id
SKRIPSI
Oleh
Yulia Rahmawati
H0708161
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
SKRIPSI
Oleh
Yulia Rahmawati
H 0708161
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
SKRIPSI
Yulia Rahmawati
H0708161
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
SKRIPSI
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian sekaligus penyusunan skripsi ini. Dalam penulisan
skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karenanya,
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ir. Sri Widadi, MP, selaku pembimbing utama sekaligus pembimbing
akademik yang telah memberikan bimbingan untuk penulisan skripsi ini.
3. Ir. Sumijati, MP selaku pembimbing pendamping yang telah memberikan
koreksi, bimbingan dan saran dalam penulisan skripsi ini.
4. Dr. Ir. Supyani, MP selaku dosen pembahas yang telah banyak memberikan
masukan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
5. Ibunda dan ayahanda tercinta, yang telah memberikan kasih sayang yang tak
terhingga, doa, nasehat, dan dukungan.
6. Teman-temanku seperjuangan Agroteknologi Angkatan 2008 atas
kebersamaan yang telah kita lalui dengan penuh suka dan duka.
7. Segenap Laboran di Laboratorium Hama Penyakit Tanaman dan Biologi
Tanah Fakultas Pertanian yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan
analisis laboratorium.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
diharapkan agar dapat lebih baik. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri khususnya dan bagi para pembaca
pada umumnya. Amin.
Surakarta, Agustus 2012
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix
RINGKASAN ..................................................................................................... x
SUMMARY ....................................................................................................... xi
I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................... 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 5
A. Kubis ........................................................................................................... 4
B. Penyakit Busuk Hitam Kubis ..................................................................... 6
C. Bakteriofage................................................................................................ 8
D. Uji Plak ....................................................................................................... 8
III. METODE PENELITIAN ........................................................................... 10
A. Waktu dan Tempat Penelitian................................................................... 10
B. Alat dan Bahan Penelitian ........................................................................ 10
C. Cara Kerja Penelitian ................................................................................ 10
D. Peubah Pengamatan .................................................................................. 15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 17
A. Banyaknya Bakteriofage........................................................................... 17
B. Saat Muncul Gejala .................................................................................. 18
C. Insiden Penyakit ....................................................................................... 20
D. Keparahan Penyakit .................................................................................. 21
V. KESIMPULAN DAN SARAN commit to user
................................................................... 25
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
A. Kesimpulan .............................................................................................. 25
B. Saran ........................................................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
RINGKASAN
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
SUMMARY
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kubis merupakan jenis sayuran yang banyak dibudidayakan di daerah
dataran tinggi, salah satunya adalah di daerah Tawangmangu. Tawangmangu
merupakan salah satu sentra produksi kubis di Jawa Tengah. Kubis sebagai
sayuran mempunyai peran penting untuk kesehatan, sehingga permintaan akan
sayuran ini cukup tinggi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) (2012),
produktivitas kubis di Jawa Tengah mencapai 18,56 ton/ha.
Namun produksi kubis di daerah Tawangmangu sendiri masih rendah
dikarenakan adanya kendala dalam budidayanya. Salah satu kendala dalam
budidaya kubis adalah adanya gangguan hama dan penyakit yang dapat merusak
tanaman dan dapat menurunkan produksi. Penyakit busuk hitam (Black rot)
merupakan salah satu penyakit yang cukup penting pada tanaman kubis-kubisan.
Penyakit busuk hitam kubis ini disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris
pv. campestris.
Busuk hitam dapat menyerang seluruh tanaman kubis-kubisan. Bakteri ini
menyerang jaringan pengangkutan tanaman dan dapat berpindah secara sistematis
dalam jaringan pengangkutan tanaman tersebut. Hasna (2011) mengungkapkan,
tanaman kubis dapat terserang busuk hitam pada setiap tahap pertumbuhan. Bibit
yang terserang patogen penyebab busuk hitam, daunnya akan berwarna kuning
sampai coklat, layu, dan runtuh. Pada tanaman yang memasuki pertumbuhan
vegetatif lanjut akan menunjukkan gejala kerdil, layu, daun yang terinfeksi
berbentuk wilayah-V. Wilayah V ini kemudian membesar dan menuju dasar daun,
berwarna kuning sampai coklat, dan kering. Sehingga penyakit ini dapat
menurunkan produktivitas tanaman dan menimbulkan kerugian yang besar bagi
petani.
Pengendalian penyakit busuk hitam saat ini masih tergantung kepada
penggunaan pestisida kimia, karena cara ini mudah dilaksanakan dan belum
ditemukan alternatif pengendalian lain yang cukup efektif. Padahal kita ketahui
bahwa penggunaan pestisida kimiacommit
dapattomenimbulkan
user dampak bagi lingkungan
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2
mengendalikan patogen busuk hitam secara efektif dan efisien serta ramah
lingkungan.
B. Perumusan Masalah
Penyakit busuk hitam kubis yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas
campestris pv. campestris merupakan penyakit yang cukup penting pada
pertanaman kubis. Tawangmangu sendiri merupakan daerah endemi dari penyakit
busuk hitam kubis. Dalam rangka menekan penggunaan bahan kimia dalam
pengendalian patogen tanaman, diperlukan bahan alternatif yang ramah
lingkungan melalui peran musuh alami dari patogen. Berdasarkan permasalahan
tersebut maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini antara lain:
1. Bagaimana eksplorasi dan isolasi bakteriofage yang menginfeksi Xanthomonas
campestris pv. campestris dari daerah Tawangmangu, Karanganyar?
2. Bagaimana kemampuan bakteriofage dalam mengendalikan penyakit busuk
hitam pada tanaman kubis?
3. Bagaimana pengaruh perbedaan asal bakteriofage (daun, daerah perakaran dan
tanah sekitar tanaman kubis sakit) terhadap pengendalian busuk hitam kubis?
commitkhususnya
mengembangkan dunia pertanian, to user dalam bidang perlindungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5
A. Kubis
Kubis (Brassica oleracea L.) biasa dikenal oleh masyarakat awam sebagai
kol. Berdasarkan tata nama (sistematika) botani, kubis diklasifikasikan ke dalam:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Dycotiledonae
Ordo : Brassicales (Rhoeadales)
Famili : Brassicaceae (Cruciferae)
Genus : Brassica
Spesies : Brassica oleracea var. capitata L. (Tjitrosoepomo 2002).
Kubis merupakan salah satu tanaman sayuran yang cukup dikenal di
Indonesia. Kubis dapat dikonsumsi sebagai sayuran segar maupun sebagai olahan.
Di Indonesia tanaman kubis secara nasional merupakan sayuran semusim yang
produksinya menempati urutan teratas yakni 1.432.814 ton dibandingkan dengan
produksi sayuran semusim lainnya BPS (2004). Kubis diduga berasal dari Italia,
dan kapan waktu introduksi ke Indonesia tidak diketahui dengan pasti, tetapi telah
dibudidayakan sebelum Perang Dunia II pada daerah-daerah pegunungan yang
benihnya dibawa dari Eropa, khususnya Belanda (Parmadi dan Sastrosiswojo
1993).
Kubis merupakan salah satu tanamana sayuran dari famili Brasicaceae
berupa tumbuhan berbatang lunak yang dikenal sejak jaman purbakala (2500-
2000 SM). Kubis termasuk tanaman yang dipuja dan dimuliakan oleh masyarakat
Yunani kuno. Awalnya kubis merupakan tanaman pengganggu (gulma) yang
tumbuh liar di sepanjang pantai Laut Tengah, di karang-karang pantai Inggris,
Denmark, dan pantai barat Perancis sebelah utara. Kubis mulai ditanam di kebun-
kebun Eropa serta ke Indonesia kira-kira abad ke 16 atau 17. Pada mulanya kubis
ditanam untuk diambil bijinya (Pracaya 1990).
commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6
Kubis adalah sumber dari meniral seperti mangan, kalsium dan kalium. Selain itu,
mineral yang terkandung dalam kubis antara lain zat besi, fosfor, dan magnesium.
Kubis juga merupakan sumber dari serat, folat dan omega-3 yang sangat baik.
Kandungan lainnya adalah, natrium, seng dan tembaga. Kubis merupakan sumber
dari vitamin C, thiamin (vitamin B1 ), riboflavin ( vitamin B2 ), niasin, vitamin
B6, vitamin k, folat, vitamin A dan protein.100g kubis bisa mengandung 25
kalori. Kubis juga merupakan makanan rendah lemak jenuh, kolesterol dan
merupakan sumber makanan yang kaya akan serat dan folat. sebagian besar yang
terkandung dalam kubis adalah karbohidrat (Syafirudin 2012).
Pada umumnya kubis ditanam dengan pola tanam secara monokultur atau
tumpangsari. Waktu tanam kubis yang paling baik adalah pada awal musim hujan
atau awal musim kemarau. Meskipun demikian, kubis dapat ditanam sepanjang
musim atau tahun asalkan kebutuhan airnya terpenuhi. Cara budidaya tanaman
kubis adalah pengolahan tanah atau pembersihan gulma, penyulaman,
pemupukan, pemanenan, dan pergiliran tanaman (Rukmana 1994).
Keadaan iklim yang sesuai untuk pertanaman kubis adalah daerah yang
relatif lembab dan dingin. Kelembaban yang diperlukan tanaman kubis adalah 80
- 90 %, dengan suhu berkisar 15 - 20C serta cukup mendapatkan sinar matahari.
Varietas-varietas kubis untuk dataran tinggi yang ditanam di daerah yang bersuhu
di atas 25C akan gagal membentuk krop. Pertanaman kubis yang kurang
mendapatkan sinar matahari akan kurang baik pertumbuhannya dan mudah
terserang penyakit. Beberapa varietas kubis yang dapat dikembangkan di dataran
rendah (temperatur di atas 25C) diantaranya adalah KR-Cross dan KY-Cross
yang dapat memberikan hasil setara dengan tanaman kubis di dataran tinggi
(Kartapradja 1988).
yang rendah dan dimana tanaman tetap basah untuk waktu yang lama. Kondisi
yang menguntungkan untuk tersebarnya bakteri menyebabkan kerugian total
tanaman crucifer (Pracaya 2001).
Penyebab penyakit busuk hitam adalah Xanthomonas campestris pv.
campestris. Bakteri ini bersel tunggal, berbentuk batang, 0,7-3,0 x 0,4-0,5 m,
membentuk rantai, berkapsula, tidak berspora, bersifat gram negatif, bergerak
dengan satu flagel polar. Bakteri dapat masuk ke daun dalam 8 sampai 10 jam.
Luka pada daun yang disebabkan oleh serangga dan luka mekanik pada akar juga
juga dapat menjadi tempat masuknya bakteri ke tanaman. Gerakan bakteri ke
tanaman melalui hidatoda dibatasi dalam varietas tahan. Akibatnya, ada situs
infeksi yang lebih sedikit dan atau bagian yang terkena jauh lebih kecil dalam
varietas tahan daripada varietas rentan (Hasna 2011).
Adapun klasifikasi bakteri penyebab busuk hitam kubis yakni
Xanthomonas campestris pv. campestris menurut Dye et al. (1980) adalah sebagai
berikut:
Kerajaan : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gamma Proteobacteria
Ordo : Xanthomonadales
Famili : Xanthomonadaceae
Genus : Xanthomonas
Species : Xanthomonas campestris
Trinomial name: Xanthomonas campestris pv. campestris
Penyakit busuk hitam yang disebabkan oleh X. campestris pv. campestris
dicirikan dengan adanya bercak kuning menyerupai huruf V di pinggir daun
mengarah ke tengah daun. Tulang-tulang daun berwarna cokelat tua atau hitam.
Penyaluran air pada bagian yang bergejala terhambat sehingga daun membusuk
dan berwarna hitam. Serangan patogen terjadi mulai dari persemaian kemudian di
lapangan, hingga pada pasca panen. Bakteri masuk ke dalam tanaman kubis
melalui pori air (hidatoda) pada ujung-ujung berkas pembuluh di tepi daun
(Semangun 2000). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8
Sumber utama bakteri penyebab penyakit busuk hitam kubis adalah dari
benih, bahan tanaman terinfeksi, dan gulma silangan yang terinfeksi. Bakteri ini
disebarkan saat panen terutama oleh angin, percikan air, oleh para pekerja, mesin,
dan kadang-kadang oleh serangga. X. campestris dapat bertahan hidup pada
permukaan daun selama beberapa hari sampai tersebar ke hidatoda atau luka di
mana infeksi dapat terjadi. Bakteri masuk ke daun melalui hidatoda melalui pori-
pori di tepi daun pada malam hari saat terdapat tetes-tetes air. Air ditarik kembali
ke dalam jaringan daun pada pagi hari sehingga bakteri dapat masuk ke daun
(Soeroto 1994).
C. Bakteriofage
Penggunaan bakteriofage merupakan inovasi dalam pengembangan agens
pengendali hayati berupa virus yang bersifat spesifik inang. Bakteriofage tersusun
atas struktur ultra mikroskopis yang unik sehingga mampu bereplikasi dalam inti
sel inang. Bakteriofage telah berhasil digunakan untuk mengelola beberapa
penyakit tanaman oleh serangan bakteri dalam upaya pengurangan residu kimia
dalam penggunaan bakterisida selama ini (Lang et al. 2007).
Seperti kebanyakan virus, bakteriofage biasanya hanya membawa
informasi genetik yang diperlukan untuk replikasi asam nukleat dan sintesis
protein mantel mereka. Ketika fage menginfeksi sel inang mereka, pekerjaan yang
dilakukannya adalah untuk meniru asam nukleat dan untuk menghasilkan
selubung protein pelindung mereka. Namun, mereka tidak bisa melakukannya
sendirian. Mereka membutuhkan prekursor, pembangkit energi dan ribosom yang
commit
dipasok oleh sel inang bakteri mereka to user 2011).
(Setiawan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9
D. Uji plak
Plaque assay adalah suatu teknik yang digunakana untuk mengisolasi dan
memurnikan virus dan untuk menentukan titer virus (konsentrasi terendah virus
yang mengakibatkan terjadinya infeksi). Sebuah uji plak awalnya disebut tes
virologi, selanjutnya dikembangkan untuk mengukur dan menghitung infektivitas
bakteriofage (Maulana 2012).
Salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui unit infeksi virus
diantaranya adalah plaque assay. Pada saat partikel virus memulai infeksinya
pada lapisan sel inang yang tumbuh menyebar di permukaan medium, zona lisis
atau zona hambat akan muncul sehingga akan terlihat wilayah yang terang pada
lapisan sel inang. Wilayah terang ini dinamakan sebagai plaque yang diasumsikan
bahwa setiap plaque berasal dari satu partikel virus (Kusnadi dkk. 2003).
Bakteriofage menempel pada suatu tempat yang spesifik dipermukaan
dinding sel bakteri dan kemudian menyuntikan DNA ke dalam sel bakteri (inti
sel). Bakteriofage berkembang di dalam sel bakteri sehingga pada suatu saat sel
tersebut akan mengalami lisis. Pada isolasi bakteriofage, dalam medium agar di
petri, lisis terungkapkan sebagai zona jernih yang disebut plak (plaque). Plak
dapat dilihat apabila bakteriofage ditumbuhkan bersama dengan inang
bakterinya pada lapisan yang tipis dalam media agar. Dengan demikian adanya
plak mencerminkan adanya kompatibilitas antara bakteriofage dan bakteri yang
bersangkutan (Balogh et al. 2003).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
ependorf, kemudian dituangkan kedalam agar air yang telah mencair (pada
suhu 50 C). Selanjutnya membuat suspensi X. campestris pv. campestris
menggunakan 10 ml aquadest ditambahkan biakan murni X. campestris pv.
campestris sebanyak 3 gores. Suspensi tersebut ditambahkan pada agar air
yang telah berisi bakteriofage tadi sebanyak 100 l. Campuran tersebut
dihomogenkan menggunakan vortex hingga bakteriofage dan X. campestris
pv. campestris. terdistribusi merata pada agar air. Campuran tersebut
dituangkan (secara aseptis) ke permukaan medium YPG (lapisan dasar) dan
selanjutnya diinkubasikan pada suhu kamar selama 24 jam. Setelah masa
inkubasi amati terbentuknya plak berupa zona bening yang muncul pada
media YPG dan menghitung jumlah plak yang terbentuk pada masing-
masing tingkat pengenceran.
f. Preparasi X. campestris pv. campestris dan Bakteriofage untuk
Perlakuan
Untuk aplikasi pada tanaman bakteriofage harus diambil dari plak
(zona bening) yang terbentuk. Plak (zona bening) yang terbentuk diambil
dengan cara dipisahkan dari media dan langsung dimasukkan ke dalam
nutrient broth selanjutnya dihomogenkan. Kemudian mengambil sebanyak
10 ml untuk dilakukan sentrifugasi selama 5 menit dengan kecepatan 12.000
rpm hingga didapatkan supernatan. Supernatan yang terbentuk kemudian
dapat dipindahkan ke dalam mini hand sprayer untuk diaplikasikan pada
tanaman.
Begitu pula dengan bakteri X. campestris pv. campestris, bakteri
dipanen dengan cara pembuatan suspensi bakteri dengan 10 ml nutrient
broth. Suspensi tersebut disentrifugasi selama 5 menit dengan kecepatan
12.000 rpm. Hasil sentrifugasi tersebut dipindahkan dalam mini hand
sprayer kemudian dapat diaplikasikan tanaman pada tanaman.
g. Uji Kinerja Bakteriofage yang Telah Diperoleh untuk Mengendalikan
Penyakit Busuk Hitam Kubis
Percobaandilakukan di lahan Kebun Benih Hortikultura
commitkubis
Tawangmangu. Bibit tanaman to user(varietas midori) yang seragam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
D. Peubah Pengamatan
a. Banyaknya Bakteriofage
Pada saat partikel bakteriofage memulai infeksinya pada lapisan sel
X. campestris pv campestris yang tumbuh menyebar di permukaan medium,
zona lisis atau zona hambat akan muncul sehingga akan terlihat wilayah
yang terang pada lapisan sel inang. Wilayah terang ini dinamakan sebagai
plak yang diasumsikan bahwa setiap plak berasal dari satu partikel
bakteriofage.
commit to user
b. Saat Muncul Gejala
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
n
(nxv)
x100%
NxV
KP =
(nxv) x100%
NxV
Dimana:
KP = Keparahan penyakit (%)
n = sampel yang diamati
v = skor penyakit
N = jumlah sampel yang diamati
V = skor penyakit tertinggi
Skala untuk setiap kategori kerusakan :
commit
0 = tidak ada serangan pada daun to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
A. Banyaknya Bakteriofage
Banyaknya bakteriofage dapat diketahui dengan menghitung jumlah plak
yang terbentuk pada hasil uji plak. Plak merupakan wilayah terang yang terbentuk
pada lapisan atas media yang merupakan zona lisis atau zona hambat saat partikel
bakteriofage menginfeksi lapisan sel X. campestris pv campestris (Gambar 1.).
Diasumsikan bahwa setiap plak yang terbentuk berasal dari satu partikel
bakteriofage.
17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19
C. Insiden Penyakit
Insiden Penyakit (IP) merupakan persentase jumlah daun yang terserang
patogen (n) dari total daun yang diamati (N). Menurut Zadoks dan Schein (1979),
pengukuran intensitas penyakit tanaman dapat dinyatakan dalam istilah
keterjadian penyakit dan keparahan penyakit. Intensitas penyakit dinyatakan
dengan insiden/keterjadian penyakit apabila penyakitnya bersifat sistemik atau
adanya serangan patogen cepat atau lambat akan menyebabkan kematian atau
tidak berproduksi misalnya penyakit yang disebabkan oleh virus.
60
50
Insiden Penyakit (%)
40
30
20
10
0
K DS AS TR
IP (%) 50 11.11 33.33 22.22
Keterangan: 1.) K: kontrol, DS: bakteriofage asal daun kubis sakit, AS: bakteriofage asal
akar kubis sakit, TR: bakteriofage asal tanah sekitar kubis sakit
2.) K merupakan perlakuan yang paling berpengaruh terhadap IP
berdasarkan uji regresi stepwise
Gambar 2. Rata-rata insiden penyakit busuk hitam kubis
Gambar 2. memperlihatkan bahwa pada perlakuan kontrol menunjukkan
rata-rata nilai insiden penyakit yang paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan
lain. Pada perlakuan kontrol, nilai insiden penyakit pada pengamatan terakhir
(hari ke-8) mencapai 50%. Sedangkan dengan aplikasi bakteriofage menunjukkan
nilai insiden penyakit yang relatif lebih rendah yakni 11,11% untuk aplikasi
bakteriofage asal daun sakit, 33,33% untuk aplikasi bakteriofage asal akar sakit,
dan 22,22% untuk aplikasi bakteriofage asal tanah sekitar tanaman sakit. Dari
uraian tersebut dapat dikatakan bahwa bakteriofage mampu meminimalisir
commit
kejadian penyakit busuk hitam kubis. Haltoini
user
sesuai dengan pernyataan Flaherty
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21
D. Keparahan Penyakit
Keparahan penyakit (KP) didefinisikan sebagai persentase luasnya
jaringan tanaman yang terserang patogen dari total luasan yang diamati. KpP
adalah keparahan penyakit; n adalah jumlah jaringan terserang pada setiap
kategori (skor); v adalah kategori (skor) serangan; Z adalah kategori serangan
tertinggi; dan N adalah total dari jumlah jaringan yang diamati (Agrios 1997).
Pengamatan keparahan penyakit dilakukan secara berkala yakni 2, 4, 6,
dan 8 HST. Pengamatan dilakukan secara deskriptif dengan melihat gejala
serangan penyakit busuk hitam pada daun kemudian menentukan persentase
serangan dengan skor yang telah ditentukan. Keparahan penyakit busuk hitam
kubis mengalami perkembangan (Gambar 3.). Namun pada perlakuan DS (dengan
commit to user
aplikasi bakteriofage asal daun sakit), gejala penyakit cenderung tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22
berkembang.
16 TR: bakteriofage
14 14.19 asal tanah sekitar
kubis sakit
Keparahan Penyakit
12 AS: bakteriofage
10 10.49 asal akar sakit
8.76
8 8.02
(%)
12
10
8
6
4
2
0
K DS AS TR
KP (%) 14.19 1.23 8.64 6.17
Keterangan: 1.) K: kontrol, DS: bakteriofage asal daun kubis sakit, AS: bakteriofage asal
akar kubis sakit, TR: bakteriofage asal tanah sekitar kubis sakit
2.) K merupakan perlakuan yang paling berpengaruh terhadap KP
berdasarkan uji regresi stepwise
commit to user
Gambar 4. Rata-rata keparahan penyakit busuk hitam kubis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Bakteriofage dari Xanthomonas campestris pv. campestris dapat diisolasi dari
daun tanaman, akar tanaman, dan tanah sekitar tanaman yang terserang busuk
hitam kubis.
2. Bakteriofage memiliki kemampuan dalam menekan serangan penyakit busuk
hitam kubis.
3. Infeksi bakteriofage terhadap Xanthomonas campestris pv. campestris
dipengaruhi oleh perbedaan asal bakteriofage (daun tanaman, akar tanaman,
dan tanah sekitar tanaman yang terserang busuk hitam kubis).
B. Saran
Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini yakni perlu adanya
pengkajian tentang mekanisme aplikasi bakteriofage di lapangan serta formulasi
bakteriofage yang tepat sehingga dapat dimanfaatkan oleh petani dalam
mengendalikan penyakit busuk hitam kubis.
commit to user
25