id
Oleh:
Noorwita Susanti
H 0205008
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2
Skripsi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian
di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret
Oleh:
Noorwita Susanti
H 0205008
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3
Ir. Sudjono Utomo, MP. Ir. Noorhadi, MSi. Ir. Sumarno, MS.
NIP. 19450712 198403 1 001 NIP. 19510101 198403 1 003 NIP. 19540518 198505 1 002
Mengetahui,
Universitas Sebelas Maret
Fakultas Pertanian
Dekan
KATA PENGANTAR
Surakarta, 2010
Penulis
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
DAFTAR TABEL ..................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. ix
ABSTRAK ................................................................................................. x
ABSTRACT ............................................................................................... xi
I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 2
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 2
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 2
E. Kerangka Berpikir .......................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 4
A. Permodelan dalam Genesis (Perkembangan Tanah) ...................... 4
B. Genesis (Perkembangan Tanah) ..................................................... 5
C. Genesis Tanah Alfisols .................................................................. 7
D. Tanah Alfisols ................................................................................ 8
III. METODE PENELITIAN ..................................................................... 9
A. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 9
B. Bahan dan Alat ............................................................................... 9
C. Rancangan Penelitian ..................................................................... 10
D. Tata Laksana Penelitian ................................................................. 11
1. Pra Survei ............................................................................. 11
2. Survei Utama............................................................................ 11
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7
3. Analisis Lapang........................................................................ 12
4. Analisis Laboratorium .............................................................. 14
E. Variabel Pengamatan ..................................................................... 15
F. Analisis Data .................................................................................. 17
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 18
A. Hasil Penelitian .............................................................................. 18
1. Hasil Pengamatan di Lapang .................................................... 18
2. Hasil Analisis Laboratorium .................................................... 49
3. Hasil Analisis Statistik ............................................................. 52
B. Pembahasan .................................................................................... 53
1. Satuan Peta Tanah (SPT) ......................................................... 53
2. Kestabilan Perkembangan Tanah ............................................. 54
3. Satuan Peta Tanah (SPT) II ...................................................... 56
4. Satuan Peta Tanah (SPT) III .................................................... 57
5. Satuan Peta Tanah (SPT) IV .................................................... 58
6. Satuan Peta Tanah (SPT) VI .................................................... 59
7. Keseluruhan Satuan Peta Tanah (SPT) .................................... 61
V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 64
1. Kesimpulan .................................................................................... 64
2. Saran ............................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 65
LAMPIRAN
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
ABSTRAK
Noorwita Susanti
NIM H 0205008
JURUSAN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Kata kunci : model genesis faktor dominan lokasi, model kestabilan genetik,
Alfisols
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
ABSTRACT
Noorwita Susanti
NIM H 0205008
DEPARTMENT OF SOIL SCIENCE
FACULTY OF AGRICULTURE
SEBELAS MARET UNIVERSITY
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber daya lahan merupakan suatu massa yang kita manfaatkan untuk
berusaha dan untuk kehidupan. Sumber daya lahan tidak dapat dipisahkan
dengan tanah yang ada pada lahan tersebut, termasuk juga faktor-faktor luar
yang mempengaruhinya. Pembentukan tanah, atau pedogenesis merupakan
kesan gabungan proses fisika, kimia, biologi dan antropogen pada bahan asal
geologi yang menghasilkan lapisan tanah (Anonim, 2008).
Kecamatan Jatiyoso, Kabupaten Karanganyar sebagian besar tanahnya
didominasi oleh ordo tanah Alfisols. Menurut Hardjowigeno (1993) Alfisols
merupakan ordo tanah yang telah mengalami proses perkembangan tanah agak
lanjut, sedangkan Ultisols dan Oxisols berturut-turut adalah tanah-tanah
dengan perkembangan lanjut dan sangat lanjut. Tanah-tanah tersebut
cenderung memiliki horison penciri illuviasi lempung (Bt). Alfisols cenderung
mengalami perkembangan tanah yang belum stabil dibandingkan dengan
Ultisols maupun Oxisols, karena pada Alfisols masih mengandung sejumlah
mineral primer yang mudah lapuk dan kaya akan hara.
Berkembangnya karakteristik tanah merupakan hasil dari proses
pedogenesis tanah yang didasarkan pada sifat-sifat tanah yang berhubungan
dengan genesis tanahnya. Sifat-sifat tanah tersebut berkaitan dengan faktor
pembentuk tanah, baik secara endogen maupun eksogen. Oleh karena itu
untuk mempelajari perkembangan tanah dapat dilakukan melalui faktor-faktor
pembentuk tanahnya (endogen dan eksogen), yang selanjutnya dipelajari
dengan pendekatan suatu model matematika yang dapat mengabstraksikan
tanah beserta fenomena-fenomena yang mempengaruhinya yang lebih bersifat
subjektif (Buol et al., 1997). Model dikembangkan dengan tujuan untuk
mempelajari tingkah laku sistem melalui analisis secara rinci akan komponen
atau unsur dan proses utama yang menyusun sistem dan interaksinya antara
satu dengan yang lain. Model matematik dapat digunakan untuk menduga
perkembangan suatu tanah. Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
B. Rumusan Masalah
Faktor-faktor pembentukan tanah (endogen dan eksogen) yang
mempengaruhi genesis tanah maupun kestabilan perkembangan tanah dapat
dipelajari melalui pendekatan model. Apakah model genesis faktor dominan
lokasi dan model kestabilan genetik dapat digunakan untuk mengetahui
genesis dan tingkat perkembangan tanah Alfisols di Kecamatan Jatiyoso,
Kabupaten Karanganyar?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan lokasi yang
mempengaruhi genesis tanah Alfisols dengan menggunakan model genesis
faktor dominan lokasi dan tingkat perkembangan tanah Alfisols dengan
menggunakan model kestabilan genetik di Kecamatan Jatiyoso Kabupaten
Karanganyar.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap teori
genesis tanah Alfisols dan tingkat perkembangannya serta memberikan
informasi tentang tingkat kesuburan tanah Alfisols di Kecamatan Jatiyoso,
Kabupaten Karanganyar.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
Kerangka Berpikir
Principal Component
Genesis Tanah Analysis
Kecamatan Jatiyoso
Model Genesis
Faktor Dominan
Dominan Alfisols Lokasi Tanah
Tingkat genesis tanah berbeda Alfisols
Masih mengandung mineral
primer yang mudah lapuk dan
kaya akan hara
Faktor Dominan
Tingkat Genesis Alfisols Lokasi Tanah
Alfisols
Model Kestabilan
Perkembangan Genetik
Tanah Berlanjut
Variasi Tingkat
Genesis Alfisols
5. Tahap akhir (final stage), perkembangan tanah sudah selesai dan tanah
terdapat dalam keseimbangan dengan lingkungan.
(Mohr, 1975 cit. Hardjowigeno, 1993).
Tanah terbentuk dari berbagai interaksi yang terjadi pada bahan induk.
Faktor pembentuk tanah yang berpengaruh pada pembentukan tanah sebagai
akibat terjadinya proses-proses pedogenesis tanah antara lain penambahan,
penyingkiran, pengalihrupaan, dan pengalihtempatan merupakan proses-
proses yang sangat alami dalam periode proses pembentukan tanah (Jenny,
1941 cit. Poerwowidodo, 1991).
Bahan induk merupakan faktor pembentuk tanah yang penting. Pada
tanah muda, bahan induk berpengaruh besar dan berhubungan erat dengan
sifat-sifat tanah. Selama terjadi proses pelapukan dan pedogenesis, beberapa
sifat asli dari bahan induk hilang (Buol et al., 1997). Proses pembentukan
tanah dimulai dari proses pelapukan batuan induk menjadi bahan induk tanah
yang diikuti proses-proses pencampuran bahan organik dan bahan mineral dari
tanah, pemindahan material ini di dalam tanah terjadi secara vertikal dan
horisontal, serta transformasi bahan organik dan mineral tanah. Proses
pembentukan tanah dan pelapukan merupakan proses-proses yang
memperkembangkan tanah sejak dari batuan dasar melalui bahan induk dan
akhirnya menjadi tanah (Duchaufour, 1982).
Faktor-faktor yang mempercepat laju perkembangan tanah adalah : (1)
iklim panas yang basah, (2) vegetasi hutan, (3) kandungan bahan yang
permeabel dan tidak dapat disatukan dalam kapur rendah (4) topografi datar
dengan drainase buruk. Faktor-faktor yang cenderung memperlambat
perkembangan tanah adalah : (1) iklim dingin yang kering, (2) vegetasi
rumput, (3) kandungan bahan impermeabel dan dapat disatukan dalam kapur
tinggi, (4) topografi miring dengan drainase baik (Foth, 1991).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19
H. Tanah Alfisols
Kecamatan Jatiyoso, Kabupaten Karanganyar sebagian besar tanahnya
didominasi oleh ordo tanah Alfisols. Alfisols cenderung mengalami
perkembangan tanah yang belum stabil, karena pada Alfisols masih
mengandung sejumlah mineral primer yang mudah lapuk dan kaya akan hara
(Hardjowigeno, 1993). Dengan kedalaman solum yang tebal dan kandungan
oksida-oksida unsur logam yang nyata, khususnya alumunium dan besi
sebagai unsur yang jumlahnya melimpah. Pelindian (leaching) yang hebat
menambahkan fenomena tanah tropis yang telah sangat kompleks menjadi
sangat pelik dan rumit dalam pengelolaannya (Sanchez, 1992).
Di Indonesia, tanah Alfisols umumnya berasal dari bahan induk
volkanik, baik tuff maupun batuan beku. Tanah ini mempunyai solum yang
tebal sampai sangat tebal, tekstur sedang hingga halus, warna merah, coklat
sampai kekuningan. Kandungan bahan organiknya berkisar antara rendah
hingga sedang, reaksi tanah antara agak asam sampai netral, kapasitas tukar
kation dan kejenuhan basanya beragam dari sedang hingga tinggi. Kandungan
unsur hara dapat dilihat dari warna tanah, semakin merah semakin miskin
unsur haranya (Sarief, 1985).
Alfisols dapat terbentuk dari pelapukan batuan induk yang mengandung
kapur yang tersementasi, batuan beku volkanik, atau hasil pelapukan batuan
sedimen. Tanah ini mempunyai sifat fisik, morfologi dan kimia tanah relatif
cukup baik, mengandung sejumlah basa-basa Ca, Mg, K, dan Na. Tergantung
pada keadaan topografi, tanah ini berpotensi untuk pengembangan tanaman
pangan lahan kering dan/ tanaman tahunan (Anonim, 2008).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21
K. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif dengan
pendekatan variabelnya dilakukan dengan survei di lapang dan didukung oleh
data dari hasil analisis laboratorium. Variabel-variabel yang diamati antara
lain, sifat fisika tanah, sifat kimia tanah, bahan induk dan fisiografi lahan
yang meliputi bentang lahan, drainase, topografi, erosi, dan bentuk lahan.
Pengambilan sampel tanah sebagai dasar pembuatan satuan peta tanah
(SPT) dilakukan dengan metode transek. Metode transek yaitu penarikan garis
tegak lurus kontur pada bahan induk dan fisiografi lahan yang sama.
Pengamatan tanah dilakukan dengan membuat profil (miniped) tegak lurus
kemiringan tanah dengan ukuran 0.5 m x 0.5 m x 0.5 m dan dilanjutkan
dengan pengeboran. Penentuan populasi tanah dilakukan secara acak (random
sampling) yaitu tanah Alfisols yang terdapat di Kecamatan Jatiyoso
Kabupaten Karanganyar. Untuk pembuatan satuan peta tanah (SPT) dilakukan
dengan Observation Cluster terhadap data hasil pengamatan atribut tanah
pada setiap transek. Satu satuan peta tanah (SPT) diasumsikan mempunyai
karakteristik tanah terpilih yang mirip dalam satu satuan fisiografi lahan
(bentang lahan, drainase, topografi, erosi, bentuk lahan). Sampel untuk
analisis laboratorium diambil dari pedon pewakil tanah dari masing-masing
satuan peta tanah (SPT) sebanyak tiga ulangan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23
4. Analisis Laboratorium
1. Analisis Fisika Tanah
Sifat fisika tanah yang dianalisis dalam penelitian ini adalah
tekstur tanah dan prorositas tanah. Analisis tekstur tanah bertujuan
untuk mengetahui persen fraksi pasir, debu, dan lempung dengan
metode gravimetri (metode pemipetan). Dalam metode ini diperlukan
penghilangan perekat-perekat partikel tanah, yaitu bahan organik
dengan penambahan H2O2 30%, penghilangan kapur dengan
penambahan HCl 2N, dan selanjutnya pendispersian dengan
penambahan NaOH 1 N. Penetapan kelas tekstur dengan mengacu
pada segitiga tekstur dari USDA. Analisis porositas tanah bertujuan
untuk mengetahui jumlah total pori pada tanah, kaitannya dengan berat
volume dan berat jenis tanah.
2. Analisis Kimia Tanah
a. pH tanah
pH tanah di laboratorium diukur secara elektrometrik dengan
alat berupa pH meter dengan perbandingan 1:2,5. Untuk pH aktual
digunakan pengekstrak H2O, sedangkan untuk pH potensial dengan
pengekstrak KCl (Balai Penelitian Tanah, 2005).
b. N total tanah
N total tanah dianalisis dengan metode mikro Kjeldahl, yang
meliputi proses destruksi, destilasi, dan titrasi (Balai Penelitian
Tanah, 2005).
c. C-organik
C-organik atau karbon organik tanah dianalisis dengan
metode pengabuan basah. Dalam metode ini digunakan larutan
K2Cr2O7 sebagai oksidator kuat, serbuk Zn, dan larutan H2SO4
pekat (Balai Penelitian Tanah, 2005).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27
M. Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi :
1. Variabel utama, terdiri dari :
a. Jeluk tanah
b. Sifat fisika tanah, meliputi:
Tekstur tanah (Metode Gravimetri)
Nisbah debu/ lempung
Porositas tanah
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
N. Analisis Data
1. Analisis data untuk mengetahui variabel penciri genesis tanah yang dapat
menjelaskan pengaruh terhadap pendugaan perkembangan tanah
menggunakan uji Stepwise Regression, dengan rumus :
Vt bi Yij I j
2 2
j ij j
Keterangan :
j
2
Varian akibat deviasi regresi
ij
Y I
j
ij j Perkalian matrik (rerata hasil dengan indeks lingkungan)
pendukung)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
A. Hasil Penelitian
1. Hasil Pengamatan di Lapang
a. Kondisi Wilayah Penelitian `
1) Kondisi Umum Wilayah Penelitian
Kecamatan Jatiyoso merupakan salah satu wilayah yang
terletak di Kabupaten Karanganyar. Ditinjau dari segi administratif,
Kecamatan Jatiyoso berbatasan dengan : Kecamatan
Tawangmangu di sebelah utara; Kecamatan Girimarto (Wonogiri)
di sebelah selatan; Kecamatan Jatipuro di sebelah barat; dan
Kabupaten Magetan (Jawa Timur) di sebelah timur. Letak
astronomis Kecamatan Jatiyoso berada pada koordinat
111˚02‟00‟‟-111˚12‟00‟‟ BT dan 7˚41‟00‟‟- 7˚45‟00‟‟ LS, dengan
luas wilayah 6697.2750 ha. Kecamatan Jatiyoso terdiri dari 9 desa
yaitu Desa Jatisawit, Desa Jatiyoso, Desa Petung, Desa
Wonokeling, Desa Tlobo, Desa Wonorejo, Desa Karangsari, Desa
Wukirsawit, dan Desa Beruk.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Tim Survei
Tanah dan Evaluasi Lahan tahun 2007, Kecamatan Jatiyoso terbagi
menjadi 7 satuan peta tanah (SPT) yang terdiri dari 3 ordo tanah,
yaitu Inceptisols, Alfisols, dan Andisols. Pada wilayah penelitian
ini dibuat 7 pedon pewakil tanah yang mewakili masing-masing
satuan peta tanah yaitu :
a) Pedon pewakil 1 terletak di Dusun Wates (Desa Karangsari)
dengan ketinggian tempat 801 mdpl dan kemiringan 15-25 %
(sangat miring) sebagai pewakil dari ordo tanah Inceptisols
(SPT 1) (Famili Typic Dystrudepts, clayey kaolinitic, active,
cation exchange capacity medium, sub active, slightly acid,
hyperthermic)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
>700%
H
300% Daerah survei 62.41%
G Tipe D
167%
F
100%
E
60%
D
33,3%
C
B 14.3%
A
0%
Gambar 1. Tipe Iklim Schmidt Ferguson Wilayah Penelitian
Wilayah penelitian berada pada tipe iklim sedang, menurut
Handoko (1994) tipe iklim ini sesuai untuk tanaman vegetasi hutan
musim. Iklim mempengaruhi proses pembentukan tanah secara
langsung dan tidak langsung. Pengaruh langsung terutama
diberikan oleh curah hujan dan temperatur, yang memasok air dan
panas untuk memungkinkan berlangsungnya reaksi-reaksi dengan
sisa induk. Pengaruh tidak langsung adalah berupa kemampuan
iklim dalam mengendalikan flora dan fauna (biosfer) yang
menyediakan sumber energi dalam bentuk sisa organik (Sutanto,
2005).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36
3) Topografi
Topografi merupakan bentuk wilayah dari suatu area, yang
dapat ditentukan dari perbedaan ketinggian tempat (elevasi) dan
besarnya lereng yang dominan. Topografi atau relief
mempengaruhi proses pembentukan tanah melalui keadaan tata air
(permukaan ataupun dalam tanah), arah datangnya sinar matahari,
arah angin serta pasokan air hujan dan juga potensi terjadinya erosi
atau pengendapan (Notohadiprawiro dan Suparnowo, 1978).
Faktor-faktor topografi yang berpengaruh secara langsung
adalah kemiringan, panjang, bentuk, dan arah hadap lereng, dimana
keempat faktor tersebut mempunyai peranan penting terhadap
pergerakan air, gerakan larutan air dan kandungan air tanah.
Topografi dari lokasi pembuatan pedon pewakil adalah
sebagai berikut; pedon 2 memiliki topografi bergelombang dengan
keniringan lereng 8 – 15 % (miring), pedon 3 memiliki topografi
berbukit dengan kemiringan lereng 15 – 25 % (sangat miring),
pedon 4 memiliki topografi berbukit dengan kemiringan lereng 15
– 25 % (sangat miring), dan pedon 6 memiliki topografi berbukit
agak bergunung dengan kemiringan lereng 25 – 35 % (agak
curam).
4) Geologi
a) Fisiografi Lahan
Wilayah kecamatan Jatiyoso Kabupaten Karanganyar
mempunyai fisiografi lahan yang bersifat heterogen dengan
topografi secara umum bergelombang sampai pegunungan
Wilayah penelitian memiliki ketinggian tempat 500 mdpl –
2500 mdpl. Hasil pengukuran kemiringan lereng di lapang
menunjukkan bahwa wilayah penelitian ini memiliki
kemiringan antara agak miring – sampai sangat curam (4 –
65%) dengan tingkat erosi ringan sampai berat. Wilayah ini
mempunyai satuan bentuk lahan (landform) volkanik yaitu
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38
5) Vegetasi
Kondisi vegetasi di wilayah penelitian menunjukkan beragam
jenis tanaman tahunan maupun semusim pada berbagai tipe
penggunaan lahan. Deskripsi kondisi vegetasi di wilayah penelitian
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3 Jenis Vegetasi Tahunan dan Semusim Wilayah Penelitian
b. Tanah
1. SPT II
1) No Pedon : 2
2) Tanggal : 23 Juli 2009
3) Penyidik : Noorwita Susanti
4) Lokasi : Dsn. Tempelrejo, Ds. Jatisawit,
Kec.Jatiyoso, Kab.Karanganyar
5) Letak astronomis : 7º43‟47.2”LS; 111º03‟56.5”BT
6) Fisiografi lahan :
- Bentang lahan : Perbukitan berteras
- Pola drainase : Denritik
- Drainase tanah : Baik
- Topografi : Bergelombang
- Bentuk lahan : Volkanik (dataran gunung api)
- Penggunaan lahan : Tegal
- Erosi :
Bentuk : Longsor
Tingkat : Sedang
7) Torehan : Cukup tertoreh
8) Kemiringan : 8-15 % (miring)
9) Ketinggian : 596 mdpl
10) Arah hadap profil : Utara
11) Kemas Muka Tanah : Licin
12) Batuan di Permukaan : 0,01-3 % (agak berbatu)
13) Genangan : Bebas
14) Batuan Induk : Batuan beku andesitik
15) Sisa Induk : Hasil pelapukan batuan beku
andesitik
16) Formasi Geologi : Qlla (Lahar Lawu)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42
2. SPT III
1) No Pedon : 3
2) Tanggal : 21 Juli 2009
3 ) Penyidik : Noorwita Susanti
4) Lokasi : Dsn. Josari, Ds. Wonorejo, Kec.
Jatiyoso, Kab. Karanganyar
5) Letak astronomis : 7º43‟34.2” LS; 111º6‟23.4” BT
6) Fisiografi lahan :
- Bentang lahan : Perbukitan berteras
- Pola drainase : Denritik
- Drainase : Baik
- Topografi : Berbukit
- Bentuk lahan : Volkanik (Dataran gunung api)
- Penggunaan Lahan : Tegal
- Erosi :
Bentuk : Longsor
Tingkat : Berat
7) Torehan : Tidak tertoreh
8) Kemiringan : 15-25 % (sangat miring)
9) Ketinggian : 888 mdpl
10) Arah hadap profil : Selatan
11) Kemas muka tanah : Licin
12) Batuan permukaan : 0.01% (tidak berbatu)
13) Genangan : Bebas
14) Batuan Induk : Batuan beku andesitik
15) Sisa Induk : Hasil pelapukan batuan beku
andesitik
16) Formasi geologi : Qvjl ( Lava Jobolarangan)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47
f) Tingkat Seri
- Ditemukan di desa Josari
WONOREJO
g) Fase
- Mempunyai kemiringan 15-25 %
- Mempunyai kedalaman jeluk > 90 cm
- Batuan permukaan 0,01%
Wonorejo, sangat miring, jeluk dalam, permukaan
tidak berbatu
c. Sub Unit
- Mempunyai kejenuhan basa kurang dari 50 persen
pada seluruh bagian antara 20 dan 100 cm dari
permukaan tanah mineral
- Mempunyai tekstur lempung pada lapisan 30 cm atau
lebih dalam, pada kedalaman 100 cm dari permukaan
tanah
Hortic Escalic Anthrosols (Dystric, Clayic)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51
3. SPT IV
1) No Pedon :4
2) Tanggal : 21 Juli 2009
3 ) Penyidik : Noorwita Susanti
4) Lokasi : Dsn. Ngesep, Ds. Petung, Kec.
Jatiyoso, Kab. Karanganyar
5) Letak astronomis : 7044‟15.8”LS; 111006‟22.6”BT
6) Fisiografi lahan :
- Bentang lahan : Perbukitan berteras
- Pola drainase : Denritik
- Drainase : Baik
- Topografi : Berbukit agak bergunung
- Bentuk lahan : Volkanik (lereng tengah gunung
api)
- Penggunaan lahan : Tegal
- Erosi :
Bentuk : Longsor
Tingkat : Berat
7) Torehan : Sangat tertoreh
8) Kemiringan : 15-25 % (miring)
9) Ketinggian : 790 mdpl
10) Arah hadap profil : Selatan
11) Kemas muka tanah : Licin
12) Batuan permukaan : 0.01% (tidak berbatu)
13) Genangan : Bebas
14) Batuan Induk : Batuan beku andesitik
15) Sisa Induk : Hasil pelapukan batuan beku
andesitik
16) Formasi geologi : Qvjl (Lava Jobolarangan)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52
c. Sub Unit
- Mempunyai kejenuhan basa kurang dari 50 persen
pada seluruh bagian antara 20 dan 100 cm dari
permukaan tanah mineral
- Mempunyai tekstur lempung pada lapisan 30 cm atau
lebih dalam, pada kedalaman 100 cm dari permukaan
tanah
Hortic Escalic Anthrosols (Dystric, Clayic)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56
4. SPT VI
1) No Pedon :6
2) Tanggal : 20 Juli 2009
3) Penyidik : Noorwita Susanti
4) Lokasi : Dsn. Beruk Wetan, Ds. Beruk, Kec.
Jatiyoso, Kab. Karanganyar
5) Letak astronomis : 7º44‟28.3” LS; 111º06‟49.4”BT
6) Fisiografi lahan :
- Bentang lahan : Perbukitan berteras, berlereng
- Pola drainase : Braided
- Drainase : Baik
- Topografi : Berbukit agak bergunung
- Bentuk Lahan : Volkanik (lereng bawah gunung
api)
- Penggunaan lahan : Tegal
- Erosi :
Bentuk : Permukaan
Tingkat : Berat
7) Torehan : Cukup tertoreh
8) Kemiringan : 35-45 % (agak curam)
9) Ketinggian : 972 m dpl
10) Arah hadap profil : Barat
11) Kemas muka tanah : Licin
12) Batuan permukaan : 0.01% (tidak berbatu)
13) Genangan : Bebas
14) Batuan Induk : Batuan beku andesitik
15) Sisa Induk : Hasil pelapukan batuan beku
andesitik
16) Formasi geologi : Qvjl ( Lava Jobolarangan)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57
Alfisols
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58
c) Sub Unit
- Mempunyai kejenuhan basa kurang dari 50 persen
pada seluruh bagian antara 20 dan 100 cm dari
permukaan tanah mineral
- Mempunyai tekstur lempung pada lapisan 30 cm atau
lebih dalam, pada kedalaman 100 cm dari permukaan
tanah
Hortic Escalic Anthrosols (Dystric, Clayic)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
61
Kuarsa 7 3 5.5 3
Rutil 1 0 4 2.5
Piroksen 1 2 1 2.5
Magnetit 11 8.5 8 10
Hornblende 0 1 1 0
Turmalin 1.5 0 0 0
Hematit 0 2 2 0
Muskovit 1.5 0 0 0
B. Pembahasan
1. Satuan Peta Tanah (SPT)
Satuan peta tanah (soil mapping unit) tersusun atas unsur-unsur yang
pada dasarnya merupakan satu kesatuan dari tiga satuan, yakni satuan
tanah, satuan sisa induk, dan satuan wilayah. Penggunaan tiga unsur
tersebut bertujuan untuk dapat memberikan gambaran yang jelas tentang
keadaan tanah dan sebarannya di suatu wilayah (Darmawijaya, 1997).
Kecamatan Jatiyoso, Kabupaten Karanganyar yang menjadi wilayah
penelitian, untuk ordo tanah Alfisols terbagi menjadi empat SPT, yaitu
sebagai berikut :
Tabel 15 Famili, Seri, dan Fase Tanah Wilayah Penelitian
primer yang mudah lapuk seperti muskovit dan piroksen yang merupakan
bagian penting dalam batuan induk asam, menunjukkan bahwa tanahnya
belum berkembang.
humat bersifat stabil dan sangat sukar larut dalam air, sehingga sisa
organik cenderung selalu berada pada lapisan atas. Pengaruh C organik
terhadap perkembangan tanah berhubungan dengan perbandingan karbon
nitrogen (C/N rasio).
Perhitungan nisbah C/N dimaksudkan untuk mengetahui laju
dekomposisi sisa organik yang terjadi dalam tanah, dengan kriteria jika
C/N besar maka dekomposisi belum lanjut, dan sebaliknya. Wilayah
penelitian memiliki nisbah C/N dengan harkat rendah, menunjukkan
bahwa laju dekomposisi sisa organik pada wilayah ini telah lanjut. Hasil
analisis mineralogi pasir menunjukkan bahwa komposisi mineral primer
yang mudah lapuk penyusun batuan induk seperti piroksen dan hematit
masih ditemukan pada wilayah ini, sehingga tanah pada wilayah ini masih
dalam tahap perkembangan atau pelapukannya belum lanjut.
A. Kesimpulan
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persamaan model genesis faktor
dominan lokasi tanah Alfisols Kecamatan Jatiyoso Kabupaten
Karanganyar pada satuan peta tanah (SPT) II adalah tanah = 7.50 - 1.50
vegetasi; satuan peta tanah (SPT) III tanah = 0.500 + 0.643 Corganik;
satuan peta tanah (SPT) IV tanah = 7.00 - 1.50 vegetasi; dan satuan peta
tanah (SPT) VI tanah = 5.00 - 1.00 Ntotal
2. Perkembangan tanah paling stabil terdapat pada satuan peta tanah (SPT)
VI yaitu seri BERUK WETAN (Famili Inseptic Hapludalfs, clayey
kaolinitic, active, cation exchange capacity medium, sub active, slightly
acid, hyperthermic). Satuan peta tanah (SPT) IV seri PETUNG (Famili
Inceptic hapludalf, clayey kaolinitic, active, cation exchange capacity
medium, sub active, slightly acid, hyperthermic) merupakan satuan peta
tanah (SPT) yang perkembangan tanahnya paling tidak stabil.
B. Saran
1. Dengan mengetahui perkembangan tanah pada masing-masing satuan peta
tanah (SPT) Alfisols Kecamatan Jatiyoso Kabupaten Karanganyar, maka
untuk selanjutnya dapat diketahui tingkat kesuburan tanahnya,
2. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam
penelitian-penelitian modelling lainnya.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
77
DAFTAR PUSTAKA