PUAP lebih tinggi daripada pendapatan usahatani padi sawah
petani penerima dana PUAP, efisiensi dari usahatani padi petani penerima dana
PUAP sama dengan usahatani petani bukan penerima dana PUAP serta usahatani
padi sawah petani penerima dana PUAP memberikan kemanfaatan daripada
usahatani petani bukan penerima dana PUAP. Pengaruh dari setiap faktor
menunjukkan bahwa faktor modal, harga jual, luas lahan dan Gapoktan
berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani.

commit to user

xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

SUMMARY

Dhian Adam Agusta. H0307038. Analysis of the Influenced Factors of Rice


Field Farmer Income ( Case on Group Farmers’ Recipients PUAP and Group
Farmers’ Not Receiving PUAP In Purworejo Regency). Faculty of Agriculture,
Sebelas Maret University. Under the guidance of Ir. Agustono, M. Si dan R. Kunto
Adi, SP. MP.
The result of research that has purpose for knowing factors that influence
income and compare income, efficiency and function between Group Farmers’
recipients PUAP and Group Farmers’ not receiving PUAP. The base method of
this research used analysis descriptive and in implementation researcher used
survey technique. This research was done in Gebang Sub district and Kemiri Sub
district Purworejo Regency. The determination of sample area or sub district was
done with purposive sampling with the consideration the sub district received
fund of Development Agribusiness for Rural Civilize that developed the fund to
prosperity the farmers of rice plant and the village that has high productivity of
rice plant but did not receive fund of Development Agribusiness for Rural
Civilize. Rendeng Village was chosen as representative of village that received
fund Development Agribusiness for rural civilize, on the other hand Kroyo Lor
Village was chosen as representative of village that did not receive fund of
Development Agribusiness for Rural Civilize. The determination of sample Group
Farmers’ Community (Gapoktan) was done using purposive sampling, namely
Gapoktan Seneng Maju in Rendeng Village and Gapoktan Tani maju in Kroyo
Lor Village. The election of farmer sample used the method taking sample with
purposive sampling and simple random sampling, each of them has 15 people.
The data that was used in this research are primer data and secondary data that
were collected with the techniques of interview, observation and registry.
The result of analysis indicate the average of income farmer Group
Farmers’ recipients PUAP (Rp 13.718.900,00/ ha/ MT) and on the other hand, the
average of income farmer Group Farmers’ not receiving PUAP
(Rp 11.080.500,00/ha/MT). The value of the efficiency comparison test showed t-
count is smaller than t-table and value of Incremental B/C Ratio is 4,41.
According to the result of this analysis, it could be concluded the income plant
rice farmer that Group Farmers’ recipients PUAP was higher than income rice
plant farmer Group Farmers’ not receiving PUAP, the efficiency of rice farmer
that Group Farmers’ recipients PUAP equal to efficiency of rice plant farmer
Group not receiving PUAP. Was besides, the farmers Group Farmers’ recipients
PUAP gave advatages than farmers Group Farmers’ not receiving PUAP. The
influences from each factor indicate financial capital, value stud, land area and
group farmers’ have influence of the farmers’ income.

commit to user

xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peranan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi sangat penting
karena sebagian besar anggota masyarakat di negara-negara miskin
menggantungkan kehidupannya pada sektor pertanian. Sektor pertanian
memegang peranan yang penting dalam penyediaan input, misalnya
menyediakan input berupa tenaga kerja bagi sektor lainnya. Populasi pada
sektor pertanian pedesaan semakin lama akan menjadi sumber utama tenaga
kerja bagi sektor perkotaan. Tidak ada pembatasan keluarnya tenaga kerja dari
sektor pertanian, karena jika ada pembatasan tersebut maka akan terjadi
ketimpangan dalam pembangunan ekonomi (Arsyad, 1992).
Permasalahan mendasar yang dihadapi petani adalah kurangnya akses
kepada sumber permodalan, pasar dan teknologi, serta organisasi tani yang
masih lemah. Akibatnya kesejahteraan petani Indonesia pada umumnya saat ini
sangat kurang. Kemiskinan di pedesaan merupakan masalah pokok nasional
yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama
dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial. Oleh karena itu,
pembangunan ekonomi nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara
langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada pengurangan penduduk
miskin. Untuk mengatasi dan menyelesaikan permasalahan tersebut perlu
adanya intervensi dari pemerintah yang fokus pada pembangunan pertanian
pedesaan. Salah satu hal yang ditempuh ialah melalui pendekatan
mengembangkan usaha agribisnis dan memperkuat kelembagaan pertanian di
pedesaan.
Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) adalah kumpulan beberapa
kelompok tani yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala
ekonomi dan efisiensi usaha. Didalam Gapoktan terdapat kumpulan petani

commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kelompok tani yang memiliki kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi


lingkungan untuk meningkatkan dan mengembangkan usahatani dari anggota.
Pembentukan Gapoktan didasari pada pemufakatan bersama diantara
para petani dalam kelompok tersebut yang nantinya bekerjasama dalam suatu
lembaga untuk mengelola kegiatan usahatani yang lebih luas dan formal lagi.
Harapannya usahatani yang dikelola Gapoktan tersebut akhirnya menjadi
bentuk usaha yang ekonomis dan mampu meningkatkan kesejahteraan petani
angota (Supanggyo, 2007). Namun pada kenyataannya masih banyak Gapoktan
yang bergerak belum sesuai dengan harapan para anggotanya. Gapoktan
tersebut hanya memiliki nama dan tanpa ada kegiatan yang bertujuan
meningkatkan kesejahteraan anggota. Gapoktan yang bergerak aktif nantinya
akan mudah dalam mengakses kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan
pemerintah guna membantu peningkatan kesejahteraan petani, misalnya adanya
bantuan modal, bantuan sarana produksi atau bantuan alat-alat untuk usahatani.
Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) merupakan salah
satu program pemerintah dalam hal ini Departemen Pertanian yang telah
disosialisasikan pada tahun 2007 dan mulai dijalankan pada awal tahun 2008.
PUAP merupakan bentuk fasilitasi bantuan modal usaha untuk petani anggota,
baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani
yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di masing-masing
desa tempat tinggalnya. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) merupakan
kelembagaan tani pelaksana PUAP untuk penyaluran bantuan modal usaha bagi
anggota. Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pelaksanaan PUAP,
Gapoktan didampingi oleh tenaga Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra
Tani. Gapoktan PUAP diharapkan dapat menjadi kelembagaan ekonomi yang
dimiliki dan dikelola petani.
Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) merupakan salah
satu program pemerintah dalam hal ini Departemen Pertanian yang telah
disosialisasikan pada tahun 2007 dan mulai dijalankan pada awal tahun 2008.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dalam Peraturan Menteri Pertanian (Deptan, 2008a), program PUAP bertujuan


untuk:
a. Mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan
pengembangan kegiatan usaha agribisnis di pedesaan sesuai dengan potensi
wilayah.
b. Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, Pengurus Gapoktan,
Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani.
c. Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi pedesaan untuk
pengembangan kegiatan usaha agribisnis.
d. Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau
mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan.
Kabupaten di Jawa Tengah yang mendapat bantuan program PUAP
salah satunya adalah Kabupaten Purworejo. Kabupaten Purworejo merupakan
daerah yang memiliki potensi dalam pengembangan padi sawah. Hal ini
didukung dengan iklim yang sesuai untuk pengembangan padi sawah dan
luasnya areal lahan pertanian, terutama lahan sawah, serta tersedianya air bagi
perkembangan tanaman padi. Pertanian Tanaman Pangan merupakan penyangga
utama perekonomian Kabupaten Purworejo. Berdasarkan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) tahun 2004 Bidang Pertanian Tanaman Pangan
mempunyai peranan sebesar 34,75 % meningkat bila dibandingkan tahun 1999
yang hanya mencapai 24,75 %. Pertanian Tanaman Pangan diarahkan pada
upaya ketahanan pangan, peningkatan kesejahteraan pertanian, SDM,
pemberdayaan kelembagaan, produktifitas lahan, diversifikasi pangan dan gizi,
pengembangan agrobisnis dan agroindustri tanaman pangan (Ahmad. 2006).
Bantuan dana PUAP yang diperuntukkan bagi petani anggota Gapoktan
diharapkan dapat digunakan selaras dengan potensi alam yang ada di Kabupaten
Purworejo. Penggunaan dana diharapkan dikelola dengan baik oleh petani dan
digunakan untuk melaksanakan usahatani yang nantinya akan berimbas pada
peningkatan pendapatan petani. Disini peran pendamping sangatlah penting
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

untuk mengarahkan petani dalam pemanfaatan dana yang ada, karena faktor
utama yang mempengaruhi keberhasilan peningkatan pendapatan terletak pada
sumberdaya manusia yang ada adapun modal dan sumberdaya alam merupakan
faktor pendukung guna tercapainya kesejahteraan petani. Gapoktan di
Kabupaten Purworejo belum semuanya mendapatkan bantuan dana PUAP,
masih banyak Gapoktan yang belum memenuhi kriteria penerima bantuan
PUAP. Selain belum terpenuhinya persyaratan Gapoktan sebagai penerima
bantuan dana PUAP, juga masih minimnya informasi kepada Gapoktan yang
belum mendapat bantuan, sehingga ada Gapoktan yang sama sekali kurang
mengetahui apa itu program PUAP.

B. Perumusan Masalah
Gapoktan dibentuk sebagai kumpulan dari petani yang memiliki
kepentingan yang sama dan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
anggotanya. Selain itu fungsi Gapoktan juga sebagai lembaga perantara yang
menyalurkan informasi atau bantuan dari pemerintah kepada petani anggotanya.
Penyaluran dana PUAP terhadap petani diharapkan dapat membantu
permodalan petani yang selama ini sering dikeluhkan petani. Penambahan
modal tersebut bertujuan agar petani dapat menjalankan usahataninya dengan
lebih baik. Oleh karena itu, petani dalam melakukan usahataninya petani harus
senantiasa memperhatikan penggunaan faktor produksi agar mencapai produksi
optimal sehingga diperoleh keuntungan maksimal. Diharapkan kombinasi dari
faktor-faktor produksi yang digunakan para petani setelah mendapatkan
tambahan modal dapat memberikan peningkatan pendapatan usahatani,
memberikan kemanfaatan dan efisiensi usahatani bagi petani.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin mengetahui mengenai
pendapatan usahatani petani penerima dana PUAP maupun petani bukan
penerima dana PUAP. Selain itu juga ingin mengetahui tentang faktor-faktor
apa saja yang berpengaruh terhadap pendapatan usahatani petani. Peneliti juga

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ingin mengetahui efisiensi dan kemanfaatan dari usahatani yang dijalankan


petani anggota Gapoktan. Rumusan masalah yang dapat ditarik adalah sebagai
berikut:
1. Apakah pendapatan petani penerima program Pengembangan Usaha
Agribisnis Pedesaan (PUAP) lebih tinggi dari pada pendapatan petani bukan
penerima program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) dan
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan petani anggota
Gapoktan di Kabupaten Purworejo?
2. Apakah usahatani penerima program Pengembangan Usaha Agribisnis
Pedesaan (PUAP) lebih efisien dan lebih memberikan kemanfaatan dari
pada usahatani bukan penerima program Pengembangan Usaha Agribisnis
Pedesaan (PUAP) di Kabupaten Purworejo?

C. Tujuan
1. Mengkaji dan membandingkan pendapatan petani penerima program
Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) dengan pendapatan
petani bukan penerima program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan
(PUAP) dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan
petani anggota Gapoktan di Kabupaten Purworejo.
2. Mengkaji efisiensi dan kemanfaatan usahatani penerima program
Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) dengan usahatani bukan
penerima program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) di
Kabupaten Purworejo

D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi peneliti, penelitian ini memberikan tambahan pengetahuan dan
pengalaman tentang program PUAP dan merupakan salah satu prasyarat
untuk menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Bagi pemerintah dan instansi terkait, diharapkan dapat menjadi


pertimbangan dalam menentukan kebijakan selanjutnya.
3. Bagi penerima PUAP, sebagai bahan pertimbangan dalam mengalokasikan
dana PUAP dengan lebih baik.
4. Bagi pihak lain, penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan
serta sebagai sumber atau referensi berkaitan dengan penelitian terkait.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian Amrita (2010) dalam penelitiannya yang berjudul
Persepsi Petani Terhadap Program Pengembangan Agribisnis Pedesaan
(PUAP) di Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen, diperoleh hasil bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara kedekatan dengan persepsi petani terhadap
program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP). Terdapat hubungan
yang sangat signifikan antara pengalaman, motivasi, pendidikan non formal serta
lingkungan sosial dengan persepsi petani terhadap program PUAP di Kecamatan
Tanon. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia, pendidikan formal
serta pendapatan petani dengan persepsi petani terhadap program PUAP di
Kecamatan Tanon.
Hasil penelitian Nawawi (2010) dalam penelitiannya yang berjudul
Hubungan antara Faktor Sosial Ekonomi Pertanian dan Karakteristik Kredit
dengan Efektifitas Kredit Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan
(PUAP) di Kecamatan Paranggubito, Kabupaten Sragen, menyimpulkan bahwa
pendapatan dari kegiatan usahatani jagung tergolong dalam kategori tinggi,
artinya petani memperoleh keuntungan dari usahatani jagung. Produktivitas
komoditas jagung setiap areal tanam berada pada kelas kategori tinggi, artinya
ada peningkatan produktifitas bila dibandingkan dengan sebelum adanya kredit
program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP).
Hasil penelitian Setyowati (2010) dalam penelitiannya yang berjudul
Pengelolaan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) oleh
Gapoktan di Desa Pereng, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar,
menyimpulkan bahwa pencapaian tujuan program PUAP mengurangi kemiskinan
dan pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha
agribisnis di pedesaan sesuai potensi wilayah tergolong dalam kategori sedang
(belum tercapai). Dilihat dari pendapatan anggota tiap bulannya bertambah
commit to user
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Rp 225.050,- penggunaan tenaga kerja sebelum dan sesudah mendapat dana


PUAP tidak mengalami perubahan. Pencapaian tujuan program PUAP
meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra
lembaga keuangan dalam rangka akses kepermodalan tergolong dalam kategori
tinggi (sudah tercapai) yang berarti dana program PUAP dikelola oleh LKM
namun masih belum adanya kemitraan dengan pihak lain.
Hasil penelitian Lukluatul (2010) mengenai Hubungan Kinerja Gapoktan
Dan Penyuluh Pendamping Dengan Tingkat Keberhasilan Program
Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Di Kabupaten Klaten
menyimpulkan bahwa tingkat dari keberhasilan program Pengembangan Usaha
Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Kabupaten Klaten sebagai berikut :
1. Pencapaian tujuan PUAP mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui
penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai
potensi wilayah tergolong dalam kategori sedang (belum tercapai).
2. Pencapaian tujuan PUAP meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis,
pengurus gapoktan dan penyuluh tergolong dalam kategori sedang (belum
tercapai).
3. Pencapaian tujuan PUAP memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi
perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis tergolong dalam
kategori sedang (belum tercapai).
4. Pencapaian tujuan PUAP meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani
menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke
permodalan tergolong dalam kategori rendah (tidak tercapai).
Berdasarkan penelitian terdahulu tentang program PUAP yang telah
berjalan dibeberapa kabupaten menunjukkan bahwa program PUAP belum
sepenuhnya berhasil apabila ditinjau dari tujuan awal program tersebut. Pada
Kabupaten Klaten program PUAP yang telah berjalan belum menunjukkan hasil
yang memuaskan karena semua tujuan dari PUAP belum dapat tercapai.
Kabupaten Karanganyar juga belum sepenuhnya dapat menjalankan apa yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

menjadi tujuan program PUAP. Pada tujuan PUAP tentang mengurangi


kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan
usaha agribisnis di pedesaan sesuai potensi wilayah belum dapat tercapai.
Namun pada Kabupaten Sragen program PUAP sudah mampu meningkatkan
pendapatan petani dari yang dulunya pendapatan sedikit dengan bantuan dana
PUAP pendapatan petani menjadi meningkat.

B. Tinjauan Pustaka
1. Pembangunan Pertanian
Pembangunan pertanian merupakan perubahan dalam teknik
produksi pertanian dan sistem usahatani menuju ke situasi yang diinginkan,
biasanya situasi yang memungkinkan petani dapat memanfaatkan hasil-hasil
penelitian pertanian dan berkurangnya pertanian pokok dan lebih
berorientasi pasar (Van den Ban dan Hawkins, 1999).
Di negara-negara Dunia Ketiga (termasuk Indonesia) yang pada
umumnya masih tergolong sebagai negara yang masih terbelakang atau
sedang berkembang selalu menunjukkan bahwa kontribusi sektor pertanian
terhadap pertumbuhan ekonomi nasional selalu menduduki posisi yang
sangat vital (Mardikanto, 1993).
Mosher dalam Van den Ban dan Hawkins (1999) menyebutkan
syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mewujudkan keberhasilan
pembangunan pertanian. Syarat-syarat tersebut adalah : pasar akan hasil-
hasil pertanian, teknologi pertanian yang terus-menerus berubah,
tersedianya input dan alat pertanian di tingkat lokal, insentif produksi yang
menguntungkan petani untuk memproduksi lebih banyak, tidak hanya
menguntungkan tuan tanah dan tengkulak saja, serta sarana transportasi dari
desa ke desa.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10

Berdasarkan pengalaman pembangunan pertanian yang telah


dilaksanakan di Indonesia selama tiga dasawarsa terakhir, menunjukkan
masih diperlukan perbaikan-perbaikan yang menyangkut :
a. Perbaikan kelembagaan pertanian (better organization) demi terjalinnya
kerjasama dan kemitraan antar stakeholders
b. Perbaikan kehidupan masyarakat (better community) yang tercermin
dalam perbaikan pendapatan, stabilitas keamanan dan politik
c. Perbaikan usaha dan lingkungan hidup (better environment) demi
kelangsungan usahataninya (Deptan dalam Mardikanto, 2003).

2. Petani dan Gapoktan


a. Petani
Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi
sebagian atau seluruh kebutuhan hidupnya di bidang pertanian dalam
arti luas yang meliputi usahatani pertanian, peternakan, perikanan dan
pemungutan hasil laut. Peranan petani sebagai pengelola usahatani
berfungsi mengambil keputusan dalam mengorganisir faktor-faktor
produksi yang diketahui (Hernanto, 1993).
Menurut Samsudin (1982), yang dimaksud dengan petani adalah
mereka yang untuk sementara waktu atau tetap menguasai sebidang
tanah pertanian, menguasai sesuatu cabang usahatani atau beberapa
cabang usahatani dan mengerjakan sendiri, baik dengan tenaga sendiri
maupun dengan tenaga bayaran.
Mosher dalam Mardikanto (2009), memberikan gambaran yang
agak luas tentang petani, yakni:
1) Petani sebagai manusia, petani sebagai mausia merupakan seorang
yang rasional yang memiliki harapan-harapan, keinginan-keinginan,
dan kemaunan untuk menjadi lebih baik. Disamping itu, petani
seperti halnya manusia yang lain juga memiliki harga diri dan tidak

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

11

bodoh, sehingga mempunyai potensi yang dapat dikembangkan guna


memperbaiki kehidupannya. Petani sebagai manusia, umumnya
adalah kepala keluarga di dalam rumah tangganya. Karena itu,
sebenarnya tidak ada satupun petani yang tidak selalu ingin
memperbaiki kehidupan dan kesejahteraan keluarganya.
2) Petani sebagai juru tani, adalah petani yang melakukan kegiatan
bertani, yang memiliki pengalaman dan telah belajar dari
pengalamannya. Hasil belajarnya tersebut tercermin dari kebiasaan-
kebiasaan yang mereka terapkan dalam kegiatan bertani.
3) Petani sebagai pengelola usahatani, selain sebagai manusia dan juru
tani, seorang petani umunya juga pengelola atau manajer dari
usahataninya. Hal ini berarti bahwa, petani adalah orang yang
memiliki wewenang untuk mengambil keputusan sendiri tentang
usahatani yang dikelolanya serta terbiasa mempertanggungjawabkan
hasil pengelolaannya itu kepada keluarga serta masyarakat
lingkungannya.
b. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) adalah kumpulan beberapa
kelompok tani yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan
skala ekonomi dan efisiensi usaha. Sedangkan kelompok tani itu sendiri
merupakan kumpulan petani dan peternak yang dibentuk atas dasar
kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi,
sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan
usaha anggota (Deptan, 2008a).
Dalam perkembangannya, agar kegiatan menjadi lebih efektif
kelompok-kelompok tani yang mempunyai ciri-ciri sebagai organisasi
informal bergabung membentuk suatu organisasi yang merupakan
gabungan dari kelmpok-kelompok tani atas dasar permufakatan
bersama, diantara para petani dalam kelompok tersebut, kemudian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

12

bekerjasama dalam suatu organisasi yang lebih, dan lebih untuk


mengelola kegiatan usaha tani yang lebih luas dan formal menjadi
Gabungan Kelompok Tani. Yang diharapkan usaha tani yang dikelola
gapoktan tersebut akhirnya menjadi bentuk usaha yang ekonomis.
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) mempunyai peranan yang dapat
diuraikan sebagai berikut (Supanggyo, 2007):
a. Pengikat yang menyatukan dan menyalurkan kepentingan sosial dan
ekonomi dalam bidang usaha tani dari kelompok-kelompok tani
anggotanya
b. Wadah untuk belajar berorganisasi kearah usaha bersama untuk
kegiatan bisnis yang bersifat komersial dalam rangka pengembangan
koperasi petani
c. Pelancar tercapainya peningkatan produksi dan keuntungan petani
d. Wadah musyawarah untuk memecahkan masalah-masalah secara
bersama-sama
e. Tempat mengembangkan sikap demokratis dan kepemimpinan

3. Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP)


Mempercepat tumbuh dan berkembangnya usaha agribisnis
sekaligus mengurangi kemiskinan dan pengangguran di perdesaan,
pemerintah meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri (PNPM Mandiri). Salah satu kegiatan dari PNPM-M di
Departemen Pertanian dilakukan melalui kegiatan Pengembangan Usaha
Agribisnis Perdesaan (PUAP). Tujuan digulirkannya Program PUAP ini
adalah untuk menumbuhkembangkan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan
sesuai dengan potensi wilayah, melalui koordinasi Gapoktan sebagai
organisasi petani.
Meningkatkan fungsi Gapoktan sebagai lembaga ekonomi petani
menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dan akses pasar.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

13

Meningkatkan kinerja program-program Departemen Pertanian yang telah


ada sebelumnya utamanya dalam memfasilitasi akses permodalan petani
untuk mendukung usaha agribisnis perdesaan dan serta mengurangi
kemiskinan dan pengangguran di perdesaan. Program PUAP telah
direncanakan mulai tahun anggaran 2007 dan dilaksanakan mulai pada
tahun anggaran 2008 dengan sasaran 11.000 desa/Gapoktan penerima
BLM–PUAP namun dalam pelaksanaannya yang dapat diselesaikan sebesar
10.542 Gapoktan karena pada saat itu masih belum banyaknya Gapoktan
yang memenuhi syarat sebagai penerima dana PUAP.
Departemen Pertanian telah mengalokasikan dana Bantuan
Langsung Masyarakat (BLM) dari APBN sebagai dana stimulan untuk
Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) sebesar Rp
100.000.000,- per Gabungan kelompok tani (Gapoktan). Dana tersebut
digunakan untuk membiayai kegiatan produktif Budidaya (on farm) seperti
tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan perkebunan, serta kegiatan off
farm (non budidaya) yang terkait dengan komoditas pertanian yaitu industri
rumah tangga pertanian, pemasaran hasil pertanian (bakulan, dll) dan usaha
lain berbasis pertanian.
Gapoktan merupakan sasaran kelembagaan tani pelaksana PUAP
sebagai penyalur modal usaha agribisnis bagi petani atau peternakan. Tidak
maksimalnya penyaluran dana BLM-PUAP diakibatkan oleh lemahnya
persiapan dokumen di tingkat Gapoktan dan belum optimalnya pelaksanaan
verifikasi di tingkat Tim Teknis PUAP di Kabupaten/Kota. Kekurangan
tersebut seharusnya menjadi bahan koreksi agar pada tahun-tahun
selanjutnya PUAP dapat benar-benar bermanfaat bagi petani.

4. Pendapatan Usahatani
Usahatani merupakan suatu kegiatan memproduksi produk pertanian
yang bertujuan untuk memperoleh pendapatan semaksimal mungkin.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

14

Pendapatan usahatani diperoleh dari selisih biaya yang dikeluarkan oleh


usahatani dengan penerimaan yang diperoleh dari usaha tani. Analisis
pendapatan usahatani menggambarkan keadaan usahatani pada saat tertentu,
dapat merupakan keadaan sekarang, masa lalu ataupun perencanaan untuk
masa yang akan datang. Analisis pendapatan usahatani dapat digunakan oleh
petani untuk mengukur keberhasilan usahataninya.
Pendapatan usahatani merupakan selisih antara nilai produksi
dengan semua biaya usahatani yang benar-benar dikeluarkan. Secara teknis,
pendapatan bersih usahatani dihitung dari pengurangan antara jumlah
penerimaan dan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Menurut
Soekartawi (1995), penerimaan adalah perkalian antara produksi yang
diperoleh dengan harga jual. Biaya usahatani adalah semua pengeluaran
yang dipergunakan dalam suatu usahatani dan pendapatan usahatani adalah
selisih antara penerimaan dan pengeluaran. Secara matematis penerimaan
usahatani dapat ditulis sebagai berikut:
TR = Py x Y
dimana:
TR : Total penerimaan
Y : Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani
Py : Harga Y
Menurut Hadisapoetra (1973), biaya usahatani dibagi menjadi tiga
kategori, yaitu:
a. Biaya alat-alat luar yaitu semua pengorbanan yang diberikan dalam
usahatani untuk memperoleh pendapatan kotor termasuk penyusutan
alat-alat, kecuali bunga seluruh aktiva yang dipergunakan dan biaya
untuk kegiatan pengusaha (keuntungan pengusaha) dan upah tenaga
keluarga sendiri.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

15

b. Biaya mengusahakan yaitu biaya alat-alat luar ditambah dengan upah


tenaga keluarga sendiri, yang diperhitungkan berdasarkan upah yang
dibayarkan kepada tenaga luar.
c. Biaya menghasilkan yaitu biaya mengusahakan ditambah dengan bunga
dari aktiva yang dipergunakan dalam usahatani.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Biaya dan Pendapatan Usahatani


Menurut Suratiyah (2006), yang dimaksud faktor-faktor produksi
dalam menjalankan usahatani pada dasarnya adalah alam, tenaga kerja, modal
dan peralatan, serta manajemen. Alam dan tenaga kerja merupakan faktor
produksi asli, sedangkan modal dan peralatan subtitusi dari alam dan tenaga
kerja. Manajemen sebagai faktor produksi tidak langsung, karena peran petani
sebagai tenaga kerja maupun manajer.
Menurut Soekartawi (1995), lahan pertanian dapat dibedakan dengan
tanah pertanian. Lahan pertanian dapat diartikan sebagai tanah yang
dipersiapkan untuk diusahakan usahatani misalnya sawah, tegal, dan
pekarangan. Sedangkan tanah pertanian adalah tanah yang belum tentu
diusahakan dengan usaha pertanian. Sebagai sumberdaya alam, lahan
merupakan wadah dan faktor produksi yang strategis bagi kegiatan
pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pola
penggunaan lahan pada dasarnya bersifat dinamis mengikuti perkembangan
penduduk dan pola pembangunan wilayah
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya biaya dan pendapatan
sangatlah kompleks. Namun demikian, faktor tersebut dapat dibagi kedalam
dua golongan sebagai berikut (Suratiyah, 2006).
a. Faktor Internal dan Faktor Eksternal
Faktor internal maupun faktor eksternal akan bersama-sama
mempengaruhi biaya dan pendapatan usahatani. Faktor internal yang
mempengaruhi antara lain:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

16

1. Umur petani.
Semakin tua umur petani akan semakin berpengalaman sehingga
semakin baik dalam mengelola usahataninya. Namun, disisi lain
semakin tua umur petani semakin menurun kemampuan fisiknya
sehingga semakin memerlukan bantuan tenaga kerja, baik dalam
keluarga maupun dari luar keluarga.
2. Pendidikan Petani
Pendidikan terutama non-formal misalnya kursus kelompok tani,
penyuluhan, studi banding, dan pertemuan selapanan akan membuka
cakrawala petani, menambah ketrampilan dan pengalaman petani dalam
mengelola usahataninya. Hal ini sangat diperlukan mengingat sebagian
besar petani berpendidikan formal rendah.
3. Jumlah Tenaga Kerja dalam Keluarga
Jumlah tenaga kerja dalam keluarga akan berpengaruh langsung
pada biaya. Semakin banyak menggunakan tenaga kerja keluarga maka
semakin sedikit biaya yang dikeluarkan untuk mengupah tenaga kerja
luar keluarga. Petani lahan sempit dengan tenaga kerja keluarga yang
tersedia, dapat menyelesaikan pekerjaan usahataninya tanpa
menggunakan tenaga kerja luar keluarga yang diupah. Dengan
demikian, biaya perusahatani menjadi rendah, namun jika lahan
garapan lebih luas maka belum tentu tenaga kerja keluarga mampu
mengerjakan semuanya.
4. Modal Petani
Modal yang tersedia berhubungan langsung dengan peran petani
sebagai manajer dan juru tani dalam mengelola usahataninya. Jenis
komoditas yang akan diusahakan tergantung modal karena ada
komoditas yang padat modal sehingga memerlukan biaya yang cukup
tinggi untuk mengusahakannya

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

17

Faktor eksternal dari segi faktor produksi (input) terbagi dalam dua
hal, yaitu ketersediaan dan harga. Lain halnya dengan faktor internal yang
pada umumnya dapat diatasi oleh petani. Faktor ketersediaan dan harga
faktor produksi benar-benar tidak dapat dikuasai oleh petani sebagai
individu berapapun dana tersedia. Namun, jika faktor produksi berupa
pupuk tidak tersedia atau langka di pasaran maka petani akan mengurangi
penggunaan faktor produksi. Demikian pula jika harga pupuk sangat
tinggi bahkan tidak terjangkau. Semuanya itu pasti berpengaruh pada
biaya, produktivitas, dan pendapatan usahatani.
Demikian pula dari segi produksi (output). Jika permintaan akan
produksi tinggi maka harga di tingkat petani tinggi pula sehingga dengan
biaya yang sama petani akan memperoleh pendapatan yang tinggi pula.
Sebaiknya, jika petani telah berhasil meningkatkan produksi, tetapi harga
turun maka pendapatan akan turun pula.
b. Faktor Manajemen
Faktor manajemen juga sangat menentukan disamping faktor
internal dan eksternal. Dengan faktor internal tertentu maka petani harus
dapat mengantisipasi faktor ekternal yang selalu berubah-ubah dan tidak
sepenuhnya dapat dikuasai. Petani sebagai manajer harus dapat
mengambil keputusan dengan berbagai pertimbangan ekonomis sehingga
diperoleh hasil yang memberikan pendapatan yang optimal. Petani sebagai
juru tani harus dapat melaksanakan usahataninya dengan sebaik-baiknya,
yaitu penggunaan faktor produksi dan tenaga kerja secara efisien sehingga
akan diperoleh manfaat yang setinggi-tingginya.
Pelaksanaan usahatani sangat diperlukan berbagai informasi tentang
kombinasi faktor produksi dan informasi harga baik harga faktor produksi
maupun produk. Dengan bekal informasi tersebut petani dapat segera
mengantisipasi perubahan yang terjadi agar tidak terjadi salah pilih dan
mengalami kerugian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

18

6. Efisiensi dan Kemanfaatan Usahatani


Menurut Soekartawi (1995), penghitungan efisiensi usahatani yang
sering digunakan adalah Revenue Cost Ratio (R/C Ratio). R/C Ratio adalah
perbandingan antara penerimaan dan biaya, dirumuskan :
R
R Ratio =
C C
Keterangan :
R = Besarnya penerimaan usahatani
C = Besarnya biaya usahatani yang dikeluarkan
Semakin besar nilai R/C Ratio maka semakin besar keuntungan yang
diperoleh petani. Demikian pula menurut Mubyarto (1989) apabila hasil
bersih usahatani besar maka ini mencerminkan rasio yang baik dari nilai hasil
dan biaya. Makin tinggi rasio ini berarti usahatani makin efisien. Tentu saja
efisiensi ini berbeda antara usahatani yang satu dengan usahatani yang lain.
Menurut Sutrisno (1983), untuk mengetahui usahatani yang secara
ekonomi mempunyai kemanfaatan yang lebih besar dengan menggunakan
Increamental Benefit Cost Ratio. Increamental B/C Ratio dirumuskan :
DB
Increamental B / C Ratio =
DC
Keterangan :
DB = Selisih penerimaan usahatani petani anggota Gapoktan Seneng Maju
dan petani anggota Gapoktan Tani Maju.
DC = Selisih biaya usahatani petani anggota Gapoktan Seneng Maju dan
petani anggota Gapoktan Tani Maju.

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah


Pengembangan Usaha agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan program
terobosan Departemen Pertanian untuk penanggulangan kemiskinan dan
penciptaan lapangan kerja di perdesaan, sekaligus mengurangi kesenjangan
pembangunan antar wilayah pusat dan daerah serta antar subsektor. PUAP
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

19

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Program Nasional Pemberdayaan


Masyarakat (PNPM) Mandiri yang dikoordinasikan oleh kantor Menko
KESRA. Lokasi PUAP itu sendiri difokuskan di 10.000 desa miskin/ tertinggal/
yang memiliki potensi pertanian dengan total anggaran sebesar Rp 1 triliun.
Untuk pelaksanaan PUAP di Departemen Pertanian, Menteri Pertanian
membentuk Tim Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan melelui
Keputusan Menteri Pertanian (KEPMENTAN) Nomor 45/Kpts/OT.160/9/2007.
PUAP merupakan bentuk fasilitas bantuan modal usaha untuk petani anggota,
baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani.
Pelaksana dari program PUAP ini adalah Gapoktan, Penyuluh Pendamping, dan
Penyelia Mitra Tani. Yang mana dari ketiga pelaksana program tersebut
mempunyai tugas masing-masing (Deptan, 2008b)
Dana program PUAP dari pemerintah nantinya disalurkan kepada
Gapoktan dengan dana masing-masing Gapoktan sebesar Rp 100.000.000,- dan
pihak Gapoktan sendiri akan memberikan dana tersebut ke masing-masing
kelompok tani dengan besaran sesuai dengan kebutuhan kelompok tani tersebut.
Dana tersebut nantinya akan digunakan kelompok tani baik untuk kegiatan off
farm atau on farm yang berbasis pertanian. Proses kegiatan tersebut nantinya
akan mempengaruhi keberhasilan output dan outcome dari program PUAP.
Keberhasilan dari program PUAP diharapkan akan meningkatkan pendapatan
dari petani, sehingga kesejahteraan petani akan ikut meningkat.
Menganalisis pendapatan usahatani diperlukan dua keterangan pokok,
yaitu keadaan penerimaan, menunjukkan nilai uang yang diterima dari
penjualan produk usahatani dan keadaan pengeluaran, menunjukkan
keseluruhan biaya yang dikeluarkan dari usahatani selama jangka waktu
tertentu, satu musim tanam atau satu tahun.
Biaya adalah nilai dari semua masukan ekonomik yang diperlukan untuk
menghasilkan suatu produk, yang dapat diperkirakan serta diukur. Dalam
penelitian ini, biaya usahatani yang digunakan adalah biaya mengusahakan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

20

Biaya mengusahakan adalah biaya alat-alat luar (meliputi upah tenaga kerja
luar, bibit, pupuk, obat-obatan, pajak, selamatan, biaya penyusutan alat-alat, dan
lain-lain) ditambah dengan upah tenaga kerja sendiri, yang diperhitungkan
berdasarkan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja luar.
Penerimaan atau pendapatan kotor merupakan keseluruhan penerimaan
usahatani yang diperoleh dari semua cabang dan sumber dalam usahatani
selama satu tahun, yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan, pertukaran,
atau penaksiran kembali. Dalam menaksir penerimaan usahatani ini semua
komponen produk yang tidak dijual dinilai berdasarkan harga di tingkat petani,
dari uraian diatas dapat dibuat kerangka berpikir sebagai berikut:

Gapoktan/Kecamatan

Penerima Bukan Penerima


PUAP PUAP

Proses Produksi Proses Produksi

Input Output Input Output

Biaya Penerimaan Biaya Penerimaan

Pendapatan Pendapatan
Efisiensi Kemanfaatan Efisiensi Kemanfaatan
Usahatani Usahatani

ü Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani


Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran Pendekatan Masalah
D. Pembatasan Masalah
1. Responden adalah anggota kelompok tani yang mendapatkan bantuan dana
PUAP serta anggota kelompok tani yang bukan penerima bantuan dana
PUAP.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

21

2. Luas lahan responden berkisar 0,4 - 0,75 hektar.


3. Data yang digunakan adalah data usahatani padi sawah pada musim tanam
kedua (MT II) bulan Mei sampai dengan Agustus 2011.

E. Hipotesis
1. Diduga pendapatan petani Gapoktan penerima bantuan dana PUAP lebih
tinggi daripada petani Gapoktan yang bukan penerima bantuan dana PUAP
dan faktor-faktor berupa besarnya modal, manajemen, pengalaman usaha,
pendidikan, harga jual tiap komoditas, Gapoktan dan luas lahan
berpengaruh terhadap pendapatan usahatani petani anggota Gapoktan.
2. Diduga usahatani petani penerima bantuan dana PUAP lebih efisien dan
lebih memberikan kemanfaatan dibandingkan usahatani petani bukan
penerima bantuan dana PUAP.

F. Asumsi
1. Tingkat harga yang berlaku adalah harga saat penelitian.
2. Model analisis yang digunakan didasarkan pada pasar dalam bentuk
persaingan sempurna.
3. Hasil produksi padi dijual keseluruhan.
4. Keadaan tanah, iklim, ketinggian tempat dan topografi di daerah penelitian
dianggap berpengaruh normal terhadap proses produksi pada usahatani
padi.
5. Keseluruhan dari input produksi diperoleh dari membeli.
6. Variabel-variabel lain yang tidak diamati dalam penelitian ini diabaikan
selama penelitian berlangsung.

G. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel


1. Gapoktan adalah gabungan dari kelompok tani dalam satu desa.
2. PUAP adalah bantuan dana yang diberikan oleh Departemen Pertanian
kepada Gapoktan di Kabupaten Purworejo yang bertujuan:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

22

a. Mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan


pengembangan kegiatan usaha agribisnis.
b. Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, Pengurus Gapoktan,
Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani.
c. Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk
pengembangan kegiatan usaha agribisnis.
d. Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau
mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan.
3. Petani sampel adalah petani-petani yang menjadi anggota Gapoktan Seneng
Maju daan Gapoktan Tani Maju yang menjalankan usahatani padi sawah.
4. Produksi padi adalah jumlah padi dalam bentuk gabah kering panen yang
dihasilkan dari usahatani selama satu musim tanam dengan satuan
kilogram/Musim Tanam (Kg/MT).
5. Harga Jual adalah harga komoditi pertanian yang ditanam (padi), ditingkat
petani (Rp/Kg).
6. Penerimaan usahatani padi adalah nilai uang yang diterima petani dari hasil
produksi usahatani padi, merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi
(dalam bentuk gabah kering panen) dengan harga jual produk per kilogram
(Kg), dinyatakan dalam rupiah (Rp/Ha/MT).
7. Biaya usahatani adalah biaya mengusahakan dalam kegiatan usahatani,
meliputi biaya alat-alat luar termasuk penyusutan peralatan ditambah upah
tenaga kerja keluarga sendiri yang diperhitungkan berdasarkan upah yang
dibayarkan kepada tenaga kerja luar dinyatakan dalam satuan rupiah per
hektar per musim tanam dalam satu musim dinyatakan dalam Rp/Ha/MT.
8. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dengan biaya
usahatani dalam satu musim tanam yang diukur dalam Rp/Ha/MT.
9. Pengalaman adalah lamanya petani mengusahakan usahatani padi sawah
yang dapat diukur dari masa kerja dan dinyatakan dalam tahun.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

23

10. Pendidikan petani adalah pendidikan formal petani yang dinyatakan dalam
tahun.
11. Luas lahan adalah luas lahan sawah garapan petani yang digunakan untuk
usahatani padi selama satu kali musim tanam, dan dinyatakan dengan
satuan hektar (Ha).
12. Modal petani merupakan besarnya biaya yang dikeluarkan petani untuk
usahatani padi sawah selama 1 MT, yang diukur dari biaya mengusahakan
yang dikeluarkan dalam 1 MT dan dinyatakan dalam rupiah (Rp).
13. Manajemen merupakan suatu kemampuan yang harus dimiliki petani untuk
dapat mengambil keputusan dengan berbagai pertimbangan ekonomis
sehingga memberikan pendapatan yang maksimal dinyatakan dengan baik
buruknya pengelolaan manajemen oleh petani.
14. Manajemen yang baik adalah dimana petani sebagai manajer dapat
mengambil keputusan dengan berbagai pertimbangan ekonomis sehingga
diperoleh hasil yang memberikan pendapatan yang maksimal.
15. Manajemen yang tidak baik dimana petani sebagai manajer kurang dapat
mengambil keputusan dengan berbagai pertimbangan ekonomis sehingga
diperoleh hasil yang memberikan pendapatan yang maksimal.
16. Kriteria petani yang memiliki manajemen yang baik adalah
a. Perencanaan : 1. Pemilihan atau penetapan tujuan kedepan dari
usahatani yang diusahakan.
2. Penentuan strategi dan kebijaksanaan.
3. Pengaturan anggaran yang akan dikeluarkan.
b. Pengorganisasian : 1. Penentuan sumber daya untuk mencapai tujuan.
2. Penegasan wewenang dan tanggung jawab.
c. Penyusunan Personalia : 1. Pelatihan dan pengembangan sumber daya.
2. Penetapan dan pemberian orientasi pada
pekerja.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

24

d. Pengarahan : Menegaskan pekerja untuk bergerak melaksanakan


rencana awal.
e. Pengawasan : 1. Untuk mengetahui apakah tujuan telah dapat dicapai.
2. Pengambilan tindakan koreksi yang diperlukan bila
pelaksanaan menyimpang.
3. Pengukuran pelaksanaan.
Kriteria penilaian dari manajemen yang dimiliki petani :
a. Baik : empat atau lima kriteria manajemen dapat terpenuhi
b. Kurang baik : hanya dapat memenuhi paling banyak tiga kriteria
manajemen dari lima kriteria manajemen.
16. Efisiensi usahatani adalah perbandingan antara penerimaan usahatani padi
petani anggota Gapoktan Seneng Maju atau petani anggota Gapoktan Tani
Maju dengan biaya mengusahakan usahatani petani anggota Gapoktan
Seneng Maju atau petani anggota Gapoktan Tani Maju dengan kriteria jika
nilainya lebih dari satu (>1) maka usahatani padi petani anggota Gapoktan
Seneng Maju atau petani anggota Gapoktan Tani Maju tersebut efisien dan
jika nilainya kurang dari atau sama dengan satu (≤ 1) maka usahatani padi
petani anggota Gapoktan Seneng Maju atau petani anggota Gapoktan Tani
Maju tidak efisien.
17. Kemanfaatan usahatani adalah perbandingan antara selisih penerimaan
usahatani padi petani anggota Gapoktan Seneng Maju atau petani anggota
Gapoktan Tani Maju dengan selisih biaya usahatani padi petani anggota
Gapoktan Seneng Maju atau petani anggota Gapoktan Tani Maju dengan
kriteria jika nilainya lebih dari satu (>1) maka usahatani padi petani
anggota Gapoktan Seneng Maju atau petani anggota Gapoktan Tani Maju
layak dijalankan (memberikan kemanfaatan) dan jika nilainya kurang dari
satu (<1) maka usahatani padi petani anggota Gapoktan Seneng Maju atau
petani anggota Gapoktan Tani Maju tidak layak dijalankan (tidak
memberikan kemanfaatan).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

25

III METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar
Pada Penelitian Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan
Petani pada Usahatani Padi Sawah (Kasus pada Gapoktan Penerima PUAP dan
Gapoktan BUkan Penerima PUAP di Kabupaten Purworejo) digunakan metode
dasar deskriptif analisis. Menurut Surakhmad (2001), metode deskriptif analisis
merupakan suatu penelitian yang memusatkan perhatian pada pemecahan masalah
yang ada pada masa sekarang dan bertitik tolak pada data yang dikumpulkan,
dianalisis, dan disimpulkan dalam konteks teori-teori hasil penelitian terdahulu.
Teknik pelaksanaan penelitian yang digunakan adalah teknik survei.
Teknik survei yaitu teknik penelitian dengan cara menggunakan kuisioner
sebagai alat pengumpul data yang pokok (Singarimbun dan Effendi, 1995).

B. Metode Pengambilan Data


1. Penentuan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Purworejo. Penentuan daerah
sampel dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu cara
pengambilan sampel dengan sengaja karena alasan-alasan tertentu yang
disesuaikan dengan tujuan penelitian (Singarimbun dan Effendi, 1995).
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Purworejo karena Kabupaten Purworejo
merupakan salah satu kabupaten penerima dana PUAP. Jumlah Gapoktan
penerima dana PUAP dan Gapoktan bukan penerima dana PUAP di
Kabupaten Purworejo dapat dilihat pada Tabel 1.

25

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

26

Tabel 1. Jumlah Gapoktan Penerima dan bukan Penerima Dana PUAP di


Kabupaten Purworejo
Kecamatan Gapoktan PUAP Gapoktan Non PUAP Jumlah
(Unit) (Unit) (Unit)
Purworejo 10 8 18
Kaligesing 12 8 20
Purwodadi 5 14 19
Bagelen 5 12 17
Bayan 12 9 21
Gebang 13 4 17
Kutoarjo 2 21 23
Grabag 3 29 32
Kemiri 4 36 40
Bruno 9 2 11
Butuh 5 12 17
Pituruh 3 6 9
Ngombol 2 9 11
Banyuurip 3 13 16
Bener 6 3 9
Loano 5 12 17
Jumlah 99 198 297
Sumber : BPP Kabupaten Purworejo, 2011
Berdasarkan Tabel 1, Kabupaten Purworejo terdiri dari 16 Kecamatan
dan semua kecamatan telah mendapatkan bantuan dana PUAP. Gapoktan
yang sudah menerima bantuan dana PUAP di seluruh kecamatan di
Kabupaten Purworejo berjumlah 99 Gapoktan dan masih terdapat 198
Gapoktan lagi yang belum mendapatkan bantuan dana PUAP.
Populasi dalam penelitian ini adalah petani di Kabupaten Purworejo,
dari 16 kecamatan yang terdapat di Kabupaten Purworejo diambil 2
kecamatan yang merupakan kecamatan dengan jumlah Gapoktan terbanyak
yang mendapat bantuan dana PUAP yaitu Kecamatan Gebang dan kecamatan
yang memiliki jumlah Gapoktan terbanyak yang belum menerima bantuan
dana PUAP yaitu Kecamatan Kemiri. Sampel Gapoktan yang diambil
sebanyak 1 Gapoktan penerima bantuan dana PUAP dan 1 Gapoktan bukan
penerima bantuan dana PUAP. Gapoktan yang diambil sebagai sampel

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

27

bergerak dalam usahatani padi. Penentuan Gapoktan sampel dalam penelitian


dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu memilih Gapoktan penerima dana
PUAP berdasarkan rekomendasi dari BPP Kabupaten Purworejo yang
menunjukkan bahwa Gapoktan ‘’Seneng Maju’’ yang berada di Desa
Rendeng, Kecamatan Gebang memiliki perkembangan dana PUAP bagus dan
menggunakan dana PUAP untuk usahatani padi sawah. Pada penentuan
sampel Gapoktan bukan penerima dana PUAP atas dasar rekomendasi dari
BPP Kecamatan Kemiri. Gapoktan ‘’Tani Maju’’ yang berada di Desa Kroyo
Lor, Kecamatan Kemiri, dipilih sebagai Gapoktan sampel karena untuk
produktifitas padi di wilayah Kecamatan Kemiri bagus dan memiliki lahan
yang cukup luas untuk usahatani padi.
2. Penentuan Responden
Singarimbun dan Effendi (1995) mengemukakan bila data dianalisis
dengan statistik parametrik, maka jumlah sampel harus besar, karena nilai-
nilai atau skor yang diperoleh distribusinya harus mengikuti distribusi normal,
yaitu sampel yang jumlahnya ≥ 30 kasus yang diambil secara random.
Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
secara sengaja (purposive) dan simple random sampling atau metode
pengambilan sampel secara acak sederhana, yaitu sampel yang diambil
sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan elementer dari
populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel.
Kemudian, pemilihan petani ditentukan dengan cara undian. Responden
penelitian adalah petani usahatani padi yang tergabung dalam Gapoktan yang
berada di Kecamatan Gebang yaitu Gapoktan ’’Seneng Maju’’ dan di
Kecamatan Kemiri yaitu Gapoktan ’’Tani Maju’’. Gapoktan Seneng Maju
memiliki 3 kelompok tani yaitu Kelompok Tani ‘’Sri Dadi’’, Kelompok Tani
‘’Tani Makmur ‘’dan Kelompok Tani ‘’Tani Jaya’’ sedangkan pada Gapoktan
Tani Maju memiliki 3 kelompok tani yaitu Kelompok Tani ‘’Lugu Tani’’,
Kelompok Tani ‘’Sri Rejeki’’, dan Kelompok Tani’’Rejo Tani’’. Sebelum
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

28

melakukan undian petani harus memiliki kriteria yaitu luas lahan petani
sampel antara 0,4-0,75 hektar. Setelah kriteria pengelompokan populasi
berdasarkan luas lahan antara 0,4-0,75 hektar maka pengambilan sampel
dilakukan secara acak sebanyak 15 petani pada tiap Gapoktan.

C. Jenis Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data primer, merupakan data yang diambil dari responden melalui
wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner yang telah
dipersiapkan sebelumnya. Data tersebut berupa nama petani, luas lahan,
pendidikan, pengalaman petani menjalankan usahatani, biaya yang
dikeluarkan, produksi padi, harga jual produk, manajemen petani dan
besarnya dana PUAP yang diperoleh.
2. Data sekunder, merupakan data yang diambil dari instansi atau lembaga yang
berhubungan dengan penelitian yang biasanya berupa data dokumentasi dan
arsip-arsip. Data tersebut berupa kutipan wawancara dengan pengelola
program PUAP Kabupaten Purworejo, daftar jumlah Gapoktan penerima
dana PUAP di Kabupaten Purworejo, data Gapoktan penerima dana PUAP
TA 2008, 2009 dan 2010 Kabupaten Purworejo, data anggota Gapoktan
sampel dan data lain yang mendukung. Data yang dibutuhkan dalam
penelitian ini antara lain data dari Dinas Pertanian Kabupaten Purworejo,
pengelola program PUAP Kabupaten Purworejo dan penyelia mitra tani
PUAP Kabupaten Purworejo.

D. Teknik Pengambilan Data


1. Teknik observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengamati
secara langsung objek yang diteliti.
2. Teknik wawancara yaitu teknik pengambilan data yang dilakukan dengan cara
bertanya secara langsung kepada responden dengan menggunakan kuesioner
yang berisi daftar pertanyaan yang telah disiapkan terlebih dahulu.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

29

3. Teknik pencatatan yaitu teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan


mencatat data yang diperlukan dari pengusaha maupun instansi yang terkait.

E. Metode Analisis Data


Metode analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Mengetahui pendapatan usahatani petani penerima bantuan dana PUAP dan
petani yang bukan penerima bantuan dana PUAP menggunakan rumus
(Hadisapoetra, 1973) :
PdU = PrU – BU
= H x Y - Bm
Keterangan :
PdU = Pendapatan usahatani petani penerima bantuan dana PUAP
/petani yang bukan penerima bantuan dana PUAP(Rp/ Ha/ MT)
PrU = Penerimaan usahatani petani penerima bantuan dana PUAP
/petani yang bukan penerima bantuan dana PUAP(Rp/ Ha/ MT)
BU = Biaya mengusahakan usahatani petani penerima bantuan dana
PUAP /petani yang bukan penerima bantuan dana PUAP(Rp/ Ha/
MT)
H = Harga produksi per kg (Rp)
Y = Hasil produksi (Kg)
Bm = Biaya mengusahakan (Rp/ Ha/ MT)
Mengetahui faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani petani padi
sawah anggota Gapoktan di Kabupaten Purworejo digunakan analisis regresi
non linear berganda. Secara matematis persamaan model yang digunakan
dapat dituliskan sebagai berikut:
Y = bo X1b1 X2b2 X3b3 X4b4 X5b5D1b6 D2b7
Keterangan:
Y = Pendapatan Petani

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

30

b0 = Konstanta
b1 – b6 = Koefisien regresi masing-masing variabel bebas
x1 = Pengalaman petani dalam usahatani (thn)
x2 = Modal petani untuk usahatani (Rp)
x3 = Pendidikan petani (thn)
x4 = Harga jual dari produk yang dihasilkan (Rp)
x5 = Luas lahan (Ha)
D1 = Manajemen yang dilakukan petani
Dummy manajemen (baik = 2,72 & kurang baik = 1)
D2 = Gapoktan
Dummy Penerimaan PUAP (Penerima PUAP = 2,72 & Bukan
Penerima PUAP = 1)
Kemudian model regresi yag digunakan ditransformasikan kebentuk regresi
linear dengan cara mengambil logaritma natural pada kedua ruas persamaan
tersebut menjadi:
ln Y = lnb0 + b1ln x1 + b2ln x2 + b3ln x3 + b4ln x4 + b5ln x5 + b6lnD1+b7lnD2
2. Mengetahui Efisiensi Usahatani, dengan menggunakan R/C ratio, persamaan
sederhana sebagai berikut :
TR
R/C ratio =
TC
Keterangan :
TR = total penerimaan
TC = total biaya mengusahakan
Kriteria :
R/C ratio > 1, berarti usahatani petani penerima bantuan dana PUAP atau
petani yang bukan penerima bantuan dana PUAP efisien
R/C ratio ≤ 1, berarti usahatani petani penerima bantuan dana PUAP atau
petani yang bukan penerima bantuan dana PUAP tidak efisien

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

31

Untuk mengetahui usahatani padi sawah yang secara ekonomi mempunyai


kemanfaatan yang lebih besar dengan menggunakan Increamental Benefit
Cost Ratio. Increamental B/C Ratio dirumuskan :
DB
Increamental B / C Ratio =
DC
Keterangan :
DB = Selisih penerimaan usahatani petani penerima dana PUAP dan petani
bukan penerima dana PUAP.
DC = Selisih biaya usahatani petani penerima dana PUAP dan petani bukan
penerima dana PUAP

F. Pengujian Hipotesis
1. Hipotesis pertama yaitu, Diduga pendapatan pertani Gapoktan penerima
bantuan dana PUAP lebih besar daripada petani Gapoktan yang bukan
penerima bantuan dana PUAP dan faktor-faktor berupa besarnya modal,
manajemen, pengalaman usaha, pendidikan, harga jual tiap komoditas,
penerimaan PUAP dan luas lahan berpengaruh terhadap pendapatan
usahatani anggota Gapoktan.
Ho : X 1 £ X 2 = pendapatan pada usahatani petani penerima bantuan dana
PUAP lebih rendah atau sama dengan pendapatan pada
usahatani petani bukan penerima bantuan dana PUAP
Hi : X 1 > X 2 = pendapatan pada usahatani petani penerima bantuan dana
PUAP lebih tinggi daripada pendapatan pada usahatani
petani bukan penerima bantuan dana PUAP
Dalam pengujian ini maka digunakan uji komparasi dengan uji t (t-test)
yang besarnya nilai t-hitung dapat diketahui dengan rumus (Nazir, 1983):

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

32

Rumus t = ëX 1 - X2û
SS1 + SS 2 é 1 1ù
ê + ú
(n1 + n2 ) - 2 ë n1 n2 û
(å X i ) 2
Dimana SS = å X i2 -
n
Keterangan :

X 1 = Rata-rata pendapatan usahatani petani penerima bantuan dana


PUAP
X 2 = Rata-rata pendapatan usahatani petani bukan penerima bantuan
dana PUAP
SS1 = Sum square pendapatan usahatani petani penerima bantuan dana
PUAP
SS2 = Sum squre pendapatan usahatani petani bukan penerima bantuan
dana PUAP
n1 = Jumlah petani sampel usahatani petani penerima bantuan dana
PUAP
n2 = Jumlah petani sampel usahatani petani bukan penerima bantuan
dana PUAP
Hipotesis yang akan diuji:
Ho = X1 ≤ X2
Hi = X1 > X2
Dengan kriteria sebagai berikut :
Jika thitung > ttabel, maka hipotesis alternatif (Hi) diterima. Jadi pendapatan
usahatani petani penerima bantuan dana PUAP lebih tinggi dari pada
pendapatan usahatani petani bukan penerima bantuan dana PUAP.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

33

Jika thitung ≤ ttabel, maka hipotesis alternatif (Hi) ditolak. Jadi pendapatan
usahatani petani penerima bantuan dana PUAP lebih rendah atau sama
dengan pendapatan usahatani petani bukan penerima bantuan dana PUAP
Dalam menggunakan alat analisis regresi, perlu diperhatikan
beberapa nilai meliputi uji F, uji t dari hasil output sebagai berikut:
a. Uji F
Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor secara bersama digunakan uji
F dengan selang kepercayaan 95%, rumus yang digunakan yaitu:
Formulasi hitung:
嶐ƼƼ /
F hitung 쿨
ƼƼ/

Keterangan :
ESS : Explained sum of squares (jumlah kuadrat yang bisa dijelaskan)
TSS : Total sum of squares (jumlah kuadrat total)
N : Jumlah sampel
k : Jumlah variabel
Hipotesis yang diuji adalah:
Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = b6= b7 = 0
Hi : minimal salah satu bi ≠ 0
Kriteria pengambilan keputusan :
1. F hitung ≤ F tabel, maka Ho diterima dan Hi ditolak berarti semua
variabel bebas X yang digunakan sebagai penduga secara bersama-
sama tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani petani
anggota Gapoktan.
2. F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima berarti semua
variabel bebas X yang digunakan sebagai penduga secara bersama-
sama berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani petani anggota
Gapoktan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

34

b. Uji t
Untuk menguji pengaruh masing-masing faktor terhadap pendapatan
usahatanipetani anggota Gapoktan digunakan uji t pada taraf kepercayaan
95%, digunakan rumus sebagai berikut:
bi
t hit =
Se(bi )
Keterangan :
bi : Koefisien regresi ke-i
Se(bi) : Standar eror koefisien regresi ke-i
hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut:
Ho : bi = 0
Hi : bi ≠ 0
Kriteria pengambilan keputusan:
1. t hitung ≤ t tabel, maka Ho diterima dan Hi ditolak berarti variabel
bebas Xi (variabel penduga ke-i) tidak berpengaruh nyata terhadap
pendapatan usahatani petani anggota Gapoktan.
2. t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima berarti variabel
bebas Xi (variabel penduga ke-i) berpengaruh nyata terhadap
pendapatan usahatani petani anggota Gapoktan.
c. Analisis Asumsi Klasik
Analisis asumsi klasik digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas dalam model
regresi.
a. Uji Multikolinearitas
Variabel yang menyebabkan multikolinearitas dapat dilihat dari
nilai tolerance yang lebih kecil daripada 0,1 atau nilai VIF yang lebih
besar daripada nilai 10 (Priyatno, 2009).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

35

b. Uji Autokorelasi
Pengujian ada atau tidaknya korelasi (autokorelasi), dilakukan
dengan menggunakan Durbin Watson dengan kriteria jika nilai DW
berkisar antara 1,55-2,46 yang artinya tidak terjadi autokorelasi
(Priyatno, 2009)
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat pola titik-
titik pada grafik scatterplot. Kriteria yang menjadi dasar
pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik ada yang membentuk
suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar,
kemudian menyempit) maka terjadi heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar diatas
dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas (Priyatno, 2009)
2. Hipotesis kedua yaitu diduga usahatani petani penerima bantuan dana
PUAP lebih efisien dan lebih memberikan kemanfaatan dibandingkan
usahatani petani bukan penerima bantuan dana PUAP.
Ho : X 1 £ X 2 = efisiensi pada usahatani petani penerima bantuan dana
PUAP lebih rendah atau sama dengan efisiensi pada
usahatani petani bukan penerima bantuan dana PUAP
Hi : X 1 > X 2 = efisiensi pada usahatani petani penerima bantuan dana
PUAP lebih tinggi daripada efisiensi pada usahatani
petani bukan penerima bantuan dana PUAP
Dalam pengujian ini maka digunakan uji komparasi dengan uji t (t-test)
yang besarnya nilai t-hitung dapat diketahui dengan rumus (Nazir, 1983):

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

36

Rumus t = ëX 1 - X2û
SS1 + SS 2 é 1 1ù
ê + ú
(n1 + n2 ) - 2 ë n1 n2 û
(å X i ) 2
Dimana SS = å X i2 -
n
Keterangan :

X 1 = Rata-rata efisiensi usahatani petani penerima bantuan dana PUAP

X 2 = Rata-rata efisiensi usahatani petani bukan penerima bantuan dana


PUAP
SS1 = Sum square efisiensi usahatani petani penerima bantuan dana PUAP
SS2 = Sum squre efisiensi usahatani petani bukan penerima bantuan dana
PUAP
n1 = Jumlah petani sampel usahatani petani penerima bantuan dana
PUAP
n2 = Jumlah petani sampel usahatani petani bukan penerima bantuan
dana PUAP
Hipotesis yang akan diuji:
Ho = X1 ≤ X2
Hi = X1 > X2
Dengan kriteria sebagai berikut :
Jika thitung > ttabel, maka hipotesis alternatif (Hi) diterima. Jadi efisiensi
usahatani petani penerima bantuan dana PUAP lebih tinggi dari pada
efisiensi usahatani petani bukan penerima bantuan dana PUAP.
Jika thitung ≤ ttabel, maka hipotesis alternatif (Hi) ditolak. Jadi efisiensi
usahatani petani penerima bantuan dana PUAP lebih rendah atau sama
dengan efisiensi usahatani petani bukan penerima bantuan dana PUAP.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

37

Diduga usahatani petani penerima bantuan dana PUAP lebih


memberikan kemanfaatan dibandingkan usahatani petani bukan penerima
bantuan dana PUAP.
Kriteria :
B/C > 1 Usahatani petani penerima bantuan dana PUAP lebih
memberikan kemanfaatan daripada usahatani petani bukan
penerima bantuan dana PUAP
B/C = 1 Usahatani petani penerima dana bantuan PUAP tidak
memberikan tambahan manfaat
B/C < 1 Usahatani petani penerima bantuan dana PUAP tidak
memberikan kemanfaatan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Geografi
1. Letak dan Batas Wilayah
Kabupaten Purworejo (Bahasa Jawa: purwareja), adalah
sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukota berada di
kota Purworejo. Kabupaten Purworejo secara geografis berada
o o o
pada 109 47’ 28” Bujur Timur, 110 08’ 20” Bujur Timur, 7 32’ Lintang
Selatan, sampai dengan 7o 54’ Lintang Selatan, dengan luas
wilayah 1.034,81752 km2. Adapun batas-batas wilayahnya yaitu :
Sebelah utara : Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Magelang
Sebelah timur : Kabupaten Kulon Progo (Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta
Sebelah selatan : Samudra Hindia
Sebelah barat : Kabupaten Kebumen
Kecamatan Kemiri merupakan salah satu kecamatan yang terletak di
sebelah barat Kota Purworejo yang berjarak 18 km, dengan luas wilayah
sebesar 92.05 km2. Wilayah Kecamatan Kemiri sebelah Utara berbatasan
dengan Kecamatan Brunorejo, sebelah Selatan berbatasan dengan
Kecamatan Kutoarjo, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan
Gebang, dan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pituruh.
Kecamatan Kemiri secara administratif terbagi menjadi 40 desa atau
kelurahan.
Kecamatan Gebang terletak di sebelah utara Kota Purworejo yang
berjarak 7,5 km, dengan luas wilayah sebesar 71.86 km2. Adapun batas
wilayah Kecamatan Gebang di sebelah Utara berbatasan dengan
Kabupaten Magelang, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan
Purworejo, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Bener dan
Kecamatan Loano serta sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan
Kemiri. Kecamatan Gebang secara administratif terbagi menjadi 25 desa
atau kelurahan. commit to user

38
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id

2. Topografi Daerah
Topografi lahan menggambarkan penggunaan lahan pertanian yang
didasarkan pada tinggi tempat. Pembagian lahan menurut tinggi tempat (to-
pografi) sering dikategorikan sebagai lahan dataran pantai, dataran rendah,
dan dataran tinggi. Pembagian klasifikasi ini menggambarkan macam usaha
pertanian yang diusahakan penduduk (Soekartawi, 1993).
Kabupaten Purworejo ± 2/5 daerahnya berupa dataran rendah yang
terletak pada selatan dan barat dengan ketinggian antara 0-25 mdpl, tempat
kegiatan pertanian intensif berada. Sedangkan ± 3/5 daerahnya berupa
pegunungan yang terletak pada bagian utara dan timur dengan ketinggian
antara 25 m -1.064 mdpl. Daerah ini mempunyai iklim tropis basah dengan
suhu rata-rata antara 190 C-280 C. Berdasarkan jenis tanah, 45 % merupakan
tanah alluvial warna kelabu, coklat, dan hitam, 5 % tanah regosol warna
coklat kelabu, dan 50 % merupakan tanah latosol warna kuning dan merah.
Peta Topografis daerah Kabupaten Purworejo sebagian besar
adalah dataran rendah di bagian tengah dan selatan, meliputi Kecamatan
Butuh, Grabag, Kutoarjo, Bayan, Banyuurip, Kemiri, Purwodadi, Bagelen,
Banyuurip dan Purworejo. Dataran tinggi di sisi utara dan sisi timur
meliputi Kecamatan Bruno, Bener, Kaligesing, dan sebagian wilayah
Kecamatan Pituruh, Kemiri, Gebang, Loano dan Bagelen. Penggunaan
Lahan yang ada di Kabupaten Purworejo sebagian besar wilayah adalah
untuk persawahan, Kebun, dan hutan. Sedangkan bagian selatan
digunakan untuk sawah tadah hujan, dan rawa, Sebaran Pemukiman
memanfaatkan lahan.

3. Keadaan Iklim
Keadaan iklim suatu daerah dapat ditentukan atas dasar jumlah hari
hujan, jumlah curah hujan, rata-rata bulan kering, rata-rata bulan basah,
ketinggian tempat dari permukaan laut, dan suhu udara.
Tipe iklim di Kecamatan Kemiri dan Kecamatan Gebang diketahui
dengan menggunakan perhitungan berdasarkan
commit to user metode Schmidt Ferguson,
yaitu dengan cara membagi iklim berdasarkan jumlah bulan kering (BK)
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id

dengan bulan basah (BB) dari data curah hujan selama 10 tahun terakhir,
yaitu sejak tahun 2001 sampai dengan tahun 2010. Dari hasil penghitungan
pada, diperoleh nilai Q sebesar 76,56 %. Hal ini menunjukkan bahwa
Kecamatan Gebang memiliki tipe iklim D, yaitu daerah bertipe iklim
sedang (60≤Q<100). Tanaman padi dapat tumbuh di berbagai tempat karena
dapat dengan mudah menyesuaikan dengan lingkungannya (AAK, 1990),
sehingga usahatani padi tentunya juga dapat dikembangkan di daerah ini.

4. Luas Daerah dan Tata Guna Lahan


Luas daerah dan tata guna lahan di Kabupaten Purworejo, Kecamatan
Kemiri dan Kecamatan Gebang dapat dilihat dalam Tabel 2.
Tabel 2. Luas Daerah dan Tata Guna Lahan di Kabupaten Purworejo,
Kecamatan Kemiri dan Kecamatan Gebang Tahun 2010
Kab. Purworejo Kec. Kemiri Kec. Gebang
No Jenis Lahan Luas Luas
Luas (Ha) % % %
(Ha) (Ha)
1 Lahan Sawah
30.626,97 14,80 3.419,13 30,93 2.932 57,49
a. Irigasi Teknis 20.921,34 10,11 2.906,20 26,29 1.507 29,55
b. Irigasi ½ Teknis 4.402,92 2,13 - - - -
c. Irigasi Sederhana 2.352,88 1,14 64,80 0,59 385 7,55
d. Tadah Hujan 2.945,38 1,42 448,13 4,05 1.040 20,39
e. Pasang Surut - - - - - -
f. Lain-lain 4,45 0,00 - - - -
2 Lahan Kering 72.854,78 35,20 2.107,80 9,07 2.100 42,51
a. Bangunan, Halaman 10.116,50 4,89 296,92 2,69 1.386 27,18
b. Tegal/Ladang/ Huma 51.598,14 24,93 1.415,43 12,80 520 10,20
c. Padang Rumput 175,66 0,08 - - - -
d. Tambak 27,00 0,01 - - - -
e. Kolam/Empang 92,40 0,04 - - - -
f. Lahan Tidak Dipakai 79,86 0,04 - - - -
g. Lahan Untuk Sayuran 640,20 0,31 - - - -
h. Tan.Kayuan/Perkebu
nan Negara/Swasta 12,45 3,31 36,00 0,33 68,00 1,33
i. Hutan Negara 6.857,88 0,01 - - - -
j. Lain-lain 3.254,71 1,57 359,38 3,25 262 5,14
Jumlah 206.963,52 100,00 4.836 100,00 5.100 100,00

Sumber : Kabupaten Purworejo dalam Angka (2010)

Tabel 2. menunjukkan bahwa penggunaan lahan terluas di


Kabupaten Purworejo berupa lahan kering yang mencapai 72.854,78 Ha
atau sebesar 35,20 %. Sedangkan penggunaan lahan terluas di Kecamatan
commit to user
Kemiri adalah lahan sawah sebesar 3.419,13 atau 30,93 % dimana
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id

sebagian besar lahan sawah ini merupakan sawah irigasi teknis. Luasnya
lahan sawah ini menunjukkan bahwa Kecamatan Kemiri sangat berpotensi
untuk pengembangan usahatani padi di Kabupaten Purworejo. Sedangkan
pada Kecamatan Gebang lahan terluas terdapat pada lahan kering yaitu
sebesar 42,51 dari total luas daerah di Kecamatan Gebang.

B. Keadaan Penduduk
1. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur
Keadaan penduduk menurut kelompok umur dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kecamatan
Kemiri dan Kecamatan Gebang Tahun 2010
Kec. Kemiri Kec. Gebang
Kelompok Umur dan
Jumlah Jumlah
Jenis Kelamin % %
(Jiwa) (Jiwa)
A. Umur
1. Umur 0 – 14 18.776 34,54 12.796 27,64
2. Umur 15 – 64 33.139 60,95 29.932 64,65
3. Umur 65 ≤ 2.451 4,51 3.568 7,71
Jumlah 54.366 100,00 46.296 100,00
B. Jenis Kelamin
1. Laki-laki 26.799 49,29 22,808 49,27
2. Perempuan 27.567 50.71 23,488 50,73
Jumlah 54.366 100,00 46,296 100,00
Sumber : Monografi Kecamatan Kemiri dan Kecamatan Gebang, 2010
Berdasarkan data jumlah penduduk menurut usia dapat digunakan
untuk menentukan angka Dependency Ratio (angka beban tanggungan),
yaitu bilangan yang menunjukkan perbandingan usia non produktif dengan
usia produktif. Nilai Dependency Ratio Kecamatan Kemiri adalah 54,67
yang berarti bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif menanggung
55 orang penduduk usia non produktif. Sedangkan nilai Dependency Ratio
Kecamatan Gebang adalah sebesar 64,05 yang berarti bahwa setiap 100
orang penduduk usia produktif menanggung 64 orang penduduk usia non
produktif. Penduduk usia produktif masih dimungkinkan untuk
meningkatan ketrampilan dan menambah pengetahuan dalam mengelola
commit to user
dan penyerapan teknologi baru untuk memajukan usahataninya, khususnya
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id

padi sawah. Meningkatnya ketrampilan dan pengetahuan petani maka


diharapkan dapat meningkatkan produksi sehingga dapat meningkatkan
pendapatan petani.
Jumlah penduduk menurut jenis kelamin digunakan untuk
mengetahui perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempua (sex
ratio). Nilai Sex ratio Kecamatan Kemiri adalah 97,10 yang berarti jumlah
penduduk laki-laki lebih kecil daripada jumlah penduduk perempuan.
Demikian pula dengan nilai Sex ratio Kecamatan Gebang adalah 97,21
yang berarti jumlah penduduk laki-laki lebih kecil daripada jumlah
penduduk perempuan.
2. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Keadaan penduduk menurut mata pencaharian di Kecamatan Kemiri
dan Kecamatan Gebang dapat dilihat dalam Tabel 4.
Tabel 4. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian Kecamatan
Kemiri dan Kecamatan Gebang Tahun 2010
Kec. Kemiri Kec. Gebang
No Mata Pencaharian Jumlah Jumlah
% %
(orang) (orang)
1. Pertanian 19.517 64,19 10.056 84,78
2. Pertambangan & Penggalian - - - -
3. Industri Pengolahan 2.189 7,20 180 1,52
4. Listrik, Gas, dan Air - - - -
5. Konstruksi - - - -
6. Perdagangan & Akomodasi 2.833 9,32 750 6,32
7. Angkutan & Komunikasi 355 1,17 604 5,09
8. Keuangan & Real Estate - - 183 1,54
9. Jasa dan Sosial 5.492 18,06 88 0,74
Jumlah 30.405 100,00 11.861 100,00
Sumber : Monografi Kecamatan Kemiri dan Kecamatan Gebang, 2010
Keadaan penduduk menurut mata pencaharian Kecamatan Kemiri
dan Kecamatan Gebang dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4
dapat diketahui bahwa penduduk di Kecamatan Kemiri paling banyak
bermata pencaharian di bidang pertanian yaitu sebesar 64,19 persen.
Kondisi tersebut sama dengan penduduk di Kecamatan Gebang, dimana

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id

penduduknya paling banyak bermata pencaharian pertanian yaitu sebesar


84,78 persen.
Banyaknya jumlah penduduk yang bermatapencaharian di bidang
pertanian dapat menunjukkan bahwa bidang pertanian masih menjadi
bidang yang dapat diandalkan oleh penduduk Kecamatan Kemiri dan
Kecamatan Gebang untuk memperoleh penghasilan. Mata pencaharian di
bidang pertanian yang ada di Kecamatan Kemiri dan Kecamatan Gebang
umumnya adalah sebagai petani penggarap dan buruh tani yang dilakukan
secara turun temurun.
Mata pencaharian di bidang pertanian umumnya sebagai petani dan
buruh tani dan dilakukan secara turun temurun. Selain itu iklim dan lahan
pertanian turut mendukung tetap berlangsungnya kegiatan bertani, dimana
sebagian besar petani mengusahakan padi pada lahan mereka, terutama pa-
di sawah. Hasil dari usahatani padi sawah yang dilakukan ini dijual setelah
terpenuhinya kebutuhan pokok sehari-hari petani dan keluarganya, yaitu
kebutuhan akan beras sebagai bahan makanan.

C. Keadaan Pertanian
Kabupaten Purworejo, terutama Kecamatan Kemiri merupakan daerah
di Kabupaten Purworejo yang memiliki potensi tinggi di bidang pertanian
dilihat dari luasnya lahan yang digunakan pada sektor pertanian. Dilihat dari
penduduknya, penduduk daerah ini juga masih mengandalkan sektor pertanian
dengan matapencahariannya sebagai petani maupun buruh tani. Demikian juga
pada Kecamatan Gebang yang rata-rata penduduknya masih mengandalkan
bertani sebagai pekerjaan pokok mereka.
Rata-rata luas panen, produktivitas, dan produksi tanaman pangan di
Kecamatan Kemiri dan Kecamatan Gebang Tahun 2010 dapat dilihat dalam
Tabel 5.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id

Tabel 5. Rata-rata Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Pangan


di Kecamatan Kemiri dan Kecamatan Gebang Tahun 2010
Kecamatan Kemiri Kecamatan Gebang
No Uraian Luas Produktivitas Produksi Luas Produktivitas Produksi
Panen (Ton/ Ha) (Ton) Panen (Ton/ Ha) (Ton)
(Ha) (Ha)
1. Padi 6.489,6 5,65 36.649,0 4.757 5,20 27.592
2. Jagung 33,6 3,75 149,4 37 3,47 472
3. Ketela Pohon 58,6 20,95 1.209,2 60,8 15,91 1.540
4. Kacang Tanah 95,6 1,49 134,8 182 1,30 264
5. Kedelai 57,6 1,25 74,0 524 1,40 3.049
6. Kacang Hijau 11,6 0,83 10,0 17 0,89 18
Sumber : Monografi Kecamatan Kemiri dan Kecamatan Gebang, 2010
Dari Tabel 5. dapat diketahui bahwa di Kecamatan Kemiri dan
Kecamatan Gebang, padi merupakan tanaman yang memiliki luas panen
terbesar dibandingkan dengan tanaman pangan lainnya. Padi merupakan
komoditas utama yang ditanam terutama pada lahan sawah. Hal ini
dikarenakan padi merupakan bahan penghasil beras sebagai bahan makanan
pokok penduduk setiap harinya. Selain dikonsumsi oleh petani dan
keluarganya, hasil panen usahatani padi sawah ini juga dijual agar
memperoleh pendapatan bagi keluarga petani.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Usahatani Padi Sawah di Kabupaten Purworejo
Pola tanam yang dterapkan petani penerima dana PUAP di Desa
Rendeng, Kecamatan Gebang yaitu padi-padi-bero, hal ini dikarenakan
ketersediaan air tidak dapat menjangkau kecamatan tersebut pada saat
musim kemarau. Saluran irigasi yang masih sederhana mengakibatkan
pada musim tanam ketiga lahan dibiarkan menganggur dikarenakan tidak
ada air. Petani bukan penerima dana PUAP di Desa Kroyo Lor,
Kecamatan Kemiri pola tanaman yang diterapkan disana adalah padi-padi-
bero, namun pada tahun ini baru pertama kali untuk ditanami kedelai,
sehingga pola tanam menjadi padi-padi-kedelai. Kendala yang dihadapi
yaitu rusaknya saluran irigasi yang berdampak pada ketersediaan air
dimusim tanam ketiga yang tidak ada.
Teknik budidaya padi petani penerima dana PUAP dan petani bukan
penerima dana PUAP pada musim tanam kedua pada dasarnya adalah
sama. Perbedaan utama adalah pada teknik irigasi yang diterapkan selama
masa tanam dan penggunaan pupuk kandang pada petani anggota
Gapoktan Seneng maju. Teknik budidaya padi sawah irigasi adalah
sebagai berikut :
1) Persiapan Lahan
Persiapan lahan bertujuan untuk memperlancar aerasi dan
drainase dalam tanah sehingga dapat mendukung pertumbuhan
tanaman padi dengan baik. Persiapan lahan dilakukan dalam dua
tahap. Tahap pertama, tanah diolah dengan cara dicangkul. Kegiatan
utama tahap ini adalah pembuatan pematang sawah (galengan).
Pembuatan pematang sawah selain bertujuan sebagai tanda batas
kepemilikan sawah juga berguna untuk menahan dan menjaga
keberadaan air irigasi pada lahan sawah usahatani padi.
commit to user

45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46

Tahap kedua persiapan lahan adalah kegiatan membajak dan


menggaru. Kegiatan membajak sawah dilakukan dengan mesin yang
bertujuan untuk menggemburkan kembali lahan yang telah digunakan
untuk usahatani sebelumnya. Selain itu membajak lahan berguna
untuk membalikan tanah lapisan atas agar berganti dengan tanah
lapisan bawah sehingga kandungan mineral dan unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman padi tetap tersedia. Kegiatan menggaru
bertujuan merapikan lahan sawah yang telah dibajak agar lebih
mudah untuk ditanami. Petani di daerah penelitian telah beralih
dengan penggunaan traktor karena kegiatan pembajakan dan
menggaru dapat dilaksanakan secara bersamaan sehingga dapat
mempercepat waktu pengerjaan dan menghemat biaya persiapan
lahan.
2) Persemaian
Jenis benih padi yang ditanam petani di daerah penelitian
petani penerima dana PUAP menggunakan varietas IR 64 sedangkan
pada petani bukan penerima dana PUAP menggunakan varietas
Ciherang dan IR 64. Benih yang ditanam petani rata-rata merupakan
benih bersertifikat yang dibeli dari kios saprodi karena resiko gagal
tumbuh lebih kecil dan ada pula yang berasal dari bantuan
pemerintah. Benih yang telah siap kemudian ditebarkan di bedengan-
bedengan pada areal persemaian.
Pembuatan tempat persemaian padi sawah irigasi dilakukan di
areal yang sama dengan areal sawah yang akan ditanami. Pembuatan
tempat persemaian ini dilakukan setelah tanah selesai diolah dan
luasan untuk tempat persemaian kurang lebih 0,05 luasan areal yang
akan ditanami. Pada lahan persemaian tersebut kemudian dibuat
bedengan dengan lebar sekitar 1-1,25 m dan panjangnya mengikuti
panjang petakan untuk memudahkan pada saat penebaran benih

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47

3) Pembibitan
Lama pembibitan sekitar 14 hari setelah sebar benih (14 HSS).
Pencabutan bibit dilakukan setelah bibit berumur 15-24 hari setelah
sebar benih. Bibit yang telah dicabut harus segera ditanam, maksimal
1 hari sejak bibit tersebut dicabut agar bibit tersebut tidak layu
(kering) atau persentase kehidupannya tinggi.
4) Penanaman
Penanaman bibit padi sawah irigasi dilakukan pada pagi hari
agar bibit tidak mudah kering atau layu akibat terkena sinar matahari.
Jarak tanam padi rata-rata yang digunakan adalah 20 cm x 20 cm,
sedangkan jumlah bibit yang dibutuhkan adalah 1-2 bibit untuk setiap
lubang tanam. Penyulaman terhadap bibit yang mati atau lubang
terlewat tidak ditanam dilakukan kurang dari 14 HST dengan bibit
cadangan yang telah ditanam.
Jarak tanam mempengaruhi populasi tanaman, efisiensi
penggunaan cahaya, berpengaruh terhadap cuaca mikro,
perkembangan hama penyakit dan mempengaruhi kompetisi antara
tanaman padi dalam penggunaan air dan unsur hara. Kegiatan
penanaman umumnya menggunakan tenaga buruh tani wanita dengan
sistem borongan.
5) Pemupukan
Pupuk yang digunakan pada usahatani padi petani penerima
dana PUAP berupa pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk
anorganik yang digunakan pada usahatani padi petani penerima dana
PUAP adalah pupuk Urea, Phonska dan TSP sedangkan pada
usahatani petani bukan penerima dana PUAP hanya menggunakan
pupuk anorganik yang sama dengan petani penerima dana PUAP.
Pemupukan tanaman padi dilakukan 3 tahap, yaitu pemupukan
dasar (sebelum 14 HST), pada saat fase anakan aktif (23-28 HST) dan
pada fase primordia (38-42 HST). Pupuk organik diberikan pada saat
commit to
pengolahan lahan sebagai user dasar. Pemberian pupuk Urea
pupuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48

dilakukan pada ketiga tahap sesuai kebutuhan Phonska dan TSP


diberikan seluruhnya pada pemupukan dasar.
6) Pengendalian Gulma Pengganggu, Hama dan Penyakit
Penyiangan gulma pengganggu pada budidaya padi sawah
irigasi dilakukan berdasarkan keberadaan gulma di areal pertanaman
padi. Penyiangan pertama dilakukan pada saat pengolahan lahan
untuk persiapan bedengan tempat persemaian. Hal tersebut penting
untuk dilakukan untuk mengurangi resiko kegagalan pembibitan
benih padi. Penyiangan selanjutnya dilakukan secara rutin selama
masa tanam padi. Pengendalian hama dan penyakit sangat penting
selama pertumbuhan tanaman padi, terlebih menjelang saat panen
atau fase muncul bulir padi. Dampak nyata yang ditimbulkan dapat
menyebabkan penurunan produksi padi dan lebih parah lagi dapat
menyebabkan gagal panen jika serangan hama dan penyakit tidak
dapat dikendalikan. Kegiatan pengendalian hama dan penyakit
dilakukan berdasarkan waktu dan tingkat serangan hama dan
penyakit. Hama yang biasa menyerang tanaman padi adalah tikus,
wereng dan keong mas Pengendalian hama dan penyakit tanaman
padi umumnya dilakukan dengan menyemprotkan pestisida.
7) Pengairan/Irigasi
Tujuan utama pengairan adalah untuk membasahi tanah guna
menciptakan keadaan lembab pada daerah perakaran untuk memenuhi
kebutuhan air bagi tanaman. Selain itu tersedianya air irigasi akan
memberikan manfaat dan kegunaan, antara lain mempermudah
pengolahan tanah sawah, memberantas gulma pengganggu, mengatur
suhu tanah dan tanaman, memperbaiki kesuburan tanah, membantu
penyerapan unsur-unsur tanah yang dibutuhkan tanaman dan
membantu proses pencucian tanah.
Pengairan untuk usahatani padi petani bukan penerima dana
PUAP petani dikenakan Iuran Penggunaan Air (IPAIR) sebagai
commitair.
kompensasi penggunaan to user
Sedangkan usahatani padi petani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49

penerima dana PUAP tidak menggunakan irigasi, dikarenakan


saluran irigasi yang rusak dan lahannya merupakan sawah tadah
hujan.
8) Panen
Padi varietas IR 64 mulai dapat dipanen pada umur 115 HST.
Waktu panen biasanya dilakukan pada pagi hari saat embun sudah
menguap untuk mengurangi kadar air pada tanaman padi. Kegiatan
panen umumnya tidak dilakukan sendiri oleh petani namun dikerjakan
secara borongan atau langsung dikerjakan oleh pembeli atau penebas.
Buruh tani yang diperlukan dalam pemanenan diupah secara
borongan. Alat yang diperlukan dalam pemanenan antara lain sabit,
atau ani-ani padi dan mesin perontok padi, baik threser mesin atau
threser pedal.

2. Karakteristik Petani Sampel


Karakteristik petani sampel merupakan gambaran umum
mengenai latar belakang dan keadaan petani yang berkaitan dengan
usahatani padi sawah petani penerima dana PUAP dan petani bukan
penerima dana PUAP di Kabupaten Purworejo. Karakteristik petani
sampel penerima dana PUAP dan petani bukan penerima dana PUAP
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Karakteristik Petani Sampel Penerima Dana PUAP dan Petani
Bukan Penerima Dana PUAP di Kabupaten Purworejo.
No. Uraian PUAP Bukan PUAP
1. Jumlah petani responden (orang) 15 15
2. Rata-rata umur petani (tahun) 51,93 41,60
3. Rata-rata pendidikan petani (tahun) 8,20 8,40
4. Rata-rata jumlah anggota keluarga
3 4
petani (orang)
5. Rata-rata jumlah anggota keluarga
2 2
yang aktif dalam UT padi (orang)
6. Rata-rata luas lahan sawah yang
0,56 0,48
digarap (ha)
7. Rata-rata pengalaman untuk UT
23,20 16,33
padi (tahun)
commit to user
Sumber : Analisis Data Primer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50

Rata-rata umur petani padi penerima dana PUAP dan bukan


penerima dana PUAP masih tergolong dalam umur produktif (15-64
tahun). Petani yang tergolong penduduk umur produktif memiliki tenaga
dan semangat kerja yang cenderung lebih tinggi, baik karena faktor fisik
maupun faktor psikologi karena kebutuhan hidup dan tanggungan
keluarga. Pada umur produktif, seorang petani sangat dimungkinkan untuk
dapat meningkatkan ketrampilannya dalam berusahatani dengan
menyerap dan mengadopsi teknologi baru dalam kegiatan usahatani,
khususnya usahatani padi. Harapannya dengan keterampilan usahatani
yang lebih baik, petani dapat meningkatkan pendapatan dari usahatani
yang dikerjakannya.
Tingkat pendidikan rata-rata petani padi hampir sama, hanya selisih
0,2 tahun atau rata-rata pendidikan kedua sampel setara dengan SMP.
Tingkat pendidikan dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
sikap petani dalam mengambil keputusan dalam kehidupannya, termasuk
dalam kegiatan usahatani dan dapat mempengaruhi dalam mengakses serta
menyerap informasi dan teknologi baru di bidang pertanian.
Rata-rata jumlah anggota keluarga petani padi penerima dana PUAP
adalah tiga orang sedangkan petani padi bukan penerima dana PUAP
adalah empat orang. Rata-rata jumlah anggota keluarga yang aktif dalam
usahatani adalah dua orang untuk kedua sampel petani, biasanya usahatani
hanya dikerjakan oleh pasangan suami-istri petani saja. Keterbatasan
jumlah serta kemampuan anggota keluarga dalam aktivitas usahatani padi
sawah secara langsung menyebabkan penggunaan tenaga kerja luar
keluarga dalam jumlah yang besar dimana akan mempengaruhi pendapatan
rumah tangga petani.
Luas rata-rata sawah garapan petani padi sawah penerima dana
PUAP adalah 0,56 ha dan petani padi sawah bukan penerima dana PUAP,
yaitu 0,48 ha dengan rata-rata pengalaman untuk usahatani padi sawah
petani penerima dana PUAP selama 23,20 tahun sedangkan petani padi
commit
sawah bukan penerima dana PUAPto user
lebih sedikit pengalamannya selama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51

16,33 tahun. Perbedaan lama pengalaman kedua sampel petani padi


dipengaruhi oleh umur petani dari petani padi bukan penerima dana PUAP
lebih muda sehingga pengalaman usahatani lebih sedikit.

3. Analisis Usahatani Padi Sawah Petani Penerima Dana PUAP dan


Petani Bukan Penerima Dana PUAP
a. Penggunaan Sarana Produksi dan Tenaga Kerja
Penggunaan sarana produksi usahatani padi sawah petani
penerima dana PUAP dan petani bukan penerima dana PUAP di
Kabupaten Purworejo, meliputi penggunaan benih padi, pupuk dan
obat-obat kimia. Rata-rata penggunaan sarana produksi dan tenaga
kerja usahatani padi sawah petani penerima dana PUAP dan petani
bukan penerima dana PUAP dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rata-rata Penggunaan Sarana Produksi Usahatani Padi Sawah
Petani Penerima Dana PUAP dan Petani Bukan Penerima Dana
PUAP di Kabupaten Purworejo MT II Tahun 2011
PUAP Bukan PUAP
No Jenis Masukan Per UT Per UT
Per Ha Per Ha
(0,56 ha) (0,48 ha)
1. Sarana Produksi
a. Benih (Kg) 33 59 30 59
b. Pupuk (Kg)
- Urea 146 257 140 280
- Phonska 74 133 81 159
- TSP 38 74 64 129
- Kandang 600 1.048 - -
c. Obat kimia (Botol)
- Pestisida 1 2 2 4,5
Sumber : Analisis Data Primer
Rata-rata penggunaan benih pada usahatani padi sawah petani
penerima dana PUAP adalah 59 kg/ha dan usahatani padi sawah petani
bukan penerima dana PUAP sebanyak 59 kg/ha. Rata-rata penggunaan
pupuk urea pada usahatani padi sawah petani penerima dana PUAP
257 kg/ha dan usahatani padi sawah petani bukan penerima dana
PUAP sebanyak 280 kg/ha. Rata-rata penggunaan pupuk Phonska
sebesar 133 kg/ha dan pupuk TSP 74 kg/ha pada usahatani padi sawah
commit to user
petani penerima dana PUAP dan pada usahatani padi sawah petani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52

bukan penerima dana PUAP sebanyak 160 kg/ha pupuk Phonska dan
129 kg/ha untuk penggunaan pupuk TSP. Sebagai penambah
kesuburan tanah dan penyediaan unsur hara yang diperlukan tanaman
padi maka petani penerima dana PUAP menambah pupuk kandang
pada tiap-tiap lahan garapan yaitu sebanyak 1.048 kg/ha. Petani mulai
sadar akan pentingnya pupuk organik sebagai penyubur tanaman yang
tidak merusak tanah tidak seperti pupuk-pupuk kimia yang membuat
tanah menjadi semakin keras. Adapun penggunaan pestisida untuk
kedua sempel responden pada tiap 1 ha selisih 2,5 botol, dikarenakan
penyemprotan hanya dilakukan apabila tanaman padi sawah terserang
hama saja.
Tabel 8. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Padi Sawah
Petani Penerima Dana PUAP dan Petani Bukan Penerima Dana
PUAP di Kabupaten Purworejo MT II Tahun 2011
PUAP Bukan PUAP
Penggunaan Tenaga
No Per UT Per UT
Kerja Per ha Per ha
(0,56 ha) (0,48 ha)
1. Pengolahan Lahan 14 27 9 18
2. Penanaman 10 18 8 17
3. Pemupukan 3 6 3 7
4. Penyiangan 9 15 5 10
5. Pengendalian Hama
2 4 3 7
dan Penyakit
6. Pemanenan 11 19 8 18
Jumlah 49 89 36 77
Sumber : Analisis Data Primer
Penggunaan tenaga kerja manusia pada usahatani padi sawah
dihitung dalam satuan HKP (hari kerja pria) dengan lama kerja delapan
jam per hari mulai pukul 07.00-12.00 dan dilanjutkan pukul 13.00-
16.00. Rata-rata upah kerja yang dinilai dalam bentuk uang sebesar
Rp 30.000,- per hari ditambah dengan penyediaan makan bagi tenaga
kerja. Tenaga kerja mesin dikonversikan dalam satuan HKP dengan
cara membagi nilai sewa mesin yang berupa traktor dengan rata-rata
upah tenaga kerja manusia. Penggunaan tenaga kerja luar pada
usahatani petani penerima dana PUAP paling banyak terdapat pada
commit to user
pengolahan lahan sedangkan penggunaan tenaga kerja luar paling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53

sedikit pada pengendalian hama dan penyakit. Petani bukan penerima


dana PUAP paling banyak menggunakan tenaga kerja luar pada
pengolahan lahan dan pemanenan dan paling sedikit pada pemupukan
dan pengendalian hama dan penyakit. Secara total, penggunaan tanaga
kerja pada usahatani padi sawah petani penerima dana PUAP sebanyak
87 HKP/ha sedangkan pada usahatani padi sawah petani bukan
penerima dana PUAP sebanyak 77 HKP/ha. Hal tersebut dikarenakan
luas lahan garapan petani penerima dana PUAP lebih luas daripada
petani bukan penerima dana PUAP.
b. Biaya usahatani
Biaya usahatani adalah biaya mengusahakan yaitu biaya alat-
alat luar ditambah upah tenaga kerja keluarga yang diperhitungkan
berdasarkan upah tenaga kerja luar. Biaya usahatani padi sawah petani
penerima dana PUAP dan petani bukan penerima dana PUAP
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu biaya sarana produksi, biaya tanaga
kerja dan biaya lain-lain. Adapun biaya-biaya usahatani padi petani
penerima dana PUAP dan petani bukan penerima dana PUAP seperti
pada tabel berikut ini :
1) Biaya Sarana Produksi Usahatani Padi Sawah
Macam sarana produksi serta besar biayanya dapat dilihat
pada Tabel 9.
Tabel 9. Rata-rata Biaya Sarana Produksi Usahatani Padi Sawah
Petani Penerima Dana PUAP dan Petani Bukan Penerima
Dana PUAP di Kabupaten Purworejo MT II Tahun 2011
Jenis PUAP Bukan PUAP
No
Biaya Per UT Per ha Per UT Per ha
1 Benih 238.000,00 427.200,00 213.100,00 427.300,00
2 Pupuk
- Urea 248.800,00 437.300,00 238.000,00 475.800,00
- Phonska 163.500,00 290.400,00 177.500,00 350.200,00
- TSP 76.700,00 155.000,00 128.000,00 257.500,00
- Kandang 420.000,00 713.500,00 0,00 0,00
3 Obat kimia
- Pestisida 28.300,00 51.200,00 55.000,00 113.900,00
Jumlah 1.175.400,00 2.068.200,00 811.600,00 1.624.600,00
commit to user
Sumber : Analisis Data Primer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54

Berdasarkan Tabel 9. rata-rata biaya sarana produksi pada


usahatani padi sawah petani penerima dana PUAP adalah sebesar
Rp 2.068.200,00/Ha/MT dan pada usahatani padi sawah petani
bukan penerima dana PUAP adalah sebesar
Rp 1.624.600,00/Ha/MT. Sarana produksi yang digunakan pada
usahatani padi antara lain benih, pupuk dan obat kimia. Pada biaya
yang dikeluarkan untuk membeli benih rata-rata per hektar antara
petani penerima dana PUAP dan petani bukan penerima dana PUAP
dana yang dikeluarkan hanya selisih Rp 100. Perbedaan antara
biaya sarana produksi terbesar antara petani penerima dana PUAP
dengan petani bukan penerima dana PUAP pada penggunaan pupuk
kandang. Petani penerima dana PUAP menggunakan pupuk
kandang dan petani bukan penerima dana PUAP tidak
menggunakan, hal ini yang mengakibatkan perbedaan yang cukup
besar pada biaya sarana produksi walaupun penggunaan biaya
saprodi lainnya lebih tinggi daripada petani penerima dana PUAP.
Pada petani penerima dana PUAP penggunaan pupuk kimia dan
obat-obatan kimia mulai dikurangi dengan penambahan pupuk
kandang, sehingga dapat dilihat pada tabel penggunaan pupuk dan
obat kimia pada petani bukan penerima dana PUAP jauh lebih
besar.
2) Biaya Tenaga Kerja Usahatani Padi Sawah
Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani padi sawah
terdiri dari tenaga kerja dari dalam keluarga dan tenaga kerja dari
luar. Rata-rata biaya penggunaan tenaga kerja pada usahatani padi
sawah petani penerima dana PUAP dan petani bukan penerima dana
PUAP di Kabupaten Purworejo MT II dapat dilihat pada Tabel 10.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55

Tabel 10. Rata-rata Biaya Tenaga Kerja Usahatani Padi Sawah


Petani Penerima Dana PUAP dan Petani Bukan Penerima
Dana PUAP di Kabupaten Purworejo MT II Tahun 2011
Jenis PUAP Bukan PUAP
No
Biaya Per UT Per Ha Per UT Per Ha
1 TK Dalam 262.400,00 495.900,00 303.200,00 650.200,00
2 TK Luar 1.199.900,00 2.119.300,00 821.300,00 1.662.000,84
Jumlah 1.462.300,00 2.615.200,00 1.124.500,00 2.312.200,19
Sumber : Analisis Data Primer

Upah per hari kerja pada usahatani padi sawah petani


penerima dana PUAP dan petani bukan penerima dana PUAP yaitu
sebesar Rp 30.000,00 untuk tenaga kerja pria, dan Rp 25.000,00
untuk tenaga kerja wanita. Oleh karena itu perbandingan tenaga
kerja pria dibandingkan tenaga kerja wanita adalah 6:5. Berdasarkan
Tabel 9 dapat diketahui bahwa total biaya penggunaan tenaga kerja
pada usahatani padi sawah petani penerima dana PUAP adalah
sebesar Rp 2.615.200,00/Ha/MT sedangkan pada petani bukan
penerima dana PUAP adalah sebesar Rp 2.312.200,00/Ha/MT.
3) Biaya Lain-lain Usahatani Padi Sawah
Komponen biaya lain-lain yang dikeluarkan petani pada
usahatani padi sawah dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Rata-rata Biaya Lain-lain Usahatani Padi Sawah Petani
Penerima Dana PUAP dan Petani Bukan Penerima Dana
PUAP di Kabupaten Purworejo MT II Tahun 2011
Jenis PUAP Bukan PUAP
No
Biaya Per UT Per Ha Per UT Per Ha
1 Penyusutan 68.000,00 122.400,00 63.800,00 128.200.00
2 Pajak tanah 19,700,00 34.300,00 30.800,00 58.900.00
3 IPAIR 0,00 0,00 43.300,00 86.600.00
4 Pembayaran
61.000,00 111.400,00 0,00 0,00
PUAP
Jumlah 148.700,00 268.100,00 137,900,00 273.700,00
Sumber : Analisis Data Primer

Rata-rata biaya lain-lain usahatani padi sawah petani


penerima dana PUAP yang dikeluarkan petani dalam menjalankan
usahatani adalah sebesar
commitRp 268.100,00/Ha/MT dan petani bukan
to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56

penerima dana PUAP sebesar Rp 273.700,00/Ha/MT . Biaya lain-


lain yang dikeluarkan petani penerima dana PUAP dan petani bukan
penerima dana PUAP meliputi pajak tanah Rp 34.300,00/Ha/MT
untuk petani penerima dana PUAP dan Rp 58.900,00/Ha/MT petani
bukan penerima dana PUAP. Biaya penyusutan alat yang
dikeluarkan petani penerima dana PUAP adalah sebesar
Rp 122.400,00/Ha/MT dan pada petani bukan penerima dana PUAP
sebesar Rp 128.200,00/Ha/MT, dengan peralatan yang digunakan
antara lain cangkul, sabit, dan sprayer. Peralatan yang digunakan
dalam menjalankan usahatani padi tersebut memiliki nilai
ekonomis, dimana nilai ekonomis merupakan nilai awal dikurangi
nilai akhir dibagi dengan umur ekonomis, sehingga akan diperoleh
nilai penyusutan, sehingga dimasukan sebagai komponen biaya.
Petani penerima dana PUAP mengeluarkan biaya bulanan sebagai
biaya jasa penerimaan dana PUAP yang besarnya 1% dari besarnya
dana yang dipinjam yaitu sebesar Rp 111.400,00/Ha/Orang. Petani
bukan penerima dana PUAP ditambah dengan biaya IPAIR yang
besarnya Rp 86.600,00/orang/MT.
4) Biaya Total Usahatani Padi Sawah
Biaya total yang dikeluarkan dalam usahatani padi sawah
dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Rata-rata Biaya Total Usahatani Padi Sawah Petani
Penerima Dana PUAP dan Petani Bukan Penerima Dana
PUAP di Kabupaten Purworejo MT II Tahun 2011
PUAP Bukan PUAP
No Jenis Biaya
Per UT Per Ha Per UT Per Ha
1 Biaya Saprodi 1.175.400,00 2.068.200,00 811.600,00 1.624.600,00
Biaya Tenaga
2 1.462.300,00 2.615.200,00 1.124.500,00 2.312.200,00
Kerja
Biaya Lain-
3 148.700,00 268.100,00 137,900,00 273.700,00
lain
Jumlah 2.786.400,00 4.951.500,00 2.074.000,00 4.210.500,00
Sumber : Analisis Data Primer

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57

Berdasarkan Tabel 12, dapat diketahui bahwa biaya


usahatani padi sawah yang dikeluarkan petani penerima dana
PUAP dan petani bukan penerima dana PUAP terdiri dari biaya
pengadaan sarana produksi yaitu sebesar Rp 2.068.200,00/Ha/MT
untuk petani penerima dana PUAP dan Rp 1.624.600,00/Ha/MT
untuk petani bukan penerima dana PUAP. Rata-rata biaya yang
dikeluarkan petani penerima dana PUAP untuk membayar upah
tenaga kerja yaitu sebesar Rp 2.615.200,00/Ha/MT, sedangkan
petani bukan penerima dana PUAP mengeluarkan dana sebesar
Rp 2.312.200,00/Ha/MT dan pengeluaran untuk biaya lain-lain
pada petani penerima dana PUAP sebesar Rp 268.100,00/Ha/MT
pada petani bukan penerima dana PUAP sebesar
Rp 273.700,00/Ha/MT . Jadi, biaya total yang dikeluarkan petani
penerima dana PUAP dalam mengusahakan padi sawah selama
satu musim tanam adalah sebesar Rp. 4.951.500,00/Ha/MT untuk
petani bukan penerima dana PUAP dana yang dikeluarkan dalam
satu musim tanam sebesar Rp 4.210.500,00/Ha/MT. Pengeluaran
biaya yang paling besar adalah untuk biaya tenaga kerja. Hal ini
dikarenakan selama proses produksi, yaitu mulai dari pengolahan
tanah sampai pemanenan membutuhkan banyak tenaga kerja yaitu
tenaga kerja dari dalam keluarga dan juga tenaga kerja dari luar
keluarga, sehingga biaya upah tenaga kerja yang dikeluarkan juga
besar.

c. Produksi dan Penerimaan Usahatani Padi Sawah


Rata-rata produksi, harga dan penerimaan usahatani padi sawah
petani penerima dana PUAP dan petani bukan penerima dana PUAP
dapat dilihat pada Tabel 13.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58

Tabel 13. Rata-rata Produksi, Harga dan Penerimaan Usahatani Padi


Sawah Petani Penerima Dana PUAP dan Petani Bukan
Penerima Dana PUAP di Kabupaten Purworejo MT II Tahun
2011
PUAP Bukan PUAP
No Uraian
Per UT Per Ha Per UT Per Ha
1 Produksi (Kg) 2.947 5.165 2.247 4.514
2 Harga (Rp/Kg) 3.600,00 3.600,00 3.400,00 3.400,00
3 Penerimaan (Rp) 10.571.300,00318.559.000,00 7.600.000,00 15.291.000,00
Sumber : Analisis Data Primer

Rata-rata produksi padi usahatani padi sawah petani penerima


dana PUAP sebesar 5.165 Kg/Ha sedangkan pada usahatani padi sawah
petani bukan penerima dana PUAP 4.514 Kg/Ha. Rata-rata harga
produksi pada usahatani padi sawah petani penerima dana PUAP
Rp 3.600/Kg sedangkan petani bukan penerima dana PUAP
Rp 3.400/Kg. Perbedaan harga jual gabah kering panen dikarenakan
musim panen pada petani penerima dana PUAP bukan pada saat panen
raya, sehingga harga jual gabah kering panen yang didapat petani
penerima dana PUAP lebih tinggi daripada petani bukan penerima dana
PUAP. Selain itu perbedaan varietas juga mempengaruhi dari harga jual
gabah kering panen.
Rata-rata penerimaan usahatani padi sawah petani penerima dana
PUAP dengan petani bukan penerima dana PUAP menunjukkan nilai
lebih tinggi akibat dari pengaruh rata-rata produksi padi dan rata-rata
harga jual gabah kering panen yang lebih tinggi. Rata-rata penerimaan
usahatani padi sawah petani penerima dana PUAP sebesar
Rp 18.559.000,00/Ha dan penerimaan usahatani padi sawah petani
bukan penerima dana PUAP Rp 15.291.000,00/Ha.

d. Pendapatan Usahatani Padi Sawah


Rata-rata pendapatan petani penerima dana PUAP dan petani
bukan penerima dana PUAP dapat dilihat pada Tabel 14.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
59

Tabel 14. Rata-rata Pendapatan Usahatani Padi Sawah Petani Penerima


Dana PUAP dan Petani Bukan Penerima Dana PUAP di
Kabupaten Purworejo MT II Tahun 2011
PUAP Bukan PUAP
No Uraian
Per UT Per Ha Per UT Per Ha
1. Penerimaan (Rp) 10.571.300,00 18.559.000,00 7.600.000,00 15.291.000,00
2. Biaya (Rp) 2.786.400,00 4.840.100,00 2.074.000,00 4.210.500,00
3. Pendapatan (Rp) 7.784.900,00 13.718.900,00 5.526.000,00 11.080.500,00
Sumber : Analisis Data Primer

Rata-rata pendapatan usahatani padi sawah petani penerima dana


PUAP adalah Rp 13.718.900,00/Ha sedangkan rata-rata pendapatan
usahatani padi sawah petani bukan penerima dana PUAP
Rp 11.080.500,00/Ha.

e. Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Petani Dianalisis


dengan Regresi Linier Logaritma Natural Berganda
Faktor-faktor yang digunakan dengan pendapatan usahatani
petani anggota Gapoktan yang dihasilkan terdapat hubungan yang erat.
Hubungan antara faktor-faktor dengan pendapatan usahatani padi sawah
ditunjukkan dengan model regresi linier logaritma natural berganda.
Faktor-faktor yang dimasukkan kedalam persamaan adalah pengalaman
petani dalam usahatani padi sawah, modal petani untuk usahatani padi
sawah, pendidikan petani, harga jual dari produk yang dihasilkan,
manajemen yang dimiliki petani, luas lahan yang dimiliki dan
Gapoktan. Data yang telah dianalisis menggunakan analisis regresi
linier logaritma natural berganda dengan menggunakan program SPSS
didapatkan persamaan sebagai berikut:
LnY = 20,134 – 0,020 ln X1 + 0,41 ln X2 + 0,223 ln X3 + 2,932 ln X4 +
1,412 ln X5 + 0,047 D1 + 0,373 D2
Bila dikembalikan kebentuk aslinya yaitu regresi non linier
berganda, persamaan ditas dapat diketahui sebagai berikut:
Y = 1,0994 X1 -0,020 X2 0,41 X3 0,223 X4 2,932 X5 1,412 D1 0,047 D2 0,373
Keterangan:
Y commit to user
= Pendapatan Petani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60

b0 = Konstanta
b1 – b6 = Koefisien regresi masing-masing variabel bebas
x1 = Pengalaman petani dalam usahatani padi sawah (thn)
x2 = Modal petani untuk usahatani padi sawah (Rp)
x3 = Pendidikan petani (thn)
x4 = Harga jual dari produk yang dihasilkan (Rp)
x5 = Luas lahan (ha)
D1 = Manajemen yang dilakukan petani
Dummy manajemen (baik = 2,72 & kurang baik = 1)
D2 = Gapoktan
Dummy Penerimaan PUAP (Penerima PUAP = 2,72 & Bukan
Penerima PUAP = 1)

f. Pengaruh Faktor-faktor terhadap Pendapatan Usahatani Petani Anggota


Gapoktan
Pengaruh dari faktor-faktor terhadap pendapatan usahatani berupa
pengalaman petani dalam usahatani padi sawah, modal petani untuk
usahatani padi sawah, pendidikan petani, harga jual dari produk yang
dihasilkan, luas lahan yang dimiliki, manajemen dan Gapoktan yang
dimiliki petani diketahui dengan melakukan uji F (F-test).
Tabel 15. Analisis Varians Pengaruh Faktor-faktor terhadap pendapatan
Usahatani petani anggota Gapoktan di Kabupaten Purworejo
MT II Tahun 2011
Jumlah Kuadrat Ftabel sig.
Model df Fhitumg
Kuadrat Tengah (α:0,05)
Regression 4,332 7 0,619 44,038** 2,53 .000a
Residual 0,309 22 0,014
Total 4,641 29
Sumber : Analisis Data Primer
Keterangan : **) : Berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95%

Berdasarkan pada Tabel 15 dapat diketahui bahwa, nilai F hitung


sebesar 44,038 lebih besar dari F tabel (2,53). Hal ini menunjukkan
bahwa faktor-faktor berupa pengalaman petani dalam usahatani padi
commit
sawah, modal petani untuk to user padi sawah, pendidikan petani,
usahatani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
61

harga jual dari produk yang dihasilkan, luas lahan yang digunakan,
manajemen yang dimiliki petani dan Gapoktan secara bersama-sama
berpengaruh terhadap pendapatan usahatani petani anggota Gapoktan di
Kabupaten Purworejo.

g. Pengaruh Masing-Masing Faktor Terhadap Pendapatan Usahatani


Petani Anggota Gapoktan dapat Diketahui Melalui Uji Keberartian
Koefisien Regresi Dengan Uji t (T-Test).
Tabel 16. Analisis Uji Keberartian Koefisien Regresi Pengaruh
Terhadap Pendapatan Usahatani Petani Anggota Gapoktan di
Kabupaten Purworejo MT II Tahun 2011
Koefisien t tabel Sig
No Variabel t hitung
Regresi (α:0,05)
1. Pengalaman Petani -0,020 -0,359ns 2.074 0,723
2. Modal Petani 0,411 2,573** 2.074 0,017
3. Pendidikan Petani 0,223 1,793ns 2.074 0,085
4. Harga Jual Produk 2,932 2,458** 2.074 0,022
5. Luas Lahan 1.412 5,301** 2.074 0,000
6. Manajemen Petani 0,047 0,829ns 2.074 0,416
7. Gapoktan 0,373 2,368** 2.074 0,027
Sumber : Analisis Data Primer
Keterangan : **) : berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95%
ns
) : tidak berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95%

Berdasarkan Tabel 16 diketahui bahwa pada tingkat kepercayaan


95% faktor berupa modal petani, harga jual produk, luas lahan dan
Gapoktan berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani petani.
Berdasarkan nilai dari t-hitung lebih besar daripada t-tabel dan nilai dari
koefisien regresi dapat diketahui bahwa faktor yang berupa modal
petani, harga jual produk, luas lahan dan penerimaan PUAP memiliki
hubungan positif dengan pendapatan usahatani yang ditunjukkan
dengan nilai koefisien regresi sehingga setiap peningkatan modal
petani, harga jual produk, luas lahan dan penerimaan PUAP akan
meningkatkan pendapatan petani. Jadi faktor berupa modal petani,
harga jual produk, luas lahan dan penerimaan PUAP berpengaruh
terhadap pendapatan petani anggota Gapoktan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
62

Faktor pengalaman petani, pendidikan dan manajemen tidak


berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani, terkait dengan
hipotesis, berarti Ho diterima. Hal ini berarti nilai t-hitung dari faktor
tersebut lebih kecil dari pada t-tabel (Ho diterima) maka penambahan
faktor berupa pengalaman petani, pendidikan dan manajemen tidak
berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan usahatani petani anggota
Gapoktan.

h. Pengujian Asumsi Klasik


1. Multikolinearitas
Menurut Priyatno (2009) untuk mengetahui ada tidaknya
multikolinearitas dalam model digunakan nilai tolerance dan
varians inflation factor (VIF) pada model regresi. Variabel yang
menyebabkan multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance
yang lebih daripada 0,1 atau VIF yang lebih besar daripada nilai
10. Besarnya nilai tolerance untuk masing-masing faktor produksi
yaitu X1 = 0,634, X2 = 0,274, X3 = 0,685, X4 = 0,235, X5 = 0,199
D1 = 0,819 dan D2 = 0,376. Besarnya nilai VIF untuk masing-
masing faktor produksi yaitu X1 = 1,578, X2 = 4,584, X3 = 1,460,
X4 = 4,247, X5 = 5,015 D1 = 1,221 dan D2 = 3,232. Nilai tolerance
tidak ada yang lebih kecil dari 0,1 dan nilai VIF tidak ada yang
lebih besar dari 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
multikolinearitas diantara faktor yang mempengaruhi pendapatan
usahatani petani anggota Gapoktan. Dengan demikian, dapat
disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas antar variabel bebas
pada model fungsi pendapatan usahatani petani anggota Gapoktan.
2. Autokorelasi
Pengujian ada atau tidaknya korelasi (autokorelasi),
dilakukan dengan menggunakan Durbin Watson diperoleh nilai
DW sebesar 1,632 . Nilai tersebut terletak antara 1,55-2,46 yang
artinya tidak terjadi autokorelasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
63

3. Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat pola
sebaran titik-titik pada diagram scatterplot. Berdasarkan diagram
scatterplot dapat diketahui bahwa titik-titik yang ada dalam
diagram menyebar dan tidak membentuk suatu pola tertentu,
berarti dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas
dalam model yang digunakan.

i. Uji Normalitas Data


Uji normalitas distribusi data dilakukan dengan statistik
Kolmogorov-Smirnov. Jika nilai Asymp. Sig.(2-tailed) > dari nilai alpha
yang ditetapkan (5%) maka dapat dinyatakan data berasal dari populasi
yang berdistribusi normal. Berdasarkan nilai Asymp. Sig.(2-tailed) dari
variabel terikat masing-masing kelompok sampel petani memiliki nilai
Asymp. Sig.(2-tailed) > 0,05, maka dapat dinyatakan data berdistribusi
normal. Nilai Asymp. Sig.(2-tailed) dari variabel terikat pada petani
penerima dana PUAP sebesar 0,796 dan petani bukan penerima dana
PUAP sebesar 0,727 dimana kedua nilai Asymp. Sig.(2-tailed) lebih
besar daripada 0,05.
j. Efisiensi dan Kemanfaatan Usahatani
Rata-rata efisiensi dan kemanfaatan usahatani Padi Petani
Penerima Dana PUAP dan Petani Bukan Penerima Dana PUAP dapat
dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Rata-rata Efisensi dan Kemanfaatan Usahatani Padi Petani
Penerima Dana PUAP dan Petani Bukan Penerima Dana PUAP
di Kabupaten Purworejo MT II Tahun 2011
PUAP Bukan PUAP
No Uraian
Per UT Per Ha Per UT Per Ha
1. Penerimaan (Rp) 10.571.300,00 18.559.000,00 7.600.000,00 15.291.000,00
2. Biaya (Rp) 2.786.400,00 4.951.500,00 2.074.000,00 4.210.500,00
3. Pendapatan (Rp) 7.784.900,00 13.607.500,00 5.526.000,00 11.080.500,00
4. Efisiensi 3,76 3,62
5. Kemanfaatan 5,19
Sumber : Analisis Data Primer
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
64

Nilai R/C Ratio kedua usahatani padi petani anggota Gapoktan


tersebut dapat diartikan bahwa setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan petani
memberikan pengembalian sebesar Rp 3,76 untuk usahatani padi sawah
petani penerima dana PUAP dan Rp 3,62 untuk usahatani padi sawah
petani bukan penerima dana PUAP. Berdasarkan Tabel 17 efisiensi
usahatani petani penerima dana PUAP dan petani bukan penerima dana
PUAP lebih tinggi dari 1, maka kedua usahatani yang dijalankan petani
anggota Gapoktan efisien. Nilai incremental B/C Ratio sebesar 5,19
yang nilainya lebih besar dari 1 maka, usahatani padi sawah petani
penerima dana PUAP lebih memberikan kemanfaatan daripada
usahatani padi sawah petani bukan penerima dana PUAP.

k. Analisis Komparatif Pendapatan Usahatani, Efisiensi Usahatani dan


Kemanfaatan Usahatani
Usahatani Penelitian dilakukan bertujuan untuk membandingkan
pendapatan usahatani, efisiensi dan kemanfaatan usahatani antara
usahatani padi petani penerima dana PUAP dan usahatani padi petani
bukan penerima dana PUAP. Untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan maka dilakukan pengujian statistik menggunakan uji-t (t-
test).
1) Pendapatan usahatani
Hipotesis yang diajukan adalah pendapatan usahatani padi
petani penerima dana PUAP lebih tinggi daripada pendapatan
usahatani padi petani bukan penerima dana PUAP di Kabupaten
Purworejo. Analisis komparatif pendapatan usahatani padi sawah
petani penerima dana PUAP dan petani bukan penerima dana PUAP
seperti pada Tabel 18.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
65

Tabel 18. Analisis Komparatif Pendapatan Usahatani Padi Sawah


Petani Penerima Dana PUAP dan Petani Bukan Penerima
Dana PUAP di Kabupaten Purworejo MT II Tahun 2011
Uraian PUAP Bukan PUAP
Pendapatan (Rp/Ha) 13.607.500,00 11.080.500,00
- Standart deviasi 2.742.070,50 2.168.490,85
- Varian 7.5190E+12 4.7024E+12
- t-hitung 2,80
- t-tabel (t a = 0,05) 1,70
Sumber : Analisis Data Primer
Hasil analisis menunjukkan bahwa pendapatan usahatani padi
sawah petani penerima dana PUAP adalah Rp 13.607.500,00/Ha
dan petani bukan penerima dana PUAP sebesar
Rp 11.080.500,00/Ha. Uji statistik memberikan nilai t-hitung (2,80)
lebih besar dari t-tabel (1,70). Dapat diambil kesimpulan bahwa
hipotesis diterima yang menyatakan pendapatan usahatani padi
sawah petani penerima dana PUAP lebih tinggi daripada
pendapatan usahatani padi sawah petani bukan penerima dana
PUAP di Kabupaten Purworejo.
2) Efisiensi usahatani
Hipotesis yang diajukan adalah efisiensi usahatani padi sawah
petani penerima dana PUAP lebih tinggi daripada efisiensi
usahatani padi sawah petani bukan penerima dana PUAP di
Kabupaten Purworejo. Analisis komparatif efisiensi usahatani padi
sawah petani penerima dana PUAP dan petani bukan penerima dana
PUAP seperti pada tabel 19.
Tabel 19. Analisis Komparatif Efisiensi Usahatani Padi Sawah
Petani Penerima Dana PUAP dan Petani Bukan Penerima
Dana PUAP di Kabupaten Purworejo MT II Tahun 2011
Uraian PUAP Bukan PUAP
Efisiensi 3,76 3,62
- Standart deviasi 0,56 0,34
- Varian 0,32 0,12
- t-hitung 0,8
- t-tabel (t a = 0,05) 1,70
commit to user
Sumber : Analisis Data Primer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
66

Hasil analisis menunjukkan bahwa efisiensi usahatani padi


sawah petani penerima dana PUAP sebesar 3,76 dan efisiensi
usahatani padi sawah petani bukan penerima dana PUAP sebesar
3,62. Uji perbandingan (t-test) terhadap efisiensi usahatani padi
sawah petani penerima dana PUAP dan petani bukan penerima dana
PUAP yang memberikan nilai t-hitung (0,8) lebih kecil daripada
nilai t-tabel (1,70). Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis
alternatif (Hi) ditolak. Jadi efisiensi usahatani petani penerima
bantuan dana PUAP lebih rendah atau sama dengan efisiensi
usahatani petani bukan penerima bantuan dana PUAP di Kabupaten
Purworejo.
3) Kemanfaatan Usahatani
Hipotesis yang diajukan adalah kemanfaatan usahatani padi
petani penerima dana PUAP lebih memberikan manfaat daripada
usahatani padi petani bukan penerima dana PUAP di Kabupaten
Purworejo. Analisis komparatif kemanfaatan usahatani padi petani
penerima dana PUAP dan petani bukan penerima dana PUAP
seperti pada perhitungan berikut :
Increamental B/C Ratio
Penerimaan rata-rata usahatani padi sawah petani penerima dana
PUAP = Rp18.559.000,00
Penerimaan rata-rata usahatani padi sawah petani bukan penerima
dana PUAP = Rp 15.291.000,00
Biaya rata-rata usahatani padi sawah petani penerima dana PUAP =
Rp 4.951.500,00
Biaya rata-rata usahatani padi sawah petani bukan penerima dana
PUAP = Rp 4.210.500,00
DB
Increamental B / C Ratio =
DC
= 18.559.000,00 - 15.291.000,00
commit to user
4.951.500,00 - 4.210.500,00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
67

= 3.268.000,00
741.000,000
= 4,41
Nilai Increamental B/C Ratio lebih dari 1 maka, usahatani
petani padi sawah penerima bantuan dana PUAP lebih memberikan
kemanfaatan daripada usahatani petani padi sawah bukan penerima
bantuan dana PUAP. Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis
diterima yang menyatakan bahwa usahatani padi petani penerima
dana PUAP lebih memberikan kemanfaatan daripada usahatani padi
petani bukan penerima dana PUAP di Kabupaten Purworejo.
B. Pembahasan
1. Biaya, Penerimaan, dan Pendapatan Usahatani
Dalam analisis ini konsep biaya yang digunakan yaitu, biaya
mengusahakan. Biaya mengusahakan merupakan biaya alat-alat luar
ditambah dengan upah tenaga kerja sendiri yang dihitung berdasarkan
upah tenaga kerja luar. Komponen biaya yang pada usahatani padi ini
meliputi biaya tenaga kerja luar, biaya saprodi, biaya pajak, biaya
penyusutan alat, pembayaran jasa PUAP untuk petani yang menerima
dana PUAP dan untuk petani bukan penerima dana PUAP ditambah
dengan IPAIR.
Komponen biaya terbesar yang dikeluarkan dalam usahatani padi
sawah petani penerima dana PUAP dan petani bukan penerima dana
PUAP adalah biaya tenaga kerja. Tenaga kerja yang digunakan di daerah
penelitian adalah tenaga kerja luar dan tenaga kerja dalam (keluarga).
Upah tenaga kerja dinyatakan dengan satuan Hari Kerja Pria (HKP).
Pekerjaan petani dilakukan dari pukul 07.00 WIB sampai pukul 16.00
WIB. Upah tenaga kerja untuk satu HKP adalah Rp.30.000,00. Adapun
tenaga kerja wanita juga sering terlibat dalam usahatani padi sawah
dengan upah sebesar Rp.25.000,00 atau 0,8 HKP. Rata-rata jumlah
anggota keluarga petani penerima dana PUAP dan petani bukan
commit
penerima dana PUAP yang to user
aktif dalam kegiatan usahatani hanya dua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
68

orang. Oleh karena itu untuk pekerjaan yang membutuhkan banyak


tenaga, seperti pengolahan tanah, penanaman, dan pemanenan, petani
harus mempekerjakan tenaga dari luar keluarga petani.
Biaya saprodi yang digunakan oleh petani bukan penerima dana
PUAP meliputi biaya pengadaan benih, pupuk Urea, pupuk Kandang,
pupuk Phonska, pupuk TSP dan Pestisida, pada petani penerima dana
PUAP saprodi yang digunakan hampir sama namun penggunaan pupuk
tanpa pupuk Kandang. Biaya yang dikeluarkan petani penerima dana
PUAP untuk pengadaan pupuk kandang merupakan pengeluaran biaya
saprodi yang paling besar yaitu, Rp 713.500,00/Ha/MT dengan harga
pupuk kandang 700/Kg. Petani bukan penerima dana PUAP biaya
terbesar digunakan untuk pengadaan pupuk Urea yaitu
Rp 475.800,00/Ha/MT dengan harga pupuk Urea Rp 1.700/Kg. Petani
penerima dana PUAP dalam menjalankan usahatani padi sawah
menggunakan pupuk kandang dengan jumlah yang relatif besar.
Sehingga pengeluaran biaya untuk pengadaan pupuk kandang menjadi
tinggi. Penggunaan pupuk kandang digunakan sebagai bahan organik
untuk meningkatkan kesuburan tanah dan menggemburkan tanah.
Anjuran penggunaan pupuk kandang berjalan pada saat petani telah
menerima bantuan dana PUAP, sehingga pengadaan pupuk kandang
yang banyak tidak memberatkan petani. Petani bukan penerima dana
PUAP belum menggunakan pupuk organik, masih tergantung dengan
pupuk kimia, dimana penggunaan pupuk Urea selalu digunakan dalam
setiap pemupukan baik untuk pupuk dasar atau pemupukan rutin,
sehingga penggunaan pupuk Urea paling besar dibandingkan pupuk
kimia lainnya yang digunakan petani. Komponen biaya saprodi paling
kecil yang digunakan oleh kedua petani responden yaitu, pengeluaran
untuk pestisida sebesar Rp 51.200,00/Ha/MT untuk petani penerima
dana PUAP dan Rp 113.900,00/Ha/MT untuk petani bukan penerima
dana PUAP dengan harga sebesar Rp 25.000,00/botol. Petani di daerah
commit dalam
penelitian membeli pestisida to userkemasan botolan, karena hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
69

digunakan jika terjadi serangan hama sehingga. Serangan hama yang


sering merusak tanaman padi yaitu tikus dan wereng menyerang
tanaman padi pada usia 45 hari setelah tanam.
Sarana produksi yang digunakan petani dikedua daerah
penelitian dalam menjalankan usahatani sebagian besar diperoleh
melalui pembelian di kelompok tani, namun jika terjadi keterlambatan
dalam pendistribusian pupuk ke kelompok tani maka, petani membeli
sarana produksi di toko-toko saprodi yang berada di Kecamatan Kemiri
dan Kecamatan Gebang. Hal ini untuk dilakukan agar usahatani dapat
terus berjalan. Harga pembelian saprodi yang dilakukan di kelompok
tani merupakan harga subsidi dari pemerintah, sehingga petani masih
bisa mendapatkan sarana produksi dengan harga murah ada juga bantuan
dari pemerintah yang berupa benih. Apabila petani membeli sarana
produksi diluar kelompok tani maka harga dipasaran terlalu tinggi
sehingga terlalu berat untuk petani.
Biaya lain-lain yang dikeluarkan dalam usahatani padi sawah
petani penerima dana PUAP hanya biaya pajak tanah, pembayaran jasa
PUAP dan biaya penyusutan alat-alat, sedangkan petani bukan penerima
dana PUAP biaya yang harus dikeluarkan adalah biaya pajak tanah,
biaya penyusutan alat-alat dan IPAIR. Pada petani penerima dana PUAP
tidak membayar IPAIR dikarenakan saluran irigasi yang mereka miliki
sudah rusak dan tidak mampu mengaliri sawah petani. Petani penerima
dana PUAP hanya mengandalkan sawah tadah hujan yang
mengakibatkan didaerah tersebut hanya memiliki 2 musim tanam saja.
Biaya pajak tanah adalah pengeluaran biaya yang paling kecil yang
dikeluarkan kedua petani didaerah penelitian diantara komponen biaya
lain-lain. Biaya pajak tanah dari masing-masing petani berbeda-beda, hal
ini berdasarkan luas lahan dan tingkat kesuburan tanah. Biaya
penyusutan alat-alat adalah salah satu komponen pada biaya lain-lain.
Peralatan pertanian yang digunakan petani dalam menjalankan usahatani
commit
padi antara lain, cangkul, to user
sabit, dan tangki semprot. Peralatan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
70

digunakan petani memiliki nilai ekonomis yang digunakan 10% dari


nilai awal peralatan sehingga adanya penyusutan ini dimasukan sebagai
komponen biaya. Petani penerima dana PUAP aju setiap bulannya juga
harus mengeluarkan biaya untuk pembayaran jasa PUAP dimana
besarnya 1 persen dari jumlah pinjaman yang diberikan.
Penerimaan merupakan hasil perkalian dari jumlah produksi padi
dengan harga padi per satuan. Besarnya biaya yang dikeluarkan dan
penerimaan yang diperoleh petani dapat digunakan untuk menghitung
pendapatannya. Dengan cara menghitung selisih antara penerimaan
dengan biaya yang digunakan akan diperoleh pendapatan usahatani.
Rata-rata harga jual padi dikedua daerah penelitian Rp 3.400/Kg untuk
petani bukan penerima dana PUAP dan Rp 3.600/Kg untuk petani
penerima dana PUAP. Harga ini merupakan harga padi dalam bentuk
padi kering panen ditingkat petani.
Perbedaan harga jual padi yang cukup tinggi disebabkan karena
perbedaan masa panen di kedua daerah penelitian, dimana petani bukan
penerima dana PUAP pemanenan dilakukan pada saat panen raya,
sehingga harga padi kering panen pada saat itu cukup rendah. Petani
penerima dana PUAP melakukan pemanenan setelah panen raya
sehingga harga padi kering panen harganya cukup tinggi, hal ini juga
didukung dengan persaingan antara pembeli untuk membeli hasil panen
guna persediaan sampai musim tanam pertama panen, karena pada
musim tanam ketiga tidak ada petani yang dapat menanam padi. Jika
terjadi kenaikan maupun penurunan harga jual padi, petani tetap menjual
hasil panenan padi, hal ini dilakukan petani guna mencukupi kebutuhan
hidup maupun digunakan untuk modal menjalankan usahatani
selanjutnya.
Petani dalam menjual hasil panenan biasanya telah bekerja sama
dengan pedagang pengumpul. Pada saat musim panen padi pedagang
pengumpul mendatangi ke rumah petani padi atau langsung di lahan
commitpadi
untuk membeli hasil panen to user
dalam bentuk padi kering panen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
71

sehingga petani padi tidak perlu lagi menjual padi di pasar maupun di
toko-toko hasil bumi. Beberapa petani melakukan penjualan hasil panen
padi dilakukan secara bertahap sehingga, tidak sekaligus dijual semua
dalam sekali waktu. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan sehari-hari
petani tersebut. Jika petani membutuhkan biaya yang mendesak maka
hasil panen baru dijual untuk mencukupi biaya tersebut ada juga petani
yang menyimpan cukup lama sampai harga padi dipasaran menjadi
tinggi karena pada saat panen raya harga padi kering panen relatif
murah. Namun ada konsekuensinya penambahan biaya pasca panen
seperti pengeringan, penyimpanan gudang untuk menjadi padi kering
giling. Pendapatan yang diperoleh dari usahatani padi ini digunakan
untuk menjalankan usahatani pada musim yang selanjutnya.
Pendapatan dari usahatani padi sawah petani penerima dana
PUAP memang terbukti lebih tinggi dari pada petani bukan penerima
dana PUAP. Lebih tingginya pendapatan petani penerima dana PUAP
karena adanya pinjaman dana PUAP sehingga modal yang dimiliki
petani besar selain itu terjadi perbedaan harga jual produk berupa gabah
kering panen yang lebih tinggi daripada petani bukan penerima dana
PUAP dan luas lahan yang dikerjakan petani anggota penerima dana
PUAP.
2. Pengaruh Faktor Terhadap Pendapatan Usahatani
Menurut Suratiyah (2006), yang dimaksud faktor-faktor produksi
dalam menjalankan usahatani pada dasarnya adalah alam, tenaga kerja,
modal dan peralatan, serta manajemen. Alam dan tenaga kerja
merupakan faktor produksi asli, sedangkan modal dan peralatan subtitusi
dari alam dan tenaga kerja. Manajemen sebagai faktor produksi tidak
langsung, karena peran petani sebagai tenaga kerja maupun manajer.
a. Pengalaman Usahatani Padi Sawah
Semakin tua umur petani akan semakin berpengalaman
sehingga semakin baik dalam mengelola usahataninya. Namun, disisi
commit
lain semakin tua umur petanitosemakin
user menurun kemampuan fisiknya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
72

sehingga semakin memerlukan bantuan tenaga kerja, baik dalam


keluarga maupun dari luar keluarga. hal ini juga hampir sama dengan
pengalaman yang dimiliki petani, semakin lama berusahatani maka
semakin baik hasil dari usahatani yang dijalankan. Hasil uji t
didapatkan bahwa nilai t hitung -0,359 lebih kecil dari t tabel α =
5% sebesar 2,074. Sehingga keputusannya Ho akan diterima dan Hi
akan ditolak. Berdasarkan hasil analisis menunjukan bahwa
pengalaman usahatani tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan
petani anggota Gapoktan. Koefisien regresi sebesar -0,020
menunjukkan bahwa tiap bertambahnya pengalaman usahatani
sebesar 10% maka akan terjadi penurunan pendapatan usahatani
sebesar 0,2 %.
Semakin lama petani melaksanakan usahatani tidak
menjamin semakin bagusnya usahatani yang dijalankan dan tidak
selalu berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan petani itu
sendiri. Petani yang lama menjalankan usahataninya biasanya sulit
untuk menerima hal yang baru, untuk beralih dari pertanian
tradisional kepertanian modern. Hal tersebut yang menyebabkan
tidak adanya peningkatan pendapatan petani. Namun, ada kalanya
petani yang belum lama menjalankan usahataninya sudah mampu
meningkatkan produksi usahtani dan pendapatannya, hal ini
dikarenakan petani tersebut mampu menerapkan inovasi-inovasi
baru, mampu melaksanakan usahatani dengan baik, pengelolaan
pasca panen dan strategi pemasaran yang tepat.
Lamanya petani dalam menjalankan usahatani diharapkan
petani dapat mampu menyikapi bantuan dana PUAP yang diberikan
oleh pemerintah. Pengalaman petani ini sangat berguna bagi
pemanfaatan dana PUAP, dengan pengalaman, inovasi-inovasi baru
yang didapat serta kebutuhan dana yang dapat tercukupi dengan
bantuan dana PUAP diharapkan petani dapat menjalankan usahatani
commit to user
padi dengan baik kedepannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
73

b. Modal Petani
Modal yang tersedia berhubungan langsung dengan peran
petani sebagai manajer dan juru tani dalam mengelola usahataninya.
Jenis komoditas yang akan diusahakan tergantung modal karena ada
komoditas yang padat modal sehingga memerlukan biaya yang
cukup tinggi untuk mengusahakannya. Hasil uji t didapatkan bahwa
nilai t hitung 2,573 lebih besar dari t tabel α = 5% sebesar 2,074.
Sehingga keputusannya Ho akan ditolak dan Hi akan diterima.
Berdasarkan hasil analisis menunjukan bahwa modal petani
berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani anggota Gapoktan.
Hal ini menunjukan bahwa faktor berupa modal petani memiliki
hubungan positif terhadap pendapatan petani anggota Gapoktan.
Koefisien regresi sebesar 0,411 menunjukkan bahwa tiap kenaikan
modal usahatani sebesar 10% maka akan meningkatkan pendapatan
usahatani sebesar 4,1 %.
Modal merupakan suatu faktor klasik yang kadang dirasakan
petani sebagai faktor penghambat dalam menjalankan usahatani.
Petani yang mempunyai banyak modal dapat segera menjalankan
usahataninya dengan mampu terbelinya saprodi yang akan
digunakan, namun bagi petani yang memiliki sedikit modal perlu
adanya pengelolaan atau manajemen modal secara baik agar mampu
menjalankan usahatani.
Bantuan modal yang dikeluarkan pemerintah sedikit banyak
membantu petani dalam pengadaan saprodi untuk memulai
usahatani. Pinjaman dana PUAP dirasa sangat membantu bagi petani
guna memperkuat modal petani untuk melaksanakan usahatani
kedepannya. Tambahan modal tersebut menumbuhkan semangat
petani untuk memulai menjalankan usahatani dengan baik. Modal
yang kuat memudahkan petani untuk pengadaan saprodi ataupun
memcukupi biaya-biaya lainnya dalam menjalankan usahatani padi
sawah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
74

c. Pendidikan Petani
Hasil uji t didapatkan bahwa nilai t hitung 1,793 lebih kecil
dari t tabel α = 5% sebesar 2,074. Sehingga keputusannya Ho akan
diterima dan Hi akan ditolak. Berdasarkan hasil analisis menunjukan
bahwa pendidikan petani berpengaruh tidak nyata terhadap
pendapatan petani anggota Gapoktan. Pendidikan petani secara
formal tidak berpengaruh terhadap pendapatan dari petani, karena
rata-rata pendidikan formal petani masih sangat rendah yaitu hanya
sampai tahap SMP.
Pendidikan non-formal sebenarnya lebih memberikan
pengaruh terhadap peningkatan pendapatan petani anggota
Gapoktan. Pendidikan yang didapat akan mempengaruhi pola
berfikir dari petani itu sendiri. Petani dapat membuka cakrawala
petani, menambah ketrampilan dan pengalaman petani dalam
mengelola usahataninya. Pengarahan yang dilakukan PPL
merupakan salah satu pendidikan non-formal yang diberikan oleh
penyuluh guna meningkatkan produksi dan berimbas pada
peningkatan pendapatan petani. Perlu adanya tambahan pendidikan
non-formal untuk menambah pengetahuan dan ketrampilan petani
sehingga petani dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
petani.
Pendampingan merupakan kata kunci keberhasilan PUAP
namun keswadayaan masyarakat sangat dibutuhkan dalam
pengentasan kemiskinan dan menggerakkan ekonomi serta
penciptaan lapangan kerja. Dalam hubungan ini pengembangan
kegiatan ekonomi masyarakat berbasis sektor pertanian menjadi
prioritas antara lain melalui kegiatan peningkatan kualitas SDM dan
peningkatan permodalan yang didukung sepenuhnya dengan
kegiatan pelatihan yang terintegrasi sejak dari kegiatan
penghimpunan modal, penguasaan teknik produksi, pengolahan dan
commit to user
pemasaran hasil. Pendampingan teknis usaha agribisnis dilaksanakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
75

oleh Penyuluh Pendamping Lapangan dengan fokus perbaikan


teknologi, metoda pelaksanaan usaha sehingga diharapkan petani
mampu membangun kapasitas usaha untuk akses kepada pasar.
d. Harga Jual
Dilihat dari segi produksi (output) yang didapatkan petani.
Jika permintaan akan produksi tinggi maka harga di tingkat petani
tinggi pula sehingga dengan biaya yang sama petani akan
memperoleh pendapatan yang tinggi pula. Sebaiknya, jika petani
telah berhasil meningkatkan produksi, tetapi harga turun maka
pendapatan akan turun pula. Hal ini merupakan polemik yang sering
kali dihadapi petani. Harga jual dari padi kering panen pada saat
musim panen raya tiba akan sangatlah rendah, sehingga petani
kadang mengalami kerugian dalam usahatani padi. Permainan harga
antar tengkulak yang menyebabkan penurunan pendapatan petani.
Petani didaerah penelitian meminta agar pemerintah sendiri yang
secara langsung membeli hasil panen agar harga tetap stabil dan
petani dapat untung dalam menjalankan usahataninya.
Hasil uji t didapatkan bahwa nilai t hitung 2,458 lebih besar
dari t tabel α = 5% sebesar 2,074. Sehingga keputusannya Ho akan
ditolak dan Hi akan diterima. Berdasarkan hasil analisis menunjukan
bahwa harga jual berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani
anggota Gapoktan. Sehingga harga jual produk mempengaruhi
pendapatan dari petani anggota Gapoktan. Koefisien regresi sebesar
2,932 menunjukkan bahwa tiap kenaikan harga jual sebesar 10%
maka akan meningkatkan pendapatan usahatani sebesar 29,32 %.
Hal ini dikarenakan harga pada saat setelah panen raya harga
jual dari padi kering panen tinggi, sehingga pendapatan yang
diperoleh petani juga tinggi. Harga jual dari gabah kering panen
dipasaran tidak selamanya tinggi, pada saat panen raya harga jual
dari gabah kering panen sendiri menjadi rendah. Permainan harga
ditingkat tengkulak commit to user harga jual gabah kering panen
mengakibatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
76

petani menjadi rendah. Peran aktif dari pemerintah untuk dapat


menjaga kesetabilan harga jual baik pada saat panen raya atau tidak,
harus dipertegas lagi sehingga dapat menjaga harga jual produk agar
petani tidak mengalami kerugian pada saat panen raya.
Makin rendah harga suatu barang maka makin banyak
permintaan terhadap barang tersebut dan jumlah barang akan
semakin banyak. Sebaliknya makin tinggi harga suatu barang maka
makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut dan jumlah yang
ditawarkan semakin berkurang. Pernyataan tersebut yang sebenarnya
mempengaruhi harga jual dipasaran disamping faktor tersebut
permainan harga oleh tengkulak juga sangat berpengaruh terciptanya
harga pasar. Adapun program PUAP selama ini kurang berpengaruh
terhadap harga yang beredar dipasaran, entah itu petani mendapatkan
bimbingan dari pendamping/penyuluh harga dipasaran masih saja
tetap dibuat oleh para tengkulak.
e. Luas lahan
Lahan merupakan salah satu faktor produksi yang
mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap usahatani. Hasil
uji t didapatkan bahwa nilai t hitung 5,301 lebih besar dari t tabel α
= 5% sebesar 2,074. Sehingga keputusannya Ho akan ditolak dan Hi
akan diterima. Berdasarkan hasil analisis menunjukan bahwa luas
lahan berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani anggota
Gapoktan. Hal ini menunjukan bahwa faktor produksi luas lahan
memiliki hubungan positif terhadap pendapatan petani anggota
Gapoktan. Koefisien regresi sebesar 1,412 menunjukkan bahwa tiap
penambahan luas lahan sebesar 10% maka akan meningkatkan
pendapatan usahatani sebesar 14,12 %.
Peningkatan luas lahan diharapkan mampu meningkatkan
produksi dari gabah kering panen. Hal ini dikarenakan semakin luas
lahan meningkat, maka jumlah tanaman padi yang dapat ditanam
pada lahan tersebutcommit to user
juga meningkat hal ini dimungkinkan dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
77

meningkatkan produksi padi. Namun pada kenyataanya penambahan


luas lahan tidak mungkin dapat dilakukan lagi. Hal ini mengingat
ketersediaan luas lahan yang terbatas dan adanya alih fungsi lahan
untuk pemukiman. Oleh sebab itu untuk meningkatkan produksi padi
dapat dilakukan dengan intensifikasi pertanian melalui panca
usahatani meliputi pengolahan lahan, penggunaan benih unggul,
pemupukan dengan tepat dosis dan cara, pengairan, dan
pemberantasan hama. Selain itu dapat dilakukan dengan penggantian
pupuk kimia ke pupuk organik, sehingga kesuburan tanah tetap
terjaga yang nantinya berimbas pada peningkatan produktifitas
lahan.
f. Faktor Manajemen
Petani sebagai manajer harus dapat mengambil keputusan
dengan berbagai pertimbangan ekonomis sehingga diperoleh hasil
yang memberikan pendapatan yang optimal. Petani sebagai juru tani
harus dapat melaksanakan usahataninya dengan sebaik-baiknya,
yaitu penggunaan faktor produksi dan tenaga kerja secara efisien
sehingga akan diperoleh manfaat yang setinggi-tingginya.
Hasil uji t didapatkan bahwa nilai t hitung 0,829 lebih kecil
dari t tabel α = 5% sebesar 2,074. Sehingga keputusannya Ho akan
diterima dan Hi akan ditolak .Berdasarkan hasil analisis menunjukan
tidak ada beda antara manajemen petani anggota Gapoktan Seneng
Maju dengan manajemen petani anggota Gapoktan Tani Maju.
Manajemen yang dimiliki kedua sampel petani kurang baik, karena
petani belum dapat mengatur secara baik modal yang mereka miliki.
Petani anggota Gapoktan Tani Maju belum dapat menjalankan
manajemen secara baik, mereka kebanyakan kurang dapat
merencanakan usahatani yang nantinya akan dijalankan. Selain itu
pengaturan modal untuk mendapatkan saprodi atau untuk
melaksanakan kegiatan usahatani kurang secara tepat diterapkan oleh
commit
petani, sehingga berkesan to user
petani hanya menjalankan usahatani secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
78

biasa saja tidak mempertimbangkan hal-hal yang nantinya dapat


meningkatkan pendapatan petani.
Petani anggota Gapoktan Seneng Maju kurang dapat
mengatur modal yang besar dengan lebih baik lagi, masih
tercampurnya dana PUAP dengan dana yang nantinya digunakan
untuk kebutuhan rumah tangga. Adanya program PUAP tidak
menjadikan manajemen yang dimiliki petani semakin baik. Arahan-
arahan yang diberikan penyuluh kurang dapat diterapkan oleh petani
untuk memanajemen keuangan yang nantinya akan dikeluarkan
dalam usahatani. Memang dalam program PUAP tujuannya tidak
hanya meningkatkan pendapatan namun juga meningkatkan
kemampuan petani dalam mengelola atau memanajemen
usahataninya dengan baik. Apabila manajemen dapat dijalankan
dengan baik maka pemanfaatan dana PUAP dialokasikan sesuai
dengan kebutuhan guna meningkatkan pendapatan petani. Namun
pada pelaksanaannya petani kurang bisa menerapkan menejemen
yang diarahkan oleh pendamping, sehingga manajemen yang
dimiliki petani kurang baik.
Manajemen merupakan faktor yang mencakup semua faktor,
baik internal maupun ekternal. Perencanaan awal sebelum
menjalankan usahatani merupakan langkah awal yang penting
dilakukan petani sebelum menerapkan dalam usahatani dimana
dalam perencanaan mencakup tentang tujuan kedepan dari usahatani
yang akan dijalankan, kemudian strategi dan pengaturan anggaran
yang nantinya akan dikeluarkan dalam usahatani.
Pengorganisasian adalah kegiatan petani dalam
mengumpulkan tenaga kerja untuk membantu melaksanakan
usahatani agar sesuai dengan perencanaan awal yang telah
ditentukan. Penyusunan personalia tidak semuanya petani
melaksanakan karena dalam penyusunan personalia didalamnya
commit
berupa pelatihan dan to user
pengembangan sumberdaya tenaga kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
79

dimana tenaga sesungguhnya sudah terlatih karena sudah terbiasa


dalam mengerjakan tugas-tugas dalam usahatani. Pengarahan
dilakukan petani untuk memperjelas tugas dari pekerja agar bergerak
sesuai dengan rencana awal yang telah ditentukan.
Pengawasan merupakan tahan akhir dari manajemen yang
diterapkan petani dimana dalam pengawasan dapat diketahui apakah
tujuan awal sudah dapat terlaksana dengan baik atau belum dan
pengambilan tindakan koreksi yang diperlukan apabila pelaksanaan
dari usahatani tidak sesuai dengan perencanaan awal. Jadi
manajemen harus dimiliki oleh petani dalam melaksanakan setiap
tindakan usahatani. Pelaksanaan usahatani sangat diperlukan
berbagai informasi tentang kombinasi faktor produksi dan informasi
harga baik harga faktor produksi maupun produk. Dengan bekal
informasi tersebut petani dapat segera mengantisipasi perubahan
yang terjadi agar tidak terjadi salah pilih dan mengalami kerugian.
g. Gapoktan
Program PUAP sudah ada semenjak tahun 2008,
penyebarannya dibagikan kepada Gapoktan yang dirasa lanyak untuk
mengembangkan pertanian didaerah masing-masing. Hasil uji t
didapatkan bahwa nilai t hitung 2,368 lebih besar dari t tabel α = 5%
sebesar 2,074. Sehingga keputusannya Ho akan ditolak dan Hi akan
diterima. Berdasarkan hasil analisis menunjukan ada beda antara
pendapatan petani anggota Gapoktan Seneng Maju dengan
pendapatan petani anggota Gapoktan Tani Maju akibat adanya
penerimaan dana PUAP. Hal ini menunjukan bahwa faktor berupa
penerimaan PUAP memiliki hubungan positif terhadap pendapatan
petani anggota Gapoktan.
Desa Rendeng, Kecamatan Gebang memeproleh bantuan
dana PUAP sejak tahun 2008 yang disalurkan ke ‘’Seneng Maju’’
selaku Gapoktan yang ada di desa Gebang. Penyaluran dana
commit
pinjaman tersebut dari to user ke kelompok tani selanjutnya
Gapoktan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
80

kelompok tani akan menyalurkan kepada petani yang membutuhkan


bantuan modal dalam mengembangkan usahataninya. Besarnya dana
yang diperoleh setiap petani berbeda-beda berkisar Rp 1.000.000
sampai Rp 3.500.000, besarnya dana dipengaruhi luas garapan petani
dan kemampuan petani itu sendiri untuk mengembalikan dana PUAP
tersebut. Pinjaman dana PUAP untuk usahatani dikembalikan setelah
enam bulan masa peminjaman dengan setiap bulannya hanya
membanyar beban 1 persen dari besarnya dana pinjaman.
Kendala yang dihadapi kesekertariatan Gapoktan dalam
mengelola dana PUAP adalah kesulitan dalam pembagian dana
kepada petani. Pengurus juga harus memikirkan apakah petani
kedepannya dapat mengembalikan dana pinjaman tersebut atau
menjadikan dana tersebut ‘’mandeg’’ tidak berputar sebagaimana
yang diharapkan pemerintah. Hal ini pengurus Gapoktan memilih
petani yang tidak hanya murni sebagai petani saja, namun
mempunyai pekerjaan sampingan. Peminjaman dana PUAP tidak ada
jaminan dari petani peminjam, hal ini menjadikan bantuan modal
yang mudah dibandingkan dengan pinjam dibank.
Pemanfaatan dana PUAP pada petani responden dirasa
sepenuhnya belum efektif mengenai sasaran guna peningkatan
pendapatan petani karena kurangnya panduan dan pengawasan
tentang penggunaan dana PUAP untuk kegiatan usahatani padi
sawah, namun adanya dana PUAP dinilai petani bermanfaat dalam
pengadaan saprodi awal sebelum memulai bercocok tanam padi
sawah. Penyimpangan tersebut terjadi karena petani kurang dapat
mengalokasikan dana bantuan tersebut dengan baik. Penyalahgunaan
sering terjadi pada petani, bantuan modal yang seharusnya dilakukan
untuk usahatani namun digunakan untuk biaya rumah tangga atau
biaya lainnya yang tidak berhubungan dengan pertanian. Menurut
petani bantuan tersebut sangat bermanfaat bagi petani yang benar-
benar menggunakan commit to user
dalam usahataninya, misalnya adanya pinjaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
81

dana tersebut dapat digunakan modal awal untuk pengadaan saprodi


yang tadinya enggan untuk usahatani karena kekurangan dana dapat
terbantu dengan adanya pinjaman dana tersebut.
3. Efisiensi dan Kemanfaatan Usahatani
Efisiensi usahatani merupakan perbandingan antara penerimaan
dengan biaya usahatani. Suatu usahatani dapat memiliki efisiensi
usahatani yang lebih tinggi daripada usahatani lain dapat diketahui
dengan 4 cara, yaitu:
a. Usahatani tersebut memiliki penerimaan yang lebih tinggi daripada
penerimaan usahatani lain dengan biaya usahatani yang sama.
b. Usahatani tersebut dapat menekan biaya usahatani sehingga lebih
kecil dari biaya usahatani lain dengan penerimaan usahatani yang
sama.
c. Penerimaan dan biaya usahatani lebih tinggi dari penerimaan dan
biaya usahatani lain namun dengan nilai margin penerimaan dan
biaya yang lebih tinggi.
d. Usahatani tersebut memiliki penerimaan yang lebih tinggi serta
mampu menekan biaya usahatani lebih kecil dari biaya usahatani
lain.
Rata-rata efisiensi usahatani sebesar 3,76 pada usahatani petani
penerima dana PUAP adapun nilai rata-rata efisiensi usahatani padi
petani bukan penerima dana PUAP di Kabupaten Purworejo, sebesar
3,62. Uji komparasi (t-test) terhadap efisiensi usahatani padi sawah
petani penerima dana PUAP dan petani bukan penerima dana PUAP
yang memberikan nilai t-hitung (0,8) lebih kecil daripada nilai t-tabel
(1,70). Berdasarkan hasil tersebut maka Hi ditolak. Jadi efisiensi
usahatani petani penerima dana PUAP lebih rendah atau sama dengan
efisiensi usahatani petani bukan penerima dana PUAP.
Biaya yang dikeluarkan petani penerima dana PUAP jauh lebih
besar karena didalamnya terdapat biaya yang besar untuk pengadaan
pupuk kandang walaupuncommit to user
pada biaya saprodi lainnya lebih rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
82

dibandingkan petani bukan penerima dana PUAP. Tingginya biaya yang


dikeluarkan petani penerima dana PUAP diimbangi dengan harga jual
produk yang tinggi pula sehingga penerimaan yang diterima juga
sebanding. Demikian pula terjadi pada petani bukan penerima dana
PUAP biaya yang mereka keluarkan tidak besar namun harga jual yang
mereka dapat juga tidak tinggi yang berimbas pada pendapatan yang
tidak tinggi pula. Namun perbedaan margin antara penerimaan dan biaya
yang dikeluarkan dari kedua sampel tersebut tidak terlalu tinggi,
sehingga efisiensi usahatani antara petani penerima dana PUAP hampir
sama dengan petani bukan penerima dana PUAP.
Biaya tinggi yang dikeluarkan petani anggota penerima dana
PUAP disebabkan karena tersedianya modal yang kuat dari petaninya itu
sendiri. Bantuan modal yang diterima mengakibatkan petani dapat
membeli atau mampu mengadakan saprodi secara tepat dan mampu
membiayai biaya lainnya berupa upah tenaga kerja, pajak dan
pembayaran bulanan PUAP. Manajemen yang diterapkan sedikit banyak
mendukung petani penerima dana PUAP untuk menjalankan
usahataninya sehingga setiap tahap dapat terkontrol, walaupun biaya
yang dikeluarkan tinggi namun harga jual dari produk juga tinggi pula.
Kemanfaatan usahatani padi petani penerima dana PUAP dan
petani bukan penerima dana PUAP merupakan perbandingan
penerimaan usahatani petani penerima dana PUAP dan petani bukan
penerima dana PUAP dengan biaya usahatani padi petani penerima dana
PUAP dan petani bukan penerima dana PUAP sehingga analisis
kemanfaatan usahatani menggunakan Incremental Benefit-Cost Ratio.
Hasil analisis menunjukkan nilai incremental B/C Ratio sebesar 4,41
maka, usahatani padi sawah petani penerima dana PUAP lebih
memberikan kemanfaatan daripada usahatani padi sawah petani bukan
penerima dana PUAP.
Kemanfaatan usahatani petani penerima dana PUAP diperoleh
commit
karena penggunaan pupuk to usersehingga mampu menekan biaya
kandang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
83

yang digunakan untuk pembelian pupuk kimia dan obat-obatan,


dibandingkan petani bukan penerima dana PUAP dimana biaya yang
dikeluarkan untuk pupuk dan obat-obatan lebih tinggi. Waktu tanam
juga mempengaruhi, karena pada petani penerima dana PUAP waktu
panen agak mundur daripada petani bukan penerima dana PUAP
sehingga pada saat panen petani penerima dana PUAP tidak saat panen
raya yang menyebabkan harga jual dari gabah kering panen lebih tinggi
daripada petani bukan penerima dana PUAP. Selain itu pendampingan
dari penyuluh selain untuk memberikan informasi tentang usahatani juga
memberikan arahan awal dalam pemanfaatan dana PUAP. Permodalan
kuat yang dimiliki petani penerima dana PUAP sangat bermanfaat dalam
mempersiapkan kebutuhan yang akan digunakan selama menjalankan
usahatani padi sawah.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 84
digilib.uns.ac.id

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang usahatani padi petani penerima
dana PUAP dan petani bukan penerima dana PUAP di Kabupaten Purworejo,
dapat diambil kesimpulan antara lain:
1. Pendapatan dari usahatani padi sawah petani penerima dana PUAP
(Rp 13.718.900,00/Ha/MT) terbukti lebih tinggi daripada pendapatan
usahatani padi sawah petani bukan penerima dana PUAP
(Rp 11.080.500,00/Ha/MT). Faktor-faktor pengalaman petani dalam
usahatani padi sawah, modal petani untuk usahatani padi sawah,
pendidikan petani, harga jual dari produk yang dihasilkan, luas lahan yang
digunakan, manajemen yang dimiliki petani dan Gapoktan secara
bersama-sama berpengaruh terhadap pendapatan usahatani petani anggota
Gapoktan. Pengaruh dari setiap faktor menunjukkan bahwa modal petani,
harga jual produk, luas lahan dan Gapoktan berpengaruh nyata terhadap
pendapatan usahatani petani, sedangkan faktor berupa pengalaman petani,
pendidikan dan manajemen tidak berpengaruh terhadap pendapatan
usahatani petani.
2. Uji komparasi (t-test) terhadap efisiensi usahatani padi sawah,
memberikan nilai t-hitung (0,8) lebih kecil daripada nilai t-tabel (1,70).
Jadi efisiensi usahatani petani penerima dana PUAP sama dengan efisiensi
usahatani petani bukan penerima dana PUAP. Nilai incremental B/C Ratio
sebesar 4,41 maka, usahatani padi sawah petani penerima dana PUAP
lebih memberikan kemanfaatan daripada usahatani padi sawah petani
bukan penerima dana PUAP.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka saran yang dapat diberikan
antara lain :

commit to user
84
perpustakaan.uns.ac.id 85
digilib.uns.ac.id

1. Bagi Petani Padi di Kabupaten Purworejo


a. Petani penerima dana PUAP hendaknya menggunakan pinjaman dana
dengan bijak, sesuai dengan tujuan awal PUAP untuk mengembangkan
usaha agribisnis dan dana tersebut tidak digunakan untuk biaya diluar
usahatani padi.
b. Petani dikedua daerah penelitian diharapkan dapat lebih intensif lagi
dalam pemanfaatan lahan dan menggunakan pupuk organik agar dapat
menjaga kusuburan tanah dan mampu meningkatkan kualitas serta
produktifitas padi.
2. Bagi Pemerintah Kabupaten Purworejo
a. Dalam meningkatkan keberhasilan usahatani padi dapat dilakukan
pemerintah antara lain :
1. Pemberian subsidi terhadap input produksi, khususnya pupuk dan
memperlancar pendistribusiannya untuk mencegah kelangkaan.
2. Mengusahakan pemberian kredit tanpa agunan dan menjadi
pinjaman bagi petani padi yang belum pernah menerima bantuan
pinjaman dana dari pemerintah.
b. Pemerintah mengadakan pengawasan dan kontroling terhadap
penggunaan dana PUAP dipetani apakah digunakan sesuai dengan
tujuan PUAP atau digunakan untuk selain kepentingan usahatani padi.
c. Penyuluh pendamping lebih memberikan arahan kepada petani
penerima dana PUAP agar pemanfaatan dana PUAP sesuai dengan
sasaran guna meningkatkan pendapatan petani, mengurangi
kemiskinan dan pengangguran.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai