Anda di halaman 1dari 53

PROPOSAL

PENGARUH PEMBERIAN MASASE ENDORPHIN


TERHADAP TINGKAT KECEMASAN IBU NIFAS
PADA FASE TAKING HOLD DI PMB SLAMET
MARIYANI, SST. KABUPATEN MALANG

DISUSUN OLEH :
AFFRIDA AYU ULAA RAHMANIAR
226076AJ

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


INSTITUT TEKNOLOGI, SAINS, DAN KESEHATAN
RS dr. SOEPRAOEN MALANG KESDAM V BRAWIJAYA
MALANG
2023
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Affrida Ayu Ulaa Rahmaniar


Tempat / Tanggal Lahir : Malang, 4 Maret 2001
NIM : 226076AJ
Alamat : Jl raya curungrejo no 430 kec
kepanjen kab malang

Menyatakan bahwa Proposal dengan judul ”Pengaruh Pemberian


Masase Endorphin Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Nifas Pada Fse Taking Hold
Di PMB Slamet Mariyani, SST. Kabupaten Malang” merupakan hasil karya
meneruskan penelitian terdahulu dengan responden dan tempat penelitian
yang berbeda. Jika di kemudian hari saya melanggar atas pernyataan
tersebut di atas, maka saya bersedia menerima sanksi akademik dari
almamater..

Malang, Februari 2023


Yang menyatakan,

Affrida Ayu Ulaa Rahmaniar


NIM. 226076AJ
LEMBAR PERSETUJUAN

PROPOSAL

“PENGARUH PEMBERIAN MASASE ENDORPHIN TERHADAP


TINGKAT KECEMASAN IBU NIFAS PADA FASE TAKING HOLD
DI PMB SLAMET MARIYANI, SST. KABUPATEN MALANG”

Nama : Affrida Ayu Ulaa Rahmaniar


NIM : 226076AJ

Telah disetujui untuk Diujikan di Depan Tim Penguji


Tanggal: Februari 2023
Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Nila Widya Keswara, SST.,MKM Reny Retnaningsih., SST.,M.Keb


LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI

““PENGARUH PEMBERIAN MASASE ENDORPHIN TERHADAP


TINGKAT KECEMASAN IBU NIFAS PADA FASE TAKING HOLD
DI PMB SLAMET MARIYANI, SST. KABUPATEN MALANG”

Oleh:
Nama : Affrida Ayu Ulaa Rahmaniar
NIM : 226076AJ

Telah dipertahankan dan di setujui oleh Tim Penguji Pada Sidang Skripsi di Program
Studi Sarjana Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan
Institut Teknologi, Sains, dan Kesehatan RS dr. Soepraoen Malang

Tanggal: November 2022

Penguji

Sulistiyah, S.SiT., M.Kes


Penguji I
(…………… ) (………………)
TandaTangan Tanggal

Nila Widya Keswara, SST.,MKM


Penguji II
(…………… ) (………………)
TandaTangan Tanggal

Reny Retnaningsih., SST.,M.Keb


Penguji III
(……………. ) (………………)
TandaTangan Tanggal

Malang, Februari 2023

Mengetahui,
Ketua Program Studi Sarjana Kebidanan
Institut Teknologi, Sains, dan Kesehatan RS dr. Soepraoen Malang

Ina Indriati, SST., M.Kes


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat
dan karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Pengaruh
Pemberian Masase Endorphin Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Nifas Di Pada
Fase Taking Hold di PMB Slamet Mariyani, SST. Kabupaten Malang” sebagai
persyaratan tugas akhir dalam menyelesaikan program pendidikan D-III Kebidanan
di ITSK dr. Soepraoen Malang Program Studi Kebidanan. Juga sebagai referensi
dalam bacaan di perpustakaan kampus dan dapat dipakai sebagai perbandingan
dalam pembuatan skripsi yang lain maupun skripsi bagi teman sejawat.
Peneliti mengakui bahwa keberhasilan penyelesaian skripsi ini tidak terlepas
dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada:
1. Letkol CKM Arief Effendi, S.MPh., S.H., S.Kep.Ners., MM, selaku Rektor
ITSK RS dr. Soepraoen Malang.
2. Ina Indriati, SST., M.Kes, selaku Ketua Program Studi D-IV Alih Jenjang
Kebidanan ITSK RS dr. Soepraoen Malang, yang telah memberikan
pengarahan, masukan dan motivasi kepada penulis.
3. Sulistiyah, S.SiT., M.Kes selaku Penguji I dalam sidang skripsi.
4. Nila Widya Keswara, SST.,MKM selaku Pembimbing I & Penguji II yang
telah membimbing peneliti dalam menyelesaikan Skripsi ini.
5. Reny Retnaningsih, SST., M.Keb, selaku selaku Pembimbing II & Penguji III
yang telah membimbing peneliti dalam menyelesaikan Skripsi ini.
6. Kedua orang tua saya yang sangat saya sayangi atas segala doa, bimbingan
dan dukungannya.
7. Dan semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penelitian ini selesai.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, serta tidak luput dari segala kekurangan dan keterbatasan, oleh
karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan guna
penyusunan berikutnya. Semoga Skripsi ini memberikan banyak manfaat bagi kita
semua.

Malang, Februari 2023

Peneliti

v
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................v
DAFTAR ISI.........................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................vii
DAFTAR TABEL.................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................ix
BAB I
PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan.......................................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum.................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus................................................................................2
1.4 Manfaat.....................................................................................................2
1.4.1 Secara Teoritis................................................................................2
1.4.2 Secara Praktis.................................................................................3
BAB II
TINJAUAN TEORI................................................................................4
2.1 Konsep Dasar............................................................................................4
2.1.1 Masa Nifas......................................................................................4
2.1.2 Kecemasan Masa Nifas..................................................................7
2.1.3 Pijat Endorphin...............................................................................9
2.2 Penelitian Relevan....................................................................................10
2.3 Kerangka Konseptual Hipotesis................................................................12
BAB III
METODE PENELITIAN.........................................................................14
3.1 Desain Penelitian......................................................................................14
3.2 Kerangka Kerja.........................................................................................15
3.3 Populasi, Sampel & Sampling...................................................................16
3.4 Identifikasi Variabel..................................................................................17
3.5 Definisi Operasional.................................................................................17
3.6 Teknik Pengumpulan Data........................................................................19
3.7 Etika Penelitian.........................................................................................22
Daftar Pustaka
Lampiran

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Visual Analogue Scale for Anxiety.....................................8


Gambar 2.2 : Kerangka Konsep........................................................................12
Gambar 3.1 : Kerangka Kerja...........................................................................15

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Definisi Operasional.......................................................................17


Tabel 3.2 : Analisa Univariat..................................................................21

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : POA Skripsi


Lampiran 2 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 3 : Surat Izin Balasan Penelitian
Lampiran 4 : Lembar Persetujuan
Lampiran 5 : Informed Consent
Lampiran 6 : Lembar Kuesioner Pre-test VAS-A
Lampiran 7 Lembar Kuesioner Post-test VAS-A
Lampiran 8 : Lembar Observasi Tingkat Kecemasan
Lampiran 9 : SOP Masase Endorphin
Lampiran 10 : Lembar Konsultasi Pembimbing I
Lampiran 11 : Lembar Konsultasi Pembimbing II

ix
DAFTAR SINGKATAN

PMB : Praktik Mandiri Bidan


WHO : World Health Organization
VAS-A : Anxiety Visual Analog Scale
VNRS-A : Visual Numeric Rating Scale - Anxiety
ASI : Air Susu Ibu
HCG : Human Chorionic Gonadotropin
FSH : Follicle Stimulating Hormone
LH : Luteinizing hormone

x
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Masa nifas (puerperium) merupakan masa setelah keluarnya plasenta


dan berakhir ketika alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Berlangsung selama 6 minggu. Anggraeni, Y. masa nifas terdapat beberapa
adaptasi diantaranya psikologi dan fisiologi dan sosial. Namun tidak semua
ibu nifas dapat melewati hal tersebut dengan baik, dan dapat berdampak pada
gangguan psikologis. Gangguan psikologis yang dapat menyerang ibu nifas
seperti baby blues, dan depresi. Salah satu gangguan psikologis yang terjadi
ialah kecemasan (Istiqomah, et al., 2021). Menurut American Psychiatric
Association kececemasan adalah perasaan tidak nyaman, ketakutan atau
ketakutan terkait dengan antisipasi bahaya, yang penyebabnya sering tidak
spesifik atau tidak diketahui (Swarjana, 2022).
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2015
menyatakan bahwa insiden kasus depresi postpartum di beberapa negara
yaitu di Kolumbia (13,6%), Dominika (3%), dan Vietnam (19,4%). Soep
(2009) melaporkan hasil 3 penelitian dari O’Hara dan Swain bahwa kasus
depresi postpartum masih banyak terjadi di beberapa negara maju seperti di
Belanda (2%- 10%), Amerika Serikat (8%- 26%), dan Kanada (50%-70%)
(Ayunita & Feriani, 2021). Berdasarkan data yang didapat, prevalensi
depresi postpartum yang terjadi di seluruh dunia adalah 10-15%.Tingkat
Depresi di Indonesia yaitu 50-70% yang diambil dari penelitian yang
dilakukan oleh Sari tahun 2020 di RSUP Haji Adam Malik, sebanyak 50 ibu
yang melahirkan yang dirawat, 16% mengalami depresi postpartum (Zarlis,
Marcelina, & Permatasari, 2022). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan
peneliti di PMB Slamet Mariyani, SST di Kecamatan Kepanjen Kabupaten
Malang, masalah kecemasan pada ibu postpartum terutama primipara
sangan penting untuk diperhatikan. Peneliti mengambil populasi ibu
postpartum yang datang ke PMB Slamet Mariyani, SST di Kecamatan
Kepanjen Kabupaten Malang dalam kurun waktu hari ke-1 nifas hingga
minggu ke- 4 sebanyak 14 ibu postpartum yang mengalami
kecemasan.Dengan kecemasan ringan 11 orang, kecemasan sedang 2
orang dan kecemasan berat 1 orang. Dikarenakan waktu tersebut sesuai
dengan
jadwal kunjungan nifas dari puskesmas yaitu KF1, KF2, KF3, KF4.
Kecemasan pada periode postnatal disebabkan karena adanya proses
transisi menjadi orang tua, terjadi penyesuaian diri yang besar dalam
beradaptasi dengan peran barunya. Selain hal tersebut faktor penyebab
terjadinya kecemasan pada ibu post partum yakni perubahan hormon,
payudara membengkak dan menyebabkan rasa sakit atau jahitan yang belum
sembuh. Bila ibu mengalami kecemasan pada saat menyusui maka akan terjadi
suatu blokade dari refleks let down. Ini disebabkan oleh karena adanya
pelepasan dari adrenalin (epinefrin) yang menyebabkan vasokontraksi dari
pembuluh darah alveoli, sehingga oksitosin sedikit harapannya untuk dapat
mencapai target organ mioepitelium (Rahayu, Midyawati, & Dewi, 2018).
Apriani & Faiqah menyebut jika kecemasan tidak ditangani dengan benar, ibu
bisa saja mengalama Postpartum Depression serta Postpartum Blues.

1
2

Kecemasan pada ibu nifas bisa dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya
terapi pijat. Pijat yang mudah dilakukan yaitu pijat endorphin.
Pamuji menyebut endorphine massage atau pijat endorphin adalah
pijatan dan sentuhan ringan yang meningkatkan pelepasan homon endorphin
yang dapat memberikan rasa tenang dan rileks pada ibu, sehingga dapat
mengurangi kecemasan ibu setelah melahirkan (Zarlis, Marcelina, &
Permatasari, 2022). Penelitian yang dilakukan oleh (Rahayu, Midyawati, &
Dewi, 2018) dengan pemberian pijat endorphin selama 30 menit diwaktu pagi
selama 5 hari, pijatan dimulai pada hari ke 3 post partum sampai hari ke 7
postpartum didapatkan hasil bahwa pijat endorphin mampu menurunkan
tingkat kecemasan ibu nifas.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pemberian Masase Endorphin
Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Nifas Di PMB Slamet Mariyani, SST.
Kabupaten Malang”

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti merumuskan masalah penelitian


yaitu: Adakah Pengaruh Pemberian Masase Endorphin Terhadap Tingkat
Kecemasan Ibu Nifas di PMB Slamet Mariyani, STT. Kabupaten Malang ?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh


pemberian masase endorphin terhadap tingkat kecemasan ibu nifas di PMB
Slamet Mariyani, SST. Kabupaten Malang ?

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi tingkat kecemasan ibu nifas sebelum pemberian


masase endorphin di PMB Slamet Mariyani, SST. Kabupaten
Malang ?
b. mengidentifikasi tingkat kecemasan ibu nifas sesudah pemberian
masase endorphin di PMB Slamet Mariyani, SST. Kabupaten
Malang ?
c. Menganalisa pengaruh pemberian masase endorphin di PMB
Slamet Mariyani, SST. Kabupaten Malang

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Secara Teoritis

Sumber data atau informasi sebagai pengembangan ilmu


pengetahuan khususnya dalam profesi kebidanan yang berkaitan
dengan pengaruh pemberian masase endorphin terhadapa kecemasan
pada ibu nifas. Sumber data atau informasi sebagai pengembangan
ilmu pengetahuan khususnya dalam profesi kebidanan yang berkaitan
dengan pengaruh
3

pemberian masase endorphin terhadap tingkat kecemasan ibu nifas.

1.4.2 Secara Praktis

Diharapkan dapat memberikan informasi kepada ibu nifas atau


keluarga tentang cara menurunkan tingkat kecemasan pada ibu nifas
dengan pemberian pijat endorphin dan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi tenaga kesehatan, terutama bidan mengenai
pengaruh pemberian masase endorphin terhadap tingkat kecemasan
ibu nifas.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP NIFAS

2.1.1 Definisi Nifas

Menurut Maritalia Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah
persalinan selesai sampai 6 minggu atau 42 hari. Selama masa nifas, organ
reproduksi secara perlahan akan mengalami perubahan seperti keadaan
sebelum hamil. Perubahan organ reproduksi ini disebut involus (Sumarni &
Nahira, 2019).
Masa nifas (puerperium) merupakan masa yang dimulai setelah plasenta
keluar dan berakhir ketika alatalat kandungan kembali seperti keadaan
semula (sebelum hamil) ,dan berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Masa
ini merupakan masa yang cukup penting selain masa kehamilan dan
persalinan bagi ibu nifas karena bila tidak dilakukan pemantauan, ibu nifas
dapat mengalami berbagai masalah seperti sepsis puerperalis, infeksi dan
perdarahan (Elis et al., 2019).

2.1.2 Perubahan Fisiologis


Perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada masa nifas meliputi
hal-hal berikut ini.
a. Involusi uterus dan bagian lain pada saluran genetalia.
Pada uterus terjadi proses involusi. Involusi adalah proses
kembalinya uterus ke dalam keadaan sebelum hamil setelah melahirkan.
Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-
otot polos uterus.Pada kala tiga persalinan,uterus berada di garis tengah
kira-kira 2 cm dibawah umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada
promontorium sakralis. Pada saat ini, besar uterus kira-kira sama
besarsewaktu kehamilan usia 16minggu dengan berat kira-kira 100 gr.
Ukuran uterus mengecil kembali (setelah 2 hari pasca
persalinan). Jika sampai 2 minggu post partum, uterus belum masuk
panggul, dapat dicurigai terjadi sub involusi. Sub involusi disebabkan
oleh infeksi atau perdarah lanjut (late postpartum haemorhage). Secara
garisbesar, uterus akanmengalami pengecilan (involusi) secara
berangsur-angsur sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.

b. Permulaan hingga proses laktasi.


c. Perubahan fisiologis dalam berbagai sistem tubuh lain.
d. Perubahan tanda-tanda vital, yang meliputi:
1) Suhu kisaran pada suhu tubuh normal adalah antara 36,5 - 37,5°C.
Kenaikan suhu tubuh dapay mengindikasikan adanya tanda infeksi.
2) Denyut nadi pada kisaran normal adalah 60-80x/menit. Frekuensi
nadi yang cepat dapat juga mengindikasikan terjadinya infeksi.
Setelah melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat. Tekanan
darah biasanya tidak berubah.Tekanan darah yang rendah
kemungkinan karena ada pendarahan, sedangkan tekanan darah
tinggi 14 pada post partum dapat menandakan terjadinya
preeklamsia postpartum.Keadaan pernapasan selalu berhubungan
dengan keadaan suhu tubuh dan denyut nadi.

3) Frekuensi pernapasan pada kisaran normal 12-16x/menit di saat


istirahat.
4) Tekanan darah harus kembali ke batas normal dalam 24 jam setelah
kelahiran. Waspada adanya kenaikan tekanan darah sebagai salah
5
satu tanda preeklampsi/eklampsi. Untuk diingat bahwa
preeklampsi/eklampsi dapat terjadi selama kehamilan, persalinan
dan bahkan berlangsung hingga postpartum.rubahan Fisiologis
(Wahyuningsih, 2018).

2.1.3 Perubahan Psikologis


Menurut Reva Rubi ada beberapa tahap dalam adaptasi perubahan
psikologis ibu nifas yaitu (Fitriani & Wahyuni, 2021) :

a. Periode Taking-In (hari ke 1-2 setelah melahirkan)


1) Ibu pasif tergantung pada orang lain
2) Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran perubahan tubuhnya.
3) Ibu akan mengulangi pengalaman-pengalaman waktu pernikahan
4) Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan keadaan
tubuh ke kondisi normal
5) Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan
peningkatan nutrisi. Jika ibu tidak nafsu makan maka menandakan
kondisi tubuh tidak normal.

b. Periode Taking-Hold (hari ke 2-4 setelah melahirkan)


1) Ibu memperhatikan kemampuan sebagai orangtua dan meningkatkan
tanggung jawab terhadap bayinya
2) Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh
bayinya, BAK, BAB dan daya tahan tubuh bayi
3) Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi seperti
mengendong, menyusui, memandikan dan mengganti popok.
4) Ibu cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan kritikan pribadi
5) Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa
tidak mampu membesarkan / merawat bayinya

c. Periode Letting-Go
1) Terjadi setelah pulang ke rumah dan dipengaruhi oleh dukungan
serta perhatian suami dan keluarga
2) Mengambil tanggung jawab dalam perawatan bayi dan memahami
kebutuhan bayi sehingga akan mengurangi hak ibu dalam interaksi
sosial
3) Depresi post-partum rentan terjadi pada tahap ini

2.1.4 Gangguan Psikologis Masa Nifas


a. Postpartum Blues / Baby Blues
Postpartum blues ini dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental
yang ringan, yang kadang dapat hilang sendiri. Oleh sebab itu, sering
tidak dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan tidak ditindak lanjuti
sebagaimana seharusnya. Jika hal ini dianggap ringan, keadaan ini bisa
menjadi serius dan dapat berlanjut menjadi depresi dan psikosis post
partum.

Gejala postpartum blues diantaranya :


1) Sedih.
2) Cemas tanpa sebab.
3) Mudah menangis tanpa sebab.
4) Euforia, kadang tertawa.
5) Tidak sabar.
6) Tidak percaya diri.
6
7) Sensitif.
8) Mudah tersinggung (iritabilitas).
9) Merasa kurang menyayangi bayinya.

b. Depresi Postpartum
Merupakan suatu bentuk emosi yang terjadi pada ibu postpartum. Ibu
yang mengalami depresi postpartum akan menunjukkan tanda- tanda
berikut: sulit tidur, tidak ada nafsu makan, perasaan tidak berdaya atau
kehilangan kontrol, terlalu cemas atau tidak perhatian sama sekali pada
bayi, tidak menyukai atau takut menyentuh bayi, pikiran yang
menakutkan mengenai bayi, sedikit atau tidak ada perhatian terhadap
penampilan bayi, sedikit atau tidak ada perhatian terhadap penampilan
diri, gejala fisik seperti sulit bernafas atau perasan berdebar- debar.
(Sumarni & Nahira, 2019).

c. Psikosis
Psikosis merupakan sindrom postpartum yang sangat jarang terjadi,
hal ini dianggap sebagai gangguan jiwa paling berat dan dramatis yang
terjadi pada periode postpartum. Gejala psikosis bervariasi, muncul
secara dramatis dan sangat dini, serta berubah dengan cepat, yang
berubah dari hari ke hari selama fase akut penyakit. Gejala ini dari
biasanya meliputi perubahan suasana hati, perilaku yang tidak rasional
dan gangguan agitasi, ketakutan dan kebingungan, karena ibu kehilangan
kontak dengan realitas secara cepat. Biasanya terjadi dalam minggu
pertama postpartum dan jarang terjadi sebelum 3 hari postpartum,
dengan mayoritas kejadian terjadi sebelum 16 hari postpartum
(Wahyuningsih, 2018).

2.1.5 Tahapan Masa Nifas


Adapun tahapan masa nifas menurut (Ciselia & Oktari, 2021) :
a. Periode Immediate Postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.
Pada masa ini merupakan fase kritis, sering terjadi insiden perdarahan.
Sehingga memerlukan perhatian khusus secara berkelanjutan untuk
memeriksa kondisi ibu.

b. Periode Early Postpartum


Fase ini dimulai sejak 24 jam – 1 minggu. Suatu masa
pemulihan dimana organ-organ reproduksi secara berangsur- angsur
akan kembali ke keadaan sebelum hamil.

c. Periode Late Postpasrtum


Tahap ini terjadi pada waktu 1-6 minggu. Pada tahap ini tubuh ibu
hampir sempurna kembali. Dimana organ-organ reproduksi akan
kembali seperti sebelum hamil

d. Remote Puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan
sempurna terutama bila ibu selama hamil atau waktu persalinan
mengalami komplikasi. Rentang waktu remote puerperium berbeda untuk
setiap ibu, tergantung dari berat ringannya komplikasi yang dialami
selama hamil atau persalinan

2.1.6 Hormon Yang Mempengaruhi


Setelah proses persalinan, sistem endokrin kembali kepada keadaan
seperti sebelum hamil. Hormon kehamilan mulai menurun segera setelah
plasenta lahir. Penurunan hormon estrogen dan progesteron menyebabkan
peningkatan prolaktin dan menstimulasi air susu. Hormon Plasenta menurun
setelah persalinan, HCG menurun dan menetap sampai 10% dalam 3 jam
7
hingga hari ke tujuh sebagai omset pemenuhan mamae pada hari ke- 3 post
partum. Pada hormon pituitary prolaktin meningkat, pada wanita tidak
menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH meningkat pada
minggu ke-3. Lamanya seorang wanita mendapatkan menstruasi juga dapat
dipengaruhi oleh faktor menyusui. Sering kali menstruasi pertama ini
bersifat anovulasi karena penurunan kadar estrogen yang bermakna sehingga
aktivitas prolactin juga sedang meningkat dapat memengaruhi kelenjar
mammae dalam menghasilkan ASI (Sulfianti, et al., 2021).
8

2.2 KONSEP KECEMASAN


2.2.1 Definisi

Kecemasan adalah perasaan ketidak pastian, kegelisahan, ketakutan atau


ketegangan yang dialami seseorang dalam berespons terhadap objek atau
situasi yang tidak diketahui. Sigmun Freud mengatakan kecemasan
merupakan sinyal bahaya yang ditunjukan seseorang sebagai respons
terhadap presepsi nyeri fisik atau bahaya (Swarjana, 2022).
Menurut Lestari 2015, Kecemasan merupakan keadaan perasaan afektif
yang tidak menyenangkan yang disertai dengan sensasi fisik yang
memperingatkan orang terhadap bahaya yang akan datang. Keadaan yang
tidak menyenagkan itu sering kabur dan sulit menunjukdengan tepat, tetapi
kecemasan itu sendiri selalu dirasakan.

2.2.2 Kualifikasi

Stuart mengklasifikasikan kecemasan menurut tingkatan keparahannya ,


yaitu :
a. kecemasan ringan, merupakan keadaan yang terjadi dalam kehi dupan
sehari-hari. Kecemasan ini dapat meningkatkan kehati - hatian, persepsi,
motivasi belajar , an menghasilkan kreativitas dan pertumbuhan. Bentuk
aktuali sasi pada kecemasan ringan adalah rasa lelah, mudah tersinggung,
mampu belajar, kesadaran yang tinggi, motivasi meningkat dan
kesesuaian tingkah laku dengan situasi .
b. Kecemasan sedang yaitu bentuk kecemasan yang menyebabkan sese
orang terfokus pada suatu permasalahan penting sehingga perhatian
seseorang menjadi selektif dan terarah pada suatu hal ditandai dengan
perasaan lelah, frekuensi nadi dan pernapasan meningkat, ketegangan otot
meningkat, persepsi menyempit, bicara cepat dengan volume yang tinggi,
penurunan konsentrasi, mudah tersinggung, cepat marah dan mudah
menangis.
c. Kecemasan berat yang ditandai dengan kecenderungan memu satkan
pikiran pada suatu hal yang spesifik dan tidak dapat memperhatikan hal
lainnya sehingga perlu arahan untuk memusatkan perhatiannya. Bentuk
aktualisasi kecemasan ini antara lain sulit tidur, pusing dan sakit kepala,
mual, sering buang air kecil, diare , perasaan berdebar, lapang persepsi
menyempit, tidak efektif dalam belajar, terfokus pada diri sendiri, ingin
ilangkan cemas, kebingungan dan disorientasi.
d. Panik atau kecemasan yang sangat berat merupakan rasa takut dan
kepanikan akibat mengalami kendali , di mana seseorang tidak dapat
melakukan sesuatu meskipun diberi arahan. Tanda-tanda yang muncul
antara lain sulit bernapa , dilatasi pupil , bicara inkoheren, tidak berespons
terhadap instruksi sederhana , palpitasi , berteriak, halusinasi dan delusi.
9

2.2.3 Tanda dan Gejala Kecemasan


Keluhan-keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang mengalami
cemas antara lain :
1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah
tersinggung.
2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
4. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
5. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
6. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang,
pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas,
gangguan pencernaan, gangguan perkemihan dan sakit kepala
(Priyoto, 2014).

2.2.4 Penyebab Kecemasan

Adler dan Rodman mengemukakan dua faktor penyebab timbulnya


kecemasan yaitu (Ramie, 2022) :
a. Pengalaman yang kurang baik di masa lalu sebagai penyebab utama
timbulnya kecemasan berulang pada masa anak - anak , yaitu adanya
rasa kurang menyenangkan mengenai peristiwa yang dapat terulang
kembali di masa mendatang , apabila seseorang tersebut mengalami
situasi yang sama dan juga menimbulkan ketidaknyamanan , seperti
kegagalan dalam mengikuti tes.
b. Pikiran yang tidak rasional dibagi dalam empat bentuk , yaitu
1) Kegagalan ketastropik , adalah asumsi dari individu yang merasa
sesuatu yang buruk akan terjadi pada dirinya . Orang yang
mengalami kecemasan dengan perasaan tidak mampu dan tidak
sanggup dalam mengatasi permasalahannya .
2) Kesempurnaan , yaitu individu yang mengharapkan diri sendiri
untuk berperilaku sempurna dan tanpa memiliki cacat . Seseorang
yang menja dikan diri sebagai ukuran kesempurnaan dan menjadi
suatu target dan sumber yang dapat memberikan ide dan gagasan .
3) Persetujuan
4) Generalisasi yang tidak tepat , adalah orang yang memiliki
generalisasi yang berlebihan yang biasanya terjadi pada orang
yang kurang memiliki pengalaman .

2.2.5 Rentang Respon Kecemasan


a. Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam
kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi
waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Manifestasi yang
muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang persepsi
meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi
meningkat dan tingkah laku sesuai situasi. Kecemasan ringan
mempunyai karakteristik:
1) Berhubungan dengan ketegangan dalam peristiwa sehari-hari.
10
2) Kewaspadaan meningkat.
3) Persepsi terhadap lingkungan meningkat.
4) Dapat menjadi motivasi positif untuk belajar dan
menghasilkan kreatifitas.
5) Respon fisiologis: sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan
darah meningkat sedikit, gejala ringan pada lambung, muka
berkerut, serta bergetar.
6) Respon kognitif: mampu menerima rangsangan yang
kompleks, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah
secara efektif, dan terangsang untuk melakukan tindakan.
7) Respon prilaku dan emosi: tidak dapat duduk tenang, tremor
halus pada tangan, dan suara kadang-kadang meninggi.

b. Kecemasan Sedang
Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk
memusatkan pada masalah yang penting dan mengesampingkan
yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif,
namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi yang
terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan
denyut jantung dan pernapasan meningkat, ketegangan otot
meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, lahan persepsi
menyempit, kemampuan konsentrasi menurun, mudah tersinggung,
tidak sabar, mudah lupa, marah dan menangis.
Kecemasan sedang mempunyai karakteristik:
1) Respon biologis: sering nafas pendek, nadi ekstra
sistol dan tekanan darah meningkat, mulut kering, konstipasi, sakit
kepala, sering berkemih, dan letih.
2) Respon Kognitif: memusatkan perhatian pada hal
yang penting dan mengesampingkan yang lain, lapang persepsi
menyempit, dan rangsangan dari luar tidak mampu diterima
3) Respon perilaku emosi: gerakan tersentak-tersentak,
terlihat lebih tegas, bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur, dan
perasaan tidak aman.

c. Kecemasan Berat
Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi
seseorang. Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk
memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat
berpikir tentang hal lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini
adalah mengeluh pusing, sakit kepala, tidak dapat tidur (insomnia),
sering kencing, lahan persepsi menyempit, berfokus pada dirinya
sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi,
perasaan tidak berdaya, bingung

2.2.6 Penatalaksanaan Kecemasan


Penatalaksanaan pada tahap pencegahan dan terapi memerlukan
suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencakup fisik
11
(somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan
psikoreligius.Selengkapnya seperti pada uraian berikut (Lestari, 2015):

1. upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :


a. makan makan yang bergizi dan seimbang
b. tidur yang cukup
c. cukup olahraga
d. tidak merokok
e. tidak meminum-minuman keras
2. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan
memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan
neuro-transmitter (sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak
(limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat
anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam,
bromazepam, lorazepam, buspirone HCI, meprobamate dan
alprazolam
3. Teori Somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala
ikutan atau akibat dari kecemasan yang berkepanjangan. Untuk
menghilangkan keluhan- keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan
obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain:
a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan
dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan
diberi keyakinan serta percaya diri.
b. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi
bila dinilai bahwa ketidakmampuan mengatasi kecemasan.
c. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali
(re- konstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat
sterssor.
d. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya
ingat.
e. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan
proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa
seseorang tidak mampu menghadapi stressor psikososial sehingga
mengalami kecemasan
f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan,
agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor
keluarga dapat dijadikan sebagai faktor pendukung
12

2.2.7 Visual Analog Scale for Axienty (VAS-A)

Anxiety Visual Analog Scale (Anxiety VAS) Suatu alat untuk


mengukur tingkat kecemasan dengan menggunakan garis horizontal
berupa skala sepanjang 10cm atau 100mm. Penilaiannya yaitu ujung
sebelah kiri mengidentifikasikan “tidak ada kecemasan” dan semakin ke
arah ujung sebelah kanan bermakna kecemasan yang dialami luar bias
(Spreckhelsen & Chalil, 2021). Visual Numeric Rating Scale of
Anxiety (VNRS-A) Pasien diminta menyatakan menggambarkan
seberapa besar kecemasan yang dirasakan. VNRS-A menggunakan skala
dari angka 0 (nol) sampai 10 (sepuluh), dimana 0 menunjukan tidak
cemas, 1-3 cemas ringan, 4-6 cemas sedang, 7-9 cemas berat, dan 10
menunjukan tingkat panik.

Gambar 2.2 Visual Analog Scale For Axienty (VAS-A)

Keterangan
0 = tidak cemas
1-3 = cemas
ringan 4-6 =
cemas sedang 7-9
= cemas berat
10 = panik
13

2.3 KONSEP MASSAGE ENDORPHIN


2.3.1 Definisi
Endorphin massage adalah teknik yang memberikan rasa tenang dan
nyaman yang dapat meningkatkan pelepasan hormon endorphin, maka
dinamakan endorphin massage. Ini termasuk sentuhan dan pijatan ringan
di seluruh tubuh. Pijat endorphin awalnya dikembangkan oleh Constance
Palinsky sebagai metode pengendalian nyeri (Saudia & Murni, 2017). Ibu
yang merasa nyaman dan rileks akan mempertahankan produksi dan sekresi
ASI yang cukup (Saldan et al., 2017; Sari et al., 2017). Sampai saat ini,
hanya sedikit penelitian yang dilakukan untuk menilai pengaruh kombinasi
kedua intervensi tersebut terhadap produksi ASI, khususnya pada ibu
postpartum primipara. Produksi ASI yang cukup akan memberikan nutrisi
yang cukup untuk bayi pada bulan-bulan pertama kelahiran, yang
memfasilitasi kenaikan berat badan bayi hingga 10% dari berat lahir
(Retnosari, Setiawati, & Putri, 2022).
Pijat endorfin juga dapat mengurangi keparahan postpartum blues pada
ibu postpartum. Penelitian selanjutnya juga dapat diperkaya dengan
pengalaman atau persepsi pasangan dalam memberikan pijatan. Secara
keseluruhan, ada kurang lebih dua puluh jenis hormon kebahagiaan.
Meskipun cara kerja dan dampaknya berbeda-beda, efek farmakologisnya
sama. Di antara begitu banyak hormon kebahagiaan, hormon endorfin paling
berkhasiat kerjanya lima atau enam kali lebih kuat dibandingkan hormon
lainnya. Selain itu, hormon kebahagiaan berpengaruh positif terhadap
peningkatan daya ingat, terhadap semangat, daya tahan, dan kreativitas, serta
membuat tubuh menjadi sehat (Retnosari, Setiawati, & Putri, 2022).
Menurut Aprillia 2018, Endorphin berasal dari kata
Endogenous+Morphine, molekul protein yang di produksi sel-sel dari sistem
syaraf dan beberapa bagian tubuh yang berguna untuk bekerja bersama
reseptor sedativa untuk mengurangi rasa sakit. Reseptor analgesik ini
diproduksi di spinal cord (simpul saraf tulang belakang hingga tulang ekor)
dan ujung saraf.
Endorphin merupakan sejumlah polipeptida yang terdiri dari 30 unit asam
amino. Opioid-opioid hormon-hormon penghilang stress seperti
kortikotrofin, kortisol, dan katekolamin dihasilakan tubuh untuk mengurangi
stress dan menghilangkan rasa nyeri.
Tubuh menghasilkan sedikitnya 20 endorphin yang berbeda manfaat dan
kegunaannya. Beta-endorphin muncul sebagai endorphin yang berfungsi
memberikan pengaruh paling besar di otak dan tubuh selama latihan. Beta-
endorphin juga merupakan satu jenis hormon peptida yang dibentuk sebagian
besar oleh tyrosine, yaitu satu jenis asam amino. Para ilmuwan juga
menemukan bahwa Beta-endorphin dapat mengaktifkan NK (Natural Killer)
cells pada tubuh manusia dan mendorong sistem kekebalan tubuh untuk
melawan sel-sel kanker. Struktur molekuler pada endorphin sangat serupa
dengan yang ada pada morphin, tapi dengan kekayaan kimia yang berbeda.
Kegunaan dari endorphin antara lain, mengendalikan rasa sakit yang
persisten/menetap, mengendalikan potensi kecanduan akan cokelat,
mengendalikan perasaan frustasi dan stress, mengatur produksi hormon
pertumbuhan dan seksual,mengurangi gejala-gejala akibat gangguan makan.

Endorphin adalah hormon alami yang diproduksi tubuh manusia, maka


endorphin adalah penghilang rasa sakit yag terbaik. Endorphin dapat
diproduksi tubuh secara alami saat tubuh melakukan aktivitas seperti
meditasi, pernapasan dalam, makan makanan pedas, atau menjalani
14
akupuntur dan chiroproatic (pengobatan alternatif). Tetapi endorphin
dipercaya mampu memproduksi empat kunci bagi tubuh dan pikiran, yaitu
meningkatkan sistem kekebalan tubuh/imunitas, mengurangi rasa sakit,
mengurangi stress, dan memperlambat proses penuaan (Aprillia, 2018).

2.3.2 Langkah – Langkah Pijat Endorphin


Pijat membebaskan endorfin-hormon tubuh yang setara dengan morfin ke
dalam sistem, dan hal ini mebuat klien mendambakan pemijatan lagi.
Sementara pijat ringan harian tidak berbahaya, segera setelah tubuh kuat dan
sehat tidak lebih dari dua kali penyembuhan setiap minggunya dianjurkan.
Karena pijat yang berlebihan adalah kontra-produktif. Klien yang kecanduan
akhirnya dapat berakhir dengan kerusakan otot-otot mereka, yang menjadi
lembek. Pemijatan akan berlangsung antara 15-30 menit. Bentuk pijatan ini
menyentuh otot di bawah permukaan dan menggunakan serangkaian
gerakan sendiri. Gerakan khas termasuk membentuk “V” antara jari dan ibu
jari, atau mengunci kedua jempol bersama-sama untuk menciptakan
perasaan nyaman.Teknik memegang lengan pada kemiringan 60 sampai 75
derajat dan bekerja hanya dengan telapak tangan Menurut Kapayang dan
Handayani, tatacara pijat endorphin meliputi (Ma'rifah, Mardliyana,
Sukarsih, Rozifa, & Qodliyah, 2022) :
1. Cara Pertama
• Ambil posisi senyaman mungkin, bisa dilakukan dengan duduk
atau berbaring miring.
• Tarik nafas yang dalam, lalu hembuskan dengan lembut sambil
menutup mata. Kemudian, mengelus permukaan luar lengan
mulai dari tangan sampai lengan bawah.
• Setelah sekitar 5 menit, pindahkan pijatan ke lengan/tangan yang
lain.
• Meski sentuhan ringan ini hanya dilakukan dikedua lengan, tetapi
dampaknya luar biasa menjadikan seluruh tubuh menjadi rileks
dan tenang.
2. Cara Kedua
• Teknik sentuhan ini juga sangat efektif jika dilakukan dibagian
punggung.
• Ambil posisi berbaring miring atau duduk. Jika memilih
posisi duduk, bisa di atas kursi, tempat tidur.
• Kemudian mulai melakukan pijatan lembut dan ringan ke arah
bahu kiri dan kanan membentuk huruf V, ke arah tulang ekor.
• Terus lakukan pijatan-pijatan ringan ini berulang-ulang.
• Agar memperkuat efek pijatan lembut dan ringan ini bisa
diselingi dengan kata-kata yang menentramkan. Seperti, “saat
aku membelai lenganmu, biarkan tubuhmu menjadi rileks dan
santai”.

2.3.3 Manfaat Pijat Endorphin


15
Massage / pijat adalah satu dari beberapa metode pilihan yang sangat
safety serta mempunyai manfaat untuk pemulihan tubuh. Massage
menaikkan produksi serotonin yang menyebabkan berkurangnya hormon
kortisol, berkurangnya depresi serta dapat menyebabkan bertambahnya
dopamin, berkurangnya norepinephrin serta berkurangnya rasa cemas.
Membuat imunitas ibu postpartum akan meningkat sehingga dapat
mempercepat pemulihan kondisi fisik serta mental ibu (Pratiwi, Rejeki, &
Juniarto, 2021).
Menurut Kuswadi pijat endorphin adalah sebuah terapi sentuhan atau
pijatan ringan yang cukup penting diberikan pada ibu hamil hingga
menjelang melahirkan, pijatan dapat melepaskan senyawa endorphin yang
merupakan pereda rasa sakit yang dapat menatapkan rasa nyaman (Ma'rifah,
Mardliyana, Sukarsih, Rozifa, & Qodliyah, 2022).
16

2.4 PENELITIAN RELEVAN


2.2. Tabel Jurnal Penelitian Relevan
No. Peneliti Nama Jurnal Tahun Hasil
1 Regita, Lina, Pengaruh 2022 Didapatkan nilai p
Indah Endorphin value (p = 0,00)
Massage dimana p < 0,05. yang
Terhadap berarti
Tingkat terdapat penurunan
Kecemasan tingkat kecemasan
Pada Ibu sebelum dan
Postpartum sesudah dilakukan
Primipara di masase endorphin
Wilayah pada ibu nifas.
Puskesmas
Cibeber dan
Puskesmas
Jomblang
Cilegon
2 Sri Rahayu Pengaruh 2018 Hasil penelitian
masase menunjukkan
endorphin sebelum perlakuan
terhadap sebagian besar
tingkat responden
kecemasan dan mengalami
involusio uteri kecemasan sedang
ibu nifas (69%). Setelah pijat
endorphin
dilakukan oleh
suami kepada ibu
postpartum
berkontribusi
sangat baik untuk
menurunkan
kecemasan ibu dan
meningkatkan rasa
kepercayaan diri
3 Diana Arianti Pengaruh 2019 Berdasarkan uji t- test
dan Ledia Endorphine yang telah dilakukan
Restipa Massage diperoleh nilai
Terhadap signifikan p value
Tingkat 0,041
Kecemasan Ibu (p<0,05) sehingga
Primigravida hipotesis dalam
penelitian

ini diterima.
Kesimpulan dari
penelitian ini
terdapat tingkat
kecemasan yang
bermakna pada
17

kelompok kontrol
sebelum dan
sesudah tanpa
diberi endorphine
massage.
4 Siti Maesaroh, Pengaruh 2019 Rata-rata tingkat
Eva Ariaveni, Endorphin kecemasan ibu
Hardono Massage bersalin multipara
Terhadap Tingkat sebelum diberikan
Kecemasan Ibu perlakuan endorphin
Bersalin massage dari 28 ibu
Multipara Kala 1 bersalin mengalami
kecemasan ringan.
Rata-rata tingkat
kecemasan ibu
bersalin multipara
sesudah dilakukan
endorphin massage
tidak mengalami
kecemasan. Ada
pengaruh endorphin
massage terhadap
kecemasan inu
bersalin kala I fase
aktif diperoleh nilai
p value 0,000.

5 Murdiningsih, The Integration 2022 Berdasarkan hasil


Juwita, Sari of Endorphin analisis bivariat
Massage as yang dilakuan,
Holistic Care in diketahui bahwa
Reducing hasil uji statistik
Anxiety during Wilcoxondiperoleh p-
the Third value0,000 (p-
Trimester of value <0,05) artinya
Pregnancy terdapat
pengaruhpemberian
intervensi Endorphin
massageterhadap
kecemasan ibu
hamil trimester III
18

2.5 KERANGKA KONSEPTUAL & HIPOTESIS

Teori Masa Nifas

Perubahan Psikologi Perubahan Fisiologis

Baby blues
Depression Postpartum
1. Taking In Psikosis
2. Taking hold
Kecemasan
Farmakologi
3. Letting go
Penatalaksanaan Non-Farmakologi

Relaksasi nafas

Aroma terapi

Musik
Pijat ringan yang dapat
mengeluarkan hormone
endorphin yang memberi 4. Pijat endorphin
rasa nyaman dan
mengurangi kecemasan

Hasil
Keterangan :
Menurunka
n tingkat
: Tidak diteliti
kecemasan
: Diteliti ibu nifas
: Berpengaruh

Gambar 2.1 : Kerangka Konsep Pengaruh Pemberian Masase


Endorphin Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Nifas di PMB Slamet
Mariyani, SST Kabupaten Malang
19

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah.


Karena sifatnya masih sementara, maka perlu dibuktikan kebenarannya
melalui data empirik yang terkumpul (Sugiyono, 2016).
Pada penelitian ini hipotesis yang diajukan adalah terdapat pengaruh
pemberian masase terhadap tingkat kecemasan ibu nifas di PMB Slamet
Mariyani, SST. Kabupaten Malang.
Adapun hipotesis penelitian ini sebagai berikut :

H₀: Tidak terdapat pengaruh pijat endorphin terhadap tingkat


kecemasan ibu nifas di PMB Slamet Mariyani, SST Kabupaten Malang.

H₁ : Terdapat pengaruh pijat endorphin terhadap tingkat kecemasan ibu nifas


di PMB Slamet Mariyani, SST Kabupaten Malang.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 DESAIN PENELITIAN

Desain penelitian merupakan perencanaan penelitian yang menyeluruh


yang menyangkut semua komponen dan langkah penelitian dengan
mempertimbangkan etika penelitian, sumber daya penelitian dan kendala
penelitian (Husna & Suryana, 2017).
Desain penelitian yang digunakan adalah Pre experimental dimana
penelitian menggunakan perlakuan berupa pemberian masase endorphin
terhadap tingkat kecemasan ibu nifas. Pendekatan yang digunakan oleh
peneliti yaitu One Group Pre-test and Post-test, rancangan One Group
Pre-test and Post-test peneliti tidak menambahkan kelompok perbandingan
(kontrol). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh antar
variabel independen (masase endorphin) dan variabel dependen (tingkat
kecemasan ibu nifas). Peneliti akan melakukan observasi pada satu kelompok
sebelum dilakukan tindakan pijat endorphin dan sesudah dilakukan tindakan
pemberian pijat endorphin. Pada penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
Pengaruh Pemeberian Masase Endorphin Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu
Nifas di PMB Slamet Mariyani, SST. Kabupaten Malang.

14
15

3.2 KERANGKA KERJA

Populasi
Semua ibu nifas yang mengalami kecemasan

Sampel
Sebagian Ibu nifas dengan kecemasan

Sampling
Variabel Consecutive Variabel
Independen Dependen

Alat ukur Alat ukur


Numeric Ratiing Scale Kuesioner dengan skala VAS-A

Tingkat kecemasan sebelum pemberian masase u=endorphin Tingkat kecemasan sesudah pemberian masase
Pemeberian Masase Endorphin

Teknik pengumpulan data Editing, Coding, Tabulating, skoring, entry

Analisis Data
Wilcoxon

Kesimpulan
Ho diterima dan HI ditolak apabila nilai probabilitas > 0.05
HI ditolak dan Ho diterima apabila nilai probabilitas < 0,05

Gambar 3.1 : Kerangka Kerja Pengaruh Pemberian Masase


Endorphin Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Nifas di PMB Slamet
Mariyani Kabupaten Malang
16

3.3 POPULASI, SAMPLE, SAMPLING


3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah himpunan yang lengkap dari satuan atau individu


yang karakteristiknya ingin kita ketahui (Husna & Suryana, 2017).
Populasi menggambarkan kumpulan/jumlah keseluruhan dari unit
sasaran. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas calon
pemberian pijat endorphin di PMB Slamet Mariyani SST Kabupaten
Malang.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian anggota populasi yang memberikan


keterangan atau data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Dengan
kata lain, sampel adalah himpunan bagian dari populasi (Husna &
Suryana, 2017).
Penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan kriteria
pemilihan sampel, yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Kriteria
inklusi adalah kriteria yang akan menyaring anggota populasi menjadi
sampel yang memenuhi kriteria secara teori yang sesuai dan terkait
dengan topik dan kondisi penelitian (Masturoh & Anggita, 2018).
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah
a. Ibu nifas dengan kecemasan pasca melahirkan normal
b. Tingkat kecemasan ibu nifas pada fase taking hold
c. Ibu nifas yang bersedia menjadi responden
d. Ibu nifas yang tidak memiliki luka atau lebam di area pemijatan
e. Ibu nifas yang merasa dirinya khawatir terhadap hal-hal tertentu
f.Ibu nifas yang tidak memiliki gangguan /penyakit psikologis

Kriteria eksklusi adalah kriteria yang dapat digunakan untuk


mengeluarkan anggota sampel dari kriteria inklusi atau dengan kata lain
ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel
(Masturoh & Anggita, 2018).

Kriteria Eksklusi pada penelitian ini adalah


a. Ibu nifas tidak merasa cemas
b. Ibu nifas yang memiliki luka atau lebam di area pemijatan
c. Responden menolak menjadi responden

3.3.3 Sampling Penelitian

Teknik sampling merupakan pengambilan sampel dari populasinya


representatif (mewakili), sehingga dapat diperoleh informasi yang
cukup untuk mengestimasi populasinya (Masturoh & Anggita, 2018).
Tekhnik sampling yang digunakan pada penelitian ini
Consecutive Sampling, Consecutive sampling merupakan Sampling
non probability yang paling mendekati probability sampling.
Consecutive sampling menjadi pilihan peneliti yang tidak
mendapatkan kerangka sampel yang memenuhi kriteria tertentu secara
berurutan sampai diperoleh jumlah sampel (Roflin & Pariyana, 2022).
17

3.4 IDENTIFIKASI VARIABEL

Variabel merupakan seseorang atau obyek yang mempunyai variasi


sebagai pembeda atau penciri antara satu orang dengan yang lainnya atau satu
obyek dengan obyek yang lain (Sugiyono, 2016).

a. Variabel Bebas /Independen

Variabel independen adalah variabel yang dapat mempengaruhi


variabel lain, apabila variabel independen berubah maka dapat
menyebabkan variabel lain berubah Variabel Independen dalam penelitian
ini adalah masase endorphin.

b. Varibel Terikat /Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel


independen, artinya variabel dependen berubah karena disebabkan oleh
perubahan pada variabel independen .Variabel Dependen dalam penelitian
ini adalah tingkat kecemasan.

3.5 DEFINISI OPERASIONAL

Definisi Operasional Variabel adalah definisi variabel berdasarkan apa


yang dilaksanakan dalam penelitian, sehingga variabel tersebut dapat diukur,
diamati atau dihitung sehingga timbul variasi (Sugiyono, 2016).

Tabel 3.1 : Definisi Operasional Pengaruh Pemberian Masase


Endorphin Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Nifas di PMB Slamet
Mariyani, SST. Kabupaten Malang
Variabel Definisi Parameter Kategori Skala Alat Ukur
Penelitia Oprasional
n
Indepen Pijatan mengusap Diberikan - SOP
den ringan, yang lembut bagian
dapat lengan
Masase mengeluar dilanjutkan
edorphi kan hormon bagian
n endorphin punggung
sehingga yang
membuat dilakukan
nyaman selama 30
menit diwaktu
pagi selama 5
hari, pijatan
dimulai pada
hari ke 3 post
partum
18

sampai hari
ke 7
postpartum.
Sebelum dan
sesudah hari
ke-7 dilakukan
pengukuran
kecemasan
dengan skala
VAS-A.

Depend perasaan Kuesioner 0 = tidak ordina Skala


en tidak skala VAS-A cemas l VAS-
nyaman, 1-3 = cemas A
Tingkat ketakutan ringan
kecema atau 4-6 = cemas
san ketakutan sedang
terkait 7-9 = cemas
dengan berat
antisipasi 10 = panik
bahaya,
yang
penyebabn
ya sering
tidak
spesifik atau
tidak
diketahui

3.1 TEKNIK PENGUMPULAN DATA

3.6.1 Proses Pengumpulan Data

a. Secara Administratif

1) Memberikan surat studi pendahuluan.


2) Mendapatkan surat balasan Studi Pendahuluan.
3) Memberikan surat izin penelitian.
4) Mendapatkan balasan surat izin penelitian.

b. Secara Teknis

Langkah awal dalam penilitian ini adalah meminta izin pada


pihak terkait di lahan penelitian setelah mendapat persetujuan,
meminta persetujuan pada pihak responden ataupun keluarga
apakah bersedia menjadi responden penelitian, lalu peneleliti
melanjutkan dengan wawancara data diri untuk mendapatkan
informasi mengenai data responden apakah sesuai atau tidak
dengan kriteria inklusi, dan memberi lembar kuesioner yang harus
di jawab oleh responden. Setelah peneliti menemukan responden
yang sesuai dengan kriteria inklusinya, peneliti memberikan sedikit
penjelasan mengenai proses pelaksanaan juga mengenai
19

pengaruh pijat endorphin terhadap tingkat kecemasan pada masa


nifas, setelah itu dilakukan pemberian masase endorphin, dan
mengajarkan langkah-langkah masase endorphin kepada responden
dan keluarga. Peneliti mengobservasi sebelum dan sesudah
dilakukan pemberian masase endorphin terhadap tingkat
kecemasan ibu nifas di PMB Slamet Mariyani, SST Kabupaten
Malang untuk menjawab pertanyaan penelitian.

3.6.2 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk


mengumpulkan data dan informasi yang diinginkan/dibutuhkan oleh
peneliti. Instrumen biasanya dipakai oleh peneliti untuk menanyakan
atau mengamati responden sehingga diperoleh data yang dibutuhkan
(Husna & Suryana, 2017).
Pada penelitian ini menggunakan instrumen pada variable bebas
berupa masase endorphin dan pada variable terikat berupa kuesioner
skala VAS-A.

3.6.3 Waktu dan Tempat Penelitian

a. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan mulai dari bulan Februari - Maret 2023
b. Tempat Penelitian
Tempat penelitian akan dilakukan di PMB Slamet Mariyani, SST.
Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang

3.6.4 Teknik Pengolahan Data

Setelah data terkumpul selanjutnya melakukan pengolahan data


dengan tahapan sebagai berikut :

a. Editing

Editing merupakan kegiatan untuk memeriksakan atau


pengecekan kembali kebenaran data yang diperoleh (Notoatmojo,
2018).

b. Scoring

Memberikan skor (scoring) terhadap item-item yang perlu


diberi skor. Misalnya tes, angket berbentuk pilihan ganda, rating
scale, dan sebagainya.
Score pada penelitian ini adalah :
Tidak cemas 0
Cemas ringan : 1-3
Cemas sedang : 4-6
Cemas berat : 7-9
Panik 10
20

c. Coding

Merupakan pemberian kode berupa angka / numeric terhadap


data yang terdiri dari beberapa kategori yang sangat berguna untuk
memasukkan data (Notoatmojo, 2018).

Adapun kode pada penelitian ini yaitu :

1) Coding untuk responden

a) Responden 1 Kode: R1
b) Responden 2 Kode: R2
c) Seterusnya... kode: R(X)

2) Tingkat Kecemasan Tidak

cemas 0
Cemas ringan 1
Cemas sedang 2
Cemas berat 3
Panik 4

d. Tabulating

Merupakan pengumpulan data sedemikian rupa agar mudah


dijumlahkan, disusun, ditata dan disajikan serta dianalisa. Data
yang diperoleh dari masing-masing responden melalui observasi
akan direkapitulasi dengan teliti kemudian di cek kelengkapannya
dan dikelompokkan (tabulasi data) (Notoatmojo, 2018).

e. Entering

Yaitu data yang telah di beri kode disusun secara


berurutanmulai dari responden pertama hingga responden yang
terakhir dalam bentuk kode untuk dimasukkan kedalam program
dalam bentuk tabel (Notoatmojo, 2018).

f. Cleaning

Merupakan pengecekan kembali data yang sudah dientri apa


ada kesalahan atau tidak. Setelah Cleaning selesai selanjutnya
mulai proses analisis data (Notoatmojo, 2018).

3.6.5 Teknik Analisis Data

Sebelum menganalisa pengaruh pemberian hipnoterapi terhadap


penurunan tingkat kecemasan pada calon metode sleep training ,
dilakukan pengecekan kelengkapan data kemudian ditabulasi dan
dilakukan pengolahan data.
21

a. Analisis Univariat

Tahap pertama dari analisis data adalah analisis univariate, maka


nantinya dapat diketahui gambaran karakteristik dan distribusi
subyek penelitian yaitu sebagai berikut;

F = 𝑋 X 100 %
𝑁

Keterangan:
F : Rata-rata
X : Jumlah yang didapat N
: Jumlah sampel
Pada penelitian ini, data akan disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi dari variabel bebas yaitu pemberian pijat
endorphin, sedangkan variabel terikat yaitu ptingkat kecemasan.
Pada analisa univariate ini peneliti menggunakannya untuk
mengetahui Pengaruh pijat endorphin terhadap tingkat kecemasan
ibu nifas. Data yang terkumpul dianalisa dengan menggunakan
analisa univariate sebagai berikut:

Table 3.1 Analisa univariate

100% Seluruhnya
76-99% Hampir seluruhnya
51-75% Sebagian besar
50% Setengahnya
26-49% Hampir setengahnya
1-25% Sebagian kecil
0% Tidak satupun

b. Analisis Bivariat

Uji statistika yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji


Analisis Wilcoxson. Uji statistik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji wilcoxon, uji ini menggunakan teknik
statistik kemudian dilakukan analisa data dengan menggunakan
uji statistic non-parametetrik yaitu dengan menggunakan statistic
“Wilcoxson” yaitu suatu cara non- parameteric yang amat
sederhana untuk membandingkan dua populasi kontinu bila hanya
tersedia sampel bebas yang sedikit dan kedua populasi asalnya
tidak normal.
Taraf signifikansi (α) = 5%
22

Rumus Uji Wilcoxon


1
T−[+ ]
4𝑁(𝑁+1)
z= 1
√24 𝑁 (𝑁+1)(2𝑁+1)

Keterangan
N : Jumlah data
T : Jumlah rangking dari nilai selisih yang negative atau
positif

3.2 ETIKA PENELITIAN

Penelitian yang menggunakan manusia sebagai subjek tidak boleh


bertentangan dengan etika. Tujuan harus etis dalam arti hak responden harus
dilindungi. Setelah proposal mendapat surat pengantar. persetujuan dari
pembimbing, kemudian peneliti mendapat surat pengantar dari istitusi
pendidikan untuk diserahkan kepada bidan desa genengan sebagai tempat
penelitian.
Langkah- Langkah yang dilakukan untuk memenuhi etika penelitian
sebagai berikut:

a. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan


responden dengan memberikan lembar persetujuan. Informed Consent
diberikan setelah responden mendapat penjelasan tentang tujuan penelitian
dan manfaat dari penelitian ini. Inform consent tidak bersifat mengikat dan
tidak boleh dengan paksaan (Sugiyono, 2016). Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan informed consent.

b. Tanpa Nama (Anonomity)

Anonymity atau tanpa nama artinya memberikan jaminan dalam


menggunakan subjek penelitian. Peneliti tidak akan mencantumkan nama
dan identitas sebenarnya pada penyajian data, peneliti hanya akan
menuliskan identitas responden dengan menggunakan kode tertentu
(Sugiyono, 2016). Dalam penelitian ini nama responden disamarkan.

c. Kerahasiaan (Confidentiality)

Peneliti akan memberikan jaminan kerahasian untuk setiap data dan


informasi yang diperoleh dari responden. Semua informasi yang telah
dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh peneliti, hanya kelompok data
tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset dan saat penyajian data
(Sugiyono, 2016). Dalam penelitian ini peneliti menjaga kerahasiaan data
responden.
DAFTAR PUSTAKA

Aprillia, Y. 2013. Hipnostetri. Jakarta: Gagas Media


Ayunita, T., & Feriani, P. (2021). Hubungan Harga Diri dengan Tingkat Depresi
Ibu Postpartum di Puskesmas Trauma Center Samarinda. Borneo Student
Research, 2(2).
Ciselia, D., & Oktari, V. (2021). Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Surabaya: CV.
Jakad Media Publishing.
D. R., . . . Argaheni, N. B. (2021). Asuhan Kebidanan Pada Masa
Nifas. Medan: Yayasan Kita Menulis.
Elis, A., Maryam, A., Sakona, Y., & Indonesia Timur, U. (2019). Analisis
Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas Dengan Tanda-Tanda Bahaya Masa
Nifas Di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar. Junal
Ilmiah Media Bidan, 4(2), 1–5.
Fitriani, L., & Wahyuni, S. (2021). Buku Ajar Auhan Kebidanan Masa Nifas.
Husna, A., & Suryana, B. (2017). Metodologi Penelitian dan Statistik. Jakarta:
BPSDMI.
Istiqomah, A. L., Vandika, N., & Nisa, S. M. (2021). Gambaran Tingkat
Kecemasan Ibu Post Partum. Indonesian Midwifery and Health
Sciences Journal, 5(4).
Jakarta: BPSDMI.
Lestari, T. 2015. Kumpulan Teori Untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika
Ma'rifah, U., Mardliyana, N. E., Sukarsih, R. E., Rozifa, A. W., & Qodliyah, A.
Masturoh, I., & Anggita, N. (2018). Metode Penelitian Kesehatan.
Notoatmojo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Semarang: Jakarta
Rineka Cipta.
Palembang: Kemenkes RI.
Pratiwi, D. M., Rejeki, S., & Juniarto, A. Z. (2021). Interventions to Reduce
Anxiety in Postpartum Mother. Media Keperawatan Indonesia, 4(1).
Priyoto. 2014. Konsep Manajemen Stress. Yogyakarta: Nuha Medika
Rahayu, S., Midyawati, M. N., & Dewi, R. K. (2018). Pengaruh Masase Endorphin
Terhadap Tingkat Kecemasan dan Involusio Uteri Ibu Nifas. Jurnal
Kebidanan, 8(1).
Ramie, A. (2022). Mekanisme Koping, Pengetahuan Dan Kecemasan Ibu
Hamil Pada Masa Pandemi Covid-19. Yogyakarta: Deepublish.
Retnosari, E., Setiawati, & Putri, N. C. (2022). Buku Ajar Konsep Holistik
Massage. Malang: CV Literasi Nusantara Abadi.
Roflin, E., & Pariyana. (2022). Metode Penelitian Kesehatan. Pekalongan: PT.
Nasya Expanding Management.
Spreckhelsen, V. T., & Chalil, M. J. (2021). Tingkat Kecemasan Preopreatif Pada
Pasien Yang Akan Menjalani Tindakan Anastesi Pada Operasi Elektif.
Jurnal Ilmiah Kohesi, 5(4).
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D.
Sukabumi: Penerbit Alfabeta.
Sulfianti, Nardina, E. A., Hutabarat, J., Astuti, E. D., Muyassaroh, Y., Yuliani,
Sumarni, & Nahira. (2019). Asuhan Kebidanan Ibu Postpartum. Gowa: CV.
Cahaya Bintang Cemerlang.
Swarjana, I. K. (2022). Konsep Pengetahuan, Sikap, Perilaku, Persepsi,
Stres, Kecemasan, Nyeri, Dukungan Sosial, Kepatuhan, Motivasi,
Kepuasan, Pandemi Covid-19, Akses Layanan Kesehatan Lengkap
Dengan Konsep Teori, Cara Mengukur Variabel, Dan Contoh
Kuesioner. Yogyakarta: ANDI.
W. (2022). Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir. Solo:
Rena Cipta Mandiri.
Wahyuningsih, H. P. (2018). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.
Yogyakarta: Deepublish.
Zarlis, R. C., Marcelina, L. A., & Permatasari, I. (2022). Pengaruh Endorphin
Massage Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Ibu Postpartum Primipara Di
Wilayah Puskesmas Cibeber dan Puskesmas Jombang Cilegon. Jurnal
Keperawatan Widya Gantari Indonesia, 6(1).
25
Lampiran 1 : POA Skripsi

INSITUT TEKNOLOGI SAINS dan KESEHATAN RS. dr. SOEPRAOEN MALANG PROGRAM
STUDI ALIH JENJANG KEBIDANAN
Nov Des Jan Feb Maret April Mei Juni Juli
NO KEGIATAN 2022 2022 2023 2023 2023 2023 2023 2023 2023
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan judul dan nama
1
pembimbing
Konfirmasi judul dan nama
2
pembimbing
Penelusuran literatur, proses
3
bimbingan dan penyusunan proposal
4 Seminar proposal
Revisi dan persetujuan proposal oleh
5
pembimbing
Penelitian dan penulisan laporan
6
penelitian
7 Pendaftaran Ujian SKRIPSI
8 Pelaksanaan Ujian SKRIPSI
9 Revisi laporan SKRIPSI
10. Penyerahan laporan SKRIPSI
Lampiran 2 : Surat Izin Penelitian
INSITUT TEKNOLOGI SAINS dan KESEHATAN RS. dr.
SOEPRAOEN MALANG
PROGRAM STUDI ALIH JENJANG KEBIDANAN
Malang, November 2022

Kepada
Yth.Koordinatorpelaksana Studi Kasus
Di Tempat

Yang Bertanda Tangan Dibawah ini:


Nama :
Alamat :

Memberikan Izin Kepada Mahasiswa:


Nama : Affrida Ayu Ulaa Rahmaniar
NIM : 226076AJ
Tingkat / Semester : III/VII Prodi Sarjana Kebidanan Fakultas Ilmu
Kesehatan Institut Teknologi, Sains, dan Kesehatan
RS dr.Soepraoen Malang
Untuk melaksanakan Studi Pendahuluan dan Penelitian Studi Kasus yang
Berjudul “Pengaruh Pemberian Masase Endorphin Terhadap Tingkat
Kecemasan Ibu Nifas Pada Fase Taking Hold di PMB Slamet Mariyani,
SST. Kabupaten Malang”
Demikian Surat ini Dibuat untuk memenuhi Penelitian yang Akan
Dilakukan.

Hormat Saya,

( )
Lampiran 3 : Surat Izin Balasan Penelitian
INSITUT TEKNOLOGI SAINS dan KESEHATAN RS. dr.
SOEPRAOEN MALANG
PROGRAM STUDI ALIH JENJANG KEBIDANAN

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Kepada:
Yth. Calon Responden
Di Tempat
Dengan hormat,
Sebagai persyaratan tugas akhir Ahli Madya Kebidanan Institut
Teknologi Sauns dan Kesehatan RS dr. Soepraoen Malang, saya:
Nama : Affrida Ayu Ulaa Rahmaniar
NIM : 226076AJ
Akan melakukan penelitian tentang “Pengaruh Pemberian Masase
Endorphin Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Nifas Pada Fase Taking Hold
di PMB Slamet Mariyani, SST. Kabupaten Malang”. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Masase Endorphin Terhadap
Tingkat Kecemasan Ibu Nifas di PMB Slamet Mariyani, SST Kabupaten
Malang. Untuk keperluan tersebut, saya mohon bantuan kepada calon
responden untuk meluangkan waktu guna menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan tanpa prasangka dan perasaan tertekan. Semua keterangan
dan jawaban yang saya peroleh semata-mata untuk kepentingan penelitian
dan dirahasiakan. Oleh karena itu besar artinya jawaban yang responden
berikan bagi kelancaran penelitian ini.
Atas bantuan dan partisipasinya saya sampaikan terimakasih.

Malang, Februari 2023

Affrida Ayu Ulaa Rahmaniar


NIM 226084AJ
Lampiran 4 : Lembar Persetujuan
INSITUT TEKNOLOGI SAINS dan KESEHATAN RS. dr.
SOEPRAOEN MALANG
PROGRAM STUDI ALIH JENJANG KEBIDANAN

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:

Nama (Inisial) :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :

Setelah mendapatkan keterangan secukupnya dari peneliti tentang


penelitian yang akan dilakukan dengan judul:

“Pengaruh Pemberian Masase Endorphin Terhadap Tingkat


Kecemasan Ibu Nifas Pada Fase Taking Hold di PMB Slamet
Mariyani, SST. Kabupaten Malang”

Dengan ini saya menyatakan :

Bersedia / Tidak Bersedia*

Untuk berpartisipasi jika saya dijadikan subyek penelitian dengan


catatan bila sewaktu-waktu merasa dirugikan dalam hal apapun saya berhak
membatalkan persetujuan ini. Saya mengetahui kerahasiaan akan dijamin
oleh peneliti dan akan menggunakan data yang mencantumkan identitas
saya sesuai dengan pengolahan data. Demikian persetujuan saya secara
sukarela tanpa paksaan dari siapapun.
Malang, 2023

Peneliti Responden/Wali

Affrida Ayu Ulaa Rahmaniar (........................................)


NIM. 226076AJ Tanda tangan dan nama inisial

(*) : Coret yang tidak perlu


Lampiran 5 : Informed Consent
INSITUT TEKNOLOGI SAINS dan KESEHATAN RS. dr.
SOEPRAOEN MALANG
PROGRAM STUDI ALIH JENJANG KEBIDANAN

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama :
Alamat :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat
:
Setelah mendapatkan informasi tentang manfaat asuhan kebidanan
komprehensif, saya (bersedia/tidak bersedia*) berpartisipasi dan menjadi
responden studi kasus yang berjudul “Pengaruh Pemberian Masase
Endorphin Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Nifas Pada Fase
Taking Hold di PMB Slamet Mariyani, SST. Kabupaten Malang”.
Secara sukarela tanpa adanya tekanan dan juga paksaan dari pihak lain.

Malang, 2023

Peneliti Responden

Affrida Ayu Ulaa Rahmaniar (........................................)


NIM. 226076AJ Tanda tangan dan nama inisial

Saksi

(………………………………..)
Tanda tangan

(*) coret yang tidak perlu


Lampiran 6 : Lembar Kuesioner Skala VSA-S
INSITUT TEKNOLOGI SAINS dan KESEHATAN RS. dr.
SOEPRAOEN MALANG
PROGRAM STUDI ALIH JENJANG KEBIDANAN

LEMBAR KUISIONER PRE-TEST TINGKAT KECEMASAN VAS-A

JUDUL PENENLITIAN:
“Pengaruh Pemberian Masase Endorphin Terhadap Tingkat
Kecemasan Ibu Nifas Pada Fase Taking Hold di PMB Slamet
Mariyani, SST. Kabupaten Malang”
No.Responden :
Tanggal Pengisian :
DATA UMUM
1. Umur : ………………………
2. TTL : ………………………
3. Alamat : ………………………

Apakah saat ini kamu sedang cemas ?


ya tidak

Jika ya, berapa tingkat kecemasan mu saat ini ?


(beri ceklis pada kolom bagian atas pada skala dibawah ini)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Keterangan :

0 = tidak cemas 1-
3 = cemas ringan
4-6 = cemas sedang 7-
9 = cemas berat
10 = panik
Lampiran 7 : Lembar Observasi Tingkat Kecemasan
INSITUT TEKNOLOGI SAINS dan KESEHATAN RS. dr.
SOEPRAOEN MALANG
PROGRAM STUDI ALIH JENJANG KEBIDANAN

LEMBAR POST-TEST TINGKAT KECEMASAN IBU NIFAS

No.Responden :
Tanggal Pengisian :
DATA UMUM
1. Umur : ………………………
2. TTL : ………………………
3. Alamat : ………………………

Berapa tingkat kecemasan mu sesudah diberikan masase endorphin


?

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Keterangan :

0 = tidak cemas 1-
3 = cemas ringan
4-6 = cemas sedang 7-
9 = cemas berat
10 = panik
Lampiran 8 : Lembar Observasi Tingkat Kecemasan
INSITUT TEKNOLOGI SAINS dan KESEHATAN RS. dr.
SOEPRAOEN MALANG
PROGRAM STUDI ALIH JENJANG KEBIDANAN

No. Tingkat Kecemasan Tingkat Kecemasan


Resp Sebelum Pijat Endorphin Sesudah Pijat Endorphin Hasil
Skala Kategori Kode Skala Kategori Kode
Lampiran 9 : Lembar SOP Masase Endorphin
INSITUT TEKNOLOGI SAINS dan KESEHATAN RS. dr.
SOEPRAOEN MALANG

SOP MASSAGE ENDORPHIN


1. Definisi Endorphin massage adalah teknik yang memberikan rasa tenang
dan nyaman yang dapat meningkatkan pelepasan hormon endorphin,
maka dinamakan endorphin massage. Ini termasuk sentuhan dan
pijatan ringan di seluruh tubuh
2. Tujuan - Pijat endorfin juga dapat mengurangi keparahan postpartum
blues pada ibu postpartum
- Untuk mengontrol rasa nyeri persalinan
- Meningkatkan kondisi rileks
- Menormalkan denyut jantung dan tekanan darah

3. Indikasi - Ibu Post Natal atau bida dilakukan sejak usia kehamilan >36
minggu
- Ibu yang ingin memberikan ASI ekslusif
4. Persiapan Pasien Inform consent kepada ibu bersalin dan suami atau keluarga tentang
pelaksanaan terapi pijat endorphin
5. Persiapan Alat Lembar observasi skala nyeri Numeric Ratting Scale (NRS) , jam untuk
pemantauan, alat tulis
6. Prosedur 1. Memberitahu pasien bahwa tindakan akan segera dimulai
2. Cek kelengkapan alat-alat yang digunakan
3. Dekatkan alat-alat kesisi tempat tidur
4. Posisikan pasien senyaman mungkin, pasien dapat duduk ataupun
miring
5. Cuci tangan
6. Ambil posisi senyaman mungkin, bisa dilakukan dengan duduk atau
berbaring miring. Sementara pendamping persalinan berada di dekat
ibu (duduk disamping atau dibelakang ibu)
7. Mengajurkan ibu menarik nafas yang dalam lalu keluarkan dengan
lembut sambal memejamkan mata
8. Mengambil sedikit body lotion untuk mempermudah sentuhan
9. Dimulai dari leher, sentuhan atau pijatan ringan menggunakan
ujung-ujung jari membentuk huruf V kearah luar menuju sisi tulang
rusuk, terus turun kebawah, kebelakang yaitu pada thoracal 10
sampai kumbal 1, Tindakan ini dilakukan selama 5 menit
10. Ibu dianjurkan untuk rileks
11. apabila telah selesai rapikan pasien dengan posisi semula
12. Beritahu bahwa tindakan sudah selesai
13. Bereskan alat-alat yang telah digunakan, lepas sarung tangan
14. Akhiri kegiatan dengan baik
7 Dilakukan selama 30 menit

8 Usahakan sentuhan mengenai kulit


ibu langsung, bisa dilakukan saat
berbaring juga.

Sumber : Ma'rifah, U., Mardliyana, N. E., Sukarsih, R. E., Rozifa, A. W., &
Qodliyah, A. W. (2022). Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru
Lahir. Solo: Rena Cipta Mandiri.
Lampiran 10 : Lembar Konsultasi Pembimbing II
INSITUT TEKNOLOGI SAINS dan KESEHATAN RS. dr.
SOEPRAOEN MALANG
PROGRAM STUDI ALIH JENJANG KEBIDANAN

LEMBAR KONSULTASI
Lampiran 11 : Lembar Konsultasi Pembimbing II
INSITUT TEKNOLOGI SAINS dan KESEHATAN RS. dr.
SOEPRAOEN MALANG
PROGRAM STUDI ALIH JENJANG KEBIDANAN

LEMBAR KONSULTASI

Anda mungkin juga menyukai