Anda di halaman 1dari 73

KARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DESA PENDA


RANGAS KECAMATAN KAHAYAN HULU UTARA KABUPATEN
GUNUNG MAS TENTANG PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA

PINGKY
20.71.023690

PROGRAM STUDI DIII FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
PALANGKA RAYA
2023
KARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DESA PENDA


RANGAS KECAMATAN KAHAYAN HULU UTARA KABUPATEN
GUNUNG MAS TENTANG PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar


Ahli Madya Farmasi

PINGKY
20.71.023690

PROGRAM STUDI DIII FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
PALANGKA RAYA
2023
HALAMAN PERSEMBAHAN

“Karya Tulis Ilmiah Ini


Dipersembahan untuk kedua orang
tua saya, adik saya tercinta dan untuk
diri saya sendiri”

iii
HALAMAN PERSETUJUAN

KARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DESA PENDA


RANGAS KECAMATAN KAHAYAN HULU UTARA KABUPATEN
GUNUNG MAS TENTANG PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA

PINGKY
20.71.023690

Disetujui oleh pembimbing untuk mengajukan ujian sidang Karya Tulis Ilmiah
Pada Program Studi DIII Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Palangkaraya

Palangka Raya, 2023

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Apt. Evi Mulyani, M.Farm Apt. Halida Suryadini, M. Farm


NIDN.1112078701 NIDN.0701048903

iv
HALAMAN PENGESAHAN

KARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DESA PENDA


RANGAS KECAMATAN KAHAYAN HULU UTARA KABUPATEN
GUNUNG MAS TENTANG PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA

PINGKY
20.71.023690

Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi


Program Studi DIII Farmasi

Palangka Raya, 2023


Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

apt. Evi Mulyani, M.Farm apt. Halida Suryadini, M. Farm


NIDN.1112078701 NIDN.0701048903

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Ketua Program Studi
DIII Farmasi

apt. Nurul Chusna, S.Farm.,M.Sc apt. Evi Mulyani, M.Farm


NIK. 15.0601.1.014 NIK. 10.0601.1.24

v
HALAMAN PENGUJIAN

KARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DESA PENDA


RANGAS KECAMATAN KAHAYAN HULU UTARA KABUPATEN
GUNUNG MAS TENTANG PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA

PINGKY
20.71.023690

Telah dipertahankan di Depan Tim Penguji


Program Studi DIII Farmasi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Palangka Raya, 2023

TIM PENGUJI

Penguji Utama : apt. Rabiatul Adawiyah, S.Farm., M.Si (..........................)

Anggota : apt. Rezqi Handayani, M.P.H (..........................)

apt. Evi Mulyani, M. Farm (..........................)

apt. Halida Suryadini, M. Farm (..........................)

vi
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademik di suatu
Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat Karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Palangka Raya, 05 Juni 2023

Pingky
20.71.023690

vii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Tingkat Pengetahuan
Masyarakat Desa Penda Rangas Kecamatan Kahayan Hulu Utara Kabupaten
Gunung Mas Tentang Penggunaan Antibiotika”. Dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini, penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan Karya Tulis Ilmiah
sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan karya tulis ini. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Muhammad Yusuf, S.Sos., M.A.P selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Palangkaraya
2. Ibu apt. Nurul Chusna, M.Sc selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
3. Ibu apt. Evi Mulyani, M.Farm selaku Ketua Program Studi D-III Farmasi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya dan juga
selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan banyak bantuan, masukan
dan meluangkan waktu, tenaga serta pikiran untuk membimbing penulis dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
4. Ibu Rika Arfiana Safitri, M.Farm selaku Dosen Pembimbing Akademik
Program Studi D-III Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Palangkaraya yang telah memberikan banyak bantuan,
masukan dan meluangkan waktu, tenaga serta pikiran untuk membimbing
selama perkuliahan.
5. Ibu apt. Halida Suryadini, M. Farm selaku Pembimbing Pendamping yang
telah memberikan banyak bantuan, masukan dan meluangkan waktu, tenaga
serta pikiran untuk membimbing penulis dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah.
6. Seluruh Dosen Program Studi D-III Farmasi yang telah memberikan ilmu dan
bimbingan yang sangat berharga selama ini.
viii
7. Kedua Orang Tua dan Adik Tercinta yang telah memberikan kasih sayang,
nasehat, dukungan moril maupun materil dan selalu mendoakan yang terbaik
untuk penulis.
8. Seluruh teman seperjuangan saya mahasiswa (i) angkatan 2020 di Program
Studi D-III Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Palangkaraya, yang selalu membantu saya dalam keadaan apapun, telah
banyak memberikan waktu, tenaga dan pikiran.
9. Serta samua pihak terkait yang telah memberikan bantuan dan masukkan
hingga terselesaikannya penulisan Karya Tulis Ilmiah.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan, bantuan yang
diberikan kepada saya, semoga bermanfaat bagi saya dan Karya Tulis Ilmiah ini
dapat menambah wawasan bagi pembaca pada umumnya. Saya meminta maaf
atas segala kekurangan yang terdapat dalam Karya Tulis Ilmiah ini, sehingga saya
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kedepannya.

Palangka Raya, 2023

Pingky

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPU

L.....................................................................................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................
HALAMAN PENGUJIAN........................................................................................
HALAMAN PERNYATAAN..................................................................................
KATA PENGANTAR.............................................................................................viii
DAFTAR ISI...............................................................................................................
DAFTAR TABEL.....................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................xiii
ABSTRAK................................................................................................................xiv
ABSTRACK................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................
1.1 Latar Belakang.................................................................................
1.2 Rumusan Masalah............................................................................
1.3 Batasan Masalah...............................................................................
1.4 Tujuan Penelitian..............................................................................
1.5 Manfaat Penelitian...........................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................
2.1 Pengetahuan......................................................................................
2.1.1 Defenisi Pengetahuan...........................................................
2.1.2 Tingkat Pengetahuan............................................................
2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan...............
2.1.4 Cara Memperoleh Pengetahuan............................................
2.2 Antibiotik..........................................................................................
2.2.1 Definisi Antibiotik................................................................
2.2.3 Mekanisme Kerja Antibiotik..............................................
x
2.2.4 Resistensi Antibiotik...........................................................
2.3 Gambaran Umum Desa Penda Rangas..............................................
2.3.1 Keadaan Geografi..................................................................
2.3.2 Keadaan Demografi...............................................................
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................
3.1 Jenis dan Metode Penelitian...........................................................
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian........................................................
3.3 Populasi dan Sampel......................................................................
3.3.1 Populasi.................................................................................
3.3.2 Sampel...................................................................................
3.4 Definisi Operasional.......................................................................
3.5 Teknik Pengumpulan Data.............................................................
3.6 Instrumen Penelitian.......................................................................
3.7 Pengolahan dan Analisis Data........................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................
5.1 Simpulan.........................................................................................
5.2 Saran...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
LAMPIRAN..............................................................................................................

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Karakteristik Responden ..........................................................................19


Tabel 2. Hasil Kuesioner Jawaban Responden .......................................................20

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Validasi .................................................................................


Lampiran 2. Lembar Persetujuan dan Kuesioner ....................................................
Lampiran 3. Kunci Jawaban Kuesioner ..................................................................
Lampiran 4. Surat Izin Penelitian ...........................................................................
Lampiran 5. Surat Balasan Izin Penelitian ..............................................................
Lampiran 6. Surat Keterangan Selesai Penelitian ...................................................
Lampiran 7. Hasil Pengisian Kuesioner oleh Responden ......................................41
Lampiran 8. Rekapitulasi Data Responden..............................................................
Lampiran 9. Perhitungan Persentase Kuesioner.......................................................
Lampiran 10. Dokumentasi Penelitian.......................................................................
Lampiran 11. Data Penduduk Desa Penda Rangas....................................................

xiii
TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DESA PENDA
RANGAS KECAMATAN KAHAYAN HULU UTARA KABUPATEN
GUNUNG MAS TENTANG PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA

PINGKY
20.71.023690

Program Studi DIII Farmasi


Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

ABSTRAK

Antibiotik merupakan obat yang paling banyak digunakan pada infeksi yang
disebabkan oleh bakteri. Penggunaan antibiotik yang tepat penting untuk
diperhatikan karena efek sampingnya yang cukup membahayakan dan
penggunaannya yang tidak tepat dapat menyebabkan resistensi antibiotik. Faktor
yang mendukung terjadinya resistensi yaitu penggunaannya yang tidak tepat
(tidak tepat dosis maupun tidak tepat obat). Adapun tujuan penelitian ini yaitu
untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat Desa Penda Rangas
Kecamatan Kahayan Hulu Utara Kabupaten Gunung Mas tentang penggunaan
antibiotika. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif dengan teknik pengambilan sampel yang digunakan purposive
sampling, dengan jumlah responden sebanyak 80 orang yang memenuhi kriteria
yang telah ditetapkan peneliti dengan menggunakan alat ukur kuesioner yang
telah divalidasi. Berdasarkan hasil penelitian pada 80 responden didapatkan
persentase sebesar 50,5% yang termasuk kedalam kategori kurang mengetahui.

Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Masyarakat Desa Penda Rangas,


Antibiotika.

xiv
KNOWLEDGE LEVEL OF THE PENDA RANGAS KECAMATAN
KAHAYAN HULU UTARA KABUPATEN
GUNUNG MAS COMMUNITIES ABOUT USE OF ANTIBIOTICS

PINGKY
20.71.023690

Departement Of Pharmacy, Faculty of Health Sciences


Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

ABSTRACK

Antibiotics are the drugs most widely used in infections caused by bacteria. The
proper use of antibiotics is important to note because the side effects are quite
dangerous and their inappropriate use can lead to antibiotic resistance. Factors that
support the occurrence of resistance are inappropriate use (incorrect dosage or
inappropriate drug). The purpose of this study was to find out how Level Of
Knowledge Of The Penda Rangas Kecamatan Kahayan Hulu Utara Kabupaten
Gunung Mas Communities About Use Of Antibiotics . The design of this study
was a descriptive study with a quantitative approach with a sample technique used
purposive sampling, with a total of 80 respondents who met the criteria set by the
researcher using a validated questionnaire measuring instrument. Based on the
research results on 80 respondents, a percentage of 50.5% was included in the less
knowing category.

Keywords: Knowledge level, Penda Rangas Village Community, Antibiotics.

xv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh mikroorganisme
patogen seperti bakteri, virus, jamur dan parasit. Infeksi dapat disertai ataupun
tidak disertai dengan suatu gejala klinis. Mekanisme terjadinya suatu infeksi
diawali dengan adanya agen infeksi (infectious agent), dimana pada manusia agen
infeksi dapat berupa bakteri, virus, jamur, dan parasit. Penggunaan terapi
antimikroba merupakan sebuah pilihan terapi yang dapat digunakan untuk
mencegah dan mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri (Utami, 2013).
Menurut Departemen Farmakologi dan Teraupetik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia (2013) menyatakan, Antibiotik adalah zat yang dihasilkan
oleh suatu mikroba, terutama fungi yang dapat menghambat atau dapat membasmi
mikroba jenis lain. Antimikroba ialah obat pembasmi mikroba, khususnya
mikroba yang merugikan manusia. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesiaa No. 2406/MENKES/PER/XII/2011 tentang pedoman
Penggunaan Antibiotik, obat yang paling sering digunakan untuk mengobati
infeksi yang disebabkan oleh bakteri adalah antibiotik. Penggunaan antibiotik
yang tidak sesuai dengan resep dokter menimbulkan dampak negatif. Seperti
terjadinya resistensi terhadap satu atau beberapa antibiotik, meningkatkan efek
samping obat, biaya pelayanan kesehatan yang mahal bahkan mengakibatkan
kematian (Ihsan et al., 2013).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
2406/MENKES/PER/XII/2011 tentang pedoman Penggunaan Antibiotik, Resisten
adalah kemampuan bakteri untuk menetralisir dan melemahkan daya kerja
antibiotik. Resistensi terhadap antibiotik meningkat karena pengetahuan tentang
antibiotik yang kurang memadai serta penggunaan antibiotik yang tidak rasional.
Kurangnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang penggunaan
antibiotik yang benar menjadi faktor yang dapat memicu resisten
antibiotik.
2

Masyarakat seringkali tidak menghabiskan obat antibiotik yang diberikan dokter


dengan waktu yang telah ditentukan (Pambudi & Utari, 2020).
Tingginya penggunaan antibiotik secara tidak tepat di kalangan masyarakat
saat ini menyebabkan terjadinya masalah resistensi antibiotik. Permasalahan
resistensi ini bukan hanya menjadi masalah di Indonesia, tapi telah menjadi
masalah global. Permasalahan resistensi terjadi ketika bakteri berubah dalam satu
atau lain hal yang menyebabkan turun atau hilangnya efektivitas obat, senyawa
kimia atau bahan lainnya yang digunakan untuk mencegah atau mengobati infeksi.
Penyebab utama resistensi antibiotik ialah penggunaannya yang meluas dan
irasional (Utami, 2013). Hasil penelitian Antimicrobial Resistant in Indonesia
(AMRIN-Study) menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2011) tentang
Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik terbukti dari 2.494 individu di
masyarakat, 43% Escherichia coli resisten terhadap berbagai jenis antibiotik
antara lain ampisilin (34%), kotrimoksazol (29%) dan kloramfenikol (25%).
Sebanyak 103.850 (35,2%) dari 294.959 rumah tangga di Indonesia
menyimpan obat untuk swamedikasi. Dari 35,2% rumah tangga yang menyimpan
obat, proporsi rumah tangga yang menyimpan antibiotika adalah 27,8%. Data
Riset Kesehatan Dasar juga menyebutkan bahwa 86,1% rumah tangga tersebut
menyimpan antibiotika yang diperoleh tanpa resep dokter. Penggunaan antibiotika
untuk swamedikasi merupakan salah satu contoh penggunaan antibiotik yang
tidak rasional yang dapat menyebabkan resistensi antibiotik (Ihsan et al., 2021).
Penggunaan antibiotik yang tidak rasional dipengaruhi oleh pengetahuan
masyarakat tentang antibiotik itu sendiri. Menurut Mantan Menteri Kesehatan
Endang Rahayu Sedyaningsih, sekitar 92% masyarakat di Indonesia tidak
menggunakan antibiotik secara tepat (Utami, 2012). Untuk menjamin ketepatan
pemakaian antibiotik di masyarakat tentunya sudah merupakan kewajiban bagi
tenaga kesehatan khususnya tenaga kefarmasian untuk memberikan informasi
yang tepat kepada masyarakat mengenai cara pemakaian antibiotik (Habibah,
2015).
3

Berdasarkan hasil observasi peneliti di Desa Penda Rangas Kecamatan


Kahayan Hulu Utara Kabupaten Gunung Mas, desa ini hanya memiliki 1 fasilitas
pelayanan kesehatan yaitu 1 posyandu, letak apotek dan puskesmas dari Desa
Penda Rangas memerlukan waktu 35-40 menit. Kebiasaan masyarakat Desa
Penda Rangas melakukan pengobatan sendiri dengan hanya membeli obat di
warung terdekat yang bisa didapat dengan mudah tanpa resep dokter
dibandingkan untuk membeli obat di apotek atau puskesmas. Antibiotik juga
sering digunakan masyarakat sebagai obat untuk mengobati sakit yang seharusnya
tidak memerlukan antibiotik untuk meredakan nyeri, flu dan menggunakan
antibiotik hanya berdasarkan pengalaman dan saran dari kerabat dekat.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti berkeinginan untuk melakukan
penelitian dengan judul “Tingkat Pengetahuan Masyarakat Desa Penda Rangas
Kecamatan Kahayan Hulu Utara Kabupaten Gunung Mas Tentang Antibiotika”.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana tingkat
pengetahuan masyarakat Desa Penda Rangas Kecamatan Kahayan Hulu Utara
Kabupaten Gunung Mas tentang penggunaan antibiotika?
1.3 Batasan Masalah
Agar masalah ini tidak meluas maka peneliti memberi batasan. Adapun
batasan masalah dalam penelitian ini yaitu penelitian dilakukan berdasarkan
beberapa indikator berikut antara lain pengetahuan tentang antibiotika, cara
mendapatkan antibiotika dan efek samping antibiotika.
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat
pengetahuan masyarakat desa Penda Rangas Kecamatan Kahayan Hulu Utara
Kabupaten Gunung Mas tentang penggunaan antibiotika.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:
1. Peneliti
4

Memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan tentang tingkat


pengetahuan penggunaan antibiotika di masyarakat, dan dapat belajar
memahami atau menghargai pendapat orang lain dalam hal penggunaan
antibiotika sehingga masyarakat dapat merubah dalam kepatuhan penggunaan
antibiotika yang benar.
2. Bagi Pembaca
Menambah pengetahuan dan wawasan kepada pembaca tentang tingkat
pengetahuan penggunaan antibiotika pada masyarakat.
3. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan referensi, informasi
dalam bidang pendidikan kesehatan, dan dapat dijadikan tambahan
kepustakaan dalam pengembangan penelitian selanjutnya.
4. Masyarakat
Penelitian ini adalah untuk memberikan informasi, menambah serta
meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penggunaan antibiotika
yang benar.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Defenisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah seseorang dalam
melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
(overt behavior). Pengetahuan dapat menjadi ilmu apabila mempunyai objek
kajian, mempunyai metode pendekatan, disusun secara sistematis, dan bersifat
universal (Rahmi et al., 2020).
2.1.2 Tingkat Pengetahuan
Menurut Alrosyidi et al., 2021, Pengetahuan merupakan domain yang
penting untuk bisa terbentuknya tindakan seseorang dan bisa diperoleh secara
alami maupun secara terencana yaitu melalui proses pendidikan. Pengetahuan
yang cukup dalam hal kognitif beberapa mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
1. Tahu (Know)
Tahu dapat diartikan apabila seseorang bisa mengingat suatu materi yang
pernah dipelajari sebelumnya dan dapat menguraikannya, mengindentifikasi,
menyatakan, dan menyebutkannya kembali.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami artinya suatu kemampuan seseorang untuk dapat menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan di mana dapat
menginterpretasikannya secara benar.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu
struktur organisasi tersebut dan masih terdapat kaitannya satu sama lain.
7

5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis yang dimaksud adalah menunjukkan pada suatu kemampuan
untuk melaksanakan atau menggabungkan bagian-bagian ke dalam suatu
keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek tertentu. Pengukuran pengetahuan
dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi
materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.
2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu (Rahmi et al., 2020) :
1. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pikir seseorang. Semakin
tua usia seseorang semakin bijak dan semakin banyak informasi yang
diperoleh serta semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah
pengetahuan.
2. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha bentuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan seseorang dan berlangsung seumur hidup.
3. Pengalaman
Pengalaman bekerja dan belajar akan meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan profesional serta dapat mengembangkan kemampuan mengambil
keputusan yang merupakan manifestasi dari kepribadian penalaran secara
ilmiah.
4. Sumber informasi
Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam
menyampaikan informasi. Semakin banyak informasi yang diperoleh, maka
semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.
5. Informasi atau Media Massa
8

Informasi diperoleh dari pendidikan formal maupun nonformal dapat


mem berikan pengarauh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan dan
peningkatan pengetahuan. Semakin berkembangnya teknologi menyediakan
bermacam-macam media massa sehingga dapat mempengaruhi pengetahuan
masyarakat. Informasi mempengaruhi pengetahuan seseorang jika sering
mendapatkan informasi tentang suatu pembelajaran maka akan menambah
pengetahuan dan wawasannya, sedangkan seseorang yang tidak sering
menerima informasi tidak akan menambah pengetahuan dan wawasannya.
6. Sosial, Budaya dan Ekonomi
Tradisi atau budaya seseorang yang dilakukan tanpa penalaran apakah
yang dilakukan baik atau buruk akan menambah pengetahuannya walaupun
tidak melakukan. Status ekonomi juga akan menentukan tersedianya fasilitas
yang dibutuhkan untuk kegiatan tertentu sehingga status ekonomi akan
mempengaruhi pengetahuan seseorang. Seseorang yang mempunyai sosial
budaya yang baik maka pengetahuannya akan baik jika sosial budayanya
kurang baik maka pengetahuannya akan kurang baik. Status ekonomi
seseorang mempengaruhi tingkat pengetahuan karena seseorang yang
memiliki status ekonomi dibawah rata-rata maka seseorang tersebut akan sulit
untuk memenuhi fasilitas yang diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan.
7. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi proses masuknya pengetahuan kedalam
individu karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan
direspon sebagai pengetahuan oleh individu. Lingkungan yang baik akan
pengetahuan yang didapatkan akan baik tapi jika lingkungan kurang baik
maka pengetahuan yang didapat juga akan kurang baik.
2.1.4 Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Natoatmodjo (2014) ada beberapa cara untuk memperoleh
pengetahuan yakni: (Ratih & Yudita, 2019; Yarza, Yanwirasti, & Irawati, 2015)
(Ratih & Yudita, 2019; Yarza, Yanwirasti, & Irawati, 2015)(Ratih & Yudita,
2019; Yarza, Yanwirasti, & Irawati, 2015)(Ratih & Yudita, 2019; Yarza,
9

Yanwirasti, & Irawati, 2015)(Ratih & Yudita, 2019; Yarza, Yanwirasti, & Irawati,
2015)(Ratih & Yudita, 2019; Yarza, Yanwirasti, & Irawati, 2015)(Ratih &
Yudita, 2019; Yarza, Yanwirasti, & Irawati, 2015)(Ratih & Yudita, 2019; Yarza,
Yanwirasti, & Irawati, 2015)(Ratih & Yudita, 2019; Yarza, Yanwirasti, & Irawati,
2015)(Ratih & Yudita, 2019; Yarza, Yanwirasti, & Irawati, 2015)(Ratih &
Yudita, 2019; Yarza, Yanwirasti, & Irawati, 2015)(Ratih & Yudita, 2019; Yarza,
Yanwirasti, & Irawati, 2015)(Ratih & Yudita, 2019; Yarza, Yanwirasti, & Irawati,
2015)(Ratih & Yudita, 2019; Yarza, Yanwirasti, & Irawati, 2015)(Ratih &
Yudita, 2019; Yarza, Yanwirasti, & Irawati, 2015)(Ratih & Yudita, 2019; Yarza,
Yanwirasti, & Irawati, 2015)(Ratih & Yudita, 2019; Yarza, Yanwirasti, & Irawati,
2015)(Ratih & Yudita, 2019; Yarza, Yanwirasti, & Irawati, 2015)
1. Cara coba salah (Trial and Error)
Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil dicoba
kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua gagal pula maka dicoba
dengan kemungkinan ketiga dan apabila kemungkinan ketiga gagal, dicoba
kemungkinan keempat dan seterusnya sampai masalah tersebut dapat
dipecahkan.
2. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan
dengan mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam
memecahkan persoalan dimasa lalu.
3. Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan umat manusia telah mampu menggunakan
penalarannya dalam memperoleh pengetahuan.
4. Cara modern
Cara baru memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis,
logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metodologi penelitian.
5. Cara pengukuran pengetahuan
10

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawanacara atau


angket dengan mengemukakan sejumlah pertanyaan tentang isi materi yang
hendak diukur dari subjek penelitian atau responden.
2.2 Antibiotik
2.2.1 Definisi Antibiotik
Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang
memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan
toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Zat turunan, zat yang termasuk kelompok
ini, dan senyawa sintesis yang berkhasiat sebagai antibakteri dibuat secara
semisintesis (Estiningsih, Puspitasari, & Nuryastuti, 2016).
2.2.2 Penggolongan Antibiotik
Menurut Ihsan et al., (2016) berdasarkan golongannya antibiotik
digolongkan menjadi:
1. Penicillin
Penicillin merupakan antibakterial pertama yang digunakan untuk terapi
dan termasuk dalam kelas beta-laktam. Semua obat golongan penicillin
memiliki struktur cincin kimia yang sama dan asam mono-basic yang
terbentuk dari garam dan ester. Contoh antibiotik golongan penicillin adalah
Mericilin, Ampicilin, Amoksisilin, Carbenicilin, Temocilin, dan Mecilinam.
2. Sefalosporin
Sefalosporin adalah antibakterial semisintesis yang berasal dari
antibakterial alami yaitu Cephalosporim acremonium. Golongan ini bersifat
bakterisida dan menghambat sintesis dari dinding sel, sama seperti penicillin.
Sefalosporin terbagi menjadi empat generasi. Generasi pertama adalah
cefalotin, generasi kedua adalah cefamandole, cefonicid, ceforanide, dan
ceoftiam; generasi ketiga adalah cefotaxime, cefixime, ceftazidime,
cefoperazone dan cefpiramide dan generasi keempat adalah cefepime,
cefpirome, ceftobripole. Selain itu juga terdapat golongan semisintesis dari
sefalosporin yaitu cephamycin.
3. Tetrasiklin
11

Antibakterial ini merupakan turunan dari Streptoomyces spp. Tetrasiklin


memiliki spectrum yang luas sehingga bisa menyerang bakteri gram positif
maupun gram negatif. Tidak hanya itu tapi juga bisa menyerang Chlamudias,
Chlamudophilas, Rickettsias, Mycoplasmas, Spirochaetes, beberapa
mikobakterial dan protozo. Namun tetrasiklin tidak bisa digunakan untuk
menyerang bakteri gram positif dan gram negatif karena dapat menyebabkan
resisten dan banyaknya obat antimikroba yang spektrumnya lebih sempit
dibanding tetrasiklin. Contoh golongan tetrasiklin adalah tetrasiklin
doxycycline dan minocycline.
4. Quinolon
Quinolon merupakan antibakteri sintesis yang digunakan untuk
menyaingi penggunaan antibakteri golongan beta-laktam dan makrolida dalam
terapi. Quinolon memiliki sifat spectrum antibakteri untuk melawan gram
positif, gram negative dan patogen mikrobakterial anerob. Kelompok I adalah
norloxacin, kelompok II adalah enoxacin, ofloxacin dan ciprofloxacin;
kelompok III adalah levofloxacin dan kelompok IV adalah moxifloxacin.
5. Makrolida
Makrolida merupakan salah satu golongan dari antibakteri yang
merupakan turunan dari Streptomyces spp. Contoh obat antibiotik yang masuk
dalam golongan ini adalah erythromycin, flurithromycin, azithromycin,
clarithromycin, dirithromycin, roxithromycin, spiramycin dan oleandomycin.
6. Aminoglikosida
Aminoglikosida merupakan antibakteri turunan genus Streptomyces dan
Micromonospora. Golongan ini bekerja dengan menyerang sintesis protein
dari bakteri. Aminoglikosida diabsorbsi sedikit didalam gastrointestinal tract
namun didistribusikan secara baik lewat parenteral. Contoh aminoglikosida
adalah streptomycin, gentamycin, apramycin, arbekacin, astromici,
bekanamycin, dibekacin, etimicin, idepamicin, dan mikronomicin.
7. Antimikrobakterial
12

Antimikrobakterial adalah kelompok lain dari antibakteri dimana selain


untuk antibakteri tapi juga untuk Mycrobacterium spp. Biasanya golongan ini
digunakan untuk terapi tuberculosis, leprosy, dan infeksi mikrobakteri yang
lain. Contoh obat golongan ini adalah rifampicin, isozianid, pyrazinamide,
clofazimine.
8. Kloramfenikol
Golongan antibiotik ini merupakan isolate pertama dari Streptomyces
venezulae. Namun dengan berkembangnya jaman, kloramfenikol sudah
berbentuk sintesis. Kloramfenikol biasa dipakai untuk demam tifoid contoh
obat golongan kloramfenikol adalah azidamfenicol, chloramphenicol,
florfenicol dan thiamphenicol.
9. Glikopeptida
Vankomicin yang merupakan contoh obat golongan glikopeptida
memiliki aktivitas menyerang pada sintesis dinding sel dari bakteri dan sangat
aktif menyerang bakteri gram positif. Obat ini biasanya digunakan dalam
terapi infeksi yang disebabkan oleh Stophylococcus dan profilaksis dari
endocarditis. Contoh obat dari golongan glikopeptida adalah avoparcin,
dalbavacin, norvacomycin, oritavancin, ramoplamin dan teicoplanin.
10. Linkosamida
Linkosamida memiliki aktivitas yang sama dengan eritromisin dan
antibakteri golongan mikrolida lainnya yaitu menyerang pada sintesis
proteinnya terutama pada ribosom bakteri tersebut. Linkosamida bisa bersifat
bakteriostatik atau bakterisida tergantung pada kemampuannya melawan
bakteri gram positif dan Bacteroides spp. Contoh obat dari golongan ini
adalah clindamycin, lincomycin dan pirlymycin.
2.2.3 Mekanisme Kerja Antibiotik
Mekanisme kerja dari antibiotik adalah (Yarza et al., 2015):
1. Antibiotik yang menghambat metabolisme sel mikroba Antibiotik yang
termasuk dalam kelompok ini adalah sulfonamida, trimetoprim, asam p-
13

aminosalisilat (PAS), dan sulfanilamid. Dengan mekanisme kerja ini diperoleh


efek bakteriostatik.
2. Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel mikroba, Antibiotik yang
termasuk dalam kelompok ini adalah penisilin, sefalosporin, basitrasin,
vankomisin, dan sikloserin.
3. Antibiotik yang mengganggu keutuhan membran isi sel mikroba Antibiotik
yang mengganggu keutuhan membran isi sel mikroba adalah polimiksin,
golongan polien serta berbagai antibiotik kemoterapeutik, misalnya antiseptik
surface active agents. Kerusakan membran sel menyebabkan keluarnya
berbagai komponen penting dari dalam sel mikroba yaitu protein, asam
nukleat dan nukleotida.
4. Antibiotik yang sintesis protein sel mikroba, Antibiotik yang termasuk dalam
kelompok ini adalah golongan aminoglikosid, makrolid, linkomisin, tetrasiklin
dan kloramfenikol.
5. Antibiotik yang menghambat sintesis asam nukleat sel mikroba Antibiotik
yang termasuk dalam kelompok ini adalah rifampisin dan golongan kuinolon.
2.2.4 Resistensi Antibiotik
Resistensi antibiotik adalah kemampuan bakteri untuk menetralisir dan
melemahkan daya kerja antibiotik sehingga bakteri menjadi kebal terhadap
antibiotik dan tidak lagi dapat dimatikan atau dibunuh. Resistensi terjadi ketika
bakteri berubah dalam satu atau lain hal yang menyebabkan turun atau hilangnya
efektivitas obat dalam mengobati infeksi. Bakteri yang mampu bertahan hidup
dan berkembang biak, menimbulkan lebih banyak bahaya. Kepekaan bakteri
terhadap kuman ditentukan oleh kadar hambat minimal yang dapat menghentikan
perkembangan bakteri (Rahmi et al., 2020).
Dampak negatif terburuk akibat penggunaan antibiotik yang kurang rasional
adalah munculnya masalah resistensi terutama resistensi karena kuman terhadap
banyak obat (multidrug-resistance). Hal ini mengakibatkan pengobatan menjadi
tidak efektif, peningkatan morbiditas maupun mortalitas pasien dan meningkatnya
biaya perawatan kesehatan (Mahardika, Maharani, & Suryoputri, 2018). Faktor-
14

faktor yang memudahkan berkembangnya resistensi penggunaan antibiotik adalah


:
1. Penggunaan antibiotik yang sering
2. Penggunaan antibiotik yang irasional
3. Penggunaan antibiotik baru yang berlebihan
4. Penggunaan antibiotik untuk waktu yang lama
Beberapa mekanisme resistensi yang terjadi yaitu:
1. Mikroorganisme menghasilkan enzim dan merusak obat yang aktif.
Contohnya, staphylococus resisten terhadap penisilin-G menghasilkan β-
laktamase yang merusak obat.
2. Mikroorganisme merubah permeabilitasnya terhadap obat. Contohnya,
tetrasiklin terkumpul dalam bakteri yang peka tapi tidak dalam bakteri yang
resisten. Resistensi terhadap polimiksin juga dihubungkan dengan perubahan
dalam permeabilitas terhadap obat.
3. Mikroorganisme mengubah struktur target untuk obat. Contohnya resistensi
kromosom terhadap aminoglikosida dihubungkan dengan perubahan perotein
spesifik dalam subunit 30S dari ribosom bakteri yang berperan sebagai tempat
ikatan pada organisme yang peka.
4. Mikroorganisme mengembangkan jalur metabolisme baru yang menghindari
jalur yang biasa dihambat oleh obat. Misalnya, beberapa bakteri yang resisten
terhadap sulfonamide tidak membutukan Para Amino Bensoit Acid (PABA)
ekstraseluler tapi seperti sel mamalia, dapat menggunakan asam folat.
5. Mikroorganisme mengembangkan enzim baru yang masih dapat melakukan
fungsi metaboliknya tapi sedikit dipengaruhi oleh obat. Misalnya, pada bakteri
yang resisten terhadap trimetropin, enzim hidrofolat reduktase sedikit
dihambat secara efisien daripada bakteri yang peka terhadap trimetropim.
2.3 Gambaran Umum Desa Penda Rangas
2.3.1 Keadaan Geografi
Desa Penda Rangas terletak di Kecamatan Kahayan Hulu Utara
Kabupaten Gunung Mas, dengan luas wilayah 96,8 km persegi, dengan
15

batas wilayah sebagai berikut berdasarkan Profil Desa Penda Rangas


(2023):
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tumbang Sian
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kapuas
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Dandang, Kelurahan Tumbang Miri
dan Kecamatan Tewah
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Batu Tangkoi
2.3.2 Keadaan Demografi
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Pengurus Desa Penda
Rangas merupakan desa yang terletak di wilayah Kecamatan Kahayan
Hulu Utara, Kabupaten Gunung Mas, Provinsi Kalimantan Tengah,
Indonesia. Luas daerah desa ini adalah 96 km persegi. Jumlah penduduk
desa ini berdasarkan data penduduk tahun 2023 sebanyak 401 jiwa yang
terdiri dari 214 laki-laki dan 187 perempuan dan berjumlah 110 Kepala
Keluarga (KK) yang tersebar di 2 Rukun Tetangga (RT). Pekerjaan
masyarakat desa Penda Rangas sebagian besar sebagai petani, swasta, serta
sebagian kecil sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Adapun tingkat
pendidikan masyarakat Desa Penda Rangas bermacam macam mulai dari
tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah
Menengah Atas (SMA), maupun Diploma dan Sarjana. Desa Penda
Rangas hanya memiliki 1 sarana pelayanan kesehatan yaitu posyandu.
16
17

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Metode Penelitian
Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Metode
deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia,
suatu objek, suatu kondisi, suatu pemikiran ataupun kelas peristiwa pada masa
sekarang. Metode deskriptif merupakan rancangan penelitian sederhana dengan
metode survey sampling yang merupakan rancangan penelitian non-eksperimental
(Nazir, 2014). Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat pengetahuan
masyarakat di Desa Penda Rangas Kecamatan Kahayan Hulu Utara Kabupaten
Gunung Mas Tentang Penggunaan Antibiotika.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Penda Rangas Kecamatan Kahayan Hulu
Utara Kabupaten Gunung Mas. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2023
sampai Juni 2023.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014).
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Penda Rangas Kecamatan
Kahayan Hulu Utara Kabupaten Gunung Mas sebanyak 401 jiwa berdasarkan
jumlah penduduk tahun 2023.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut untuk sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar
representative / mewakili (Nazir, 2014). Penentuan besar sampel dalam penelitian
ini menggunakan rumus berdasarkan rumus Slovin (Abdullah, 2015). Adapun
jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 80 sampel.
18

Cara penghitungan besar sampel minimal menggunakan rumus Slovin dapat


dilihat dibawah ini:
N
n=
1+ Ne 2

Keterangan:
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
e = Tingkat kesalahan 10% = 0,1
maka,
N
 n=
1+ Ne 2
401
 n=
1+ 401 x 0.1 x 0.1
401
 n=
1+ 4,01
401
 n=
5,01
= 80,03  80 sampel
Maka diperoleh hasil jumlah sampel minimal yang dibutuhkan dalam
penelitian ini adalah 80 responden.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini berdasarkan teknik
Purposive Sampling. Teknik ini didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang
dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri dan sifat populasi yang sudah dikenal
sebelumnya (Natoatmodjo, 2014).
Adapun kriteria sampel/responden yang telah ditetapkan peneliti adalah
sebagai berikut:
1. Masyarakat yang berusia 17-65 tahun;
2. Memiliki tingkat pengetahuan minimal Sekolah Dasar (SD) – Perguruan
Tinggi (PT);
3. Masyarakat yang pernah atau sedang menggunakan antibiotika;
4. Mampu berkomunikasi dalam bahasa Indonesia; dan
19

5. Mampu membaca dan menulis.

3.4 Definisi Operasional


Definisi operasional adalah batasan ruang lingkup atau pengertian variabel-
variabel yang diamati atau diteliti (Notoatmodjo, 2014). Definisi operasional
dalam penelitian ini yaitu :
1. Pengetahuan adalah segala yang diketahui oleh responden, dalam hal ini
adalah kemampuan masyarakat Desa Penda Rangas Kecamatan Kahayan
Hulu Utara Kabupaten Gunung Mas dalam menjawab pernyataan-pernyataan

yang ada didalam kuesioner/angket sesuai dengan literatur yang ditetapkan


berdasarkan beberapa indikator yaitu pengetahuan, cara penggunaan
antibiotika dan cara mendapatkan antibiotika.
2. Tingkat pengetahuan adalah kemampuan sesorang menjawab pentanyaan
yang dapat berupa kuesioner/angket yang sudah disusun oleh peneliti dan
sudah tervalidasi tentang penggunaan antibiotik. Pengukuran tingkat
pengetahuan responden didasarkan pada jawaban responden dari semua
pernyataan yang diberikan. Adapun tingkat kriteria penilaian pengetahuan
pada penelitian ini yaitu Mengetahui 76%-100%, Cukup Mengetahui 56%-
75%, Kurang Mengetahui 40%-55%, dan Tidak Mengetahui 0%-39% yang di
analisa menggunakan skala Guttman.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini adalah menggunakan
kuesioner/angket yang berisi pernyataan dijawab langsung oleh responden tanpa
diwakilkan oleh orang lain. Kuesioner/angket tersebut berisi daftar pertanyaan
yang disusun oleh peneliti dan responden memberikan jawaban pada angket yang
dibagikan peneliti dengan pilihan jawaban “Benar” atau “Salah”.
3.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan
data (Natoadmodjo, 2014). Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian
20

ini adalah menggunakan alat ukur berupa kuesioner/angket yang sudah tervalidasi
sebelumnya dalam penelitian serupa (Irawan, 2018).
3.7 Pengolahan dan Analisis Data
Pada penelitian ini menggunakan teknik analisa presentatif, setelah
dilakukan pengumpulan data lalu disajikan dalam bentuk tabel. Penelitian tingkat
pengetahuan menggunakan 10 pernyataan jika jawaban tepat di beri nilai = 1 dan
jawaban tidak tepat diberi nilai = 0 (Sugiyono, 2014). Menurut Sibagariang
(2010), data yang telah dikumpulkan dari hasil kuesioner tingkat pengetahuan
tersebut dapat dihitung menggunakan rumus berikut:
F
P= N x 100%
Keterangan :
P : presentase jawaban
F : frekuensi nilai yang diperoleh dari seluruh item
N : jumlah seluruh item
100% : Pengali tetap
Menurut Natoatmodjo (2014), kriteria penilaian yang digunakan dalam
mengetahui data ditentukan dengan angka persentase sebagai berikut :
1. Kategori mengetahui 76%-100%
2. Kategori cukup mengetahui 56%-75%
3. Kategori kurang mengetahui 40%-55%
4. Kategori tidak mengetahui 0%-39%
21

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian yang dilakukan di Desa Penda Rangas Kecamatan Kahayan
Hulu Utara Kabupaten Gunung Mas dengan jumlah sampel yang telah ditetapkan
oleh peneliti dengan menggunakan rumus Slovin diperoleh 80 sampel atau
responden dari jumlah populasi sebanyak 401 jiwa. Penelitian ini menggunakan
angket/kuesioner yang sudah divalidasi oleh validator, jawaban didapatkan dari
responden dengan cara menjawab benar atau salah pada setiap pernyataan dalam
angket/kuesioner.
Pengumpulan data karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin,
pendidikan terakhir dan pekerjaan yang telah dilakukan peneliti dan telah diolah
dalam bentuk tabel sebagai berikut.
Tabel 1. Karakteristik Responden
Kategori Jumlah Responden Persentase (%)
Jenis Kelamin
Laki-laki 33 orang 41,25%
Perempuan 47 orang 58,75%
Total 80 orang 100%
Pendidikan
SD 11 orang 13,75%
SMP 25 orang 31,25%
SMA/SMK Sederajat 31 orang 38,75%
Diploma 4 orang 5%
S1 9 orang 11,25%
Total 80 orang 100%
Pekerjaan
Tidak Bekerja 18 orang 22,5%
Petani 35 orang 43,75%
Swasta 21 orang 26,25%
PNS 6 orang 7,5%
Total 80 orang 100%
22

Berdasarkan data hasil penelitian yang dari 80 responden diperoleh


responden dengan jenis kelamin perempuan 47 orang (58,75%) dan laki-laki 33
orang (41,25%). Hal ini mengindikasikan bahwa kecenderungan mengobati diri
sendiri lebih banyak dilakukan oleh perempuan baik untuk keluarga maupun
untuk diri sendiri. Kepedulian perempuan terhadap penyakit adalah sebagai
bentuk tanggung jawab dan rasa kasih yang dimiliki oleh kaum perempuan baik
sebagai ibu maupun untuk keperluan perawatan diri sendiri untuk keperluan
penguatan dalam keluarga(Harun AR, 2015).
Berdasarkan tingkat pendidikan, mendapatkan hasil responden paling
sedikit adalah responden dengan tingkat pendidikan paling sedikit yaitu Diploma
sebanyak 4 orang (5%), tingkat pendidikan Strata 1 (S1) sebanyak 9 orang
(11,25%), tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 11 orang (13,75%),
tingkat pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 25 orang
(31,25%) dan responden tingkat pendidikan terbanyak yaitu Sekolah Menengah
Atas/ Sekolah Menengah Kejuruan (SMA/SMK) sebanyak 31 orang (38,75%).
Mayoritas responden dalam penelitian ini yaitu responden dengan kategori
pendidikan SMA diikuti dengan kategori pendidikan Sarjana I-III, semakin tinggi
tingkat pendidikan formal seseorang, semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya
dalam penggunaan antibiotic.
Berdasarkan pekerjaan diperoleh responden paling sedikit yaitu Pegawai
Negeri Swasta (PNS) sebanyak 6 orang (7,5%), responden yang tidak bekerja
sebanyak 18 orang (22,5%), responden yang bekerja sebagai swasta sebanyak 21
orang (26,25%) dan responden terbanyak dengan pekerjaan sebagai petani yaitu
sebanyak 35 orang (43,75%) hal ini disebabkan karena sebagian besar masyarakat
di Desa Penda Rangas Kecamatan Kahayan Hulu Utara Kabupaten Gunung Mas
bekerja sebagai petani. Orang yang bekerja cenderung lebih banyak mengonsumsi
obat tanpa resep terutama untuk menangani gejala penyakit ringan agar tidak
mengganggu proses bekerja(Rahmi et al., 2020)..
23

Penilaian tingkat pengetahuan masyarakat tentang antibiotika


menggunakan angket/kuesioner yang terdiri dari 10 item pernyataan dengan
jawaban benar atau salah.
Tabel 2. Hasil Kuesioner berdasarkan kunci jawaban
No. Pertanyaan Jawaban Kriteria
Tepat
1. Apakah antibiotik boleh disimpan dan 48,75% Kurang
digunakan kembali saat sakit kambuh. Mengetahui

2. Antibiotik boleh dihentikan ketika 37,50% Tidak


gejala sudah hilang. Mengetahui
3. Sirup antibiotik tidak boleh digunakan 60% Cukup
lebih dari 7 hari setelah ditambahkan Mengetahui
air.
4. Antibiotik dapat digunakan sebagai 51,25% Kurang
obat anti nyeri. Mengetahui
5. Antibiotik dapat dibeli di Toko obat. 41,25% Kurang
Mengetahui
6. Obat antibiotik adalah jenis obat yang 56,25% Cukup
harus dibeli dengan resep dokter. Mengetahui
7. Jenis penyakit yang disebabkan oleh 47,50% Kurang
virus membutuhkan pengobatan Mengetahui
dengan antibiotik.
8. Penggunaan antibiotik yang tidak 36,25% Tidak
benar dapat menyebabkan bakteri Mengetahui
resisten (kekebalan) terhadap
antibiotik tertentu.
9. Antibiotik harus diminum sampai 56,25% Cukup
habis. Mengetahui

10. Amoxicillin, ampicillin dan 70% Cukup


chloramphenicol termasuk contoh obat Mengetahui
antibiotik.
Jumlah 505 % 495 %
Jumlah Keseluruhan 50,5 % 49,5 %
Rata-rata=
Jumlah Kuesioner
Kriteria Kurang Mengetahui

Keterangan:
1. Kategori mengetahui 76%-100%
2. Kategori cukup mengetahui 56%-75%
3. Kategori kurang mengetahui 40%-55%
24

4. Kategori tidak mengetahui 0%-39%

Pada pernyataan pertama “Apakah antibiotik boleh disimpan dan


digunakan kembali saat sakit kambuh?” hanya diperoleh 39 responden (48,75%)
dengan jawaban yang tepat, masuk kedalam kategori kurang mengetahui hal ini
disebabkan karena kebanyakan masyarakat masih banyak menyimpan antibiotik
yang tidak diminum sampai habis dan akan digunakan lagi pada saat sakit
kambuh. Sedangkan menurut Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia 2013 Antibiotika tidak dapat disimpan dan
digunakan kembali saat sakit kambuh.
Pada pernyataan kedua “Antibiotik boleh dihentikan ketika gejala sudah
hilang” diperoleh 30 responden (37,50%) dengan jawaban yang tepat, masuk
kedalam kategori tidak mengetahui, hal ini disebabkan karena jika masyarakat
merasa sakit dan gejalanya sudah hilang atau sembuh langsung berhenti meminum
antibiotik tersebut. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat menambah
resistensi antibiotik akibat terapi yang tidak tuntas (WHO, 2015).
Penggunaan antibiotik tidak dapat dilakukan ataupun dihentikan tanpa
persetujuan dan pemeriksaan oleh dokter, hal ini dikarenakan penghentian
antibiotik tersebut dapat membuat bakteri di dalam tubuh kebal terhadap jenis
antibiotik yang telah anda gunakan jika digunakan pada penyakit lainnya di
kemudian hari (Wuwur, 2019).
Pada pernyataan ketiga “Sirup antibiotik tidak boleh digunakan lebih dari
7 hari setelah ditambahkan air” diperoleh 48 responden (60%) dengan jawaban
yang tepat, masuk kedalam kategori cukup mengetahui. Sedangkan menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
2406/MENKES/PER/XII/2011 tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibiotika,
Sirup antibiotika tidak dapat digunakan lebih dari 7 hari setelah ditambahkan air.
Sirup kering yang sudah dilarutkan melebihi waktu yang ditentukan bisa
menyebabkan efektivitas obat menurun dan tumbuh bakteri dan mikroorganisme
lainnya pada obat (Bestari, 2018). 
25

Pada pernyataan keempat “Antibiotik dapat digunakan sebagai obat anti


nyeri” diperoleh 41 responden (51,25%) dengan jawaban yang tepat, masuk
kedalam kategori kurang mengetahui,hal ini disebabkan karena masyarakat
banyak menggunakan dan menganggap antibiotik sebagai obat anti nyeri seperti
pada saat sakit gigi atau badan terasa sakit. Sedangkan menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2406/MENKES/PER/XII/2011 tentang
Pedoman Umum Penggunaan Antibiotika, Antibiotika adalah obat yang
digunakan untuk menghambat dan membunuh bakteri.
Pemberian antibiotik jika tidak berdasarkan pemeriksaan klinis dan
mikrobiologi maka akan berpotensi pada penggunaan yang tidak. Pemberian
antibiotik untuk gejala klinis penyakit seharusnya juga diberikan atas indikasi
yang jelas dan secara ideal pemberian antibiotik harus didasarkan pada hasil
pemeriksaan dan berdasarkan faktor pasien seperti umur, berat badan dan fungsi
renal. Penggunaan antibiotik juga harus dipastikan kebutuhannya, jangka waktu
penggunaan sesuai dengan yang ditetapkan serta tergantung macam infeksi dan
keparahannya sehingga tidak terjadi resistensi(Purwaningsih & Wahyono, 2015).
Pada pernyataan kelima “Antibiotik dapat dibeli di Toko Obat” diperoleh
33 responden (41,25%) dengan jawaban yang tepat, masuk kedalam kategori
kurang mengetahui, berdasarkan hasil penelitian ini perilaku masyarakat
cenderung membeli antibiotik diwarung atau toko obat karena alasan lebih dekat
dan mudah didapat. Berdasarkan hasil penelitian ini perilaku maasyarakat
cenderung lebih memilih untuk membeli antibiotik di warung atau toko obat
karena alasan lebih dekat dan lebih mudah (Faidah, 2020). Hal ini membutuhkan
pengawasan baik tingkat pemerintah terkait yaitu BPOM dan Dinas Kesehatan
maupun masyarakat karena obat golongan obat keras hanya dapat diperoleh di
apotek bukan di toko obat dan lebih-lebih di toko kelontong.
Pada pernyataan keenam “Obat antibiotik adalah jenis obat yang harus
dibeli dengan resep dokter” diperoleh 45 responden (56%) dengan jawaban yang
tepat, masuk kedalam kategori cukup mengetahui, yang artinya masyarakat
mengetahui bahwa antibiotik merupakan golongan obat keras sehingga harus
26

menggunakan resep dokter untuk memperoleh antibiotik. Berdasarkan Peraturan


Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2021 tentang Pedoman
Penggunaan Antibiotik, Penggunaan antibiotik harus berdasarkan resep dokter.
Berdasarkan data responden yang mayoritas pendidikannya adalah SMA
bukan hanya SD. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi
pengambilan keputusan untuk menggunakan obat secara rasional. Semakin tinggi
tingkat pengetahuan seseorang maka semakin baik dalam menentukan keputusan
menggunakan obat yang baik dan benar(Ihsan & Akib, 2016).
Pada pernyataan ketujuh “Jenis penyakit yang disebabkan oleh virus
membutuhkan pengobatan dengan antibiotik” diperoleh 38 responden (47,5%)
dengan jawaban yang tepat, masuk kedalam kategori kurang mengetahui. Karena
antibiotika adalah obat untuk mengatasi atau mencegah infeksi bakteri tidak untuk
mengobati penyakit yang disebabkan oleh virus. Virus tidak dapat dibunuh
dengan antibiotika, sehingga antibiotika tidak tepat untuk mengatasi penyakit
yang disebabkan oleh virus seperti flu dan batuk (Gulo, 2017).
Indikasi ketat penggunaan antibiotik dimulai dengan menegakkan
diagnosis penyakit infeksi, menggunakan informasi klinis dan hasil pemeriksaan
laboratorium seperti mikrobiologi, serologi, dan penunjang lainnya. Antibiotik
tidak diberikan pada penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus atau penyakit
yang dapat sembuh sendiri (self-limited) (Pratiwi, 2017).

Pada pernyataan kedelapan “Penggunaan antibiotik yang tidak benar dapat


menyebabkan bakteri resisten (kekebalan) terhadap antibiotik tertentu” diperoleh
29 responden (36,25%) dengan jawaban yang tepat, masuk kedalam kategori tidak
mengetahui, hal ini disebabkan karena masyarakat Desa Penda Rangas belum
banyak mengetahui apa itu resisten dan faktor pemicu resisten. Resistensi adalah
kemampuan bakteri untuk menetralisir dan melemahkan daya kerja antibiotik. Hal
ini dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu dengan merusak antibiotik dengan
enzim yang diproduksi, mengubah reseptor titik tangkap antibiotic, mengubah
fisiko-kimiawi target sasaran antibiotik pada sel bakteri, antibiotik tidak dapat
27

menembus dinding sel, akibat perubahan sifat dinding sel bakteri, sehingga
antibiotik masuk ke dalam sel bakteri (Desrini, 2015).
Pada pernyataan kesembilan “Antibiotik harus diminum sampai habis”
diperoleh sebanyak 45 responden (56,25%) dengan jawaban tepat, yang artinya
masuk kedalam kategori cukup mengetahui, yang artinya masyarakat telah
mengetahui bahwa antibiotika harus dihabiskan Menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2406/MENKES/PER/XII/2011 tentang
Pedoman Umum Penggunaan Antibiotika, Penggunaan antibiotika yang tidak
benar dapat menyebabkan bakteri resistensi (kekebalan) terhadap antibiotika
tersebut.
Pada pernyataan kesepuluh “Amoxicillin, ampicillin dan chloramphenicol
termasuk contoh obat antibiotik” diperoleh sebanyak 56 responden (70%) dengan
jawaban tepat, masuk kedalam kategori cukup mengetahui, yang artinya sebagian
besar masyarakat Desa Penda Rangas telah mengetahui beberapa contoh golongan
obat antibiotika.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28


Tahun 2021 tentang Pedoman Penggunaan Antibiotik, Antibiotik yang tidak
digunakan secara bijak dapat memicu timbulnya masalah resistensi. Penggunaan
antibiotik dalam pelayanan kesehatan seringkali tidak tepat sehingga dapat
menimbulkan pengobatan kurang efektif, peningkatan risiko terhadap keamanan
pasien, meluasnya resistensi dan tingginya biaya pengobatan (Nindi & Maria,
2017).
Penggunaan antibiotik yang tidak rasional dapat menyebabkan resistensi.
Penggunaan antibiotik yang tepat dan rasional bisa didapatkan apabila tenaga
kesehatan dan masyarakat mendapatkan informasi yang terpercaya. Untuk
mengatasi masalah penggunaan antibiotik yang tidak rasional dapat dilakukan
berbagai upaya seperti edukasi yang dapat dilakukan seperti melalui media cetak
(buletin, pedoman pengobatan), seminar bahkan informasi diberbagai
media(Rahmi et al., 2020).
28

Intensitas penggunaan antibiotik yang relatif tinggi menimbulkan berbagai


permasalahan dan merupakan ancaman global bagi kesehatan terutama resistensi
bakteri terhadap antibiotik. Selain berdampak pada morbiditas dan mortalitas,
juga memberi dampak negatif terhadap ekonomi dan sosial yang sangat tinggi.
Pada awalnya resistensi terjadi di tingkat rumah sakit, tetapi lambat laun juga
berkembang di lingkungan masyarakat, khususnya Streptococcus pneumoniae
(SP), Staphylococcus aureus, dan Escherichia coli(Desrini, 2015).
Beberapa kuman resisten antibiotik sudah banyak ditemukan di seluruh
dunia, yaitu Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA),
VancomycinResistant Enterococci (VRE), Penicillin-Resistant Pneumococci,
Klebsiella pneumoniae yang menghasilkan Extended-Spectrum Beta-Lactamase
(ESBL), Carbapenem-Resistant Acinetobacter baumannii dan Multiresistant
Mycobacterium tuberculosis (Katarnida & Katar, 2016)
Kuman resisten antibiotik tersebut terjadi akibat penggunaan antibiotik
yang tidak bijak dan penerapan kewaspadaan standar (standard precaution) yang
tidak benar di fasilitas pelayanan kesehatan. Hasil penelitian Antimicrobial
Resistant in Indonesia (AMRIN-Study) terbukti dari 2494 individu di masyarakat,
43% Escherichia coli resisten terhadap berbagai jenis antibiotik antara lain:
ampisilin (34%), kotrimoksazol (29%) dan kloramfenikol (25%). Hasil penelitian
781 pasien yang dirawat di rumah sakit didapatkan 81% Escherichia coli resisten
terhadap berbagai jenis antibiotik, yaitu ampisilin (73%), kotrimoksazol (56%),
kloramfenikol (43%), siprofloksasin (22%), dan gentamisin (18%) (Desrini, 2015)
Hasil rata-rata yang diperoleh dari 10 pernyataan pada kuesioner yaitu
50,5% yang artinya masyarakat Desa Penda Rangas masuk kedalam kategori
kurang mengetahui, masih banyak masyarakat yang kurang paham tentang
bagaimana penggunaan antibiotika yang benar. Hal ini disebabkan karena di Desa
Penda Rangas tidak mempunyai fasilitas kesehatan memadai dan juga jarak
tempuh menuju ke Puskesmas serta Apotek cukup jauh, sehingga masyarakat
lebih memilih melakukan pengobatan sendiri dengan hanya membeli obat
diwarung secara bebas tanpa resep dokter sehingga tidak mendapatkan informasi
29

yang benar tentang indikasi, efek samping, cara penyimpanan dan kontraindikasi
dari obat tersebut. Disamping itu pengetahuan masyarakat tentang penggunaan
antibiotika kurang juga dapat disebabkan karena sulitnya mengakses informasi
dan juga kurangnya penyuluhan mengenai antibiotika dari tenaga kesehatan
khususnya Apoteker atau Tenaga Teknis Kefarmasian daerah setempat.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
2.1 Simpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tingkat
pengetahuan masyarakat Desa Penda Rangas Kecamatan Kahayan Hulu Utara
Kabupaten Gunung Mas adalah sebesar 50,5% yang termasuk kedalam kategori
“Kurang Mengetahui” tentang penggunaan antibiotika.

2.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka saran yang dapat
peneliti berikan yaitu :
1. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar penelitian ini dapat dikembangkan
dengan metode lain yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat terhadap penggunaan antibiotika.
31

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, P. M. (2015). Living in the world that is fit for habitation : CCI’s
ecumenical and religious relationships. In Aswaja Pressindo.
Akhtar, Z., Mah-E-muneer, S., Rashid, M. M., Ahmed, M. S., Islam, M. A.,
Chowdhury, S., … Chowdhury, F. (2021). Antibiotics use and its knowledge
in the community: A mobile phone survey during the COVID-19 pandemic
in Bangladesh. Antibiotics, 10(9).
https://doi.org/10.3390/antibiotics10091052
Bestari, A. N. (2018). Perhitungan Batas Waktu Penggunaan (Beyond Use Date)
Suspensi Rekonstitusi Amoksisilin Dari Berbagai Merek. 3(2), 3.
Desrini, S. (2015). Resistensi Antibiotik, Akankah Dapat Dikendalikan ? Jurnal
Kedokteran Dan Kesehatan Indonesia, 6(4), i–iii.
https://doi.org/10.20885/jkki.vol6.iss4.art1
Estiningsih, D., Puspitasari, I., & Nuryastuti, T. (2016). Identifikasi Infeksi
Multidrug-Resistant Organisms (MDRO) Pada Pasien Yang Dirawat di
Bangsal Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RSUP DR. Soeradji
Tirtonegoro Klaten. JURNAL Manajemen Dan Pelayanan Farmasi (Journal
of Management and Pharmacy Practice), 6(3), 243–248.
https://doi.org/10.22146/JMPF.351
Harun AR, M. Q. (2015). Rethinking Peran Perempuan Dalam Keluarga. KARSA:
Jurnal Sosial Dan Budaya Keislaman, 23(1), 17.
https://doi.org/10.19105/karsa.v23i1.607
Ihsan, S., & Akib, N. I. (2016). Studi Penggunaan Antibiotik Non Resep Study of
Non Prescription Use of Antibiotics. Media Farmasi, 6(2), 204–211.
Indriani, F., Guspianto, G., & Putri, F. E. (2021). Hubungan Faktor Kondisi
Sanitasi Lingkungan Dan Personal Hygiene Dengan Gejala Skabies Di
Pondok Pesantren Darul Hikam Kecamatan Rimbo Ulu Kabupaten Tebo
Tahun 2021. Electronic Journal Scientific of Environmental Health And
Disease, 2(1), 63–75. https://doi.org/10.22437/esehad.v2i1.13752
Katarnida, S. S., & Katar, Y. (2016). Evaluasi Penggunaan Antibiotik Secara
Kualitatif di RS Penyakit Infeksi Sulianti Saroso, Jakarta. Sari Pediatri,
15(6), 369. https://doi.org/10.14238/sp15.6.2014.369-76
Mahardika, E., Maharani, L., & Suryoputri, M. W. (2018). Analisis Kualitatif
Faktor-Faktor Pendukung Kepatuhan Pasien Infeksi dalam Menggunakan
Antibiotik Sefiksim Setelah Masa Rawat Inap di Rumah Sakit Prof. Dr.
Margono Soekarjo. Acta Pharmaciae Indonesia : Acta Pharm Indo, 6(2), 66.
32

https://doi.org/10.20884/1.api.2018.6.2.1243
Nindi, M. I. A., & Maria, R. A. (2017). Evaluasi Penerapan Beyond Use Date
Pada Obat Racikan Anak Di Klinik K2 Rumah Sakit Cahya Kawaluyan
Padalarang. Jurnal Kesehatan, 9(2), 34–40.
Pratiwi, R. H. (2017). Mekanisme Pertahanan Bakteri Patogen Terhadap
Antibiotik. Jurnal Pro-Life, 4(3), 418–429.
Purwaningsih, A. E., & Wahyono, D. (2015). Evaluasi penggunaan antibiotik
pada pasien pediatri rawat inap. Jurnal Manajemen Dan Pelayanan Farmasi,
5(3), 211–218.
Rahmi, S., Kurniawati, D., & Hidayah, N. (2020). Hubungan Tingkat
Pengetahuan Masyarkat Terhadap Penggunaan Antibiotik Di Kelurahan
Alalak Utara. Journal of Pharmaceutical, 1(1), 70–84.
Ratih, I. A. D. K., & Yudita, W. H. (2019). Hubungan Tingkat Pengetahuan
Tentang Cara Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Ketersediaan
Alat Menyikat Gigi pada Narapidana Kelas IIB Rutan Gianyar Tahun 2018.
Jurnal Kesehatan Gigi, 6(2), 23–26.
Wuwur, L. N. (2019). Studi Penggunaan Antibiotik tanpa Resep Dokter di
Beberapa Apotek Kecamatan Rungkut Surabaya. (I).
Yarza, H. L., Yanwirasti, Y., & Irawati, L. (2015). Hubungan Tingkat
Pengetahuan dan Sikap dengan Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter.
Jurnal Kesehatan Andalas, 4(1), 151–156.
https://doi.org/10.25077/jka.v4i1.214
33

LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Validasi
34
35
36
37

Lampiran 2. Lembar Persetujuan dan Kuesioner


38

Lembar Persetujuan Sebagai Peserta Penelitian (Informed Concent)

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DESA PENDA RANGAS


KECAMATAN KAHAYAN HULU UTARA KABUPATEN GUNUNG MAS
TENTANG PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA

Saya bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pendidikan Terakhir :

Pekerjaan :

Menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian yang


dilakukan oleh Mahasiswa Program Studi D-III Farmasi Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya yang berjudul
“Tingkat Pengetahuan Masyarakat Desa Penda Rangas Kecamatan
Kahayan Hulu Utara Kabupaten Gunung Mas Tentang Penggunaan
Antibiotika” tanpa adanya paksaan dari pihak manapun dan bersedia
sukarela menjadi subjek penelitian tersebut.

Penda Rangas, 2023

Yang membuat pernyataan

( )
39

LEMBAR KUISIONER/ANGKET
A. Petunjuk Pengisian
1. Jawablah pernyataan dibawah ini dengan memberikan tanda centang
() pada jawaban yang anda anggap benar.
2. Apabila ada pernyataan yang kurang jelas dapat ditanyakan kepada
peneliti.
B. Jawablah pernyataan dibawah ini sesuai pendapat anda!

No. Pertanyaan Benar Salah


1. Apakah antibiotik boleh disimpan dan
digunakan kembali saat sakit kambuh.

2. Antibiotik boleh dihentikan ketika gejala


sudah hilang.

3. Sirup antibiotik tidak boleh digunakan lebih


dari 7 hari setelah ditambahkan air.

4. Antibiotik dapat digunakan sebagai obat anti


nyeri.

5. Antibiotik dapat dibeli di Toko obat.

6. Obat antibiotik adalah jenis obat yang harus


dibeli dengan resep dokter.

7. Jenis penyakit yang disebabkan oleh virus


membutuhkan pengobatan dengan antibiotik.

8. Penggunaan antibiotik yang tidak benar dapat


menyebabkan bakteri resisten (kekebalan)
terhadap antibiotik tertentu.
9. Antibiotik harus diminum sampai habis

10. Amoxicillin, ampicillin dan chloramphenicol


termasuk contoh obat antibiotik.
40

Lampiran 3. Kunci Jawaban Kuesioner

No. Pertanyaan Benar Salah Jawaban

1. Apakah Menurut Departemen


antibiotik boleh Farmakologi dan Terapeutik
disimpan dan Fakultas Kedokteran Universitas
digunakan  Indonesia Tahun 2013 Tentang
kembali saat Farmakologi dan Terapi Edisi 5,
sakit kambuh. Antibiotik tidak dapat disimpan
dan digunakan kembali saat sakit
kambuh.

2. Antibiotik boleh Menurut Departemen


dihentikan Farmakologi dan Terapeutik
ketika gejala Fakultas Kedokteran Universitas
sudah hilang.  Indonesia Tahun 2013 Tentang
Farmakologi dan Terapi Edisi 5,
antibiotika harus dihabiskan
karena masih adanya potensi
bakteri yang kuat masih tersisa di
dalam tubuh walaupun kondisi
sudah membaik.

3. Sirup antibiotik Menurut Peraturan Menteri


tidak boleh Kesehatan Republik Indonesia
digunakan lebih Nomor
dari 7 hari  2406/MENKES/PER/XII/2011
setelah tentang Pedoman Umum
ditambahkan air. Penggunaan Antibiotika, Sirup
antibiotika tidak dapat digunakan
lebih dari 7 hari setelah
ditambahkan air.

4. Antibiotik dapat Menurut Peraturan Menteri


digunakan Kesehatan Republik Indonesia
sebagai obat anti Nomor
nyeri.  2406/MENKES/PER/XII/2011
tentang Pedoman Umum
41

Penggunaan Antibiotika,
Antibiotika adalah obat yang
digunakan untuk menghambat dan
membunuh bakteri.

5. Antibiotik dapat Menurut Peraturan Menteri


dibeli diwarung Kesehatan Republik Indonesia

atau toko obat. Nomor
2406/MENKES/PER/XII/2011
tentang Pedoman Umum
Penggunaan Antibiotika,
Antibiotika termasuk dalam
golongan obat keras, tidak dapat
dibeli diwarung atau toko obat.

6. Obat antibiotik Berdasarkan Peraturan Menteri


adalah jenis obat Kesehatan Republik Indonesia
yang harus  Nomor 28 Tahun 2021 tentang
dibeli dengan Pedoman Penggunaan Antibiotik,
resep dokter. Penggunaan antibiotik harus
berdasarkan resep dokter.

7. Jenis penyakit Menurut World Health


yang disebabkan Organization. 2015. Antibiotic
oleh virus Resistence, antibiotika adalah obat
membutuhkan  untuk mengatasi atau mencegah
pengobatan infeksi bakteri. Obat ini tidak
dengan dapat digunakan untuk mengatasi
antibiotik. infeksi akibat virus, seperti flu.

8. Penggunaan Menurut Peraturan Menteri


antibiotik yang Kesehatan Republik Indonesia
tidak benar Nomor
dapat 2406/MENKES/PER/XII/2011
menyebabkan tentang Pedoman Umum
bakteri resisten  Penggunaan Antibiotik, Resisten
(kekebalan) antibiotik timbul disebabkan cara
terhadapt penggunaan antibiotik yang tidak
antibiotik tepat, sehingga akibat dari
tertentu. pemakaian antibiotik yang
berlebihan, kurang maupun tidak
42

sesuai indikasi.

9. Antibiotik harus Menurut Peraturan Menteri


diminum sampai Kesehatan Republik Indonesia
habis Nomor
 2406/MENKES/PER/XII/2011
tentang Pedoman Umum
Penggunaan Antibiotika,
Penggunaan antibiotika yang
tidak benar dapat menyebabkan
bakteri resistensi (kekebalan)
terhadap antibiotika tersebut.

10. Amoxicillin, Menurut Peraturan Menteri


ampicillin dan Kesehatan Republik Indonesia
chloramphenicol Nomor
termasuk contoh  2406/MENKES/PER/XII/2011
obat antibiotik. tentang Pedoman Umum
Penggunaan Antibiotik,
Amoxicillin, ampicillin dan
chloramphenicol termasuk contoh
obat antibiotik
43

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian


44

Lampiran 5. Surat Balasan Izin Penelitian


45

Lampiran 6. Surat Keterangan Selesai Penelitian


46

Lampiran 7. Hasil Pengisian Kuesioner oleh Responden


47
48
49
50

Lampiran 8. Rekapitulasi Data Responden

Responden Jenis Umur Pendidikan Pekerjaan Soal Soal Soal Soal Soal Soal Soal Soal Soal Soal
Kelamin 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Petani
1 L 55 SD Petani 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0
2 P 30 SD Petani 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1
3 P 43 SD Petani 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1
4 L 26 SD Petani 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1
5 L 21 SMP Petani 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
6 L 55 SMP Petani 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1
7 L 44 SMP Petani 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1
8 P 38 SMP Petani 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0
9 P 51 SMP Petani 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1
10 L 29 SMP Petani 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0
11 L 52 SMP Petani 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0
12 P 25 SMP Petani 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1
13 L 45 SMP Petani 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1
14 L 48 SMP Petani 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1
15 L 33 SMP Petani 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1
16 P 25 SMP Petani 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1
17 L 35 SMP Petani 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1
18 L 23 SMA Petani 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1
19 P 44 SMA Petani 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1
51

20 L 50 SMA Petani 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1
21 P 36 SMA Petani 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0
22 L 32 SMA Petani 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1
23 L 24 SMA Petani 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1
24 P 38 SMA Petani 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0
25 L 21 SMA Petani 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1
26 P 37 SMA Petani 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1
27 P 55 SMA Petani 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1
28 P 30 SMA Petani 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1
29 L 58 SMA Petani 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0
30 P 50 SMA Petani 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0
31 P 24 SMA Petani 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1
32 P 30 SMA Petani 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1
33 L 47 SMK Petani 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0
34 P 51 SMA Petani 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0
35 L 36 SMK Petani 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1
Swasta
36 P 40 SD Swasta 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0
37 P 48 SD Swasta 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1
38 L 50 SD Swasta 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1
39 P 41 SMP Swasta 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0
40 L 44 SMP Swasta 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1
41 L 42 SMP Swasta 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0
42 P 27 SMP Swasta 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1
52

43 L 34 SMP Swasta 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1
44 P 47 SMP Swasta 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1
45 P 57 SMA Swasta 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1
46 L 39 SMA Swasta 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1
47 P 24 SMA Swasta 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1
48 P 27 SMA Swasta 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1
49 P 41 SMA Swasta 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0
50 L 40 SMK Swasta 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1
51 P 30 SMK Swasta 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1
52 P 33 SMK Swasta 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1
53 P 26 Diploma Swasta 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1
54 P 41 Diploma Swasta 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1
55 P 39 S1 Swasta 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1
56 P 28 S1 Swasta 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1
Tidak Bekerja
57 P 33 SD Tidak 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
Bekerja
58 P 51 SD Tidak 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0
Bekerja
59 L 28 SD Tidak 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0
Bekerja
60 P 34 SD Tidak 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1
Bekerja
61 P 21 SMP Tidak 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1
Bekerja
62 L 27 SMP Tidak 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0
53

Bekerja
63 P 29 SMP Tidak 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1
Bekerja
64 L 45 SMP Tidak 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0
Bekerja
65 P 33 SMP Tidak 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1
Bekerja
66 L 39 SMP Tidak 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1
Bekerja
67 P 22 SMA Tidak 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1
Bekerja
68 P 20 SMA Tidak 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1
Bekerja
69 P 26 SMA Tidak 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1
Bekerja
70 L 22 SMA Tidak 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1
Bekerja
71 P 46 SMA Tidak 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1
Bekerja
72 P 24 Diploma Tidak 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
Bekerja
73 P 27 S1 Tidak 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0
Bekerja
74 L 25 S1 Tidak 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1
Bekerja
PNS
75 P 28 Diploma PNS 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0
76 P 52 S1 PNS 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1
54

77 P 30 S1 PNS 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0
78 L 33 S1 PNS 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0
79 P 48 S1 PNS 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0
80 P 50 S1 PNS 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1
Total 39 30 48 41 33 45 38 29 45 56
Persentase 48, 37, 51, 41, 47, 36, 56,
75% 50% 60% 25% 25% 56% 50% 25% 25% 70%
Jumlah Keseluruhan persentase 505%
Rata - rata =
Jumlah Kuesioner
= 10
= 50,5%
55

Lampiran 9. Perhitungan Persentase angket/kuesioner.

1. Apakah antibiotik boleh disimpan dan digunakan kembali saat sakit


kambuh.
39
Jawaban Tepat : ×100% = 48,75%
80
2. Antibiotik boleh dihentikan ketika gejala sudah hilang.
30
Jawaban Tepat : ×100% = 37,5%
80
3. Sirup antibiotik tidak boleh digunakan lebih dari 7 hari setelah
ditambahkan air.
48
Jawaban Tepat : ×100% = 60%
80
4. Antibiotik dapat digunakan sebagai obat anti nyeri.
41
Jawaban Tepat : ×100% =51,25%
80
5. Antibiotik dapat dibeli di Toko obat.
33
Jawaban Tepat : ×100% = 41,25%
80
6. Obat antibiotik adalah jenis obat yang harus dibeli dengan resep dokter.
45
Jawaban Tepat : ×100% = 56,25%
80
7. Jenis penyakit yang disebabkan oleh virus membutuhkan pengobatan
dengan antibiotik.
38
Jawaban Tepat : ×100% = 47,5%
80
8. Penggunaan antibiotik yang tidak benar dapat menyebabkan bakteri
resisten (kekebalan) terhadap antibiotik tertentu.
29
Jawaban Tepat : ×100% = 36,25%
80
9. Antibiotik harus diminum sampai habis.
45
Jawaban Tepat: ×100% = 56,25%
80
10. Amoxicillin, ampicillin dan chloramphenicol termasuk contoh obat
antibiotik.
56
Jawaban Tepat : ×100% = 70%
80
56

Lampiran 10. Dokumentasi Penelitian


57
58

Lampiran 11. Data Penduduk Desa Penda Rangas

Anda mungkin juga menyukai