Anda di halaman 1dari 89

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

ANALISIS KOMPARATIF USAHATANI TUMPANGSARI JAGUNG


DAN KACANG TANAH DENGAN MONOKULTUR JAGUNG
DI KABUPATEN WONOGIRI

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan


guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian
di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi
Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Oleh :
Marlina Perdana Putri
H 0307058

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit
2011to user

i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, yang telah begitu besar memberikan limpahan hidayah-Nya kepada
penulis hingga karya ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam senantiasa
terlimpah kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, para keluarga,
sahabat, dan orang-orang yang senantiasa berjuang di jalan-Nya.
Usaha dan upaya untuk senantiasa melakukan yang terbaik atas setiap kerja
menjadikan akhir dari pelaksanaan penelitian terwujud dalam bentuk penulisan
skripsi dengan judul “Analisis Komparatif Usahatani Tumpangsari Jagung dan
Kacang Tanah dengan Monokultur Jagung di Kabupaten Wonogiri”. Skripsi ini
disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana
Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan penyusunan
skripsi ini, antara lain :
1. Allah SWT atas segalanya yang telah diberikan kepada penulis.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS. selaku Dekan Fakultas
Pertanian Sebelas Maret surakarta.
3. Ibu Dr. Ir. Sri Marwanti MS. selaku Ketua Jurusan/Program Studi Sosial
Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
surakarta
4. Ibu Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP. selaku Ketua Komisi Sarjana
Jurusan/Prodi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta
5. Ibu Wiwit Rahayu SP. MP selaku pembimbing utama yang dengan sabar
memberikan masukan, nasehat dan bimbingannya dalam penyusunan skripsi
ini, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Ibu Erlyna Wida Riptanti SP. MP selaku Pembimbing Akademik dan
Pembimbing Pendamping yang benar-benar berperan sebagai ibu di kampus
yang dengan sabar telah memberikan bimbingan dan arahannya sehingga
commit to user
penulis lebih matang dalam menghadapi masalah.

iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

7. Ibu Prof. Dr. Ir Suprapti, MP. selaku penguji skripsi atas diskusi, bimbingan,
serta arahannya kepada penulis.
8. Kepala BPS Kabupaten Wonogiri beserta staf atas bantuan dalam
menyediakan data yang penulis butuhkan.
9. Kepala BAPPEDA Kabupaten Wonogiri beserta staf atas bantuan dalam
menyediakan data yang penulis butuhkan.
10. Kantor Kecamatan Ngadirojo, Kepala Desa, Penyuluh lapangan Kecamatan
Ngadirojo dan responden di Desa Gedong Kecamatan Ngadirojo Kabupaten
Wonogiri atas bantuan kepada penulis selama penelitian.
11. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.
12. Bapak Mandimin, Bapak Syamsuri dan Mbak Ira yang dengan sabar
membantu menyelesaikan segala urusan administrasi berkenaan dengan studi
dan skripsi penulis.
13. Kedua orang tuaku Bapak Rina Mulato dan Ibu Winarti atas pengorbanan, doa
dan restunya semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala dapat memberikan balasan
kebaikan, cinta, dan surga-Nya .
14. Kakak-kakakku semuanya (Mbak Hesti, Mbak Novi, Mas Bagas, Mas Tri,),
adikku (Pranata dan Azka), terima kasih atas kasih sayang, senyum, canda dan
semua pengorbanan kalian semoga mendapat balasan kebaikan dari Alloh
Subhanahu Wa Ta’ala.
15. Sahabat-sahabatku SMA (Diar, Riska, Etik, Dina, Wahyu, Nuning, Tunjung,
Joko, dan Isna) terima kasih atas nasehat, kebaikan, curhatannya, kasih
sayang, perhatian, bantuan, motivasi dan persahabatan yang sudah kalian
berikan kepadaku. Terima kasih sudah bersedia mendengarkan keluh kesahku
selama aku kuliah, meskipun kita tidak satu kampus, selamanya kita
bersahabat. Sahabat segalanya untukku, jangan putus ya, semoga ini
selamanya,,, Amin
16. Sahabat-sahabatku kuliah (Feri, Ida, Yeni, Devi, Nurana, Isti, Riska, Maria
dan Reni), terima kasih atas kasih sayang, gurauan, kebersamaan yang indah
dan motivasinya yang telah mewarnai hidupku dan tetep semangat
“SKRIPSI”nya ya…!!!!!. commit to user

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

17. Temen-temen Agrobisnis 2007, kalian telah memberikan nuansa persaudaraan


yang penuh kenangan di Fakultas Pertanian.
18. Seluruh Karyawan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan bantuan.
19. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, trima kasih.
Penulis sadari bahwa sesungguhnya karya ini hanya sedikit memberikan
kontribusi bagi pihak pemerintah Kabupaten Wonogiri maupun bagi almamater.
Namun begitu besar memberikan kemanfaatan bagi penulis. Dengan segala
kerendahan hati penulis berharap di balik kekurangsempurnaan karya ini masih
ada manfaat yang bisa diberikan baik bagi penulis sendiri, bagi pihak almamater
dapat menjadi tambahan referensi, dan bagi pembaca semoga bisa dijadikan
tambahan pengetahuan.

Surakarta, Juli 2011

Penulis

commit to user

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x
RINGKASAN .................................................................................................. xi
SUMMARY ..................................................................................................... xiii

I. PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .............................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 6
D. Kegunaan Penelitian ............................................................................. 7
II. LANDASAN TEORI................................................................................. 8
A. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 8
B. Tinjauan Pustaka ................................................................................... 8
1. Jagung ............................................................................................ 8
2. Kacang tanah ................................................................................... 10
3. Monokultur dan tumpangsari .......................................................... 12
4. Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani ............................... 14
5. Efisiensi Usahatani .......................................................................... 12
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ................................................... 19
D. Hipotesis................................................................................................ 21
E. Asumsi ................................................................................................. 21
F. Pembatasan Masalah ............................................................................. 22
G. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel....................... 22
III. METODE PENELITIAN ........................................................................ 24
A. Metode Dasar Penelitian ....................................................................... 24
B. Metode Pengambilan Lokasi Penelitian................................................ 24
1. Metode pengambilan daerah sampel ............................................... 24
2. Metode Pengambilan sampel responden ......................................... 25
C. Jenis dan Sumber Data .......................................................................... 26
D. Teknik Pengumpulan Data.............................................................. ...... 26
E. Metode Analisis Data ............................................................................ 27
1. Analisis pendapatan ......................................................................... 27
2. Analisis Efisiensi ............................................................................. 29
IV.KEADAAN UMUM DAERAH
commit to user
A. Keadaan Geografi ……………………………………………………… 32

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

B. Keadaan Penduduk …………………………………………………….. 34


C. Keadaan Pertanian ……………………………………………………... 37
D. Kondisi Sarana Perekonomian...……………………………………… 39
V.HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang
Tanah…………..................................................................................... 41
B. Identitas Petani Sampel ……………………………………………..... 47
C. Penggunaan Sarana Produksi dan Tenaga Kerja .…..………………… 50
D. Biaya Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang
Tanah…………………………………………………………………... 69
E. Produktivitas, Penerimaan, dan Pendapatan Usahatani Monokultur
Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah…................................ 71
F. Efisiensi Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-
Kacang Tanah………………………………………………………….. 72
G. Efisiensi……………………………………………………………….. 67
H. Analisis Perbandingan Pendapatan ………………………………….. 68
I. Analisis Perbandingan Efisiensi ………………………………………. 69
VI.PEMBAHASAN
A. Biaya Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang
Tanah…………………………………………………………………... 69
B. Produktivitas, Penerimaan, dan Pendapatan Usahatani Monokultur
Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah…................................ 71
C. Efisiensi Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-
Kacang Tanah………………………………………………………….. 72
D. Kekurangan dan kelebihan Usahatani Monokultur Jagung dan
tumpangsari Jagung-kacang tanah……………………………………... 72
VII.KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ……………………………………………………………. 74
B. Saran……………………………………………………………………. 74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

commit to user

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

Tabel 1. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Bahan Makanan


di Kabupaten Wonogiri Tahun 2010 .............................................. 2
Tabel 2. Produksi Tanaman Jagung Dan Kacang Tanah Pada
Setiap Kecamatan Di Kabupaten Wonogiri Tahun 2010 ............... 4
Tabel 3. Kadar Kalori, Protein dan Kadar Karbohidrat pada
Berbagai Bahan Makanan Mentah ................................................. 9
Tabel 4. Produksi Jagung dan Kacang tanah tiap Desa/Kelurahan
di Kecamatan Ngadirojo Tahun 2008 ............................................ 26
.Tabel 5. Tinggi Wilayah Perkecamatan di Kabupaten Wonogiri
Tahun 2009 .................................................................................... 33
Tabel 6. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
di Kabupaten Wonogiri Tahun 2009 .............................................. 35
Tabel 7. Komposisi Penduduk Kabupaten Wonogiri Menurut
Tingkat Pendidikan Tahun 2009 ................................................... 37
Tabel 8. Tata Guna Lahan di Kabupaten Wonogiri Tahun 2009 ................. 38
Tabel 9. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Bahan Makanan
di Kabupaten Wonogiri Tahun 2009 .............................................. 39
Tabel 10. Sarana Perekonomian di Kabupaten Wonogiri Tahun 2009.......... 39
Tabel 11. Identitas Petani Sampel Usahatani Monokultur Jagung
dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah MT November
2010 sampai Februari 2011 di Kecamatan Ngadirojo
Kabupaten Wonogiri ...................................................................... 48
Tabel 12. Rata-rata Penggunaan Sarana Produksi Pada Usahatani
Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang
Tanah MT November 2010 sampai Februari 2011 di
Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri .................................. 51
Tabel 13. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Pada Usahatani
Monokultur Jagung MT November 2010 sampai Februari
2011 di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri ..................... 53
Tabel 14. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani
Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah MT November 2010
sampai Februari 2011 di Kecamatan Ngadirojo
Kabupaten Wonogiri ...................................................................... 55
Tabel 15. Rata-rata Biaya Sarana Produksi pada Usahatani
Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang
Tanah MT November 2010 sampai Februari 2011 di
Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri .................................. 57
Tabel 16. Rata-rata Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani
Monokultur Jagung MT November 2010 sampai Februari
2011 di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri ..................... 59
commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 17. Rata-rata Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani


Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah MT November 2010
sampai Februari 2011 di Kecamatan Ngadirojo
Kabupaten Wonogiri ...................................................................... 61
Tabel 18. Rata-rata Biaya Lain-lain Usahatani Monokultur
Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah MT
November 2010 sampai Februari 2011 di Kecamatan
Ngadirojo Kabupaten Wonogiri ..................................................... 63
Tabel 19. Rata-rata Biaya Total Usahatani Monokultur Jagung dan
Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah MT November 2010
sampai Februari 2011 di Kecamatan Ngadirojo
Kabupaten Wonogiri ...................................................................... 64
Tabel 20. Rata-rata Penerimaan Total Usahatani Monokultur Jagung
dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah MT November
2010 sampai Februari 2011 di Kecamatan Ngadirojo
Kabupaten Wonogiri ...................................................................... 65
Tabel 21. Rata-rata Pendapatan Total Usahatani Monokultur
Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah MT
November 2010 sampai Februari 2011 di Kecamatan
Ngadirojo Kabupaten Wonogiri ..................................................... 67
Tabel 22. Rata-rata Efisiensi Total Usahatani Monokultur Jagung
dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah MT November
2010 sampai Februari 2011 di Kecamatan Ngadirojo
Kabupaten Wonogiri ...................................................................... 68

commit to user

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ............................................... 21


Gambar 2. Pola Tanam Pada Lahan Sawah di Kecamatan Ngadirojo ................ 42

commit to user

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ANALISIS KOMPARATIF USAHATANI TUMPANGSARI JAGUNG DAN


KACANG TANAH DENGAN MONOKULTUR JAGUNG
DI KABUPATEN WONOGIRI

Marlina Perdana Putri


H0307058
RINGKASAN
Marlina Perdana Putri. H0307058. Analisis Komparatif Usahatani
Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah dan Monokultur Jagung di Kabupaten
Wonogiri. Dibimbing oleh Wiwit Rahayu SP. MP dan Erlyna Wida Riptanti SP.
MP. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang bertujuan mengetahui
besarnya biaya, penerimaan, dan pendapatan usahatani tumpangsari jagung-
kacang tanah dan monokultur jagung, serta mengkaji dan membandingkan
usahatani mana yang memberikan pendapatan dan efisiensi lebih tinggi.
Metode dasar penelitian adalah metode deskriptif analitik dan
pelaksanaannya dengan teknik survei. Pengambilan daerah penelitian dilakukan
purposive sampling. Sampel kecamatan diambil dengan kriteria produksi kacang
tanah di daerah tersebut merupakan yang terbesar di Kabupaten Wonogiri, serta
memiliki produksi jagung yang cukup besar dan dengan pertimbangan di
Kecamatan tersebut terdapat petani yang membudidayakan jagung dan kacang
tanah. Berdasarkan kriteria tersebut terpilih Kecamatan Ngadirojo. Sampel Desa
dipilih dengan kriteria produksi jagung dan kacang tanah di Desa tersebut yang
paling tinggi di Kecamatan Ngadirojo sehingga terpilih Desa Gedong. Sampel
dalam penelitian ini diambil 30 petani dari setiap usahatani monokultur jagung
dan tumpangsari jagung-kacang tanah di Desa Gedong. Teknik pengambilan
petani sampel dengan menggunakan metode pengambilan simple random
sampling dengan cara undian. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer dan data sekunder. Metode analisis yang digunakan antara lain
analisis pendapatan dengan konsep biaya mengusahakan. Analisis komparatif
pendapatan dan efisiensi menggunakan uji t.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan usahatani tumpangsari
jagung-kacang tanah (Rp 8.449.479,00/Ha/MT) lebih besar daripada pendapatan
usahatani monokultur jagung yang besarnya (Rp 5.893.727,00/Ha/MT). Hasil uji t
antara pendapatan usahatani monokultur jagung dan tumpangsari jagung-kacang
tanah menunjukkan bahwa thitung sebesar 6,264, berarti usahatani tumpangsari
jagung kacang-tanah memberikan pendapatan yang lebih tinggi jika dibandingkan
dengan usahatani monokultur jagung. Nilai R/C Ratio pada usahatani monokultur
jagung besarnya 1,70, sedangkan R/C Ratio pada usahatani tumpangsari jagung-
kacang tanah 1,90. Hasil uji t antara efisiensi usahatani monokultur jagung dan
tumpangsari jagung-kacang tanah menunjukkan bahwa thitung besarnya 4,672, Hal
ini dapat diartikan bahwa usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah lebih
efisien untuk dikembangkan daripada usahatani monokultur jagung. Berdasarkan
hasil penelitian, pemerintah daerah Kabupaten Wonogiri diharapkan lebih aktif
memberikan penyuluhan tentang pertanian terutama tentang budidaya
tumpangsari jagung-kacang tanah agar kedua tanaman dapat tumbuh dengan
optimal dan berproduksi lebih tinggi.
commit to user

xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

COMPARATIVE ANALYSIS OF CORN-PEANUT


INTERCROPPING AND CORN MONOCULTURE FARMING
IN WONOGIRI REGENCY

Marlina Perdana Putri


H0307058

SUMMARY

Marlina Perdana Putri. H0307058. Comparative Analysis of corn-peanut


Intercropping and Corn Monoculture farming in Wonogiri Regency. Guided by
Wiwit Rahayu SP. MP and Erlyna Wida Riptanti SP. MP. Faculty of Agriculture.
Universities Sebelas Maret. Surakarta
This paper was prepared based on research results for the thesis that aims
are to assess and to compare the income of corn-peanut intercropping and
monokulture corn, farming as well as to assess and to compare the farm which
provides income and higher efisiency.
The basic method is a descriptive study using survey techniques and their
implementation taking the area of research is done deliberately or purposive
sampling. Sub-sample taken with the criteria of peanut production in the area is
the largest in Wonogiri, as well as having a fairly large corn produktion and with
consideration in the are included farmers who grow corn and peanut. Based on
these criteria, was elected Ngadirojo district. Furthermore, selected villagers in
one village there is a farmers corn and peanut, so that the elected Gedong village.
Sample in the this study were drawn 30 farmers of corn-peanut intercropping and
corn monokulture. The sample of villages was done using purposive sampling.
Type of data used are primary and secondary data. Analitical methods used
include analysis of revenue by the concept of effort and cost comparative analysis
of income and the comparatif efficiency by using t test.
Results showed that farm income corn-peanut intercropping
(Rp 8.449.478,00/Ha/MT) is greater than corn monoculture farm income in the
amount (Rp 5.893.727,00/Ha/ MT). T test results showed that thitung magnitude
of 6.264, meaning peanut-corn intercropping farm land provide a higher income
when compared with corn monoculture farming. R / C Ratio on farming corn
monokultur magnitude 1.70, while the R / C Ratio on the farm corn-peanut
intercropping 1.90. t test results showed that thitung magnitude of 4.672, This
may imply that the corn-peanut intercropping farming land to be developed more
efficiently than corn monoculture farming. From the research, local governments
should Wonogiri expected tobe more actively providing information about
agriculture, especially the cultivation corn-peanut intercropping because of
potential areas suitable for development of corn and peanuts so that both crops
can be grown with optimal and high production.

commit to user

xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya
hidup dengan mata pencaharian sebagai petani. Hal ini menunjukkan bahwa
sektor pertanian merupakan sektor penting yang mendukung kehidupan
penduduk. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki sumber daya
alam berupa lahan yang cukup luas dan subur. Keadaan iklim, suhu, dan
kelembaban yang cocok untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman pangan
pokok, sehingga hampir seluruh tanaman pangan pokok (biji-bijian, umbi-
umbian, dan kacang-kacangan) dapat diusahakan sebagai usahatani dan
tumbuh dengan relatif baik.
Pengembangan sektor pertanian dapat dilakukan pada berbagai jenis
tanaman, baik tanaman holtikultura, perkebunan maupun tanaman palawija.
Tanaman palawija yang dikembangkan di Indonesia diantaranya seperti
jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang-kacangan, dan sebagainya.
Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu daerah yang memiliki
potensi besar dalam bidang pertanian, tanah yang subur dan luas merupakan
salah satu faktor yang mampu mendukung kemajuan pertanian di Kabupaten
Wonogiri. Beragam jenis tanaman bahan pangan telah dibudidayakan, baik
pada lahan tegalan maupun lahan sawah. Tanaman yang sering ditanam pada
lahan sawah adalah padi sawah, jagung, kedelai dan kacang tanah. Produksi
tanaman bahan pangan di Kabupaten Wonogiri cukup besar, hal tersebut dapat
dilihat pada luas panen, rata-rata produksi dan produktivitas bahan makanan di
Kabupaten Wonogiri yang disajikan pada Tabel 1.

commit to user

1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id

Tabel 1. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Bahan Makanan di


Kabupaten Wonogiri
Jenis Luas Panen Produktivitas Produksi (kw)
No
Komoditi (ha) (kw/ha)
1 Padi sawah 47.970 59,73 2.865.267
2 Padi gogo 12.569 38,26 123.898
3 Jagung 64.976 58,04 3.771.109
4 Ubi kayu 63.337 170,08 10.772.082
5 Kacang tanah 44.078 12,46 549.227
6 Kedelai 25.739 13,65 351.241
7 Kacang hijau 551 7,37 4.064
8 Sorghum 687 57,35 6.894
9 Ketela rambat 173 180,57 31.239
Sumber: BPS Kabupaten Wonogiri, 2010
Berdasarkan data Tabel 1 dapat diketahui bahwa produksi tanaman
jagung, ubi kayu, kacang tanah dan kedelai cukup besar bila dibandingkan
dengan tanaman lainmya. Tanaman ubi kayu memiliki nilai produksi terbesar
jika dibandingkan tanaman lainnya. Selain ubi kayu, tanaman jagung dan
kacang tanah juga memiliki produksi yang cukup besar.
Jagung banyak dibudidayakan di Kabupaten Wonogiri, sehingga
Kabupaten Wonogiri termasuk salah satu sentral produksi jagung di Jawa
Tengah. Pada tahun 2008 Kabupaten Wonogiri mampu menghasilkan 311.300
ton jagung dari luas panen sebesar 71.259 Ha yang menunjukkan tingkat
produktifitasnya sebesar 43.69 Ku/Ha. Produksi jagung tertinggi di Jawa
Tengah adalah Kabupaten Grobogan yaitu sebesar 605.004 ton diikuti
Kabupaten Wonogiri sebesar 311.300 ton sedangkan Kabupaten Blora
menempati posisi ketiga dengan produksi sebesar 258.251. Dari data ini dapat
diketahui bahwa produksi jagung di Kabupaten Wonogiri menduduki urutan
kedua setelah Kabupaten Grobogan (Jawa Tengah Dalam Angka 2009).
Tanaman jagung sering ditanam oleh petani baik pada lahan tegalan
maupun lahan sawah. Sistem tanam yang digunakan petani dalam bercocok
tanam pada lahan sawah sangat beranekaragam baik secara tumpangsari
maupun monokultur. Sistem tanam tumpangsari yang biasa dilakukan oleh
petani pada tanaman jagung antara lain tumpangsari jagung dan kacang tanah,
commit to user
jagung dan kacang hijau maupun jagung dan kedelai. Sistem tanam
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id

tumpangsari sering dilakukan oleh petani untuk memanfaatkan jarak tanam


dan menambah pendapatan. Sistem tanam monokultur juga masih banyak
dilakukan oleh petani di Kabupaten Wonogiri, sistem tanam monokultur
sering dilakukan petani antara lain monokultur jagung, monokultur kacang
tanah dan monokultur kedelai. Sistem tanam monokultur ini memerlukan
biaya yang lebih rendah jika dibandingkan dengan biaya usahatani sistem
tumpangsari.
Petani di Kabupaten Wonogiri menanam jagung dengan sistem
monokultur jagung maupun sistem tumpangsari, salah satunya dengan sistem
tumpangsari jagung-kacang tanah. Tumpangsari jagung-kacang tanah dipilih
karena kacang tanah memiliki produksi yang tinggi dan kacang tanah mampu
mengikat nitrogen sehingga mampu menyuburkan tanah. Kacang tanah dipilih
oleh petani karena memiliki banyak manfaat. Kacang tanah merupakan salah
satu sumber protein nabati, kacang tanah juga mempunyai masa depan yang
baik untuk mengisi kekurangan cadangan minyak nabati karena kadar
minyaknya yang tinggi dan produksinya mudah ditingkatkan. Selain itu
kacang tanah mempunyai nilai ekonomi yang penting untuk bahan eksport
(Adisarwanto, 2003: 22-25). Produksi jagung dan kacang tanah di Wonogiri
sampai saat ini cukup besar, jika dibandingkan dengan produksi tanaman
palawija lainnya.
Produksi tanaman jagung dan kacang tanah pada setiap Kecamatan di
Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 2.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id

Tabel 2. Produksi Tanaman Jagung Dan Kacang Tanah Pada Setiap


Kecamatan Di Kabupaten Wonogiri
Kecamatan Produksi Jagung Produksi Kacang
No
(kw) tanah (kw)
1 Pracimantoro 363.648 42.152
2 Paranggupito 67.689 25.365
3 Giritontro 84.769 14.019
4 Giriwoyo 224.715 38.712
5 Batuwarno 123.341 29.213
6 Karangtengah 341.883 36.410
7 Tirtomoyo 156.517 17.603
8 Nguntoronadi 79.908 11.817
9 Baturetno 85.150 12.127
10 Eromoko 174.002 20.012
11 Wuryantoro 116.208 22.898
12 Manyaran 159.512 34.196
13 Selogiri 34.066 9.940
14 Wonogiri 97.049 67.730
15 Ngadirojo 283.976 93.783
16 Sidoharjo 178.201 28.918
17 Jatiroto 187.187 14.365
18 Kismantoro 84.829 947
19 Purwantoro 182.356 1.243
20 Bulukerto 95.053 -
21 Puhpelem 105.354 1.081
22 Slogohimo 162.647 5.678
23 Jatisrono 117.050 8.023
24 Jatipurno 71.856 1.590
25 Girimarto 194.143 11.406
Sumber : Wonogiri dalam Angka 2010
Sistem tanam monokultur jagung mempunyai kelebihan salah satunya
yaitu petani akan lebih mudah mengelola usahataninya karena hanya
mengusahakan satu jenis tanaman dan hasil yang diperoleh juga maksimal,
selain itu biaya untuk proses usahatani lebih kecil jika dibandingkan dengan
pertanian tumpangsari. Pertanian monokultur juga mempunyai kendala yakni
apabila terjadi fluktuasi harga jagung, maka akan menyebabkan resiko yang
fatal yaitu petani akan mengalami kerugian karena harga jagung rendah
sehingga pendapatan petani juga rendah atau bahkan mengalami kerugian
dalam usahataninya. Sistem tanam tumpangsari merupakan usaha mengurangi
commit
resiko, maksudnya apabila salah satutotanaman
user tumbuh kurang optimal masih
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id

didapat jenis tanaman lain yang diharapkan dapat menghasilkan dan


memberikan pendapatan bagi petani. Pengunaan sistem tanam tumpangsari ini
akan memberikan pendapatan yang lebih besar bagi petani dibandingkan jika
petani menerapakan sistem tanam monoklutur, karena dalam sistem tanam
tumpangsari, petani memanfaatkan lahan secara optimal.
B. Rumusan Masalah
Usahatani adalah suatu bentuk organisasi faktor-faktor produksi untuk
memperoleh pendapatan bagi keluarga petani yang sebesar-besarnya dan
kontinu. Usahatani merupakan suatu usaha yang kompleks dan unik. Salah
satu faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam usahatani adalah
menentukan usahatani apa yang akan diusahakan. Petani berusaha untuk
mengalokasikan penggunaan sumber daya yang sudah ada dengan sebaik-
baiknya agar diperoleh pendapatan yang besar.
Petani dalam melakukan usahataninya selalu mengadakan perhitungan
ekonomis mengenai biaya dan penerimaan usahataninya. Petani akan
membandingkan antara hasil yang diharapkan pada waktu panen dengan biaya
yang dikeluarkan selama proses budidaya, petani akan berusaha untuk
mendapatkan hasil yang maksimal. Hal ini juga yang dialami oleh petani
palawija, khususnya petani jagung yang mengusahakan usahataninya di lahan
sawah.
Petani di Kabupaten Wonogiri menanam jagung dengan sistem
tumpangsari dan monokultur. Sistem tanam yang dilakukan oleh petani ini
dilatarbelakangi oleh beberapa pertimbangan salah satunya adalah biaya
dalam proses usahatani. Sistem tanam yang akan digunakan pada usahatani
secara langsung akan mempengaruhi biaya yang dikeluarkan oleh petani.
Biaya yang dikeluarkan petani menggunakan sistem tanam tumpangsari
berbeda dengan sistem tanam monokultur. Petani sistem tanam tumpangsari
akan mengeluarkan biaya yang lebih besar karena petani mengelola dua
tanaman. Sistem tanam juga akan mempengaruhi penerimaan petani yang
nantinya juga akan mempengaruhi pendapatan petani. Penerimaan yang besar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

belum tentu memberikan pendapatan yang besar juga, karena besarnya


pendapatan dipengaruhi oleh besarnya biaya yang dikeluarkan.
Petani dihadapkan pada pilihan usahatani mana yang menguntungkan..
Tumpangsari adalah salah satu cara menambah pendapatan petani dengan cara
penganekaragaman tanaman pada lahan pertanian yang terbatas. Tumpangsari
juga merupakan upaya pemanfaatan lahan secara maksimal dengan
memanfaatkan jarak tanam. Penerapan sistem tanam tumpangsari akan
memberikan pendapatan yang lebih tinggi jika dibandingkan penerapan sistem
tanam monokultur. Bertitik tolak dari masalah diatas, permasalahan yang akan
dikaji dalam penelitian ini adalah:
1. Berapa besarnya biaya, penerimaan, dan pendapatan dari usahatani
tumpangsari jagung-kacang tanah dan usahatani monokultur jagung?
2. Apakah pendapatan usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah lebih
tinggi daripada usahatani monokultur jagung?
3. Apakah efisiensi usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah lebih tinggi
daripada usahatani monokultur jagung?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yang dilakukan
sebagai berikut :
1. Mengetahui besarnya biaya, penerimaan, dan pendapatan dari usahatani
tumpangsari jagung-kacang tanah dan usahatani monokultur jagung.
2. Mengkaji dan membandingkan apakah pendapatan usahatani tumpangsari
jagung-kacang tanah lebih tinggi daripada usahatani monokultur jagung.
3. Mengkaji dan membandingkan apakah efisiensi usahatani tumpangsari
jagung-kacang tanah lebih tinggi daripada usahatani monokultur jagung.
D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi peneliti, penelitian ini dilaksanakan untuk memenuhi sebagian
persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

2. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan


pemikiran dan bahan pertimbangan dalam menyusun kebijaksanaan
pertanian di masa yang akan datang.
3. Bagi petani, penelitian ini diharapkan dapat membantu petani menentukan
usahatani mana yang memberikan pendapatan maksimal.
4. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian dan
pembanding bagi pemecahan masalah yang sama.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu
Andrianie (2006: 64-68) dalam penelitiannya tentang ”Analisis Usahatani
Tumpangsari Wijen dan Jagung pada Lahan Tegalan ditinjau Dari Segi
Peningkatan Pendapatan Petani di Kabupaten Sragen” menyatakan bahwa
usahatani tumpangsari jagung dan wijen memiliki rata-rata pendapatan sebesar
Rp. 3.946.476,90Ha/MT sedangkan usahatani monokultur jagung memiliki
rata-rata penndapatan sebesar Rp. 2.527.554,00Ha/MT. Hasil analisis R/C
ratio usahatani tumpangsari jagung dan wijen adalah sebesar 1,86, sedangkan
R/C ratio pada usahatani monokultur jagung sebesar 1,66. Berdasarkan hasil
analisis R/C ratio tersebut menunjukkan bahwa usahatani tumpangsari jagung
dan wijen lebih efisien dibandingkan usahatani monokultur jagung.
Penelitian Mardiyanti (2003: 59-64) yang berjudul ”Studi Komparatif
Usahatani Jagung Sistem Tanam Tumpangsari Jagung-Kedelai dan
Monokultur Jagung di Kabupaten Wonogiri” menghasilkan kesimpilan bahwa
biaya usahatani tumpangsari jagung dan kedelai Rp. 1.460.329/Ha/MT
sedangkan untuk monokultur jagung sebesar Rp. 1.373.691/Ha/MT. Dari hasil
analisis juga diperoleh bahwa penddapatan usahatani tumpangsari jagung
dengan kedelai Rp. 2.347.063Ha/MT dan pendapatan usahatani monokultur
jagung sebesar Rp. 1.704.367Ha/MT. Pada usahatani tumpangsari jagung
dengan kedelai diperoleh nilai R/C ratio sebesar 2,6 dan R/C ratio usahatani
monokultur jagung sebesar 2,2 yang berarti bahwa usahatani tumpangsari
jagung dengan kedelai lebih efisien daripada usahatani monokultur jagung.
Menurut hasil penelitian Ekwasita (2007: 102-104) “Kajian Kelayakan
Usahatani Sambiloto dengan Jagung” menunjukkan bahwa pada usahatani
monokultur sambiloto membutuhkan biaya sebesar Rp. 4.232.300 dengan
penerimaan sebesar Rp. 5.368.985, pendapatan bersih Rp. 1.136.685 dengan
nilai B/C 1,27. Pada usahatani tumpangsari sambiloto dan jagung dengan jarak

commit to
tanam 90 cm x 20 cm membutuhkan userRp. 2.644.813 dengan penerimaan
biaya
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

Rp. 3.833.173, pendapatan bersih Rp. 1.188.360 dan nilai B/C 1,5. Biaya pada
usahatani tumpangsari jagung-sambiloto dengan jarak 90 cm x 20 cm lebih
rendah dari pada biaya usahatani monokultur sambiloto. Penurunan biaya ini
juga diikuti dengan penurunan penerimaan, usahatani tumpangsari jagung-
sambiloto memberikan pendapatan yang lebih besar. Usahatani tumpangsari
jagung-sambiloto juga membrikan nilai B/C yang lebih tinggi.

B. Tinjauan Pustaka
1. Jagung
Jagung merupakan salah satu jenis bahan makanan yang
mengandung sumber hidrat arang yang dapat digunakan untuk
menggantikan (mensubstitusi) beras sebab:
a. Jagung memiliki kalori yang hampir sama dengan kalori yang
terkandung pada padi (lihat Tabel 3).
b. Kandungan protein di dalam biji jagung sama dengan biji padi,
sehingga jagung dapat pula menyumbang sebagian kebutuhan protein
yang diperlukan manusia. Kandungan karbohidratnyapun mendekati
mendekati karbohidrat pada padi (lihat Tabel 3), berarti jagung juga
memiliki nilai gizi yang hampir mendekati nilai gizi padi.
c. Jagung dapat tumbuh pada berbagai macam tanah, bahkan pada
kondisi tanah yang agak keringpun masih dapat ditanam. Di daerah-
daerah tertentu jagung digunakan sebagai makanan pokok, karena
jagung mudah diperoleh.
Tabel 3. Kadar Kalori, Protein dan Kadar Karbohidrat pada Berbagai
Bahan Makanan Mentah
Bahan Mentah Kadar Kadar Kadar
Kalori Protein Karbohidrat
(gram) (gram)
Beras/padi 350 Kal 8 73
Jagung 320 Kal 8 63
Ubi kayu basah 136 Kal 1,22 32
Gaplek tepung 352 Kal 1,5 85
Ketela rambat 125 Kal 1,8 28
Kentang 85 Kal 2 19
Sagu commit to user
341 Kal - 85
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

Cantel 304 Kal 9 58


Sumber: (AAK, 1993: 11-12)
Jagung merupakan tanaman yang berasal dari daerah-daerah tropis,
tetapi karena banyak sekali tipe-tipe jagung dengan variasi sifat-sifat yang
dimilikinya, maka jagung ini dapat menyebar luas dimana-mana dan dapat
hidup baik di berbagai macam iklim. Dengan perkataan lain jagung
mempunyai daya adaptasi lebih tinggi dibanding dengan tanaman serealia
lainnya.
Pertanaman jagung yang luas adalah pada daerah-daerah beriklim
sedang dimana jagung ditanam pada waktu-waktu musim panas dan
daerah-daerah beriklim subtropis dan tropis yang basah, dimana sinar
matahari dan air optimal untuk pertumbuhannya. Pada umumnya jagung
dapat ditanam disemua belahan bumi kecuali pada daerah yang terlalu
dingin atau daerah yang musim pertumbuhannya terlalu singkat. Jagung
merupakan tanaman yang menghendaki keadaaan cuaca yang cukup panas
bagi pertumbuhannya, dimana tanaman jagung memerlikan panas dan
lembab dari waktu tanam sampai pada periode mengakhiri pembuahan
(Effendi, 1991: 15-18).
2. Kacang tanah
Kacang tanah (Arachis hypogeae L) termasuk famili Leguminosae
(kacang-kacangan). Dalam spesies Arachis hypogaea sendiri terdapat dua
sub-species, yakni Arachis hypogeae sub species hypogeae dan Arachis
hypogaea sub species fastigiata. Kacang tanah sub species hypogaea atau
disebut juga tipe Virginia, tumbuhnya menjalar atau ada juga yang tegak,
dan mempunyai biji besar. Cabang dan bunganya terbentuk secara
berselingan pada cabang primer dan sekunder, tetapi batang utama tidak
mengandung bunga. Cabang umumnya terbentuk banyak, 5-15 cabang dari
satu batang.
Kacang tanah sub-species fastigiata, terdiri dari tipe Valensia dan
tipe Spanis, tumbuhnya tegak dan bijinya kecil. Bunga terbentuk pada ruas
commit cabang
batang yang berurutan. Jumlah to user relatif sedikit (3-8 cabang) dan
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

cabang tumbuh sama tinggi dengan batang utama. Walaupun terdiri dari
dua sub-species, tetapi nama botani kacang tanah adalah Arachis hypogeae
L, dan berlaku bagi kedua sub species tersebut. Taxonomi secara
lengkapnya adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Dikotiledon
Ordo : Polipetales
Famili : Leguminosae
Genus : Arachis
Species : Hypogaea
Sub-species : 1. Fastigiata
2. Hypogaea
Varietas : Gajah, Macan, Rusa, Anoa, Tupai, dan lain-lain
(Sumarno, 1987: 21-26)
Kacang tanah selain dapat langsung dimakan, juga merupakan
tanaman industri. Bijinya mengandung 25-30% protein yang berkualitas
tinggi. Disamping mengandung lemak yang tinggi (40-50%), juga
mengandung mineral-mineral seperti Ca, P dan Fe, serta vitamin A dan B.
Kacang tanah juga merupakan sumber vitamin B1 dan B2.
Tabel 4. Nilai Gizi Kacang Tanah untuk Setiap 100 gram Bahan yang
dapat Dimakan.
Kacang goreng Mentega Kacang mentah
Kalori (kal) 585 589 687
Protein (g) 26 25,2 9,2
Lemak (g) 49,8 50,6 71,2
Hidrat arang (g) 18,8 18,8 14,6
Serat (g) 2,4 1,8 2,3
Abu (g) 3,8 3,7 1,6
Kalsium (mg) 74 59 73
Vit A (S.I) - - 130
Besi (mg) 2,1 1,9 2,4
Fosfor (mg) 401 380 289
Thiamin (mg) 0,32 0,12 0,86
Riboflavin (mg) commit
0,32
to user 0,12 0,13
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

Niacin (mg) 17,2 14,7 9


Sumber: (Suprapto,1989)
Untuk mendapatkan hasil panen yang memuaskan, faktor yang perlu
diperhatikan oleh para petani tidak hanya pemelihaaraan tempat dan waktu
tetapi juga persyaratan tumbuh yang meliputi :
1) Tanah
Kondisi tanah yang mutlak diperlukan adalah tanah yang
gembur. Tanah yang gembur ini tidak hanya baik bagi tumbuhnya
kacang tanah tetapi juga menguntungkan bagi petani pada masa panen.
Dalam kondisi tanah yang gembur ini para petani mudah melakukan
pencabutan tanaman kacang tanah pada saat pemungutan hasil tanpa
resiko bahwa banyak buah tertinggal di dalam tanah.
2) Iklim
Kacang tanah menghendaki keadaan iklim yang keadaan iklim
yang panas tetapi lembab, rata-rata 65-75 %, dan curah hujan tidak
terlalu tinggi, yaitu sekitar 800-1300 mm/tahun (disesuaikan dengan
perhitungan yang dikehendaki di lokasi tersebut), dan musim kering
rata-rata sekitar 4 bulan/tahun. Pada waktu berbunga tanaman kacang
tanah menghendaki keadaan yang lembab dan cukup udara, sehingga
kuncup bunga dapat menembus tanah dengan baik, dan pembentukan
polong dapat berjalan dengan leluasa. Pada saat buah kacang tanah
menjelang tua, tanah harus diupayakan menjadi kering.
(AAK, 1990: 16-19)
3. Sistem Tanam Monokultur dan Tumpangsari
Pemilikan lahan yang sempit apabila tidak diusahakan secara intensif
serta hanya dengan sistem monokultur akan berakibat rendahnya produksi
persatuan luas dan persatuan waktu, resiko kegagalan, pengangguran
musiman dan pengurangan kesuburan tanah. Pada usaha monokultur
distribusi tenaga kerja sering tidak merata, dimana ada masa-masa tidak
ada pekerjaan sama sekali. Tetapi pada sistem tumpang gilir didapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

adanya distribusi tenaga kerja yang merata sepanjang tahun


(Thahir, 1999: 19-22).
Pola tanam merupakan bagian atau subsistem dari sistem budidaya
tanaman, maka dari sistem budidaya tanaman ini dapat dikembangkan satu
atau lebih sistem pola tanam. Pada sistem budidaya tanaman di sawah
tadah hujan dapata dilakukan pola tanam tunggal, misalnya jagung saja.
Dapat pula ditanam beberapa macam tanaman seperti seperti jagung dan
padi gogo dengan sistem tumpangsari. Pola tanam ini diterapkan dengan
tujuan memanfaatkan sumberdaya secara optimal dan untuk menghindari
resiko kegagalan. Syarat yang penting dalam tumpangsari adalah
persyaratan tumbuh antara kedua tanaman atau lebih terhadap lahan yang
digunakan, hendaknya mendekatai kesamaan, walaupun seringkali pola
tanam ini diterapkan pada lingkungan yang kurang stabil, misalnya hara,
air dan sinar matahari (AAK, 1993: 120).
Penanaman tumpangsari sama umur adalah penanaman lebih dari
satu jenis tanaman yang seumur pada waktu dan tempat yang sama dengan
barisan-barisan teratur. Usaha pertanian ini mempunyai susunan barisan
untuk tiap barisan teratur, sehingga perlakuaan untuk tiap jenis tanaman
seperti halnya penyiangan, pemupukan, penyemprotan hama dan aktivitas
lainnya lebih teratur. Umur dari jenis tanaman yang ditanam dalam usaha
ini sama atau hampir bersamaan, misalnya penanaman kacang tanah
diantara barisan-barisan jagung, kacang kedelai diantara barisan jagung,
padi diantara barisan jagung, kacang kedelai diantara barisan sorghum,
kacang hijau diantara barisan sorghum, kubis diantara barisan tomat,
bawang diantara barisan jagung dan kombinasi lainnya (Thahir, 1992: 38)
4. Biaya, Penerimaan, dan Pendapatan Usahatani
a. Biaya Usahatani
Biaya menurut Prasetya (1996: 9-10) adalah nilai dari suatu
masukan ekonomik yang diperlukan, yang dapat diperkirakan dan
dapat diukur untuk menghasilkan suatu produk. Menurut sifatnya,
commitmenjadi
biaya usahatani digolongkan to user :
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

1) Biaya tetap dan biaya variabel


Biaya tetap yaitu biaya yang sifatnya tidak dipengaruhi oleh
besarnya produksi seperti pajak, penyusutan alat produksi, sewa
tanah, dan lain-lain. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang
dipengaruhi oleh besarnya produksi yang dikehendaki seperti bibit,
pakan ternak, biaya pembelian sarana produksi, dan sebagainya.
2) Biaya yang dibayarkan dan biaya yang tidak dibayarkan
Biaya yang dibayarkan adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan
oleh petani untuk usahataninya seperti pupuk, pakan ternak, upah
tenaga luar keluarga, dan lain-lain. Sedangkan biaya yang tidak
dapat dibayarkan dapat berupa penggunaan tenaga kerja keluarga,
bunga modal sendiri, dan penyusutan modal.
3) Biaya langsung dan biaya tidak langsung
Biaya langsung adalah biaya yang secara langsung digunakan
dalam proses produksi seperti pembelian pupuk, obat-obatan, bibit,
pajak, upah tenaga kerja luar, makanan ternak, dan makanan tenaga
kerja luar. Biaya tidak langsung adalah biaya yang secara tidak
langsung digunakan dalam proses produksi seperti penyusutan
modal tetap dan biaya makan tenaga kerja keluarga.
Menurut Hadisapoetra (1973: 6-8), biaya yang dipergunakan
dalam usahatani meliputi :
1) Biaya alat-alat luar adalah semua pengorbanan yang diberikan
dalam usahatani untuk memperoleh pendapatan kotor kecuali
bunga seluruh aktiva yang dipergunakan dan biaya untuk kegiatan
si pengusaha dan upah tenaga kerja keluarga sendiri.
2) Biaya mengusahakan adalah biaya alat-alat dari luar ditambah
dengan tenaga kerja keluarga sendiri, yang diperhitungkan
berdasarkan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja luar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

3) Biaya menghasilkan adalah biaya mengusahakan ditambah dengan


bunga dari aktiva yang dipergunakan di dalam usahatani.
Biaya produksi dapat dibagi menjadi dua yaitu biaya-biaya yang
berupa uang tunai misalnya upah tenaga kerja untuk biaya persiapan
atau penggarapan tanah, termasuk untuk upah ternak, biaya untuk
membeli pupuk dan pestisida dan lain-lain. Sedangkan biaya-biaya
panen, bagi hasi dan sumbangan dibayar dalam bentuk in-natura. Besar
kecilnya bagian biaya produksi yang berupa uang tunai ini sangat
mempengaruhi pengembangan usahatani. Terbatasnya jumlah uang
tunai yang dimiliki petani lebih-lebih masalah pengkreditan tidak ada,
sangat menentukan berhasil tidaknya pembangunan pertanian
(Mubyarto, 1989: 71-72).
b. Penerimaan Usahatani
Penerimaan usahatani menurut Prasetya (1996: 13-14) dapat
berujud 3 hal yaitu :
1) Nilai dari produk yang dikonsumsi sendiri oleh petani dan
keluarganya selama melakukan kegiatan usahanya seperti telur,
sayuran, dan buah-buahan sering dikonsumsi keluarga petani
karena dibutuhkan.
2) Nilai dari keseluruhan produksi usahatani yang dijual baik dari
hasil pertanaman, ternak, ikan, maupun produk lainnya.
3) Kenaikan nilai inventaris; nilai benda-benda inventaris yang
dimiliki petani akan berubah-ubah setiap tahunnya, karena ada
perbedaan nilai pada awal tahun dengan nilai pada akhir tahun
perhitungan. Apabila terdapat kenaikan nilai benda-benda
inventaris yang dimiliki petani, maka selisih antara nilai akhir
tahun dari benda inventaris dengan nilai awal tahun perhitungan
merupakan penerimaan dari usahatani.
Penerimaan yang disebut juga dengan pendapatan kotor menurut
Hadisapoetra (1973: 5) merupakan keseluruhan pendapatan yang
commitdan
diperoleh dari semua cabang to user
sumber dalam usahatani selama satu
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

tahun, yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan, pertukaran, atau


penaksiran kembali.
Pendapatan kotor ini di dalamnya mencakup :
1) Jumlah uang yang diterima dari hasil penjualan dengan mengingat
akan adanya penerimaan pada permulaan dan akhir tahun.
2) Nilai dari pengeluaran-pengeluaran berupa bahan dari usahatani
kepada rumah tangga dan keperluan-keperluan pribadi dari petani
dan kepada usaha-usaha yang tidak termasuk usahatani.
3) Nilai dari bahan yang dibayarkan sebagai upah kepada tenaga kerja
luar.
4) Nilai dari hasil bahan uang yang dihasilkan dalam usahatani yang
dipergunakan lagi di dalam usahatani sendiri sebagai bangunan-
bangunan tetap.
5) Tambahan nilai dari persediaan, modal ternak, dan tanaman.
c. Pendapatan Usahatani
Pendapatan merupakan selisih penerimaan dengan biaya yang
dikeluarkan. Pendapatan mempunyai fungsi untuk digunakan
memenuhi kebutuhan sehari-hari dan melanjutkan kegiatan usaha
petani. Sisa dari pendapatan usahatani akan merupakan tabungan dan
juga sebagai sumber dana untuk memungkinkan petani mengusahakan
kegiatan sektor lain. Besarnya pendapatan usahatani dapat digunakan
untuk menilai keberhasilan petani dalam mengelola usahataninya
(Prasetya, 1996: 13).
Menurut Hadisapoetra (1973:9), pendapatan petani dapat
diperhitungkan dengan mengurangi pendapatan kotor dengan biaya
alat-alat luar dan dengan modal dari luar. Sedangkan pendapatan
bersih dapat diperhitungkan dengan mengurangi pendapatan kotor
dengan biaya mengusahakan. Biaya mengusahakan adalah biaya alat-
alat luar ditambah upah tenaga kerja keluarga sendiri yang
diperhitungkan berdasarkan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja
luar. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

Menurut Hadisapoetra (1973), pendapatan dari suatu jenis


usahatani merupakan salah satu penilaian keberhasilan kegiatan
usahatani tersebut. Sekurang-kurangnya suatu usahatani dapat
dikatakan berhasil apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1) Usahatani tersebut harus dapat menghasilkan cukup pendapatan
yang dipergunakan untuk membayar semua alat-alat yang
dipergunakan.
2) Usahatani harus dapat menghasilkan pendapatan yang
dipergunakan untuk membayar bunga modal yang dipakai dalam
usahatani tersebut, baik modal sendiri maupun modal yang
dipinjam dari pihak lain.
3) Usahatani harus dapat menghasilkan pendapatan untuk membayar
upah tenaga kerja petani dan keluarganya yang dipergunakan di
dalam usahatani secara layak.
4) Usahatani harus dapat membayar tenaga petani sebagai manajer
yang harus mengambil keputusan mengenai apa yang harus
dijalankan, bilamana, dimana, dan bagaimana.
Hadisapoetra (1973:9) menyatakan bahwa untuk
memperhitungkan nilai biaya dan pendapatan usahatani pada
umumnya dibedakan menjadi 3 yaitu :
1) Memperhitungkan keadaan keuangan usahatani dan petani pada
suatu waktu.
2) Memperhitungkan besarnya biaya dan pendapatan usahatani
selama satu tahun.
3) Memperhitungkan hubungan antara biaya dan pendapatan
usahatani pada akhir tahun
5. Efisiensi Usahatani
Menurut Astuti (2006) efisiensi usahatani adalah nisbah penerimaan
dengan biaya usahatani yang merupakan salah satu ukuran apakah
usahatani tersebut apakah efisien atau tidak. Nilai R/C yang lebih besar
dari 1 menunjukkan bahwa commit to user
usahatani tersebut efisien. Efisiensi usahatani
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

perlu diperhatikan karena pendapatan usahatani yang tinggi tidak selalu


mencerminkan efisiensi usahatani yang tinggi pula.
Menurut Soekartawi (1995: 62), penghitungan efisiensi usahatani
yang sering digunakan adalah Return Cost Ratio (R/C Ratio).
R/C Ratio adalah perbandingan antara penerimaan dan biaya,
R
dirumuskan : R Ratio =
C C
Keterangan :
R = Besarnya penerimaan usahatani
C = Besarnya biaya usahatani yang dikeluarkan
Semakin besar nilai R/C Ratio maka semakin besar keuntungan yang
diperoleh petani.

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah


Usahatani merupakan himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat
di suatu tempat, yang diperlukan untuk produksi pertanian, seperti sinar
matahari dan air serta perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan terhadap
tanah. Proses usahatani ini membutuhkan adanya input, petani yang
membudidayakan usahatani jagung secara monokultur akan membutuhkan
input yang berbeda dengan usahatani jagung secara tumpangsari. input yang
digunakan dalam usahatani ini merupakan biaya yang dikeluarkan petani
selama proses usahatani. Biaya adalah nilai dari semua masukan ekonomik
yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk, yang dapat diperkirakan
serta diukur. Dalam penelitian ini, biaya usahatani yang digunakan adalah
biaya mengusahakan. Biaya mengusahakan adalah biaya alat-alat luar
(meliputi upah tenaga kerja luar, bibit, pupuk, obat-obatan, pajak,
pengangkutan, selamatan, biaya penyusutan alat-alat, dan lain-lain) ditambah
dengan upah tenaga kerja sendiri, yang diperhitungkan berdasarkan upah yang
dibayarkan kepada tenaga kerja luar.
Output usahatani akan diperoleh setelah proses usahatani. Ouput yang
dihasilkan dari usahatani monokultur juga akan berbeda dengan ouput yang
commit to user
dihasilkan dari usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah. Ouput disini
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

merupakan hasil produksi yang akan diperoleh petani dalam proses


usahataninya. Pada usahatani monokultur jagung, petani memperoleh output
berupa jagung, sedangkan pada usahatani tumpangsari jagung kacang tanah,
petani akan memperoleh output berupa jagung dan kacang tanah. Penerimaan
adalah nilai yang diterima petani yang merupakan hasil perkalian antara
jumlah produk yang dihasilkan dikalikan dengan harga jual produk dinyatakan
dalam rupiah.
Usahatani ini bertujuan untuk memperoleh pendapatan bagi keluarga
petani. Besarnya pendapatan untuk masing-masing usahatani dapat diketahui
setelah besarnya penerimaan dan biaya masing-masing usahatani juga telah
diketahui. Selisih antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan
merupakan pendapatan usahatani. Besarnya pendapatan usahatani monokultur
jagung dan tumpangsari jagung-kacang tanah akan berbeda, untuk mengetahui
usahatani mana yang lebih besar memberikan pendapatan dilakukan uji
perbandingan atau uji komperatif pendapatan dengan uji t.
Pendapatan yang tinggi belum tentu bahwa usahatani tersebut efisien,
maka dari itu perlu dilakukan uji efisiensi. Efisiensi usahatani yang dapat
diketahui dengan menggunakan rumus R/C. R/C ratio adalah perbandingan
antara penerimaan usahatani dengan biaya usahatani. Apabila nilai R/C > 1
maka suatu usahatani tumpangsari jagung maupun monokultur jagung dapat
dikatakan efisien. Jika nilai R/C = 1 maka suatu usahatani tumpangsari jagung
maupun monokultur jagung dapat dikatakan belum efisien, dan jika nilai R/C
< 1 maka suatu usahatani tumpangsari jagung maupun monokultur jagung
tidak efisien. Analisis perbandingan efisiensi usahatani tumpangsari jagung-
kacang tanah dengan monokultur jagung menggunakan uji t (t-test) digunakan
untuk menguji usahatani mana yang memiliki efisiensi tertinggi.
Kerangka teori pendekatan masalah dalam penelitian ini dapat dilihat
pada gambar berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

Usahatani tumpangsari
Input jagung kacang tanah dan Output
monoklutur jagung

Tumpangsari jagung- Monokultur jagung: Tumpangsari jagung- Monokultur jagung:


kacang tanah - Benih jagung kacang tanah - Produksi jagung
- Benih jagung dan - Pupuk urea, SP 36 - Produksi jagung
kacang tanah dan phonska - Produksi kacang tanah
- Pupuk kandang, urea, - Pestisida
SP 36 dan phonska
- Pestisida

- Biaya saprodi Penerimaan Usahatani


- Biaya tenaga kerja
- Biaya lain-lain

Analisis usahatani

Pendapatan usahatani Pendapatan usahatani Efisiensi usahatani Efisiensi usahatani


tumpangsari jagung- monokultur jagung tumpangsari jagung- monokultur jagung
kacang tanah kacang tanah

Analisis komparatif pendapatan Analisis komparatif efisiensi

Gambar 1. Kerangka Teori Pendekatan Masalah


D. Hipotesis
1. Pendapatan usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah diduga lebih
tinggi daripada pendapatan usahatani monokultur jagung.
2. Efisiensi usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah diduga lebih tinggi
daripada efisiensi usahatani monokultur jagung.

E. Asumsi
1. Petani bertindak rasional dalam berusahatani, artinya selalu berusaha
memperoleh pendapatan yang paling tinggi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

2. Keadaan daerah penelitian seperti iklim, keadaan tanah, dan serangan


hama penyakit yang berpengaruh terhadap kegiatan usahatani tumpangsari
jagung-kacang tanah/ monokultur jagung bersifat normal atau tidak
berpengaruh terhadap penelitian.
3. Teknologi yang digunakan dalam usahatani dianggap tetap selama masa
penelitian.
4. Semua faktor produksi yang digunakan petani diperoleh dari pembelian.

F. Pembatasan Masalah
1. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data usahatani pada satu kali
musim tanam yaitu pada bulan November 2010 – Februari 2011.
2. Harga faktor produksi dan hasil diperhitungkan sesuai dengan harga yang
diterima oleh petani di daerah setempat pada saat penelitian dilakukan.

G. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel


1. Usahatani tumpangsari adalah penanaman lebih dari satu jenis tanaman
yang berumur sama ataupun beda umur pada lahan yang sama dengan
barisan teratur.
2. Usahatani monokultur adalah usahatani yang hanya membudidayakan satu
komoditas pada satu lahan.
3. Petani sampel adalah petani pemilik penggarap yang mengusahakan
usahatani jagung dengan sistem tanam tumpangsari jagung-kacang tanah
atau monokultur jagung.
4. Luas lahan adalah lahan yang digunakan untuk usahatani tumpangsari
jagung-kacang tanah/ monokultur jagung, lahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah lahan sawah pada luasan tertentu dihitung dalam
satuan hektar (Ha).
5. Benih adalah bagian dari tanaman yang digunakan untuk
mengembangbiakkan tanaman. Benih yang digunakan dalam usahatani ini
adalah benih jagung dan kacang tanah yang digunakan baik pada usahatani
tumpangsari jagung-kacang tanah maupun monokultur jagung dihitung

commit
dalam satuan kilogram (Kg) to user
dan dinilai dengan rupiah (Rp/Ha/MT).
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

6. Tenaga kerja adalah keseluruhan tenaga kerja yang digunakan, baik dalam
usahatani monokultur jagung maupun tumpangsari jagung-kacang tanah
dalam satu musim tanam, baik tenaga kerja keluarga maupun tenaga kerja
luar. Semua tenaga kerja dikonversikan ke dalam tenaga kerja pria dan
diukur dalam HKP, sedangkan nilai tenaga kerja berdasarkan upah dan
dinyatakan dalam rupiah (Rp/ HKP).
7. Produksi adalah jumlah hasil panen yang dihasilkan dari usahatani pada
satu kali musim tanam yang dinyatakan dalam satuan kilogram (Kg).
8. Biaya usahatani adalah biaya mengusahakan yang merupakan biaya alat-
alat luar yang dikeluarkan oleh petani dalam kegiatan usahataninya yang
meliputi benih, pupuk, pestisida, upah tenaga kerja luar, alat–alat, pajak,
pengangkutan, selamatan, ditambah dengan biaya tenaga kerja keluarga
sendiri, dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp/Ha/MT).
9. Penerimaan usahatani adalah nilai uang yang diterima petani dari hasil
produksi usahatani monokultur jagung maupun tumpangsari jagung
kacang tanah, merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi dengan
harga jual produk per kilogram (Kg), dinyatakan dalam rupiah
(Rp/Ha/MT).
10. Pendapatan usahatani adalah pendapatan dari usahatani jagung dengan
sistem tanam tumpangsari jagung-kacang tanah atau monokultur jagung
yang diperhitungkan dari selisih antara penerimaan usahatani jagung
dengan sistem tanam tumpangsari jagung-kacang tanah atau monokultur
jagung (TR) dengan biaya usahatani jagung dengan sistem tanam
tumpangsari jagung-kacang tanah atau monokultur jagung (TC) selama
satu musim tanam dengan satuan rupiah per hektar per musim tanam
(Rp/Ha/MT).
11. Efisiensi adalah sejumlah konsep yang terkait pada kegunaan
pemaksimalan serta pemanfaatan seluruh sumber daya dalam proses
produksi.
12. Analisis komparatif usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah dan
commit
monokultur jagung adalah to user perbandingan antara usahatani
analisis
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

tumpangsari jagung-kacang tanah dan monokultur jagung untuk


mengetahui usahatani mana yang memberikan pendapatan dan efisien
lebih tinggi dengan menggunakan uji t.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian


Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif analitik. Metode deskriptif mempunyai ciri bahwa metode ini
memusatkan diri pada pemecahan-pemecahan masalah yang ada pada masa
sekarang, masalah-masalah yang aktual, dan data yang dikumpulkan disusun,
dijelaskan, dan dianalisis (Surakhmad, 1994).
Teknik pelaksanaan penelitian ini menggunakan teknik survey, yaitu
pengumpulan data dari sejumlah unit atau individu dalam jangka waktu yang
bersamaan dengan menggunakan beberapa daftar pertanyaan berbentuk
kuesioner. Jumlah itu biasanya cukup besar (Singarimbun dan Effendi,1995).

B. Metode Pengumpulan Data


1. Metode pengambilan daerah sampel
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Wonogiri, Kabupaten
Wonogiri dipilih karena kabupaten Wonogiri merupakan sentra produksi
jagung. Pada tahun 2008 produksi jagung di Kabupaten Wonogiri sebesar
311.300 ton. Produksi jagung di Kabupaten Wonogiri menduduki urutan
kedua setelah Kabupaten Grobogan. Pengambilan Desa sebagai daerah
sampel penelitian dilakukan dengan cara purposive sampling atau sengaja.
Sampel kecamatan diambil dengan kriteria produksi kacang tanah di
daerah tersebut merupakan yang terbesar di Kabupaten Wonogiri, serta
memiliki produksi jagung yang cukup besar dan dengan pertimbangan di
Kecamatan tersebut terdapat petani yang membudidayakan jagung dan
kacang tanah. Berdasarkan kriteria tersebut terpilih Kecamatan Ngadirojo.
Data luas lahan serta produksi jagung dan kacang tanah di Kabupaten
Wonogiri pada tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 2.
Sampel Desa dipilih dengan kriteria produksi jagung dan kacang
tanah di Desa tersebut yang paling tinggi di Kecamatan Ngadirojo
sehingga terpilih Desa Gedong sebagai lokasi penelitian. Desa Gedong ini
dipilih karena memiliki produksi jagung dan kacang tanah yang paling
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

besar. Data mengenai produksi jagung dan kacang tanah di Kecamatan


Ngadirojo Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Produksi Jagung, Produksi Kacang Tanah, Luas Lahan Jagung
dan Luas Lahan Kacang Tanah tiap Desa/Kelurahan di
Kecamatan Ngadirojo Tahun 2008.
No Desa/Kelurahan Produksi Produksi Luas lahan Luas lahan
Jagung Kacang Jagung Kacang
(Kw) Tanah (Ha) Tanah
(Kw) (Ha)
1 Gedong 2.834,1 1.162,1 641 1020
2 Gemawang 1.992,0 1.120,2 482 990
3 Kerjo Kidul 1.943,7 794,8 433 754
4 Kerjo Lor 2.102,9 800,8 450 725
5 Pondok 2.576,7 1.132,9 535 982
6 Ngadirojo Kidul 2.007,0 852,6 450 758
7 Mlokonanis Wetan 2.186,0 807,6 473 753
8 Ngadirojo Lor 1.510,3 804,8 350 68
9 Mlokomanis Kulon 1.047,0 370,0 237 342
10 Jatimarto 1.357,0 421,4 300 393
11 Kasihan 456,6 208,3 97 187
Jumlah 20.013,2 8475,6 4448 6972
Sumber: Kecamatan dalam angka 2008
2. Metode Pengambilan Sampel Responden
Data yang dianalisis harus menggunakan jumlah sampel yang cukup
besar sehingga dapat mengikuti distribusi normal. Sampel yang besar dan
mengikuti distribusi normal adalah sampel yang jumlahnya lebih besar
atau sama dengan 30. Berdasarkan pertimbangan tersebut, jumlah sampel
pada penelitian ini adalah 60 orang yang terdiri dari petani 30 petani
tumpangsari jagung-kacang tanah dan 30 petani monokultur jagung
(Singarimbun dan Effendi, 1995).
Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang menanam jagung
dengan sistem tanam tumpangsari jagung-kacang tanah dan petani yang
menanam jagung dengan sistem tanam monokultur jagung yang berada di
Desa Gedong. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa ketua
kelompok tani di Desa Gedong diketahui bahwa jumlah petani usahatani
tumpangsari jagung-kacang tanah sebanyak 194 petani, sedangkan jumlah
commit
petani yang menanam jagung to user
dengan sistem tanam monokultur sebanyak
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

107 petani. Sampel dalam penelitian ini diambil 30 petani dari setiap
usahatani monokultur jagung dan tumpangsari jagung-kacang tanah di
Desa Gedong.
Pengambilan sampel petani tumpangsari jagung-kacang tanah dan
monokultur jagung dilakukan dengan menggunakan metode simple
random sampling. Sampel acak sederhana adalah sebuah sampel yang
diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan
elementer dari populasi mempuyai kesempatan yang sama untuk dipilih
sebagai sampel (Singarimbun dan Effendi, 1995). Metode pengambilan
sampel responden secara acak sederhana dilakukan dengan cara undian.
Setiap petani mempunyai peluang yang sama untuk terpilih menjadi petani
sampel. Nama-nama petani tumpangsari jagung-kacang tanah dan petani
monokultur jagung yang menjadi populasi dalam penelitian disusun pada
daftar kerangka sampling dan diberi nomor. Setiap nomor unit penelitian
dari kerangka sampling ditulis dalam secarik kertas. Kertas-kertas tersebut
kemudian digulung dan dimasukkan ke dalam kotak dan diundi. Jumlah
sampel diambil sebanyak 30 petani pada usahatani tumpangsari jagung-
kacang tanah, serta 30 petani pada usahatani monokultur jagung. Nomor-
nomor yang terambil menjadi unit penelitian yang terpilih menjadi sampel.

C. Jenis dan Sumber Data


1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari petani yang
mengusahakan kacang tanah maupun pihak lain yang berhubungan dengan
usahatani jagung dan kacang tanah misalnya ketua kelompok tani dan
pedagang saprodi. Data primer ini berupa data mengenai hasil produksi,
masukan yang digunakan, biaya, penerimaan, serta proses produksi yang
dilakukan. Data ini diperoleh melalui wawancara sebanyak 60 petani yang
terdiri dari petani 30 petani tumpangsari jagung-kacang tanah dan 30
petani monokultur jagung.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui pencatatan
terhadap laporan maupuncommit
dokumen dari instansi-instansi yang berkaitan
to user
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

dengan penelitian, yaitu Kantor Kepala Desa Gedong, Kantor Kecamatan


Ngadirojo, Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Wonogiri,
dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri.

D. Teknik Pengumpulan Data


1. Observasi
Pengumpulan data yang dilakukan melalui kegiatan pemusatan
perhatian terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera
(Wirartha, 2006).
2. Wawancara
Wawancara (interview) atau kuesioner lisan adalah sebuah dialog
yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh
informasi dari yang diwawancarai (Wirartha, 2006). Teknik wawancara ini
dilakukan dengan bantuan kuesioner (daftar pertanyaan).

3. Pencatatan
Teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder yaitu
dengan melakukan pencatatan terhadap data yang ada pada instansi-
instansi yang berhubungan dengan penelitian.

E. Metode Analisis Data

1. Analisis Pendapatan Usahatani


Pd U = R - C
= H x Y – Bm
Keterangan :
PdU = Pendapatan usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah/
monokultur jagung (Rp)
R = Penerimaan usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah/
monokultur jagung (Rp)
C = Biaya usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah/
monokultur jagung (Rp)
H = Harga produk usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah/
monokultur jagung (Rp)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

Y = Hasil produksi usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah/


monokultur jagung (Kg)
Bm = Biaya mengusahakan usahatani tumpangsari jagung-kacang
tanah/ monokultur jagung (Rp)
Analisis statistika untuk menguji perbandingan pendapatan usahatani
tumpangsari jagung-kacang tanah/monokultur jagung menggunakan uji t
(t-test). Adapun tahap pengujiannya sebagai berikut:
a. Formulasi H0 dan H1
H0 : µ1 = µ2
H1 : µ1 > µ2

Keterangan :
µ1 : Pendapatan usahatani tumpangari jagung-kacang tanah
µ2 : Pendapatan usahatani monokultur jagung
H0 : Pendapatan usahatani tumpangsari jagung-kacang sama dengan
usahatani monokultur jagung.
H1 : Pendapatan usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah lebih
tinggi daripada usahatani monokultur jagung.
b. Menentukan level of significance (α) dalam penelitian ini ditentukan nilai
α = 5 % sehingga nilai t – tabel sebesar 1,699
c. Menentukan kriteria pengujian

Daerah Terima Daerah Tolak

t (α; n-1)
H0 diterima apabila : t hitung ≤ t tabel
H0 ditolak apabila : t hitung > t tabel
d. Perhitungan nilai t hitung

t= ëX 1 - X2û
(n1 - 1)Sd1 + (n2 - 1)Sd 2 2 é 1 + 1 ù
2

(n1 + n2 ) - 2 commitêë nto ú


n2 û
1 user
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

Keterangan :
X 1 = Rata-rata pendapatan pada usahatani tumpangsari jagung-kacang
tanah (Rp)
X 2 = Rata-rata pendapatan pada usahatani monokultur jagung (Rp)
Sd12 = Varian pendapatan pada usahatani tumpangsari jagung-kacang
tanah
Sd22 = Varian pendapatan pada usahatani monokultur jagung
n1 = Jumlah petani sampel usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah
n2 = Jumlah petani sampel usahatani monokultur jagung
Dengan kriteria sebagai berikut :
a. Jika t hitung > t tabel, maka pendapatan usahatani tumpangsari jagung-
kacang tanah lebih tinggi daripada usahatani monokultur jagung.
b. Jika t hitung ≤ t tabel, maka pendapatan usahatani tumpangsari jagung-
kacang tanah lebih kecil atau sama dengan usahatani monokultur
jagung.

2. Analisis Efisiensi Usahatani


R
Efisiensi usahatani =
C
Keterangan :
R : Besarnya penerimaan usahatani tumpangsari jagung-kacang
tanah/ monokultur jagung (Rp)
C : Besarnya biaya yang dikeluarkan dalam usahatani tumpangsari
jagung-kacang tanah/ monokultur jagung (Rp)
Analisis statistika untuk menguji perbandingan efisiensi usahatani
tumpangsari jagung-kacang tanah/ monokultur jagung menggunakan uji t
(t-test). Adapun tahap pengujiannya sebagai berikut:
a. Formulasi H0 dan H1
H0 : e 1= e 2
H1 : e 1> e 2
Keterangan :
e 1 : Efisiensi usahatani tumpangari jagung-kacang tanah
commit to user
e 2 : Efisiensi usahatani monokultur jagung
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

H0 : Efisiensi usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah sama


dengan usahatani monokultur jagung.
H1 : Efisiensi usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah lebih
tinggi daripada usahatani monokultur jagung.
b. Menentukan level of significance (α) dalam penelitian ini ditentukan nilai
α = 5 % sehingga nilai t – tabel sebesar 1,699
c. Menentukan kriteria pengujian

Daerah Terima Daerah Tolak

t (α; n-1)
H0 diterima apabila : t hitung ≤ t tabel
H0 ditolak apabila : t hitung > t tabel
d. Perhitungan nilai t hitung

t= ëe 1 -e2û
(n1 - 1)Sd12 + (n2 - 1)Sd 2 2 é 1 + 1 ù
ê ú
(n1 + n2 ) - 2 ë n1 n2 û

Keterangan :
e 1 = Rata-rata efisiensi pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah
e 2 = Rata-rata efisiensi pada usahatani monokultur jagung
Sd12 = Varian efisiensi pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah
Sd22 = Varian efisiensi pada usahatani monokultur jagung
n1 = Jumlah petani sampel usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah
n2 = Jumlah petani sampel usahatani monokultur jagung
Dengan kriteria sebagai berikut :
a. Jika t hitung > t tabel, maka usahatani tumpangsari jagung-kacang
tanah lebih efisien daripada usahatani monokultur jagung.
b. Jika t hitung ≤ t tabel, maka usahatani tumpangsari jagung-kacang
tanah lebih efisien atau sama dengan usahatani monokultur jagung.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Geografi
1. Letak dan Batas Wilayah
Kabupaten Wonogiri dengan luas daerah 182.236,02 ha berada
32 Km disebelah Selatan Kota Solo dengan wilayah berupa dataran
pegunungan maupun pantai. Wilayah pegunungan memanjang dari sisi
Selatan sampai Timur yang juga wilayah yang berbatasan dengan Provinsi
Jawa Timur .
Kabupaten Wonogiri terletak pada garis lintang 7°32’ - 8°15’ Lintang
Selatan dan garis bujur 110°41’ - 111°18’ Bujur Timur. Keadaan alamnya
sebagian besar terdiri dari pegunungan yang berbatu gamping, terutama
dibagian selatan, termasuk jajaran Pegunungan Seribu yang merupakan
mata air dari Bengawan Solo. Kabupaten Wonogiri secara administrasi
terbagi menjadi 25 Kecamatan.
Batas-batas administratif wilayah Kabupaten Wonogiri adalah
sebagai berikut :
Sebelah Selatan : Kabupaten Pacitan dan Samudra Indonesia
Sebelah Utara : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar
Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Ponorogo
Sebelah Barat : Daerah Istimewa Yogyakarta
2. Topografi Daerah
Wilayah Kabupaten Wonogiri terletak pada ketinggian mulai dari
101 meter di atas permukaan laut sampai dengan ketinggian 601 meter di
atas permukaan laut. Perincian pembagian wilayah Kabupaten Wonogiri
menurut ketinggian tempat dapat dilihat pada Tabel 6.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id

Tabel 6. Tinggi Wilayah per Kecamatan di Kabupaten Wonogiri Tahun


2009
No Kecamatan Tinggi dari Permukaan air laut
1 Selogiri 106
2 Wonogiri 141
3 Nguntoronadi 146
4 Baturetno 154
5 Wuryantoro 165
6 Eromoko 166
7 Giriwoyo 169
8 Tirtomoyo 171
9 Giritontro 195
10 Paranggupito 195
11 Bulukerto 235
12 Manyaran 238
13 Ngadirojo 243
14 Jatipurno 245
15 Puhpelem 245
16 Pracimantoro 250
17 Batuwarno 274
18 Purwantoro 296
19 Sidoharjo 348
20 Kismantoro 348
21 Jatisrono 411
22 Slogohimo 470
23 Girimarto 497
24 Jatiroto 536
25 Karangtengah 600
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri Tahun 2010
Berdasarkan data tersebut, mayoritas wilayah Kabupaten Wonogiri
terletak pada ketinggian antara 101 – 200 mdpl yang meliputi 11 kecamatan
di Kabupaten Wonogiri. Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Wonogiri
ada beberapa macam, mulai dari litosol, regosol sampai dengan grumusol
beserta asosiasi perubahannya. Macam tanah di Kabupaten Wonogiri juga
berasal dari bahan induk yang beranekaragam baik dari endapan, batuan
maupun volkan Kondisi tanah yang demikian mengakibatkan
penganekaragaman penggunaan tanah yang berbeda pula.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id

3. Keadaan Iklim
Keadaan iklim suatu daerah dapat ditentukan atas dasar jumlah hari
hujan, jumlah curah hujan, rata-rata bulan kering, rata-rata bulan basah, ke-
tinggian tempat dari permukaan laut, dan suhu udara.
Tipe iklim di Kabupaten Wonogiri diketahui dengan menggunakan
perhitungan berdasarkan metode Schmit Ferguson, yaitu dengan cara
membagi iklim berdasarkan jumlah bulan kering (BK) dengan bulan basah
(BB) dari data curah hujan selama 10 tahun terakhir, yaitu sejak tahun 2000
sampai dengan tahun 2009.
Berdasarkan hasil analisis data pada Lampiran 30 Kabupaten
Wonogiri termasuk wilayah bertipe iklim D atau beriklim sedang dengan
nilai Q sebesar 85,9 persen. Tanaman jagung dapat tumbuh di berbagai
tempat karena dapat dengan mudah menyesuaikan dengan lingkungannya
(AAK, 1990), sehingga usahatani jagung tentunya juga dapat
dikembangkan di daerah ini.
B. Keadaan Penduduk
1. Keadaan Penduduk menurut Kelompok Umur
Komposisi penduduk menurut umur digunakan untuk mengetahui
jumlah penduduk yang produktif dan yang non produktif. Menurut Badan
Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri golongan umur non produktif adalah
golongan umur antara 0-14 tahun dan golongan umur lebih dari atau sama
dengan 65 tahun, sedangkan golongan umur produktif adalah golongan
umur 15-64 tahun. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin digunakan
untuk mengetahui angka rasio jenis kelamin (Sex Ratio/SR). Komposisi
penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Kabupaten Wonogiri dapat
dilihat pada Tabel 7.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id

Tabel 7. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di


Kabupaten Wonogiri Tahun 2009
Kelompok Umur Laki- Perempuan Jumlah
No.
(Tahun) laki (orang) (orang) (orang)
1. 0-14 121.003 113.328 234.331
2. 15-64 437.743 425.648 863.391
3. ≥ 65 61.639 75.519 137.158
Jumlah 620.385 614.495 1.234.880
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri Tahun 2010
Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa di Kabupaten Wonogiri,
penduduk usia produktif memiliki jumlah tertinggi. Penduduk usia
produktif di Kabupaten Wonogiri sebanyak 863.391 orang yang terdiri
dari 437.743 penduduk laki-laki dan 425.648 penduduk perempuan.
Banyaknya penduduk usia produktif ini mendukung untuk
dikembangkannya sektor pertanian, karena umumnya usia produktif
mempunyai tenaga yang lebih baik daripada usia non produktif dalam
melakukan kegiatan usahatani. Pada penduduk usia produktif ini, masih
dimungkinkan adanya keinginan untuk meningkatan ketrampilan dan
menambah pengetahuan dalam mengelola usahataninya serta penyerapan
teknologi baru untuk memajukan usahataninya.
Komposisi penduduk menurut umur dapat dipakai sebagai ukuran
perbandingan beban tanggungan atau rasio ketergantungan (Angka Beban
Tanggungan/ABT), yaitu suatu bilangan yang menunjukkan perbandingan
usia non produktif dengan produktif. Adapun Angka Beban Tanggungan
di Kabupaten Wonogiri dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut :
Penduduk (0 - 14 th) + Penduduk(65 tahun ke atas)
ABT = x 100%
Penduduk (15 - 64 th)
234.331 + 137.158
ABT Kabupaten Wonogiri = x 100%
863.391
= 43,03% » 43%
Berdasarkan perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa Angka
Beban Tanggungan di Kabupaten Wonogiri sebesar 43% yang berarti
commit
setiap 100 orang penduduk umur to user di Kabupaten Wonogiri harus
produktif
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id

menanggung 43 orang penduduk umur non produktif di Kabupaten


tersebut.
Berdasarkan Tabel 7 dapat pula dilihat bahwa, di Kabupaten
Wonogiri mempunyai jumlah penduduk laki-laki dan perempuan yang
hampir sama jumlahnya. Angka Sex Ratio di Kabupaten Wonogiri dapat
diketahui dengan rumus sebagai berikut :
Jumlah Penduduk Laki - laki
SR = x 100
Jumlah Penduduk Perempuan
620.385
SR Kabupaten Wonogiri = x100
614.495
= 100,96 » 101
Angka Sex Ratio menunjukkan perbandingan antara jumlah
penduduk laki-laki dan perempuan di suatu wilayah pada suatu waktu.
Nilai sex ratio Kabupaten Wonogiri sebesar 101%, artinya jika di
kabupaten tersebut terdapat 100 orang penduduk perempuan maka terdapat
101 penduduk laki-laki.
Sebagian besar penduduk memiliki matapencaharian sebagai petani.
Besarnya angka beban tanggungan tentunya akan berpengaruh secara tidak
langsung terhadap pendapatan petani, sehingga apabila produktivitas
jagung meningkat, namun peningkatan tersebut belum tentu dapat
meningkatkan kesejahteraan keluarga petani karena besarnya angka beban
tanggungan tersebut.
2. Komposisi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan faktor penting dalam menentukan kemajuan
suatu masyarakat. Tingkat pendidikan yang ditempuh oleh penduduk suatu
wilayah akan menentukan kualitas dari tenaga kerja yang ada di wilayah
tersebut. Penduduk yang memiliki pendidikan tinggi akan lebih dalam
berpikir dan lebih terbuka menerima informasi dan inovasi baru.
Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan di Kabupaten
Wonogiri dan Kecamatan Jatiroto dapat dilihat pada Tabel 8.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id

Tabel 8. Komposisi Penduduk Kabupaten Wonogiri Menurut Tingkat


Pendidikan Tahun 2009
Kabupaten Wonogiri
No. Pendidikan
Jumlah (jiwa) %
Tdk/Blm Pernah
1 218.674 17,71
Sekolah
2 Tdk/Blm Tamat SD 185.202 14,99
3 Tamat SD/MI 461.546 37,38
4 Tamat SLTP 187.309 15,17
5 Tamat SLTA 150.755 12,21
6 Tamat Akademi/PT 31.394 2,54
JUMLAH 1.234.880 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Wonogiri, 2010
Berdasarkan data pada Tabel 8. jumlah penduduk di Kabupaten
Wonogiri paling banyak berpendidikan Sekolah Dasar yakni sebesar
461.546 atau 37,38% dan paling sedikit berpendidikan tamat Akademi
atau Perguruan tinggi, yaitu sebanyak 31.394 orang atau 2,54 %.
Rendahnya tingkat pendidikan penduduk di Kabupaten Wonogiri
dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah tingginya biaya
pendidikan, sehingga banyak penduduk yang tidak melanjutkan
pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Dalam proses usahatani biasanya
petani mempelajari cara bercocok tanam secara turun-temurun, maka perlu
adanya penyuluhan kepada para petani untuk meningkatkan
kemampuannya dalam berusahatani sehingga petani dapat mengambil
keputusan yang tepat dalam usahataninya untuk mendapatkan hasil yang
optimal. .
C. Keadaan Pertanian
1. Luas Daerah dan Tata Guna Lahan
Luas daerah dan tata guna lahan di Kabupaten Wonogiri dapat
dilihat dalam Tabel 9 berikut ini :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id

Tabel 9. Tata Guna Lahan di Kabupaten Wonogiri Tahun 2009


Kabupaten Wonogiri
No. Tata Guna Lahan
Luas (Ha) %
1. Lahan Sawah 32.980 18,10
a. Irigasi Teknis 5.906 3,24
b. Irigasi ½ Teknis 6.938 3,81
c. Irigasi Sederhana 9.203 5,05
d. Irigasi Desa/Non PU 1.655 0,91
e. Tadah Hujan 7.945 4,36
f. Pasang Surut 1.333 0,73
2. Lahan Kering 149.259 81,90
a. Pekarangan/Bangunan 24.513 13,45
b. Tegalan,Kebun&Ladang 66.321 36,39
c. Kolam/Rawa 506 0,28
d. Hutan Negara 17.411 9,56
e. Hutan Rakyat 13.270 7,28
f. Lain-lain 27.235 14,94
JUMLAH 182.236 100
Sumber : BPS Kabupaten Wonogiri, 2010
Tabel 9. di atas menunjukkan bahwa penggunaan lahan terluas di
Kabupaten Wonogiri berupa lahan tegal yang mencapai 66.264 Ha atau
sebesar 36,36 %. Penggunan lahan sawah di Kabupaten Wonogiri
mencapai 31.925 Ha atau sebesar 17,52 %.
2. Produksi Tanaman Pangan
Kabupaten Wonogiri merupakan daerah yang memiliki potensi
tinggi di bidang pertanian dilihat dari penduduknya, penduduk daerah ini
masih mengandalkan sektor pertanian dengan matapencahariannya sebagai
petani maupun buruh tani. Luasnya lahan yang digunakan pada sektor
pertanian dan mampu memproduksi bahan makanan hasil pertanian dalam
jumlah yang cukup besar. Hal tersebut dapat dilihat pada luas panen, rata-
rata produksi dan produksi bahan makanan di Kabupaten Wonogiri yang
disajikan pada Tabel 10.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id

Tabel 10. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Bahan Makanan di


Kabupaten Wonogiri Tshun 2009
Jenis Luas Panen Produktivitas Produksi
No
Komoditi (ha) (kw/ha) (kw)
1 Padi sawah 47.970 59,73 2.865.267
2 Padi gogo 12.569 38,26 123.898
3 Jagung 64.976 58,04 3.771.109
4 Ubi kayu 63.337 170,08 10.772.082
5 Kacang tanah 44.078 12,46 549.227
6 Kedelai 25.739 13,65 351.241
7 Kacang hijau 551 7,37 4.064
8 Sorghum 687 57,35 6.894
9 Ketela rambat 173 180,57 31.239
Sumber: Wonogiri dalam Angka 2010
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa ubi kayu memiliki
produksi tertinggi hal ini karena ubi kayu hampir ditanam disemua lahan
di Kabupaten Wonogiri, tidak hanya pada lahan tegalan, tetapi juga pada
lahan pekarangan yang tidak terpakai, dimanfaatkan petani dengan
ditanami ubu kayu. Produksi jagung di Kabupaten Wonogiri juga cukup
besar, hal ini karena keadaan tanah dan lingkungan sangat mendukung
untuk pertumbuhan jagung, sehingga tanaman jagung dapat berproduksi
dalam jumlah yang cukup besar. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten
Wonogiri merupakan daerah penghasil jagung yang cukup potensial.
D. Kondisi Sarana Perekonomian
Jumlah sarana perekonomian yang ada di Kabupaten Wonogiri dapat
dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Sarana Perekonomian di Kabupaten Wonogiri Tahun 2009
No. Sarana Kabupaten Wonogiri
1. KUD (Koperasi Unit Desa) 25
2. Bank Umum 12
3. BPR (Bank Perkreditan Rakyat) 13
4. Pasar
a. Umum 28
b. Desa 68
c. Hewan 9
Sumber : BPS Kabupaten Wonogiri, 2010
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id

Sarana perekonomian yang tersedia, berhubungan dengan kemudahan


masyarakat dalam memenuhi kebutuhan ekonominya. Berdasarkan Tabel 11
dapat diketahui bahwa sarana perekonomian yang paling banyak terdapat di
Kabupaten Wonogiri adalah pasar. Di Kabupaten Wonogiri terdapat 28 pasar
umum, 68 pasar Desa dan 9 pasar hewan. Pasar merupakan salah satu sarana
perekonomian yang paling penting, terutama bagi petani karena pasar
merupakan tempat terjadinya transaksi jual-beli hasil pertanian.
Koperasi Unit Desa (KUD) berperan dalam menyediakan saprodi
maupun kebutuhan lain terutama yang berkaitan dengan kegiatan pertanian.
Selain itu, KUD juga berperan sebagai tempat jual beli hasil pertanian bagi
petani di daerah setempat. KUD di Kabupaten Wonogiri sampai saat ini
berjumlah 25 unit. Sarana perekonomian lain yang tidak kalah penting adalah
lembaga perkreditan, dalam hal ini bank. Bank, baik Bank Umum maupun
Bank Perkreditan, memiliki peranan yang sangat penting bagi masyarakat.
Kurangnya modal petani sering menjadi kendala dalam mengelola
usahataninya, oleh karena itu dengan tersedianya bank di wilayah kabupaten
maupun kecamatan, akan sangat membantu terutama sebagai penyedia kredit
bagi masyarakat.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Budidaya Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah


Usahatani jagung merupakan usahatani yang diusahakan secara turun-
temurun oleh petani di Kabupaten Wonogiri. Upaya peningkatan produksi
jagung senantiasa dilakukan petani di Kabupaten Wonogiri, misalnya saja
penggunaan varietas unggul dan penerapan sistem tanam. Tanaman jagung
sering ditanam sengan sistem tanam tumpangsari maupun sistem tanam
monokultur. Sistem tanam tumpangsari yang sering dilakukan misalnya
tumpangsari jagung-kacang tanah, tumpangsari jagung-kedelai dan
tumpangsari jagung-kacang hijau. Sistem tanam tumpangsari jagung kacang-
tanah adalah salah satu sistem tanam yang sering diterapkan oleh petani di
Kabupaten Wonogiri terutama di Kecamatan Ngadirojo.
Usahatani monokultur jagung memiliki kekurangan dan kelebihaannya
masing-masing. Misalnya saja kelebihan sistem tanam monokultur jagung
diantaranya, biaya sarana produksi yang kecil, penanaman dan perawatan
lebih mudah, serta proses usahatani dapat dilakukan secara bersamaan.
Kekurangan pada sistem tanam monokultur ini yaitu apabila produksi jagung
rendah dan harga jual jagung pada saat panen juga rendah, pendapatan petani
akan turun atau bahkan petani akan mengalami kerugian. Lain halnya dengan
sistem tanam tumpangsari jagung kacang tanah, sistem tanam ini memiliki
kelebihan yaitu, apabila harga jagung rendah atau produksinya rendah, petani
masih memiliki tanaman kacang tanah yang dapat menambah pendapatan.
Sistem tanam tumpangsari ini juga memiliki beberapa kekurangan diantaranya
biaya sarana produksi yang besar, proses budidaya yang lebih rumit karena
petani menanam dua tanaman, memerlukan tenaga kerja dalam jumlah yang
banyak. Misalnya saja pada saat penanaman dan pemanenan harus dilakukam
dua kali atau tidak bersamaan, harus menunggu waktu yang tepat, sehingga
lebih banyak membutuhkan tenaga kerja.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id

Penggunaan benih varietas unggul adalah salah satu cara yang


dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman. Pada daerah penelitian
varietas jagung sering digunakan petani adalah varietas Bisi 2, P4 dan P7
dengan jumlah terbanyak adalah penggunaan varietas Bisi-2. Hal ini karena
varietas Bisi-2 harga benihnya murah, pada satu batang tanaman terdapat dua
tongkol sehingga dapat meningkatkan produksi dan cukup tahan terhadap
serangan penyakit bulai. Varietas unggul benih kacang tanah juga beragam
jenisnya, pada daerah penelitian varietas kacang tanah yang sering digunakan
adalah varietas lokal, banteng dan macan, jumlah terbanyak adalah
penggunaan varietas lokal dan macan. Benih kacang yang digunakan oleh
petani biasanya diperoleh dari membeli di toko saprodi atanu membeli dari
petani lain.
Pola pergiliran tanam adalah salah satu cara untuk menjaga kesuburan
tanah terutama pada lahan sawah. Pada lahan sawah di daerah penelitian pola
tanam yang sering digunakan petani adalah padi-padi-palawija atau padi-
palawija-palawija. Pola tanam responden di daerah penelitian dalam satu
tahun dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Bulan 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
Monokultur - Padi - Padi - Jagung
- Jagung

Tumpangsari - Padi - Jagung-kacang tanah - Jagung-kacang tanah


- Padi
Gambar 2. Pola Pergiliran Tanam Pada Lahan Sawah di Kecamatan Ngadirojo
Berdasarkan Gambar 2 dapat diketahui bahwa tanaman jagung di tanam
pada musim tanam kedua dan ketiga. Jagung ditanam pada bulan Juli dan
November. Kacang tanah ditanam oleh petani pada musim tanam kedua dan
ketiga yakni pada bulan Juli dan November.
Tehnik penanaman monokultur jagung dan tumpangsari jagung-kacang
tanah yang biasa dilakukan petani di Kecamatan Ngadirojo pada lahan sawah
adalah:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id

1) Persiapan Lahan
Persiapan lahan terdiri dari pengolahan tanah, pemberiaan pupuk
kandang dan pembuatan bidang penanaman. Pengolahan tanah merupakan
salah satu upaya penyesuaian kondisi lahan yang tepat bagi tanaman dan
pembersihan lahan dari gulma. Dengan adanya proses pengolahan tanah
maka akan memperbaiki struktur tanah sehingga menjadi gembur dan
mempermudah akar dalam menyerap air dan unsur hara serta upaya
memperbaiki aerasi dan drainasenya.
Pengolahan tanah pertama kali dilakukan dengan membalik tanah
menjadi bongkahan-bongkahan besar kemudian dilanjutkan pemecahan
bongkahan-bongkahan menggunakan cangkul hingga tanah menjadi
gembur. Pada lahan yang sudah gemburdiberi pupuk kandang dan
dilakukan pembuatan guludan. Pupuk kandang yang diberikan adalah
pupuk kandang yang sudah kering dan disebarkan merata di seluruh areal
tanam dan dicampur dengan tanah, pemberian pupuk kandang ini
bertujuan untuk menambah unsur hara dalam tanah.
2) Penanaman
Penanaman tanaman jagung menggunakan benih jagung baru bukan
dari hasil panen sebelumnya. Jarak tanam yang digunakan petani satu
dengan petani lainnya terkadang berbeda. Pengaturan jarak tanam ini perlu
dilakukan agar jarak antar tanaman tidak terlalu rapat dan tidak terjadi
perebutan unsar hara antar tanaman serta untuk menjaga pertumbuhan
tanaman agar tanaman dapat tumbuh dengan subur. Penanaman jagung
dilakukan dengan cara ditugal dengan jarak antar baris 70 cm dan jarak
antar tanaman dalam baris 20 cm tetapi ada pula petani yang menanam
jagung dengan jarak antar baris 80 cm dan jarak antar tanaman dalam
baris 30 cm dan lubang tanam sedalam 5 cm. Benih yang ditanam per
lubangnya cukup satu butir, tetapi ada juga petani yang menanam dua butir
benih setiap lubang untuk mengantisipasi bila benih tidak tumbuh.
Penanaman jagung dan kacang tanah pada sistem tanam tumpangsari
commitdengan
jagung-kacang tanah dilakukan to user cara ditugal. Penanaman jagung
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id

secara tumpangsari memakai jarak tanam 200 cm x 50 cm atau


150 cm x 40 cm. Penanaman kacang tanah pada sistem tanam tumpangsari
dengan jarak 20 cm x 20 cm atau 25 cm x 20 cm. Jumlah benih kacang
tanah per lubang tanam cukup 1 atau 2 biji. Pada sistem tumpangsari
jagung-kacang tanah ini, petani menanam jagung dan kacang tanah secara
tidak bersamaan. Benih kacang tanah ditanam setelah tanaman jagung
berusia 7-10 hari.
3) Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman monokultur jagung mencakup pemupukan,
penyiangan, pembumbunan dan pengendalian hama dan penyakit.
Pemupukan adalah salah satu pemeliharaan tanaman jagung yang sangat
penting, pemupukan merupakan upaya pemberian unsur hara bagi
tanamam jagung agar tanaman jagung dapat tumbuh subur dan
meningkatkan hasil panen. Pemupukan tanaman jagung biasanya
dilakukan tiga kali yakni pada saat awal tanam diberikan pupuk kandang
dan pupuk SP36 atau Phonska, pupuk susulan pertama (pada saat umur
jagung 20 hari) diberikan pupuk urea dan phonska dengan perbandingan
1:2 dan pemupukan susulan kedua (pada saat umur jagung 40 hari)
diberikan pupuk urea. Pemupukan sebaiknya dilakukan pada saat tanah
dalam keadaan lembab agar pupuk mudah diserap tanaman. Pemberian
pupuk dengan cara dibenamkan disetiap tanaman jagung pada jarak 5-10
cm dari tanaman dan diusahakan tidak terkena tanaman langsung karena
akan menjadikan tanaman terbakar atau mati.
Pemupukan jagung pada sistem tanam monokultur jagung sama
dengan pemupukan jagung pada sistem tanam tumpangsari jagung kacang
tanah, jenis pupuk dan dosis pupuk yang digunakan petani juga hampir
sama. Pemupukan tanaman kacang tanah pada sistem tanam tumpangsari
jagung-kacang tanah hanya dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada saat
awal penanaman dan pemberiaan pupuk susulan pertama. Pada saat awal
penanaman tanaman kacang tanah diberikan pupuk SP 36 atau phonska.
commit
Setelah kacang tanah berusia to user
20-25 hari dilakukan pemupukan susulan
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id

pertama menggunakan pupuk phonska dan urea atau hanya menggunakan


pupuk urea saja. Pemberian pupuk pada tanaman kacang tanah ini cukup
disebarkan saja tanpa harus dibenamkan seperti pada tanaman jagung.
Penyiangan gulma pada tanaman monokultur jagung sama halnya
dengan penyiangan pada tanaman tumpangsari jagung-kacang tanah
jagung. Gulma yang sering menyerang berupa rerumputan atau rumput
teki dan alang-alang. Penyiangan biasanya dilakukan setiap 20 hari sekali
dengan menggunakan cangkul atau sabit. Penyiangan dilakukan agar tidak
terjadi perebutan unsur hara antara tanaman pokok dengan gulma sehingga
tanaman dapat tumbuh dengan optimal dan berproduksi tinggi. Kegiatan
penyiangan biasanya dilakukan bersamaan dengan dengan pembumbunan
pada tanaman jagung yaitu upaya untuk menimbun akar tanaman jagung
yang muncul di permukaan tanah agar tanaman tetap dapat berdiri dengan
kokoh.
Tanaman jagung dan kacang tanah merupakan tanaman yang cukup
membutuhkan air untuk pertumbuhannya. Penanamannya tanaman jagung
dan kacang tanah biasanya dilakukan pada saat musim penghujan,
sehingga kebutuhan air dapat terpenuhi. Petani di daerah penelitian tidak
melakukan kegiatan pengairan secara khusus, karena mereka hanya
pengandalkan air hujan.
Pengendalian hama dan penyakit tanaman yang menyerang tanaman
jagung biasanya dilakukan petani dengan cara manual dan kimiawi. Hama
yang sering menyerang tanaman jagung di daerah penelitian adalah
belalang dan ulat daun. Saat populasi hama jumlahnya sedikit biasanya
petani menanganinya secara manual, misalnya tanaman yang diserang ulat
daun langsung dicabut dan membunuh ulat daun secara manual. Penyakit
pada tanaman jagung di daerah penelitian tidak begitu banyak dan tidak
begitu menghambat pertumbuhan tanaman jagung. Penyakit yang biasa
menyerang tanaman jagung yaitu bercak daun dan layu, apabila tanaman
yang diserang penyakit jumlahnya kecil, maka petani menanggulanginya
dengan cara manual yakni commit to usertanaman, dan jika tanaman yang
mencabut
perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id

terserang penyakit dalam jumlah besar, biasanya petani menggunakan obat


kimia.
Sama halnya dengan tanaman jagung yang ditanam secara
monokultur, tanaman jagung yang ditanam secara tumpangsari dengan
kacang tanah juga tidak ditemui adanya kendala pada hama dan penyakit
yang menyerang tanaman. Sedangkan hama yang menyerang pada
tanaman kacang tanah biasanya berupa ular dan belalang, petani
menanggulanginya dengan penyemprotan pestisida. Penyakit yang sering
menyerang tanaman kacang tanah adalah sapu setan, bercak daun dan
karat daun.
4) Pemanenan
Tanaman jagung sudah siap panen pada umur berkisar antara 105 –
110 hari. Ciri-ciri jagung yang sudah siap panen yaitu kelobot (bungkus
biji jagung) mulai mengering, biji cukup keras, mengkilat dan apabila
ditekan tidak membekas. Tahap pemanenan pertama yang biasanya
dilakukan adalah menghilangkan daun jagung yang telah mengering.
Panen dilakukan dengan bantuan sabit sebagai alat untuk memotong
batang tanaman jagung, kemudian tongkol diputar sampai putus dari
tangkainya dengan menggunakan tangan, buah jagung dipetik dalam
kondisi masih berklobot, karena proses pengupasan dilakukan setelah
jagung dibawa pulang.
Tanaman kacang tanah sudah siap panen pada usia 90 - 100 hari.
Pada sistem tanam tumpangsari jagung kacang tanah, petani terlebih
dahulu memanen kacang tanah, setelah kacang tanah selesai dipanen,
petani akan menunggu waktu yang tepat untuk memanen jagung. Kacang
tanah sudah siap panen dengan ciri-ciri sebagian besar polomg (80%)
sudah tua, kulit polong sudah cukup keras dan berwarna cokelat
kehitaman, rongga polong sudah berisi biji penuh serta kulit biji tipis dan
mudah dikupas.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id

5) Penanganan Pasca Panen


Proses pasca panen dapat menambah nilai jual dari harga jagung.
Proses pasca panen jagung meliputi pengeringan dan pemipilan buah
jagung. Pengeringan jagung dilakukan secara alami dengan penjemuran
yang memanfatkan sinar matahari, jika matahari bersinar terik jagung
dapat kering dalam waktu 3-4 hari, ciri-cirinya biji mengkilap, sudah
cukup keras dan mudah dipipil, apabila bijinya ditusuk dengan kuku ibu
jari sudah tidak meninggalkan bekas. Dalam proses pengeringan ini susut
berat pada buah jagung dapat mencapai 40%-50% Setelah jagung cukup
kering maka dilakukan pemipilan, pemipilan jagung menggunakan alat
yang disebut kokrok. Apabila jagung yang sudah dipipil belum kering
sempurna, maka dapat dilakukan pengeringan jagung dalam bentuk
pipilan.
Pasca panen untuk kacang tanah sama halnya dengan jagung, yakni
dilakukan pengeringan dengan bantuan sinar matahari kurang lebih selama
4-5 hari. Setelah kacang tanah kering, dengan ciri polong kacang sudah
keras atau kering,polong kacang mudah dikupas, sedangkan jika sudah
dibuka biji kacang tanah sudah mengeras. Pemisahkan kacang tanah
dengan kulitnya masih menggunakan alat manual atau dibuka langsung
dengan tangan. Kacang tanah dari polong basah hingga menjadi ose akan
mengalami penyusutan berat berkisar 50%-60%. Petani menjual hasil
panennya ke pasar, toko dan tengkulak.

B. Hasil Penelitian
1. Identitas Petani Sampel
Identitas petani sampel merupakan gambaran secara umum tentang
keadaan dan latar belakang petani sampel. Hal ini meliputi luas lahan yang
diusahakan, umur petani, pendidikan petani, jumlah anggota keluarga
petani, jumlah keluarga yang aktif dalam usahatani, serta pengalaman
petani dalam budidaya jagung baik secara monokultur atau tumpangsari.
Identitas petani sampel dapat dilihat pada Tabel 12 berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id

Tabel 12. Identitas Petani Sampel Usahatani Monokultur Jagung dan


Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah MT November 2010
sampai Februari 2011 di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten
Wonogiri
Tumpangsari
No Monokultur
Uraian jagung-
. jagung
kacang tanah
1. Jumlah petani responden (orang) 30 30
2. Rata-rata umur petani (th) 52,00 54,00
3. Rata-rata pendidikan petani (th) 7,00 9,00
4. Rata-rata luas lahan sawah yang 2613,33 3025
digarap (m2)
5. Rata-rata jumlah anggota keluarga 4,00 4,00
petani (orang)
6. Rata-rata jumlah anggota keluarga 2,00 2,00
yang aktif dalam usahatani
monokultur jagung/tumpangsari
jagung-kacang tanah (orang)
7. Rata-rata prosentase jumlah 48,50 46,22
anggota keluarga yang aktif
dalam usahatani (%)
8. Rata-rata pengalaman dalam 18,00 17,00
usahatani monokultur
jagung/tumpangsari jagung-
kacang tanah (th)
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 1 dan 2)
Bedasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa rata-rata umur petani
yang mengusahakan usahatani monokultur jagung sebesar 52,00 tahun
sedangkan rata-rata umur petani pada usahatani tumpangsari jagung-
kacang tanah sebesar 54,00 tahun. Rata-rata umur petani pada kedua
usahatani berada pada usia produktif, sehingga memungkinkan untuk
penyerapan teknologi baru dan berusaha untuk meningkatkan pendapatan
usahataninya.
Rata-rata pendidikannya, petani yang mengusahakan sistem tanam
tumpangsari jagung-kacang tanah memiliki tingkat pendidikan yang lebih
tinggi yakni tamat SMP sedangkan petani yang mengusahakan sistem
tanam monokultur jagung rata-rata telah menempuh pendidikan dasar.
Tingkat pendidikan secara langsung akan mempengaruhi pola pikir petani,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id

namun lamanya pengalaman berusahatani juga sangat berpengaruh dalam


hal pengambilan keputusan dalam bercocok tanam.
Rata-rata luas lahan petani yang mengusahakan sistem tanam
tumpangsari jagung-kacang tanah sebesar 3025 m2 lebih luas
dibandingkan dengan luas lahan petani yang mengusahakan sistem tanam
monokultur yang luas lahannya hanya sebesar 2013,33 m2. Luas lahan
yang dimiliki petani akan mempengaruhi sistem tanam yang akan
digunakan. Kebanyakan petani yang memiliki lahan yang luas akan
menggunakan sistem tanam tumpangsari.
Rata-rata jumlah anggota keluarga pada kedua usahatani sebanyak
4 orang. Rata-rata jumlah anggota keluarga yang aktif dalam kedua
usahatani sama, yaitu hanya dua orang yakni istri dan suami petani.
Kecilnya jumlah anggota keluarga yang aktif dalam usahatani ini
disebabkan karena anak-anak petani cenderung memilih pekerjaan diluar
pertanian, misalnya sebagai pegawai swasta, buruh atau merantau.
Kecilnya jumlah anggota keluarga yang aktif dalam usahatani akan
mempengaruhi banyaknya penggunaan tenaga kerja luar keluarga. Rata-
rata prosentase jumlah anggota yang aktif untuk usahatani monokultur
jagung sebesar 48,50% lebih besar dari pada prosentase jumlah anggota
yang aktif untuk usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah yakni sebesar
46,22%.
Petani dapat mengelola usahataninya dengan baik, meskipun
tingkat pendidikannya rendah karena didukung lamanya pengalaman
dalam berusahatani. Rata-rata pengalaman petani monokultur jagung
dalam kegiatan usahataninya adalah selama 18,07 th sedangkan rata-rata
pengalaman petani tumpangsari jagung-kacang tanah dalam kegiatan
usahataninya adalah selama 17,33 th. Semakin lama dalam berusahatani,
maka akan menambah pengetahuan dan pengalaman petani dalam
meningkatkan pendapatan usahataninya.
Kelompok tani merupakan salah satu wahana bagi petani untuk
commit
menambah wawasan dibidang to user Setiap satu bulan sekali, petani
pertanian.
perpustakaan.uns.ac.id 49
digilib.uns.ac.id

melakukan pertemuan kelompok tani. Dalam pertemuan ini antar petani


dapat saling bertukar informasi, selain itu petani juga mendapatkan
informasi dan penyuluhan dari penyuluh atau ketua kelompok tani tentang
pertanian yang dapat meningkatkan produksi usahataninya. Tidak semua
kelompok tani aktif mengadakan pertemuan rutin ini, misalnya saja
kelompok tani “Tani Makmur“ dan “Tani Mulyo” tidak rutin mengadakan
pertemuan karena tenaga penyuluh pertanian tidak selalu hadir dalam
pertemuan sehingga petani malas melakukan pertemuan kelompok tani.
Penyuluhan tentang budidaya tanaman jagung dengan sistem tanam
tumpangsari jagung-kacang tanah dirasakan masih kurang oleh petani atau
hampir tidak ada. Penyuluhan biasanya hanya memberikan informasi
tentang varieatas benih yang tahan terhadap hama dan penyakit serta
penyuluhan tentang pestisida yang baik bagi tanaman. Hal ini
mengakibatkan petani kurang mendapatkan pengetahuan tentang budidaya
tumpangsari jagung-kacang tanah, sehingga masih banyak dijumpai petani
yang menanam jagung dengan sistem tanam monokultur jagung.
Peran pemerintah dalam kemajuan dibidang pertanian masih
dirasakan kurang oleh petani di daerah penelitian, terutama kaitannya
dengan tenaga penyuluh pertanian yang kurang aktif memberikan
informasi bidang pertanian. Distribusi pupuk yang kurang stabil juga
membuat harga pupuk menjadi mahal.
Petani di daerah penelitian mengusahakan tanaman jagung pada
lahan sawah dengan beberapa alasan diantaranya belakangan ini tanaman
padi tidak dapat tumbuh dengan baik karena serangan wereng. Petani
memilih menanam jagung karena keadaan wilayah mendukung untuk
pertumbuhan jagung, sehingga tanaman jagung dapat tumbuh dengan baik.
Sebagian petani memilih menerapkan sistem tanam tumpangsari jagung
dengan kacang tanah, kacang tanah dipilih karena proses budidaya yang
cukup mudah dan kemudahan menjual hasil panen kacang tanah.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id

2. Penggunaan Sarana Produksi dan Tenaga Kerja Usahatani Monokultur


Jagung dan Tumpangsari Jagung-kacang tanah
a. Penggunaan Sarana Produksi pada Usahatani Monokultur Jagung dan
Tumpangsari Jagung-kacang tanah
Sarana produksi yang digunakan pada usahatani monokultur
jagung dan tumpangsari jagung-kacang tanah meliputi benih, pupuk
kandang, pupuk anorganik dan pestisida. Jenis dan jumlah sarana
produksi akan mempengaruhi produksi tanaman. Petani memenuhi
kebutuhan saprodinya dengan membeli di toko saprodi. Benih jagung
yang biasanya digunakan dalam usahatani merupakan benih baru dan
terdapat beberapa varietas yang digunakan petani yaitu varietas Bisi-2,
varietas P7 dan varietas P4. Pupuk anorganik yang digunakan dalam
usahatani antara lain pupuk SP 36, pupuk phonska dan pupuk urea.
Pestisida yang digunakan antara lain Furadan, Fastac, dan kadang-
kadang juga menggunakan Roundup untuk membasmi gulma.
Rata-rata penggunaan sarana produksi pada usahatani
monokultur jagung dan tumpangsari jagung-kacang tanah dapat dilihat
dalam Tabel 13 berikut ini.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 51
digilib.uns.ac.id

Tabel 13. Rata-rata Penggunaan Sarana Produksi Pada Usahatani


Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang
Tanah MT November 2010 sampai Februari 2011 di
Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri
Monokultur jagung Tumpangsari
No Uraian jagung-kacang
tanah
Per UT Per Ha Per UT Per Ha
1 Benih (Kg)
a. Jagung 3,73 14,30 2,63 7,76
b. Kacang tanah 0 0 23,53 76,76
2 Pupuk Tanaman
Jagung
a. Kandang (Kg) 853,33 3251,85 985,00 3249,77
b. SP 36 (Kg) 14,17 59,52 9,67 30,64
c. Phonska (Kg) 28,20 102,14 11,77 41,30
d. Urea (Kg) 58,00 222,59 29,67 99,24
3 Pupuk Tanaman
Kacang Tanah
a. SP 36 (Kg) 0,00 0,00 20,00 64,44
b. Phonska (Kg) 0,00 0,00 13,85 52,54
c. Urea (Kg) 0,00 0,00 33,92 110,03
4. Pestisida kimia
a. Furadan (Kg) 0,12 0,44 0,22 0,66
b. Fastac (Ltr) 0,18 0,80 0,22 0,78
c. Roundup (ltr) 0,09 0,30 0,14 0,47
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 3 – 6)
Berdasarkan data pada Tabel 13 dapat diketahui bahwa benih
yang digunakan dalam usahatani monokultur jagung sebesar 3,73 kg
per usahatani atau 14,30 kg per Ha. Pada usahatani tumpangsari
jagung-kacang tanah petani membutuhkan benih jagung rata-rata 7,76
kg/Ha dan benih kacang tanah rata-rata 76,76 kg/Ha. Benih dibeli oleh
petani dalam bentuk kemasan satu kg atau 5 kg tergantung banyaknya
kebutuhan petani.
Pemupukan tanaman jagung dengan sistem tanam monokultur
pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan pemupukan tanaman jagung
pada sistem tanam tumpangsari. Baik pada sistem tanam monokultur
jagung maupun tumpangsari jagung kacang tanah, penggunaan pupuk
kandang paling besar jika dibandingkan
commit to user dengan pupuk lainnya, hal ini
perpustakaan.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id

karena pupuk kandang dapat memperbaiki kesuburan tanah dan cocok


untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk kandang yang dibutuhkan pada
sistem tanam monokultur jagung rata-rata sebanyak 3251,85 kg/Ha
lebih banyak dari pada rata-rata penggunaan pupuk kandang pada
usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah yakni sebesar 3249,77
kg/Ha. Petani memperoleh pupuk kandang dari hasil ternak yang juga
diusahakan oleh petani.
Pemberian pupuk anorganik juga dilakukan oleh petani untuk
menunjang pertumbuhan tanaman. Rekomendasi dari Dinas Pertanian
Kabupaten Wonogiri menyebutkan bahwa tanaman jagung yang
ditanam dengan sitem tanam monokultur jagung membutuhkan pupuk
urea sebanyak 200 kg/Ha dan phonska 150 kg/Ha dan pupuk kandang
sebanyak 3.500 kg/Ha. Pada usahatani tumpangsari jagung-kacang
tanah, tanaman jagung membutuhkan pupuk urea 100 kg/Ha dan
phonska 75/Ha kg dan tanaman kacang tanah membutuhkan pupuk
urea sebanyak 30 kg/Ha dan phonska 50 kg/Ha dan pupuk kandang
sebanyak 3.500 kg/Ha. Penggunaan pupuk pada tanaman jagung oleh
petani di Kecamatan Ngadirojo, jika dibandingkan dengan
rekomendasi pupuk oleh Dinas Pertanian jumlahnya lebih besar.
Berdasarkan data tabel 13 dapat diketahui bahwa total
penggunaan pupuk anorganik untuk tanaman tumpangsari jagung-
kacang tanah yakni sebanyak 398,19 kg/Ha yang terdiri dari SP-36
95,08 kg/Ha, phonska 93,84 kg/Ha, urea 209,27 kg/Ha lebih banyak
jika dibandingkan dengan penggunaan pupuk tanaman monokultur
jagung sebanyak 384,25 kg/Ha yang terdiri dari SP-36 59,52 kg/Ha,
phonska 102,14 kg/Ha dan pupuk urea 222,59 kg/ha. Sistem tanam
tumpangsari jagung-kacang tanah membutuhkan pupuk dalam jumlah
besar karena petani harus memenuhi kebutuhan pupuk untuk dua
tanaman sekaligus.
Penyemprotan pestisida biasanya dilakukan sebanyak 2-3 dalam
satu kali tanam. Petani biasanya menggunakan pestisida apabila jumlah
hama, gulma atau penyakit jumlahnya banyak, apabila jumlahnya
commit to user dengan cara manual. Petani
sedikit petani menanggulanginya
perpustakaan.uns.ac.id 53
digilib.uns.ac.id

menggunakan pestisida dalam jumlah sedikit juga disertai alasan yaitu


daun sisa panen jagung nantinya akan dijadikan pakan ternak, maka
sedapat mungkin penggunaan pestisida harus dikurangi.
Rata-rata total penggunaan pestisida pada sistem tanam
tumpangsari jagung kacang tanah sebanyak 1,91 ltr/Ha lebih banyak
dari pada sistem tanam monokultur jagung yakni sebesar 1,54 ltr/Ha.
Petani tumpangsari jagung-kacang tanah lebih banyak menggunakan
pestisida untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman
jagung dan kacang tanah. Serangan hama dan penyakit pada tanaman
jagung dan kacang tanah waktu dan jenisnya berbeda, hal ini
menyebabkan penggunaan pestisida pada sistem tanam tumpangsari
jagung-kacang tanah lebih banyak daripada penggunaan pestisida pada
sistem tanam monokultur jagung. Pestisida yang digunakan yaitu
furadan, fastac dan roundup. Roundup sering digunakan petani untuk
mengendalikan ilalang pada saat tanaman jagung atau kacang tanah
masih berusia muda. Pestisida furadan dan fastac sering digunakan
untuk mengendalikan hama dan penyakit yang menyerang tanaman
jagung dan kacang tanah. Hama yang sering menyerang tanaman
jagung adalah belalang dan ulat daun, sedangkan hama yang
menyerang tanaman kacang tanah yang ditanam secara tumpangsari
adalah belalang dan kumbang daun. Pada tanaman jagung jarang sekali
terserang penyakit, penyakit yang sering menyerang adalah layu dan
karat daun. Penyakit yang sering menyerang tanaman kacang tanah
adalah sapu setan.
b. Penggunaan Tenaga Kerja pada Usahatani Monokultur Jagung dan
Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang sangat
menentukan keberhasilan usahatani. Tenaga kerja dalam proses
usahatani dapat dipenuhi dari tenaga kerja keluarga petani sendiri atau
menambah tenaga kerja dari luar keluarga untuk membantu kegiatan
dalam usahatani yang tidak dapat diselesaikan sendiri oleh petani.
Tenaga kerja luar keluarga biasanya digunakan petani dalam kegiatan
commit to
pengolahan tanah, penanaman user
dan pemanenan.
perpustakaan.uns.ac.id 54
digilib.uns.ac.id

Rata-rata penggunaan tenaga kerja dalam usahatani monokultur


jagung dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Pada Usahatani
Monokultur Jagung MT November 2010 sampai Februari
2011 di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri
TKD (HKP) TKL (HKP) Jumlah
No (HKP)
Keterangan
. Per Per Per Per Per Per
UT Ha UT Ha UT Ha
1. Pengolahan tanah 6,67 25,51 2,00 7,65 8,67 33,16
2. Penanaman 3,18 14,13 1,75 5,37 4,93 19,50
3. Pemupukan 6,16 23,79 0,00 0,00 6,16 23,79
4. Pemeliharaan 3,02 12,44 0,00 0,00 3,02 12,44
5. Pengendalian 0,57 2,22 0,00 0,00 0,57 2,22
hama dan penyakit
6. Pemanenan dan 5,72 21,88 2,83 10,83 8,55 32,71
pengangkutan
7. Pengeringan 7,11 27,27 0,00 0,00 7,11 27,27
8. Pemipilan 6,06 23,26 0,00 0,00 6,06 23,26
JUMLAH 38,49 150,50 6,58 23.85 45,07 174,35
Sumber: Analisis Data Primer (11 dan 13)
Keterangan: TKD : Tenaga Kerja Dalam/Keluarga
TKL : Tenaga Kerja Luar
HKP : Hari Kerja Pria
UT : Usahatani
Perhitungan penggunaan tenaga kerja dalam penelitian
menggunakan satuan HKP (Hari Kerja Pria). Tenaga kerja didaerah
penelitian diberi upah sebesar Rp 30.000 untuk tenaga kerja pria dan
Rp. 25.000 untuk tenaga kerja wanita, dengan jam kerja selama 8 jam.
Dari besarnya nilai upah didaerah penelitian tersebut dapat diketahui
bahwa 1 HKW sama dengan 0,83 HKP.
Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa proses pengolahan
tanah membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah yang paling besar
yakni sebanyak 8,67HKP/UT atau 33,16 HKP/Ha. Pengolahan tanah
membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah banyak karena pengolahan
tanah dilakukan dengan cangkul dari proses pembokahan tanah hingga
commitsehingga
pembentukan bidang tanam, to user membutuhkan tenaga dan waktu
perpustakaan.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id

yang banyak. Pemberantasan hama dan penyakit membutuhkan tenaga


kerja paling sedikit yakni sebanyak 0,57 HKP/UT atau 2,22 HKP/Ha.
Sedikitnya jumlah penggunaan tenaga kerja pada pemberantasan hama
dan penyakit ini karena serangan hama dan penyakit pada tanaman
jagung tidak terlalu banyak, sehingga penanggulangan hama dan
penyakit dapat dilakukan dalam waktu yang singkat dan tidak
membutuhkan banyak tenaga kerja.
Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga lebih banyak jika
dibandingkan dengan penggunaan tenaga kerja luar keluarga. Petani
biasanya menyelesaikan proses usahatani menggunakan tenaga kerja
dalam keluarga, walaupun prosesnya memakan waktu yang lebih lama.
Hal ini dilakukan petani untuk mengurangi biaya dalam usahataninya.
Proses budidaya pada usahatani tumpangsari jagung-kacang
tanah sedikit berbeda dengan budidaya pada usahatani monokultur
jagung. Jumlah tenaga kerja dan curahan waktu kerja pada usahatani
tumpangsari jagung-kacang tanah juga lebih besar daripada usahatani
monokultur jagung, hal ini karena pada usahatani tumpangsari jagung-
kacang tsnsh, ada beberapa kegiatan usahatani yang tidak dilakukan
secara bersamaan, misalnya pada penanaman dan pemanenan.
Rata-rata penggunaan tenaga kerja pada usahatani tumpangsari
jagung-kacang tanah dapat dilihat pada Tabel 15.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id

Tabel 15. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Tumpangsari


Jagung-Kacang Tanah MT November 2010 sampai Februari
2011 di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri
TKD (HKP) TKL (HKP) Jumlah (HKP)
No. Keterangan Per Per Per Per Per UT Per Ha
UT Ha UT Ha
1. Pengolahan tanah 7,40 25,62 2,87 8,88 10,27 34,50
2. Penanaman jagung 2,57 8,20 0,33 1,30 2,90 9,50
3. Penanaman kacang 3,25 10,61 0,92 3,21 4,17 13,82
tanah
4. Pemupukan jagung 5,32 17,53 0,00 0,00 5,32 17,53
5. Pemupukan 1,53 5,06 0,00 0,00 1,53 5,06
kacang tanah
6. Pemeliharaan 2,90 10,32 0,00 0,00 2,90 10,32
7. Pengendalian 0,69 2,29 0,00 0,00 0,69 2,29
hama dan penyakit
8. Pemanenan dan 4,42 15,65 1,67 4,57 6,09 20,22
Pengangkutan
jagung
9. Pemanenan dan 4,27 14,99 1,30 3,43 5,57 18,42
pengangkutan
kacang tanah
10. Pengeringan 4,25 14,31 0,00 0,00 4,25 14,31
jagung
11. Pengeringan 2,31 7,47 0,00 0,00 2,31 7,47
kacang tanah
12. Pemipilan 5,15 17,57 0,00 0,00 5,15 17,57
13. Pasca panen 2,14 6,99 0,00 0,00 2,14 6,99
kacang tanah
JUMLAH 46,19 156,61 7,09 21,39 53,28 178
Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 12 dan 14)
Berdasarkan Tabel 15 dapat diketahui bahwa total tenaga kerja
yang digunakan dalam proses pemanenan pada usahatani tumpangsari
jagung-kacang tanah sebanyak 38,64 HKP/Ha yang terdiri dari
pemanenan dan pengangkutan jagung sebanyak 20,22 HKP/Ha dan
pemanenan dan pengankutan kacang tanah sebanyak 18,42 HKP/ Ha.
Proses pemanenan dan pengangkutan membutuhkan tenaga kerja
paling banyak, hal ini karena proses pemanenan jagung dan kacang
tanah pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah tidak dilakukan
secara bersamaan sehingga membutuhkan tenaga kerja yang lebih
banyak. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id

Pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah penggunaan


tenaga kerja paling sedikit adalah pada proses pengendalian hama dan
penyakit. Hal ini karena pada saat penelitian serangan hama dan
penyakit pada tanaman jagung dan kacang tanah tidak terlalu banyak.
Penanggulaangan hama dan penyakit tanaman lebih banyak dilakukan
secara manual dan apabila dilakukan penyemprotan pestisida hanya
membutuhkan waktu 1-2 jam sekali penyemprotan.
Proses pemupukan tanaman jagung dan tanaman kacang tanah
pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah membutuhkan
jumlah tenaga kerja sebanyak 22,59 HKP/Ha. Meskipun pemupukan
jagung dan kacang tanah tidak dilakukan secara bersamaan, namun
jumlah tenaga kerja pemupukan pada usahatani tumpangsari jagung-
kacang tanah lebih sedikit dibandingkan pemupukan monokultur
jagung. Hal ini karena pada usahatani tumpangsari jagung kacang
tanah pemupukan pada tanaman kacang tanah hanya dilakukan
sebanyak dua kali dan pemupukannya cukup disebarkan, sehingga
tidak membutuhkan waktu yang lama. Pemupukan pada tanaman
jagung dengan membenamkan pupuk pada setiap tanaman jagung.
Pada sistem tanam monokultur jagung jarak tanam jagung lebih rapat
dari pada jarak tanam jagung pada sistem tanam tumpangsari jagung-
kacang tanah, sehingga jumlah tanaman jagung pada sistem tanam
monokultur juga lebih banyak. Hal ini menyebabkan pemupukan
tanaman jagung pada sistem tanam monokultur jagung ini
membutuhkan waktu yang lama.
Berdasarkan Tabel 14 dan Tabel 15 dapat diketahui bahwa total
penggunaan tenaga kerja tumpangsari jagung kacang tanah secara
keseluruhan tidak jauh berbeda dengan usahatani monokultur jagung.
Pada usahatani monokultur jagung total tenaga kerja 174,35HKP/Ha,
sedangkan tumpangsari jagung kacang tanah membutuhkan rata-rata
total tenaga kerja 178 HKP/Ha. Hal ini karena pada usahatani
tumpangsari jagung kacang tanah, sebagian besar petani tidak
melakukan proses pengeringan dan pasca panen kacang tanah,
sehingga biaya tenaga commit to user
untuk proses ini dapat ditekan.
perpustakaan.uns.ac.id 58
digilib.uns.ac.id

3. Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani


a. Biaya-biaya
Konsep biaya yang digunakan dalam analisis usahatani
monokultur jagung dan tumpangsari jagung-kacang tanah adalah biaya
mengusahakan. Adapun komponen biaya yang dikeluarkan petani
antara lain biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja, biaya pajak
tanah, biaya penyusutan alat, dan biaya pengangkutan hasil panen.
1) Biaya Sarana Produksi Usahatani Monokultur Jagung dan
Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah
Macam sarana produksi serta besar biayanya dapat dilihat pada
Tabel 16:
Tabel 16. Rata-rata Biaya Sarana Produksi pada Usahatani Monokultur
Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah MT
November 2010 sampai Februari 2011 di Kecamatan
Ngadirojo Kabupaten Wonogiri
Monokultur jagung Tumpangsari jagung-kacang
No Uraian tanah
Per UT Per Ha Per UT Per Ha
1 Benih (Rp)
a. Jagung 141.100,00 559.779,00 88.942,00 291.677,00
b. Kacang tanah 353.000,00 1.151.384,00
Jumlah 141.100,00 559.779,00 441.942,00 1.443.060,00
2 Pupuk Tanaman
Jagung
a. Kandang (Rp) 426.667,00 1.700.926,00 492.500,00 1.624.883,00
b. SP 36 (Rp) 31.167,00 130.953,00 21.267,00 67.418,00
c. Phonska (Rp) 67.680,00 245.132,00 28.240,00 99.121,00
d. Urea (Rp) 92.800,00 365.144,00 47.467,00 158.784,00
Jumlah 618.314,00 2.433.155,00 589.474,00 1.950.206,00
3 Pupuk Tanaman
Kacang Tanah
a. SP 36 (Rp) 0,00 0,00 44.000,00 141.778,00
b. Phonska (Rp) 0,00 0,00 33.240,00 126.094,00
c. Urea (Rp) 0,00 0,00 54.267,00 176.043,00
Jumlah 0,00 0,00 131.507,00 443.915,00
4. Pestisida kimia
a. Furadan (Rp) 2960,00 10.499,00 5.160,00 15.826,00
b. Fastac (Rp) 7333,00 31.842,00 9.933,00 31.389,00
c. Roundup (Rp) 5300,00 17.922,00 8.400,00 29.231,00
Jumlah 15.593,00 60.263,00 22.493,00 75.396,00
Total 775.007,00 2.978.197,00 1.185.416,00 3.912.577,00
Sumber: Analisis Datacommit
Primer to user
(Lampiran 7 – 10)
perpustakaan.uns.ac.id 59
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui bahwa pada usahatani


monokultur jagung dan tumpangsari jagung-kacang tanah biaya
pengadaan pupuk membutuhkan biaya paling besar jika dibndingkan
dengan biaya sarana produksi lainnya. Hal ini karena petani
membutuhkan pupuk dalam jumlah besar selama proses usahataninya.
Jenis pupuk yang digunakan dalam proses usahatani adalah pupuk
kandang, SP-36, Phonska dan urea. Petani mendapatkan pupuk
kandang dari hasil ternak sendiri dan apabila jumlahnya tidak
mencukupi maka petani akan membeli dari luar. Petani membeli pupuk
kandang dengan harga Rp.500,00/kg sudah temasuk biaya angkut.
Harga pupuk SP 36 di pasaran yang umumnya dibeli petani adalah
Rp.110.000,00/sak, dan berat satu sak pupuk urea adalah 50 kg,
sehingga harga pupuk SP 36 sebesar Rp. 2.200 /kg. Harga pupuk
phonska di pasaran yang umumnya dibeli petani adalah
Rp.120.000,00/sak, dan berat satu sak pupuk phonska adalah 50 kg,
sehingga harga pupuk phonska sebesar Rp. 2.400 /kg. Harga pupuk
urea di pasaran yang umumnya dibeli petani adalah Rp.80.000,00/sak,
dan berat satu sak pupuk urea adalah 50 kg, sehingga harga pupuk urea
sebesar Rp. 1.600/kg.
Selisih biaya pengadaan benih pada usahatani monokultur
jagung dan tumpangsari jagung kacang tanah cukup besar. Pada
usahatani monokultur jagung membutuhkan biaya benih
Rp.559.779,00/Ha/MT, sedangkan pada usahatani tumpangsari jagung
kacang tanah membutuhkan biaya pengadaan benih sebesar
Rp. 1.443.066,00/Ha/MT, hal ini karena pada usahatani tumpangsari
jagung-kacang tanah membutuhkan benih dalam jumlah banyak. Pada
sistem tanam tumpangsari jagung-kacang tanah kacang tanah ditanam
pada jarak yang cukup rapat sehingga kebutuhan benih per hektarnya
juga banyak.
Komponen biaya sarana produksi terkecil yang dikeluarkan oleh
petani adalah biaya commit to userpestisida yakni pada usahatani
pengadaan
perpustakaan.uns.ac.id 60
digilib.uns.ac.id

monokultur jagung sebesar Rp 60.263,00/Ha/MT dan pada usahatani


tumpangsari jagung kacang-tanah sebesar Rp 75.395,00/Ha/MT. Biaya
untuk pestisida pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah lebih
besar dari pada biaya pada usahatani monokultur jagung. Hal ini
karena hama dan penyakit yang menyerang tanaman jagung dan
kacang tanah pada sistem tanam tumpangsari jagung-kacang tanah
waktu dan jenisnya berbeda, pestisida yang digunakan untuk kedua
tanaman ini jenisnya juga berbeda. Hal ini menyebabkan biaya
pengadaan pestisida pada sistem tanam tumpangsari jagung-kacang
tanah lebih banyak daripada biaya pestisida pada sistem tanam
monokultur jagung.
Rata-rata total biaya yang dikeluarkan untuk usahatani
tumpangsari jagung-kacang tanah Rp. 3.912.577,00/Ha/MT, lebih
besar dari pada biaya untuk usahatani monokultur jagung yang hanya
sebesar Rp. 2.978.197,00/Ha/MT. Hal ini karena pada usahatani
tumpangsari jagung-kacang tanah petani membutuhkan biaya sarana
produksi pengadaan benih dalam jumlah besar, terutama untuk benih
kacang tanah selain itu komonen pestisida membutuhkan biaya yang
lebih banyak.
2) Biaya Tenaga Kerja
a) Biaya Tenaga Kerja Usahatani Monokultur Jagung
Rata-rata biaya penggunaan tenaga kerja dalam usahatani
monokultur jagung dapt dilihat pada Tabel 17.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 61
digilib.uns.ac.id

Tabel 17. Rata-rata Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani


Monokultur Jagung MT November 2010 sampai
Februari 2011 di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten
Wonogiri
Biaya Tenaga Kerja (Rp)
No Keterangan
Per UT Per Ha %
1. Pengolahan tanah 260.000,00 994.899,00 19,02
2. Penanaman 147.680,00 585.267,00 11,19
3. Pemupukan 164.840,00 713.586,00 13,64
4. Pemeliharaan 90.680,00 373.241,00 7,14
5. Pengendalian 16.970,00 66.478,00 1,27
hama dan penyakit
6. Pemanenan dan 256.410,00 981.162,00 18,76
pengangkutan
7. Pengeringan 213.330,00 818.103,00 15,84
8. Pemipilan 181.660,00 697.806,00 13,34
JUMLAH 1.351.570,00 5.230.542,00 100
Sumber: Analisis Data Primer (15 dan 17)
Upah per hari kerja di daerah penelitian ini sebesar
Rp.30.000,00 untuk tenaga kerja pria, dan Rp.20.000,00 untuk
tenaga kerja wanita. Tenaga kerja dari dalam keluarga petani juga
diperhitungkan dalam analisis dan diperhitungkan sama dengan
tenaga kerja dari luar.
Berdasarkan data Tabel 17 dapat dilihat bahwa total biaya
tenaga kerja yang digunakan pada usahatani monokultur jagung
adalah sebesar Rp. 5.230.542,00/Ha/MT, kegiatan pengolahan
tanah merupakan komponen yang membutuhkan biaya paling
besar yaitu rata-rata sebesar Rp. 994.899,00/Ha/MT untuk 33,16
HKP atau 19,02% dari total biaya tenaga kerja. Biaya tenaga kerja
paling sedikit dikeluarkan untuk pemberantasan hama dan penyakit
yaitu sebesar Rp. 66.478,00/Ha/MT untuk 2,22 HKP.
Kegiatan pengolahan tanah membutuhkan biaya besar karena
kegiatan ini juga memerlukan tenaga kerja dalam jumlah yang
banyak. Sedangkan kegiatan pengendalian hama dan penyakit
membutuhkan biaya kecil karena kegiatan ini tidak banyak
memakan waktu, selain itu hama dan penyakit yang menyerang
commit totidak
tanaman jagung jumlahnya userterlalu banyak.
perpustakaan.uns.ac.id 62
digilib.uns.ac.id

b) Biaya Tenaga Kerja Usahatani Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah


Rata-rata biaya penggunaan tenaga kerja dalam usahatani
tumpangsari jagung-kacang tanah dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Rata-rata Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani
Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah MT November 2010
sampai Februari 2011 di Kecamatan Ngadirojo
Kabupaten Wonogiri
Biaya Tenaga Kerja (Rp)
No. Keterangan
Per UT Per Ha %
1. Pengolahan tanah 308.000,00 1.035.229,00 19,39
2. Penanaman jagung 87.170,00 284.825,00 5,33
3. Penanaman kacang 125.220,00 414.779,00 7,77
tanah
4. Pemupukan jagung 159.500,00 525.947,00 9,85
5. Pemupukan 46.000,00 151.728,00 2,84
kacang tanah
6. Pemeliharaan 87.000,00 309.512,00 5,80
7. Pengendalian 20.700,00 68.560,00 1,28
hama dan penyakit
8. Pemanenan dan 182.500,00 606.478,00 11,36
Pengangkutan
jagung
9. Pemanenan dan 167.180,00 552.589,00 10,35
pengankutan
kacang tanah
10. Pengeringan 127.480,00 429.206,00 8,04
jagung
11. Pengeringan 69.180,00 224.032,00 4,20
kacang tanah
12. Pemipilan 154.400,00 527.004,00 9,87
13. Pasca panen 64.160,00 209.566,00 3,92
kacang tanah
JUMLAH 1.598.490,00 5.339.485,00 100
Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 16 dan 18)
Berdasarkan Tabel 18 dapat dilihat bahwa total biaya tenaga
kerja yang digunakan adalah sebesar Rp. 5.339.486,00/Ha/MT,
kegiatan pemanenan dan pengangkutan merupakan komponen
paling besar membutuhkan biaya yaitu rata-rata sebesar
Rp. 1.159.067,00/Ha/MT atau 21,71% dari total biaya tenaga kerja
yang terdiri dari biaya pemanenan dan pengangkutan jagung
commit to user
sebesar Rp. 606.478,00 dan biaya pemanenan dan pengangkutan
perpustakaan.uns.ac.id 63
digilib.uns.ac.id

kacang tanah sebesar Rp. 552.589,00/Ha/MT. Biaya tenaga kerja


paling sedikit dikeluarkan untuk pemberantasan hama dan penyakit
yaitu sebesar Rp. 68.560,00/Ha/MT.
Berdasarkan Tabel 17 dan 18 dapat diketahui bahwa rata-rata
biaya total penggunaan tenaga kerja pada usahatani tumpangsari
jagung-kacang tanah lebih besar dari pada usahatani monokultur
hai ini terjadi karena usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah
membutuhkan kegiatan usahatani yang lebih banyak dibandingkan
usahatani monokultur jagung. Misalnya saja, pada usahatani
tumpangsari jagung-kacang tanah, kegiatan penanaman,
pemupukan, dan pemanenan tidak dilakukan secara bersamaan
sehingga membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah yang lebih
banyak. Biaya tenaga kerja pada usahatani tumpangsari
tumpangsari jagung-kacang tanah dengan usahatani monokultur
jagung perbedaannya tidak terlalu jauh. Hal ini karena pada
usahatani tumpangsari jagung kacang tanah, sebagian besar petani
tidak melakukan proses pengeringan dan pasca panen kacang
tanah, sehingga biaya tenaga untuk proses ini dapat ditekan.
3) Biaya Lain-lain
Komponen biaya lain-lain yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi pajak tanah, biaya pengangkutan penjualan dan penyusauan
alat-alat pertanian. Besarnya biaya pajak akan dipengaruhi oleh
luasnya lahan sawah yang dimiliki oleh petani. Adapun biaya
penyusutan peralatan meliputi biaya penyusutan cangkul, ember,
bakul, keranjang, alat semprot, dan sabit yang diperlukan dalam
usahatani jagung. Masing-masing alat tersebut mempunyai umur
ekonomis yang berbeda-beda tergantung pada penggunaannya. Alat-
alat tersebut biasanya digunakan sampai rusak dan tidak dijual lagi,
sehingga alat-alat tersebut tidak memiliki nilai sisa (sama dengan nol).
Komponen biaya lain-lain yang dikeluarkan petani usahatani
monokultur jagungcommit
dan to user
tumpangsari jagung-kacang tanah di
perpustakaan.uns.ac.id 64
digilib.uns.ac.id

Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel


19.
Tabel 19. Rata-rata Biaya Lain-lain Usahatani Monokultur Jagung dan
Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah MT November 2010
sampai Februari 2011 di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten
Wonogiri
Usahatani Monokultur Usahatani Tumpangari
No Uraian Jagung (Rp) Jagung-Kacang Tanah (Rp)
Per UT Per Ha Per UT Per Ha
1 Pajak tanah 3484,00 13.333,00 4033,00 13.333,00
2 Pengangkutan 20.759,00 89.660,00 23.167,00 81.966,00
Penjualan
3 Penyusutan alat
a. Cangkul 4.630,00 19.663,00 4.797,00 17.023,00
b. Ember 2.659,00 10.827,00 2.461,00 8.695,00
c. Bakul 3.499,00 14.614,00 2.492,00 8.977,00
d. Keranjang 3.906,00 16.391,00 3.772,00 13.526,00
e. Kresek 8.111,00 33.540,00 8.333,00 28.587,00
f. Sprayer 278,00 675,00 417,00 1.806,00

g. Sabit 3019,00 12351,00 6.305,00 18.318,00


Total 50.346,00 211.056,00 55.778,00 192.091,00
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 19-22)
Berdasarkan data Tabel 19 dapat diketahui bahwa total biaya
lain-lain pada usahatani monokultur jagung sebesar
Rp. 211.056,00/Ha/MT lebih besar dari total biaya lain-lain pada
usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah yang hanya mencapai
Rp. 192.091,00/Ha/MT. Hal ini karena pengangkutan hasil panen pada
usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah jumlahnya lebih sedikit
jika dibandingkan dengan pengangkutan hasil panen pada usahatani
monokultur jagung. Pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah,
petani terkadang tidak mengeluarkan biaya untuik pengangkutan
kacang tanah karena hasil panen kacang tanah terkadang langsung
diangkut oleh tengkulak terutama saat panen raya. Hal ini juga
dipengaruhi oleh kepemilikan alat-alat pertanian yang digunakan
petani dalam bercocok tanam. Pada usahatani monokultur jagung
komponen biaya terbesar terdapat pada biaya penyusutan alat yakni
commit
sebesar Rp. 108.062,00. Samato halnya
user dengan usahatani monokultur,
perpustakaan.uns.ac.id 65
digilib.uns.ac.id

pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah, komponen biaya


terbesar terdapat pada biaya penyusutan alat yakni sebesar
Rp.96.792,00. Besarnya biaya pada penyusutan alat karena pada kedua
usahatani ini ,menggunakan alat pertaniaan yang cukup banyak dan
umur ekonomis dari barang pertaniaan yang tidak terlalu lama.
4) Biaya Total
Biaya total merupakan biaya mengusahakan yang terdiri atas
biaya untuk pembelian sarana produksi, upah tenaga kerja luar dan
keluarga, dan biaya lain-lain yang dikeluarkan petani untuk
pembiayaan usahataninya. Biaya total yang dikeluarkan dalam
usahatani monokultur jagung dan tumpangsari jagung-kacang tanah di
Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel
20.
Tabel 20. Rata-rata Biaya Total Usahatani Monokultur Jagung dan
Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah MT November 2010
sampai Februari 2011 di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten
Wonogiri
Usahatani Monokultur Usahatani Tumpangari
No Uraian Jagung (Rp) Jagung-Kacang Tanah (Rp)
Per UT Per Ha Per UT Per Ha
1 Biaya saprodi 775.007,00 2.978.197,00 1.185.415,00 3.912.577,00
2 Biaya tenaga 1.351.570,00 5.230.542,00 1.598.490,00 5.339.486,00
kerja
3 Biaya lain-lain 50.346,00 211.056,00 55.778,00 192.091,00
Total 2.176.923,00 8.419.795,00 2.839.683,00 9.444.154,00
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 23 - 26)
Dari Tabel 20 dapat diketahui bahwa komponen biaya terbesar
yang dikeluarkan dalam usahatani monokultur jagung dan tumpangsari
jagung-kacang tanah adalah biaya tenaga kerja. Tenaga kerja yang
digunakan di daerah penelitian adalah tenaga kerja luar (buruh tani)
dan tenaga kerja dalam (keluarga). Besarnya biaya tenaga kerja yang
dikeluarkan oleh petani karena banyaknya kegiatan usahatani yang
membutuhkan banyak tenaga kerja dan curahan waktu kerja yang
cukup lama. Selain itu, proses usahatani dari pengolahan lahan hingga
commit to user
proses pasca panen semuanya menggunakan tenaga manusia
perpustakaan.uns.ac.id 66
digilib.uns.ac.id

Rata-rata total biaya pada usahatani tumpangsri jagung kacang


tanah adalah Rp. 9.444.154,00/Ha/MT lebih besar daripada usahatani
monokultur Jagung Rp. 8.419.795,00/Ha/MT. Hal ini disebabkan
karena biaya untuk pengadaan saprodi dan upah tenaga kerja pada
usahatani tumpangsri jagung kacang tanah lebih besar. Usahatani
tumpangsri jagung kacang tanah membutuhkan biaya saprodi yang
cukup banyak, terutama untuk pembelian benih karena membutuhkan
benih jagung dan kacang tanah. Usahatani tumpangsri jagung kacang
tanah membutuhkan keuletan dan pemeliharaan yang lebih banyak
daripada usahatani monokultur jagung. Misalnya pada kegiatan
penanaman petani membutuhkan tenaga dan curahan waktu yang lebih
lama karena menanam dua tanaman, selain itu perlu ketelian khusus
mengatur jarak tanam agar kedua tanaman dapat tumbuh dengan baik.
selain itu kegiatan pemupukan dan pemanenan juga tidak dilakukan
secara bersamaan sehingga membutuhkan tenaga kerja yang lebih
banyak.
b. Peneriman Total Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari
Jagung-Kacang Tanah
Penerimaan usahatani dalam penelitian ini merupakan nilai
uang yang diterima petani dari hasil produksi usahatani, diperoleh dari
hasil perkalian antara jumlah produksi dengan harga jual produk per
kilogram. Rata-rata penerimaan usahatani monokultur jagung dan
tumpangsari jagung-kacang tanah di kecamatan Ngadirojo, Kabupaten
Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 21.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 67
digilib.uns.ac.id

Tabel 21. Rata-rata Produksi, Harga dan Penerimaan Total Usahatani


Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah
MT November 2010 sampai Februari 2011 di Kecamatan
Ngadirojo Kabupaten Wonogiri
Usahatani Monokultur Jagung Usahatani Tumpangsari
No Uraian Jagung-Kacang Tanah
Per UT Per Ha Per UT Per Ha
1 Produksi (Kg)
a. Jagung pipilan 1223,33 4.744,66 743,33 2.460,21
b. Kacang 0,00 0,00 782,61 2.613,29
polong basah
c. Kacang ose 0,00 0,00 371,43 1.192,40
2 Harga (Rp/ Kg)
a. Jagung pipilan 3016,00 3.017,00 3010,00 3010,00
b. Kacang 0,00 0,00 3.500,00 3.500,00
polong basah
c. Kacang ose 0,00 0,00 12.500,00 12.500,00
3 Penerimaan (Rp) 3.691.167,00 14.313.521,00 5.423.000,00 17.893.633,00
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 23 – 26)
Berdasarkan Tabel 21, dapat diketahui bahwa rata-rata produksi
jagung yang diperoleh petani pada usahatani monokultur jagung adalah
4.744,66 kg/Ha, dengan harga jagung Rp.3.017,00/kg. Seluruhnya
jagung dijual petani dalam bentuk pipilan, harganya berkisar dari
Rp.2.900,00/kg sampai Rp. 3.000,00/kg. Sedangkan pada usahatani
tumpangsari jagung-kacang tanah, rata-rata produksi jagung yang
diperoleh petani adalah 2.460,21kg/Ha dimana semua jagung juga
dijual dalam bentuk pipilan dengan harga Rp 3.010,00/kg. Hasil panen
kacang tanah pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah dijual
dalam bentuk kacang polong basah dan kacang tanah ose. Rata-rata
produksi kacang tanah dalam bentuk polong basah adalah sebesar
2.613,29 kg/Ha dengan harga Rp. 3500,00/kg, sedangkan rata-rata
produksi kacang tanah yang dijual dalam bentuk ose adalah
1.192,40kg/Ha dengan harga Rp.12.500,00/kg.
Penerimaan usahatani tupangsari jagung-kacang tanah
Rp. 17.893.633,00/Ha/MT lebih besar daripada usahatani monokultur
jagung Rp. 14.313.521,00/Ha/MT. Hal ini disebabkab karena pada
usahatani tumpangsaricommit
jagung to user tanah karena petani memperoleh
kacang
perpustakaan.uns.ac.id 68
digilib.uns.ac.id

penerimaan tambahan dari hasil tanaman kacang tanah. Jika pada saat
panen harga kacang tanah mahal, maka penerimaan petani akan lebih
besar.
Kebanyakan petani didaerah penelitian memilih menjual kacah
tanah dalam keadaan polong basah atau setelah panen kacang tanah
langsung dijual tanpa melakukan proses pasca panen. Terkadang pada
saat panen raya kacang tanah terdapat tengkulak yang langsung
membeli kacang tanah milik petani. Petani langsung menjual kacang
tanahnya setelah panen dengan beberapa alasan diantaranya petani
akan lebih cepat memperoleh uang dari hasil panennya, selain itu
karena musim hujan yang panjang dan tidak ada panas matahari
membuat petani kesulitan jika ingin menjual kacang tanah dalam
bentuk ose, karena kacang tanah tidak dapat kering sempurna dan
terkadang timbul jamur.
c. Pendapatan Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-
Kacang tanah
Pendapatan usahatani dalam penelitian ini diperoleh dengan
menghitung selisih antara penerimaan usahatani dan biaya usahatani
selama satu musim tanam. Rata-rata pendapatan usahatani monokultur
jagung dan tumpangsari jagung-kacang tanah dalam satu kali masa
tanam dapat kita lihat dalam Tabel 22.
Tabel 22. Rata-rata Total Pendapatan Usahatani Monokultur Jagung
dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah MT November
2010 sampai Februari 2011 di Kecamatan Ngadirojo
Kabupaten Wonogiri
Usahatani Monokultur Jagung Usahatani Tumpangsari
No Uraian (Rp) Jagung-Kacang Tanah (Rp)
Per UT Per Ha Per UT Per Ha
1 Total 3.691.167,00 14.313.521,00 5.423.000,00 17.893.633,00
penerimaan
2 Total biaya 2.176.923,00 8.419.794,00 2.839.683,00 9.444.154,00
3 Total pendapatan 1.514.244,00 5.893.727,00 2.583.317,00 8.449.479,00
Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 23 – 26)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 69
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan Tabel 22 dapat diketahui bahwa usahatani


tumpangsari jagung-kacang tanah memliliki pendapatan sebesar
Rp. 8.449.479,00/Ha/MT lebih besar dari pada pendapatan usahatani
monokultur jagung yang memiliki pendapatan sebesar
Rp. 5.893.727,00/Ha/MT. Walaupun biaya usahatani tumpangsari
jagung-kacang tanah lebih besar daripada biaya usahatani monokultur
jagung, namun pendapatan usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah
lebih besar karena penerimaan tumpangsari jagung-kacang tanah yang
jauh lebih besar daripada usahatani jagung dengan monokultur jagung.
4. Efisiensi Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang
Tanah
Rata-rata efisiensi usahatani monokultur jagung dan tumpangsari
jagung-kacang tanah dalam satu kali masa tanam dapat kita lihat dalam
Tabel 23.
Tabel 23. Rata-rata Efisiensi Total Usahatani Monokultur Jagung dan
Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah MT November 2010
sampai Februari 2011 di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten
Wonogiri
No. Uraian Monokultur Tumpangsari
Per Ha Per Ha
1 Total penerimaan 14.313.521,00 17.893.633,00
usahatani (Rp)
2 Total biaya usahatani (Rp) 8.419.794,00 9.444.154,00
3 Efisiensi 1,70 1,90
Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 23 – 26)
Tabel 23 di atas menunjukkan bahwa R/C Ratio pada usahatani
nonokultur jagung besarnya 1,70, sedangkan R/C Ratio pada usahatani
tumpangsari jagung-kacang tanah 1,90. Nilai R/C Ratio kedua usahatani
lebih dari 1 yang menunjukkan bahwa kedua usahatani efisien dengan nilai
R/C Ratio pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah lebih tinggi
daripada usahatani monokultur jagung. Pada usahatani monokultur jagung,
nilai R/C 1,70 hal ini berarti bahwa dengan biaya input sebesar Rp. 1,00
pada usahatani monokultur jagung akan memberikan penerimaan sebesar
Rp. 1,70. Pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah nilai R/C
commit to user
sebesar 1,90 hal ini berarti bahwa dengan biaya input sebesar Rp. 1,00
perpustakaan.uns.ac.id 70
digilib.uns.ac.id

pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah akan memberikan


penerimaan sebesar Rp. 1,90.
5. Perbandingan Pendapatan Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari
Jagung-Kacang Tanah
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah pendapatan
usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah lebih tinggi daripada usahatani
monokultur jagung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan
usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah (Rp. 8.449.479,00) lebih besar
daripada pendapatan monokultur jagung (Rp. 5.893.727,00).
Hasil uji t menunjukkan bahwa thitung besarnya 6,264, sedangkan ttabel
(α=0,05) besarnya 1,699. Nilai thitung lebih besar daripada ttabel,, maka
pendapatan usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah
(Rp. 8.449.479,00/Ha/MT) lebih tinggi daripada pendapatan usahatani
monokultur jagung (Rp. 5.893.727,00/Ha/MT). Berdasarkan uji t,
usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah memberikan pendapatan lebih
tinggi dari pada usahatani monokulktur jagung. Hal ini karena pada
usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah memiliki penerimaan
(Rp. 17.893.633,00/Ha/MT) lebih besar dari pada penerimaan pada
usahatani monokultur jagung (Rp. 14.313.521,00/Ha/MT).
Penerimaan yang lebih besar ini karena pada usahatani tumpangsari
jagung kacang tanah petani memperoleh output berupa jagung dan kacang
tanah, sedangkan pada usahatani monokultur jagung petani hanya
memperoleh output berupa jagung. Produksi jagung dengan sistem tanam
tumpangsari jagung kacang tanah rata-rata hanya mencapai ½ dari
produksi jagung yang ditanam dengan sistem monokultur jagung, namun
karena pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah ini petani
memperoleh output berupa kacang tanah, maka dapat meningkatkan
penerimaan petani.
Produksi tanaman jagung pada sistem tanam tumpangsari jagung-
kacang tanah lebih tinggi dari pada produksi tanaman jagung pada sistem
commit
tanam monokultur jagung. to user
Hal ini karena pada usahatani tumpangsari
perpustakaan.uns.ac.id 71
digilib.uns.ac.id

jagung-kacang tanah. Pertumbuhan tanaman jagung lebih optimal, dimana


pada tanaman jagung yang ditanam dengan sistem tanam tumpangsari
jagung kacang tanah, tanaman jagung memiliki tongkol yang lebih besar
dan berbuah lebih lebat jika dibandingkan dengan produksi jagung pada
budidaya monokultur jagung. Pada usahatani monokultur jagung, tanaman
jagung ditanam dengan jarak tanam yang cukup rapat, hal ini
menyebabkan tanaman jagung banyak yang terserang penyakit serta tidak
dapat tumbuh optimal dan bertongkol kecil.
Harga jagung pipilan sebesar Rp. 3.000,00, sedangkan kacang tanah
yaitu Rp. 3.500/kg (kacang tanah dalam bentuk polong basah) dan
Rp. 12.500/kg (kacang tanah bentuk ose). Harga kacang tanah yang lebih
tinggi ini mampu meningkatkan penerimaan petani tumpangsari jagung-
kacang tanah. Penerimaan petani dari tanaman kacang tanah yang ditanam
secara tumpangsari jagung-kacang tanah sebesar Rp. 10.490.170,00 atau
58,63% dari total penerimaan (Rp. 17.893.633,00/Ha/MT). Proporsi
penerimaan dari tanaman kacang tanah yang besar ini mampu
meningkatkan penerimaan pada usahatani tumpangsari jagung-kacang
tanah.
Total biaya pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah
Rp. 9.444.154,00/Ha/MT, sedangkan total biaya pada usahatani
monokultur Rp. 8.419.794,00/Ha/MT. Pada usahatani tumpangsari jagung
kacang tanah, rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk pembudidayaan
kacang tanah ± 50% dari total biaya. Pada usahatani tumpangsari jagung-
kacang tanah proporsi biaya pembudidayaan kacang tanah yang mencapai
50% dari total biaya ternyata mampu memberikan penerimaan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan penerimaan dari tanaman jagung, sehingga hal
ini mampu meningkatkan pendapatan usahatani tumpangsari jagung-
kacang tanah.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 72
digilib.uns.ac.id

6. Perbandingan Efisiensi Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari


Jagung-Kacang Tanah
Pendapatan yang tinggi belum tentu bahwa usahatani tersebut
efisien, maka dari itu suatu usahatani perlu dihitung besarnya nilai
efisiensi. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah efisiensi
usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah lebih tinggi dari pada efisiensi
usahatani monokultur jagung. Pada usahatani tumpangsari jagung-kacang
tanah perbandingan antara penerimaan (Rp. 17.893.633,00/Ha/MT) dan
total biaya (Rp. 9.444.154,00/Ha/MT) lebih besar dari pada usahatani
monokultur jagung dengan perbandingan antara penerimaan
(Rp. 14.313.521,00/Ha/MT) dan total biaya (Rp. 8.419.794,00/Ha/MT.
Usahatani tuimpangsari jagung-kacang tanah memiliki efisiensi (1,90)
lebih besar dari pada efisiensi usahatani monokultur jagung (1,70).
Hasil uji t menunjukkan bahwa thitung besarnya 4,672, sedangkan ttabel
(α=0,05) besarnya 1,699. Nilai thitung lebih besar daripada ttabel, maka
efisiensi usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah (1,90) lebih tinggi
daripada efisiensi usahatani monokultur jagung (1,70). Pada usahatani
monokultur jagung, nilai R/C 1,70 hal ini berarti bahwa dengan biaya
input sebesar Rp. 1,00 pada usahatani monokultur jagung akan
memberikan penerimaan sebesar Rp. 1,70. Pada usahatani tumpangsari
jagung-kacang tanah nilai R/C sebesar 1,90 hal ini berarti bahwa dengan
biaya input sebesar Rp. 1,00 pada usahatani tumpangsari jagung-kacang
tanah akan memberikan penerimaan sebesar Rp. 1,90. Efisiensi usahatani
tumpangsari jagung kacang tanah lebih tinggi daripada efisiensi usahatani
monokultur jagung karena dengan pengeluaran biaya input yang sama
yakni sebesar Rp. 1,00 pada usahatani monokultur jagung dan tumpangsari
jagung-kacang tanah akan memberikan penerimaan yang berbeda, dimana
pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah akan memberikan
penerimaan yang lebih tinggi dari pada penerimaan usahatani monokultur
jagung.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 73
digilib.uns.ac.id

Hal ini karena pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah,


pemanfaatan dari tenaga kerja lebih optimal. Pada usahatani tumpangsari
jagung-kacang tanah kegiatan pengolahan tanah dan pemeliharaan dapat
dilakukan secara bersamaan, sehingga dapat memanfaatkan tenaga kerja
lebih optimal karena dapat membudidayakan dua tanaman sekaligus. Pada
usahatani monokultur distribusi tenaga kerja sering tidak merata, dimana
ada masa-masa tidak ada pekerjaan sama sekali. Pada sistem tanam
tumpangsari kegiatan penanaman dan pemanenan dilakukan secara
berangsur-angsur sehingga pembagian tenaga kerja lebih merata
(Thahir,1992: 23)
Tanaman kacang tanah adalah tanaman yang mampu mengikat
nitrogen sehingga mampu menyuburkan tanah. Hal ini sangat bermanfaat
bagi tanaman jagung dan kacang tanah karena mampu mendukung
pertumbuhan, sehingga tanaman jagung dan kacang tanah mampu
berproduksi tinggi.
Tumpangsari jagung-kacang tanah juga merupakan salah satu upaya
mengatasi fluktuasi harga jagung, maksudnya apabila tanaman jagung
tumbuh jelek atau mati masih didapat jenis tananam kacang tanah yang
diharapkan dapat menghasilkan dan memberikan penerimaan bagi petani.
Usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah lebih efisien dari pada
mobnokultur jagung karena sistem tanam tumpangsari mampu
memanfaatkan input secara optimal dan akan memberikan penerimaan
yang lebih tinggi dibandingkan monokultur jagung.
7. Kendala Petani dalam Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari
Jagung-Kacang tanah
Petani dalam membudidayakan tanaman jagung baik dengan sistem
tanam tumpangsari maupun sistem tanam monokultur sering menghadapi
beberapa kendala. Kendala yang sering muncul pada saat proses budidaya
diantaranya yaitu terkadang sering terjadi serangan hama dan penyakit
pada tanaman yang menyebabkan produksi tanaman menurun. Petani
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 74
digilib.uns.ac.id

biasanya menanggulangi hama dan penyakit ini dengan pemberian


pestisida.
Kendala lain yang sering muncul adalah tingginya harga saprodi
serta harga jual jagung yang fluktuatif terutama pada saat panen tiba.
Pada saat harga jual jagung rendah, petani mengatasinya dengan
menyimpan buah jagung terlebih dahulu dan menjualnya saat harga buah
jagung tinggi. Petani menyimpan tanaman jagung dalam keadaan masih
bertongkol dan masih terdapat kelobot untuk menggantung buah jagung.
Petani menyimpan jagung dalam keadaan masih bertongkol agar biji
jagung tidak rusak dan biji jagung tidak berjamur. Pada saat harga jagung
stabil atau harga jagung sudah tinggi, petani baru memipilnya dan
menjualnya ke pasar.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 75
digilib.uns.ac.id

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian tentang analisis komparatif usahatani monokultur
jagung dan tumpangsari jagung-kacang tanah di Kabupaten Wonogiri ini,
kesimpulan yang dapat diambil antara lain :
1. Besarnya biaya mengusahakan pada usahatani monokultur jagung adalah
Rp. 8.419.794,00/Ha/MT, besarnya penerimaan adalah
Rp. 14.313.521,00/Ha/MT, sehingga pendapatan yang diperoleh petani
adalah Rp. 5.893.727,00/Ha/MT. Besarnya biaya mengusahakan pada
usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah adalah
Rp. 9.444.154,00/Ha/MT besarnya penerimaan adalah
Rp. 17.893.633,00/Ha/MT, sehingga pendapatan yang diperoleh petani
adalah Rp 8.449.479,00Ha /Ha/MT.
2. Usahatani tumpangsari jagung kacang-tanah memiliki pendapatan yang
lebih tinggi jika dibandingkan dengan usahatani monokultur jagung (Hasil
uji t pendapatan menunjukkan bahwa thitung nilainya 6,264 lebih besar dari
pada ttabel yang nilainya 1,699)
3. Usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah lebih efisien untuk
dikembangkan daripada usahatani monokultur jagung (Hasil uji t efisiensi
menunjukkan bahwa thitung nilainya 4,672, lebih besar dapi pada ttabel yang
nilainya 1,699)

2. Saran
Dari hasil penelitian ini, disarankan petani dan pemerintah daerah
Kabupaten Wonogiri lebih memperhatikan pengembangan usahatani jagung
secara tumpangsari salah satunya tumpangsari jagung-kacang tanah. Hal ini
dapat diwujudkan antara lain dengan :
1. Petani menggunakan sistem tanam tumpangsari jagung-kacang tanah
daripada monokultur jagung, karena sistem tanam tumpangsari jagung-
kacang tanah memberikan pendapatan dan efisiensi yang lebih tinggi
commit
daripada usahatani monokultur to user
jagung.
perpustakaan.uns.ac.id 76
digilib.uns.ac.id

2. Petugas penyuluh lapang lebih aktif untuk memotifasi petani agar mau
membudidayakan tumpangsari jagung-kacang tanah serta memberikan
pengetahuan tentang budidaya tumpangsari jagung-kacang tanah agar
kedua tanaman dapat tumbuh dengan optimal dan berproduksi lebih tinggi.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai