AIRTANAH DANGKAL
DI KECAMATAN SAWANGAN, KOTA DEPOK
SKRIPSI
DEPARTEMEN GEOGRAFI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JANUARI 2010
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
DEPARTEMEN GEOGRAFI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JANUARI 2010
ii Universitas Indonesia
NPM : 0606071216
Tanda Tangan :
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 06 Januari 2010
iv Universitas Indonesia
v Universitas Indonesia
vi Universitas Indonesia
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihkan
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat,
dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Dibuat di : Depok
Pada Tanggal : 06 Januari 2010
Yang Menyatakan
Kata Kunci:
Airtanah Dangkal, Konsentrasi Senyawa Besi
ix Universitas Indonesia
Keywords :
Shallow Groundwater, Ferrous Concentrate
x Universitas Indonesia
xi Universitas Indonesia
Tabel
Gambar
xv Universitas Indonesia
Peta
1. Administrasi
2. Lokasi Sampel
3. Penggunaan Tanah
4. Wilayah Ketinggian
5. Jenis Batuan
6. Jenis Tanah
7. Konsentrasi Senyawa Besi Dalam Tanah
8. Kedalaman Muka Airtanah
9. Konsentrasi Senyawa Besi Dalam Airtanah
10. Luasan Konsentrasi Besi Dalam Tanah
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Studi ini perlu dilakukan sebagai upaya dalam sosialisasi pada masyarakat
agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan ketersediaan airtanah yang
memiliki kualitas baik, terutama memiliki standar kualitas airtanah yang bebas
dari konsentrasi senyawa besi.
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
Mengetahui pola sebaran konsentrasi senyawa besi (Fe2+) dalam airtanah
dangkal di Kecamatan Sawangan, Kota Depok, serta hubungannya dengan kondisi
fisik wilayah.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Airtanah
Menurut Sapiie (2006), airtanah adalah semua air yang terdapat dalam
ruang batuan dasar atau regolith. Jumlahnya kurang dari 1% dari jumlah air yang
terdapat di bumi, tetapi 40 kali lebih besar dibandingkan dengan air bersih yang
terdapat di permukaan, seperti sungai dan danau. Airtanah yang sangat terbatas ini
pada umumnya oleh manusia dipergunakan untuk kebutuhan domestik, industri,
pembangkit tenaga listrik, pertanian, perikanan, rekreasi.
Berbeda halnya dengan pengertian airtanah menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 43 Tahun 2008, bahwa airtanah adalah air yang terdapat dalam lapisan
tanah atau batuan di bawah permukaan tanah.
Di dalam siklus hidrologi sebagian dari air hujan yang sampai di tanah
terus ke laut sebagai aliran permukaan. Sisanya kembali ke udara baik melalui
evaporasi dari permukaan tanah dan air maupun ke udara baik melalui
evapotranspirasi dari permukaan tanah dan air maupun melalui transpirasi. Tanah
berlaku sebagai penyimpan air yang berada dalam keadaan simpanan transit di
dalam tanah. Terdapat waktu tenggang sejak air masuk ke dalam tanah untuk
mengalir sampai ke dalam sungai yang selanjutnya kembali lagi ke udara melalui
penguapan. Pada akhirnya air yang tersimpan sementara di dalam tanah akan
masuk ke dalam siklus air.
Keterdapatan airtanah dipengaruhi oleh perkembangan dan sifat-sifat jenis
tanah, kondisi batas formasi, iklim aktivitas manusia, dan kondisi lingkungan
(Widyastuti, 2006). Airtanah tersimpan dan mengalir dalam suatu media yang
permeabel yang disebut akuifer atau dengan kata lain merupakan suatu unit jenis
tanah yang dapat menyimpan dan meloloskan air dalam jumlah yang cukup.
Universitas Indonesia
Sumber: Akbar, 2008 (Peneliti Bidang Geolistrik dan Geomagnet, Fakultas MIPA,
Universitas Tanjungpura, Pontianak)
Universitas Indonesia
a. Parameter Fisik
Parameter fisik meliputi temperatur, warna, rasa, bau, kekeruhan, dan
radioaktivitas.
b. Parameter Biologi
Parameter biologi meliputi ada atau tidaknya mikroorganisme, misalnya,
bakteri coli, virus, bentos, dan plankton.
c. Parameter Kimia
Parameter kimia meliputi kadar BOD5, TOC, COD, C02, pH, alkalinitas,
yang menggambarkan kadar bahan-bahan organik dalam limbah, juga
senyawa-senyawa seperti nitrogen organik, nitrit, nitrat, fosfor organik, dan
fosfor anorganik, sulfat, klorida, belerang, logam berat (Fe, Al, Mn, Pb), dan
gas (H2O, CO2, O2, CH4).
2.2 Proses Kandungan Senyawa Besi dalam Batuan dan Tubuh Tanah
Analisa dari banyak sumur dan mata air menunjukkan adanya unsur yang
terlarut dalam airtanah, antara lain khlorida, sulfat, dan bikarbonat dari kalsium,
magnesium, natrium, kalium, dan besi. Unsur-unsur ini dapat dilacak dari
mineral-mineral yang umumnya terdapat pada batuan yang terlapukkan.
Ion besi merupakan satu dari 13 mineral yang umum dijumpai pada
kelompok mineral pembentuk batuan dan tergabung dalam mineral
ferromagnesium. Mineral gabungan ini terdiri dari mineral-mineral olivin,
piroksen, amfibol, dan biotit.
Universitas Indonesia
Tabel 2.1. Unsur-Unsur Kimia yang umum dijumpai pada kerak benua
Unsur Kimia Persen Berat
Oksigen (O2) 45,20
Silikon (Si) 27,20
Aluminium (Al) 8,00
Besi (Fe) 5,80
Kalsium (Ca) 5,06
Magnesium (Mg) 2,77
Natrium (Na) 2,32
Kalium (K) 1,68
Titanium (Ti) 0,86
Hidrogen (H) 0,14
Mangan (Mn) 0,10
Fosfat (P) 0,10
Unsur-Unsur Lainnya 0,77
Jumlah 100,00
Sumber: Sapiie (2006)
Olivin
Adalah salah satu mineral pembentuk batuan beku selain feldspar, mika,
amfibol, piroksen, dan kuarsa, yang memiliki komposisi kimia (Mg,Fe)2 SiO4.
Ion-ion Fe2+ dan Mg2+ dapat saling bersubstitusi. Jumlah ion Fe dan atau Mg tetap
sesuai dengan jumlah atom silika dan oksigen dalam olivin.
Piroksen
Terbentuk pada suhu yang tinggi, struktur dalamnya memperlihatkan
rantai tetrahedra Si-O, dengan rumus umum kimianya A,B(Si3O)2 dimana A dan
B merupakan kation-kation.
Universitas Indonesia
Umumnya Mg2+, Fe2+, Ca2+, Mn2+, Na1+, dan Al3+, berwarna hijau tua
sampai hitam dan kristalnya sangat kecil, hanya dapat dilihat denga mikroskop.
Amfibol
Merupakan kelompok mineral, biasanya terdapat bersama piroksen dan
komposisinya serupa namun lebih kompleks, hanya amfibol mengandung ion
hidroksil (OH)-, A2B5(Si4O11)2(OH)2. pada umumnya A merupakan salah satu dari
Ca2+, Mg2+, dan Na1+, sedangkan B biasanya Mg2+, Fe2+, atau Al3+.
2.2.3 Akuifer
Tanah terbentuk dari banyak jenis formasi jenis batuan, yang
dikenal sebagai akuifer. Akuifer dapat didefinisikan sebagai formasi
batuan, mengandung bahan permeabel, dan memiliki kemampuan untuk
menyimpan serta untuk mengirimkan air. Ciri khas dari akuifer adalah
terdiri dari pasir dan kerikil (Todd, 1980).
Batuan beku yang memiliki porositas rendah dan permeabilitas
tinggi kurang baik sebagai akuifer (pembawa air) sebab akuifer yang baik
haruslah mempunyai porositas dan permeabilitas yang tinggi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
tingginya kandungan besi disebabkan oleh rendahnya kadar oksigen sehingga besi
tidak dapat teroksidasi dengan baik dalam airtanah.
Senyawa besi ferro (Fe2+) biasanya ditemukan dalam airtanah yang
memiliki kandungan oksigen sedikit, sebab besi tidak dapat teroksidasi dengan
baik (Edstrom Industries, 2003). Namun, apabila senyawa ferro ini terkena
oksigen, maka oksigen akan memecah ikatan besi-zat organik sehingga besi
(ferro) akan teroksidasi menjadi ferri sedangkan zat organik akan terurai menjadi
CO2 dan air (Rohmatun dkk, 2007). Namun, dalam penelitian ini difokuskan pada
konsentrasi senyawa besi berupa senyawa ferro atau Fe2+ dalam airtanah dangkal.
Perubahan senyawa ferro/Fe2+ (besi II) menjadi ferri/ Fe3+ (besi III) dirumuskan
sebagai berikut.
-
OH• + Fe(II) → Fe (III) + OH
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
disebut juga data raster. Data tersebut terdiri dari baris dan kolom yang
dinamakan dengan pixels. Suatu data citra tersimpan sebagai suatu susunan dua
dimensi atau grid yang dinamakan pixel, yaitu sebuah elemen paling kecil pada
citra satelit. Masing-masing pixel mewakili luas daerah yang diindera di
permukaan bumi dan memiliki nilai pantulan atau karakteristik spektral berbeda
yang tercermin dalam nilai digital.
Dalam penelitian ini, digunakan Citra Landsat TM (Thematic Mapper)
yang memiliki resolusi spasial sebesar 30 meter dengan resolusi spektral yang
bekerja pada enam panjang gelombang tampak dan infra merah serta satu panjang
gelombang inframerah thermal. Walaupun dengan resolusi yang kecil, namun
Citra Landsat ini dapat menyajikan informasi obyek denga variasi nilai spektral
yang lebih besar, sehingga pada pengenalan obyek secara spektral dapat dilakukan
dengan lebih baik (Suryantoro, 2003).
Salah satu bentuk identifikasi dengan menggunakan Citra Landsat adalah
untuk melihat kandungan besi dalam tanah dengan aplikasi formula algoritma
dalam rasio besi oksida. Formula ini dapat digunakan untuk mendeteksi
kandungan oksida besi daam tanah melalui data digital Landsat TM. Band yang
digunakan adalah Band 3 dan Band 2, dengan persamaan matematis sebagai
berikut.
Universitas Indonesia
BAB III
METODE PENELITIAN
Universitas Indonesia
DEPOK
KECAMATAN SAWANGAN
Penggunaan Tanah
Fisik Airtanah
Ketinggian
Jenis Batuan
mV Konsentrasi Senyawa
(Potensial Redoks) Besi (Fe2+)
Jenis Tanah
Kedalaman Muka
Airtanah
Kandungan senyawa
Besi Dalam Tanah
Kaitan Pola Sebaran Konsentrasi Senyawa Besi dalam
airtanah dangkal dengan Kondisi Fisik Wilayah
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
7. Jenis Batuan Kecamatan Sawangan, Kota Depok. Data ini diperoleh dari
Peta Geologi yang dikeluarkan Pusat Penelitian Dan Pengembangan
Geologi (P3G), Bandung Lembar 1209-4 Jakarta dan 1209-1 Bogor Skala
1:100.000 Tahun 1992-1993.
8. Jenis Tanah Kecamatan Sawangan, Kota Depok, yang diperoleh dari Peta
Jenis Tanah yang dikeluarkan Balai Penelitian Tanah Kota Bogor dengan
skala 1:10.000 Tahun 1980.
9. Kandungan Senyawa Besi Dalam Tanah, diperoleh dari Citra Landsat 7
TM Tahun 2003.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
(∑Tj)2
CF =
n
Universitas Indonesia
Keterangan :
CF = Correction Factor
∑Tj = total nilai pengamatan (nilai variable)
n = total anggota sampel (besar sampel)
- Sumsquare total
SST = ∑(Xij)2 - CF
Keterangan :
SST = sumsquare total
Xij = nilai pengamatan i dari sampel j
- Mean Square
SSp SSE
MSp = MSE =
DFp DFE
Keterangan :
MSp = mean square antarperlakuan
MSE = mean square error
DFp = degree of freedom
DFE = degree of freedom error
- Harga Statistik F
MSp
F =
MSe
Universitas Indonesia
a. Cari harga distribusi F pada level signifikan yang diinginkan, yaitu Faf1f2.
Harga F dapat dicari pada tabel distribusi F pada level signifikan 5%.
b. Tentukan daerah penolakan hipotesis :
- Tolak Ho, terima Ha jika F > Faf1f2
- Terima Ho, tolak Ha jika F < Faf1f2
g. Rumuskan kesimpulan
Jika hipotesis Ho diterima, berarti tidak ada beda antara mean dari populasi
atau kita sebutkan perbedaan mean tidak signifikan. Akan tetapi, jika Ho ditolak,
berarti terdapat perbedaan antara mean dari populasi.
KD = r2 x 100%
Universitas Indonesia
BAB IV
GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
4.2.5 Hidrogeologi
Airtanah di Kecamatan Sawangan dapat diperoleh dengan
menggunakan sumur gali dan sumur bor. Namun, tipe sumur yang paling
banyak digunakan di Kecamatan Sawangan adalah sumur gali, sebab
Universitas Indonesia
banyak daerah yang belum mendapat pelayanan air bersih dari PDAM
Kabupaten Bogor. Sumur gali sangat rentan terkontaminasi logam berat
karena konstruksinya yang seringkali tidak memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan (Anisa, 2005). Sumur gali di Kecamatan Sawangan dibangun
pada kondisi hidrogeologi yang beragam, yaitu endapan lanau, pasir,
kerikil, dan lempung sebagai penyusun batuan Aluvium dan Kipas
Aluvium, serta tufa breksian sebagai penyusun Batuan Gunung Api Muda.
Ketiga jenis batuan yang terdapat pada Kecamatan Sawangan
memiliki porositas sedang sebab secara keseluruhan, batuan-batuan
tersebut secara umum terdiri dari pasir dan kerikil (Sapiie dkk, 2006).
Karena disusun oleh pasir dan kerikil maka batuan-batuan yang terdapat
pada Kecamatan Sawangan merupakan batuan yang permeabel.
Akuifer didefinisikan sebagai formasi batuan, mengandung bahan
permeabel, dan memiliki kemampuan untuk menyimpan serta untuk
mengirimkan air. Persebaran akuifer luas dengan debit air tanah 1 lt/detik
sampai >5 lt/detik.
4.2.6 Demografi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai konsentrasi dari 160 sampel air
memiliki nilai rata-rata konsentrasi senyawa besi atau mean sebesar 0,08. Ini
berarti, jika dilihat berdasarkan rata-rata keseluruhan, maka konsentrasi senyawa
besi di daerah penelitian berada di bawah standar baku mutu air, yaitu 0,30
mg/liter. Akan tetapi pada kenyataannya terdapat beberapa bagian wilayah yang
memiliki konsentrasi tinggi (lebih dari 0,30 mg/liter).
Sebanyak 3,2% lokasi memiliki konsentrasi senyawa besi tinggi atau
melebihi standar baku mutu air yang ditetapkan Menteri Kesehatan Tahun 2002,
yaitu sebesar 0,30 mg tiap liternya. Sedangkan yang berpotensi memiliki
konsentrasi senyawa besi sebanyak 3,2% dengan kisaran konsentrasi sebesar 0,21
hingga 0,30 mg tiap liter air. Sisanya, sebanyak 83,6% masih berada dalam
konsentrasi rendah, yaitu berkisar antara 0,01 hingga 0,20 mg/liter dan 10% lokasi
memiliki konsentrasi senyawa besi dengan besar 0 (nol) atau airtanah dangkal di
lokasi tersebut tidak terkontaminasi oleh senyawa besi (ferro).
Adanya konsentrasi senyawa besi dalam airtanah dangkal ini dapat
menyebabkan berbagai keluhan dalam ketersediaan air, seperti warna menjadi
kuning atau keruh dan bau amis pada air.
Tingginya konsentrasi senyawa besi dalam airtanah dangkal pada beberapa
lokasi diperkuat oleh rendahnya kadar oksigen dalam airtanah tersebut, yang
berkisar antara 0.4 hingga 4 ppm, dari standar baku mutu 6 ppm. Walaupun
Universitas Indonesia
berada dalam derajat keasaman (pH) yang mendekati normal, antara 6 hingga 7,
namun rendahnya kadar oksigen tersebut menyebabkan senyawa besi tidak dapat
teroksidasi dengan baik.
Nilai potensial redoks yang terdapat pada seluruh sampel berada antara 3
hingga 124 mV. Ini menandakan bahwa semakin kecil kadar oksigen, maka nilai
mV akan semakin kecil pula sehingga memiliki potensi bagi besi untuk tidak
teroksidasi dengan baik dan tercipta menjadi senyawa besi di dalam airtanah,
sebab potensial redoks merupakan ukuran kecenderungan (agresivitas) air untuk
mengoksidasi atau mereduksi unsur yang terlarut dalam larutan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dangkalnya. Hal ini dibuktikan dari nilai probabilitas 0.023 kurang dari
0.05 (Lihat Tabel 5.4 Kolom Varians dan Standar Deviasi serta Lampiran
6).
Hasil Fhitung pada uji statistik yang kurang dari Ftabel (2,499 < 3,06)
membuktikan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata konsentrasi senyawa
besi pada masing-masing wilayah ketinggian. Nilai konsentrasi senyawa
besi dalam hubungannya dengan variabel ketinggian bersifat homogen
sebab nilai konsentrasi berada dalam range nilai yang tidak berbeda jauh.
Sehingga dapat dikatakan bahwa masing-masing kelas ketinggian tidak
memiliki pengaruh dalam besar kecilnya nilai konsentrasi senyawa besi
tersebut.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tabel di atas menyajikan data hasil uji sampel airtanah dangkal dan
pengolahan data di Kecamatan Sawangan berdasarkan jenis tanah.
Universitas Indonesia
Konsentrasi senyawa besi yang memiliki variasi nilai besar terdapat pada
jenis tanah latosol merah. Ini berarti, nilai konsentrasi senyawa besi pada
jenis tanah tersebut sangat beragam, dari konsentrasi rendah hingga
konsentrasi yang tinggi (melebihi standar baku mutu air).
Hasil perhitungan ANOVA antara jenis tanah dengan konsentrasi
senyawa besi dalam airtanah dapat dilihat pada lampiran 8, yang
menunjukkan nilai Fhitung yang kurang dari Ftabel (0,590 < 2,67) maka
membuktikan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata konsentrasi senyawa
besi pada masing-masing jenis tanah atau dengan kata lain keempat jenis
tanah memberi pengaruh yang sama terhadap konsentrasi tersebut. Hal ini
disebabkan oleh serupanya penyusun tubuh tanah serta kemampuan
keempat jenis tanah sebagai akuifer.
Nilai konsentrasi senyawa besi dalam hubungannya dengan
variabel jenis tanah bersifat homogen sebab nilai konsentrasinya berada
dalam range nilai yang tidak berbeda jauh. Sehingga dapat dikatakan
bahwa jenis tanah tidak memiliki pengaruh dalam besar kecilnya nilai
konsentrasi senyawa besi tersebut.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tabel 5.7. Nilai Konsentrasi Senyawa Besi dalam Airtanah Dangkal pada Kandungan
Senyawa Besi dalam Tanah
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB VI
KESIMPULAN
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
No. Kedalaman
mT mU Kelurahan Tanggal Jam pH DO mV Iron
Sampel Airtanah
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Keterangan :
Universitas Indonesia
iron
N 160
Normal Parameters a,b Mean .0792
Std. Deviation .13567
Most Extreme Absolute .280
Differences Positive .252
Negative -.280
Kolmogorov-Smirnov Z 3.538
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
MAT
N 160
Normal Parametersa,b Mean 8.6427
Std. Deviation 3.63696
Most Extreme Absolute .084
Differences Positive .084
Negative -.046
Kolmogorov-Smirnov Z 1.065
Asymp. Sig. (2-tailed) .206
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Descriptive Statistics
Universitas Indonesia
iron MAT
Pearson Correlation iron 1.000 -.029
MAT -.029 1.000
Sig. (1-tailed) iron . .356
MAT .356 .
N iron 160 160
MAT 160 160
Variables Entered/Removedb
Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 MATa . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: iron
Model Summaryb
ANOVAb
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .003 1 .003 .137 .712a
Residual 2.924 158 .019
Total 2.927 159
a. Predictors: (Constant), MAT
b. Dependent Variable: iron
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .089 .028 3.189 .002
MAT -.001 .003 -.029 -.370 .712
a. Dependent Variable: iron
Universitas Indonesia
6. Kesimpulan :
Tidak ada hubungan antara kedalaman MAT dengan konsentrasi
senyawa besi dalam airtanah dangkal di Kecamatan Sawangan.
Universitas Indonesia
Descriptives
iron
95% Confidence Interval for
Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
Permukiman_Teratur 3 .0667 .04726 .02728 -.0507 .1841 .03 .12
Permukiman_Tidak_
88 .0861 .16661 .01776 .0508 .1214 .00 1.27
Teratur
Non_Permukiman 69 .0761 .09215 .01109 .0539 .0982 .00 .54
Total 160 .0814 .13739 .01086 .0600 .1029 .00 1.27
iron
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
.365 2 157 .695
Universitas Indonesia
iron
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .005 2 .002 .120 .887
Within Groups 2.997 157 .019
Total 3.001 159
3. Kesimpulan :
Variasi penggunaan tanah sebagai variabel bebas adalah homogen. Tidak ada perbedaan rata-rata konsentrasi senyawa
besi pada airtanah dangkal di penggunaan tanah yang berbeda-beda.
SSB 0.005
x 100% = x 100% = 0,16 %
SST 3.001
Universitas Indonesia
Descriptives
iron
95% Confidence Interval for
Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
60-90 meter 28 .0521 .06238 .01179 .0280 .0763 .00 .26
90-120 meter 103 .0731 .10354 .01020 .0529 .0933 .00 .86
>120 meter 29 .1269 .24187 .04491 .0349 .2189 .00 1.27
Total 160 .0792 .13567 .01073 .0580 .1004 .00 1.27
iron
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
3.844 2 157 .023
Universitas Indonesia
iron
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .090 2 .045 2.499 .085
Within Groups 2.836 157 .018
Total 2.927 159
3. Kesimpulan :
Variasi ketinggian sebagai variabel bebas adalah heterogen, namun tidak ada perbedaan rata-rata konsentrasi senyawa
besi pada airtanah dangkal di ketinggian yang berbeda-beda.
SSB 0.090
x 100% = x 100% = 3,1 %
SST 2.927
Universitas Indonesia
Descriptives
iron
95% Confidence Interval for
Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
Aluvium 42 .1160 .20733 .03199 .0513 .1806 .00 1.27
Batuan Gunung Api Muda 3 .0700 .06245 .03606 -.0851 .2251 .00 .12
Kipas Aluvium 115 .0691 .10102 .00942 .0505 .0878 .00 .86
Total 160 .0814 .13739 .01086 .0600 .1029 .00 1.27
iron
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
3.135 2 157 .046
Universitas Indonesia
iron
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .068 2 .034 1.815 .166
Within Groups 2.934 157 .019
Total 3.001 159
3. Kesimpulan :
Variasi jenis batuan sebagai variabel bebas adalah homogen, artinya tidak terdapat perbedaan khusus pada masing-
masing formasi batuan dalam mempengaruhi konsentrasi senyawa besi.
Fhitung kurang dari Ftabel (1,815 < 3,06). Sehingga tidak ada perbedaan rata-rata konsentrasi senyawa besi pada masing-
masing formasi batuan.
SSB 0.068
x 100% = x 100% = 2,3 %
SST 3.001
Universitas Indonesia
Descriptives
iron
95% Confidence Interval for
Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
Aluvial Kelabu 18 .1067 .14105 .03324 .0365 .1768 .00 .54
Asosiasi Latosol Coklat
Kemerahan Dengan 23 .0513 .05066 .01056 .0294 .0732 .00 .24
Laterit Airtanah
Asosiasi Regosol Coklat
14 .0907 .09619 .02571 .0352 .1463 .00 .29
Dengan Latosol Coklat
Latosol Merah 105 .0825 .15357 .01499 .0528 .1122 .00 1.27
Total 160 .0814 .13739 .01086 .0600 .1029 .00 1.27
iron
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
.979 3 156 .405
Universitas Indonesia
iron
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .034 3 .011 .590 .623
Within Groups 2.968 156 .019
Total 3.001 159
3. Kesimpulan :
Variasi jenis tanah sebagai variabel bebas adalah homogen dan tidak ada perbedaan rata-rata konsentrasi senyawa besi
pada airtanah dangkal di jenis tanah yang berbeda-beda.
SSB 0.034
x 100% = x 100% = 1,13 %
SST 3.001
Universitas Indonesia
Descriptives
iron
95% Confidence Interval for
Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
162.387 hektar 5 .0180 .03033 .01356 -.0197 .0557 .00 .07
232.83 hektar 10 .1310 .25981 .08216 -.0549 .3169 .00 .86
355.389 hektar 19 .0658 .06809 .01562 .0330 .0986 .00 .29
382.809 hektar 15 .0873 .05063 .01307 .0593 .1154 .01 .19
514.004 hektar 13 .0838 .11435 .03171 .0147 .1529 .00 .45
566.616 hektar 16 .0713 .07013 .01753 .0339 .1086 .00 .26
815.186 hektar 28 .1254 .24781 .04683 .0293 .2214 .00 1.27
1522.419 hektar 54 .0617 .06941 .00945 .0427 .0806 .00 .36
Total 160 .0814 .13739 .01086 .0600 .1029 .00 1.27
Universitas Indonesia
iron
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
2.431 7 152 .022
ANOVA
iron
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .127 7 .018 .957 .465
Within Groups 2.875 152 .019
Total 3.001 159
3. Kesimpulan :
Variasi luasan senyawa besi dalam tanah sebagai variabel bebas adalah homogen dan tidak ada perbedaan rata-rata
konsentrasi senyawa besi pada airtanah dangkal di luasan senyawa besi dalam tanah yang berbeda-beda.
SSB 0.127
x 100% = x 100% = 4,23 %
SST 3.001
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Kadar Maksimum
Parameter Satuan Ket.
yang Diperbolehkan
1 2 3 4
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia