id
SKRIPSI
Oleh :
Eka Widiarti
H 0304067
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
SKRIPSI
Jurusan/Program Studi
Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis
Oleh :
Eka Widiarti
H 0304067
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
2010
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dr. Ir. Mohd Harisudin, MSi Erlyna Wida Riptanti, SP.MP Setyowati, SP.MP
NIP. 19671012 199302 1 001 NIP. 19780708 200312 2 002 NIP. 19710322 199601 2 001
Mengetahui,
Universitas Sebelas Maret
Fakultas Pertanian
Dekan
commit
Prof. Dr. Ir. H.toSuntoro,MS
user
NIP. 19551217 198203 1 003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9. Suamiku dan anakku ‘Dana Aji’ yang selalu memberikan doa, semangat dan
kebahagiaan untuk selalu berusaha.
10. Bupati Kabupaten Wonogiri, Kepala Kesbanglinmas Kabupaten Wonogiri,
Kepala Kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri, beserta staff yang
telah memberikan bantuan, informasi dan data guna penyusunan skripsi ini.
11. Masyarakat Wonogiri khususnya Kecamatan Kismantoro, Kelurahan Bugelan
dan Kelurahan Pucung atas kerjasama dan bantuannya.
12. Teman-teman Agrobisnis 2004 yang selalu semangat dan menjadi motivasiku
dalam belajar.
13. Semua pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan skripsi ini dan
memberi dukungan, doa dan semangat bagi penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun
penulis berharap semoga ini semua dapat bermanfaat bagi pembaca. Terimakasih.
Surakarta, 2010
Eka Widiarti
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. ii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................ v
DAFTAR TABEL ................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ x
RINGKASAN ........................................................................................... xii
SUMMARY .............................................................................................. xiii
I. PENDAHULUAN......................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 5
D. Kegunaan Penelitian ............................................................... 5
II. LANDASAN TEORI ................................................................... 7
A. Penelitian Terdahulu ............................................................... 7
B. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 9
1. Komoditas Jahe ................................................................. 9
2. Pemasaran ......................................................................... 13
3. Saluran dan Lembaga Pemasaran ..................................... 15
4. Biaya, Penerimaan, Keuntungan ....................................... 17
5. Efisiensi Pemasaran ........................................................... 18
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ..................................... 19
D. Hipotesis .................................................................................. 23
E. Asumsi ..................................................................................... 24
F. Pembatasan Masalah ............................................................... 24
G. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel ......... 24
III. METODE PENELITIAN ........................................................... 26
A. Metode Dasar Penelitian ......................................................... 26
B. Metode Penentuan Responden ................................................ 26
1. Penentuan Lokasi Penelitian ............................................ 26
2. Penentuan Desa Sampel .................................................... 29
3. Penentuan Petani Sampel ................................................... 29
4. Penentuan Lembaga Pemasaran ......................................... 31
C. Jenis dan Sumber Data ............................................................. 31
1. Data Primer ........................................................................ 31
2. Data Sekunder .................................................................... 31
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 31
1. Wawancara ......................................................................... 31
2. Observasi .......................................................................... 31
commit to user
3. Pencatatan .......................................................................... 31
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul
Lampiran 1. Surat Rekomendasi Penelitian
Lampiran 2. Peta Kabupaten Wonogiri
Lampiran 3. Peta Kecamatan Kismantoro
Lampiran 4. Kuesioner Penelitian Skripsi Untuk Produsen Jahe
Lampiran 5. Kuesioner Penelitian Skripsi Untuk Pedagang Jahe
Lampiran 6. Identitas Petansi Jahe di Kecamatan Kismantoro Kabupaten
Wonogiri
Lampiran 7. Identitas Lembaga Pemasaran Jahe di Kecamatan Kismantoro
Kabupaten Wonogiri
Lampiran 8. Jalur Pemasaran Jahe Yang Lalui Saluran Pemasaran I
Lampiran 9. Jalur Pemasaran Jahe Yang Lalui Saluran Pemasaran II
Lampiran 10. Jalur Pemasaran Jahe Yang Lalui Saluran Pemasaran III
Lampiran 11. Jalur Pemasaran Jahe Yang Lalui Saluran Pemasaran IV (Jahe
Simplisia)
Lampiran 12. Fungsi Pemasaran Jahe yang lalui Saluran Pemasaran I
Lampiran 13. Fungsi Pemasaran di Tingkat Pedagang Pengepul Desa yang Lalui
Saluran Pemasaran II
Lampiran 14. Fungsi Pemasaran di Tingkat Pedagang Pengepul Kecamatan yang
Lalui Saluran Pemasaran II
Lampiran 15. Fungsi Pemasaran Di Tingkat Pedagang Pengepul
Kecamatan Yang Lalui Saluran Pemasaran III (Jahe Basah)
Lampiran 16. Fungsi Pemasaran Di Tingkat Pedagang Pengepul Kecamatan yang
Lalui Saluran Pemasaran IV (Jahe Simplisia)
Lampiran 17. Jarak Pemasaran Jahe Yang Ditempuh Oleh Lembaga Pemasaran
Pada Saluran Pemasaran I
Lampiran 18. Jarak Pemasaran Jahe Yang Ditempuh Oleh Lembaga Pemasaran
Pada Saluran Pemasaran II
Lampiran 19. Jarak Pemasaran Jahe Yang Ditempuh Oleh Lembaga Pemasaran
Pada Saluran Pemasaran III (Jahe Basah)
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Lampiran 20. Jarak Pemasaran Jahe Yang Ditempuh Oleh Lembaga Pemasaran
Pada Saluran Pemasaran IV (Jahe Simplisia)
Lampiran 21. Gambar Tanaman dan Produk Jahe
Lampiran 22. Gambar Pengemasan Jahe Basah
Lampiran 23. Gambar Pengolahan Jahe Simplisia
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertanian merupakan sektor terpenting dalam pembangunan Indonesia,
terutama dalam pembangunan ekonomi. Keberhasilan pembangunan sektor
pertanian di Indonesia dapat dijadikan sebagai indikator keberhasilan pem-
bangunan ekonomi yang terbesar mengingat peran sektor pertanian yang
cukup penting yaitu, selain menjadi sektor penyedia kebutuhan pangan
nasional, juga menjadi sektor penyedia kebutuhan bahan baku bagi sektor
industri.
Pembangunan pertanian pada dasarnya mempunyai tujuan yaitu untuk
meningkatkan hasil dan mutu produksi pertanian, memperluas lapangan pe-
kerjaan, meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani, menunjang kegiatan
industri serta meningkatkan devisa negara (Soekartawi,2003). Oleh sebab itu,
untuk meningkatkan kesejahteraan petani perlu adanya budidaya tanaman
yang dapat meningkatkan kesejahteraan petani itu sendiri.
Menurut Soekartawi (2003), pertanian dalam arti luas terdiri dari lima
sektor, yaitu tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan ke-
hutanan. Kelima sektor pertanian tersebut bila ditangani dengan serius mampu
memberikan sumbangan yang besar bagi perekonomian Indonesia mendatang.
Tanaman hortikultura termasuk dalam sektor tanaman pangan, saat ini
banyak dikembangkan di Indonesia. Salah satu tanaman hortikultura yang
banyak dibudidayakan adalah tanaman biofarmaka atau tanaman obat. Bu-
didaya tanaman obat banyak dikembangkan di Indonesia karena keadaan tanah
dan iklim yang cocok untuk budidaya tanaman obat. Selain itu, banyaknya
industri yang berbahan baku tanaman obat memungkinkan terus berkembang-
nya budidaya tanaman obat.
Jahe (Zingiber officinale Rosc.) adalah tanaman obat yang banyak
dikenal oleh masyarakat. Selain sebagai tanaman obat, jahe juga dimanfaatkan
untuk bahan minuman, makanan, dan rempah. Menurut Secapramana (1999),
di balik rasanya yang pedas,commit to user
jahe mengandung zat-zat yang berguna bagi
1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id
tubuh manusia. Tak heran bila sejak lama dikenal ada wedang (minuman)
jahe, permen jahe, atau bandrek (minuman yang mengandung jahe).
Kabupaten Wonogiri mempunyai kondisi alam yang cocok untuk
pengembangan tanaman obat. Salah satu tanaman obat yang banyak diusaha-
kan di Kabupaten Wonogiri adalah tanaman jahe.
Tabel 1. Luas Tanam dan Produksi Tanaman Jahe di Kabupaten Wonogiri
Tahun 2004-2008
Tahun Luas Tanam (Ha) Produksi Rimpang Basah
(Ton)
2004 89,00 421,00
2005 240,00 1.056,35
2006 255,00 1.167,68
2007 302,83 1.319,22
2008 490,36 6.628,38
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Wonogiri
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa luas tanam dan produksi
tanaman jahe di Kabupaten Wonogiri dari tahun 2004 sampai tahun 2008
mengalami peningkatan. Peningkatan produksi jahe ini dipengaruhi oleh luas
tanam dan luas panen jahe. Setiap tahun jahe yang ditanam tidak seluruhnya
dipanen seluas tanam tanaman jahe. Jadi setiap tahun masih terdapat sisa areal
tanam yang belum dipanen. Hal ini dikarenakan oleh adanya areal tanam jahe
yang rusak dan juga adanya luas penanaman baru atau tambah tanam sehingga
panen jahe dilakukan tidak bersamaan, seperti disajikan pada Tabel 2 berikut
ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id
Sebab tanpa bantuan sistem pemasaran, pelaku bisnis akan rugi karena barang
hasil produksinya tidak dapat dijual. Seperti diungkapkan Mosher dalam
Mubyarto (1995) bahwa pemasaran merupakan syarat mutlak dalam pem-
bangunan pertanian. Tanpa adanya pemasaran hasil-hasil pertanian, maka per-
tanian akan bersifat statis dan usahataninya hanya akan ditujukan untuk me-
menuhi kebutuhan petani saja.
Daerah penghasil jahe di Kabupaten Wonogiri tersebar di seluruh
kecamatan di Wonogiri. Jahe yang dipasarkan di Kabupaten Wonogiri terdiri
dari dua bentuk yaitu, bentuk rimpang dan bentuk olahan. Jahe dalam bentuk
rimpang dipasarkan dalam bentuk rimpang basah, sedangkan jahe yang dipa-
sarkan dalam bentuk olahan berupa jahe simplisia dan jahe serbuk. Pemasar-
an jahe secara umum dilakukan oleh petani melalui pedagang pengepul baik
pedagang pengepul kecamatan maupun pedagang pengepul desa. Biasanya pe-
dagang pengepul ini akan mendatangi petani jahe ke rumah masing-masing
petani untuk membeli jahenya. Sedangkan pedagang pengepul akan menjual
jahe kembali keluar daerah maupun lokal. Pemasaran secara lokal dilakukan
oleh pedagang pengepul kepada pabrik jamu yang ada di Wonogiri. Bertolak
dari hal inilah peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai analisis
marjin pemasaran jahe di Kabupaten Wonogiri.
B. Rumusan Masalah
Pemasaran hasil pertanian di Indonesia merupakan bagian yang paling
lemah dalam rantai perekonomian atau aliran barang–barang. Efisiensi dibi-
dang pemasaran hasil pertanian juga masih rendah sehingga kemungkinan
untuk ditingkatkan masih besar. Sesuai kenyataan itulah, diperlukan pe-
nanganan masalah pemasaran yang tepat, yang diharapkan dapat menimbulkan
gairah petani untuk meningkatkan hasil produksinya.
Pada umumnya petani jahe hanya sebagai price taker. Jadi dengan
keadaan tersebut, menjadikan lemahnya petani dalam kegiatan pemasaran ka-
rena petani cenderung menerima berapa saja harga yang diterima dari pe-
dagang pengepul. Harga jahe seringkali tidak stabil. Tiap minggu harga jahe
mengalami perubahan, kadangcommit to user
bisa naik tapi juga bisa turun dengan drastis.
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id
Sebagai contoh adanya fluktuasi harga jahe yaitu, harga jahe pada hari ini Rp
2.500,00 per Kg, setelah 5 hari kemudian harga jahe turun drastis hingga men-
capai Rp 1.000,00 per Kg. Perubahan harga jahe ini membuat petani seringkali
mengeluh karena terkadang hanya memperoleh pendapatan yang rendah.
Dalam pemasaran jahe terdapat dua macam pedagang pengepul, yaitu
pedagang pengepul desa dan pedagang pengepul kecamatan. Sedangkan
masing-masing pedagang pengepul memberikan harga yang berbeda-beda
Perbedaan harga tersebut dipengaruhi oleh pola saluran pemasaran yang
dibentuk oleh masing-masing lembaga pemasaran.
Panjang pendeknya saluran pemasaran dapat menyebabkan selisih
harga di tingkat petani jahe dan harga yang dibayarkan konsumen. Adanya
selisih harga yang relatif tinggi antara harga yang dibayar konsumen dengan
harga yang diterima produsen menunjukkan tingginya biaya dan keuntungan
yang diambil oleh lembaga pemasaran. Harga yang tinggi di tingkat konsumen
belum tentu memberikan keuntungan yang tinggi bagi petani jahe. Proses
penyampaian produk tersebut oleh produsen atau lembaga pemasaran bisa
disalurkan melalui lebih dari satu saluran pemasaran. Masalah pola saluran
pemasaran ini sebenarnya bukan semata-mata terletak pada panjang pendek-
nya saluran pemasaran, tetapi saluran pemasaran mana yang memberikan ting-
kat efisiensi yang paling tinggi. Oleh karena itu perlu adanya pemasaran yang
efisien yang mampu mengadakan pembagian keuntungan yang adil kepada
semua pihak baik petani maupun lembaga pemasaran.
Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah :
1. Bagaimana pola saluran pemasaran jahe di Kabupaten Wonogiri?
2. Berapa besar biaya, keuntungan, dan marjin pemasaran jahe di Kabupaten
Wonogiri?
3. Apakah saluran pemasaran jahe yang paling pendek merupakan saluran
pemasaran yang paling efisien di Kabupaten Wonogiri?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pola saluran pemasaran jahe di Kabupaten Wonogiri.
2. Menganalisis besar biaya, keuntungan, dan marjin pemasaran jahe di
Kabupaten Wonogiri.
3. Mengkaji apakah saluran pemasaran jahe yang paling pendek merupakan
saluran pemasaran yang paling efisien di Kabupaten Wonogiri.
D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi peneliti, sebagai penerapan teori yang telah diperoleh selama di
bangku kuliah dan menambah pengetahuan dan pengalaman penulis, serta
sebagai salah satu syarat kelulusan dalam menempuh pendidikan strata
satu di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sum-
bangan pemikiran, bahan pertimbangan dan evaluasi terhadap penetapan
kebijakan, terutama kaitannya dengan pemasaran jahe.
3. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan
dalam melakukan penelitian yang sejenis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
A. Penelitian Terdahulu
Menurut hasil penelitian Rudi Hartono (2007) mengenai tata niaga
karet di Bengkulu diketahui terdapat dua pola saluran pemasaran, yaitu :
Saluran I : Petani – Pedagang Pengumpul – Pabrik Pengolah
Saluran II : Petani – Pedagang Pengumpul – Agen – Pabrik Pengolah
Berdasarkan analisis yang dilakukan, diketahui bahwa biaya dan
keuntungan pada saluran pemasaran I adalah Rp 417,91/ kg dan Rp 507,95/ kg
sedangkan pada saluran pemasaran II sebesar Rp 417,91/ kg dan Rp 611,94/
kg. Pada saluran pemasaran I, petani menerima margin share atau bagian yang
diterima petani sebesar Rp 80,72%, sedangkan pada saluran pemasaran II,
bagian yang diterima petani sebesar 78,36%.
Menurut hasil penelitian Setyowati (2004) mengenai pemasaran jambu
mete di Kabupaten Wonogiri diketahui terdapat dua pola saluran pemasaran,
yaitu :
Saluran I : Petani – Pedagang Pengumpul Desa – Pedagang Pengumpul
Kecamatan – Pedagang Pengacip – Konsumen
Saluran II : Petani – Pedagang Pengumpul Kecamatan – Pedagang Pengacip –
Pedagang Pengecer – Konsumen
Berdasarkan analisis yang dilakukan, diketahui bahwa dari kedua
saluran pemasaran jambu mete di Kabupaten Wonogiri ternyata saluran II
merupakan saluran pemasaran yang lebih pendek daripada saluran pemasaran
I. Marjin pemasaran saluran pemasaran II lebih rendah dibandingkan saluran
pemasaran I (Rp 3.131,31/Kg < Rp 3.425,54/Kg). Saluran pemasaran II
memiliki nilai farmer’s share sebesar 60,64 yang lebih tinggi dibandingkan
nilai farmer’s share saluran pemasaran I (56,14). Sehingga saluran pemasaran
II lebih efisien daripada saluran pemasaran I.
Hasil penelitian Heru Irianto dan Erwin Puspitasari (2002) mengenai
Analisis Tataniaga Jagung Manis di Kecamatan Ambarawa Kabupaten
commit
Semarang, diketahui terdapat tiga polatosaluran
user tataniaga, yaitu :
7
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id
efisien. Hasil tertsebut di atas dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti
dalam menganalisis pemasaran jahe di Kabupaten Wonogiri.
B. Tinjauan Pustaka
1. Komoditas Jahe
Berdasarkan taksonomi tanaman, menurut Paimin dan Murhananto
(2005), jahe (Zingiber officinale Rosc.) termasuk dalam :
Devisi : Pteridophyta
Sub Devisi : Angiospermae
Klas : Monocotyledoneae
Ordo : Scitamineae
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Spesies : Zingiber officinele Rosc.
Jahe segar dan jahe kering banyak digunakan sebagai bumbu
masak atau pemberi aroma pada makanan. Jahe muda bahkan dapat
dimakan mentah sebagai lalap atau diolah menjadi jahe awet yang berupa
jahe asin, jahe dalam sirup atau jahe kristal. Jahe tua pun bisa diawetkan
sebagai jahe kering dan jahe bubuk. Jahe segar juga bisa digunakan
sebagai minuman penghangat badan yang biasa dikenal dengan “bandrek”
(Paimin dan Murhananto, 2005).
Seperti diungkapkan Anonim (2008), tanaman jahe merupakan
tanaman yang cukup penting baik tumbuhan jahe maupun akar umbi atau
rimpang jahe. Berikut manfaat dari jahe :
a. Daun jahe ditumbuk dan diberi sedikit air dapat dipergunakan sebagai
obat kompres sakit kepala. Jika dicampurkan dalam makanan dapat
dipergunakan sebagai obat sakit perut.
b. Rimpang jahe dapat dipergunakan sebagai penyedap masakan.
c. Rimpang jahe dapat dibuat makanan kecil, misalnya untuk membuat
kembang gula jahe, manisan jahe, roti, kue, dan lain-lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id
d. Rimpang jahe badak atau gajah dapat dibuat bahan baku minuman dan
sirup.
e. Rimpang jahe dapat dibuat bahan obat-obatan, yaitu obat sakit kepala,
obat batuk, cholera, demam, obat memperkuat pencernaan makanan,
obat penguras gas pada alat pencernaan, dan dapat pula dipakai sebagai
obat gosok pada penyakit gatal karena sengatan serangga.
f. Rimpang jahe dapat dibuat untuk bahan pembuat minyak astiri, yaitu
minyak hasil tanaman rempah-rempah dan tanaman obat-obatan.
Menurut Paimin dan Murhananto (2005), pemasaran rimpang jahe
secara umum mengikuti pola tataniaga jahe yang dikeluarkan oleh Pusat
Pengembangan dan Pemasaran Hasil Pertanian tahun 1987 seperti tampak
pada skema berikut:
Petani
Eksportir
Pedagang pengumpul
Pedagang antarpulau
Pedagang antarkabupaten/
kecamatan
yaitu jahe yang diiris kemudian dikeringkan, jahe kering gelondong atau
rimpang kering. Selain simplisia, dari rimpang jahe dapat diperoleh
minyak atsiri, oleoresin, bubuk, jahe asinan, jahe dalam sirup, manisan
jahe, jahe kristal dan anggur jahe. Asinan jahe merupakan bahan ekspor
yang potensial, dibuat dari jahe putih besar yang dipanen muda (3 bulan),
dengan kadar serat rendah. Sedangkan permen jahe, manisan, sirup,
instant, serbat dan sekoteng berasal dari jahe putih kecil yang dipanen tua.
Selain untuk bahan baku obat tradisional (jamu), jahe sudah mulai
digunakan untuk obat fitofarmaka karena kandungan gingerolnya. Bahan
aktif ini diisolasi dari ekstrak jahe yang bermanfaat untuk mengatasi rasa
nyeri pada tulang, otot dan sendi.
Menurut Setyawan (2009), adapun khasiat jahe antara lain :
1. Mampu meredakan nyeri lambung dan memulihkan radang sendi.
2. Jahe terbukti berkhasiat sebagai karminativum atau dapat merangsang
keluarnya gas dari perut sehingga mampu mengobati masuk angin.
3. Sifatnya yang menghangatkan tubuh juga dipercaya mengurangi rasa
mual, batuk dan gejala flu ringan.
4. Kandungan enzim protease dan lipase yang terkandung dalam jahe
berfungsi memecah protein dan lemak. Enzim inilah yang membantu
mencerna dan menyerap makanan sehingga meningkatkan napsu
makan.
5. Jahe juga melindungi sistem pencernaan dengan menurunkan
keasaman lambung. Senyawa aseton dan methanol pada jahe juga
mampu menghambat terjadinya iritasi pada saluran pencernaan.
Manfaatnya, nyeri lambung bisa dikurangi dengan mengkonsumsi
jahe. Peradangan pada arthritis/radang sendi juga bisa ditanggulangi
dengan banyak mengkonsumsi jahe karena jahe menghambat produksi
prostaglandin, hormon dalam tubuh yang dapat memicu peradangan.
6. Merangsang pelepasan hormon adrenalin yang dapat memperlebar
pembuluh darah sehingga tubuh menjadi hangat, darah mengalir lebih
commit
lancar dan tekanan darah to user
menurun.
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id
c. Pedagang pengecer
Yaitu pedagang yang menjual barang hasil pertanian ke
konsumen dengan tujuan memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen dalam partai kecil.
Secara teoretis dapat dikatakan bahwa semakin pendek rantai
tataniaga suatu barang hasil pertanian, maka :
a. Biaya tataniaga semakin rendah
b. Marjin tataniaga semakin rendah
c. Harga yang harus dibayarkan oleh konsumen semakin rendah
d. Harga yang diterima produsen semakin tinggi
(Daniel, 2002).
4. Biaya, Keuntungan, dan Marjin Pemasaran
Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan
pemasaran. Biaya pemasaran meliputi biaya angkutan, biaya pengiriman,
biaya retribusi, dan lain-lain. Besarnya biaya pemasaran ini berbeda satu
sama lain disebabkan karena macam komoditi, lokasi pemasaran, macam
lembaga pemasaran dan efektivitas pemasaran yang dilakukan
(Soekartawi, 1993).
Menurut Rahim dan Hastuti (2007), biaya pemasaran merupakan
biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan atau aktifitas usaha pemasaran
komoditas pertanian. Biaya pemasaran komoditas pertanian meliputi biaya
transportasi/biaya angkut, biaya pungutan retribusi, biaya penyusutan dan
lain-lain. Besarnya biaya pemasaran berbeda satu sama lain. Hal ini
disebabkan lokasi pemasaran, lembaga pemasaran (pengumpul, pedagang
besar, pengecer, dan sebagainya) dan efektifitas pemasaran yang dilakukan
serta macam komoditas.
Keuntungan pemasaran adalah selisih harga yang dibayarkan ke
produsen dan harga yang diberikan oleh konsumen. Jarak yang
mengantarkan produksi pertanian dari produsen ke konsumen
menyebabkan terjadinya perbedaan besarnya keuntungan pemasaran
(Soekartawi, 1993). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id
Efisiensi Teknis
Biaya pemasaran
ET = X 100%
Nilai produk yang dipasarkan
Efisiensi Ekonomis
Efisiensi ekonomis dihitung dengan nilai persentase dari marjin
pemasaran dan persentase bagian yang diterima petani (farmer’s share).
Petani Jahe
Pemasaran Jahe
Saluran
Pemasaran Jahe
Marjin Pemasaran
Efisiensi
Pemasaran
D. Hipotesis
1. Diduga terdapat beberapa pola saluran pemasaran jahe di Kabupaten
Wonogiri. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id
berdistribusi normal adalah petani sampel yang jumlahnya lebih besar atau
sama dengan 30.
Dalam penelitian ini, jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak
30 petani. Pengambilan sampel tiap desa dilakukan secara proporsional
menggunakan rumus :
NK
ni = x 30
N
Keterangan :
ni : Jumlah sampel dari setiap desa
Nk : Jumlah populasi petani jahe dari tiap desa terpilih
N : Jumlah populasi petani jahe dari seluruh desa terpilih
30 : Jumlah responden yang diamati
Dengan menggunakan rumus di atas maka sampel tiap desa yang
diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id
c. Marjin Pemasaran
Marjin pemasaran merupakan perbedaan harga yang dibayarkan
konsumen dengan harga yang diterima petani, yang dirumuskan sebagai
berikut :
MP = Pr – Pf
Keterangan :
MP = Marjin pemasaran jahe
Pr = Harga jahe di tingkat konsumen
Pf = Harga jahe di tingkat produsen
Marjin pemasaran yang diperoleh masing-masing lembaga
pemasaran merupakan penjumlahan dari biaya pemasaran dengan
keuntungan pemasaran yang diperoleh lembaga pemasaran, dirumuskan:
MP = BP + KP
Keterangan :
MP = Marjin pemasaran jahe
BP = Biaya pemasaran jahe
KP = Keuntungan pemasaran jahe
3. Untuk mengetahui efisiensi pemasaran dilakukan dengan
memperhitungkan persentase efisiensi teknis dan persentase efisiensi
ekonomis, dengan rumus :
a. Efisiensi Teknis
Biaya pemasaran jahe
ET = X 100%
Nilai produk yang dipasarkan
b. Efisiensi Ekonomis
Efisiensi ekonomis dihitung dengan nilai persentase dari marjin
pemasaran dan persentase bagian yang diterima perani (farmer’s share).
i. Persentase marjin pemasaran
Pr - Pf
MP = X 100%
Pr
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id
A. Keadaan Alam
1. Letak Geografis
Kabupaten Wonogiri terletak pada garis lintang 7º 32' - 81º 15'
Lintang Selatan dan pada garis bujur 110º 41' - 111º 18' Bujur Timur.
Kabupaten Wonogiri dengan luas daerah 182.236,02 Ha berada 32 Km di
sebelah selatan Kota Solo, sementara jarak ke ibukota propinsi (Kota
Semarang) sejauh 133 Km. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten
Wonogiri adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar
Sebelah Selatan : Kabupaten Pacitan (Jawa Timur) dan Samudra
Hindia
Sebelah Barat : Daerah Istimewa Yogyakarta
Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Ponorogo
(Jawa Timur)
Kecamatan Kismantoro merupakan salah satu dari 25 kecamatan
yang ada di Kabupaten Wonogiri yang berada pada ketinggian 348 meter
dari permukaan air laut dengan luas 6.986,1125 Ha. Batas-batas
Kecamatan Kismantoro adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kecamatan Purwantoro
Sebelah Selatan : Kecamatan Bandar dan Nawangan
Sebelah Barat : Kecamatan Slogohimo
Sebelah Timur : Kecamatan Badegan
2. Topografi Daerah
Kabupaten Wonogiri dengan wilayah dataran, pegunungan, maupun
pantai terletak pada ketinggian antara 106 meter sampai dengan >600
meter dari permukaan laut. Wilayah pegunungan memanjang dari sisi
selatan sampai ke timur, disamping itu di sisi selatan juga memiliki
wilayah pantai. Keadaan alamnya sebagian besar terdiri dari pegunungan
commit to user
35
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id
C. Keadaan Pertanian
Sektor pertanian merupakan sektor yang sampai saat ini masih mampu
memberikan sumbangan terbesar dari sembilan sektor perekonomian yang
lainnya pada perekonomian wilayah Kabupaten Wonogiri. Pendapatan sektor
pertanian tersebut sangat tergantung dari jumlah produksi yang dihasilkan.
Hasil produksi pertanian tersebar di 25 kecamatan. Sektor pertanian sendiri
terbagi menjadi lima sub sektor pertanian yaitu sub sektor tanaman pangan,
sub sektor perkebunan, sub sektor peternakan, sub sektor kehutanan, dan sub
sektor perikanan.
Tanaman jahe termasuk ke dalam sub sektor tanaman pangan, yaitu
dalam kategori tanaman biofarmaka atau tanaman obat. Di bawah ini adalah
data luas tanam dan produksi tanaman obat di Kabupaten Wonogiri.
Tabel 10. Luas Tanam dan Produksi Tanaman Obat Di Kabupaten Wonogiri
Tahun 2008
No Tanaman Obat Luas Tanam (Ha) Produksi (Ton)
.
1 Cabe Jamu 351,00 625,59
2 Jahe 490,36 6.628,38
3 Lengkuas 315,00 2.046,89
4 Kencur 58,00 215,46
5 Kunyit 711,00 2.502,77
6 Temulawak 139,74 853,87
7 Kapulogo 10,00 32,00
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Wonogiri, 2008
Berdasarkan Tabel 10, diketahui luas tanam dan produksi dari masing-
masing tanaman biofarmaka. Luas tanam terbesar adalah tanaman kunyit
(711,00 Ha) dan luas tanam terkecil adalah tanaman kapulogo (10,00 Ha),
sedangkan tanaman jahe pada urutan kedua yaitu seluas 490,36 Ha. Produksi
tanaman jahe terbesar diantara tanaman obat lainnya, yaitu sebesar 6.628,38
ton. Produksi tanaman jahe ini lebih besar dari tanaman kunyit yang
mempunyai luas tanam terbesar. Hal ini dikarenakan, tidak seluruhnya areal
tanam dipanen, jadi masih terdapat sisa tanaman yang belum dipanen. Selain
itu adanya tanaman yang rusak sehingga gagal panen.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id
Tabel 14. Jumlah dan Persentase Petani Jahe Berdasarkan Tingkat Pen-
didikan Di Kecamatan Kismantoro Kabupaten Wonogiri
No Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Persentase (%)
1. Tamat SD 21 70,00
2. Tamat SMP 7 23,33
3. Tamat SMU 1 3,33
4. Tamat D2 1 3,33
Jumlah 30 100,00
Sumber : Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 14, dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan
petani jahe terbanyak adalah tamat SD yaitu sebanyak 21 orang. Petani
yang tamat SMP sebanyak 7 orang, tamat SMU sebanyak satu orang,
dan tamat D2 sebanyak satu orang. Hal ini dapat diketahui bahwa ting-
kat pendidikan petani jahe di Kecamatan Kismantoro relatif rendah.
Pendidikan petani jahe berpengaruh pada daya serap petani jahe
terhadap adanya teknologi baru yang berhubungan dengan usahatani
maupun pemasaran jahe. Tingkat pendidikan formal maupun non for-
mal sangat mempengaruhi petani dalam pengambilan keputusan
mengenai pelaksanaan usahatani maupun dalam kegiatan pemasaran
produksinya. Pendidikan yang dimiliki diharapkan dapat menjadi mo-
dal bagi petani untuk memperhatikan keadaan pasar, harga yang terjadi
dan pemilihan pedagang untuk membeli jahenya dengan harga tinggi
untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.
c. Lama Mengusahakan Jahe
Lama mengusahakan jahe merupakan faktor yang berpengaruh
terhadap usahatani jahe tersebut. Semakin lama usahatani jahe dila-
kukan, mengindikasikan bahwa pelaku dari usahatani tersebut semakin
faham tentang usahatani yang dijalankannya. Data mengenai lamanya
usahatani di Kecamatan Kismantoro dapat dilihat pada Tabel 15
berikut ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id
yaitu lahan milik negara atau hutan negara yang ditanami tanaman
tahunan, seperti pinus, sono, keling, mahoni dan jati. Pola tanam yang
digunakan petani hanya tanaman tahunan dengan tanaman obat. Jadi
lahan yang digunakan hanya khusus untuk ditanami tanaman obat dan
tanaman tahunan terus menerus. Untuk menanam secara monokultur,
petani belum menerapkannya karena selain membutuhkan modal juga
adanya resiko gagal panen dan harga yang sering berfluktuasi. selain
itu, dalam membudidayakan jahe, petani tidak menggunakan lahan
miliknya sendiri melainkan lahan milik negara.
Sebanyak 70% atau 21 orang petani mengusahakan jahe dengan
alasan untuk menambah pendapatan, sedangkan alasan petani mena-
nam jahe karena menguntungkan, mudah dibudidayakan dan meman-
faatkan lahan masing-masing sebanyak 3 orang. Menurut petani, me-
nanam jahe menguntungkan karena jahe mudah perawatannya dan da-
lam penanaman jahe menggunakan lahan negara sehingga lebih mudah
untuk memperoleh penghasilan tanpa menggunakan lahan miliknya
sendiri. Oleh karena itu, petani hanya melakukan secara tumpangsari
dengan tanaman tahunan milik negara, misalnya tanaman pinus, sono,
keeling, mahoni, dan jati.
Berdasarkan hasil penelitian, masalah yang sering dihadapi oleh
petani jahe dalam menjalankan usahatani jahe yaitu adanya penyakit
busuk akar yang menyerang akar dan tunas jahe sehingga menye-
babkan jahe mati (gagal panen). Selama ini petani dalam menang-
gulangi penyakit yang menyerang jahe hanya dengan membuang
tanaman jahe yang terkena penyakit dan menggantinya dengan me-
nanam jahe baru. Masalah lain yang dihadapi petani adalah belum
adanya bibit jahe yang unggul, kurangnya modal dan informasi tentang
budidaya jahe. Harapan petani mengenai usahatani jahe adalah agar
adanya pinjaman modal yaitu pinjaman dari pemerintah untuk menam-
bah modal dalam usahatani jahe, penyuluhan tentang budidaya jahe ya-
commit tosecaran
itu agar penyuluhan dilakukan user rutin dan intensif. Harapan lain
perpustakaan.uns.ac.id 49
digilib.uns.ac.id
mengenai harga jahe yang selalu tinggi yaitu agar tidak terjadi fluk-
tuasi harga secara mendadak, dibentuk KUD jahe agar petani jahe bisa
terkoordinir, dan pasar yang tetap saat pemasaran jahe.
2. Karakteristik Responden Lembaga Pemasaran
Pada kegiatan pendistribusian barang, terdapat pedagang perantara
atau disebut juga sebagai lembaga pemasaran. Lembaga pemasaran mem-
punyai peran yang penting dalam kegiatan pemasaran jahe sehingga distri-
busi jahe menjadi lancar. Karakteristik responden lembaga pemasaran jahe
di Kecamatan Kismantoro Kabupaten Wonogiri antara lain yaitu umur,
tingkat pendidikan dan pengalaman berdagang jahe. Karakteristik respon-
den lembaga pemasaran jahe dapat dilihat pada Tabel 18 berikut ini.
Tabel 18. Identitas Responden Lembaga Pemasaran Jahe Di Kabupaten
Wonogiri
No Uraian Status Lembaga Pemasaran
Pedagang Pedagang Jumlah Persentase
Pengepul Pengepul (%)
Desa Kecamatan
1 Umur (tahun)
a. 50-54 1 - 1 33,33
b. 55-59 - 2 2 66,67
- - - -
c. 60-64
Jumlah 1 2 3 100,00
2 Tingkat
Pendidikan
a. Tamat SD 1 2 3 100,00
b. Tamat SMP - - - -
- - - -
c. Tamat SMU
Jumlah 1 2 3 100,00
3 Lamanya Usaha
(tahun)
a. 10-14 - 1 1 33,33
b. 15-19 - - - -
1 - 1 33,33
c. 20-24 - - - -
d. 25-29 - 1 1 33,33
e. 30-34
Jumlah 1 2 3 100,00
Sumber : Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 18, dapat diketahui bahwa responden lembaga
pemasaran berjumlah 3 orang, yang terdiri dari pedagang pengepul desa
commit to user
satu orang dan pedagang pengepul kecamatan dua orang. Ketiga respon-
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id
den lembaga pemasaran berada pada usia produktif, satu orang pedagang
pengepul desa (33,33%) berada pada usia antara 50-54 tahun, sedangkan
dua orang pedagang pengepul kecamatan (66,67%) berada pada usia
antara 55-59 tahun. Usia responden lembaga pemasaran masih termasuk
dalam usia produktif sehingga mampu bekerja dengan baik karena didu-
kung dengan fisik serta mental yang kuat dalam melaksanakan peran
sebagai penyalur pemasaran jahe dari petani ke konsumen.
Tingkat pendidikan responden lembaga pemasaran, masing-masing
responden lembaga pemasaran sebanyak tiga orang, keseluruhan tamat
SD. Keseluruhan responden lembaga pemasaran sudah mengikuti pendi-
dikan formal meskipun hanya sampai tingkat SD. Tingkat pendidikan akan
mempengaruhi lembaga pemasaran dalam membaca informasi pasar dan
perubahan teknologi yang ada. Pada usaha penjualan jahe, tidak diperlukan
kemampuan akademis yang relatif tinggi.
Lamanya usaha yang dilakukan oleh responden lembaga pemasaran
antara 10-34 tahun. Sebanyak 33,33% (satu orang) lembaga pemasaran
telah melakukan usahanya dalam kurun waktu 10-14 tahun, yaitu satu
orang pedagang pengepul kecamatan, satu orang pedagang pengepul desa
telah melakukan usahanya dalam kurun waktu 20-24 tahun. Sedangkan
sisanya sebanyak satu orang lembaga pemasaran (33,33%) telah mela-
kukan usahanya dalam kurun waktu 30-34 tahun, yaitu pedagang pengepul
kecamatan. Lamanya usaha atau pengalaman berdagang ini mempengaruhi
cara memasarkan jahe dan mampu menbaca serta mengikuti kondisi pasar.
3. Lembaga Dan Saluran Pemasaran
a. Lembaga Pemasaran
Lembaga pemasaran sangat berperan agar fungsi pemasaran
dapat terlaksana dengan baik. Lembaga pemasaran memperlancar pe-
nyampaian jahe dari produsen ke konsumen. Berdasarkan hasil pene-
litian, lembaga pemasaran yang terlibat dalan pemasaran jahe dari pro-
dusen ke konsumen di Kecamatan Kismantoro Kabupaten Wonogiri
yaitu : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 51
digilib.uns.ac.id
Petani
III IV
I II
Pedagang Pedagang
Pengepul Desa Pengepul
Kecamatan
Pedagang Pengepul
Luar Kota
Tabel 21. Rata-rata Biaya, Keuntungan, Dan Marjin Pemasaran Jahe Pada
Saluran Pemasaran II Di Kabupaten Wonogiri
No Uraian Rp/Kg Persentase (%)
1. Petani jahe
a. Harga jual 3.738,00 83,16
2. Pedagang pengepul desa
a. Harga beli 3.738,00 83,16
b. Biaya pemasaran
1) Transportasi 5,00 0,11
2) Tenaga kerja 9,00 0,20
3) Karung 30,00 0,67
4) Penyusutan 37,38 0,83
Jumlah biaya pemasaran 81,38 1,81
c. Marjin pemasaran 262,50 5,84
d. Keuntungan pemasaran 181,13 4,03
e. Harga jual 4.000,00 89,00
3. Pedagang pengepul kecamatan
a. Harga beli 4.000,00 89,00
b. Biaya pemasaran
1) Transportasi 5,00 0,11
2) Tenaga kerja 30,00 0,67
3) Karung 30,00 0,67
4) Penyusutan 20,00 0,44
Jumlah biaya pemasaran 85,00 1,87
c. Marjin pemasaran 500,00 11,10
d. Keuntungan pemasaran 415,00 9,13
e. Harga jual 4.500,00 100,00
4. Pedagang pengepul luar kota
a. Harga beli 4.500,00 100,00
Sumber : Analisis Data Primer
Pada Tabel 21, dapat diketahui bahwa lembaga pemasaran yang
terlibat dalam saluran pemasaran II yaitu pedagang pengepul desa dan
pedagang pengepul kecamatan. Selanjutnya dari pedagang pengepul keca-
matan, jahe dipasarkan kepada pedagang pengepul luar kota.
Harga jual di tingkat petani sebesar Rp 3.738,00per Kg dan harga
beli di tingkat pedagang pengepul luar kota sebesar Rp 4.500,00 per Kg.
Selisih harga jual di tingkat petani dan harga beli di tingkat pedagang pe-
ngepul luar kota yang cukup besar dipengaruhi oleh pola saluran pema-
saran dan lembaga pemasaran yang terlibat. Terdapat dua lembaga pema-
commit
saran yang terlibat sebelum to userke tangan pedagang pengepul luar
jahe sampai
perpustakaan.uns.ac.id 58
digilib.uns.ac.id
sebesar Rp 30,00 per Kg, biaya karung sebesar Rp 30,00 per Kg, dan biaya
penyusutan sebesar Rp 39,00 per Kg. Biaya pemasaran tertinggi pada
biaya penyusutan. Sedangkan biaya pemasaran terendah pada biaya trans-
portasi. Biaya transportasi lebih kecil dari biaya lainnya karena pada saat
pembelian jahe, dalam sekali angkut bisa mengangkut banyak jahe, se-
hingga dapat menekan biaya transportasi. Besarnya biaya pemasaran akan
mempengaruhi marjin pemasaran dan keuntungan pemasaran. Marjin pe-
masaran di tingkat lembaga pemasaran yang merupakan penjumlahan
antara biaya pemasaran dengan keuntungan pemasaran ditingkat pedagang
pengepul kecamatan sebesar Rp 602,12 per Kg, sedangkan keuntungan
pemasaran di tingkat pedagang pengepul kecamatan sebesar dan Rp
516,00 per Kg.
Harga beli jahe di tingkat pedagang pengepul luar kota sebesar Rp
4.500,00 per Kg. Selisih harga antara harga jual di tingkat petani dengan
harga beli di tingkat pedagang pengepul luar kota ini dipengaruhi oleh
adanya lembaga pemasaran yang terlibat, yaitu pedagang pengepul keca-
matan. Karena pedagang pengepul kecamatan mengeluarkan biaya pe-
masaran dan mencari keuntungan agar jahe dapat sampai ke tangan
konsumen.
Sebagian besar petani responden memilih untuk menggunakan sa-
luran pemasaran III ini. Hal ini dikarenakan sebagian besar dari petani
responden berasal dari Desa Pucung, sedangkan salah satu pedagang
pengepul kecamatan berdomisili di Desa Pucung. Sehingga petani jahe
lebih memilih untuk menjual jahenya ke pedagang pengepul kecamatan
tersebut.
Rata-rata biaya, keuntungan, dan marjin pemasaran jahe pada
saluran pemasaran IV di Kabupaten Wonogiri (Jahe Simplisia) dapat
dilihat pada Tabel 23 berikut ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 61
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 68
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 69
digilib.uns.ac.id
Rp 749,38 per Kg dan jarak pemasaran sejauh 85,6 Km. Indeks efisiensi
teknis sebesar 8,75 berarti bahwa setiap satu kilometer jarak yang ditem-
puh dalam kegiatan pemasaran mengeluarkan biaya pemasaran sebesar Rp
8,75. Sedangkan indeks efisiensi ekonomis sebesar 2,34, dengan unsur-
unsur yang mempengaruhinya yaitu total keuntungan pemasaran sebesar
Rp 1.750,62 per Kg dan total biaya pemasaran sebesar Rp 749,38 per Kg.
Indeks efisiensi ekonomis sebesar 2,34 berarti bahwa setiap satu rupiah
biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan pemasaran akan memperoleh keun-
tungan sebesar Rp 2,34. Pada saluran pemasaran IV ini, nilai indeks efi-
siensi teknis cukup besar dikarenakan terjadi pengolahan jahe basah men-
jadi jahe simplisia yang memperbesar biaya pemasaran.
Untuk mengetahui tingkat efisiensi tiap saluran pemasaran, dapat
diketahui dengan menggunakan indeks efisiensi yaitu indeks efisiensi tek-
nis dan indeks efisiensi ekonomis. Berdasarkan hasil penelitian, dapat di-
ketahui bahwa indeks efisiensi teknis pada saluran pemasaran I yaitu se-
besar 0, sedangkan indeks efisiensi teknis pada saluran pemasaran II, III,
dan IV masing-masing sebesar 4,13; 4,16 dan 8,75. Indeks efisiensi eko-
nomis pada saluran pemasaran I sebesar 0; saluran pemasaran II sebesar
3,58; saluran pemasaran III sebesar 4,96 dan saluran pemasaran IV sebesar
2,34. Saluran pemasaran I mempunyai nilai indeks efisiensi teknis teren-
dah sehingga saluran pemasaran I mempunyai tingkat efisiensi teknis ter-
tinggi. Sedangkan saluran pemasaran III mempunyai nilai indeks efisiensi
ekonomis tertinggi, sehingga saluran pemasaran III mempunyai tingkat
efisiensi ekonomis tertinggi.
Efisiensi pemasaran bisa dipengaruhi dari panjang pendeknya sa-
luran pemasaran. Makin pendek saluran pemasaran maka makin kecil
biaya pemasarannya. Menurut Darsono (2004), makin banyak pedagang
perantara yang berperan dalam penjualan komoditi pertanian, maka makin
tinggi marjin pemasaran, dan makin kecil Farmer’s sharenya.
Dari hasil penelitian, dilihat dari nilai persentase marjin pemasaran
dan nilai Farmer’s share commit
saluran topemasaran
user I merupakan saluran pema-
perpustakaan.uns.ac.id 71
digilib.uns.ac.id
saran yang lebih efisien, baik secara teknis maupun ekonomis dibanding-
kan ketiga saluran pemasaran lainnya, dan merupakan saluran pemasaran
terpendek. Dengan demikian, hipotesis mengenai saluran pemasaran jahe
lebih pendek di Kabupaten Wonogiri lebih efisien, diterima.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 73
digilib.uns.ac.id
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pemasaran jahe di Kabupaten Wonogiri
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada pemasaran jahe di Kabupaten Wonogiri terdapat 4 pola saluran
pemasaran yaitu :
a. Pola Saluran Pemasaran I
Petani Pedagang Pengepul Luar Kota
b. Pola Saluran Pemasaran II
Petani Pedagang Pengepul Desa Pedagang Pengepul
Kecamatan Pedagang Pengepul Luar Kota
c. Pola Saluran Pemasaran III
Petani Pedagang Pengepul Kecamatan Pedagang Pengepul
Luar Kota (Jahe Basah)
d. Pola Saluran Pemasaran IV
Petani Pedagang Pengepul Kecamatan Pedagang Pengepul
Luar Kota (Jahe Simplisia)
2. Besarnya biaya pemasaran pada saluran pemasaran I, II, III dan IV
masing-masing sebesar Rp 0; Rp 166,38 per Kg; Rp 104,00 per Kg dan Rp
749,38 per Kg, keuntungan pemasaran pada saluran pemasaran I, II,III dan
IV masing-masing sebesar Rp 0; Rp 596,12 per Kg; Rp 516,00 per Kg dan
Rp 1.750,62 per Kg, sedangkan marjin pemasaran pada saluran pemasaran
I, II, III dan IV masing-masing sebesar Rp 0 per Kg (0%); Rp 762,50 per
Kg (16,94%); Rp 620,12 per Kg (13,64%); Rp 2.500,00 per Kg (42%).
Biaya, keuntungan dan marjin pemasaran terbesar pada saluran pemasaran
IV, karena pada saluran pemasaran IV terjadi pengolahan dari jahe basah
menjadi jahe simplisia yang memperbesar biaya, keuntungan dan marjin
pemasaran.
3. Saluran pemasaran I merupakan saluran pemasaran jahe yang paling pen-
commit
dek dan yang lebih efisien, to user teknis maupun ekonomis, karena
baik secara
72
perpustakaan.uns.ac.id 73
digilib.uns.ac.id
commit to user
74