id
SKRIPSI
Oleh:
SABILLA FITRIA M.
H0307077
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Skripsi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian
di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret
Oleh:
SABILLA FITRIA MAILUSIANA
H 0307077
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit
2012to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Sabilla Fitria M.
H 0307077
Ir. Sugiharti Mulya H., MP R. Kunto Adi, SP, MP Mei Tri Sundari, SP, M.Si
NIP.196506261990032001 NIP.197310172003121002 NIP. 197805032005012002
Surakarta, 2012
Mengetahui
Universitas Sebelas Maret
Fakultas Pertanian
Dekan
commit toPujiasmanto,
Prof. Dr. Ir. Bambang user M.S.
NIP. 195602251986011001
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Penulis
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Hal
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
RINGKASAN
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
SUMMARY
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sejak lama dikenal sebagai negara agraris, hal ini disebabkan
karena Indonesia memiliki luas lahan dan agroklimat yang sangat potensial
untuk dikembangkan sebagai usaha pertanian. Indonesia juga sejak lama
dikenal sebagai penghasil beragam produk pertanian yang sangat dibutuhkan
dan laku di pasar dunia. Sumbangan sektor pertanian terhadap serapan tenaga
kerja, pendapatan nasional dan devisa juga masih sangat tinggi. Lebih dari
itu, pautan kegiatan pertanian terhadap sektor lain (industri, konstruksi,
transportasi, keuangan, dan jasa-jasa lain) juga tinggi (Mardikanto, 2007:4).
Penyediaan kebutuhan pangan tidak terlepas dari upaya dalam
peningkatan produksinya, khususnya pada tanaman padi. Produktivitas padi
di beberapa daerah berbeda karena adanya beberapa faktor pembatas yang
menjadi kendala dalam pemanfaatan lahan yang tersedia. Tingkat
produktivitas berhubungan dengan masalah alokasi input pada lahan yang
dimiliki untuk menghasilkan tujuan yang diharapkan, dari segi ekonomi
penyelenggaraan usahatani bertujuan memperoleh keuntungan yang tinggi
yang diupayakan dari ketersediaan yang ada
(Koestiono dan Purwanto, 2008:2431).
Salah satu faktor yang berperan penting dalam produktivitas usaha tani
adalah ketersediaan lahan pertanian. Lahan pertanian dibedakan menjadi
lahan sawah dan lahan bukan sawah. Lahan sawah meliputi lahan sawah
irigasi, dan lahan sawah non irigasi yang diantaranya lahan sawah tadah
hujan, lahan sawah pasang surut, lahan sawah lebak. Lahan bukan sawah
meliputi pekarangan, tegal atau kebun, ladang atau huma, padang rumput,
hutan (hutan rakyat dan hutan negara), perkebunan, rawa, tambak, dan kolam
(BPS, 2010:iii dan v). Potensi lahan sawah tadah hujan sering terabaikan
karena hanya memiliki dua musim tanam dan hanya mengandalkan hujan
untuk pengairan. Padahal lahan sawah tadah hujan juga layak dan memiliki
commit
peluang yang cukup besar untuk to user
dikembangkan karena lahan sawah tadah
1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa proporsi luas lahan sawah tadah
hujan yang paling besar adalah Kecamatan Bulu yaitu 36,82%. Sawah tadah
hujan biasanya hanya dapat ditanami selama dua musim tanam saja, tidak
seperti sawah irigasi lainnya yang bisa sampai tiga musim tanam. Hal ini
dapat mempengaruhi produksi padi yang rendah karena ketergantungan
terhadap air hujan, dan selanjutnya akan mempengaruhi pendapatan petani.
B. Rumusan Masalah
Sumber daya lahan sawah tadah hujan merupakan aset yang selama ini
masih perlu penanganan lebih lanjut guna memberikan dampak positif kepada
petani yang berupa peningkatan produksi padi dan pendapatan petani.
Ekosistem sawah tadah hujan umumnya dihuni oleh petani miskin dengan
infrastruktur terbatas, teknologi yang digunakan masih didominasi oleh
teknologi tradisional, belum diterapkannya teknik budidaya yang baik,
varietas yang ditanam umumnya masih varietas lokal atau varietas unggul
lama, pengendalian gulma, hama, dan penyakit masih kurang intensif, dan di
pihak lain tingkat kesuburan tanahnya juga rendah, sehingga mengakibatkan
rendahnya produktivitas padi pada lahan sawah tadah hujan dan pendapatan
yang diterima petani juga rendah. Ada beberapa faktor potensi alamiah yang
sudah tertentu seperti iklim dan cuaca yang belum dapat dirubah manusia
secara mutlak, namun faktor dari dalam diri petani yaitu faktor sosial
ekonomi petani akan sangat commit to user
menentukan kemauan dan kesediaaan usahatani
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
A. Penelitian Terdahulu
Agatha K. Rosalia (2007:65) dalam penelitiannya Analisis Beberapa
Faktor Sosial Ekonomi Petani yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Tani
Pada Lahan Kering Di Kabupaten Karanganyar menyatakan bahwa
hubungan relatif antara faktor sosial ekonomi petani dengan pendapatan
usahatani menunjukkan bahwa nilai bagian hasil usahatani yang dijual dan
jumlah tenaga kerja keluarga berpengaruh nyata terhadap pendapatan
usahatani pada lahan kering yang berupa lahan tegalan. Sedangkan luas dan
jarak antara tempat tinggal petani dengan lahan garapan tidak berpengaruh
nyata terhadap pendapatan usahatani pada lahan tegalan.
Koestiono dan Purwanto (2008:2446) dalam penelitiannya yang berjudul
Analisis Fungsi Keuntungan Dan Efisiensi Ekonomi Relatif Pada Usahatani
Sawah Tadah Hujan (Studi Kasus di Wilayah Prima Tani Desa Bunbarat
Kecamatan Rubaru Kabupaten Sumenep) menyatakan bahwa faktor-faktor
yang berpengaruh positif nyata terhadap pendapatan usahatani padi sawah
tadah hujan adalah harga SP 36 dan luas lahan, sedangkan yang berpengaruh
negatif nyata terhadap pendapatan usahatani adalah harga benih, harga urea,
dan upah tenaga kerja luar keluarga. Usahatani padi sawah tadah hujan yang
dilakukan di lahan sempit lebih efisien daripada yang dilakukan di lahan luas
baik secara teknik, harga, dan ekonomi.
Berdasarkan penelitian tersebut dapat diketahui bahwa ada beberapa
faktor sosial ekonomi yang memberikan pengaruh terhadap pendapatan
usahatani yaitu nilai bagian hasil usahatani yang dijual, jumlah tenaga kerja,
luas lahan, sarana produksi, dan pendidikan petani. Hasil peneltian tersebut
menjadi acuan dalam penentuan faktor-faktor sosial ekonomi yang akan
diteliti dalam penelitian ini meliputi luas lahan garapan, jumlah tenaga kerja
keluarga, nilai bagian hasil yang dijual, dan jarak antara lahan garapan tempat
tinggal. commit to user
8
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id
B. Tinjauan Pustaka
1. Usahatani
Usahatani adalah sebagai organisasi dari alam, kerja, dan modal
yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Usahatani
mencakup semua bentuk organisasi produksi, mulai yang berskala kecil
(usahatani keluarga) sampai yang ke berskala besar (perkebunan,
peternakan) termasuk juga budidaya pertanian yang mengunakan lahan
secara intensif (akuakultur, florikultur) (Hernanto, 1991: 7).
Pengelolaan usahatani dari segi petani pada dasarnya terdiri dari
pemilihan antara berbagai alternatif penggunaan sumber daya yang
terbatas yang terdiri dari lahan, kerja, modal, waktu dan pengelolaan. Hal
ini dilakukan agar petani dapat mencapai tujuan sebaik-baiknya dalam
lingkungan yang penuh risiko dan kesukaran-kesukaran lain yang
dihadapi dalam melaksanakan usahataninya (Soekartawi, 1986:8-9).
Pertanian atau usahatani dalam praktek dibedakan dalam usahatani
keluarga dan perusahaan pertanian. Usahatani keluarga lebih cenderung
bertujuan memperoleh pendapatan keluarga, sedang perusahaan pertanian
yang diusahakan dengan motif untuk memperoleh keuntungan
perusahaan . Usahatani sebagai sistem manajemen, maka usahatani yang
selalu dibangun mengupayakan:
a. Efisiensi, guna memperoleh pendapatan atau keuntungan yang
sebesar-besarnya, dan
b. Keunggulan bersaing, agar produk yang dihasilkan selalu laku dijual
pada tingkat harga yang cukup memberikan keuntungan bagi
kelangsungan dan pengembangan usahanya.
(Mardikanto, 2007:87).
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan usahatani itu dapat dilihat
dari kedudukan struktural atau fungsi petani dalam usahataninya. Sekedar
untuk memberikan gambaran tentang fungsi petani dalam berbagai
tingkat pertumbuhan dan perkembangan usahatani antara lain:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id
gaman luas penguasaan lahan, sehingga perlu dikaji lebih jauh perbedaan
luas penguasaan lahan tersebut dalam kaitannya dengan pelaksanaan
usahatani padi sawah tadah hujan di daerah penelitian
(Soekartawi, 2003:206).
pengolahan tanah baik yang berupa kontrak maupun upah harian, dan
sewa tanah.
3) Biaya tunai dari biaya tetap, dapat berupa air dan pajak tanah.
Sedangkan untuk biaya variabel antara lain berupa biaya untuk
penggunaan bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja luar keluarga
4) Biaya tidak tunai (diperhitungkan) dari biaya tetap, biaya untuk tenaga
kerja keluarga. Yang termasuk biaya variabel antara lain biaya panen
dan pengolahan tanah dari keluarga dan jumlah pupuk kandang yang
dipakai.
Menurut Hadisapoetra (1973:7), biaya yang digunakan dalam
usahatani dapat dibedakan atas :
1) Biaya alat-alat luar, yaitu semua pengorbanan yang diberikan
dalam usahatani untuk memperoleh pendapatan kotor, kecuali
bunga seluruh aktiva yang dipergunakan dan biaya untuk kegiatan
si pengusaha (keuntungan pengusaha) dan upah tenaga keluarga
sendiri. Biaya alat-alat luar terdiri dari :
a) Jumlah upah tenaga kerja luar yang berupa uang, bahan
makanan, perumahan, premi, dan lain-lain
b) Pengeluaran-pengeluaran untuk benih, pupuk, obat-obatan, dan
pengeluaran-pengeluaran lain yang berupa uang, misalnya
untuk pajak, pengangkutan, dan sebagainya
c) Pengeluaran-pengeluaran tertentu berupa bahan untuk
kepentingan usahatani, misalnya untuk slametan dan
sebagainya
d) Pengurangan dari persediaan akhir tahun
e) Penyusutan, yaitu pengganti kerugian atau pengurangan nilai
disebabkan karena waktu dan cara penggunaan modal tetap
seperti bangunan-bangunan, alat-alat dan mesin-mesin, ternak,
dan sebagainya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id
Jadi : Pd = TR – TC
Pd : Pendapatan usahatani
TR : Total penerimaan usahatani
TC : Total biaya usahatani
(Soekartawi, 1986:80)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id
Biaya Penerimaan
Usahatani Usahatani
commit
Gambar 1. Kerangka to user
Teori Pendekatan Masalah
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id
D. Hipotesis
Faktor sosial ekonomi yang meliputi luas lahan garapan, jumlah tenaga
kerja keluarga, nilai bagian hasil yang dijual, dan jarak antara lahan garapan
dengan tempat tinggal berpengaruh terhadap pendapatan usahatani pada
sawah tadah hujan di Kabupaten Sukoharjo.
E. Asumsi
1. Keadaan daerah penelitian berupa kesuburan tanah, serangan hama, dan
penyakit dianggap berpengaruh normal terhadap proses usahatani.
2. Kemudahan dan fasilitas yang diterima oleh petani dianggap sama petani
memperoleh bantuan dari pemerintah daerah untuk meminjam diesel dan
pompa untuk pengairan, serta treser untuk merontokkan padi saat
pemanenan.
3. Petani dalam mengelola usahatani pada lahan sawah tadah hujan bertindak
rasional artinya petani harus berusaha memperoleh pendapatan yang
setinggi-tingginya.
4. Variabel lain yang tidak termasuk di dalam penelitian dianggap konstan.
F. Pembatasan Masalah
1. Pendapatan usahatani pada sawah tadah hujan adalah jumlah pendapatan
usahatani padi pada sawah tadah hujan pada MTI (Oktober-Februari) dan
MT II (Maret-Juni) tahun 2011-2012.
2. Faktor sosial ekonomi yang dianalisis terhadap pendapatan usahatani pada
lahan sawah tadah hujan yang dimaksud adalah luas lahan garapan,
jumlah tenaga kerja keluarga, nilai bagian hasil yang dijual, dan jarak
antara lahan garapan dengan tempat tinggal.
G. Definisi Operasional Dan Konsep Pengukuran Variabel
1. Usahatani padi pada sawah tadah hujan yang dimaksud dalam penelitian
commit
adalah usahatani padi yang to user pada sawah tadah hujan
dilaksanakan
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id
2. Luas lahan garapan petani adalah luas lahan usahatani padi pada sawah
tadah hujan yang dinyatakan dalam satuan ha.
3. Jumlah tenaga kerja keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang
ikut berperan aktif dalam kegiatan usahatani pada sawah tadah hujan
yang dinyatakan dalam satuan HKP.
4. Nilai bagian hasil yang dijual adalah nilai dari hasil usahatani yang dijual
selama satu tahun dari usahatani padi pada sawah tadah hujan dalam
satuan rupiah per tahun.
5. Jarak antara lahan garapan dengan tempat tinggal adalah jarak yang harus
ditempuh petani dari tempat tinggal menuju lahan usahatani usahatani
padi pada sawah tadah hujan yang dinyatakan dalam kilometer.
6. Biaya usahatani adalah semua pengorbanan yang dikeluarkan oleh petani
dalam usahatani padi pada sawah tadah hujan, biaya usahatani yang
dimaksud dalam penelitian menggunakan konsep biaya mengusahakan
yaitu biaya alat-alat luar dan tenaga kerja dalam keluarga yang
dinyatakan dalam satuan rupiah per tahun.
7. Biaya alat-alat luar adalah biaya tenaga kerja luar keluarga, dan biaya lain-
lain untuk melakukan kegiatan usahatani padi pada sawah tadah hujan
yang dinyatakan dalam satuan rupiah.
8. Biaya saprodi adalah biaya sarana produksi yang meliputi benih, pupuk,
dan pestisida untuk melakukan kegiatan usahatani padi pada sawah tadah
hujan yang dinyatakan dalam satuan rupiah.
9. Biaya tenaga kerja adalah biaya tenaga kerja dalam keluarga dan luar yang
melakukan kegiatan usahatani padi pada sawah tadah hujan keluarga
yang dinyatakan dalam satuan rupiah.
10. Biaya lain-lain adalah biaya pajak tanah, sewa transportasi, sewa diesel
dan pompa, sewa treser dan sewa traktor untuk melakukan kegiatan
usahatani padi pada sawah tadah hujan yang dinyatakan dalam satuan
rupiah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id
12. Produksi usahatani padi pada sawah tadah hujan adalah jumlah total
produksi padi yang dihasilkan dari usahatani padi pada lahan sawah
tadah hujan pada satu tahun ( dua masa tanam) dan pada satuan luas
lahan tertentu yang dinyatakan dalam satuan kilogram (kg).
13. Bentuk produksi usahatani padi pada sawah tadah hujan adalah gabah
kering yang dinyatakan dalam satuan kilogram (kg).
14. Penerimaan usahatani adalah nilai seluruh hasil produksi usahatani padi
pada sawah tadah hujan dalam setahun yang dinyatakan dalam satuan
rupiah per tahun.
15. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan biaya
usahatani padi pada sawah tadah hujan yang dinyatakan dalam satuan
rupiah per tahun.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id
ESS / (k - 1)
F=
TSS / (N - k )
berikut :
Dimana :
ESS : Jumlah kuadrat regresi
TSS : Jumlah kuadrat total
k : jumlah variabel
N : jumlah sampel
Dengan hipotesis :
Ho : bi = 0
Hi : minimal salah satu bi bernilai tidak nol
Dengan tingkat signifikasi a 5% maka:
a. Jika Fhitung < Ftabel : Ho diterima dan Hi ditolak berarti faktor sosial
ekonomi secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap
pendapatan usahatani.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id
b. Jika Fhitung > Ftabel : Ho ditolak dan Hi diterima berarti faktor sosial
ekonomi secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap pendapatan
usahatani.
4. Untuk mengetahui pengaruh masing-masing faktor sosial ekonomi
terhadap pendapatan usahatani digunakan uji keberartian koefisien regresi
dengan uji t, dengan rumus sebagai berikut :
bi
t hitung =
Se (bi )
Dimana : bi = koefisien regresi ke-i
Se = standard error koefisien regresi ke-I
Dengan hipotesis :
Ho : bi = 0
Hi = bi ¹0
(Gujarati, 2006:154)
Pada tingkat signifikasi a 5% maka:
Jika thitung < ttabel : Hi ditolak berarti faktor sosial ekonomi ke-i tidak
berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani.
Jika t hitung > ttabel : Hi diterima berarti faktor sosial ekonomi ke-i
berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id
ESS
R2 =
TSS
6. Untuk mengetahui seberapa jauh variabel yang mempengaruhi
menjelaskan variabel yang dipengaruhi digunakan uji determinasi (R2).
Dimana :
ESS : Jumlah kuadrat regresi
TSS : Jumlah kuadrat total
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
A. Keadaan Alam
Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu kabupaten di Propinsi
Jawa Tengah yang mempunyai luas 46.666 Ha atau sekitar 1,43% luas
wilayah Propinsi Jawa Tengah. Kecamatan yang terluas adalah Kecamatan
Polokarto yaitu 6.218 Ha (13%), sedangkan yang paling kecil adalah
Kecamatan Kartasura seluas 1.923 Ha (4%) dari luas Kabupaten
Sukoharjo. Secara geografis Kabupaten Sukoharjo terletak pada koordinat
sebagai berikut :
Bagian ujung sebelah timur : 110 57’ 33.70”BT
Bagian ujung sebelah barat : 110 42’ 6.79”BT
Bagian ujung sebelah utara : 7 32’ 17.00”LS
Bagian ujung sebelah selatan : 7 49’ 32.00”LS
Kabupaten Sukoharjo terbagi dalam 12 kecamatan, 150 desa dan 17
kelurahan, 2.071 dukuh, 1.474 Rukun Warga (RW) dan 4.517 Rukun
Tetangga (RT). Kecamatan Polokarto merupakan kecamatan dengan
jumlah desa terbanyak yaitu 17 desa dan kecamatan dengan jumlah desa
terkecil adalah Kecamatan Bulu, Kecamatan Tawangsari dan Kecamatan
Kartasura dengan masing-masing jumlah desa sebanyak 12 desa. Adapun
batas wilayah Kabupaten Sukoharjo dibatasi oleh enam kabupaten/ kota,
diantaranya adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar
Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar
Sebelah Selatan : Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Gunung
Kidul (DIY)
Sebelah Barat : Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten
Kabupaten Sukoharjo memiliki hari hujan tertinggi adalah 21 hari
yaitu pada bulan Januari. Rata-rata curah hujan di Kabupaten Sukoharjo
pada tahun 2009 terjadi pada bulan Januari yaitu mencapai tinggi 24 mm.
commit to user
32
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id
B. Keadaan Penduduk
Gambaran tentang penduduk Kabupaten Sukoharjo dapat diuraikan
dari penjelasan mengenai jumlah dan pertumbuhan penduduk, komposisi
penduduk menurut umur dan jenis kelamin, serta komposisi penduduk
menurut lapangan usaha utama.
1. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk
Data kependudukan merupakan data pokok yang dibutuhkan
baik kalangan pemerintah maupun swasta sebagai bahan untuk
perencanaan dan evaluasi hasil-hasil. Gambaran tentang keadaan
penduduk di Kabupaten Sukoharjo dapat diuraikan dari jumlah dan
pertumbuhan penduduk di Kabupaten Sukoharjo. Berikut merupakan
data jumlah dan pertumbuhan penduduk di Kabupaten Sukoharjo.
Tabel 6. Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten
Sukoharjo Tahun 2006-2010
Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) Pertumbuhan Penduduk (%)
2006 826.289 0
2007 831.613 0,64
2008 837.279 0,68
2009 843.127 0,70
2010 846.978 0,46
Sumber : Kabupaten Sukoharjo dalam Angka, BPS Tahun 2011
Tabel 6 menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk di
Kabupaten Sukoharjo selama lima tahun rata-rata mengalami
peningkatan. Selama kurun waktu 2006 hingga 2010, pertumbuhan
penduduk terbesar terjadi pada tahun 2009 yaitu mencapai 0,70%.
Pertumbuhan penduduk yang paling kecil terjadi pada tahun 2010
yaitu sebesar 0,46%. Pertumbuhan ini disebabkan karena adanya
kelahiran, selain itu karena kematian. Sedangkan pada tahun 2010
menunjukan penurunan persentase pertumbuhan penduduk dari 0,70%
menjadi 0,46%, hal ini menunjukan bahwa kinerja dari berbagai pihak
yang mendukung program penekanan jumlah pertumbuhan penduduk
bekerja dengan maksimal. Berikut merupakan data kelahiran dan
commit
kematian di Kabupaten to user
Sukoharjo selama kurun waktu lima tahun.
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
A. Hasil Penelitian
1. Karakteristik petani sampel
Karakteristik petani sampel merupakan gambaran secara umum
tentang keadaan dan latar belakang petani sampel yang berkaitan sekaligus
berpengaruh terhadap kegiatannya dalam berusahatani padi pada lahan
sawah tadah hujan. Karakteristik petani yang melakukan usahatani padi
pada lahan sawah tadah hujan di Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo
dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Karakteristik Petani Padi Pada Sawah Tadah Hujan Di
Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo
No. Keterangan Jumlah
1. Jumlah petani responden (orang) 30
2. Rata-rata umur petani (tahun) 53
3. Rata-rata pendidikan petani (tahun) 6
4. Rata-rata jumlah anggota keluarga petani (orang) 4
5. Rata-rata jumlah anggota keluarga yang aktif dalam 3
usahatani padi pada lahan sawah tadah hujan
6. Prosentase jumlah anggota keluarga yang aktif 29
dalam usahatani padi pada lahan sawah tadah
hujan (%)
7. Rata-rata luas lahan (ha) 0,55
8. Rata-rata pengalaman dalam usahatani padi pada 18
lahan sawah tadah hujan (tahun)
Sumber: Analisis Data Primer
Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa petani yang dijadikan responden
berjumlah 30 orang. Rata-rata umur petani padi pada lahan sawah tadah
hujan berada pada umur produktif yaitu 53 tahun yang bisa dikatakan
masih berada pada usia produktif. Petani pada usia produktif dengan
dibekali keterampilan dan pengetahuan untuk menyerap teknologi baru
dapat meningkatkan produktivitasnya dalam mengelola usahatani padi
pada sawah tadah hujan sehingga akan meningkatkan pendapatan untuk
memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Rata-rata pengalaman petani dalam
commit to user
melakukan usahatani padi pada sawah tadah hujan yang cukup lama yaitu
42
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id
18 tahun menjadikan petani lebih siap dalam menghadapi risiko yang akan
terjadi karena usahatani padi pada sawah tadah hujan memerlukan
penanganan yang harus lebih diperhatikan seperti kebutuhan air saat
musim kemarau dan pergantian varietas saat musim penghujan dan musim
kemarau.
Rata-rata tingkat pendidikan petani 6 tahun, hal ini menunjukkan
sebagian besar petani hanya menyelesaikan pendidikan untuk tingkat SD.
Namun hal ini bukan menjadi penghambat dalam penyerapan informasi
dan teknologi untuk meningkatkan kualitas usahatani yang mereka lakukan
karena sudah memiliki pengalaman usahatani cukup lama. Rata-rata
jumlah anggota keluarga petani adalah 4 orang namun rata-rata jumlah
anggota keluarga petani yang aktif dalam usahatani padi pada sawah tadah
hujan sebanyak 2 orang dengan prosentase 29 persen yang biasanya terdiri
dari petani responden dan istri. Rata-rata luas lahan yang digunakan
dalama usahatani padi pada lahan sawah tadah hujan oleh petani seluas
0,55 ha.
2. Penggunaan Sarana Produksi
Rata-rata penggunaan sarana produksi pada usahatani padi pada
lahan sawah tadah hujan dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Rata-Rata Penggunaan Sarana Produksi Usahatani Padi Pada
Lahan Sawah Tadah Hujan
Sarana Produksi Per UT
Per Ha
Jumlah Jumlah
per UT per Ha
MT1 MT2 MT1 MT2
1. Benih (Kg) 24,17 24,17 48,34 44,49 44,49 88,98
2. Pupuk
a. Urea (Kg) 28,93 28,93 57,86 55,38 55,38 110,76
b. SP36 (Kg) 52,90 52,90 105,8 91,04 91,04 182,08
c. ZA (Kg) 60,72 58,38 119,1 110,71 107,33 218,04
d. Organik (Kg) 208,80 208,80 417,6 375,08 375,08 750,16
e. Phonska (Kg) 99,93 94,60 194,53 183,67 178,22 361,89
3. Pestisida
a. Reagent (ml) 542 310,33 852,33 992,41 538,72 1.531,13
b. Marshal (ml) 233,47 124,80 358,27 430,30 216,82 647,12
c. Score (ml) 26 9,33 35,33 60 20 80
Sumber : Analisis Data Primer
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id
padi pada sawah tadah hujan sehingga petani tidak terlalu mengindahkan
apa yang diarahkan oleh penyuluh.
Penggunaan pestisida terbanyak dalam satu tahun selama dua musim
tanam adalah Reagent yaitu 1.531,13 ml/ha, kemudian Marshal dan Score
yang juga digunakan untuk menanggulangi hama dan fungi. Penggunaan
pestisida paling banyak adalah pada saat musim penghujan karena pada
saat inilah hama seperti wereng coklat, wereng hijau, dan tungro
bermunculan, begitu juga jamur Pyricularia grisea yang menyebabkan
penyakit blas, jamur Helminthosporium oryzae dan Cercospora oryzae
menyebabkan penyakit bercak pada daun tanaman padi. Pada musim
kemarau petani mengurangi penggunaan pestisida dan bahkan tidak
menggunakan sama sekali, karena hama yang bermuculan tidak terlalu
banyak dan masih dapat ditanggulangi secara manual yaitu dengan
mencari hama lalu langsung dibasmi atau juga dibiarkan begitu saja jika
tidak terlalu mengganggu pertumbuhan dan merusak tanaman padi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id
Tabel 15. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Padi Pada Sawah
Tadah Hujan (HKP)
Per UT Jumlah Per Ha Jumlah
No Uraian TKD TKL per UT TKD TKL per Ha
1. Pengolahan Tanah 0,2 0,8 1 0,37 1,69 2,06
2. Persemaian Benih 1 0,17 1,17 2,06 0,19 2,25
3. Penanaman 1,37 8,18 9,55 2,77 15,67 18,44
4. Pemupukan I 1,23 0,13 1,36 2,44 0,19 2,63
5. Pemupukan II 1,23 0,13 1,36 2,44 0,19 2,63
6. Penyiangan I 1,35 1,75 3,1 2,72 3,36 6,08
7. Penyiangan II 1,35 1,62 2,97 2,72 3,11 5,83
8. Pengendalian Hama 1,06 0,03 1,09 2,15 0,07 2,22
9. Pemanenan dan Pengangkutan 0,66 12,53 13,19 1,45 24,10 25,55
Total HKP 9,44 25,35 33,62 19,13 48,56 67,69
Sumber : Analisis Data Primer
Keterangan:
TKD = Tenaga Kerja Dalam
TKL = Tenaga Kerja Luar
Penghitungan penggunaan tenaga kerja dalam suatu usahatani
dilakukan dengan menggunakan satuan Hari Kerja Pria (HKP). Satu hari
kerja orang di daerah penelitian adalah selama kurang lebih 8 jam yaitu
dari pukul 07.00 WIB sampai 15.00 WIB. Tenaga kerja yang digunakan
baik dari dalam maupun luar keluarga terdiri dari pria dan wanita,
sehingga jika hari kerja wanita (HKW) dikonversikan menjadi hari kerja
pria (HKP) diperoleh 0,71 HKP. Berdasarkan Tabel 16 di atas dapat
diketahui bahwa rata-rata kebutuhan penggunaan tenaga kerja baik dalam
keluarga maupun luar keluarga dalam satu tahun selama dua musim tanam
adalah 67,69 HKP/ha. Namun penggunaan tenaga kerja luar keluarga lebih
besar daripada tenaga kerja dalam keluarga yaitu 19,13 HKP/Ha untuk
TKD dan 48,56 HKP/Ha untuk TKL. Perbedaan penggunaan tenaga kerja
tersebut terutama dipengaruhi perbedaan penggunaan tenaga kerja pada
kegiatan pengolahan lahan, penanaman, pengendalian hama, pemanenan
dan pengangkutan.
Kegiatan pengolahan tanah umumnya dikerjakan oleh tenaga kerja
luar, namun ada beberapa petani yang mengolah lahan sendiri, hal ini
dikarenakan petani memiliki traktor sehingga bisa menghemat pengeluaran
untuk biaya tenaga kerja luar. Pada kegiatan penanaman kebanyakan
commit
dikerjakan sendiri dan dibantu olehtotenaga
user kerja luar, ada juga tenaga kerja
perpustakaan.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id
keluarga yang ikut membantu yaitu istri dan anak namun tenaga kerja
keluarga saja tidak cukup untuk menyelesaikan kegiatan penanaman yang
membutuhkan waktu sangat lama.
Kegiatan pemupukan I dan II, serta pengendalian hama dilakukan
oleh petani sendiri dan dibantu oleh istri atau anak, namun hanya dua
petani saja yang dibantu oleh tenaga kerja luar, hal ini disebabkan mereka
hanya ingin membantu buruh tani yang juga tetangga mereka sendiri untuk
memperoleh penghasilan. Begitu juga dengan kegiatan penyiangan I dan II
dikerjakan sendiri oleh petani dibantu istri atau anak dan juga dibantu oleh
tenaga kerja luar karena dilakukan selama kurang lebih tiga hari.
Kegiatan pemanenan dan pengangkutan biasanya selalu dikerjakan
oleh tenaga kerja luar dengan setengah hari kerja, namun ada juga petani
yang turun langsung ikut memanen hasil usahatani padi tersebut. Kegiatan
pengankutan juga dilakukan oleh tenaga kerja luar yang melakukan
pemanenan karena tenaga kerja luar tersebut sudah menjadi satu paket jasa
persewaan tenaga kerja dan pengangkutan.
Benih yang digunakan dalam usahatani padi pada sawah tadah hujan
sepenuhnya membeli di penjual benih dengan kisaran harga Rp 11.000,00
sampai Rp 12.000,00, baik benih padi varietas Mikongga dan Impari 13
memiliki harga yang relatif sama. Namun ada juga beberapa petani yang
menggunakan benih padi dengan varietas 64 Super, mereka tidak
mengindahkan anjuran pemerintah menggunakan varietas Mikongga
karena telah terbiasa menggunakan varietas 64 Super dan adanya
kekhawatiran hasilnya tidak sesuai seperti varietas yang mereka gunakan
sehingga tengkulak menjual dengan harga rendah.
Pupuk yang selalu digunakan petani untuk usahatani padi sawah
tadah hujan adalah pupuk urea dengan kisaran harga kurang lebih
Rp 2.400,00 per kilogram, pupuk ZA dengan kisaran harga Rp 1.500,00
per kilogram. Harga pupuk termurah adalah pupuk organik yang hanya
Rp 500,00 per kilogram, namun ada dua petani yang tidak menggunakan
pupuk organik karena alasan tidak mempengaruhi hasil produksi padi dari
segi kuantitas dan mutu. Harga pupuk phonska adalah Rp 2.000,00 hingga
Rp 2.400,00 per kilogram, namun ada dua orang petani yang tidak
menggunakan pupuk phonska karena terhimpit biaya produksi baik pada
MT1 maupun MT2. Pupuk phonska yang tersedia di toko saprodi adalah
phonska buatan Pabrik Pupuk Kaltim yang dikenal dengan pupuk pelangi
dan phonska buatan Pabrik Pupuk Petrokomia Gresik, akan tetapi petani
pada umumnya menggunakan pupuk phonska Petrokimia karena tanaman
padi lebih cepat hijau sehingga tanaman padi dapat lebih cepat
pertumbuhannya, sedangkan pupuk phonska Kaltim hanya mempercepat
pertumbuhan tanaman padi yang sebenarnya masih belum memasuki usia
pertumbuhan pada umumnya. Harga pupuk SP36 adalah Rp 2.300,00 per
kiloram dan ada beberapa petani yang tidak menggunakan pupuk SP36
karena merasa sudah banyak jenis pupuk yang digunakan sehingga tidak
perlu menambahkan pupuk SP36 saat pengolahan tanah.
Adapun pestisida pada usahatani padi sawah tadah hujan adalah
commit
untuk menganggulangi hama to user
wereng, sundep, ulat, dan fungi. Reagen dan
perpustakaan.uns.ac.id 49
digilib.uns.ac.id
hanya dilakukan sehari namun bisa sampai dua sampai tiga hari dengan
dua sampai empat orang tenaga kerja. Pada kegiatan pengolahan tanah,
pemupukan, dan pengendalian hama membutuhkan biaya tenaga kerja
yang tidak terlalu besar karena jumlah tenaga kerja yang yang digunakan
juga tidak banyak.
Besarnya biaya lain-lain yang dikeluarkan oleh petani yang
melakukan usahatani padi pada sawah tadah hujan dapat dilihat pada
Tabel 18 berikut ini:
Tabel 18. Rata-rata Biaya Lain-lain Usahatani Padi Pada Sawah Tadah
Hujan
Biaya per UT (Rp) Jumlah per Biaya per Ha (Rp) Jumlah per
No Uraian MT1 MT2 UT (Rp) MT1 MT2 Ha (Rp)
1. Pajak tanah 19.973,33 19.973,33 39.946,66 37.791,76 37.791,76 75.583,52
2. Sewa 48.333,33 48.333,33 96.666,66 97.840,13 97.840,13 195.680,26
Transportasi
3. Sewa Diesel 0 36.7000 36.700 0 673.392,94 673.392,94
dan Pompa
4. Sewa Treser 12.1400 121.400 242.800 256.389,12 256.389,12 512.778,24
5. Sewa 149.633,33 149.633,33 299.266,66 310.615,68 310.615,68 621.231,36
Traktor
Total 339.340 706.340 1.045.680,00 702.636,70 1.376.029,63 2.078.666,33
keuangan yang berarti karena petani tidak merasa membayar apapun atas
alat-alat pertanian yang mereka miliki selain saat membeli saja.
Besarnya pendapatan merupakan hasil dari pengurangan penerimaan
dengan biaya total usahatani. Penerimaan merupakan hasil perkalian
produksi total dengan harga produk, sedangkan biaya total merupakan
biaya mengusahakan yang terdiri atas biaya untuk pembelian sarana
produksi, upah tenaga ker-ja luar dan keluarga, biaya lain-lain, dan biaya
penyusutan alat yang dikeluarkan petani untuk kegiatan usahataninya.
Rata-rata pendapatan usahatani padi pada sawah tadah hujan dapat kita
lihat dalam Tabel 21.
Tabel 21. Rata-rata Pendapatan Usahatani Padi Pada Sawah Tadah Hujan
per UT (Rp) Jumlah per per Ha (Rp) Jumlah per
No Uraian MT1 MT2 UT (Rp) MT1 MT2 Ha (Ha)
1 Produksi (Ku) 3.646,67 2.140 5.786,67 6.807,36 3.975,75 10.783,11
2 Harga (Rp/ Kg) 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000
3 Penerimaan (Rp) 14.586.666,67 8.560.000 23.146.666,67 27229450,26 15.902.999,08 43.132.449,34
4 Biaya total (Rp) 2.748.216,80 3.009.776,80 5.758.065,6 5.018.542,71 5.743.282,47 10.761.825,18
5 Pendapatan (Rp) 11.838.449,87 5.550.223,20 17.388.673,07 22.210.907,56 22.210.907,56 32.370.624,18
produksi padi rata-rata saat MT1, sehingga rata-rata pendapatan saat MT2
yang diperoleh petani juga setengah dari rata-rata pendapatan saat MT1.
5. Analisis hubungan faktor-faktor sosial ekonomi petani terhadap
pendapatan usahatani padi di lahan sawah tadah hujan
a. Hubungan antara faktor-faktor sosial ekonomi petani terhadap
pendapatan usahatani padi di lahan sawah tadah hujan ditunjukkan
dengan fungsi model regresi linier berganda. Faktor-faktor sosial
ekonomi petani yang dimasukkan ke dalam persamaan adalah
masukan yang berupa luas lahan, jumlah tenaga kerja keluarga, nilai
bagian hasil yang dijual, dan jarak antara lahan garapan tempat
tinggal.
Adapun model fungsi regresi linier berganda faktor-faktor sosial
ekonomi adalah sebagai berikut:
Y = 4,056 + 2,057X1 – 161934,721X2 + 0,203X3 – 283171,779X4
Keterangan :
Y = pendapatan usahatani (Rp)
X1 = luas lahan (ha)
X2 = jumlah tenaga kerja keluarga (orang)
X3 = nilai bagian hasil yang dijual (Rp/kg)
X4 = jarak antara lahan garapan tempat tinggal (Km)
b. Uji Determinasi (R2)
Besarnya pengaruh faktor-faktor sosial ekonomi terhadap
pendapatan usahatani padi pada lahan sawah tadah hujan ditunjukkan
oleh koefisien determinasi yang telah disesuaikan atau adjusted R
square (R2 ) dan biasanya dinyatakan dalam persen. Dari hasil analisis
regresi diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,615. Ini
berarti besarnya sumbangan yang diberikan oleh faktor-faktor sosial
ekonomi petani yang berupa luas lahan, jumlah tenaga kerja keluarga,
nilai bagian hasil yang dijual, dan jarak antara lahan garapan tempat
tinggal adalah sebesar 61,5%. Hal ini disebabkan karena dari empat
factor sosial ekonomi commit
ada duatofactor
user yang tidak memberikan pengaruh
perpustakaan.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id
c. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel
bebas secara bersama-sama terhadap variabel tidak bebas.
Tabel 22. Analisis Varian Variabel-variabel Yang Diduga
Berpengaruh Terhadap Pendapatan Usahatani Padi Pada
Lahan Sawah Tadah Hujan
Sumber Jumlah Kuadrat Derajat F hitung F tabel Sig.
Varian Bebas (a=5%)
Regresi 6,565 4 9,966 2,76 0,000
Residu 4,117 25
Total 1,068 29
Sumber: Analisis Data Primer
Hasil uji F pada Tabel 22 diatas memperlihatkan bahwa nilai F
hitung adalah 9,966 dan apabila dibandingkan dengan nilai F tabel
pada tingkat signifikansi a=5% yaitu sebesar 2,76 maka F hitung > F
tabel (9,966 > 2,76). Angka signifikan menunjukkan sebesar 0,000
yang berarti signifikan pada tingkat signifikansi a= 5 % sehingga
dapat ditarik kesimpulan Ho ditolak dan Hi diterima yang artinya
bahwa variabel besarnya luas lahan (X1), jumlah tenaga kerja keluarga
(X2), nilai bagian hasil yang dijual (X3), dan jarak antara lahan
garapan dengan tempat tinggal (X4 secara bersama-sama dapat
menjelaskan pengaruhnya terhadap pendapatan usahatani padi pada
lahan sawah tadah hujan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id
d. Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel
bebas secara parsial terhadap variabel tidak bebas.
Tabel 23. Hasil Analisis Regresi Variabel-variabel yang Diduga
Berpengaruh Terhadap Pendapatan Usahatani Padi Pada
Lahan Sawah Tadah Hujan
Variabel Bebas Koefisien t hitung t tabel Sig.
Regresi
(a=5%
)
Luas lahan 2,057 4,637 1,699 0,000
Jumlah Tenaga Kerja Keluarga -161934,721 0,628 0,536
Nilai Bagian Hasil Yang Dijual 0,203 1,785 0.086
Jarak Antara Lahan Garapan -283171,779 0,215 0,831
Dengan Tempat Tinggal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 58
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 59
digilib.uns.ac.id
B. Pembahasan
1. Biaya, Penerimaan, dan Pendapatan Usahatani Padi Pada Lahan
Sawah Tadah Hujan
Dalam penelitian ini, perhitungan biaya dalam usahatani padi pada
lahan sawah tadah hujan menggunakan konsep biaya mengusahakan yang
meliputi biaya untuk pembelian sarana produksi (benih, pupuk, dan
pestisida), pembayaran tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja luar, biaya
lain-lain (pajak tanah, sewa transportasi, sewa diesel dan pompa, dan sewa
traktor), dan biaya penyusutan alat.
Rata-rata biaya mengusahakan usahatani padi pada sawah tadah
hujan saat musim penghujan (MT1) lebih rendah dibandingkan pada saat
musim kemarau (MT2). Hal ini disebabkan tingginya biaya lain-lain
khususnya pada biaya sewa diesel dan pompa yang hanya dikeluarkan pada
musim kemarau guna untuk pengairan sawah.
Biaya sarana produksi dalam penelitian ini antara lain biaya untuk
pembelian benih, pupuk, dan pestisida. Benih yang digunakan pada
usahatani padi pada sawah tadah hujan berasal dari membeli di penjual
benih dan toko saprodi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya
pembelian pupuk lebih besar daripada biaya pembelian benih dan pestisida.
Hal ini dikarenakan pupuk yang digunakan sangat banyak agar tanaman
padi memperoleh nutrisi dari unsur hara yang cukup sehingga dan tanah
juga menjadi subur. Adapun biaya untuk pembelian pestisida tidak selalu
dikeluarkan setiap musim tanam karena pada saat musim kemarau hanya
sedikit hama dan penyakit yang muncul sehingga petani dapat menyimpan
uang mereka dan menekan pengeluaran biaya sarana produksi.
Pengeluaran biaya terbesar pada usahatani padi pada sawah tadah
hujan adalah pada pembayaran tenaga kerja karena diperlukan banyak
tenaga kerja pada beberapa kegiatan usahatani, yaitu dari pengolahan
tanah, penanaman, pemupukan I, pemupukan II, penyiangan I,
penyiangan II, pengendalian hama, sampai pemanenan dan pengangkutan.
commit
Biaya tenaga kerja terbesar to user pada saat kegiatan penanaman,
dikeluarkan
perpustakaan.uns.ac.id 60
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada faktor-faktor sosial ekonomi yang
mempengaruhi pendapatan usahatani padi pada lahan sawah tadah hujan
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Besarnya biaya mengusahakan selama satu tahun adalah Rp
10.761.825,18 per ha. Besarnya penerimaan usahatani padi sawah tadah
hujan selama satu tahun adalah Rp 43.132.449,34 per ha, sehingga
pendapatan usahatani yang diperoleh sebesar Rp 32.370.624,18 per ha.
2. Faktor sosial ekonomi yang memberikan pengaruh terhadap pendapatan
usahatani padi pada lahan sawah tadah hujan adalah luas lahan dan nilai
bagian hasil yang dijual, sedangkan jumlah tenaga kerja keluarga dan
jarak lahan garapan dengan tempat tinggal tidak memberikan pengaruh
terhadap pendapatan usahatani padi pada lahan sawah tadah hujan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, saran yang
dapat diberikan adalah:
1. Meningkatkan produktivitas lahan dengan menerepkan intensifikasi
pertanian sehingga petani lebih mengoptimalkan penggunaan saprodi,
dan tenaga kerja sehingga petani dapat lebih meningkatkan pendapatan
mereka.
2. Menambah nilai bagian hasil untuk dijual, meskipun hal ini akan
berdampak pada kurangnya bagian yang dikonsumsi sendiri, namun akan
meningkatkan pendapatan petani dan petani masih sanggup untuk
memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
commit to user
64