id
SKRIPSI
Oleh :
SANTOSA BUDI UTAMA
H0407065
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Skripsi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian
di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret
Oleh :
SANTOSA BUDI UTAMA
H0407065
Dosen Pembimbing:
1. Dr. Ir. Eny Lestari, MSi
2. Bekti Wahyu Utami, SP, MSi
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
2011
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dr. Ir. Eny Lestari, MSi Bekti Wahyu Utami, SP, MSi Dr. Ir. Suwarto, Msi
NIP. 19601226 198601 2 001 NIP. 19780715 200112 2 001 NIP. 19561119 1983303 1 002
Mengetahui
Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat-Nya sehingga penulis diberikan kesempatan untuk
menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Partisipasi Petani Terhadap
Program Pembangunan Embung dan Sumur Resapan dalam Memenuhi
Ketersediaan Air pada Musim Kemarau di Desa Mangunrejo Kecamatan
Pulokulon Kabupaten Grobogan”. Tidak lupa penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Dwiningtyas Padmaningrum, SP, MSi selaku Ketua Jurusan Penyuluhan dan
Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
3. Prof. Dr. Ir Totok Mardikanto MS selaku Ketua Komisi Sarjana
Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Dr. Ir. Eny Lestari, MSi selaku pembimbing utama dalam penulisan skripsi.
5. Bekti Wahyu Utami, SP, MSi selaku pembimbing pendamping penulisan
skripsi dan selaku pembimbing akademik penulis.
6. Dr. Ir. Suwarto, MSi selaku dosen penguji tamu yang telah memberikan
masukan, saran, dan kritikan yang membangun sehingga penyusunan skripsi
menjadi lebih baik.
7. Bapak Ketut dan seluruh karyawan Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan
Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
atas kemudahan dalam menyelesaikan administrasi penulisan skripsi.
8. Camat Pulokulon yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian di
Kecamatan Pulokulon.
9. Penyuluh di Kecamatan Pulokulon yang telah membantu mempermudah
pengumpulan data.
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10. Kepala Desa Mangunrejo yang telah memberikan ijin penelitian di Desa
Mangunrejo.
11. Segenap responden yang telah berpartisipasi dalam pengumpulan data.
12. Kedua orang tua penulis, Bapak Slamet, A.Md dan Ibu Sukarsih terima kasih
atas doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis. Serta adikku Ngudi Aji
Jaka Yuwana yang juga selalu memberikan motivasi.
13. Teman-teman di tim futsal Inayah yang selalu kompak.
14. Teman-teman MKT, Ayuk, sofa, pasol, titin, apep, krisna terima kasih atas
persahabatannya, bantuan, perhatian, dan dukungan kepada penulis.
15. Teman-teman PKP 2007, yang telah bersedia membantu dan memberi
dukungan kepada penulis.
16. Kakak-kakak tingkat di PKP,dan adik-adik tingkat terima kasih atas bantuan
dan dukungan serta persahabatan yang kalian berikan.
17. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan secara keseluruhan, yang telah
membantu kelancaran penulisan skripsi ini.
Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-
pihak yang memerlukan.
Penulis
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
RINGKASAN
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
SUMMARY
xi
perpustakaan.uns.ac.id 1
digilib.uns.ac.id
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor pertanian memiliki peranan yang cukup penting dalam
menunjang keberhasilan pembangunan di Indonesia. Karena sebagian besar
penduduk menggantungkan hidupnya dengan bekerja pada sektor tersebut.
Beberapa alasan yang mendasari pentingnya pembangunan pertanian di
Indonesia antara lain: potensi sumberdayanya yang besar dan beragam, pangsa
pendapatan nasional cukup besar, besarnya penduduk yang menggantungkan
hidupnya pada sektor ini, dan menjadi basis pertumbuhan di pedesaan
Indonesia. Pembangunan pertanian akan berhasil bila ada partisipasi petani
dalam setiap kegiatan pertanian untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Partisipasi merupakan keikutsertaan masyarakat dalam suatu kegiatan.
Salah satu bentuk partisipasi yaitu keikutsertaan petani dalam suatu program
penyuluhan pertanian. Petani dianjurkan ikut berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan program penyuluhan yang
akan dilaksanakan, karena mereka memiliki informasi yang penting untuk
merencanakan program termasuk tujuan, situasi, pengetahuan serta struktur
sosial masyarakat mereka (Hawkins, 1999).
Tujuan akhir pembangunan pertanian adalah meningkatan kesejahteraan
petani khususnya dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya.
Pembangunan dalam prosesnya tidak terlepas dari penggunaan sumberdaya
alam, contohnya air. Air merupakan sumberdaya yang sangat diperlukan
dalam kegiatan pertanian, karena air mempunyai fungsi antara lain sebagai
penyusun tubuh tanaman, sebagai pelarut, bahan baku fotosintesis, dan
menjaga suhu tanaman supaya konstan.
Air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam proses
pertumbuhan tanaman. Namun, kebutuhannya harus disesuaikan dengan jenis
komoditas yang ditanam. Permasalahan yang sering dihadapi petani adalah
kekurangan air pada musim kemarau. Pada saat hujan, air berlebih dan
terbuang percuma menuju ke commit to user
permukaan sungai, sementara pada saat musim
1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id
B. Perumusan Masalah
Sebagian besar mata pencaharian utama masyarakat di Desa
Mangunrejo, Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan adalah dari sektor
pertanian. Jenis tanaman yang mereka tanam biasanya padi, jagung, kedelai,
tanaman palawija dan berbagai macam tanaman sayuran. Musim kemarau
merupakan saat dimana petani sulit untuk menentukan tanaman apa yang akan
ditanam. Karena tanah di Desa Mangunrejo pada umumnya berjenis grumusol
kelabu tua yang dicirikan pecah-pecah pada musim kemarau licin, liat dan
becek pada musim penghujan. Sehingga pada musim kemarau sulit untuk
mengolahnya.
Hal ini disebabkan karena pada musim tersebut jumlah air terbatas,
sehingga para petani harus memilih jenis tanaman yang sesuai. Untuk
mengatasi kendala tersebut petani dapat memanfaatkan embung dan sumur
commit to user
resapan yang ada. Embung adalah kolam penampung kelebihan air hujan pada
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id
musim hujan dan digunakan pada saat musim kemarau. Kolam atau embung di
Desa Mangunrejo yang di bangun berukuran 10X10 m dan 20X20 m dengan
kedalaman 2,5 m dan terbuat dari beton. Sumur resapan merupakan sumur
atau lubang pada permukaan tanah yang dibuat untuk menampung air hujan
agar dapat meresap kedalam tanah. Kedalaman sumur resapan yang dibuat di
Desa Mangunrejo 10 m dengan diameter 80 cm dan setiap luasan 1-2 ha
terdapat satu sumur resapan. Untuk lahan yang digunakan adalah lahan kas
desa/bengkok desa. Dengan adanya embung dan sumur resapan ini diharapkan
kebutuhan air pada musim kemarau dapat terpenuhi dan hasil dari tanaman
petani dapat menghasilkan produksi yang optimal.
Menurut Slamet (1993) menyebutkan bahwa partisipasi petani
berhubungan dengan berbagai faktor–faktor sosial ekonomi yang akan
menentukan tingkat partisipasinya. Partisipasi petani tersebut meliputi dalam
beberapa tahap diantaranya tahap perencanaan, pelaksanaaan kegiatan, dan
pemanfaatan hasil. Dari faktor-faktor tersebut, penelitian ini memfokuskan
pada beberapa variabel yang diperkirakan dapat mempengaruhi tingkat
partisipasi petani terhadap pembangunan embung dan sumur resapan dalam
memenuhi ketersediaan air pada musim kemarau ini yaitu variabel faktor
sosial ekonomi petani internal yang dibatasi menjadi usia, pendidikan formal,
pendidikan non formal, tingkat pendapatan dan luas penguasaan lahan.
Sedangkan faktor eksternalnya meliputi status keanggotaan, lingkungan fisik,
dan lingkungan sosial.
Dari uraian diatas maka timbul beberapa permasalahan yang nantinya
akan dikaji dalam penelitian ini, antara lain:
1. Apa saja faktor-faktor sosial ekonomi petani yang mempengaruhi tingkat
partisipasi petani terhadap program pembangunan embung dan sumur
resapan dalam memenuhi ketersediaan air pada musim kemarau di Desa
Mangunrejo, Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan?
2. Bagaimana tingkat partisipasi petani terhadap program pembangunan
embung dan sumur resapan dalam memenuhi ketersediaan air pada musim
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengkaji faktor-faktor sosial ekonomi petani yang mempengaruhi tingkat
partisipasi petani terhadap program pembangunan embung dan sumur
resapan dalam memenuhi ketersediaan air pada musim kemarau di Desa
Mangunrejo, Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan.
2. Mengkaji tingkat partisipasi petani terhadap program pembangunan
embung dan sumur resapan dalam memenuhi ketersediaan air pada musim
kemarau di Desa Mangunrejo, Kecamatan Pulokulon, Kabupaten
Grobogan.
3. Mengkaji hubungan antara faktor-faktor sosial ekonomi petani dengan
partisipasi petani terhadap program pembangunan embung dan sumur
resapan dalam memenuhi ketersediaan air pada musim kemarau di Desa
Mangunrejo, Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan.
D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi peneliti ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Bagi pemerintah ataupun instansi, hasil penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan
selanjutnya.
3. Bagi peneliti lain, dapat menjadi bahan pertimbangan dalam penelitian
selanjutnya yang terkait dengan judul penelitian ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id
A. Tinjauan Pustaka
1. Pembangunan Pertanian
Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari
pembangunan ekonomi dan pembangunan masyarakat secara umum.
Pembangunan pertanian merupakan produk masyarakat dan memberikan
sumbangan kepadanya serta menjamin bahwa pembangunan menyeluruh
itu (overall development) akan benar-benar bersifat umum, dan mencakup
penduduk yang hidup dari bertani, yang jumlahnya besar dan untuk tahun-
tahun mendatang ini di berbagai negara akan terus hidup dari bertani.
Supaya pembangunan pertanian itu terlaksana, pengetahuan dan
ketrampilan petani haruslah terus ditingkatkan dan berubah. Karena petani
terus menerus menerima metoda baru, cara berpikir mereka pun berubah.
Mereka mengembangkan sikap baru yang berbeda terhadap pertanian,
terhadap alam sekitar, dan terhadap diri mereka sendiri (Mosher, 1991).
Pembangunan pertanian merupakan perubahan dalam teknik
produksi pertanian dan sistem usahatani menuju ke situasi yang
diinginkan, biasanya situasi yang memungkinkan petani dapat
memanfaatkan hasil-hasil penelitian pertanian dan berkurangnya pertanian
pokok dan lebih berorientasi pasar (Van den Ban dan Hawkins, 1999).
Di negara-negara Dunia Ketiga (termasuk Indonesia) yang pada
umumnya masih tergolong sebagai negara yang masih terbelakang atau
sedang berkembang selalu menunjukkan bahwa kontribusi sektor
pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi nasional selalu menduduki
posisi yang sangat vital (Mardikanto, 1993).
Pengembangan Pertanian yang terdiri dari perencanaan sumber daya
terdiri dari isu-isu polusi, atau mengevaluasi teknologi terbaru yang
digunakan untuk tujuan pertanian. Ini mencakup beberapa federal serta
program-program pertanian lokal untuk membawa tentang pembangunan
pertanian. Bantuan teknis commit to user
untuk penggunaan lahan juga merupakan bagian
6
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id
2. Partisipasi
Istilah partisipasi telah cukup lama dikenal khususnya di dalam
pengkajian peranan anggota di dalam suatu organisasi, baik organisasi
yang sifatnya tidak sukarela maupun yang sukarela. Partisipasi sering
diartikan dalam kaitannya dengan pembangunan sebagai pembangunan
masyarakat yang mandiri, mobilitas sosial, pembagian sosial yang merata
terhadap hasil pembangunan, penetapan kelembagaan khusus, demokrasi
politik dan sosial, reformasi sosial, atau bahkan yang disebut revolusi
rakyat (Slamet, 1993).
Partisipasi didefinisikan sebagai keterlibatan mental atau pikiran dan
emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang
mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam
usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang
bersangkutan. Partisipasi adalah keterlibatan komuniti setempat secara
aktif dalam pengambilan keputusan atau pelaksanaannya terhadap proyek-
proyek pembangunan (Sastropoetro, 1995).
Menurut Mardikanto (1987), partisipasi petani didefinisikan sebagai
ekspresi yang berwujud perilaku petani dalam menampilkan dirinya pada
commit to user
kegiatan atau segala sesuatu yang berkaitan dengan kepentingannya.
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id
a) Faktor Internal:
1. Umur
Menurut Hernanto (1984) disebutkan bahwa umur petani akan
mempengaruhi kemampuan fisik dan respon terhadap hal-hal yang
baru dalam menjalankan usahataninya. Slamet (1993)
menambahkan bahwa faktor umur sangat penting dalam partisipasi,
biasanya mereka yang masuk golongan umur (30-45 tahun) dimana
semakin tua usia semakin aktif keterlibatannya dalam partisipasi
dalam tahap pelaksanaan.
Kartasapoetra (1991) menambahkan, petani yang berusia
lanjut yaitu berumur 50 tahun keatas biasanya fanatik terhadap
tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian-pengertian yang dapat
mengubah cara berfikir, cara kerja dan cara hidup.
Tingkat umur, mempunyai pengaruh terhadap kemampuan
fisik petani dalam mengelola usahataninya maupun usaha-usaha
pekerjaan tambahan lainnya. Semakin tinggi umur petani, maka
kemampuan kerjanya relatif menurun (Prayitno, 1986).
Makin muda petani biasanya mempunyai semangat untuk
ingin tahu apa yang belum mereka ketahui sehingga dengan
demikian mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi
inovasi walaupun sebenarnya mereka masih belum berpengalaman
dalam soal adopsi inovasi tersebut (Soekartawi, 1988).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id
2. Pendidikan Formal
Menurut Hernanto (1984) menyebutkan bahwa tingkat
pendidikan baik formal maupun nonformal akan mempengaruhi
cara berfikir yang diterapkan pada usahataninya yaitu dalam
rasionalitas usaha dan kemampuan memanfaatkan setiap
kesempatan ekonomi yang ada.
Menurut Slamet (1993) menambahkan bahwa tingkat
pendidikan responden dikelompokkan menjadi 3 dimana kelompok
berpendidikan rendah yaitu SD kebawah, kelompok pendidikan
sedang diatas SD sampai dengan tamat SLTA dan berpendidikan
tinggi adalah mereka yang berpendidikan diatas SLTA. Dimana
disebutkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan semakin
tinggi pula dalam berpartisipasi.
Pendidikan mempunyai pengaruh bagi petani dalam adopsi
teknologi dan keterampilan manajemen dalam mengeola usahatani.
Semakin tinggi tingkat pendidikan (formal dan non formal),
diharapkan pola berpikir semakin rasional (Prayitno, 1986).
Mereka yang berpendidikan tinggi adalah relatif lebih cepat
dalam melaksanakan adopsi inovasi. Begitu pula sebaliknya
mereka yang berpendidikan rendah, mereka agak sulit untuk
melaksanakan adopsi inovasi dengan cepat (Soekartawi, 1988).
Hal yang serupa juga dinyatakan oleh Krasner dan Ullman
(1973), yang menyatakan bahwa sebuah pendidikan penting dan
diperlukan untuk setiap orang. Tujuan dari pendidikan adalah
memberikan pengalaman yang akan mengubah seseorang menuju
arah yang lebih baik. Definisi dari baik bisa dalam arti
perkembangan secara teologi (ilmu agama), dan dari pengertian
tersebut dapat diambil keputusan secara logika mengenai makna
yang lurus dan kepantasan dalam bergaul bagi seorang siswa.
Pendidikan juga bisa didefinisikan sebagai suatu kesuksesan dalam
commit
menjadi bagian dari to user menggunakan kurikulum, serta
masyarakat,
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id
4. Pendapatan
Secara umum pendapatan petani memang rendah pada
usahatani tanaman pangan dan tanaman tahunan, untuk petani di
Jawa ataupun diluar Jawa dan transmigran, pendapatan mereka
relatif rendah. Dalam hal ini, perhitungan pendapatan dihitung
dalam satu tahun terakhir (Hernanto,1984).
Menurut Soekartawi (1988), petani dengan tingkat pendapatan
tinggi akan lebih mudah melakukan sesuatu yang diinginkan.
Sehingga akan lebih aktif dalam berpartisipasi dibandingkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id
b) Faktor Eksternal
1. Status Keanggotaan
Status keanggotaan petani dalam kelompok tani akan
menentukan terhadap keaktifan anggota dalam berpartisipasi.
Anggota yang berperan aktif dalam kelompok tani biasanya
memiliki pendidikan serta pengalaman yang lebih daripada anggota
pasif (Kuswardhani, 1998).
Status adalah tempat atau posisi seseorang dalam suatu
kelompok sosial dalam hubungannya dengan orang lain dalam
kelompok tersebut atau kelompok lainnya dalam kelompok yang
lebih besar. Soekonto dalam Levis (1996), mengartikan status
sosial sebagai tempat seseorang secara umum dalam masyarakat
commit to user
dalam hubungannya dengan orang lain, dalam arti lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id
2. Lingkungan Fisik
Pertanian sebagai bidang usaha dalam banyak hal yang
bergantung kepada kondisi fisik yang tidak selalu dapat dikuasai
atau diatur oleh petani sebagai juru tani maupun pengelolanya.
Karena itu setiap upaya perubahan yang akan dilakukan harus
memperhatikan keadaan lingkungan fisik, dimana perubahan yang
direncanakan itu dapat diterapkan (Mardikanto,1993).
3. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial memberikan pengaruh yang sangat
mendalam terhadap anggota masyarakat. Hubungan individu
dengan lingkungan sosial bersifat timbal balik, lingkungan dapat
mempengaruhi individu begitu pula individu dapat mempengaruhi
lingkungan (Walgito, 2004).
Lingkungan sosial yang dapat mempengaruhi perubahan-
perubahan dalam diri petani adalah kebudayaan, opini publik,
pengambilan keputusan dalam keluarga dan kekuatan lembaga
sosial. Lingkungan sosial juga dipengaruhi oleh kekuatan politik
dan kekuatan pendidikan (Mardikanto, 1993). Sedangkan menurut
Wibowo (2011) dalam penelitiannya menerangkan bahwa faktor-
faktor lingkungan sosial di antaranya pihak yang mendukung
program dan interaksi sosial.
Terkait dengan penelitian ini faktor-faktor sosial ekonomi petani
meliputi: faktor internal (umur, pendidikan formal, pendidikan non formal,
pendapatan, dan luas penguasaan lahan) dan faktor eksternal (status
keanggotaan, lingkungan fisik, dan lingkungan sosial).
4. Petani
Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi
commit hidupnya
sebagian atau seluruh kebutuhan to user di bidang pertanian dalam arti
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id
5. Air
Menurut S.S Harjadi (1979) dalam Mardikanto (1994) kedudukan air
dalam usaha pertanian memegang peranan penting sejak proses
pertumbuhan dan perkembangannya, baik merupakan bagian sel tubuh
tanaman dan hewan. Sebagai pelarut dan memberikan medium untuk
pengangkutan hara dalam tanah, untuk berlangsungnya proses fotosintesis
maupun sebagai salah satu hara yang dibutuhkan guna pembentukan
senyawa-senyawa baru seperti karbohidrat dan protein.
Kebutuhan air atau evapotranspirasi adalah jumlah dua istilah yaitu
transpirasi dan evaporasi. Transpirasi adalah air yang memasuki daerah
akar tanaman dan digunakan untuk membentuk jaringan tanaman atau
dilepaskan memalui daun-daunan tanaman ke atmosfer. Evaporasi adalah
air yang menguap dari tanah yang berdekatan permukaan air, atau
commit to user
permukaan daun-daunan. Air yang disimpan embun, curah hujan, atau
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id
6. Embung
Embung adalah kolam penampung kelebihan air hujan pada musim
hujan dan digunakan pada saat musim kemarau.
Tujuan pembuatan embung:
1. Menyediakan air untuk pengairan tanaman di musim kemarau.
2. Meningkatkan produktivitas lahan, masa pola tanam dan pendapatan
petani di lahan tadah hujan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id
dan daya angkutnya menurun, dan 3) Mensuplai air pada musim kemarau
(Arsyad, 2008).
7. Sumur Resapan
Sumur Resapan (infiltration Well) adalah sumur atau lubang pada
permukaan tanah yang dibuat untuk menampung air hujan/aliran
permukaan agar dapat meresap ke dalam tanah. Prinsipnya ini maka curah
hujan yang berlebihan pada musim hujan tidak dibiarkan mengalir
percuma ke laut tetapi ditampung dalam suatu wadah yang memungkinkan
air kembali meresap ke dalam tanah. Sumur resapan merupakan sumur
atau lubang pada permukaan tanah yang dibuat untuk menampung air
hujan agar dapat meresap kedalam tanah. Kegunaan sumur resapan antara
lain mengendalikan banjir, melindungi dan memperbaiki air tanah serta
menekan laju erosi. Sumur resapan ada 2 yaitu individu dan kolektif,
terpadu dengan pertanian (Kusnaedi, 2007).
Penggalian dibawah permukaan air tanah yang sulit, maka sumur
tidak dapat menembus cukup dalam untuk mengeluarkan hasil yang besar.
Lebih dari itu bila permukaan air tanah turun selama musim kemarau atau
kekeringan yang berat maka sumur mungkin menjadi kering sama sekali.
Sumur semacam ini jarang digunakan untuk kebutuhan yang lebih dari
sebidang tanah ladang atau sawah (Sasongko, 1991).
Teknologi konvensional yang telah diterapkan untuk peresapan air
adalah pembuatan sumur resapan. Hal ini disebabkan dimensi sumur
resapan cukup besar, perlu dibuat penguat sebagian dindingnya, untuk
menghindari dindingnya akan mengalami kelongsoran. Pengumpulan air
yang cukup besar kedalam sumur resapan dapat menyebabkan beban
resapan yang relatif besar. Sehingga pembuatannya harus disesuaikan
dengan keadaan tanah disekitarnya (Brata, 2008).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id
B. KERANGKA BERFIKIR
Pada saat ini pengelolaan sumber daya air masih belum optimal
sehingga perlu adanya sentuhan-sentuhan teknologi sederhana yang tepat guna
yang dapat memperbaiki kuantitas dan sekaligus kualitas air tanah yang
semakin terancam akibat eksploitasi air tanah, pemompaan berlebih, intrusi air
asin, peresapan limbah industri dan lain-lain.
Pembangunan sumur resapan dan embung merupakan salah satu upaya
pengisian air tanah secara artifisial sebagai alternatif proses pengisian air
tanah alami yang relatif lambat melalui proses infiltrasi. Pembangunan sumur
resapan ini dapat dikombinasikan dengan pembangunan embung sebagai
penampung air luapan manakala kapasitas tampung embung terlampaui pada
saat hujan besar. Air tersimpan kemudian dapat dimanfaatkan kembali untuk
kegiatan usaha tani terutama di musim kemarau dalam rangka mengantisipasi
ancaman kekurangan air atau kekeringan.
Partisipasi seseorang dalam suatu kegiatan dipengaruhi oleh beberapa
faktor internal dan eksternal petani yang disebut karakteristik sosial ekonomi
petani internal meliputi umur, tingkat pendidikan formal, pendidikan non
formal, pendapatan, dan luas pengusaan lahan. Umur petani mempengaruhi
kemampuan fisik dan respon seseorang terhadap hal-hal baru dalam
menjalankan usaha taninya. Faktor umur sangat penting dalam partisipasi,
biasanya mereka yang masuk golongan umur 30-45 tahun dimana semakin tua
usia, maka semakin aktif keterlibatannya dalam partisipasi pada tahap
pelaksanaan.
Tingkat pendidikan petani baik formal maupun non formal akan
mempengaruhi cara berfikir yang diterapkan pada usaha taninya yaitu dalam
rasionalitas usaha dan kemampuan memanfaatkan setiap kesempatan ekonomi
yang ada. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal seseorang maka semakin
tinggi pula partisipasinya dalam mengikuti kegiatan. Selain itu pendidikan
informal memberikan pelajaran praktis langsung, akan mempunyai pengaruh
sangat besar. Pendidikan formal petani rendah tetapi apabila rajin mengikuti
commit
pendidikan informal, petani akan to user pengetahuan yang cukup luas.
mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id
Program
pembangunan embung
dan sumur resapan
Faktor-faktor sosial
ekonomi petani
· Faktor internal:
1. Umur
2. Pendidikan Tingkat
formal Tinggi
partisipasi petani
3. Pendidikan non terhadap program
formal pembangunan
4. Pendapatan embung dan Sedang
5. Luas penguasaan sumur resapan :
lahan 1. Perencanaan
· Faktor eksternal: 2. Pelaksanaan Rendah
1. Status 3. Pemanfaatan
keanggotaan Hasil
2. Lingkungan fisik
3. Lingkunga sosial
C. Hipotesis
Berdasarkan alur kerangka berpikir yang telah digambarkan di atas
maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : Diduga ada
hubungan nyata antara faktor-faktor sosial ekonomi petani dengan partisipasi
petani terhadap program pembangunan embung dan sumur resapan dalam
memenuhi ketersediaan air pada musim kemarau di Desa Mangunrejo
Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id
D. Pembatasan Masalah
1. Faktor-faktor sosial ekonomi petani yang mempengaruhi partisipasi yang
diteliti diantaranya meliputi faktor internal (umur, pendidikan formal,
pendidikan non formal, pendapatan, dan luas penguasaan lahan) dan faktor
eksternal (status keanggotaan, lingkungan fisik, dan lingkungan sosial).
2. Partisipasi petani terhadap program meliputi: tahap perencanaan,
pelaksanaan, serta pemanfaatan hasil.
3. Petani yang diambil sampel adalah anggota kelompok tani di desa
Mangunrejo yang terlibat dalam program pembangunan embung dan
sumur resapan yaitu anggota kelompok tani Mangun Tani I dan Tani
Makmur.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id
2. Pengukuran Variabel
a. Pengukuran variabel yang mempengaruhi faktor-faktor sosial ekonomi
petani
Tabel 2.1. Faktor Internal Petani
Variabel Indikator Kriteria Skor
1. Umur Umur petani pada saat a. > 65 tahun 1
dilakukan penelitian b. 45-65 tahun 2
c. < 45 tahun 3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id
34
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id
2. Sampel
Penarikan responden dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode proportional random sampling yaitu pengambilan
responden dengan menetapkan jumlah tergantung besar kecilnya sub
populasi atau kelompok yang akan diwakilinya (Mardikanto, 2001).
Penentuan jumlah petani responden untuk masing-masing
kelompok tani ditentukan dengan rumus :
nk
ni = n
N
Keterangan :
ni = Jumlah responden dari masing-masing kelompok tani
nk = Jumlah petani dari tiap kelompok tani sebagai responden
N = Jumlah populasi atau jumlah petani seluruh kelompok tani
n = Jumlah petani responden yang diambil sebanyak petani
Adapun jumlah responden dalam penelitian ini sesuai dengan rumus
diatas dapat dilihat pada tabel 3.1. berikut :
Tabel 3.1. Jumlah Sampel masing-masing Kelompok Tani
2. Tani Makmur 71 11
Jumlah 255 40
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id
Lebar interval kelas (i) = Jumlah skor tertinggi – Jumlah skor terendah
Jumlah kelas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id
N -2
t= rs
1 - (rs) 2
Kriteria uji :
1. Jika t hitung ³ t tabel maka Ho ditolak, berarti ada hubungan nyata antara
faktor-faktor sosial ekonomi petani dengan partisipasi petani terhadap
program pembangunan embung dan sumur resapan dalam memenuhi
ketersediaan air pada musim kemarau di Desa Mangunrejo Kecamatan
Pulokulon Kabupaten Grobogan.
2. Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima, berarti tidak ada hubungan nyata
antara faktor-faktor sosial ekonomi petani dengan partisipasi petani
terhadap program pembangunan embung dan sumur resapan dalam
memenuhi ketersediaan air pada musim kemarau di Desa Mangunrejo
Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id
A. Keadaan Wilayah
Desa Mangunrejo merupakan salah satu desa di Kecamatan Pulokulon
Kabupaten Grobogan yang terletak di dataran rendah dengan tinggi 42 meter
dari permukaan laut. Desa Mangunrejo terbagi menjadi 10 dukuh, yaitu
Dukuh Keben, Dukuh Kleco, Dukuh Jambangan, Dukuh Bandung, Dukuh
Krajan, Dukuh Blabur, Dukuh Mangboyo, Dukuh Sembung, Dukuh Banat,
dan Dukuh Sukorejo.
Jarak antara Desa Mangunrejo dengan ibukota kecamatan 3 km,
dengan ibukota kabupaten berjarak 25 km, dan dengan ibukota propinsi
berjarak 84 km. Desa Mangunrejo mempunyai luas 762,050 Ha. Adapun
batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:
a. Sebelah utara : Desa Tanjungrejo
b. Sebelah selatan : Desa Panunggalan
c. Sebelah timur : Desa Tambakrejo
d. Sebelah barat : Desa Sambirejo
Dalam proses administrasi Desa Mangunrejo memiliki 5 kepala
urusan, 9 kepala dusun, dan 2 staf pembantu. Dan dalam kelembagaan desa
ada 9 pengurus LKMD/LPMK, 2 Kader KPD/KPMB, dan 12 orang
penggerak PKK.
B. Keadaan Penduduk
Keadaan penduduk di suatu daerah menggambarkan kondisi sosial
ekonomi penduduk di daerah tersebut. Berikut ini adalah data keadaan
penduduk di Desa Mangunrejo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan
berdasarkan pada data monografi Desa Mangunrejo, Kecamatan Pulokulon,
Kabupaten Grobogan Tahun 2010.
1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Penduduk merupakan sejumlah orang yang bertempat tinggal di
suatu wilayah pada waktu tertentu. Berdasarkan jenis kelamin, penduduk
commit to user
39
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id
= 3.327 x 100 %
3.358
= 99%
Angka sex ratio di Desa Mangunrejo sebesar 99%. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam 100 penduduk perempuan terdapat 99
penduduk laki-laki. Hal ini menunjukkan jumlah penduduk perempuan
lebih banyak dibanding penduduk laki-laki. Dengan demikian pembagian
kerja yang harus ditanggung oleh keduanya tidak jauh berbeda, misalnya
dalam menggarap lahan sawah perempuan cenderung melakukan
pekerjaan yang ringan seperti menanam dan memelihara tanaman.
Angka sex ratio dapat digunakan untuk mengetahui jumlah tenaga
kerja yang tersedia. Pada umumnya, pekerjaan di bidang pertanian lebih
banyak membutuhkan kekuatan fisik, sehingga kaum laki-laki lebih
banyak berperan. Akan tetapi, sebenarnya golongan perempuan juga dapat
commit to user
berperan aktif dalam kegiatan pertanian misalnya pada kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id
= 80,38
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id
C. Kelembagaan
1. Pendidikan
Faktor pendidikan adalah bagian penting bagi pengembangan sebuah
daerah, sumber daya manusia yang berkualitas bisa dicetak lewat
pendidikan. Fasilitas pendidik yang memadahi akan sangat menunjang
peningkatan proses pendidikan yang terjadi. Berikut ini sajian data terkait
sarana pendidikan umum maupun khusus dan jumlah guru dan murid
dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Sarana Pendidikan Umum dan Jumlah Guru dan Murid di Desa
Mangunrejo
No. Jenis Pendidikan Jumlah Jumlah Murid Jumlah Guru
1. Taman Kanak-kanak 3 112 6
2 SD 4 657 29
Jumlah 7 759 35
Sumber: Data Monografi Desa Mangunrejo Tahun 2010
Berdasarkan Tabel 4.5 terlihat pada tahun 2010 jumlah Taman
Kanak-kanak sebanyak 3 buah, SD sebanyak 4 buah. Selanjutnya, jumlah
murid Taman Kanak-kanak sebanyak 112 siswa, dengan guru sebanyak 6
orang, sehingga rasio guru dibanding murid sebanayak 1:18,67. SD
sebanyak 657 siswa, dengan guru sebanyak 29 orang, sehingga rasio guru
dibanding murid sebesar 1:22,65.
Tabel 4.6 Sarana Pendidikan Khusus dan Jumlah Guru dan Murid di Desa
Mangunrejo
No. Jenis Pendidikan Jumlah Jumlah Murid Jumlah Guru
1. Madrasah 4 205 24
Jumlah 4 205 24
Sumber: Data Monografi Desa Mangunrejo Tahun 2010
Berdasarkan Tabel 4.6 terlihat pada tahun 2010 jumlah Madrasah
sebanyak 4 buah, dengan jumlah siswa sebanyak 205 siswa, dengan tenaga
pengajar sebanyak 24 orang, sehingga rasio tenaga pengajar dibanding
murid sebesar 1:8,54. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id
D. Keadaan Pertanian
Salah satu sektor utama dalam pembangunan di pedesaan adalah sektor
pertanian karena sebagian besar masyarakat desa memiliki mata pencaharian
sebagai petani maupun buruh tani. Berikut ini adalah gambaran mengenai
keadaan pertanian di Desa Mangunrejo yang meliputi penggunaan lahan
pertanian, dan komoditas utama.
1. Penggunaan Lahan Pertanian
Kegiatan pertanian mempunyai peranan penting dalam memenuhi
kebutuhan pangan. Kondisi pertanian yang baik harus didukung dengan
ketersediaan lahan pertanian yang cukup, inovasi atau teknologi yang tepat
guna dan sumber daya manusia yang baik. Luas penggunaan lahan
pertanian di Desa Mangunrejo dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Luas Lahan Desa Mangunrejo Berdasarkan Penggunaan Tanah
di Desa Mangunrejo
Jenis Penggunaan Lahan Luas (ha) Persentase (%)
a. Tanah Sawah
Tanah irigasi 28,209 3,71
Tadah hujan 480,260 63,03
Jumlah 508,469 66,74
b. Tanah Kering
Pekarangan/bangunan 135,211 17,76
Tegalan/kebunan 116,232 15,26
Lain-lain (sungai, jalan, kuburan 2,050 0,24
dll)
Jumlah 235,493 33,26
Jumlah Total 761,962 100,00
Sumber : Data Monografi Desa Mangunrejo Tahun 2010
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa penggunaan lahan
pertanian di Desa Mangunrejo yang terbesar adalah tanah sawah dengan
tanah irigasi sebesar 28,209 ha atau 3,71%. Sedangkan untuk tanah tadah
hujan yaitu seluas 480,260 ha atau 63,03%. Luas penggunaan lahan di
Desa Mangunrejo yang didominasi untuk tanah sawah digunakan untuk
budidaya tanaman dengan pola tanam padi-padi-palawija. Desa
Mangunrejo mempunyai sumber daya alam yang berpengaruh besar, yaitu
adanya sumber mata air commit
kapiler to usermampu mencukupi kebutuhan air
yang
perpustakaan.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id
warga desa. Sehingga pada musim kemarau petani tidak kesulitan dalam
mendapatkan air untuk lahannya dan usaha taninya dapat terus berjalan.
Tanah kering di Desa Mangunrejo luasnya sekitar 235,493 ha atau
33,26% dari keseluruhan luas lahan. Sebagian besar tanah kering
digunakan untuk pekarangan/bangunan yaitu sebesar 135,211 ha atau
17,76%, kemudian untuk tegalan atau kebunan hanya sebesar 116,232 ha
atau 15,26% dan lain-lainnya ( meliputi sungai, jalan, kuburan dll ) sebesar
2.050 ha atau 0,24%.
2. Komoditas Utama
Komoditas utama yang diusahakan di masing-masing daerah tidak
sama. Komoditas yang diusahakan di suatu daerah dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti kondisi tanah, topografi dan sumber daya manusia.
Komoditas utama di Desa Mangunrejo adalah tanaman padi dan tanaman
palawija dengan luas 480,260 ha.
3. Peternakan
Desa Mangunrejo ada 2 jenis usaha peternakan yaitu peternakan sapi
dan peternakan kambing. Populasi ternak yang banyak diusahakan di Desa
Mangunrejo pada tahun 2010 tersaji pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Jumlah Ternak di Desa Mangunrejo
No. Jenis Ternak Jumlah (ekor)
1. Sapi 724
2. Kambing 218
Jumlah 942
Sumber: Data Monografi Desa Mangunrejo Tahun 2010
Berdasarkan Tabel 4.8 terlihat ternak yang diusahakan di Desa
Mangunrejo ada 2 yaitu sapi dan kambing. Jumlah total masing-masing
ternak adalah sapi sebanyak 724 ekor, kambing sebanyak 218 ekor.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id
E. Keadaan Perekonomian
1. Sarana Perekonomian
Adanya sarana dan prasarana perekonomian di suatu daerah akan
sangat menunjang berlangsungnya kegiatan perekonomian. Keadaan
sarana perekonomian di Desa Mangunrejo dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.9 Keadaan Sarana Perekonomian di Desa Mangunrejo
No. Jenis Lembaga Jumlah (Unit)
1. Toko/warung 67
2. Lumbung Desa 1
Jumlah 68
Sumber: Data Monografi Desa Mangunrejo Tahun 2010
Berdasarkan Tabel 4.9. dapat dilihat bahwa di Desa Mangunrejo
hanya ada pedagang kecil menengah seperti toko, warung dan kios dengan
jumlah 67 unit. Selain itu juga ada 1 unit lumbung desa. Dengan sarana
yang ada, masyarakat di Desa Mangunrejo sudah dapat memenuhi
kebutuhannya sehari-hari.
2. Jumlah Perusahaan/Usaha
Jumlah usaha perekonomian di Desa Mangunrejo dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 4.10 Keadaan Lembaga Perekonomian di Desa Mangunrejo
No. Jenis Usaha Jumlah (Unit)
1. Industri rumah tangga 5
2. Warung makan 16
3. Perdagangan 13
4. Angkutan 21
Jumlah 55
Sumber : Data Monografi Desa Mangunrejo Tahun 2010
Berdasarkan Tabel 4.10 dapat dilihat jenis usaha perekonomian yang
ada di Desa Mangunrejo ada 4 yaitu industri rumah tangga dengan jumlah
5 unit, warung makan dengan jumlah 16 unit, perdagangan dengan jumlah
13 unit, dan angkutan dengan jumlah 21 unit.
3. Prasarana Perhubungan
Prasarana perhubungan merupakan salah satu syarat untuk
commit to user
memperlancar semua sektor baik pertanian, perekonomian, dan
perpustakaan.uns.ac.id 49
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id
50
perpustakaan.uns.ac.id 51
digilib.uns.ac.id
2. Pendidikan Formal
Pendidikan formal responden adalah pendidikan yang diperoleh
responden dari bangku sekolah yang penyelenggaraannya tersusun
dalam kurikulum yang terorganisir, berjenjang dari rendah sampai
tingkat tinggi. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi cara berfikir
seseorang yaitu cara memandang permasalahan, mencari cara
penyelesaian permasalahan dan cara berinteraksi dengan orang lain.
Tingkat pendidikan formal petani dalam kegiatan program
pembangunan embung dan sumur resapan dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Formal
Tingkat Pendidikan Skor Jumlah (orang) Persentase (%)
Tidak Sekolah-SD 1 22 55,0
SLTP-SLTA 2 17 42,5
D3/S1 3 1 2,5
Jumlah 40 100,0
Sumber : Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 5.2 dapat disimpulkan bahwa tingkat
pendidikan responden yang terbanyak adalah tidak sekolah/SD. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden masih rendah. Hal
ini terjadi karena responden tidak memliki biaya yang cukup untuk
meneruskan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Tingkat
pendidikan rendah pada umumnya adalah mereka yang berumur tua
sedangkan untuk responden yang berumur muda cenderung memiliki
tingkat pendidikan formal yang lebih tinggi. Hal itu dapat terjadi karena
sarana dan prasarana pendidikan yang ada pada saat itu cukup terbatas.
Responden yang paling sedikit adalah sarjana. Hal ini
menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil responden mampu duduk
dibangku kuliah dan menyelesaikan jenjang sarjana. Tingkat pendidikan
mempengaruhi kualitas sumberdaya manusia, jika semakin banyak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id
4. Pendapatan
Pendapatan keluarga petani secara umum akan berpengaruh
terhadap kemampuan individu dalam berpartisipasi pada suatu program.
Pendapatan responden berasal dari kegiatan usahatani dan non
usahatani yang dikonversikan dalam satu musim tanam. Tingkat
pendapatan responden dapat dilihat pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat
Pendapatan dan Kecukupan Kebutuhan Keluarga
1. Pendapatan Jumlah Persentase
Kategori
(per satu musim tanam) (orang) (%)
· < Rp. 3.924.188 Rendah 2 5,0
· Rp. 3.924.188 – Rp. Sedang 13 32,5
7.848.376
· > Rp. 7.848.376 Tinggi 25 62,5
Jumlah 40 100
2. Kecukupan Kebutuhan Skor Jumlah Persentase
(orang) (%)
· Tidak Mencukupi 1 8 20,0
· Kadang Mencukupi 2 22 55,0
· Mencukupi 3 10 25,0
Jumlah 40 100
Sumber: Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 5.4 dapat disimpulkan bahwa pendapatan
responden yang paling banyak adalah lebih dari Rp. 7.848.376,00 per
satu musim tanam, hal ini dikarenakan sebagian besar responden
bekerja pada bidang pertanian dan non pertanian. Pendapatan dari
sektor pertanian dapat diandalkan karena tanah yang ada di desa ini
lebih subur dibandingkan dengan desa lainnya sehingga hasil produksi
pertaniannya juga lebih melimpah. Selain itu responden juga
mendapatkan sumber pendapatan yang lain dari sektor non pertanian
misalnya perdagangan, pertukangan, dan PNS.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 54
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id
2. Lingkungan Fisik
Pertanian sebagai bidang usaha dalam banyak hal yang
bergantung kepada kondisi fisik yang tidak selalu dapat dikuasai atau
diatur oleh petani sebagai juru tani maupun pengelolanya. Karena itu
setiap upaya perubahan yang akan dilakukan harus memperhatikan
keadaan lingkungan fisik. Lingkungan fisik disini adalah jarak antara
lahan petani dengan pembangunan embung dan sumur resapan.
Seberapa jauh jaraknya dapat dilihat pada Tabel 5.7.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id
3. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial mempengaruhi perubahan-perubahan yang
terjadi dalam diri petani, yang termasuk dalam lingkungan sosial antara
lain pihak yang mendukung program dan interaksi sosial. Lingkungan
sosial dapat dilihat pada Tabel 5.8.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id
dapat dilihat dari sebagian besar responden sudah memanfaatkan hasil dari
program tersebut. Hal ini berbanding terbalik dalam kegiatan
pemeliharaan dan penyebarluaskan informasi kepada petani lainnya.
Sebagian kecil responden yang ikut serta dalam kegiatan pemeliharaan
hasil program. Kegiatan tersebut meliputi: pembersihan air, perawatan
bangunan, memperbaiki bangunan yang rusak, mengatur dan mengkontrol
jumlah penggunaan air. Selain itu, kemauan responden untuk
menyebarluaskan informasi yang mereka peroleh masih rendah, mereka
cenderung tidak mau menyebarkan informasi kepada petani lain. Karena
mereka menganggap bahwa sebagian besar petani sudah mengetahui dan
mengerti informasi tentang manfaat dari hasil pembangunan embung dan
sumur resapan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 63
digilib.uns.ac.id
a. Faktor Internal:
1. Hubungan Antara Umur dengan Tingkat Partisipasi Petani terhadap
Program Pembangunan Embung dan Sumur Resapan dalam Memenuhi
Ketersediaan Air pada Musim Kemarau
Berdasarkan Tabel 5.13 menunjukkan hubungan antara umur
dengan tingkat partisipasi petani terhadap program pembangunan
embung dan sumur resapan dalam memenuhi ketersediaan air pada
commit to user
musim kemarau dengan nilai rS sebesar 0,053, α = 0,05, dengan thitung
perpustakaan.uns.ac.id 64
digilib.uns.ac.id
sebesar 0,327, dan ttabel sebesar 2,021, sehingga dapat dilihat bahwa
thitung (0,327) < ttabel (2,021) maka Ho diterima, yang artinya terdapat
hubungan yang tidak signifikan antara umur dengan tingkat partisipasi
petani terhadap program pembangunan embung dan sumur resapan
dalam memenuhi ketersediaan air pada musim kemarau.
Menurut Slamet (1993) faktor umur sangat penting dalam
partisipasi, biasanya mereka yang masuk golongan umur (30-45 tahun)
dimana semakin tua usia semakin aktif keterlibatannya dalam
partisipasi dalam tahap pelaksanaan. Kenyataan di lapang tidak sesuai
dengan pendapat diatas. Hal ini dikarenakan bahwa umur tidak
berpengaruh terhadap tingkat partisipasi petani dalam suatu
program.Partisipasi pada tahap perencanaan umur petani tidak
berpengaruh terhadap tingkat partisipasi, karena petani yang berumur
tua atau muda mempunyai kesempatan yang sama untuk merencanakan
kegiatan/ program. Tahap pelaksanaan petani yang berumur tua maupun
muda mempunyai keinginan yang sama untuk mengikuti berbagai
kegiatan. Tahap pemanfaatan hasil semua petani mempunyai
kesempatan yang sama untuk memanfaatkan hasil dari program
pembangunan embung dan sumur resapan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 65
digilib.uns.ac.id
commitSemakin
petani dalam suatu program. to user banyak kegiatan pendidikan non
perpustakaan.uns.ac.id 66
digilib.uns.ac.id
formal seperti penyuluhan yang diikuti oleh petani maka petani tersebut
akan semakin aktif dalam mengikuti kegiatan-kegiatan dalam suatu
program dan lebih mudah menerima inovasi atau sesuatu hal yang baru.
Sebagian besar petani ikut berpartisipasi dalam tahap perencanaan,
mereka menyalurkan ide/gagasan pada saat ada kegiatan penyuluhan.
Partisipasi petani pada tahap pelaksanaan mereka yang pendidikan non
formalnya rendah atau tinggi sama-sama ikut dalam kegiatan
pembangunan embung dana sumur resapan. Sedangkan pada tahap
pemanfaatan hasil mereka sama-sama memanfaatkan air untuk
menyiram tanaman.
commit
pula. Hal ini dikarenakan to userbesar petani yang pendapatannya
sebagian
perpustakaan.uns.ac.id 67
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 68
digilib.uns.ac.id
b. Faktor Eksternal:
1. Hubungan Antara Status Keanggotaan dengan Tingkat Partisipasi
Petani terhadap Program Pembangunan Embung dan Sumur Resapan
dalam Memenuhi Ketersediaan Air pada Musim Kemarau
Berdasarkan Tabel 5.13 menunjukan hubungan antara status
keanggotaan dengan tingkat partisipasi petani terhadap program
pembangunan embung dan sumur resapan dalam memenuhi
ketersediaan air pada musim kemarau dengan nilai rS sebesar 0,003, α
= 0,05, dengan thitung sebesar 0,018, dan ttabel sebesar 2,021, sehingga
dapat dilihat bahwa thitung (0,018) < ttabel (2,021) maka Ho diterima, yang
artinya terdapat hubungan yang tidak signifikan antara status
keanggotaan dengan tingkat partisipasi petani terhadap program
pembangunan embung dan sumur resapan dalam memenuhi
ketersediaan air pada musim kemarau.
Menurut Kuswardhani (1998) status keanggotaan petani dalam
kelompok tani akan menentukan terhadap keaktifan anggota dalam
berpartisipasi. Anggota yang berperan aktif dalam kelompok tani
biasanya memiliki pendidikan serta pengalaman yang lebih daripada
anggota pasif. Kenyataan di lapang tidak sesuai dengan pendapat diatas,
kenyataan di lapang status keanggotaan tidak mempengaruhi tingkat
partisipasi petani terhadap program pembangunan embung dan sumur
resapan dalam memenuhi ketersediaan air pada musim kemarau. Petani
yang mempunyai status anggota maupun pengurus/kontak tani
mempunyai kesempatan yang sama untuk berpartisipasi pada suatu
program. Petani pada tahap perencanaan semua petani mempunyai
kesempatan yang sama dalam memberikan masukan atau pendapat,
pada tahap pelaksanaan mempunyai kesempatan yang sama dalam
kegiatan pembangunan, dan pada tahap pemanfaatan hasil semua petani
juga dapat memanfaatkannya hasil dari pembangunan embung dan
sumur resapan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 69
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 71
digilib.uns.ac.id
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang mengkaji
partisipasi petani terhadap program pembangunan embung dan sumur resapan
dalam memenuhi ketersediaan air pada musim kemarau di Desa Mangunrejo
Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Karakteristik sosial ekonomi petani menurut penelitian ini dapat diketahui
sebagai berikut :
a) Faktor Internal :
1) Umur petani tergolong dalam kategori tinggi karena sebagian besar
petani berada pada umur produktif (15-65 tahun) yang merupakan
tenaga kerja potensial untuk melakukan usahatani.
2) Pendidikan formal petani tergolong dalam kategori rendah karena
sebagian besar petani tidak sekolah dan atau hanya tamat SD
(Sekolah Dasar), karena mahalnya biaya sekolah yang harus mereka
bayar dan terbatasnya sarana dan prasarana sekolah yang tersedia..
3) Pendidikan non formal petani dalam kegiatan penyuluhan tergolong
dalam kategori tinggi (lebih dari 3 kali), karena petani sering
mengikuti penyuluhan yang diselenggarakan oleh penyuluh
pemerintah/ dinas terkait.
4) Tingkat pendapatan petani tergolong dalam kategori tinggi (lebih
dari Rp. 7.848.376 per musim tanam). Besarnya pendapatan yang
diperoleh tergantung dari hasil produksi bidang pertanian dan non
pertanian.
5) Luas pengusaan lahan petani tergolong dalam kategori sedang (0,5 -
1 Ha), karena sebagian besar petani berstatus pemilik sekaligus
penggarap dan lahan mereka merupakan hasil warisan dari orang
tuanya.
commit to user
71
perpustakaan.uns.ac.id 72
digilib.uns.ac.id
b) Faktor Eksternal :
1) Status keanggotaan petani tergolong dalam kategori rendah, karena
sebagian besar petani berstatus sebagai anggota pasif.
2) Lingkungan fisik petani tergolong dalam kategori tinggi, karena
sebagian besar lahan petani jaraknya dekat dengan lokasi
pembangunan embung dan sumur resapan.
3) Lingkungan sosial petani tergolong dalam kategori tinggi, karena
sebagian besar petani berinteraksi dengan masyarakat lain dan semua
pihak (baik pemerintah, kelompok tani, dan pamong desa)
mendukung program pembangunan embung dan sumur resapan.
2. Partisipasi petani terhadap program pembangunan embung dan sumur
resapan dalam memenuhi ketersediaan air pada musim kemarau sebagai
berikut :
1) Tingkat partisipasi petani tahap perencanaan tergolong dalam kategori
sedang, karena sebagian besar petani tidak terlibat secara langsung
dalam proses pembuatan rancangan program. Hal ini dikarenakan
hanya pengurus/kontak tani dengan penyuluh yang terlibat secara
langsung dalam proses pembuatan rancangan program tersebut.
2) Tingkat partisipasi petani tahap pelaksanaan tergolong dalam kategori
tinggi karena sebagian besar petani mengikuti semua kegiatan
pembangunan embung dan sumur resapan atas dasar keinginan mereka
sendiri.
3) Tingkat partisipasi petani tahap pemanfaatan hasil tergolong dalam
kategori sedang karena hanya sebagian petani yang memanfaatkan hasil
program. Hal ini dikarenakan terbatasnya jumlah air yang tersedia baik
pada embung maupun sumur resapan.
4) Tingkat partisipasi petani secara keseluruhan tergolong dalam kategori
tinggi, karena sebagian besar petani ikut berpartisipasi terhadap
program pembangunan embung dan sumur resapan.
3. Hubungan antara karakteristik sosial ekonomi petani dengan partisipasi
commit to userembung dan sumur resapan dalam
petani terhadap program pembangunan
perpustakaan.uns.ac.id 73
digilib.uns.ac.id
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian partisipasi petani dalam program
pembangunan embung dan sumur resapan dalam memenuhi ketersediaan air
pada musim kemarau di Desa Mangunrejo Kecamatan Pulokulon Kabupaten
Grobogan, dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut :
1) Sebaiknya partisipasi anggota kelompok tani perlu di tingkatkan dengan
cara lebih melibatkan anggota kelompok tani pada tahap perencanaan. Hal
ini dikarenakan dalam merancang program embung dan sumur resapan
hanya melibatkan pengurus/ kontak tani dan penyuluh saja.
2) Sebaiknya partisipasi petani pada kegiatan pemeliharaan embung dan
sumur resapan perlu di tingkatkan dengan cara pembagian jadwal kerja
petani secara bergilir. Hal ini dikarenakan hanya sebagian kecil petani
commit to user
yang ikut berpartisipasi.