Anda di halaman 1dari 144

ETNOBOTANI TANAMAN OBAT SEBAGAI INDUSTRI EKOWISATA

KESEHATAN DI KELURAHAN KALIPURO-GOMBENGSARI


KABUPATEN BANYUWANGI

TESIS

oleh

MOHAMMAD IKBAL
206090102011003

PROGRAM STUDI MAGISTER BIOLOGI


DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
ETNOBOTANI TANAMAN OBAT SEBAGAI INDUSTRI EKOWISATA
KESEHATAN DI KELURAHAN KALIPURO-GOMBENGSARI
KABUPATEN BANYUWANGI

TESIS

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Magister Sains dalam Bidang Biologi

oleh
MOHAMMAD IKBAL
206090102011003

PROGRAM STUDI MAGISTER BIOLOGI


DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022

ii
LEMBAR PENGESAHAN TESIS

ETNOBOTANI TANAMAN OBAT SEBAGAI INDUSTRI EKOWISATA


KESEHATAN DI KELURAHAN KALIPURO-GOMBENGSARI
KABUPATEN BANYUWANGI

Oleh

MOHAMMAD IKBAL
206010102011003

Setelah dipertahankan di depan majelis penguji


Pada tanggal (21 Desember 2022)
dan dinyatakan memnuhi syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains dalam bidang Biologi

Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II

Luchman Hakim, S.Si.,M.Agr.Sc.,Ph.D. Rodiyati Azrianingsih, S.Si.,M.Sc.,Ph.D


NIP.1917080819980210011051020 NIP. 197001281994122001
05011002

Mengetahui,

Ketua Departemen Biologi Ketua Program Studi Magister Biologi


Fakultas MIPA Universitas Brawijaya Fakultas MIPA Universitas Brawijaya

Prof. Muhaimin Rifa’i,S.Si.,Ph.D.Med.Sc Prof. Amin Setyo Leksono,S.Si.,M.Si.,Ph.D


NIP. 196806261997021001 NIP. 197211172000121001

iii
RIWAYAT HIDUP

Mohammad ikbal, Sumenep, 09 september 1998 anak dari bapak H. Musahwan


dan Hj. Supi’atun, SD sampai SMP di Kepualauan Kangean dan SMA di
Kabupaten Probolinggo, lulus SMA tahun 2016, selanjutnya melanjutkan studi di
Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Islam Malang mulai tahun 2016 dan menyelesaikan studi pada tahun 2020 dengan
tugas akhir berjudul “PENGARUH RASIO VOLUME TRIS KUNING TELUR
TERHADAP MOTILITAS BEFORE FREEZING SPERMATOZOA SAPI
BRAHMAN (Bos indicus)”. Tuliskan Riwayat studi S2 di UB

Malang, 21 Desember 2022

Penulis

iv
PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS

Tesis ini tidak dipublikasikan namun terbuka untuk umum dengan


ketentuan bahwa hak cipta ada pada penulis. Daftar Pustaka diperkenankan untuk
dicatat, tetapi pengutipan hanya dapat dilakukan seizin penulis dan harus disertai
kebiasaan ilmiah untuk menyebutkannya.

v
RINGKASAN

Etnobotani Tanaman Obat Sebagai Industri Ekowisata Kesehatan di


Kelurahan Kalipuro-Gombengsari Kabupaten Banyuwangi

Mohammad Ikbal, Luchman Hakim, Rodiyati Azrianingsih


Program Magister Biologi, Departemen Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawaijaya
2022

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ………..tanaman obat, cara


pemanfaatan, serta menyusun strategi yang perlu dilakukan untuk menjadikan
tanaman obat sebagai industri ekowisata kesehatan (wellness tourism)
di…………. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Maret 2022 di
Kelurahan Kalipuro-Gombengsari dengan melakukan studi pustaka, survei lokasi,
jenis tanaman obat, warisan budaya dan pengetahuan tanaman obat. Pengambilan
sampel menggunakan teknik Snowball sampling (bola salju) yaitu metode
sampling di mana sampel diperoleh melalui proses bergulir berdasarkan
rekomendasi dari satu responden ke responden yang lainnya. Informan yang
diwawancarai ada dua jenis yaitu informan kunci dan non kunci. Informan kunci
merupakan orang yang memahami jenis tanaman obat, cara pemanfaatannya, dan
sering dikunjungi oleh masyarakat untuk berobat, yaitu………. Sementara itu
informan non kunci merupakan orang yang memahami tentang tanaman obat dari
informan kunci dan mengkonsumsinya. Metode utk analisis SWOT sebagai
penyusunan strategi konservasi belum dijelaskan
Hasil penelitian tentang jenis tanaman yang dimanfaatkan oleh informan
di Kelurahan Kalipuro-Gombengsari menemukan 106 spesies tanaman obat yang
termasuk dalam 48 familia. Pemanfaatan tanaman oleh informan dilihat dari nilai
Use Value Spesies tanaman yang dimanfaatkan sebagai pengobatan tradisional
sebesar 0,50-8,0. Spesies yang memiliki nilai UVs terendah adalah Myristica
fragrans dan Alstonia scholaris dan spesies yang memiliki nilai yang paling tinggi
adalah Cinnamon burmanii. Adapun nilai Famili Use Value yang paling rendah
yaitu Myristicaceae dengan nilai sebesar 0,50 dan nilai yang paling tinggi adalah
famili Apiaceae dengan nlai 7,0. Famili Apiaceae mudah ditemukan di
pekarangan rumah dan juga sering dimanfaatkan sebagai rempah atau bumbu
masak. Sedangkan dari nilai Index of Culture Significance sebesar 1-100, spesies
yang memiliki nilai ICS yang paling rendah yaitu Graptophyllum pictum, Ixora
paludosa, Lilium candidum dan Dendropththoe petandra dan spesies yang
memiliki nilai tertinggi Zingiber officinale, Carica papaya dan Musa paradisiaca.
Terdapat 75 penyakit yang tercatat diderita oleh masyarakat Desa
Kalipuro-Gombengsari. Penyakit yang paling sering disebutkan adalah penyakit
lambung yang dapat diatasi oleh 19 spesies tanaman obat. Selanjutnya penyakit
kencing manis yang dapat diatasi oleh 17 spesies, dan luka kulit yang dapat

vi
diobati oleh 14 spesies tanaman obat. Cara memanfaatkan tanaman obat di
Kelurahan Kalipuro-Gombengsari terdapat beberapa cara, diantaranya adalah
dikonsumsi secara langsung, dikeringkan, direbus dengan air lalu diminum,
ditumbuk kemudian dioleskan, dikunyah kemudian di balurkan kepada kulit yang
luka, airnya diperas dan diteteskan kepada bagian tubuh yang sakit. Daun menjadi
organ yang paling banyak digunakan yaitu ada 62 spesies. Cara pengunaan atau
pengolahan menyesuaikan dengan penyakit yang diobati. Adapun cara mengolah
atau meracik ramuan yaitu dengan cara mencampurkan dengan tanaman lain atau
hanya terdiri dari satu tanaman. Ada juga yang ditambahkan dengan bahan yang
lain seperti madu, garam, gula pasir, gula merah dan kuning telur.
Masyarakat memahami jika tumbuhan obat bisa dijadikan sebuah
penghasilan lokal untuk masyarakat sekitar sekaligus mempertahankan budaya
pengobatan yang sudah turun menurun dari nenek moyang terdahulu serta
memahami peluang untuk dijadikan wisata Kesehatan. Namun pemahaman
masyarakat tentang wisata kesehatan membutuhkan dukungan untuk bisa
merelisasikan hal tersebut. Maka strategi yang dirumuskan untuk membuat wisata
kesehatan (wellness tourism) di Kelurahan Kalipuro-Gombengsari dari segi
kekuatan dan peluang adalah perlu memaksimal keberadaan rumah digital dan
Kembang Galengan sebagai sentra untuk mengembangkan wisata kesehatan.
Selain itu, memberikan edukasi dan pendampingan yang rutin kepada masyarakat
khususnya generasi muda tentang pentingnya menjaga lingkungan dan wisata
kesehatan dalam jangka panjang. Pekarangan rumah dijadikan sebagai apotek
hidup masyarakat untuk perekonomian, kegiatan sosio kultural dan tempat
menanam bahan utama untuk proses pengobatan tradisional. Strategi dari segi
kelemahan dan peluang adalah perlunya menggandeng masyarakat dalam
memanfaatkan lahan pekarangan rumah sebagai sumberdaya untuk meningkatkan
ekonomi. Strategi terakhir adalah membuat cerita dan tulisan mengenai tradisi
pengobatan tradisional kuno dan memberikan apresiasi kepada masyarakat dalam
pengelolaan pekarangan rumah dengan baik dan berkelanjutan.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas rahmat dan ridha yang telah diberikan
Allah S.W.T. kepada penulis dan shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad
S.A.W. yang memberikan teladannya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Selain itu penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Luchman Hakim, S.Si., M.Agr.Sc., Ph.D. selaku pembimbing I atas


semua bimbingan pengerjaan penelitian di lapang dan beasiswa penulis di PS-
S2 Biologi UB.

2. Ibu Rodiyati Azrianingsih, S.Si.,M.Sc.,Ph.D selaku pembimbing II atas semua


kesabarannya untuk membimbing saya lahir dan batin.

3. Dian Siwanto, S.Si., M.Sc., M.Si., Ph.D. dan Bapak Dr. Bagyo Yanuwiadi
selaku Penguji Tesis dan atas semua saran perbaikan untuk penulis.

4. Kedua orang tua, mertua dan keluarga besar khususnya kakak saya Rawi
Asisanto yang tak henti-hentinya mendo’akan dan mendukung penulis.

6. Istri tercinta Fitriayul Aisiyah, do’a dan dukungannya selalu menyertai.

7. Karyawan TU Pasca Sarjana Biologi atas bantuan administrasinya selama tesis.

8. Serta keluarga besar Biologi lainnya atas doa, saran dan dukungannya selama
ini.

Tesis ini dibuat sebagai wujud apresiasi penulis dari semua ilmu yang
dipelajari penulis sampai sekarang ini. Penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat
bagi semua pembaca dan menambah informasi pada bidang yang terkait.
Akhirnya, atas segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran
untuk perbaikan tesis karena penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari
sempurna.

Malang, 21 Desember 2022

Penulis

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN TESIS ...........................................................
..........................................................................................................................
Error: Reference source not foundi
RIWAYAT HIDUP......................................................................................... iv
PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS............................................................ v
RINGKASAN..................................................................................................
..........................................................................................................................
Error: Reference source not foundi
KATA PENGANTAR.................................................................................... viii
DAFTAR ISI................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
..........................................................................................................................
Error: Reference source not found
1.1 Latar Belakan.............................................................................
..........................................................................................................
Error: Reference source not found
1.2 Rumusan Masalah......................................................................
..........................................................................................................
Error: Reference source not found
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................
..........................................................................................................
Error: Reference source not found
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................
..........................................................................................................
Error: Reference source not found
1.4.1 Manfaat bagi masyarakat................................................. 5
1.4.2 Manfaat bagi akademisi................................................... 6
1.4.3. Manfaat bagi Pemerintah................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................


..........................................................................................................................
Error: Reference source not found
2.1 Etnobotani..................................................................................
..........................................................................................................
Error: Reference source not found
2.1.1 Pengertian Etnobotani......................................................
...................................................................................................
Error: Reference source not found

ix
2.1.2 Peran dan Manfaat Etnobotani.........................................
...................................................................................................
Error: Reference source not found
2.1.3 Pengaplikasian Etnobotani...............................................
...................................................................................................
Error: Reference source not found
2.2 Tanaman Obat............................................................................
..........................................................................................................
Error: Reference source not found
2.2.1 Pengertian Tanaman Obat................................................
...................................................................................................
Error: Reference source not found
2.2.2 Manfaat Tanaman Obat....................................................
...................................................................................................
Error: Reference source not found
2.3 Kelurahan Kalipuro-Gombengsari.............................................
..........................................................................................................
Error: Reference source not found
2.3.1 Sejarah Kelurahan Kalipuro-Gombengsari......................
...................................................................................................
Error: Reference source not found
2.3.2 Kalipuro-Gombengsari Kelurahan / Desa Wisata............
...................................................................................................
Error: Reference source not found
2.4 Wisata Kesehatan atau Kebugaran (wellness tourism)..............
..........................................................................................................
Error: Reference source not found
2.4.1 Dampak Wisata Kesehatan (wellness tourism)................
...................................................................................................
Error: Reference source not found
2.4.2 Pengembangan Ekowisata Kesehatan (wellness tourism)
...................................................................................................
Error: Reference source not found
2.5 Kerangka Konsep Penelitian......................................................
..........................................................................................................
Error: Reference source not found

BAB III METODE PENELITIAN................................................................


..........................................................................................................................
Error: Reference source not found
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian....................................................
..........................................................................................................
Error: Reference source not found
3.2 Kerangka Operasioal..................................................................
..........................................................................................................
Error: Reference source not found

x
3.3 Studi Pendahuluan......................................................................
..........................................................................................................
Error: Reference source not found
3.4 Populasi dan Sampel..................................................................
..........................................................................................................
Error: Reference source not found
3.5 Responden Penelitian.................................................................
..........................................................................................................
Error: Reference source not found
3.6 Pengambilan Data......................................................................
..........................................................................................................
Error: Reference source not found
3.6.1 Data Etnobotani................................................................
...................................................................................................
Error: Reference source not found
3.6.2 Data Potensi Pengembangan Ekowisata Kesehatan.........
...................................................................................................
Error: Reference source not found
3.7 Analisis Data..............................................................................
..........................................................................................................
Error: Reference source not found

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................


..........................................................................................................................
Error: Reference source not found
4.1 Keanekaragaman Tanaman Obat yang Dimanfaatkan oleh
Masyarakat di Desa Kalipuro-Gombengsari.............................
...................................................................................................
Error: Reference source not found
4.1.1 Tanaman Obat yang Dimanfaatkan Masyarakat
berdasarkan Spesies di Kelurahan Kalipuro-
Gombengsari.................................................................
.......................................................................................
Error: Reference source not found
4.1.2 Tanaman Obat yang Dimanfaatkan Masyarakat
Berdasarkan Famili di Desa Kalipuro-Gombengsari.... 62
4.2 Cara Pemaanfaatan tanaman yang digunakan oleh masyarakat
di Desa Kalipuro-Gombengsari................................................. 67
4.2.1 Jenis Tanaman Obat yang Dimanfaatkan Oleh
Informan di Kelurahan Kalipuro-Gombengsari............ 96
4.2.2 Persepsi Masyarakat Terkait Tanaman Obat.................... 97
4.3 Strategi Tanaman Obat Sebagai Industri Ekowisata Kesehatan
(wellness tourism) di Kelurahan Kalipuro-Gombengsari......... 99

BAB V PENUTUP KESIMPULAN DAN SARAN...................................... 105


5.1 Kesimpulan................................................................................ 105

xi
5.2 Saran...........................................................................................
..........................................................................................................
Error: Reference source not found

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
..........................................................................................................................
Error: Reference source not found
LAMPIRAN ................................................................................................... 117

xii
DAFTAR GAMBAR
No. halaman
2.1 Kerangka konsep................................................................................... 22
3.1 Peta Kelurahan Kalipuro-Gombengsari Kab. Banyuwangi.................. 23
3.2 Kerangka Operasional Penelitian.......................................................... 25
4.1 Spesies tanaman obat dengan jumlah terbanyak yang dimanfaatkan
oleh informan Kalipuro-Gombengsari.................................................. 35
4.2 Grafik nilai guna spesies (UVs) Tanaman Obat................................... 52
4.3 Grafik nilai kepentingan jenis tanaman (ICS)...................................... 60
4.4 Kategori, nilai ICS dan jumlah spesies tanaman obat........................... 61
4.5 Famili tanaman obat dengan jumlah spesies terbanyak yang
dimanfaatkan oleh masyarakat Kalipuro-Gombengsari........................ 63
4.6 Grafik nilai FUVs tanaman obat........................................................... 66
4.7 Bagian tanaman yang digunakan sebagai pengobatan tradisional oleh
masyarakat Kelurahan Kalipuro-Gombengsari..................................... 97

xiii
DAFTAR TABEL

No. Halaman
3.1 Data perekam hasil penelitian............................................................... 27
3.2 Pemanfaatan Tanaman Obat Sebagai Ramuan..................................... 28
3.3 Cara perolehan tanaman obat................................................................ 28
3.4 Analisis Matrix SWOT......................................................................... 30
3.5 Kategorisasi analisis nilai ICS.............................................................. 33
4.1 Tanaman obat, nilai ICS dan UVs yang dimanfaatkan oleh
masyarakat Kelurahan Kalipuro-Gombengsari..................................... 35
4.2 Jumlah spesies yang digunakan untuk mengobati suatu penyakit........ 55
4.3 Penggunaan spesies tunggal dalam proses pengobatan penyakit di
Kelurahan Kalipuro-Gombengsari........................................................ 69
4.4 Penggunaan spesies komposit dalam proses pengobatan penyakit di
Kelurahan Kalipuro-Gombengsari........................................................ 85
4.5 Analisis SWOT..................................................................................... 100

xiv
DFTAR LAMPIRAN

lampiran 1 Pedoman Wawancara................................................................ 117

xv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan negara agraria dimana sebagian besar penduduk
Indonesia memiliki mata pencaharian melalui cara berocok tanam. Pertanian dan
perkebunan merupakan sektor yang sangat penting dalam mendukung
kesejahteraan masyarakat Indonesia dalam bidang ekonomi maupun dalam bidang
kesehatan, pasalnya banyak dari jenis tanaman yang ada di Indonesia tanpa
banyak disadari berpotensi memiliki kandungan obat untuk proses
menyembuhkan berbagai macam penyakit yang ada di masyarakat Indonesia.
Indonesia memiliki iklim tropis sehingga menjadi salah satu negara yang memiliki
keanekaragaman hayati yang kompleks bahkan terbesar di dunia setelah negara
Brazil. Indonesia memiliki sekitar 25.000-30.000 spesies tanaman yang tersebar di
berbagai daerah termasuk di daerah Kalipuro-Kalipuro-Gombengsari dimana 80%
diantaranya merupakan tanaman obat dan jumlah tersebut tidak termasuk tanaman
obat yang sudah langka atau punah dan ada pula jenis tanaman obat yang masih
belum dicantumkan (Depatemen Kesehatan RI, 1986). Obat tradisional Indonesia
merupakan warisan budaya leluhur bangsa yang perlu untuk terus digali karena
semakin modernnya zaman pengetahuan terkait tanaman obat ini semakin kurang
diperhatikan, perlu adanya suatu inisiatif untuk dipelajari kembali, diteliti dan
dikembangkan agar dapat digunakan oleh masyarakat secara meluas.
Pemanfaatan keaanekaragam tanaman sebagai obat tradisional pada
kenyataannya sudah banyak di gunakan oleh masyarakat Indonesia melalui
warisan para leluhur sebelumnya. Pemanfaatan tanaman obat secara tradisional
sudah banyak dikembangkan di berbagai jenis budaya dan etnis di seluruh penjuru
dunia (Cotton,1996). Pada realita sosialnya proses pemanfaatkan atau cara
pengolahan tanaman obat sangat bervariasi dari satu budaya ke budaya lainnya
atau dari satu etnis ke etnis yang lainnya. Memahami proses bagaimana cara
menggunakan atau mengolah tanaman obat ini sebagai pengobatan masalah
kesehatan sangatlah penting untuk kemajuan sistem preventif dan kuratif baik
secara tradisional maupun modern (Heinrich dan Gibbons, 2001). Menurut Katili
dkk (2015) tanaman obat merupakan tanaman yang beberapa bagian dari

1
tanamannya (batang, kulit kayu, umbi, daun, akar, rimpang, biji, bunga atau
bagaian yang lainnya) mempunyai khasiat sebagai obat yang digunakan sebagai
bahan mentah atau yang sudah diolah dalam pembuatan obat tradisional. Sekitar
80% dari total jenis tanaman yang tumbuh di Indonesia berkhasiat sebagai obat
dengan luas kawasan yang mencapai 120,35 juta hektar (Atun, 2014). Indonesia
memiliki sekitar 9600 spesies jenis tanaman yang berpotensi untuk dikembangkan
menjadi tanaman obat, hingga saat ini kurang lebih 300 spesies yang telah
digunakan sebagai bahan obat tradisional oleh industri.
Sampai saat ini masyarakat yang sering menggunakan tanaman obat ini
biasanya masyarakat menengah kebawah yang masih memegang beberapa budaya
dan peninggalaan dari leluhur sebelumnya, tanaman obat sering digunakan dalam
upaya pencegahan penyakit (preventif), pemulihan kesehatan (rehabilitative),
penyembuhan (kuratif) peningkatan kesehatan (promotif) (Prananingrum,2007).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwitianti (2015) berhasil menunjukkan
bahwa kandungan dari daun jambu biji (Psidium guajava) berkhasiat untuk
dijadikan obat tradisional salah satunya sebagai anti kanker. Hasil penelitian ini
mempengaruhi prespektif dari masyarakat yang masih awam mengetahui manfaat
daun jambu biji terhadap kesehatan selain mengatasi penyakit diare. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Desiana (2016) menunjukkan hasil bahwa ekstrak
daun jambu biji juga berkhasiat untuk mengatasi luka terbuka pada mencit dan
berhasil secara efektif. Selain dari hasil penelitian diatas ada khasiat lain yang
dimiliki oleh daun jambu biji untuk kesehatan masyarakat dan juga sampai hari ini
tanaman jambu biji masih sering ditemukan di pekarangan rumah.
Tanaman yang berpotensi sebagai obat tradisional akhir-akhir mengalami
banyak peningkatan dalam proses penggunannya. Selain dari itu, obat tradisional
mempunyai efek samping yang lebih sedikit dibandingkan dengan obat modern
(kimia). Menurut World Health Organization (WHO), penggunaan tanaman obat
secara tradisonal sebagai upaya untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan
banyak digunakan lebih dari 80% Negara-negara berkembang di dunia (Canter et
al, 2005). Tanaman obat sangat berguna untuk semua elemen masyarakat,
utamanya masyarakat yang ada di pedesaan dimana perekonomiannya masih
rendah sedangkan biaya berobat yang cukup tinggi untuk mendapatkan perawatan

2
medis secara yang sesuai. Tanaman obat dengan mudah dapat dibudidayakan di
pekarangan-pekarangan rumah dan umumnya juga memiliki fungsi ganda,
misalnya tanaman hias, tanaman pangan, tanaman yang dapat digunakan sebagai
bumbu masak dan juga menjadi tanaman buah-buahan, sehingga sangat cocok dan
menguntungkan jika di budidayakan di pekarangan rumah (Sumiastri et al., 2011).
Masyarakat yang tinggal di Kabupaten Banyuwangi masih menerapkan
pengobatan tradisional. Penduduk yang mendiami kabupaten Banyuwangi dapat
dikatakan unik karena mempunyai beragam etnisitas, meliputi suku Jawa, Madura
dan Osing. Berdsarkan hasil Riset Tanaman Obat dan Jamu (RISTOJA) tahun
2015 oleh Purwadi, suku Osing memiliki sejarah pengobatan tradisionl yang kuat
serta memiliki sumber daya alam yang melimpah. Ritonga (2011) telah
melakukan penelitian tentang tanaman obat di suku Osing Banyuwangi tetapi
masih terbatas di wilayah Kecamatan Glagah Banyuwangi khususnya di Desa
Olesari dan Kemiren. Suku Osing sendiri tersebar di beberapa wilayah kecamatan
Banyuwangi salah satunya di Desa Kalipuro-Gombengsari Kecamatan Kalipuro.
Penggunaan tanaman sebagai bahan pengobatan di masyarakat pedesaan,
khususnya di Desa Kalipuro-Gombengsari Kecamatan Kalipuro Kabupaten
Banyuwangi dilakukan secara turun temurun dari para leluhur sebelumnya.
Masyarakat menggunakan tanaman tersebut sebagai obat dalam penyembuhan
penyakit. Hal ini merupakan suatu kepercayaan dari masyarakat di daerah
tersebut.
Perkembangan sektor wisata di Banyuwangi berkembang dengan pesat
hingga saat ini sehingga merebak ke berbagai bidang, antara lain adalah wisata
alam, sejarah, religi, pendidikan dan berbagai sektor wisata yang lain. Salah satu
potensi wisata yang masih jarang disentuh adalah wisata kesehatan atau wisata
kebugaran. Menurut dokumen Republik Indonesia (2017), wisata kesehatan
merupakan kegiatan wisata yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang
yang bertujuan untuk mendapatkan pelayanan peningkatan kesehatan dan
kebugaran fisik serta pemulihan kesehatan spritual dan mental wisatawan. Dalam
konsep wisata kesehatan ada tiga komponen dasar yaitu wisata medis, wisata
kebugaran dan wisata spa (Peeters et al., 2017).

3
Wisata kesehatan saat ini sangat cocok bagi masyarakat urban atau
perkotaan karena bisa menjadi alternatif bagi yang ingin menikmati waktu luang
(leisure) untuk menenangkan fikiran dan mengembalikan kebugaran dikarenakan
aktivitas perkotaan yang sangat padat. Karakteristik wisata kesehatan lebih
menyuguhkan relaksasi, leisure dan juga unsur-unsur tradisi budaya lokal yang
bervariatif di setiap desa. Hal ini menguatkan wisata kesehatan untuk menjadi
sarana wisata kesehatan untuk masyarakat urban (kota) khususnya.
Wisata kesehatan yang ingin dikembangkan adalah wisata revitalisasi
tanaman obat yang tumbuh subur di Desa Kalipuro-Gombengsari Kecamatan
Kalipuro Kabupaten Banyuwangi yang berkhasiat menjadi obat tradisonal sebagai
sarana untuk menjaga tanaman agar tidak punah, relaksasi dan membangkitkan
kebugaran atau kesehatan wisatawan. Oleh karenanya, wisata kesehatan ini
disebut juga sebagai wisata kesehatan (wellness tourism). Pemanfaatan tumbuhan
oleh masyarakat sebagai obat-obatan disebut dengan etnobotani. Pengetahuan
etnobotani biasanya diwariskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya secara
turun-temurun melalui tradisi lisan. Tradisi lisan dari mulut ke mulut, dari
generasi ke generasi sangat terbatas di lingkungan suku dan keluarga tertentu.
Realitas di masyarakat menunjukkan bahwa para penutur dan komunitas
tradisi lisan semakin berkurang. Selain itu daya ingat setiap orang yang
berbeda dapat memungkinkan adanya variasi informasi yang didapatkan.
Sehingga perlu diadakan penelitian etnobotani untuk melestarikan
pengetahuan lokal (Indigenous Knowledge) masyarakat Kalipuro-Gombengsari
tentang tumbuhan-tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai sumber obat-
obatan yang menjadi daya tarik pengunjung. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui tanaman obat, cara pemanfaatannya serta strategi apa yang perlu
dilakukan untuk menjadikan tanaman obat sebagai industri ekowisata kesehatan
(wellness tourism) di Desa Kalipuro-Gombengsari.

4
1.2. RUMUSAN MASALAH

1. Apa sajakah tanaman obat di Desa Kalipuro-Gombengsari yang berpotensi


sebagai daya tarik pengunjung dalam pengembangan wisata kesehatan
(wellness tourism)?
2. Bagaimana cara pemanfaatan tanaman yang digunakan sebagai
pengobatan masyarakat di Desa Kalipuro-Gombengsari untuk pengobatan
tradisional ?
3. Strategi apa yang perlu dilakukan untuk menjadikan tanaman obat sebagai
industri ekowisata kesehatan (wellness tourism) di Desa Kalipuro-
Gombengsari ?

1.3. TUJUAN PENELITIAN


Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan jenis-jenis tanaman obat di Desa Kalipuro-Gombengsari
yang dapat menjadikan potensi untuk wisata kesehatan (wellness tourism)
di daerah tersebut.
2. Mendeskripsikan cara dari pemanfaatan tanaman obat untuk wisata
kesehatan (wellness tourism) di Desa Kalipuro-Gombengsari.
3. Menyusun strategi untuk pengembangan wisata kesehatan (wellness
tourism) melalui tanaman obat di Desa Kalipuro-Gombengsari.

1.4. MANFAAT PENELITIAN


Penelitian yang akan dilakukan dapat memberi manfaat sebagai berikut:
1.4.1. Manfaat bagi masyarakat
a. Memberikan informasi kepada msyarakat jenis jenis tanaman obat yang
dapat menjadi potensi wisata kesehatan (wellness tourism) di Desa
Kalipuro-Gombengsari.
b. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang cara-cara
memanfaatkan tanaman obat di Desa Kalipuro-Gombengsari.
c. Memberikan Informasi kepada masyarakat tentang cara agar tetap
melestarikan tanaman obat, khususnya bagi generasi muda yang

5
berpotensi untuk menjadikan industri wisata kesehatan (wellness
tourism).
1.4.2. Manfaat bagi akademisi
a. Memberikan informasi pengetahuan tentang jenis-jenis tanaman obat di
sekitar pekarangan rumah dan satuan lahan masyarakat di Desa
Kalipuro-Gombengsari sebagai referensi.
b. Memberikan informasi pengetahun tentang tata cara pemanfaatan
tanaman obat.
c. Memberikan basis data untuk strategi konservasi lingkungan, kearifan
lokal dan sosial ekonomi masyarakat Desa Gombeng sari.
1.4.3. Manfaat bagi Pemerintah
a. Menjadikan dokumentasi jenis-jenis tanaman pekarangan rumah dan
satuan lahan masyarakat di Desa Kalipuro-Gombengsari sebagai
pengetahuan umum.
b. Memberikan informasi tentang pemanfaatan tanaman obat untuk
pengobatan tradisional.
c. Sebagai penunjang untuk pengambilan kebijakan dalam pengadaan dan
pengembangan ekowisata di Desa Kalipuro-Gombengsari.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Etnobotani
2.1.1. Pengertian Etnobotani
Etnobotani dipahami sebagai ilmu yang mempelajari interaksi masyarakat
dengan lingkungan hidupnya, khususnya interaksi terhadapat tanaman. Tanaman
memberikaan manfaat besar bagi manusia melalui berbagai khasiat yang
dimilikinya, mulai dari kandungan nutrisi, kandungan metabolit sekunder yang
dihasilkan baik untuk keperluan kesehatan (obat - obatan), pakan ternak, dan
peptisida botani. Pengetahuan manusia tentang pemanfaatan tanaman ini telah
dimulai sejak berabad-abad yang lalu dan diturunkan kepada anak cucu hingga
sekarang. Bahkan bidang kedokteran dan farmakologi saat ini telah banyak
mengembangkan obat-obatan yang dihasilkan dari senyawa tanaman (Hariana,
2007).
Penelitian Etnobotani diawali oleh para ahli botani yang memfokuskan
tentang persepsi ekonomi dari suatu tanaman yang digunakan oleh masyarakat
lokal. Ahli etnobotani pada saat itu bertugas mendokumentasikan dan
menjelaskan hubungan antara budaya dan penggunaan tanaman dengan fokus
utama pada tanaman yang digunakan, diaplikasikan pada berbagai lingkungan
masyarakat, misalnya sebagai makanan, obat, kosmetik, pewarna, tekstil, pakaian,
praktek keagamaan, mata uang, sastra, ritual, serta kehidupan sosial (Supriono,
1997).
Pengetahuan etnobotani secara tidak langsung telah lama dikenal
dikalangan ilmuan dunia, tetapi di Indonesia sendiri etnobotani belum
berkembang seperti ilmu-ilmu lainnya. Hingga pada tahun-tahun terakhir ini
etnobotani mulai banyak digemari kalangan peneliti botani Indonesia. Etnobotani
memperluas batasannya yang meliputi penelitian dan evaluasi tingkat
pengetahuan dan fase - fase pada kehidupan masyarakat beserta pengaruh
lingkungan dunia tumbuh-tanaman terhadap adat-istiadat, kepercayaan, dan
sejarah suku bangsa yang bersangkutan (Waluyo, 2000).
Studi etnobotani tidak hanya mengenai data botani taksonomis, namun
juga pada pengetahuan botani yang bersifat kedaerahan berupa tinjauan

7
interprestasi dan asosiasi yang mempelajari hubungan timbal balik antara manusia
dengan tanaman, serta pemanfaatan tanaman tersebut lebih diutamakan untuk
kepentingan budaya dan kelestarian sumber daya alam (Dharmono, 2007).

2.1.2. Peran dan Manfaat Etnobotani


Penelitian tentang pemanfaatan tanaman secara tradisional dan
pengelolaannya tidak hanya aspek fisik dan kandungan kimianya, tetapi juga
aspek ekologi, proses domestikasi, sistem pertanian tradisional, paleoetnobotani
dan pengaruh aktivitas manusia terhadap alam lingkungannya (etnoekologi),
etnotaksonomi dan ilmu sosial lainnya. Data hasil penelitian etnobotani dapat
memberikan informasi tentang hubungan antara manusia dengan tanaman dan
lingkungan dari masa lalu dan masa sekarang (Wahidah dkk, 2013).
Menurut Ibrahim (2017), Etnobotani dapat digunakan sebagai salah satu
alat untuk mendokumentasikan pengetahuan masyarakat tradisional, masyarakat
awam yang telah menggunakan berbagai macam jasa tanaman untuk menunjang
kehidupannya. Peranan dan manfaat etnobotani dapat digunakan, dikelola dan
dipersepsikan pada berbagai lingkungan masyarakat, misalnya sebagai makanan,
pakaian, tempat hunian maupun obat-obatan.
Etnobotani dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk
mendokumentasikan pengetahuan masyarakat tradisioal. Masyarakat awam yang
telah menggunakan berbagai macam jasa tanaman untuk menunjang
kehidupannya. Semua kelompok masyarakat sesuai wilayah dan adat memiliki
ketergantungan pada berbagai tanaman, terutama untuk sumber pangan. Sejak
dahulu dalam kehidupan modern telah dikenal lebih dari seratus jenis tanaman
untuk sumber makanan, tetapi sebenarnya telah dipergunakan ribuan jenis
tanaman di berbagai belahan bumi oleh berbagai etnik (Katno, 2002).
Kontribusi etnobotani bagi kehidupan masyarakat sangatlah banyak
perananya, khususnya bagi masyarakat yang tinngal di pedesaan atau kawasan
hutan. Satu diantaranya adalah manfaat etnobotani dalam memenuhi kebutuhan
papan. Menurut Hasanah (2004), Masyarakat yang tinggal di pedesaan
membutuhkan kayu terutama untuk memenuhi kebutuhan sumber daya energi
(SDE) dan bangunan. Pemanfaatan kayu tidak hanya terbatas pada pemanfaatan

8
sebagai SDE bagi masyarakat. Dengan adanya perkembangan jaman, masyarakat
lebih memilih kayu sebagai bahan konstruksi bangunan. Masyarakat adat
menggunakan tanaman kayu sebagai bahan bangunan untuk membuat atau
membangun rumah, tempat berkumpul dan beristirahat, serta sarana ibadah.
Peran etnobotani dimasyarakat sangat membantu dalam kelangsungan
hidup yang sejahtera. Munawaroh (2000) mengatakan kini ilmu etnobotani
mengarah kepada sasaran untuk mengembangkan sistem pengetahuan masyarakat
lokal terhadap tanaman obat sehingga dapat menemukan senyawa kimia baru
yang berguna dalam pembuatan obat-obatan modern untuk menyembuhkan
penyakit berbahaya seperti kanker, AIDS dan jenis penyakit lainnya.
Etnobotani dilakukan untuk melindungi kekayaan intelektual masyarakat
lokal berupa pengetahuan tentang pemanfaatan tumbuh-tanaman oleh etnis
tertentu yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku
dalam masyarakat. Pengetahuan masyarakat lokal ini perlu untuk dilindungi sebab
kecenderungan masyarakat lokal untuk kembali ke alam (back to nature). Saat ini
eksplorasi dan eksploitasi terhadap kekayaan masyarakat lokal semakin
meningkat. Disamping itu untuk menghindari kemungkinan eksploitasi bukan
hanya obyek fisik, tetapi juga dokumentasi dan photographic record dari suatu
komunitas tradisional (Correa, 2001).

2.1.3. Pengaplikasian Etnobotani


Pengaplikasian dalam bidang etnobotani dibagi menjadi dua aspek penting
yaitu: 1) Botani ekonomi, yaitu aplikasi etnobotani untuk mengembangkan
perekonomian suatu daerah dalam berbagai bidang, seperti bidang pertanian,
farmasi, seni dan kerajinan. Pada bidang pertanian dilakukan identifikasi manfaat
jenis tanaman tertentu dan konservasi secara tradisional. Di bidang farmasi
dilakukan identifikasi fitokimia berdasarkan pengetahuan tradisional. Sedangkan
pada bidang seni dan kerajian dilakukan pengembangan sumber pendapatan
dengan membuat suatu kerajinan tertentu menggunakan tanaman yang terdapat
dilingkungan sekitar. Aspek kedua (2) Ekologi, meliputi pengolahan dan
pemanfaatan tanaman yang dilakukan secara lestari dan tidak merusak alam, serta

9
praktek konservasi dengan tujuan mempertahankan keanekaragaman hayati
(Hirsch, 1994).

2.2. Tanaman Obat


2.2.1. Pengertian Tanaman Obat
Tanaman obat menurut Kartasapoetra (1992) adalah tanaman yang dapat
dipergunakan sebagai obat, baik yang sengaja ditanam maupun yang tumbuh
secara liar. Tanaman tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk dijadikan
ramuan dan disajikan sebagai obat. Tanaman obat adalah satu diantara bahan
utama produk jamu. Bahan tersebut berasal dari tanaman yang masih sederhana,
murni, belum tercampur dan belum diolah. Pramono (2006), menambahkan
bahwa tanaman obat adalah tanaman yang mempunyai khasiat atau mempunyai
kandungan zat-zat tertentu yang bisa dimanfaatkan untuk mengobati atau
menyembuhkan suatu penyakit.
Tanaman obat didefinisikan sebagai tumbubuhan yang mempunyai khasiat
atau mempunyai kandungan zat-zat tertentu (misalnya : minyak atsiri, fenol,
senyawa kalium dan klorofil) yang bisa digunakan sebagai bahan untuk
pengobatan penyakit tertentu. Tanaman obat sebagai obat alamiah telah
mengalami standarisasi, memenuhi persyaratan baku resmi, telah dilakukan
penelitian atas bahan baku kegunaan dan khasiatnya sebagaimana kaedah
kedokteran modern. Dalam ilmu kedokteran tanaman ini disebut fitofarmaka.
Tanaman obat disebut juga obat tradisional atau ramuan tradisional dan gabungan
dari berbagai macam tanaman obat (multi compound) (Gunawan, 2000).
Tanaman obat maupun obat tradisional, relatif mudah untuk didapatkan
karena tidak memerlukan resep dokter. Hal ini mendorong terjadinya
ketidaktepatan penggunaan obat tradisional yang disebabkan oleh kesalahan
informasi maupun anggapan keliru terhadap obat tradisional. Penggunaan obat
tradisional memiliki efek samping yang relatif kecil jika dibandingkan dengan
obat modern, tetapi perlu diperhatikan bila ditinjau dari kepastian bahan aktif
yang belum dijamin terutama untuk penggunaan secara rutin (Pramono, 2006).

10
2.2.2. Manfaat Tanaman Obat
Kemajuan dalam bidang teknologi dan ilmu pengetahuan terus
berkembang pesat, pengobatan tradisional yang dilakukan oleh masyarakat terus
meningkat dan perkembanganya semakin maju. Hal ini dapat dilihat dengan
semakin banyaknya obat tradisional yang beredar di masyarakat yang diolah oleh
industri-industri. Menurut Supriono (1997) ada beberapa manfaat tanaman obat
yaitu: (1) Menjaga kesehatan, kemampuan obat tradisional dalam menunjang
kesehatan telah terbukti secara empirik, penggunaanya terdiri dari berbagai
kalangan, mulai dari anal-anak, remaja, hingga lanjut usia, (2) Memperbarui status
gizi masyarakat, banyak tanaman apotek hidup yang dapat dimanfaatkan untuk
keperluan perbaikan gizi. Seperti: belimbing wuluh, kacang, sawo, sayuran dan
buah-buahan sehingga kebutuhan akan gizi dapat terpenuhi, (3) Menghijaukan
lingkungan, meningkatkan penanaman apotek hidup merupakan salah satu cara
penghijauan lingkungan tempat tinggal dan lingkungan sekitar, (4) Meningkatkan
pendapatan masyarakat, menjual hasil tanaman berkhasiat obat akan menambah
penghasilan kelaurga.
Pengetahuan dan tradisi masyarakat lokal di daerah pedalaman tentang
pemanfaatan tanaman untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari telah berlangsung
sejak lama. Pengetahuan ini diawali dengan dicobanya berbagai tanaman obat
untuk kelangsungan hidup, termasuk untuk keperluan akan obat-obatan dalam
mengatasi masalah kesehatan yang dihadapinya. Hal ini menunjukkan bahwa obat
yang berasal dari tanaman telah memperlihatkan peranan dalam upaya
peningkatan kualitas kesehatan masyarakat (Manik, 2012).

2.3. Kelurahan Kalipuro-Gombengsari


2.3.1. Sejarah Kelurahan Kalipuro-Gombengsari
Kelurahan Kalipuro-Gombengsari relatif baru bila dibandingkan dengan
desa atau kelurahan di wilayah Kabupaten Banyuwangi. Secara de-jure, kelurahan
Kalipuro-Gombengsari terbentuk pada tahun 1999. Hal tersebut berdasarkan hasil
pemekaran dari Kelurahan Kalipuro. Sejak saat itu, Kelurahan Kalipuro-
Gombengsari menjadi kelurahan tersendiri dan menjadi bagian wilayah kelurahan
di wilayah Kecamatan Kalipuro Kabupaten Banyuwangi. Dengan adanya

11
Peraturan Bupati Banyuwangi Nomor 69 Tahun 2011, maka Kelurahan Kalipuro-
Gombengsari kedudukannya sama dengan kelurahan lain di wilayah kabupaten
Banyuwangi, yakni perangkat kelurahannya dipimpin oleh seorang lurah. Lurah
merupakan Aparat Sipil Negara (ASN) kabupaten yang ditempatkan di wilayah
kelurahan. Lurah merupakan pemimpin tertinggi di tingkat kelurahan yang
membawahi perangkat kelurahan. Kedudukan dan tanggungjawabnya ada di
bawah Bupati melalui Camat.
Kelurahan Kalipuro-Gombengsari merupakan daerah dataran tinggi, yakni
sekitar 650 mdl. Dengan luas wilayahnya 11,90 km2, maka kelurahan ini
merupakan wilayah kelurahan yang cukup luas. Wilayah kelurahan Kalipuro-
Gombengsari masih menunjukkan wajah perdesaan. Kehidupan ala desa masih
tampak jelas dan menghiasi kehidupan masyarakat. Hal ini tampak dari
penggunaan lahan dan kehidupan seharihari masyarakatnya yang ada di wilayah
kelurahan Kalipuro-Gombengsari. Dari luas keseluruhan wilayah kelurahan ini
mencapai 19.953 Ha, sebagian besarnya merupakan wilayah perkebunan, terutama
perkebunan kopi rakyat. Permukiman penduduk 1.230 ha, persawahan 55 ha,
perkebunan 1.998 ha, hutan seluas 16.630 ha, dan penggunaan lainnya 40 ha.
Dengan kondisi ini, kelurahan Kalipuro-Gombengsari masih menunjukkan wajah
perdesaan dibandingkan dengan wajah perkotaan, bahkan merupakan wilayah
kelurahan yang berada di pinggiran hutan.
Jarak balai kelurahan Kalipuro-Gombengsari dengan Kecamatan Kalipuro
sekitar 5 km, sedangkan dengan kota Banyuwangi sekitar 12 km. Perjalanan
menuju kelurahan Kalipuro-Gombengsari dari kota Banyuwangi hanya
membutuhkan kurang lebih 30 menit. Meskipun, kelurahan ini cukup dekat
dengan kota, namun kondisi alam lingkungan masih asri, nyaman, sejuk. Jauh dari
pengaruh polusi pabrik atau hilir mudiknya kendaraan di kota. Selain itu,
kelurahan Kalipuro-Gombengsari terletak di ketinggian 650 dpl dan bersuhu
antara 23° – 30° C. sehingga udaranya sejuk dan menjadi kelurahan yang menarik
untuk dikunjungi bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.
Perbatasannya, dengan wilayah kelurahan dan desa lain sebagai berikut:
sebelah utara dengan desa ketapang dan kelurahan Kalipuro, sebelah barat dengan
desa Telemung, dan sebelah selatan desa Kelir, dan sebelah timur dengan

12
kelurahan Kalipuro. Dengan kondisi tersebut, kelurahan Gombengsari dibagi
menjadi 5 lingkungan, yakni: (1) Lingkungan Gombeng, (2) lingkungan
Kacangan, (3) Lingkungan Lerek, (4) Lingkungan Suko, dan (5) lingkungan
Kaliklatak. Dari sebanyak itu, kelurahan Kalipuro-Gombengsari terdiri dari 42
Rukun Tetangga (RT) dan 11 Rukun Warga (RW).
Gombengsari merupakan kelurahan di Banyuwangi yang penduduknya
terdiri dari tiga suku bangsa, yakni Osing, Jawa dan Madura. Suku Osing yang
menjadi mayoritas penduduk kelurahan Kalipuro-Gombengsari mampu
menggunakan bahasa Osing, Jawa dan juga bahasa Madura. Jumlah penduduknya
secara keseluruhan mencapai 7.103 jiwa, yang terdiri dari 3.452 laki-laki dan
3.651 orang perempuan. Berbagai bidang pekerjaan dari masyarakat di kelurahan
Kalipuro-Gombengsari adalah petani, petani kebun, peternak, pengrajin, dan
buruh pabrik di berbagai perusahaan yang ada di Banyuwangi dan kawasan
Industri Ketapang. Dengan program desa wisata, pemerintah Banyuwangi
mengharapkan banyak warga masyarakat desa memanfaatkan sumber daya desa
untuk dapat memperluas lapangan kerja dan mengakselerasi kegiatan
perekonomian. Hal ini dapat menahan dan mengurangi proses migrasi ulang alik
dari desa ke kota, yakni orang-orang desa mencari pekerjaan di kota, berangkat
pagi pulang sore.
Kelurahan kalipuro terbagi menjadi 12 lingkungan yaitu (1) Lingkungan
Krajan, (2) Lingkungan Warung Kopat, (3) Lingkungan Brak, (4) Lingkungan
Kalipuro Asri, (5) Lingkungan Tirtopuro, (6) Lingkungan Antongan, (7)
Lingkungan Secang, (8) Lingkungan Timur, (9) Lingkungan Secang Mangir, (10)
Lingkungan Wangkal, (11) Lingkungan Papring, (12) Lingkungan Sumber Nanas.
Jumlah penduduk di Kelurahan Kalipuro sejumlah 12.724 jiwa yang terdiri dari
6.445 laki-laki dan 6.279 perempuan yang terbagi menjad 17 RW dan 64 RT
dengan luas 1624 hektar. Batas wilayah Kelurahan Kalpuro adalah: Utara
berbatasan dengan Desa Ketapang, selatan berbatasan dengan Kelurahan Giri,
barat berbatasan dengan Kelurahan Gombengsari dan sebelah timur berbatasan
dengan Kelurahan Klatak.

13
2.3.2. Kalipuro-Gombengsari Kelurahan / Desa Wisata
Kelurahan Kalipuro-Gombengsari merupakan salah satu wilayah
kelurahan di Kabupaten Banyuwangi yang dijadikan desa wisata. Kelurahan ini
dikembangkan oleh pemerintah kabupaten Banyuwangi agar mendukung program
yang dicanangkan, yakni Banyuwangi menjadi destinasi pariwisata dunia. Agar
menjadi desa wisata, pemerintah daerah Kabupaten Banyuwangi bekerja sama
dengan perguruan tinggi, khususnya Universitas PGRI Banyuwangi.
Program Tri Dharma, yakni terkait dengan penelitian dan pengabdian, baik
dari dosen dan mahasiswa diarahkan untuk menggali potensi desa agar dapat
dijadikan objek dan daya tarik wisata. Selain itu, penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat dari universitas tersebut, yaitu program yang terkait kuliah
kerja nyata (KKN) mahasiswa juga ditempatkan di desa Kalipuro-Gombengsari.
Kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dari universitas yang lain,
seperti Universitas Jember dan Universitas Brawijaya melalui program
Mahasiswa Belajar – Kampus Merdeka (MBKM) yang dikhsuskan untuk belajar
langsung dengan masyarakat diarahkan untuk menggali, mengenali, membangun
dan mengembangkan berbagai potensi untuk dijadikan objek dan daya tarik
wisata, sehingga dapat dijadikan destinasi wisata desa.
Kalipuro-Gombengsari merupakan desa yang sejuk dan nyaman yang
mempunyai banyak potensi karena berada di lereng timur gunung Ijen. Kelurahan
ini mempunyai banyak potensi alam lingkungan, sosial budaya, dan berbagai
kegiatan masyarakat yang sangat cocok untuk dijadikan tempat destinasi wisata.
Dengan suasana yang sejuk, udara bersih dari polusi dan masyarakat yang ramah.
Kelurahan ini sangat tepat dan menarik untuk dijadikan pilihan kunjungan wisata,
terutama mereka yang ingin mengenal kehidupan masyarakat desa dengan potensi
alam dan kehidupan masyarakatnya yang khas masyarakat Banyuwangi, yakni
masyarakat Osing.
Kelurahan Kalipuro-Gombengsari mempunyai berbagai potensi
sumberdaya alam lingkungan dan kegiatan sosial budaya yang dapat dikunjungi
wisatawan. Diantaranya, Perkebunan kopi rakyat, kampung kopi, peternakan
kambing etawa, wisata taman sumbermanis suko, puncak asmoro, daerah
pertanian, wisata pemandian gua pengantin, dan camping ground. Oleh karena itu,

14
berbagai upaya melalui pemberdayaan masyarakat Kalipuro-Gombengsari yang
dipandu Dinas Pariwisata Kabupaten Banyuwangi diarahkan pada optimalisasi
penghasilan masyarakat dari produksi hasil kopi sebagai branding ekowisata di
Kalipuro-Gombengsari. Dengan menggabungkan model bottom-up dan didukung
kebijakan yang bersifat top-down, diharapkan Kalipuro-Gombengsari dapat
menjadi pilihan berwisata bagi wisatawan, baik lokal dan mancanegara.
Setiap orang atau wisatawan yang mengunjungi atau berwisata di
kelurahan ini akan terkesan, bukan hanya objek dan daya tarik wisatanya yang
bisa dikunjungi, tetapi juga sikap dan keramahan warga masyarakat Kalipuro-
Gombengsari. Masyarakat yang ramah ditunjukkan kepada setiap orang yang
berkunjung sehingga memberikan kesan baik bagi wisatawan. Hal ini menjadi
modal sosial masyarakat Kalipuro-Gombengsari untuk menjadi desa wisata
potensial bukan hanya untuk wisatawan lokal melainkan juga wisatawan
mancanegara. Keramah-tamahannya menjadi ciri khas masyarakat Banyuwangi
beretnis Osing yang secara sosial budaya diwujudkan dalam menerima dan
melayani tamu.

2.4. Wisata Kesehatan atau Kebugaran (Wellness tourism)


Berkembangnya pariwisata kesehatan (Wellness tourism) diyakini telah
mengalami perberkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir ( Voigt & Pforr,
2013). Hingga saat ini wisata kesehatan (Wellness tourism) ini masih kurang
mendapatkan perhatian khusus dari Pemerintah. Wisata alam menjadi fokus
Pemerintah karena memiliki banyak peminat bagi wisatawan dibandingkan jenis
wisata yang lain sehingga menjadi fokus pemerintah untuk selalu melakukan
pengembangan wisata alam ini secara berkala. Menurut Buckley (2009),
Newsome, Moore & Dowling (2012) pada tahun 1980-an menyatakan bahwa
wisata kesehatan ini tumbuh hanya sekitar 2% pangsa pasar pariwisata secara
keseluruhan kemudian meningkat secara perlahan mencapai 20% dalam beberapa
tahun terakhir. Ini menandakan bahwa diperlukan adanya pengembangan secara
berkala wisata kesehatan melihat potensinya yang begitu kuat. Kehidupan
perkotaan atau masyarakat urban semakin hari dihadapkan dengan aktivitas yang
semakin padat dan sedikit gerak sehingga dapat menyebabkan serangkaian

15
penyakit mudah untuk menjangkiti, adanya konsep wisata kesehatan sangat
menarik untuk di kembangkan.
Istilah wisata kesehatan dapat diartikan sebagai perjalanan seseorang atau
kelompok orang yang melakukan tujuan wisata ke tempat-tempat tertentu seperti
lingkungan alam yang baik atau budaya tertentu untuk menjaga atau
meningkatkan kesehatan wisatawan (Devereux & Carnegie, 2006; Mueller &
Kaufmann, 2001). Welllness tourism juga dapat diartikan sebagai mode perjalanan
holistik yang memprioritaskan untuk mendapatkan kesehatan fisik, umur panjang,
kecantikan, kepekaan spritual, lingkungan atau agama serta meningkatkan
kepekaan terhadap hungungan dengan masyarakat dan budaya-budaya lokal
(Bushell & Sheldon, 2009; Steiner & Reisinger, 2006). Wisatawan yang tertarik
dengan konsep weelness tourism ini biasanya mereka yang mencintai lingkungan
alam yang baik, lingkup sosial yang memiliki komunitas tradisional dan
melestarikan budaya tertentu serta layanan aktivitas untuk meningkatkan
kesehatan secara tradisional (Gonzales, Brenzel, & Sancho, 2001; Sayili dkk.,
2007; Smith, 2007).
Istilah wisata kesehatan (Wellness tourism) ini memiliki arti yang berbeda
dengan ‘wisata medis’ yang biasanya mengacu pada tujuan mencari intervensi
media untuk penyembuhan dari suatu penyakit dengan berpergian keluar negeri
atau yang lainnya (Carrera & Bridges, 2006; Yu & Ko, 2012), sedangkan wisata
kesehatan lebih mengacu kepada pencapaian untuk mendapatkan kesejahteraan
atau kesehatan melalui pendekatan holistik (tubuh dan pikiran) tanpa intervensi
medis selama melakukan liburan (Carrera & Bridges, 2006; Yu & Ko, 2012).
Wisata kesehatan memiliki karakteristik yang cenderung menyuguhkan proses
rekreasi, relaksasi, menikmati waktu luang (leisure) dengan bersantai sekaligus
menikmati unsur-unsur budaya lokal yang berkhasiat untuk meningkatkan
kesehatan.
Kata ‘rekreasi’ memang tidak bisa dipisahkan dari istilah pariwisata. Gaya
hidup masyarakat modern saat ini sering menimbulkan masalah kesehatan yang
berbahaya sehingga olahraga dan gaya hidup aktif dan sehat seperti rekreasi
dibutuhkan. Rekreasi menjadi tren yang berfokus pada penyegaran tubuh, jiwa
dan pikiran wisatawan agar menghasilkan kinerja intelektual dan fisik yang lebih

16
fress untuk menjalani kehidupan modern yang semakin padat (Dobozy l. -
Jakabházy L. 1992; Kovács TA 1998; Szabó J. 2004).
Indonesia merupakan Negara yang sangat kaya akan sumber daya alam
termasuk memiliki beragam jenis tanaman yang tumbuh subur di pekarangan
rumah berpotensi sebagai tanaman obat kemudian bisa diolah menjadi obat
tradisional dengan berbekal warisan pengetahuan para leluhur sebelumnya.
Hingga saat ini wisata kesehatan menarik banyak minat penelitian yang terfokus
pada konsep perumusan strategi untuk mengembangkan pariwisata kesehatan ini
secara berkelanjutan (Chen, Prebensen, & Huan, 2008; Heung and Kucukusta,
2013; Hudson, Thal, Cardenas & Meng, 2017; Kucukusta and Heung, 2012;
Sayili et al, 2007).
Pariwisata kesehatan (wellness tourism) dalam beberapa tahuan terakhir
ini mengalami perkembangan yang sangat pesat sehingga menarik minat banyak
peneliti untuk menjadikan wisata yang berkelanjutan (sustainable). Semakin
berkembang pesatnya wisata kesehatan ini para peneliti telah melakukan fokus
penelitian pada potensi, hambatan, karakteristik dan strategi pengembangan
wisata (e.g., Goodarzi, Haghtalab, & Shamshiry, 2016; Heung & Kucukusta,
2013; Kucukusta & Heung, 2012; Lee & King, 2008; Supapol, Barrows, &
Barrows, 2007). Kekayaan alam yang ada di Kelurahan Kalipuro-Gombengsari
Kecamatan Kalipuro Kabupaten Banyuwangi sangat kaya dan bervariatif, terdapat
banyak jenis tanaman yang berpotensi sebagai obat tradisiobal yang perlu untuk
diketahui secara menyeluruh apalagi didukung dengan adat istiadat, budaya-
budaya yang masih kental sangat tepat dijadikan sebagai sarana untuk
mengembangkan wisata kesehatan (wellness tourism).
Pemerintah Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini mulai serius
memberikan perhatian dalam pengembangan wisata kesehatan (wellness tourism)
ini, karena semakin berkembangnya zaman sekaligus melihat potensi Indonesia
dengan kekayaan sumberdaya alam yang sangat melimpah dan saya. Terbukti
upaya Pemerintah dalam proses pengembangan pariwisata kesehatan ini telah
dibuat sejak tahun 2012 sebagai berikut (Andriani, 2017),

17
a. Pada tanggal 12 Oktober 2012 di Bali, Launching Tim Indonesia
Wellness and Healthcare Tourism (IWHT) dilakukan oleh Menteri
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan Menteri Kesehatan.
b. Pada tanggal 29 Oktober 2012 Pemerintah melakukan
penandatanganan Nota Kesepahaman Wisata Kesehatan antara
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan Kementerani
Kesehatan.
c. Kementrian kesehatan yang ditetapkan oleh surat keputusan masing-
masing Sekteraris Jendral kudua kementrian melakukan pembentukan
Kelompok Kerja Pengembangan Wisata Kesehatan di lingkungan
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

2.4.1 Dampak Wisata Kesehatan (wellness tourism)


Kegiatan wisata pasti memiliki dampak terhadap lingkungan sekitarnya
baik dampak terhadap lingkungan, tradisi, budaya dan siklus perekonomian tak
terkecuali juga wisata kesehatan (wellness tourism). Ekowisata dapat membawa
bermacam-macam dampak. Dampak umum seperti dampak positif yang dapat
dirasakan dari kegiatan ekowisata dapat berupa peningkatan penghasilan dan
devisa negara, tersedianya kesempatan kerja baru, berkembangnya usaha-usaha
baru, meningkatnya kesadaran masyarakat dan wisatawan tentang pentingnya
konservasi sumber daya alam, peningkatan partisipasi masyarakat, dan
meningkatkan pertahanan ekonomi lokal (Tuwo, 2011).
Kedatangan wisatawan (khususnya wisata kesehatan) memberikan peluang
kepada penduduk setempat untuk memperoleh penghasilan alternatif karena
kedatangannya untuk berwisata ke tempat-tempat yang masih alami serta
memiliki keanekaragaman jenis tanaman yang berpotensi menjadi sarana obat
tradisional untuk menyembuhan penyakit yang diderita oleh wisatawan. Misalnya
dengan menjadi pemandu wisata yang menjelaskan kandungan manfaat dari
beragam tanaman yang berkhasiat obat untuk dikonsumsi menjadi jamu, wedang
serta sarana-sarana pemijatan tradisional sebagai sarana penyembuhan penyakit
secara tradisional, membuka homestay atau eco-lodge (pondok wisata) untuk
tempat penginapan wisatawan yang berisikan tentang edukasi tanaman obat serta

18
membuat warung dan usaha-usaha yang mengkomersilkan produk-produk yang
berkaitan tentang wisata kesehatan. Peluang usaha ini dapat meningkatkan
kesejahteraan atau kualitas hidup masyarakat baik secara meteriil, sprituil, kultural
dan intelektual.
Wisata kesehatan (wellness torism) dinilai bukan hanya memberikan
dampak positif, terdapat juga beberapa dampak yang tidak diharapkan. Misalnya
kekhawatiran akan rusaknya lingkungan hidup karena kedatangan wisatawan
(khususnya wisata kesehatan) yang tidak memperdulikan lingkungan sekitar
seperti membuang sampah sembarangan, kesenjagan pendapatan ekonomi akibat
akses yang tidak merata yang didapatkan antar kelompok masyarakat sehingga
dapat menyebabkan rusaknya kerukunan antar kelompok masyarakat. Hal ini
selaras dengan apa yang pernah di sampaikan oleh (Yoeti, 2008) terkait
pengembangan ekowisata kesehatan (wellness tourism) tentunya tidak hanya
memberikan dampak positif, tetapi juga memberikan dampak yang negatif, antara
lain:
1. Kerusakan sumber-sumber hayati (tanaman-tanaman yang berpotensi
sebagai tanaman obat) sehingga dapat menyebabkan kurangnya daya
tarik untuk jangka panjang.
2. Pembuangan sampah sembarangan yang dilakukan oleh wisatawan
yang tidak bertanggungjawab selain dapat menyebabkan aroma yang
tidak sedap juga dapat membuat tanaman yang ada disekitarnya mati.
Proses untuk menhancurkan sampah yang anorganik juga sangatlah
lama.
3. Sering terjadi komersialisasi seni-budaya setempat, dan
4. Wisatawan pastinya membawa budaya dan kebiasaan yang berbeda
sesuai dengan asalnya, hal ini dapat menyebabkan demonstration
effect, kepribadian anak-anak muda rusak ketika terlalu terbawa
budaya kebarat-baratan dan melupakan budayanya sendiri.

2.4.2. Pengembangan Ekowisata Kesehatan (wellness tourism)


Proses pengembangan wisata kesehatan (wellness tourism) memiliki
banyak unsur yang sama dengan pengembangan sektor wisata yang lainnya,

19
secara umum memiliki unsur atau proses yang tidak jauh berbeda seperti
pengembangan wisata yang bersifat ramah lingkungan, berkelanjutan serta sesuai
dengan adat budaya yang ada di daerah tersebut. Menurut Kemenbudpar (2011)
proses pengembangan ekowisata adalah proses kegiatan yang memanfaatkan
suatu tempat yang berpotensi untuk dijadikan wisata dengan melalukan suatu
rangkaian program aktivitas dalam pembangunan wisata kesehatan (wellness
tourism) melalui akomodasi kepentingan secara terpadu, bedaya guna, seimbang
dan bersifat berkelanjutan.
Pengembangan ekowisata kesehatan (wellness tourism) harus memiliki
arah tujuan yang jelas serta keserasian pemikiran dari berbagai pihak utamanya
masyarakat setempat yang memiliki peranan penting dalam proses pengembangan
wisata kesehatan, pemerintah setempat, serta aktivis lingkungan yang memiliki
peran penggerak dari setiap pihak. Kemenbudpar (2011) memaparkan dalam
proses pengembangan wisata kesehatan setidaknya terdapat 3 (tiga) komponen
atau kelompok yang harus bersinergi yaitu:
1. Pihak Pemerintah setempat baik yang bertugas di pusat atau
Pemerintah Daerah.
2. Pihak swasta/industri yang berperan sebagai investor
3. Pihak masyarakat yang terkait, sebagai kelompok yang berperan
sebagai pelaku kegiatan ekowisata, tenaga kerja utama usaha
ekowisata kesehatan (wellness tourism).
Beberapa aspek yang mendukung ekowisata keshetan diantaranya adalah,
pertama ekowisata sangat bergantung pada kualitas SDA (Sumber Daya Alam),
peninggalan sejarah dan budaya. Kedua adalah keterlibatan masyarakat setempat
karena pengetahuan tentang alam dan budaya serta kawasan daya tarik wisata
dimiliki oleh masyarakat setempat. Ketiga, ekowisata meningkatkan kesadaran
dan apresiasi terhadap alam. Ekowisata memberikan pengunjung dan masyarakat
setempat dalam betuk pengetahuan dan pengalaman. Nilai tambah inilah yang
akan memengaruhi perubahan perilaku agar sadar dalam menghargai alam, dan
nilainilai peninggala sejarah dan budaya (Supriatna, 2008).

20
2.5 Kerangka Konsep Penelitian
Indonesia nerupakan negara yang kaya akan sumber daya alam termasuk
keanekaragaman flora yang berpotensi sebagai tanaman obat. Kehidupan
perkotaan (hedonis) mempunyai kesibukan yang sangat padat bahkan sering kali
merupakan kesehatan pribadinya. Keanekaragaman tanaman yang mempunyai
khasiat sebagai tanaman obat dapat menjadi dalah satu solusi bagi masyarakat
perkotaan ataupun pedesaan seiring biaya pemgobatan di berbagai tempat seperti
rumah sakit semakin mahal. Penelitian tentang tanaman obat yang ada di Desa
Seccang Kecamatan Kalipuro-Gombengsari Kabupaten Banyuwangi masih sangat
minim dan perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui lebih lanjut
terkait keanekaragaman tanaman obat yang ada disana, salah satunya dengan cara
pengeloaan sumber daya alam dan kearifan lokal serta wellness tourism yang bisa
berkontribusi meningkatkan kesejahteraan penduduk desa lokal. Peningkatan
kesejahteraan bisa didukung dengan cara melakukan pemberdayaan masyarakat
lokal yang terdiri dari berbagai suku seperti Osing, Jawa dan Madura yang
memiliki pengetahuan terkait tanaman obat dari leluhur sebelumnya kemudian di
kaitkan dengan pengetahuan sains dari berbagai literatur. Dengan cara mengetahui
berbagai macam khasiat tanaman obat dapat menjadikan Desa Secang sebagai
tempat wellness tourism (wisata kesehatan) yang saat ini mulai digemari di ranah
ekowisata.

21
Keanekaragaman hayati
yang tinggi di
Indonesia

Sebagai upaya untuk


Pengobatan tradisional suku
Osing, Jawa dan Madura Tanaman Obat menjaga dan
Banyuwangi meningkatkan
kesehatan
Belum ada penelitian

Pengembangan menjadi wisata


kesehatan

Studi pendahuluan Pengambilan sampel Potensi sebagai


wisata kesehatan

Masyarakat Kelurahan
Studi pustaka
Kalipuro-Gombengsari Menggunakan
Kecamatan Kalipuro analisis situasional
Studi lokasi penelitian Kabupaten (analisis SWOT)
Banyuwangi.
Penggalian informasi

Informan non
Informan kunci
kunci

Pengambilan data

Survei teknik
wawancara (In-
depth Interview)

Analisis data
menggunakan teknik
analisa deskriptif kualitatif
dan kuantitatif
Keterangan:
Garis putus-putus biru merupakan objek penelitian
Garis merah merupakan objek yang dikaji

Gambar 2.1 Kerangka konsep

22
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Januari-Maret 2022. Kegiatan
pada penelitian ini meliputi survei lapang, studi pendahuluan, pengambilan data,
analisis data dan publikasi.
Penelitian ini dilakukan di Desa Kalipuro-Gombengsari Kecamatan
Kalipuro Kabupaten Banyuwangi. Kelurahan Kalipuro-Gombengsari terbentuk
pada tahun 1999 hasil pemekaran dari Kelurahan Kalipuro. Sejak saat itu
Kelurahan Kalipuro-Gombengsari menjadi wilayah Kecamatan Kalipuro
Kabupaten Banyuwangi. Berdasarkan Peraturan Bupati Banyuwangi nomor 69
tahun 2011 Kelurahan Kalipuro-Gombengsari merupakan perangkat daerah
Kabupaten Banyuwangi yang berkedudukan di wilayah Kecamatan Kalipuro dan
dipimpin oleh Lurah yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Bupati
melalui Camat.

Gambar 3.1 Peta Kelurahan Kalipuro-Gombengsari Kab. Banyuwangi

23
Mayoritas penduduk kelurahan ini adalah Suku Osing dan berbahasa
Osing, meskipun terdapat suku lain seperti Jawa dan Madura. Sebagian besar
penduduknya beragama Islam meskipun terdapat penganut agama lainnya. Dan
pekerjaan warga kelurahan ini adalah petani, pengusaha, pengrajin, dan penglaju
ke Kota Banyuwangi maupun Kawasan Industri Ketapang. Berdasarkan data
tahun 2015, kelurahan yang luas wilayahnya sebesar 12, 29% dari luas
keseluruhan kecamatan ini, berpenduduk sejumlah 7.103 jiwa, yang terdiri dari
3.452 laki-laki dan 3.651 perempuan. Artinya kelurahan ini memiliki rasio jenis
kelamin sebesar 94.57. Jumlah penduduk ini terdiri dari komposisi 1.541 jiwa usia
0-14 tahun, 1.578 jiwa 15-29 tahun, 1.711 jiwa 30-44 tahun, 1.501 jiwa 45-59
tahun dan 782 jiwa 60 tahun ke atas. Pekerjaan warga di bidang pertanian
sebanyak 967 jiwa, perkebunan sebanyak 1.051 jiwa, kehutanan (303 jiwa),
perikanan dan peternakan (1.383 jiwa), pertambangan (14 jiwa), industri (186
jiwa), perdagangan (154 jiwa) dan sektor jasa sebanyak 90 jiwa.

3.2. Kerangka Operasioal


Kerangka operasional dalam penelitian ini dilakukan dengan cara studi
pendahuluan yang meliputi studi pustaka, studi lokasi penelitian, penggalian
informasi atau pengambilan sampel terhadap responden dan pengolahan hasil data
yang diperoleh. Pengambilan sampel terhadap responden di Desa Kalipuro-
Gombengsari dilakukan dengan cara kualitatif dan kuantitif berdasarkan hasil
pengamatan serta kuesioner dari masyarakat. Hasil dari analisis dan pengamatan
harapannya menjadi informasi penting tentang tanaman obat yang berada di Desa
Kalipuro-Gombengsari Banyuwangi. Kemudian dapat dilihat potensi menjadi
industri ekowisata kesehatan di daerah tersebut.

24
Gambar 3.2 Kerangka operasional penelitian

3.3. Studi Pendahuluan


Studi pendahuluan ini dilakukan untuk memperoleh berbagai informasi
seperti gambaran lokasi penelitian, penjelajahan sepanjang jalur transek yang
ditetukan, mekanisme perizinan, penelitian dan penentuan responden dalam
penelitian. Selain itu, studi pendahulukan juga meliputi studi pustaka untuk
menunjang peneltian yang dilakukan, dengan membaca beberapa literatur yang
berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.

3.4. Populasi dan Sampel


Populasi pada penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di Desa
Kalipuro-Gombengsari Kecamatan Kalipuro Kabupaten Banyuwangi. Sedangkan,

25
sampel merupakan masyarakat kawasan Desa Kalipuro-Gombengsari, Kalipuro
Kabupaten Banyuwangi yang menggunakan tanaman obat terdiri dari informan
kunci. Pengambilan sampel menggunakan teknik Snowball sampling (bola salju)
yaitu teknik penentuan sampel yang diperoleh melalui proses bergulir dari satu
responden ke responden yang lain, biasanya metode ini digunaka untuk
mejelaskan pola-pola sosial komunikasi (sosiometrik) suatu komunitas.
Pengambilan sampel atau informan dibagi menjadi dua yaitu informan
kunci dan non kunci. Informan kunci merupakan orang yang memahami jenis
tanaman obat, cara pemanfaatannya, dan relatif banyak ataupun sedikit dikunjungi
oleh masyarakat untuk berobat. Informan non kunci merupakan orang yang
memahami tentang tanaman obat dari informan kunci dan mengkonsumsinya.

3.5. Responden Penelitian


Responden dari penelitian ini adalah masyarakat di Desa Kalipuro-
Gombengsari dengan kriteria; 1) masyarakat yang mengetahui pengobatan 2)
sesepuh desa 3) masyarakat umum yang sering memanfaatkan tanaman obat. Dari
ketiga responden itu dibagi menjadi 2 kategori yaitu informan kunci yang menjadi
praktisi pengobatan tradisional yang didatangi oleh masyarakat Kalipuro-
Gombengsari yang diwawancari terkait resep tanaman obat dan pandangannya
terkait pengembangan wisata kesehatan. Adapun informan non-kunci adalah
orang yang menetap di Kelurahan Kalipuro-Gombengsari yang berobat
menggunakan pengobatan tradisional yang di wawancarai terkait pengembangan
wisata kesehatan (wellness tourism), data yang diolah dominan dari informan
kunci yang menekuni pengobatan tradisional dalam mengatasi beragam penyakit
yang ada di kelurahan Kalipuro-Gombengsari.

3.6. Pengambilan Data


Pengambilan data dilakukan dengan metode survei teknik wawancara semi
terstruktur dengan teknik wawancara in-depth interview yang mendalam kepada
informan, sehingga diperoleh informasi data lisan dari responden. In-depth
interview merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan
informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan

26
pedoman (guuide) wawancara, pewawancara dan informan terlibat dalam
kehidupan sosial yang relatif sama (Boyce and Neale, 2006). Data wawancara
dengan informan dapat dilengkapi dengan menggunakan pedoman wawancara
atau angket (Lampiran 1) dan observasi tentang pemanfaatanya. Bahasa yang
digunakan dalam wawancara yaitu bahasa Indonesia maupun bahasa daerah yang
disesuaikan dengan kemampuan responden. Setiap tanaman yang disebutkan oleh
responden diminta untuk menunjukkan habitatnya, kemudian didokumentasi dan
diidentifikasi menggunakan buku referensi.

3.6.1. Data Etnobotani

Data Etnobotani dalam penelitian ini meliputi : (1) Jenis tanaman obat dan
kegunaanya dalam pemgobatan, (2) Bagian atau organ yang digunakan beserta
persentasenya, (3) Cara perolehan tanaman obat, dan pengetahuan tentang
tanaman obat. Selanjutnya data direkam menggunakan Tabel perekam dalam
Tabel 3.1 berikut :
Tabel 3.1. Data perekam hasil penelitian
No. Jenis Nama Ilmiah Familia Organ yang
Tanaman digunakan

27
Tabel 3.2. Pemanfaatan Tanaman Obat Sebagai Ramuan
No. Nama Jenis Organ yang Cara
Ramuan Tanaman digunakan Pemanfaatan
penyusun

Tabel 3.3 Cara perolehan tanaman obat


No Jenis Tanaman Sumber Perolehan

Mencari di Alam Budidaya

3.6.2. Data Potensi Pengembangan Ekowisata Kesehatan


Untuk menganalisis strategi pengembangan ekowisata kesehatan di Desa
Kalipuro-Gombengsari Banyuwangi, peneliti menggunakan analisis situasional
(analisis SWOT). Analisis situasional bertujuan menganalisis profil dan data yang
telah dibuat untuk dijadikan dasar perumusan pengembangan ekowisata. Adapun
informasi terkait situasi yang ditanyakan adalah persetujuan masyarakat dalam
pengembangan wellness tourism, potensi sumber daya pengobatan Desa Kalipuro-
Gombengsari Banyuwangi, potensi aksesabilitas wilayah yang akan

28
dikembangkan sebagai target wisata, serta regulasi yang mendukung. Metodologi
dasar yang digunakan pada analisis situasinal adalah analisis SWOT (Tuwo,
2011).
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor untuk merumuskan
suatu strategi. Analisis ini mendasarkan pada logika yang memaksimalkan
kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan (Weaknesses), dan ancaman (Threats) (Rangkuti,
2015). Analisis SWOT memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara
terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi, menolong para perencana untuk
mengetahui apa yang bisa dicapai, dan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan.

3.7. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisa deskriptif


kualitatif dan kuantitatif. Data hasil wawancara dikelompokkan berdasarkan jenis
tanaman obat, organ tanaman yang digunakan, jenis penyakit yang dapat
disembuhkan, macam manfaat tanaman obat, cara perolehan, cara pemanfaatan
(pengobatan), dan keberlajutan etnobotani tanaman obat yang dilakukan oleh
masyarakat Desa Kalipuro-Gombengsari sebagai potensi industri ekowisata
kesehatan. Setelah semua data terkumpul baik data primer maupun sekunder
dilakukan penyusunan dalam bentuk tabel untuk dianalsis, dengan analisis sebagai
berikut :

1. Analisis SWOT
Hal pertama yang dilakukan dalam menentukan matrik SWOT adalah
mengetahui faktor strategi internal (IFAS) dan faktor strategi eksternal (EFAS)
terlebih dahulu. Kemudian menyusun matriks SWOT. Upaya dalam mengetahui
potensi pengambilan rekomendasi yang mendukung upaya konservasi
menggunakan analisis SWOT cocok untuk digunakan. Berbagai macam faktor
dalam strategi mengetahui warisan budaya dan pengetahuan tanaman yang
berpotensi dijadikan sebagai obat tradisional yang ada di Kalipuro-Gombengsari
dapat dikelompokkan berdasarkan kategori strength (S), weakness (W),
opportunity (O) dan threat (T). Analisi SWOT ini berdasarkan data logika yang

29
dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dalam proses penelitian dan peluang
(opportunities). Ketika hasil analisis mampu menemukan kekuatan dan peluang
untuk mengembangkan penelitian secara bersamaan juga dapat meminimalkan
kelemahan (weaknesess) dan ancaman (threats) dalam proses penelitian
dilakukan. Hal ini dapat memetakan dan memudahkan kinerja penelitian sampai
akhir.
Tabel 3.4 Analisis Matrix SWOT (Rangkuti, 2006)
IFAS Strengths (S) Weakness (W)

Tentukan faktor-faktor Tentukan kelemahan


kekuatan internal internal
EFAS

Opportunities (O) Strategi SO Strategi WO


Tentukan faktor peluang
Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
eksternal
menggunakan kekuatan meminimalkan
untuk memanfaatkan kelemahan untuk
peluang memanfaatkan peluang

Threats ( T) Strategi ST Strategi WT


Tentukan faktor
Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
ancaman
menggunakan kekuatan meminimalkan
eksternal
untuk mengatasi ancaman kelemahan dan
menghindari ancaman

Analisi SWOT biasanya digunakan serangkaian data yang didapatkan dari


hasis survey lapang secara langsung terkair membuat formulasi strategi
pengembangan dengan menggabungkan berbagai indikator seperti kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman.
Faktor-faktor yang terdapat dalam analisi SWOT terkait etnobotani obat
tradisional adalah:

30
a. Kekuatan (Strenght)
Merupakan suatu kekuatan pewarisan budaya dan pengetahuan
terkait etnobotani tanaman obat tradisional yang ada di Kalipuro-
Gombengsari. Kekuatan yang dianalisis adalah faktor yang terdapat
pada generasi sebelumnya dalam menjaga dan mewariskan
pengetahuan tersebut.
b. Kelemahan (Weakness)
Merupakan sebuah analsis terkait faktor kelemahan yang terjadi
saat pewarisan budaya dan pengetahuan dari leluhur sebelumnya yang
mempercayai tanaman obat tradisional.
c. Peluang (Opportunities)
Merupakan kondisi peluang yang bisa didapatkan dalam proses
mengetahui keanekaragaman warisan budaya dan pengetahuan terkait
tanaman obat tradisional di Kalipuro-Gombengsari, seperti peluang
menjadikan sebagai tempat wisata kesehatan (wellness tourism).
d. Ancaman (Threats)
Merupakan ancaman yang bisa berasal dari luar, suatu hal yang
dapat mengganggu kerukunan antar masyarakat karena tidak
terkoordinasi dengan baik kepada wisatawan yang datang.

2. Analisis UVs (Use Value) dan FUVs (Family Values)


Analisis UVs dan FUVs ini dapat digunakan untuk menganalisa tumbuhan
berdasarkan tingkat kepentingan atau kegunaan dalam masyarakat, maka analsis
ini sering digunakan dalam penelitian tentang etnobotani tanaman. Metode
analisis UVs (Use Value) dan FUVs (Family Values) dapat digunakan dalam
pengolahan dan pemanfaatan keanekaragaman jenis dan famili tumbuhan sekitar
dalam kehiduoan sehari-hari. Metode analisis ini juga berfungsi sebagai
pegolahan manfaat sumberdaya alam berupa tumbuhan (Purwanto & Munawaroh,
2002).

𝑈𝑉𝑠 =

UVs = Use values suatu spesies


n = Jumlah kegunaan spesies yang disebutkan responden

31
N = Total responden yang merekomendasikan

FUVs =

FUVs = Use values suatu famili


n = Jumlah kegunaan famili yang disebutkan responden
N = Total responden yang merekomendasikan (Purwanto. 2002).

3. Analisis ICS (Index of Cultural Significance).


Analisis ICS (Index of Cultural Significance) merupakan suatu analisa
indeks yang menunjukkan nilai-nilai penting kepada setiap jenis tanaman yang
berguna berdasarkan kebutuhan masyarakat. Analisis ini sering digunakan dalam
kajian etnobotani yang merupakan bidang ilmu pengetahuan yang
menghubungkan antara manusia dan tumbuhan. Untuk menghitung Index of
Cultural Significance dapat dilakukan menggunakan rumus sebagai beriku:

ICS =

Keterangan : ICS (Index of Culture Significance) = adalah jumlah dari


perhitungan pemanfaatan suatu jenis tumbuhan dari 1 hingga n
n = menunjukkan pemanfaatan ke-n terahir.
i = adalah nilai 1 hingga ke n, dan seterusnya adapun perhitungan nilai parameter
dari suatu jenis tumbuhan adalah sebagai berikut :
q = nilai kualitas (Quality value), dapat dihitung dihitung menggunakan cara
memberikan skor:
Skor 5 = makanan pokok
Skor 4 = makanan skunder atau tambahan dan material primer.
Skor 3 = bahan makanan lainnya, material sekunder dan tumbuhan obat.
Skor 2 = ritual, motologi, rekreasi dan
Skor 1 = mere regocnition
i = nilai intensitas (Intensity value), mengambarkan intensitas pemanfaatan dari
jenis tumbuhan berguna dengan memberikan nilai sebagai berikut:
Nilai 5 = sangat tinggi penggunaannya
Nilai 4 = tinggi intensitas penggunaannya

32
Nilai 3 = sedang intensitas penggunaannya
Nilai 2 = rendah intensitas penggunaannya
Nilai 1 = sangat jarang intensitas penggunaannya
e = Nilai eksklusivitas (Exclusivity value)
Nilai 2 = paling disukai, merupakan bagian dari pilihan utama dan tidak ada
duanya
Nilai 1 = terdapat beberapa jenis yang ada kemungkinan menjadi pilihan
Nilai 0,1 = bahan yang sifatnya sekunder (Turner, 1988 dalam Purawanto,
2002.)

4. Kategori Nilai
Berdasarkan jumlah nilai pada analisis ICS, kategori nilai ditentukan dengan
menggunakan perhitungan statistik Azwar (2012). Pembangian kategori dibagi
menjadi lima (5) bagian yaitu: sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat
rendah. Berikut adalah perhitungan untuk menentukan kategorisasi nilai tersebut:
Tabel 3.5 Kategorisasi analisis nilai ICS
Kriteria/norma Kategorisasi

X ≥ M + 1,5 SD Sangat Tinggi

M + 0,5 SD < X < M + 1,5 SD Tinggi

M – 0,5 SD < X < M + 0,5 SD Sedang

M – 1,5 SD < X < M – 0,5 SD Rendah

X ≤ M – 1,5 SD Sangat Rendah

Keterangan :
X = Jumlah nilai ICS
M = Mean (Rata-rata skor total nilai ICS)
SD= Standar Deviasi

33
34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keanekaragaman Tanaman Obat yang Dimanfaatkan oleh Masyarakat


di Desa Kalipuro-Gombengsari
4.1.1 Tanaman Obat yang Dimanfaatkan Masyarakat berdasarkan Spesies di
Kelurahan Kalipuro-Gombengsari

Wawancara mendalam dilakukan dengan 13 informan (key informant)


yang konsen dalam pengobatan tradisonal yang diakui oleh masyarakat di
kelurahan Kalipuro-Gobengsari. Dasar dalam menentukan informan adalah
masyarakat lokal yang memiliki kriteria: 1) masyarakat yang mengetahui
pengobatan 2) sesepuh desa 3) masyarakat umum yang sering memanfaatkan
tanaman obat. Masyarakat lokal yang menjadi informan non kunci mempercayai
bahwa informan yang diwawancarai benar-benar sudah diakui oleh masyarkat di
kelurahan Kalipuro-Gobengsari.
Dari hasil wawancara mendalam dengan 13 informan (key informant),
sedikitnya didapatkan 106 spesies tanaman obat yang dimanfaatkan sebagai
pengobatan tradisonal (Tabel 4.1). Spesies tanaman obat yang paling banyak
dimanfaatkan sebagai komponen utama dalam membuat ramuan obat tradisonal
oleh informan diantaranya adalah kunyit (Curcuma longa), lengkuas (Alpinia
galanga), kayu manis (Cinnamon burmanii), sirih (Piper betle), jahe (Zingiber
officinale), kunci (Boesenbergia pandurata) dan bawang putih (Alium sativum).
Tanaman obat tersebut selain dijadikan bahan utama dalam pembuatan obat
tradisonal juga sering dijumpai di dapur sebagai bumbu masak setiap hari. Oleh
karena itu tanaman obat ini sangat melekat dalam ingatan masyarakat. Guèze et
al., (2014) menyatakan bahwa faktor utama yang memperngaruhi pemanfaatan
tumbuhan oleh masyarakat lokal adalah tujuan pemanfatannya.

35
Gambar 4.1 Spesies tanaman obat dengan jumlah kegunaan terbanyak yang
dimanfaatkan oleh informan Kalipuro-Gombengsari.
Dari data diatas didapatkan 6 spesies dari 106 spesies yang paling paling
banyak manfaatnya dari pengetahuan lokal informan, di antaranya adalah
Curcuma longa, Zingiber officinale, Alpinia galanga, Cinnamon burmanii, Piper
betle, Boesenbergia pandurata, Curcuma Aeruginosa, Curcuma zedoaria,, Alium
sativum (Gambar 4.1). Adapun jumlah tanaman obat yang memiliki jumlah
manfaat paling banyak adalah kunyit (Curcuma longa) yaitu dengan 12 manfaat
atau kegunaan dari 75 jumlah manfaat yang lain. Efek-efek farmakologi pada
kunyit memiliki efek keuntungan pada kesehatan manusia (Yadav, Tarun. Roshan,
et al. 2017).
Tabel 4.1 Tanaman obat, nilai ICS dan UVs yang dimanfaatkan oleh masyarakat
Kelurahan Kalipuro-Gombengsari

Famili Nama ilmiah Nama Organ yang Manfaat ICS UVs


lokal dimanfaat-
kan
Myristicaceae Myristica Pala Biji Asam 12 0.5
fragrans lambung
Myrtaceae Syzygium Salam Daun Asam urat dan 18 2
polyanthum kolesterol
Syzygium Cengkeh Bunga Mengobati 12 2
aromaticum sakit gigi,
mengatasi
mual

36
Famili Nama ilmiah Nama Organ yang Manfaat ICS UVs
lokal dimanfaat-
kan
Psidium Jambu biji Daun dan buah Obat diare, 24 4
guajava luka karena
jatuh, diabetes
mellitus dan
demam
berdarah
dengue (DBD)
Melaleuca Kayu putih Daun Perut 18 2
leucadendron kembung dan
menyembuhka
n luka gores
pada kulit
Syzygium Jamblang Kulit Kencing manis 2 1
cumini
Lauraceae Cinnamon Kayu Kulit kayu Mengatasi 32 8
burmanii manis bagian dalam demam,
pusing, sakit
perut, sakit
pinggang,
TBC, maag,
lambung,
cacar
Persea Alpukat Buah, daun Menjaga 12 3
americana kesehatan
mata,
mengobati
penyakit
batuk, tekanan
darah tinggi
Piperaceae Piper nigrum Lada Buah Sakit lambung 40 2
dan sakit
kepala
Piper betle Daun sirih Daun Menguatkan 80 1.
gigi, bau
badan tak
sedap, mata
merah, alergi,
sakit lambung,
menambah
nafsu makan,
menghilangka
n bau mulut
dan obat kurap
kulit
Peperomia Sirih cina Daun Gangguan 8 3
pellucida kemih, sakit
Kunth perut, asam
urat

37
Famili Nama ilmiah Nama Organ yang Manfaat ICS UVs
lokal dimanfaat-
kan
Piper Cabe Buah, buah Mengobati 4 5
retrofractum jamu/jawa dan akar batuk, asam
urat, sakit gigi,
tekanan darah
rendah,
biduran
Zingiberacea Zingiber Jahe Rimpang Masuk angin, 100 0.9
e officinale asma, sakit
pinggang,
keputihan,
stamina laki-
laki, obat sakit
sebadan,
merawat
kesehatan,
memulihkan
tenaga
Curcuma Kunyit Rimpang Perawatan 48 1
longa setelah lahiran,
sakit perut,
menghilangka
n bau badan,
lambung,
kanker, obat
sakit sebadan,
merawat
kesehatan,
obat saraf,
sakit diare,
batuk, gatal,
memulihkan
tenaga
Curcuma Temu Rimpang Sakit perut, 18 0.83
zanthorrhiza lawak lambung,
kencing manis,
obat sakit
sebadan,
merawat
kesehatan
Zingiber Bangle Rimpang Perawatan 18 1
montanum atau setelah lahiran,
Bonglai obat sakit
sebadan dan
memulihkan
tenaga
Zingiber Lempuyan Rimpang Perawatan 24 1
zerumbet g setelah lahiran,
lambung luka
dan obat sakit

38
Famili Nama ilmiah Nama Organ yang Manfaat ICS UVs
lokal dimanfaat-
kan
sebadan
Kaempferia Kencur Rimpang Merawat 32 2
galanga kesehatan dan
sakit sebadan
Curcuma Temu Rimpang 4 1
amada mangga Kanker
Boesenbergia Kunci Rimpang Perawatan 24 1.14
pandurata setelah lahiran,
obat batuk,
gatal, sakit
perut, obat
sakit sebadan,
merawat
kesehatan,
memulihkan
tenaga dan
sakit pinggang
Amomum Kapulaga Rimpang Obat batuk, 8 4
compactum bau tubuh,
menurunkan
tekanan darah
dan bau mulut
Alpinia Lengkuas Rimpang Perawatan 24 1.5
galanga setelah lahiran,
merawat
kesehatan,
sakit sebadan,
sakit perut,
sakit lambung,
melancarkan
darah,
meringankan
diare,
mengobati
panu,
meringankan
peradangan
perut
Curcuma Temu Rimpang Perawatan 24 0.78
aeruginosa ireng setelah lahiran,
obat sakit
sebadan,
kencing manis,
merawat
kesehatan,
memperbaiki
nafsu makan,
kurang enak

39
Famili Nama ilmiah Nama Organ yang Manfaat ICS UVs
lokal dimanfaat-
kan
badan,
memulihkan
tenaga
Curcuma Temu Rimpang Perawatan 24 1.4
zedoaria kuning setelah lahiran,
obat sakit
sebadan,
merawat
kesehatan,
melancarkan
aliran darah,
kurang enak
badan,
memulihkan
tenaga dan
memperbaiki
nafsu makan
Etlingera Kecombra Batang dan Mengobati 4 2
elatior ng rimpang gatal-gatal,
melancarkan
peredaran
darah, sakit
perut dan
tumor
Moraceae Artocarpus Sukun Daun Peradangan 12 2.5
altilis dan gagal
ginjal, obat
saraf,
mengatasi bau
badan dan
sakit perut
Fabaceae Mimosa Putri malu Daun Penyembuhan 2 2
pudica insomnia dan
pencegahan
cacingan
Tamarindus Asam jawa Daging buah, Mengobati 48 1.2
indica daun muda batuk,
dan biji sariawan,
pelancar haid,
mengatasi bau
badan, sakit
perut,
mengobati
panas anak
kecil
Leucaena Lamtoro Daun Mengatasi 18 1.5
leucocephala penyakit kulit
(kulit kering,

40
Famili Nama ilmiah Nama Organ yang Manfaat ICS UVs
lokal dimanfaat-
kan
mudah
terkelupas),
mengatasi
rambut rontok
dan mengobati
luka
Vigna radiata Kacang Biji Mengobati 24 1
hijau lambung yang
belum luka
Senna siamea Johar Daun Diabetes 2 1
Biancaea Secang Kulit kayu Mengobati 12 1
sappan virus
Apocynaceae Alstonia Pulai Kulit kayu 18 0.5
scholaris Kencing manis
Plumeria Kamboja Bunga Meredakan 4 2
acuminata batuk,
mengurangi
demam.
Solanaceae Solanum Tomat Buah Menguatkan 40 3
lycopersicum tulang,
merawat kulit
dan menjaga
kesehatan
mata
Solanum Terong Buah Menyehatkan 40 3
melongena jantung,
mengurangi
berat badan
dan membantu
melacarkan
percernaan
Datura metel Kecubung Bunga 4 1
Sakit pinggang
Physalis Ciplukan Buah, daun Obat cacing, 8 2
angulata dan akar penurun
demam,
diabetes, susah
buang air
kecil, maag
dan lambung
Rutaceae Citrus Jeruk nipis Daun dan buah Mengobati 40 1.5
aurantiifolia sakit gigi,
mengurangi
stres dan usus
buntu
Citrus hystrix Jeruk Daun dan buah Mengobati 18 2
purut stres dan flu

41
Famili Nama ilmiah Nama Organ yang Manfaat ICS UVs
lokal dimanfaat-
kan
Asteraceae Tagetes Tahi kotok Bunga Radang 2 4
erecta tenggorokan,
sakit mata,
gigi, perut
kembung
Pluchea Beluntas Daun Mengatasi bau 6 2
indica badan dan
penambah
nafsu makan
Ageratum Bandotan Daun Luka kulit, 8 3
conyzoides memar dan
mengatasi
rematik
Acanthaceae Strobilanthes Pecah Daun 2 1
crispa beling Asam urat
Graptophyllu Daun Daun Ambiyen dan 1 2
m pictum wungu mengobati
saraf
Amaranthace Amaranthus Bayam Daun dan Menjaga 24 2
ae sp batang, akar kesehatan
tulang,
menyehatkan
mata, susah
buang air
kecil,
menambah
produksi ASI,
menjaga
perncernaan,
bisul
Euphorbiacea Manihot Singkong Umbi dan Meningkatkan 30 2
e utilissima daun daya tahan
tubuh dan
melancarkan
peredaran
darah
Acalypha Bunga Bunga 2 2
hispida acalipha Mimisan dan
cacingan

Acalypha Anting- Daun Membersihkan 8 3


australis anting lambung,
diare,
merangsang
pengeluaran
air seni
Jatropha Jarak Daun, buah Sakit gigi dan 18 2
curcas dan getah luka

42
Famili Nama ilmiah Nama Organ yang Manfaat ICS UVs
lokal dimanfaat-
kan
Euphorbia Patikan Daun Obat saraf, 12 3
hirta kebo mengatasi bau
badan dan
sakit perut
Amaryllidace Allium cepa Bawang Umbi Panas, luka 40 1.5
ae merah dalam,
merawat
kesehatan,
pilek, mual
dan sakit gigi
Acoraceae Acorus Jeringau Rimpang Keputihan, 36 2
calamus sakit lambung,
merawat
kesehatan dan
sakit sebadan
Rubiaceae Morinda Mengkudu Buah Jamu sehat, 48 1.67
citrifolia kencing manis,
darah tinggi,
stroke,
memperbesar
pembuluh
darah
Ixora Soka Bunga dan Mengobati 1 2
paludosa daun kram pada
betis dan
mengobati
luka memar
Paederia Kasimbuk Daun 6 1
Mengatasi
foetida an/tut
perut kembung
entutan
Coffea Kopi Buah Jamu sehat, 30 2
canephora sakit
pinggang,
keputihan,
stamina laki-
laki
Uncaria Gambir Daun dan Menguatkan 18 2
gambir batang gigi dan
mengobati
luka
Anacardiacae Lannea Jajaran Daun dan air 18 2
coromandelic atau ki batang Mengobati
a kuda mata dan luka

Liliaceae Alium Bawang Umbi 80 1.17


Kesehatan
sativum putih
badan, panas,
luka dalam,
lambung, asam

43
Famili Nama ilmiah Nama Organ yang Manfaat ICS UVs
lokal dimanfaat-
kan
urat, merawat
kesehatan,
menurunkan
tekanan darah
tinggi
Lilium Bunga lili Bunga Batuk, 1 5
candidum bengkak dan
bisul, amandel
dan luka pada
kulit
Annonaceae Annona Serikaya Buah dan daun Mematangkan 18 1.5
squamosa bisul, obat
luka dan
merawat
sistem
perncernaan
Annona Sirsak Daun dan buah Ambeien dan 18 2
muricata sebagai obat
penurun panas
demam badan
Cananga Kenanga Bunga Aroma terapi, 2 3
odorata susah tidur dan
mengobati
malaria
Asparagacea Cordyline Daun Daun Meredakan 2 3
e fruticosa andong bengkak,
mengobati
TBC dan
mengobati
nyeri lambung
Dracaena Daun suji Daun Nyeri 4 3
angustifolia lambung, nyeri
haid, dan
penawar racun
Lamiaceae Phyllanthus Meniran Daun Asam urat dan 12 2
niruri pereda deman
Clerodendru Bunga Bunga Menghentikan 2 2
m pagoda perdarahan
paniculatum (hemostatis),
mengobati
korengan
Premna Wahong Daun Mengatasi bau 8 2
serratifolia badan,
menambah
nafsu makan
Ocimum Kemangi Daun Melancarkan 80 1.5
americanum aliran darah,
menjaga

44
Famili Nama ilmiah Nama Organ yang Manfaat ICS UVs
lokal dimanfaat-
kan
kesehatan
jantung,
mengobati
sariawan
Phyllanthace Sauropus Daun Daun Penyembuhan 4 4
ae androgynus katuk demam,
pembersih
darah, bisul
dan pelancar
ASI
Basellaceae Anredera Binahong Daun Obat batuk, 12 3
cordifolia pengobatan
gatal-gatal
pada kulit dan
luka pada kulit
Xanthorrhoea Aloe vera Lidah Daun Mengobati 64 4
ceae buaya jerawat,
perawatan
kulit,
perawatan
rambut, dan
pelembab kulit
dalam
menjaga
kecantikan
Pandanaceae Pandanus Pandan Daun Sebagai obat 64 4
amaryllifolius wangi penenang,
menurunkan
kolesterol,
menurunkan
tenakan darah
tinggi dan
stamina laki2
Moringaceae Moringa Kelor Daun Obat reumatik, 80 1.5
oleifera mengatasi
kulit kering,
mencegah
diabetes,
sariawan,
meningkatkan
jumlah ASI,
menjaga
kesehatan otak
Oxalidaceae Oxalis Semanggi Daun 18 3
Mengobati
corniculata gunung
asma,
menghentikan
pendarahan,
batuk, penurun

45
Famili Nama ilmiah Nama Organ yang Manfaat ICS UVs
lokal dimanfaat-
kan
panas, obat
sakit perut,
menyembuhka
n luka
Averrhoa Belimbing Buah Mengobati 80 1
bilimbi wuluh sakit gigi,
pengobatan
jerawat, panu
Averrhoa Belimbing Buah Radang 32 3
carambola manis tenggorkan,
menurunkan
kadar gula
diabetes dan
memperkuat
tulang
Poaceae Cymbopogon Serai Daun Memperbaiki 64 2
nardus wangi kesehatan
sistem
pencernakan.
Penyakit-
penyakit
terkait stress
Imperata Alang- Akar Menjaga 4 3
cylindrica alang kebugaran,
menjaga
kesehatan
tulang dan
diabetes
Palmacea Borassus Siwalan Buah 4 3
Percernaan,
flabellifer
menurunkkan
berat badan,
mencegah
deabetes
Portulacacea Talinum Gingseng Akar Menambah 6 2
e paniculatum sistem
kekebalan
tubuh dan
diabetes
Arecaceae Arenga Enau/ Buah Obat 18 5
pinnata legen/Aren tuberkulosis,
demam, sakit
perut, wasir,
dan dapat
melancarkan
air besar
Areca Pinang Buah Menguatkan 18 1
catechu gigi dan
kencing manis

46
Famili Nama ilmiah Nama Organ yang Manfaat ICS UVs
lokal dimanfaat-
kan
Cocos Kelapa Buah Menetralkan 80 1
nucifera racun dan
melancarkan
pencernaan
Verbenaceae Lantana Tahi ayam Daun Kencing manis 2 1
camara kering
Ranunculace Nigella sativa Jintan Biji Sakit perut, 12 3
ae hitam diabetes,
masalah
pencernaan
Apiaceae Coriandrum Ketumbar Biji Mengatasi bau 24 2
sativum badan,
menambah
nafsu makan
Foeniculum Adas Buah Menghilangka 18 3
vulgare Mill n nyeri dan
mengurangi
pembengkakan
,
memperlancar
peredaran
darah
Apium Apium Seledri Bermanfaat 48
graveolens L graveolens bagi penderita
Daun dan hipertensi dan
3
batang rematik,
mengobati
batuk
Centella Pegagan Daun Pilek, gatal- 4 6
asiatica gatal, cacar,
TBC, maag,
lambung
Cucurbitacea Momordica Pare Buah Pengobatan 6 3
e charantia L. diabetes,
menurunkan
berat badan,
dan
meningkatkan
sistem
kekebalan
tubuh
Cucumis Timun Buah Menurunkan 64 3
sativus berat badan,
menurunkan
darah tinggi
dan
memperkuat
tulang

47
Famili Nama ilmiah Nama Organ yang Manfaat ICS UVs
lokal dimanfaat-
kan
Sechium Labu siam Buah Menjaga 24 4
edule kesehatan
jantung,
menjaga gula
darah,
menjaga
kehamilan dan
antikanker
Clusiaceae Garcinia Manggis Buah dan kulit Memperbaiki 18 2
mangostana L sistem
pencernaan
dan menjaga
kesehatan kulit
Lythraceae Punica Delima Buah dan daun Obat kurap 18 2
granatum L. kulit,
meningkatkan
kesehatan
pencernaan
Caricaceae Carica Pepaya Buah dan daun Melancarkan 100 0.67
papaya L BAB,
mencegah
malaria
Musaceae Musa Pisang Buah Sakit perut, 100 1.5
paradisiaca lambung,
L. mencegah
kolesterol
Bromeliaceae Ananas Nanas Buah Mencegah 18 3
comosus (L.) mual, gagal
Merr. ginjal,
menjaga
kesehatan kulit
Magnoliacea Magnolia Kantil Bunga Perut 2 3
e ×alba kembung,
membantu
mengobati
masalah
keputihan,
membantu
mengobati
batuk
Rosaceae Rosa hybrid L Mawar Bunga Terapi 36 4
kecantikan,
menghilangka
n jerawat
wajah,
merawat kulit
dan menjaga
kesehatan
rambut

48
Famili Nama ilmiah Nama Organ yang Manfaat ICS UVs
lokal dimanfaat-
kan
Oleaceae Jasminum Melati Bunga Aroma terapi, 36 4
sambac (L.) menurunkan
berat badan,
mencegah
kolesterol,
memperkecil
resiko
diabetes.
Loranthaceae Dendropththo Benalu Daun Melawan 1 1
e petandra mangga kanker
Onocleaceae Matteuccia Pakis Daun Obat saraf, 18 3
struthiopteris mengatasi bau
badan, sakit
perut
Balsaminacea Impatiens Pacar Daun Obat kurap 3 1
e balsamina kulit
Sapindaceae Pistacia Kesambi Daun Obat kurap 4 1
oleosa kulit

Beberapa kelebihan dari pengobatan tradisional yang menggunakan


tanaman obat yang disebutkan oleh informan adalah lebih terasa khasiatnya
(manjur), lebih aman, lebih murah dan mudah didapat. Kelebihan ini yang
menjadikan informan tetap mempertahankan pengobatan tradisional melalui
pengalaman yang sudah lama diwariskan oleh nenek moyang terdahulu. Adapun
pengetahuan informan juga didapatkan melalui beberapa sumber yang lain seperti
hubungan sosial masyarakat dan buku pengobatan tradisional kuno yang
menambah keyakinan untuk dilestarikan dan dimanfaatkan sampai saat ini. Hal ini
dipertegas dengan pendapat yang disampaikan oleh Menendez-Baceta et al.,
(2015) yang menyampaikan bahwa pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat
lokal dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya khasiat dan ketersediaan,
bahasa, hubungan sosial masyarakat. Sejarah kebudayaan, pemahaman (Leonti &
Casu, 2013), keyakinan dan kepercayaan mayarakat lokal (Pieroni & Quave,
2005; Pieroni et al., 2011).
Hofmann (2007) mengatakan bahwa nilai guna spesies “Use Value
Spesies” (UVs) menggambarkan tingkat nilai guna spesies tanaman dalam
mengobati suatu kategori penyakit berdasarkan kategori yang telah disediakan

49
(Gambar 4.3). Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan dengan cara wawancara
mendalam dengan informan sedikitnya telah didapatkan sebanyak 106 spesies
tanaman yang digunakan sebagai pengobatan tradisional di Kelurahan Kalipuro-
Gombengsari. Spesies-spesies yang disebutkan oleh informan diyakini sampai
saat ini untuk mengobati 75 penyakit (Tabel 4.2).
Dari data yang didapatkan pada perhitungan UVs menunjukkan 5 spesies
yang memiliki nilai guna yang paling tinggi diantaranya: Cinnamon burmanii
(UVs sebesar 8), Centella asiatica (UVs sebesar 6), Arenga pinnata Merr (UVs
sebesar 5), Piper retrofractum Vahl. (UVS sebesar 5) dan Lilium candidum L
(UVs sebesar 5). Spesies-spesies tersebut digunakan oleh masyarakat Kalipuro-
Gombengsari untuk mengobati berbagai penyakit. Dilihat dari data UVs nilai
tertinggi adalah tanaman kayu manis (Cinnamon burmanii) mencapai nilai 8.
Bagian dari kayu manis yang sering dimanfaatkan oleh informan adalah bagian
kulitnya yang diyakini dapat mengobati penyakit demam, pusing, sakit perut, sakit
pinggang, TBC, maag, lambung dan cacar. Selain digunakan sebagai obat herbal
kayu manis juga tak lepas pemanfaatannya untuk dijadikan bumbu masak
keluarga dalam kehidupan sehari-hari. Senyawa fitokimia yang ada dalam kayu
manis memiliki kandungan antioksidan (Qin et al., 2010). Selain sebagai
penambah cita rasa makanan, tumbuhan kayu manis juga mempunyai manfaat
kesehatan diantaranya sebagai antihiperglikemi (Wang dan Yang, 2009).
Pegagan (Centella asiatica) menjadi tanaman yang memiliki nilai guna
spesies tertinggi setelah kayu manis dengan nilai 6. Menurut informan yang
menjelaskan manfaat tanaman pegagan menjadi ramuan herbal mendapatkan dari
buku pengobatan kuno yang didapatkan dari salah satu keluarganya yang
sebelumnya juga fokus dalam pengobatan tradisional dan pada penerapannya
terbukti ampuh dalam khasiatnya. Menurut Besung (2009) pegagan merupakan
salah satu tanaman obat yang sudah banyak dikenal dan mudah dijumpai di
Indonesia tetapi penggunaannya sebagai sebagai obat masih terbatas. Selain itu
ekstrak pegagan mempunyai efek sebagai antinosi-septik dan antiinflamasi yangF
dapat mensinergikan pada pengobatan luka bakar (Somchit, 2004).
Agar dapat memudahkan analisa data UVs dengan beberapa kategori
penyakit maka dibuat tabel untuk mengelompokkan data tanaman obat yang

50
digunakan sebagai sarana pengobatan tradisonal berdasarkan kategori penyakit
(Gambar 4.2). Mengacu pada data Informan yang menjadi rujukan masyarakat di
Kelurahan Kalipuro-Gombengsari setidaknya ada tiga penyakit yang memiliki
jumlah spesies yang paling banyak digunakan untuk pengobatan, yaitu penyakit
lambung, kencing manis dan luka kulit.
Dari Tabel 4.2 didapatkan sebuah data bahwa penyakit lambung memiliki
spesies yang paling banyak digunakan dalam proses pengobatan yaitu 19 spesies
dari 106 spesies, kencing manis berada di urutan kedua dalam penggunaan spesies
tanaman obat sebagai proses pengobatan tradisional yaitu 18 spesies dari 106
spesies dan pengobatan sakir perut atau kembung terdapat 18 spesies dari 106
spesies yang digunakan. Dari 19 spesies yang digunakan untuk pengobatan
penyakit lambung diantarnya adalah tanaman kunyit dan bawang putih. Silalahi
dkk (2014) mengatakan bahwa gangguan saluran pencernaan merupakan penyakit
yang paling sering di temukan pada masyarakat pedesaan, karena minimnya
sarana sanitasi yang dimiliki.

51
52
Gambar 4.2 Grafik nilai guna spesies (UVs) Tanaman Obat

53
Kunyit merupakan tanaman yang sudah lama dikenal oleh berbagai
kalangan masyarakat karena tumbuh dan perawatan yang terbilang mudah di
berbagai tanah. Masyarakat sudah tidak asing dengan tanaman kunyit karena juga
sering digunakan sebagai bumbu masak sehari-hari. Selain itu, kunyit juga
memiliki banyak manfaat dalam sejarah pengobatan kuno yang masih terjaga
sampai saat ini karena memiliki kandungan yang cukup kompleks dalam
menyembuhkan penyakit yang sering dialami oleh masyarakat utamanya
pedesaan. Yuan dan iskandar (2018) mengatakan bahwa kunyit memiliki
kandungan kimia yang bermanfaat untuk kesehatan tubuh dan mengandung
senyawa yang berkhasiat sebagai obat, yaitu kukurminoid. Sedangkan di China
dilaporkan bahwa kunyit digunakan untuk pengobatan penyakit yang
berhubungan dengan penyakit perut dan penyakit kuning (Porkert, 1878).
Kunyit (Curcuma domestica) memiliki sejarah panjang dalam sistem
pengobatan tradisional (Rahma, 2019). Berbagai efek farmakologis dari kunyit
telah dilaporkan yaitu sebagai antiinflamasi, antioksidan, antibakteri, antivirus,
antifungi, antimalaria, antikarsinogen dan penyembuhan luka. Efek antiinflamasi
yang lain yaitu menggunakan tikus putih dengan hasil menurunkan
pembengkakan (Rinihapsari dkk, 2008). Penggunaan kuyit dalam kehidupan
sehari-hari sangatlah penting karena bisa dimanfaatkan hampir dalam segala ruang
kehidupan masyarakat termasuk dalam proses kegiatan keagamaan dan adat
istiadat.
Bawang putih (Allium sativum) menjadi salah satu tanaman yang sangat
penting di kalangan masyarakat karena penggunaannya yang sangat intens setiap
hari untuk beragam bahan masakan. Selain itu, pengetahuan masyarakat lokal
terkait bawang putih untuk pengobatan sudah lama diketahui dan sampai hari ini
masih dilakukan pengobatan tradisonal menggunakan bawang putih. Dari
wawancara yang dilakukan dengan informan bawang putih diyakini dapat
menyembuhkan beragam penyakit diantaranya adalah kesehatan badan, panas,
luka dalam, lambung, asam urat, merawat kesehatan, menurunkan tekanan darah
tinggi. Adapun cara menanam yang dilakukan oleh masyarakat sendiri dengan
cara mengelompokkan dengan famili yang lain. Cara ini sudah diterapkan oleh
nenek moyang terdahulu, selain untuk memudahkan dalam proses mencari

54
tanaman juga dikarenakan setiap famili tanaman memiliki karakteristik yang
berbeda. Menurut keterangan informan menanam dengan mengelompokkan
dengan famili bertujuan untuk menyesuaikan dengan karakteristik yang dimiliki
oleh tanaman.
Dalam buku yang di tulis oleh (Stephen F. At all, hal : 96-97) menjelaskan
bahwa bawang putih dapat menjadi sarana pengobatan meliputi sistem pencernaan
seperti diare, disentri, keracuanan makanan, gangguan pencernaan, radang
lambung, radang perut, rasang usus besar dan sembelit atau wasir. Menurut Udi
dan ahmad (2003) bawang putih yang dikonsumsi secara rutin dalam jangka
waktu tertentu dapat membantu menurunkan kadar kolesterol. Zat anti-kolesterol
dalam bawang putih yang bernama ajoene dapat menolong untuk mencegah
penggumpalan darah.
Agar dapat mengetahui kategori tanaman yang berguna berdasarkan
kebutuhan masyarakat maka dilakukan penghitungan Index of Cultural
Significance (ICS) melalui data yang didapatkan dengan mewawancarai informan
di Kelurahan Kalipuro-Gombengsari. Dari data yang disajikan pada (Gambar 4.3)
diketahui ada tiga spesies yang memiliki nilai ICS tertinggi yaitu tanaman jahe,
pepaya dan pisang.
Hasil analisis ICS pisang memiliki nilai yang paling tinggi dengan nilai
100 bersama dengan pepaya dan jahe (Gambar 4.3). Tanaman pisang (Musa
paradisiaca) menjadi salah satu tanaman yang dekat dengan banyak kalangan
masyarakat dan petani apalagi di daerah pedesaan hingga saat ini karena sistem
tanam dan perwatannya yang terbilang mudah. Alasan yang lain tanaman pisang
ini sangat dekat dengan petani dan masyarakat adalah waktu panen yang relatif
singkat dan bersamaan sehingga bisa menjadi sumber penghasilan mingguan atau
bulanan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Oleh karena itu pisang menjadi
salah satu tanaman yang penting untuk masyarakat Kalipuro-Gombengsari karena
kegunaannya yang sangat beragam, mulai dari keluarga, tetangga bahkan
kelurahan.

55
Tabel 4.2 Jumlah spesies yang digunakan untuk mengobati suatu penyakit
Nama Spesies yang Digunakan Jumlah
Kunyit, temu lawak, lempuyang, kacang
hijau, jeringau, bawang putih, kayu
Sakit lambung manis, lada, sirih, lengkuas, ciplukan, 19
anting-anting, andong, suji, pegagan,
bawang merah, bawang putih dan pisang
Pinang, jamblang, temu lawak, temu
ireng, jeruk nipis, pulai mengkudu, tahi
Kencing manis ayam, jambu biji, ciplukan, kelor, 18
belimbing manis, alang-alang, jintan
hitam, melati, gingsesng, pare dan johar
Kayu putih, kayu manis, sirih cina,
lengkuas, kecombrang, sukun, asam
Sakit perut/kembung jawa, kasimbukan, semanggi gunung, 18
jintan hitam, pisang, kantil, kunyit, temu
lawak, kunci, tahi kotok, enau dan pakis.
Jambu biji, kayu putih, lamtoro,
bandotan, jarak, soka, gambir, jajaran,
Luka kulit 12
lili, serikaya, binahong, semanggi
gunung
Alpukat, cabai jawa, kapulaga, asam
Batuk jawa, kamboja, lili, binahong, semanggi 12
gunung, seledri, kantil, kunyit dan kunci
Jahe, kunyit, temu lawak, kencur, bangle,
Obat sakit sebadan lempuyang, kencur, kunci, lengkuas, 12
temu ireng, temu kuning dan jeringau
Jahe, kunyit, temu lawak, kencur, kunci,
Merawat kesehatan lengkuas, temu ireng, temu kuning, 11
jeringau, bawang putih, alang-alang
Cengkeh, sirih, cabai jamu, jeruk nipis,
Sakit gigi jarak, bawang merah, belimbing wuluh, 10
tahi kotok, gambir dan pinang
Kunyit, asam jawa, patikan kebo,
Bau badan wahong, ketumbar, pakis, sirih, sukun 9
dan beluntas
Kelor, delima, pacar, kesambi, sirih,
Merawat kesehatan kulit 9
tomat, lidah buaya, manggis dan mawar
Temu kuning, kemangi, lengkuas, temu
Melancarkan aliran darah ireng, kecombrang, mengkudu, adas dan 8
singkong
Kayu manis, kamboja, ciplukan, sirsak,
Demam 6
katuk, enau
Kunyit, bangle, lempuyang, kunci,
Perawatan setelah lahiran 6
lengkuas, temu ireng dan temu kuning
Salam, sirih cina, cabai jamu, pecah
Asam urat 6
beling, bawang putih dan meniran
Sirih, tomat, tahi kotok, bayam, jajaran
Menjaga mata 6
dan serikaya

56
Nama Spesies yang Digunakan Jumlah
Sirih, temu ireng, temu kuning, beluntas,
Menambah nafsu makan 6
wahong dan ketumbar
Jahe, kunyit, bangle, kunci, temu ireng
Memulihkan tenaga 6
dan temu kuning
Kunyit, kunci, kecombrang, binahong
Gatal-gatal 5
dan pegagan
Alpukat, mengkudu, bawang putih,
Darah tinggi 5
pandan wangi dan timun
Asam jawa, bawang merah, bawang
Penurun panas 5
putih, sirsak dan semanggi gunung
Tomat, bayam, belimbing manis, alang-
Merawat tulang 5
alang dan timun
Kayu manis, kecubung, jahe, kunci dan
Sakit pinggang 5
kopi
Kunyit, wungu, patikan kebo, pakis dan
Saraf 5
sukun
Menurunkan berat badan Terong, timun, melati, siwalan dan pare 5
Pilek Bawang merah, pegagan dan jeruk purut 5
Kolesterol Salam, pandan wangi, pisang dan melati 4
Kunyit, jambu biji, lengkuas dan anting-
Diare 4
anting
Keputihan Jahe, jeringau, kantil dan kopi 4
Labu siam, benalu mangga, kunyit dan
Kanker 4
temu mangga
Melancarkan pencernaan Kelapa, jintan hitan dan manggis 4
Bisul Bayam, lili, serikaya dan katuk 4
Mengobati stres Serai wangi, jeruk nipis dan jeruk purut 3
Tbc Kayu manis, andong dan pegagan 3
Lidah buaya, belimbing wuluh dan
Jerawat 3
mawar
Menambah stamina Jahe, pandan wangi dan kopi 3
Cacingan Putri malu dan acalipha 3
Sariawan Kemangi, asam jawa dan kelor 3
Merawat rambut Lamtoro, lidah buaya dan mawar 3
Jantung Terong, kemangi dan labu siam 3
Rematik Bandotan, kelor dan seledri 3
Bengkak Lili, andong dan adas 3
Melancarkan ASI Bayam, katuk dan kelor 3
Mual Cengkeh dan bawang merah 2
Sakit kepala Lada dan kayu manis 2
Cacar Kayu manis dan pegagan 2
Bau mulut Sirih dan kapulaga 2
Asma Semanggi gunung dan jahe 2
Menghentikan pendarahan Semanggi gunung dan pagoda 2
Sudah tidur Kenanga dan putri malu 2
Haid Asam jawa dan suji 2

57
Nama Spesies yang Digunakan Jumlah
Susah BAK Ciplukan dan bayam 2
Aroma terapi Kenanga dan mawar 2
Menetralkan racun Kelapa dan daun suji 2
Ambiyen Wungu 1
Malaria Kenanga 1
Asam lambung Pala 1
Dbd Jambu biji 1
Darah rendah Cabai jamu 1
Masuk angin Jahe 1
Virus Secang 1
Usus buntu Jeruk nipis 1
Mimisan Acalipha 1
Stroke Mengkudu 1
Amandel Lili 1
Pembersih darah Katuk 1
Kesehatan otak Kelor 1
Wasir enau atau legen 1

Tanaman pisang sering dijumpai diberbagai rumah warga salah satunya


saat bertamu karena buah pisang sering dijadikan sebagai suguhan untuk tamu.
Dalam bidang budaya dan adat istiadat tanaman dan buah pisang juga sering
dijumpai, misalnya di Kelurahan Kalipuro-Gombengsari pohon pisang digunakan
sebagai hiasan dalam acara maulid Nabi yang dikemas dengan sebutan arakan
telur yang dihias dengan pohon pisang. Dalam kegiatan keagamaan juga sering di
jumpai dalam bentuk suguhan untuk menyambut kedatangan tamu untuk
dinikmati bersama dengan tuan rumah.
Masyarakat di Kelurahan Kalipuro-Gombengsari juga menggunakan
pisang sebagai sarana pengobatan tradisional. Selain rasanya yang enak, pisang
juga mengandung gizi, vitamin dan kalori, sehingga bermanfaat untuk kesehatan
(Prahardini dkk, 2010). Dari hasil wawancara dengan informan menyebutkan
bahwa dengan mengkonsumsi buah pisang secara rutin diyakini sebagai tanaman
yang bisa digunakan dalam proses pengobatan untuk sakit perut, lambung dan
mencegah kolesterol. Menurut Bahri (Bahri, 2009) pisang mengandung vitamin
dan mineral yang unggul dibandingkan dengan buah lain, terutaman untuk
vitamin B6, vitamin C, kalium, dan mangan (Mn). Karena itu, pisang bermanfaat
dalam mengobati radang pencernaan, mengendalikan tekanan darah tinggi, stroke,

58
mengandalikan kadar gula darah dan mencegah depresi. Pisang jenis paradisiaca
efek antasida yang melindungi dari penyakit maag (Kumar dkk, 2012).
Tanaman lain yang sering dijumpai atau memiliki nilai guna yang tinggi
dikalangan masyarakat Kelurahan Kalipuro-Gombengsari adalah pepaya (Carica
papaya) yang memiliki nilai yang paling tinggi yaitu 100. Tanaman pepaya
merupakan salah satu tanaman yang tumbuh subur di daerah tropis salah satunya
di Indonesia. Pepaya merupakan tanaman buah dari famili Caricaceae yang berasa
dari Amerika tengah dan Hindia barat bahkan kawasan sekitar Meksiko dan Costa
rica. Tanaman pepaya banyak di tanam, baik di daerah tropis maupun subtropis,
daerah basah atau kering atau di dataran tinggi atau pegunungan sampai 1000
meter diatas permukaan laut (mdpl). Buah pepaya merupakan buah meja bermutu
dan bergizi tinggi (Siswoyo, 2004).
Pepaya merupakan tanaman yang penting untuk warga Kelurahan
Kalipuro-Gombengsari karena memiliki kegunaan yang sangat beragam dalam
banyak kegiatan masyarakat. Sebagian masyarakat di Kelurahan Kalipuro-
Gombengsari mempercayai tanaman pepaya mampu untuk menangkal ilmu hitam
(sihir) yang dikirim oleh orang yang sengaja untuk mencelakai, sehingga tanaman
ini banyak sekali di jumpai di belakang atau depan rumah warga. Selain itu
pepaya juga sering digunakan untuk beberapa aneka olahan makanan sehari-hari,
sehingga masyarakat sudah tidak asing lagi dengan tanaman pepaya. Pepaya juga
dimanfaatkan daunnya sebagai sayuran dan pelunak daging. Daun pepaya muda
dan bunga pepaya diolah sebagai sayuran. Getah pepaya mengandung enzim
papain yang meluknakkan daging (Rajaserakan, 2007).
Masyarakat Kelurahan Kalipuro-Gombengsari juga menggunakan pepaya
sebagai sarana pengobatan tradisional untuk mengatasi beragam penyakit.
Keterangan ini disampaikan oleh informan bahwa daun dan buah pepaya
dipercayai untuk menjadi sarana pengobatan dalam mengatasi malaria dan
melancarkan buang air besar (BAB). Pepaya (Carica papaya) adalah tumbuhan
obat tradisional yang dapat digunakan untuk mengatasi penyakit malaria.
Tumbuhan pepaya pada daun, akar dan buahnya mengandung senyawa alkaloid,
karpain, papin, saponin, flavonoida, politenol, tannin dan papayatin yang

59
mempunyai potensi antimalaria (Septiana et al., 2017). Lingga (2010) mengatakan bahwa buah pepaya mengandung karpaina, yaitu
suatu alkaloid yang berfungsi untuk melancarkan saluran pencernaan dan mencegah kostipasi.

60
Gambar 4.3 Grafik nilai kepentingan jenis tanaman (ICS)

61
Nilai ICS tumbuhan obat dibedakan menjadi lima bagian yaitu sangat
rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi (Turner, 1988). Berdasarkan
kategori nilai ICS tumbuhan obat yang di peroleh dari hasil wawancara dengan
informan di Kelurahan Kalipuro-Gombengsari dikategorikan menjadi sangat
rendah karena hasil tidak ada nilai yang kurang dari -13 (0 spesies), ketagori
rendah terdapat 37 spesies karena hasil lebih dari -13 dan kurang atau sama
dengan 12, kategori sedang karena hasil lebih dari 12 dan kurang atau sama
dengan 36 (47 spesies), kategori tinggi karena hasil lebih dari 36 dan kurang atau
sama dengan 61 (9 spesies) dan kategori sangat tinggi karena hasil (ICS) lebih
dari 61 (13 spesies) yang di tampilkan pada (Gambar 4.6).

Gambar 4.4 Kategori, nilai ICS dan jumlah spesies tanaman obat

Dari data yang didapatkan dari informan spesies seperti daun wungu
(Graptophyllum pictum), soka (Ixora paludosa.), bunga lili (Lilium candidum L)
dan benalu mangga (Dendropththoe petandra) merupakan spesies yang memiliki
nilai ICS yang paling rendah dari spesies yang lain dengan nilai 1 (satu) dari total
106 spesies. Tanaman yang memiliki nilai ICS yang rendah merupakan tanaman
yang biasanya digunakan sebagai tanaman hias di teras atau belakang rumah
warga dan jarang sekali ada yang mengetahui manfaatnya sebagai tanaman obat.
Seperti tanaman benalu mangga yang dianggap sebagai tanaman pengganggu

61
yang merugikan, karena dapat menyerap nutrisi dan pada waktu tertentu dapat
mematikan inangnya. Apabila dilihat lebih teliti, nilai ICS pada suatu tanaman
memiliki nilai yang berbanding lurus dengan nilai UVs. Bila dilihat pada (Gambar
4.4) menunjukkan secara kultural tanaman obat yang dimanfaatkan oleh infroman
di Kelurahan Kalipuro-Gombengsari memili nilai kultural sedang. Ketika
dihubungkan dengan konservasi tanaman yang memiliki nilai ICS yang tinggi
baik secara langsung atau tidak tanaman tersebut dijaga kelestariannya oleh
masyarakat karenan memiliki nilai yang penting dalam penilaian masyarakat.
4.1.2 Tanaman Obat yang Dimanfaatkan Masyarakat Berdasarkan Famili di
Desa Kalipuro-Gombengsari

Berdasarkan hasil penelitian, survei dan wawancara masyarakat di Desa


Kalipuro-Gombengsari Kecamatan Kalipuro Kabupaten Banyuwangi yang
dilakukan dalam penelitian ini mengenai etnobotani khususnya pada tanaman
obat, diperoleh jenis jenis tanaman obat yang beragam. Hirsch (1994) membagi
pengaplikasian bidang etnobotani menjadi dua aspek penting yaitu botani
ekonomi yang bertujuan untuk pengembangan ekonomi dan ekologi mengenai
proses pengolahan dan pemanfaatan yang dilakukan dengan tidak merusak alam.
Sedikitnya didapatkan sebanyak 106 spesies tanaman obat yang termasuk
dalam 48 famili yang dimanfaatkan oleh masyarakat di Desa Kalipuro-
Gombengsari. Jenis-jenis tanaman obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat
Kalipuro-Gombengsari yang berpotensi sebagai daya tarik pengunjung untuk
dijadikan sarana mengembangkan wisata kesehatan (wellness tourism). Berikut ini
adalah hasil pemanfaatan tanaman obat berdasarkan Famili yang digunakan oleh
masyarakat Kalipuro-Gombengsari (Tabel 4.1). Informan banyak menyebutkan
famili Zingiberaceae, Fabaceae, Myrtaceae, Euphorbiaceae dan Rubiaceae yang
dimanfaatkan sebagai tanaman obat untuk mengatasi beragam penyakit.

62
Gambar 4.5 Famili tanaman obat dengan jumlah spesies terbanyak yang
dimanfaatkan oleh masyarakat Kalipuro-Gombengsari.

Klasifikasi tumbuhan menurut pengetahuan lokal masyarakat sampai


tingkat famili menjadi faktor penting untuk menentukan kegunaan spesies
(Thomas et al., 2009). Menurut keterangan hasil wawancara terhadap informan,
terdapat 48 famili tanaman obat yang disebutkan oleh informan, sementara famili
yang paling banyak disebutkan adalah famili Zingiberaceae yaitu 13 spesies
(27%). Tanaman obat yang berasal dari famili Zingiberaceae mudah tumbuh
diberbagai jenis tanah dan lebih mudah untuk ditemukan di berbagai tempat
termasuk di pekarangan rumah warga serta dapat digunakan sebagai pengobatan
tradisional terhadap penyakit tertentu. Yohana, dkk. (2015) menyatakan bahwa
famili Zingiberaceae merupakan kelompok tanaman obat yang paling banyak
digunakan, hal ini disebabkan karena tanaman tersebut mudah dibudidayakan dan
dapat tumbuh diberbagai jenis tanah.
Jenis tanaman obat yang masuk kedalam famili Zingiberaceae yang
disebutkan oleh informan terdiri dari kunyit (Curcuma longa L), temu lawak
(Curcuma zanthorrhiza), bangle atau bonglai (Zingiber montanum), lempuyang
(Zingiber zerumbet), kencur (Kaempferia galanga), temu mangga (Curcuma
amada), kunci (Boesenbergia pandurata), kapulaga (Amomum compactum
Soland. Ex Maton), lengkuas (Alpinia galanga L. Swartz), temu ireng (Alpinia
galanga L. Swartz) dan temu kuning (Curcuma zedoaria (Berg.).Roscoe).

63
Kandungan kimia dari suku Zingiberaceae umumnya mengandung minyak atsiri,
pati, tannin, dan damar. Minyak atsiri bermanfaat bagi kesehatan karena
kandungan senyawanya berfungsi melancarkan peredaran darah, sebagai
penenang (sedatif), antiseptik, antipiretik (penurun panas), karminatif,
memperbaiki pencernaan dan sebagainya Septiatin (2008). Menurut Nursal, dkk.
(2006) senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan tumbuhan dari suku
Zingiberaceae umunya dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme patogen
yang merugikan.
Menurut Philips dan Gentry (1993) dalam Hoffman (2007) perhitungan
nilai guna famili (Family Use Value spesies) dilakukan untuk mengetahui famili
tanaman obat yang memiliki nilai guna bagi masyarakat lokal. Berdasarkan dari
hasil penelitian, 106 spesies yang disebutkan oleh informan terbagi menjadi 48
famili yang berbeda. Jumlah spesies dalam satu famili dihitung menggunakan
analisi FUVs untuk memperoleh hasil nilai guna per-famili yang hasilnya
ditunjukkan pada gambar (Gambar 4.6).
Dilihat dari segi famili tanaman yang memiliki nilai guna tertinggi per-
famili yang digunakan oleh informan di kelurahan Kalipuro-Gombengsari adalah
famili Apiaceae, Lauraceae dan Cucurbitaceae. Adapun famili Apiaceae terdiri
dari ketumbar (Coriandrum sativum), adas (Foeniculum vulgare), seledri (Apium
graveolens) dan pegagan (Centella asiatica). Sedangkan famili Lauraceae terdiri
dari kayu manis (Cinnamon burmanii) dan alpukat (Persea americana) kemudian
famili Cucurbitaceae adalah pare (Momordica charantia), timun (Cucumis
sativus) dan labu siam (Sechium edule).
Hasil dari wawancara mendalam yang dilakukan kepada informan
menunjukkan bahwa famili Apiaceae memiliki nilai guna famili yang paling
tinggi yaitu 7 (Tabel 4.7). Tanaman yang tergolong dalam famili Apiaceae
termasuk mudah dijumpai dipekarangan rumah warga, sehingga jika digunakan
sebagai tanaman obat akan mudah diperoleh serta beberapa diantaranya juga
dimanfaatkan sebagai bumbu masak sehingga terbilang mudah dikenali di
berbagai kalangan masyarakat.
Handayani dan Widowati (2020) menyatakan bahwa tumbuhan dari famili
Apiaceae tersebar dan tumbuh subur di Indonesia. Suku Apiaceae dikenal sebagai

64
rempah atau bumbu masak dan banyak menjadi ramuan obat tradisional.
Kandungan bioaktif dari Apiaceae adalah minyak atsiri yang mempunyai berbagai
macam manfaat (Saudah dkk, 2019). Beberapa tumbuhan dari famili Apiaceae
tersebut antara lain adalah seledri (Apium graveolens), ketumbar (Coriandrum
sativum) dan pegagan (Centella asiatica) telah diteliti dan diketahui memiliki
aktivitas sebagai antihiperlipidemia (Kodariah et al., 2019; Kodariah dan Wahid,
2020; Kumari et al., 2016). Manfaat tanaman seledri yang disebutkan oleh
informan adalah untuk mengobati penyakit tekanan darah tinggi, rematik dan
mengobati batuk (Tabel 4.2). Nazaruddin (2009) mengatakan beberapa tanaman
yang bisa digunakan sebagai bahan baku obat tekanan darah tinggi diantaranya
adalah bawang putih, mentimun, seledri, daun salam dan lain sebegainya.
Menurut keterangan informan ketumbar bisa dijadikan sebagai obat tradisional
dalam mengatasi bau badan dan menambah nafsu makan. Minyak atsiri dari
ketumbar yang masuk dalam tubuh berkhasiat sebagai stimulan, penguat organ
pencernaan, merangsang enzim pencernaan dan peningkatan fungsi hati.
Ketumbar diketahui mempengaruhi dan meningkatkan nafsu makan (Duke et al.,
2002). Tanaman adas digunakan sebagai obat menghilangkan nyeri dan
mengurangi pembengkakan. Adas dapat dimanfaatkan untuk mengatsi sakit perut,
mual, perut kembung, muntah, diare, nyeri haid dan haid tidak teratur (Hartini et
al, 2009). Sejak zaman dahulu pegagan telah digunakan sebagai obat kulit,
gangguan saraf dan memperbaiki peredaran darah (Anonymous, 2009 dan
Anonymous, 2004).

65
Gambar 4.6 Grafik nilai FUVs tanaman obat

66
Keyakinan informan pegagan dapat menjadi ramuan herbal dalam
mengatasi pilek, gatal-gatal, cacar, TBC, maag dan sakit lambung. Terdapat juga
famili Lauraceae yang memiliki nilai 5,5 yang terdiri dari kayu manis (Cinnamon
burmanii) dan alpukat (Persea americana). Beberapa jenis obat tradisional juga
menggunakan jenis-jenis tumbuhan dari famili Lauraceae dalam bahan pembuatan
dan peracikannya (Heyne, 1987; Hasanah et al., 2004; Andianto et al., 2015).
Selanjutnya adalah famili Cucurbitaceae dengan nilai 4,5 yang meliputi pare
(Momordica charantia), timun (Cucumis sativus) dan labu siam (Sechium edule)
memiliki nilai guna famili yang tinggi setelah famili Apiaceae yang digunakan
sebagai pengobatan tradisional di Kelurahan Kalipuro-Gombengsari.

4.2 Cara Pemaanfaatan tanamn yang digunakan oleh masyarakat di Desa


Kalipuro-Gombengsari

Berdasarkan hasil wawancara dengan 13 informan yang masih konsen


dalam melakukan pengobatan tradisional di Kelurahan Kalipuro-Gombengsari
sedikitnya didapatkan 106 spesies tanaman obat yang termasuk dalam 48 famili.
Berdsarkan hasil Riset Tanaman Obat dan Jamu (RISTOJA) tahun 2015 oleh
Purwadi, suku Osing memiliki sejarah pengobatan tradisionl yang kuat serta
memiliki sumber daya alam yang melimpah.
Rempah-rempah diketahui sangat melimpah diberbagai tempat yang ada di
Indonesia termasuk Kalipuro-Gombengsari yang mempunyai anekaragam manfaat
untuk kesehatan, namun apresiasi terhadap keanekaragaman rempah-rempah dan
tanaman obat ini masih sangat kurang. Adanya 13 informan dijumpai dan
diwawancarai yang tersebar di wilayah Kelurahan Kalipuro-Gombengsari yang
masih menekuni pengobatan tradisional menandakan sudah semakin terkikisnya
warisan nenek moyang dulu terkait pemanfaatan tanaman obat sebagai sarana
untuk menjaga kesehatan dan mengobati beragam penyakit yang di derita oleh
masyarakat. Modernisasi dan perubahan pola konsumsi sehari-hari masyarakat
menjadi ancaman nyata bagi keberlanjutan eksistensi rempah-rempah (Peter,
2004).
Perkembangan zaman yang sangat cepat banyak memberikan perubahan
dalam segala aspek dalam kehidupan sehari-hari termasuk terjadinya perubahan

67
sistem pengobatan yang dulunya Indonesia menggunakan sistem tradisional
berganti dengan pengobatan modern (kimia). Para peneliti mensinyalir bahwa
perubahan budaya dan tradisi yang terjadi di Indonesia yang sangat cepat di
masyarakat akan berdampak pada semakin jarangnya pemanfaatan dan semakin
hilangnya pengetahuan terkait rempah-rempah di Indonesia (Hakim, 2015). Hal
ini terbukti dengan 13 informan yang di wawancarai berumur diatas 45 tahun
menandakan semakin minimnya generasi muda yang mengetahui anekaragam
tanaman yang bermanfaat untuk pengobatan tradisional yang diwarisi oleh nenek
moyang sebelumnya. Hal ini sangat ironis karena kekayaan tanaman obat dan
rempah-rempah di Indonesia dangat luar biasa beragam jenis pemanfaatan oleh
suku yang mendiami Indonesia. Karena itu, konservasi tanaman yang berkhasiat
obat dan rempah-rempah yang tumbuh berdasarkan habitatnya sangat mendesak
untuk dilakukan dan perlu adanya edukasi terkait pentingnya untuk melestarikan
pengetahuan untuk menjaga warisan nenek moyang yang sangat beragam dalam
memanfaatkan tanaman yang berkhasiat obat.
Cara meracik atau mengolah tanaman yang berkhasiat obat memiliki cara yang
sangat beragam. Setiap jenis tanaman obat memiliki kandungan yang berbeda
sehingga mempengaruhi cara pengolahan untuk mengatasi beragam penyakit yang
akan diobati. Pengolahan tanaman obat dalam proses pengobatan tradisional ada
yang di manfaatkan dalam satu jenis tanaman saja, ada juga yang dicampurkan
jenis tanaman yang lain dan ada juga yang dicampurkan dengan madu, gula,
garam atau kuning telur. Cara meracik atau mengolah tanaman obat menurut
informan di Kelurahan Kalipuro-Gombengsari dibagi menjadi dua bagian, yaitu
penggunaan spesies tunggal dan penggunaan secara komposit atau campuran dari
beberapa spesies dalam meracik obat. Adapun untuk penggunaan spesies tunggal
yang dilakukan oleh informan di tampilkan dalam (Tabel 4.3).

68
Tabel 4.3 Penggunaan spesies tunggal dalam proses pengobatan penyakit di Kelurahan Kalipuro-Gombengsari
Organ yang
Spesies Penyakit Cara Penggunaan
Digunakan

Ambil biji pala kemudian ditumbuk sampai menjadi bubuk, campurkan dengan air
Pala Biji Asam Lambung
hangat kemudian diminum

Sediakan daun salam secukupnya kemudia rebus dengan 1,5 gelas air sampai
Salam Daun Asam Urat dan Kolesterol
menjadi 1 gelas dan dinginkan, kemudian minum

Sakit gigi: olah bunga cengkeh menjadi minyak kemudian teteskan ke kapas dan
Cengkeh Bunga Sakit gigi dan Mual oleskan ke gigi yang sakit. Mual: rebus bunga cengkeh cengan 1 gelas air,
kemudian minum ketika sudah hangat

Obat diare, luka karena


Diare dan luka: daun jambu biji di rebus kemudian airnya digunakan untuk
Daun dan jatuh, diabetes mellitus
Jambu biji membersihkan luka. Air rebusan diminum menyembuhkan diare. DBD: Buah
buah dan demam berdarah
jambu biji olah menjadi jus dan minum
dengue (DBD)

Perut kembung dan


Ambil daun kayu putih secukupnya lalu dibersihkan kemudian haluskan dan
Kayu putih Daun menyembuhkan luka
oleskan kepada luka atau perut kembung
gores pada kulit
Mengatasi demam,
Kulit kayu pusing, sakit perut, sakit Sediakan beberapa kulit kayu manis kemudian direbus bisa di tambahkan gula pasir
Kayu Manis
bagian dalam pinggang, TBC, maag, seckupnya untuk pemanis. Setelah tersaji diminum 2 kali sehari pagi dan sore
lambung, cacar

69
Organ yang
Spesies Penyakit Cara Penggunaan
Digunakan

batuk dan darah tinggi: dibuat minuman dengan cara ambil beberapa lembar daun
Buah dan
Alpukat Batuk, darah tinggi alpukat kemudian rebus dan dinginkan. Menjaga kesehatan mata: bisa rutin
daun
meminum jus alpukat

sakit lambung dan kepala: sediakan lada, cengkeh, pala dan kayu manis
Lambung dan sakit
Lada Buah secukupnya kemudian tumbuk semua bahan tersebut sampai halus kemudian rebus.
kepala
Angkat dan saring, minum selagi hangat.

Menguatkan gigi, bau


Mata merah & obat kurap: ambil daun sirih secukupnya masukkan kedalam kain
badan tak sedap, mata
bersih, tumbuk haluskan airnya digunakan menyembuhkan mata merah, hasil
merah, alergi, sakit
tumbukan daun sirih bisa dijadikan obat kurap. Menguatkan gigi: daun sirih satu
Sirih Daun lambung, menambah
lembar kemudian dikunyah. Bau badan, alergi, sakit lambung, bau mulut: ambil
nafsu makan,
dan sirih seckupnya kemudian rebus. Minum air rebusan bisa ditambah madu atau
menghilangkan bau mulut
gula merah sebagai pemanis.
dan obat kurap kulit
Gangguan kemih, sakit perut dan asam urat: ambil daun sirih cina secukupnya
Gangguan kemih, sakit
Sirih cina Daun kemudian rebus sampai mendidih. Angkat lalu saring dan pindahkan ke gelas
perut, asam urat
tambahkan madu secukupnya. Minum selagi hangat.
Sakit gigi: ambil daun cabai jawa secukupnya kemudian rebus kemudian
dinginkan dan gunakan berkumur. Biduran: tumbuk daun cabai jawa secukupnya
Mengobati batuk, asam dan oleskan. batuk, tekanan darah rendah: ambil buah cabai jawa secukupnya,
Buah, daun
Cabai jamu/jawa urat, sakit gigi, tekanan tumbuk sampai halus kemudian tambahkan satu sendok makan madu, minum
dan akar
darah rendah, biduran selagi hangat. Asam urat: siapkan akar cabai jawa yang kering secukupnya,
kemudian rebus dengan 3 gelas air sampai menjadi 1 gelas. Minum sehari sekali
saat pagi hari.

70
Organ yang
Spesies Penyakit Cara Penggunaan
Digunakan
Obat batuk, bau tubuh,
Ambil 5 butir kapulaga kemudian cuci bersih dan rebus 2 gelas air sampai
Kapulaga Buah menurunkan tekanan
mendidih, kemudian saring dan dinginkan. Minum selagi hangat.
darah dan bau mulut

Sakit lambung dan meringankan peradangan perut dan sakit perut: ambil lengkuas
secukupnya lalu cuci bersih, kemudian tumbuk halus. Ambil airnya pindahkan ke
Sakit perut, sakit gelas dengan cara saring dengan kain bersih terakhir tambahkan madu. Minum dua
lambung, melancarkan hari sekali pagi dan sore. Melancarkan darah dan meringankan diare: Sediakan
darah, meringankan diare, lengkuas secukupnya lalu cuci bersih kemudian potong-potong halus, rebus dengan
Lengkuas Rimpang
mengobati panu, air 3 gelas sampai tersisa separuhnya, angkat dan saring. setelah dingin tambahkan
meringankan peradangan dengan gula aren atau madu. Minum dua kali sehari pagi dan sore. Mengobati
perut panu: ambil satu jari lengkuas lalu gosok-gosokkan ke permukaan yang kasar dan
olehkan kepada panu. kulit yang terkena panu harus di garuk sampai memerah
terlebih dahulu.

Kencing manis: sediakan temu ireng secukupnya kemudian haluskan kemudian


kencing manis, saring airnya dengan air besih terakhir tambahkan madu atau gula merah. Minum
Tenu ireng Rimpang memperbaiki nafsu dua kali sehari pagi dan sore. Menambah nafsu makan: iris-iris temu ireng yang
makan, sudah dicuci bersih, kemudian rebus dengan air sampai mendidih dan tambahkan
gula aren atau madu agar lebih nikmat. Minum pagi hari setelah sarapan.

71
Organ yang
Spesies Penyakit Cara Penggunaan
Digunakan

Melancarkan aliran darah: sediakan temu kuning secukupnya lalu cuci bersih, parut
rimpang temu kuning dan saring ke gelas dengan air bersih, tambahkan kuning
Melancarkan aliran darah telur ayam kampung dan madu lalu aduk merata. Minum pagi hari setelah sarapan.
Tenu kuning Rimpang dan memperbaiki nafsu Memperbaiki nafsu makan: ambil rimpang temu kuning dan kunyit secukupnya
makan lalu cuci bersih dan blender sampai halus, ambil airnya dengan cara saring dengan
kain bersih, lalu tambahkan air secukupnya. terakhir tambahkan madu untuk perasa
manis, minum pagi dan sore.

Melancarkan peredaran darah dan tumor: sediakan rimpang dan batang


kecombrang lalu cuci bersih dan potong kecil-kecil lalu rebus dengan air 2 gelas
sampai tersisa 1 gelas, angkat dan saring pindahkan ke gelas bersih minum selagi
Mengobati gatal-gatal, hangat, minum pagi hari setelah sarapan. Mengobati gatal-gatal: ambil batang
rimpang dan melancarkan peredaran kecombrang secukupnya lalu cuci bersih dan tumbuk sampai halus, kemudian
Kecombrang
batang darah, sakit perut dan tumbuk halus dan tambahkan dengan minyak kelapa secukupnya, lalu balurkan
tumor kepada kulit yang gatal. Melonggarkan saluran pernafasan: sediakan batang
kecombrang 3 jari lalu cuci bersih, kemudian rebus dengan air 2 gelas sampai
mendidih, angkat dan pindahkan ke gelas tunggu sampai hangat tambahkan madu
secukupnya, minum selagi hangat.

Peradangan dan gagal ginjal, obat saraf, mengatasi bau badan: ambil daun sukun
Peradangan, gagal ginjal, yang masih belum terkena sinar matahari secukupnya kemudian cuci bersih dan
Sukun Daun obat saraf, mengatasi bau rebus dengan 3 gelas air sampai tersisa setengahnya angkat dan saring, tunggu
badan dan sakit perut dingin dan minum. Sakit perut: ambil daun sukun yang segar sebelum terkena sinar
matahari kemudian cuci bersih, tumbuk halus dan balurkan kepada perut.

72
Organ yang
Spesies Penyakit Cara Penggunaan
Digunakan

Penyembuhan insomnia Insomnia dan cacingan: ambil daun putri malu secukupnya kemudian rebus dengan
Putri malu Daun
dan pencegahan cacingan air sampai mendidih angkat dan saring kemudian minum.

Mengobati batuk, Batuk dan sariawan: sediakan daging buah dan biji asam jawa yang sudah masak,
Daging buah, sariawan, sakit perut, kemudian rebus dengan air sampai mendidih tambahkan gula secukupnya, minum
Asam Jawa
daun dan biji mengobati panas anak selagi hangat. Obat panas anak kecil dan sakit perut: ambil daun asam jawa
kecil secukupnya kemudian tumbuk haluskan dan oleskan ke dahi atau perut yang sakit.

Mengatasi penyakit kulit


Luka : ambil daun lamtoro secukupnya kemudian kunyah dan balurkan kepada
(kulit kering, mudah
luka. Penyakit kulit: haluskan daun lamtoro secukupnya kemudian balurkan kepada
Lamtoro Daun terkelupas), mengatasi
kulit yang mengalami masalah. Mengatasi rambut rontok: air rebusan daun lamtoro
rambut rontok dan
yang di balurkan ke rambut bisa digunakan untuk mengatasi rambut rontok.
mengobati luka

Ambil kulit kayu secang secukupnya, kemudian besihkan dan rebus dengan air
Secang Kulit kayu Mengobati virus sampai menjadi merah. Bisa di tambahkan gula untuk menambah rasa manis,
minum saat hangat.
Ambil kulit batang pulai sebanyak 2 jari, dicuci bersih dan di potong-potong
kemudian rebus dengan 3 gelas air putih sampai tersisa separuhnya, dinginkan
Pulai Kulit kayu Kencing manis
kemudian minum, bisa di tambahkan gula untuk pemanis. Minum sekali sehari saat
pagi.

73
Organ yang
Spesies Penyakit Cara Penggunaan
Digunakan
Batuk: rebus bunga kamboja secukupnya setelah panas tunggu sampai hangat
meredakan batuk,
Kamboja Bunga kemudian minum secara berkala. Demam: ambil bunga kamboja secukupnya
mengurangi demam.
kemudian tumbuk sampai halus balurkan ke dahi untuk menurunkan panas

Kesehatan mata: dibuat jus sebagai minuman pagi hari menggunakan buah tomat
menguatkan tulang, bisa menjadi terapi mejaga kesehatan mata. Merawat kulit: sediakan buah tomat
Tomat Buah merawat kulit dan yang sudah direbus kemudian campur dengan putih telur ayam kampung bida
menjaga kesehatan mata dijadikan masker. Menguatkan tulang: rebus tomat setelah dingin bisa di makan
untuk menguatkan tulang

Menyehatkan jantung,
Dengan mengkonsumsi terong rebus untuk menjadi tambahan lauk untuk makan
mengurangi berat badan
Terong Buah sehari-hari bisa berkhasiat untuk menjadi terapi kesehatan. Seperti menyehatkan
dan membantu
jantung, mengurangi berat badan dan membantu melacarkan percernaan
melacarkan percernaan

Sakit pinggang: sediakan daun kecubung 5-10 lembar ditambahkan daun sirih 3
Kecubung Bunga Sakit pinggang
lembar kemudian tumbuk dihaluskan kemudian oleskan ke pinggang

Obat cacingan dan penurun demam: ambil akar ciplukan secukupnya kemudian
cuci bersih dan rebus menggunakan air 3 gelas sampai tersisa setengahnya.
Obat cacing, penurun
Kemudian minum saat hangat, bisa tambahkan gula untuk manawarkan rasa pahit.
Buah, daun demam, diabetes, susah
Ciplukan Susah BAK: ambil buah ciplukan yang sudah matang di pohon dan langsung
dan akar buang air kecil, maag dan
dimakan. Diabetes, maag dan lambung: ambil daun ciplukan secukupnya kemudian
lambung
cuci bersih lalu rebus dengan 3 gelas air sampai terisa gelas, saring kemudian
dinginkan dan minum.

74
Organ yang
Spesies Penyakit Cara Penggunaan
Digunakan
Sakit gigi: 1 butir jeruk nipis dan 1 saset kecap manis. peras jeruk nipis sampai
Daun dan mengobati sakit gigi, habis airnya kemudian tambahkan kecap manis, setelah itu di buat kumur.
Jeruk nipis
buah mengurangi stres Mengurangi stres: sediakan daun jeruk nipis secukupnya kemudian rebus dengan
air 2 gelas sampai menjadi 1 gelas kemudian minum setelah dingin

Flu: ambil 3 buah jeruk purut kemudian dibelah menjadi dua dan peras airnya.
Campur dengan 1 gelas air hangat dan minum. Bisa dicampurkan gula secukupnya
Daun dan
Jeruk purut Mengobati stres dan flu agar ada rasa manis tambahan. Mengobati stres: sediakan 7 lembar daun jeruk
buah
purut kemudian cuci bersih dan hirup aromanya perlahan, agar lebih maksimal
diolah menjadi minyak.
Tahi kotong atau tahi Sakit mata: ambil bunga tahi kotok kemudian tumbuk menggunakan kain bersih.
Bunga Sakit mata
ayam Setelah halus teteskan ainya ke mata yang sakit.
Mengatasi bau badan dan penambah nafsu makan: ambil daun beluntas 10-15
Mengatasi bau badan dan
Beluntas Daun lembar lalu cuci bersih dengan air mengalir dan rebus dengan air sampai mendidih,
penambah nafsu makan
dinginkan kemudian diseduh. Minum 1 hari sekali

Luka kulit dan memar: ambil daun bandotan secukupnya cuci beresih kemudian
tumbuk haluskan dan oleskan kepada kulit yang luka atau memar. rematik:
Luka kulit, memar dan
Bandotan Daun sediakan daun bandotan secukupnya dan cuci bersih dan rebus dengan air sampai
mengatasi rematik
mendidih, saring kemudian tambahkan dengan gula aren agar lebih nikmat. Minum
pagi hari setelah sarapan.

Asam urat: ambil 5 lembar daun pecah beling lalu cuci bersih dan potong kecil-
Pecah Beling Daun Asam urat kecil dan rebus dengan 3 gelas air sampai tersisa setengahnya. Angkat dan saring
airnya dinginkan lalu minum.

75
Organ yang
Spesies Penyakit Cara Penggunaan
Digunakan

Menjaga kesehatan Bisul: sediakan daun bayam secukupnya kemudian ditumbuk halus dan dioleskan
tulang, menyehatkan pada bagian yang sakit. Kesehatan tulang, menyehatkan mata, menjaga pecernaan:
daun,batang mata, susah buang air ambil daun bayam secukupnya kemudian olah menjadi sayuran bisa dengan cara
Bayam
dan akar kecil, menambah ditumis. Konsumsi secara rutin setiap hari. Susah buang air kecil: sediakan akar
produksi ASI, menjaga bayam dengan bonggolnya lalu cuci bersih, rebus dengan 2 gelas gelas air sampai
perncernaan, bisul tersisa 1 gelas, saring dan dinginkan, kemudian minum.

Meningkatkan daya tahan tubuh: mengkonsumsi rebusan umbi singkong berkhasit


Meningkatkan daya tahan
Umbi dan meningkatkan daya tahan tubuh. Melancarkan peredaran darah: ambil daun
Singkong tubuh dan melancarkan
daun singkong yang masih muda kemudian rebus sampai lembek bisa di konsumsi
peredaran darah
menjadi lauk nasi untuk dimakan setiap hari.
Mimisan dan cacingan: ambil bunga ekor kucing atau acalipha 7-10 tangkai lalu
Bunga acalipha atau
Bunga Mimisan dan cacingan rebus dengan 5 gelas air sampai tersisa separuhnya, angkat, saring dan dinginkan,
ekor kucing
kemudian minum.

Membersihkan lambung: ambil 1-3 daun anting-anting kemudian kunyah sampai


Membersihkan lambung, halus dan telan. Diare: Ambil duan anting-anting secukupnya kemudian keringkan
Anting-anting Daun diare, merangsang dan rebus dengan 2 gelas air sampai tersisa 1 gelas, saring, dinginkan kemudian
pengeluaran air seni minum. Merangsang pengeluaran air seni: rebus daun anting-anting yang masih
segar secukupnya, kemudian saring dan dinginkan, minum pagi dan sore.

Luka: ambil daun jarak yang masih segar kemudian cuci bersih kemudian haluskan
dan tempelkan kepada kulit yang luka. Bisa juga dengan cara mengekstrak buah
Daun, buah
Jarak Sakit gigi dan luka jarak menjadi minyak dan oleskan kepada luka. Sakit gigi: ambil getah jarak
dan getah
kemudian oleskan kepada kapas dan tempelkan kepada gigi yang sakit. Perlu di
ketahui getah jarak ada rasa pahit.

76
Organ yang
Spesies Penyakit Cara Penggunaan
Digunakan
Sakit perut: sediakan daun patikan kebo secukupnya cuci bersih dan tumbuk halus
Patikan Kebo Daun Sakit peut
lalu oleskan kepada perut.

Panas: sediakan bawang 3 siung bersihkan kulitnya hingga bersih kemudian iris
jangan terlalu halus dan tambahkan minyak kelapa secukupnya dan oleskan ke
panas, luka dalam, dahi. Pilek: ambil 1 siung bawang merah kupas bersih dan hirup aromanya.
Bawang merah Umbi merawat kesehatan, pilek Merawat kesehatan dan luka dalam: mengkonsumsi bawang yang cukup bisa
dan sakit gigi menjaga kesehatan. oleh karenaya banyak masakan di campur dengan bawang
merah. Sakit gigi: ambil 1 siung bawang merah kupas bersih iris menjadi dua
kemudian tempelkan kepada gigi yang sakit

Jamu sehat, kencing Jamu sehat, darah tinggi, stroke, memperbesar pembuluh darah dan kecing manis:
manis, darah tinggi, ambil 1 buah mengkudu yang sudah masak kemudian haluskan bisa dengan
Mengkudu Buah
stroke, memperbesar ditumbuk atau di blender saring ambil airnya dan campurkan dengan madu
pembuluh darah secukupnya. Minum pagi hari setelah sarapan.
Bunga dan Memar: ambil daun soka secukupnya cuci bersih lalu tumbuk halus oleskan kepada
Soka Mengobati luka memar
daun kulit yang mengalami memar.
Perut kembung: ambil daun kasimbukan seperlunya lalu cuci bersih dan tumbuk
Kasimbukan/tut
Daun Mengatasi perut kembung halus kemudian oleskan ke perut. Pemakaian daun kasimbukan ini jarang dilakukan
entutan
karena bau daun yang kurang sedap.
Jamu sehat: sediakan bubuk kopi secukupnya kemudian tiriskan air panas dan aduk
Kopi Buah Jamu sehat merata, saring sampai tidak tersisa ampas dan tambahkan kuning telur ayam
kampung.
Daun dan Mengobati luka: ambil daun gambir 5-7 lebar lalu cuci bersih dan tumbuk haluskan
Gambir Mengobati luka
batang kemudain oleskan kepada kulit yang luka.

77
Organ yang
Spesies Penyakit Cara Penggunaan
Digunakan
Luka: sediakan daun jaaran secukupnya kemudian kunyah atau tumbuh sampai
Daun dan air
Jajaran atau ki kuda Mengobati mata dan luka halus dan balurkan kepada kulit yang luka. Mata: kupas batang pohon jajaran
batang
tunggu sampai ada air yang keluar kemudian teteskan kepada mata yang sakit

Kesehatan badan, panas,


luka dalam, asam urat, Menurunkan tekanan darah tinggi, asam urat, luka dalam, panas, kesehatan badan
Bawang putih Umbi merawat kesehatan, dan merawat kesehatan bawang putih 2 butir dikupuas kulitnya setelah bersih
menurunkan tekanan dikunyah halus kemudian telan, susul dengan minum air hangat 1 cangkir.
darah tinggi

Bengkak, luka dan bisul: ambil bunga lili secukupnya lalu cuci bersih dan tumbuk
Batuk, bengkak dan bisul, sampai halus kemudian balurkan kepada kulit yang bengkak atau terkena bisul.
Bunga lili Bunga amandel dan luka pada Batuk dan amandel: ambil daun lili kemudian keringkan lalu olah menjadi teh.
kulit Tambahkan dengan perasan jeruk nipis secukupnya dan madu. Minum saat masih
hangat pagi hari.

Mematangkan bisul: ambil buah serikaya yang masak dari pohon dan buang
bijinya tambahkan garam sedikit, oleskan pada bisul. Obat luka: ambil daun
Mematangkan bisul, obat
Buah dan serikaya secukupnya lalu cuci bersih dan rebus dengan air sampai mendidih,
Serikaya luka dan merawat sistem
daun tunggu sampai dingin gunakan untuk membasuh luka. Merawat percernaan:
perncernaan
sediakan daun serikaya secukupnya, cuci bersih dan tumbuk halus tambahkan
sedikit minyak kelapa dan oleskan pada perut.

Panas demam: ambil daun sirsak dan daun asam jawa secukupnya lalu cuci bersih
Ambeien dan sebagai kemudian tumbuk halus. Sebelum di oleskan ke dahi tambahkan dengan minyak
Daun dan
Sirsak obat penurun panas kelapa sedikit saja. Ambien: ambil buah sirsak yang sudah matang lalu sediakan
buah
demam badan kain bersih. Bersihkan bijinya kemudian saring daging buah sirsak saring sampai 1
gelas dan minum.

78
Organ yang
Spesies Penyakit Cara Penggunaan
Digunakan

Aroma terapi dan susah tidur: ambil bunga kenanga secukupnya dan cuci bersih.
Kemudian cium aroma bunga kenanga dengan perlahan atau bisa juga langsung
Aroma terapi, susah tidur dari tanamannya. Lebih terasa lagi manfaatnya saat dijadikan sebagai minyak.
Kenanga Bunga
dan mengobati malaria Malaria: ambil 3-5 bunga kenanga yang sudah kering. kemudian taruh dalam gelas
dan seduh dengan air panas lalu tutup rapat, tunggu sampai dingin. Minum ketika
pagi.

Meredakan bengkak: ambil daun andong 10 lembar dan cuci bersih, tambahkan
Meredakan bengkak,
garam secukupnya kemudian tumbuk sampai halus dan oleskan kepada kulit yang
Daun andong Daun mengobati TBC dan
bengkak. TBC dan nyeri lambung: rebus 5 helai daun andong 1 gelas hingga
mengobati nyeri lambung
mendidih, saring dan dinginkan. Minum pagi hari setelah sarapan.
Nyeri lambung, nyeri haid dan penawar racun: ambil daun suji 5-7 lembar lalu
Nyeri lambung, nyeri
Daun suji Daun rebus sampai air mendidih, angkat dan saring lalu pindahkan ke gelas bersih.
haid, dan penawar racun
Tambahkan dengan madu secukupnya. Minum selagi hangat pagi hari.
Menghentikan perdarahan Menghentikan pendarahan dan mengobati korengan: ambil bunga dan daun pagoda
Pagoda Bunga (hemostatis), mengobati secukupnya lalu cuci dengan air bersih lalu tumbuk halus dan oleskan kepada kulit
korengan yang terkena koreng atau terluka.
Melancarkan aliran darah, Melancarkan aliran darah dan menjaga kesehatan jantung: ambil daun kemangi
Kemangi Daun menjaga kesehatan secukupnya, cuci bersih dan rebus dengan 3 gelas air sampai tersisa separuhnya,
jantung tiriskan dan saring tunggu sampai hangat dan seduh.

79
Organ yang
Spesies Penyakit Cara Penggunaan
Digunakan

Melancarkan ASI: ambil daun katuk secukupnya lalu diolah menjadi sayur (lalap)
atau bisa dibuat sayur bening kemudian konsumsi untuk makanan sehari-hari.
Penyembuhan demam,
Demam dan bisul: sediakan daun katuk secukupnya lalu cuci bersih dan tumbuk
Daun katuk Daun pembersih darah, bisul
halus dan oleskan ke dahi saat demam dan oleskan kepada kulit yang kena bisul.
dan pelancar ASI
Pembersih darah: ambil daun katuk kurang lebih 13 lembar kemudian rebus dengan
air 3 gelas sampai tersisa setengahnya, saring dan dinginkan, kemudian seduh.

Obat batuk dan gatal-gatal: sediakan daun binahong 7-10 lembar dan cuci bersih.
Obat batuk, pengobatan Kemudian rebus dengan air bersih 2 gelas sampai mendidih, diamkan sampai
Binahong Daun gatal-gatal pada kulit dan tersisa 1 gelas. Saring kemudian munim saat hangat. Luka kulit: ambil daun
luka pada kulit binahong secukupnya kemudian cuci bersih dan tumbuk sampai halus dan balurkan
kepada kulit yang luka.

Mengobati jerawat,
perawatan kulit, Sediakan daun lidah buaya secukupnya dan buang kulitnya cukup diambil
Lidah buaya Daun perawatan rambut, dan dagingnya kemudian taruh dalam wadah yang bersih lalu oleskan kepada kulit atau
pelembab kulit dalam rambut untuk perawatan kulit dan rambut.
menjaga kecantikan

Obat penenang dan menurunkan kolesterol: ambil daun pandan cukup satu helai.
Kemudian bersihkan dengan air dan potong kecil-kecil dan rebus air satu gelas
Sebagai obat penenang,
cukup 2 menit sampai mendidih lalu seduh. Saring daun pandan dan pindahkan ke
menurunkan kolesterol,
gelas dan tambahkan madu, minum ketika masih hangat. Menurunkan tekanan
Pandan wangi Daun menurunkan tenakan
darah tinggi dan stamina laki-laki: ambil 3 helai daun pandan lalu cuci bersih dan
darah tinggi dan stamina
potong kecil-kecil lalu rebus dengan 4 gelas air sampai tersisa 2 gelas, angkat dan
laki2
saring lalu pidahkan ke gelas tunggu sampai hangat dan tambahkan madu
secukupnya. Minum selagi hangat pagi hari.

80
Organ yang
Spesies Penyakit Cara Penggunaan
Digunakan
Obat reumatik,
Reumatik, mencegah diabetes, meningkatkan jumlah ASI dan menjaga kesehatan
mencegah diabetes,
otak: sediakan daun kelor secukupnya kemudian cuci bersih dan rebus dengan air
Kelor Daun meningkatkan jumlah
secukupnya, angkat dan saring airnya tunggu sampai hangat lalu minum. Daun
ASI dan menjaga
rebusannya juga bisa diolah menjadi sayuran untuk hidangan makan.
kesehatan otak
Menghentikan pendarahan, penurun panas, menyembuhkan luka, obat sakit perut:
Mengobati asma,
ambil daun semanggi gunung secukupnya lalu cuci bersih, kemudian tumbuk halus
menghentikan
dan tambahkan dengan minyak kelapa dan oleskan kepada luka dan perut untuk
pendarahan, batuk,
Semanggi gunung Daun meredakan nyeri. Mengobati asma, sakit perut, batuk: sediakan daun semanggi
penurun panas, obat sakit
gunung secukupnya, cuci bersih dan rebus dengan air cukup 5 menit angkat dan
perut, menyembuhkan
saring lalu pindahkan ke gelas, lalu tambahkan madu secukupnya, seduh saat masih
luka
hangat.

Sakit gigi: ambil buah belimbing wuluh cuci bersih dengan air kemudian kunyah.
Jerawat: sediakan buah belimbing wuluh yang masih segar lalu tumbuk halus dan
Mengobati sakit gigi,
Belimbing wuluh Buah peras airnya dengan kain bersih, oleskan kepada jerawat dan sisanya minum. Panu:
pengobatan jerawat, panu
sediakan 1 buah belimbing wuluh yang sudah matang dan tumbuk halus, dan
oleskan kepada panu yang sudah di garuk sebelumnya.

Radang tenggorokan: sediakan buah belimbing manis secukupnya kemudian


Radang tenggorkan,
haluskan menggunakan blender kemudian saring. Minum airnya rutin setiap hari
menurunkan kadar gula
Belimbing manis Buah sampai sembuh. Menurunkan kadar gula diabetes dan memperkuat tulang: ambil
diabetes dan memperkuat
buah belimbing manis yang sudah matang di pohon kemudian bersihkan dengan air
tulang
sampai bersih dan langsung di konsumsi

Menjaga kebugaran, Menjaga kebugaran, menjaga kesehatan tulang dan diabetes: ambil akar tanaman
Alang-alang Akar menjaga kesehatan tulang alang-alang secukupnya kemudian rebus sampai mendidih dan saring tunggu
dan diabetes sampai hangat kemudian minum.

81
Organ yang
Spesies Penyakit Cara Penggunaan
Digunakan
Menetralkan racun dan Menetralkan racun dan melancarkan pencernaan: ambil kelapa muda yang masih
Kelapa Buah
melancarkan pencernaan segar dan ambil airnya kemudian minum
Kencing manis: ambil daun tahi ayam secukupnya dan cuci bersih, lalu rebus
Tahi ayam Daun Kencing manis kering
dengan 2 gelas air sampai tersisa satu gelas, saring dan seduh saat hangat.
Sakit perut: ambil biji jintan hitam secukupnya lalu rebus sampai mendidih.
Tunggu sampai dingin dan tumbuk halus kemudian urapkan kepada perut. Diabetes
Sakit perut, diabetes,
Jintan Hitam Biji dan masalah percernaan: sediakan biji jintan hitam secukupnya rebus dengan air
masalah pencernaan
sampai mendidih, tunggu sampai hangat kemudian angkat dan saring pindahkan ke
gelas sebelum diminum tambahkan madu secukupnya.

Menghilangkan nyeri,
mengurangi
Menghilangkan nyeri, mengurangi pembengkakan dan memperlancar peredaran
Adas Buah pembengkakan dan
darah: sediakan 3 buah yang sudah kering kemudian kunyah.
melancarkan peredaran
darah

Hipertensi dan rematik: ambil daun dan batang seledri sebanyak 2 genggam tangan.
Bermanfaat bagi Cuci bersih dan potong kecil-kecil kemudian rebus dalam 2 gelas air sampai tersisa
Daun dan penderita hipertensi, 1 gelas. Dinginkan kemudian saring sampai tidak tersisa ampas. Minum saat masih
Seledri
batang rematik dan mengobati hangat. Batuk: sediakan daun dan batang seledri secukupnya kemudian rebus
batuk dengan 2 gelas air sampai tersisa 1 gelas, saring tunggu sampai hangat tambahkan
madu secukupnya. Seduh selagi hangat.

Pilek, gatal-gatal, cacar, TBC, maag dan lambung: ambil daun pegagan secukupnya
Pilek, gatal-gatal, cacar,
Pegagan Daun kemudian rebus dengan air yang mendidih dengan 3 gelas air sampai tersisa 1,5
TBC, maag, lambung
gelas air dan seduh setelah hangat.

82
Organ yang
Spesies Penyakit Cara Penggunaan
Digunakan
Menurunkan berat badan, menurunkan darah tinggi dan memperkuat tulang:
Menurunkan berat badan,
sediakan timun yang segar potong ujung batang kemudian kupas bersih kulitnya.
Timun Buah menurunkan darah tinggi
Blender timun dan saring airnya dengan kain bersih lalu tambahkan gula, madu dan
dan memperkuat tulang
garam secukupnya dan minum.

menjaga kesehatan
Menjaga kesehatan jantung, menjaga gula darah, menjaga kehamilan dan
jantung, menjaga gula
Labu siam Buah antikanker: sediakan labu siam 3-5 buah, cuci bersih dan iris-iris kemudian rebus
darah, menjaga
dengan air untuk diminum. Bisa dijadikan sayur saat makan.
kehamilan dan antikanker

Memperbaiki sistem pencernaan: mengkonsumsi buah manggis yang sudah matang


Memperbaiki sistem
Buah dan mampu untuk menjaga sistem percernaan. Menjaga kesehatan kulit: ambil kulit
Manggis pencernaan dan menjaga
kulit manggis yang sudah masak secukupnya dan cuci bersih, kemudian blender lalu
kesehatan kulit
balurkan kepada kulit tunggu 15 menit dan bilas dengan air bersih
Meningkatkan kesehatan pencernaan: ambil 1 buah delima yang sudah masak
Delima Buah Obat kurap kulit
kemudian kupas makan isinya untuk meningkatkan kesehatan percernaan.
Melancarkan BAB: ambil buah pepaya yang sudah matang pisahkan kulitnya lalu
Pepaya Buah Melancarkan BAB
cuci bersih. Mengkonsumsi secara rutin dapat melancarkan BAB.
Sakit perut, lambung, Sakit perut, lambung dan mencegah kolesterol: ambil pisang yang masak di
Pisang Buah
mencegah kolesterol pohonnya, tidak boleh di simpan. Langsung dimakan atau dibakar juga bisa.
Mencegah mual: mengkomsumsi buah nanas matang secukupnya dapat mencegah
mual. Menjaga kesehatan kulit: ambil buah nanas yang sudah masak haluskan
Nanas Buah Gagal ginjal
dengan cara di blender dan saring dengan kain bersih. Setelah di saring pidahkan ke
mangkok tambahkan madu oleskan ke kulit.

83
Organ yang
Spesies Penyakit Cara Penggunaan
Digunakan
Perut kembung, Perut kembung: ambil bunga kantil 10-15 lembar kemudian cuci bersih dan tumbuk
membantu mengobati halus, tambahkan dengan minyak kelapa dan balurkan kepada perut yang kembung.
Kantil Bunga masalah keputihan, Keputihan dan mengobati batuk: sediakan bunga kantil yang sudah di cuci bersih
membantu mengobati sebanyak 5-7 lembar, kemudian rebus air sampai mendidih dan masukkan bunga
batuk kantil cukup 2 menit saja. saring dan dinginkan kemudian minum.

Menghilangkan jerawat: ambil 5-9 bunga mawar dan bersihkan dengan air,
Terapi kecantikan, kemudian haluskan oleskan kepada jerawat, tunggu sampai 10 menit lalu bilas
menghilangkan jerawat dengan air hangat. Terapi kecantikan dan merawat kulit: ambil bunga mawar
Mawar Bunga wajah, merawat kulit dan secukupnya lalu haluskan dan tambahkan dengan minyak zaitun kemudian oleskan
menjaga kesehatan kepada kulit. Menjaga kesehatan rambut: ambil 15-20 bunga mawar kemudian
rambut rebus dengan 3 gelas air bersih sampai mendidih tunggu sampai dingin, lalu
tambahkan minyak zaitun secukupnya kemudian bilas rambut.

Aroma terapi, Aroma terapi: ambil bunga melati secukupnya kemudian cium aroma bunga melati
menurunkan berat badan, secara perlahan dapat memberikan efek menangkan. Menurunkan berat badan,
Melati Bunga mencegah kolesterol, memperkecil resiko kolesterol dan diabetes: ambil 20 bunga melati yang sudah
memperkecil resiko mekar dan rebus dengan 3 gelas air sampai tersisa 2 gelas. tunggu sampai dingin
diabetes. saring dan ambil airnya kemudian minum.

Melawan kanker: sediakan daun benalu mangga sekitar 40 gr kemudian rebus


Benalu mangga Daun Melawan kanker dengan 3 gelas air sampai tersisa setengahnya kemudian angkat dan saring. Minum
sehari 2 kali sehari
Tanaman obat banyak digunakan masyarakat menengah kebawah karena memiliki beberapa keunggulan. Pertama, efek samping
pada obat tradisional relatif lebih kecil apabila secara benar dan tepat. Seperti takaran yang benar, waktu penggunaan, cara penggunaan,
ketetapan pemilihan bahan dan ketetapan pemilihan obat. Kedua, adanya efek ikomplementer dan sinergisme dalam ramuan obat. Dalam

84
pembuatan ramuan obat tradisional umumnya juga terdiri dari beberapa jenis tanaman obat yang memiliki efek saling mendukung satu
sama lain untuk mencapai efektifitas pengobatan. Ketiga, obat tradisional lebih sesuai untuk mengobati penyakit-penyakit metabolik dan
edegenratif (Kariman, 2014). Cara meracik atau mengolah tanaman obat dalam mengatasi beragam penyakit di Kelurahan Kalipuro-
Gombengsari juga dilakukan dengan cara mencampurkan dengan tanaman yang lain seperti yang ditampilkan pada (Tabel 4.4).
Tabel 4.4 Penggunaan spesies komposit dalam proses pengobatan penyakit di Kelurahan Kalipuro-Gombengsari
Organ yang
Spesies Penyakit Cara Penggunaan
Digunakan
Kencing manis: ambil kulit batang pohon jamblang 4 jari, daun johar, temu
lawak dan temu kuning 1 jari, buah pinang. Kulit jamblang ditumbuk
Kulit kayu bagian kemudian di rebus dengan temu ireng dan temu lawak yang sudah diiris
Jamblang Kencing manis
dalam halus, masukkan lagi daun johar dan buah pinang, setelah mendidih
diamkan sampai dingin dan saring, kemudian minum. Tidak boleh untuk
orang yang sakit lambung.
Sakit pinggang, keputihan, obat sakit sebadan, merawat kesehatan dan
memulihkan tenaga: sediakan jahe, kunyit, temu lawak, temu ireng, bangle,
kunci, lempuyang, kencur, lengkuas, temu kuning dan jeringau secukupnya,
Masuk angin, asma,
lalu cuci bersih semua bahan kemudian parut dan rebus dengan air sampai
sakit pinggang,
mendidih. Minum sehari dua kali pagi dan sore. Jamu ini juga dikenal
keputihan, stamina
dengan sebutan racikan sewu. Stamina laki-laki: bubuk kopi, jahe dan
Jahe Rimpang laki-laki, obat sakit
pandan secukupnya. Rebus jahe yang sudah di tumbuk lalu tambahkan daun
sebadan, merawat
pandan setelah mendidih pindahkan ke gelas yang sudah berisi bubuk kopi
kesehatan,
dan tambahkan madu, minum selagi hangat. masuk angin dan asma:
memulihkan tenaga
sediakan jahe dan kayu manis secukupnya, potong kecil-lecil jahe yang
sudah bersih rebus dengan air hingga mendidih, lalu pindahkan ke gelas.
Agar lebih nikmat bisa ditambahkan jaruk nipis. Minum selagi hangat.

85
Organ yang
Spesies Penyakit Cara Penggunaan
Digunakan
perawatan setelah lahiran, sakit perut, obat saraf menghilangkan bau badan,
obat sakit sebadan, merawat kesehatan dan memulihkan tenaga: sediakan
jahe, kunyit, temu lawak, bangle, kunci, lempuyang, kencur, lengkuas, temu
Perawatan setelah
kuning dan jeringau secukupnya, lalu cuci bersih semua bahan kemudian
lahiran, sakit perut,
parut dan rebus dengan air sampai mendidih. Minum sehari dua kali pagi
menghilangkan bau
dan sore. Jamu ini juga dikenal dengan istilah recikan sewu. kanker:
badan, lambung,
sediakan kunyit dan temu mangga secukupnya dengan syarat disaat panen
kanker, obat sakit
Kunyit Rimpang saat berumur 9 bulan dan ketika panen tidak boleh terpapar sinar matahari.
sebadan, merawat
Setelah dicuci bersih diblender sampai halus kemudian saring dengan kain
kesehatan, obat saraf,
bersih dan tambahkan madu, kemudian minum sehari sekali saat pagi secara
sakit diare, batuk,
rutin. gatal: ambil kunyit secukupnya kemudian tumbuk halus dan oleskan
gatal, memulihkan
ke kulit yang gatal. lambung, batuk dan diare: sediakan kunyit secukupnya
tenaga
dan cuci bersih, kemudian tumbuk halus dan rebus dengan air sampai
mendidih. saring pidahkan ke gelas, bisa ditambah madu atau gula aren agar
lebih nikmat. Minum saat hangat.
Obat dakit sebadan, merawat kesehatan dan sakit perut: sediakan jahe,
kunyit, temu lawak, bangle, kunci, lempuyang, kencur, lengkuas, temu
Sakit perut, lambung, kuning dan jeringau secukupnya, lalu cuci bersih semua bahan kemudian
kencing manis, obat parut dan rebus dengan air sampai mendidih. Minum sehari dua kali pagi
Temu lawak Rimpang
sakit sebadan, dan sore, jamu ini juga dikenal dengan istilah recikan sewu. Lambung dan
merawat kesehatan kencing manis: sedikan temu lawak secukupnya lalu cuci bersih kemudian
tumbuk halus dan saring menggunakan kain yang bersih, tambahkan madu
atau gula aren agar lebih nikmat

86
Organ yang
Spesies Penyakit Cara Penggunaan
Digunakan
Perawatan setelah lahiran, obat sakit sebadan dan memulihkan tenaga:
Perawatan setelah
sediakan jahe, kunyit, temu lawak, bangle, kunci, lempuyang, kencur,
lahiran, obat sakit
Bangle atau Bonglai Rimpang lengkuas, temu kuning dan jeringau secukupnya, lalu cuci bersih semua
sebadan dan
bahan kemudian parut dan rebus dengan air sampai mendidih. Minum sehari
memulihkan tenaga
dua kali pagi dan sore, jamu ini juga dikenal dengan istilah recikan sewu.
Perawatan setelah lahiran dan obat sakit sebadan: sediakan jahe, kunyit,
temu lawak, bangle, kunci, lempuyang, kencur, lengkuas, temu kuning dan
jeringau secukupnya, lalu cuci bersih semua bahan kemudian parut dan
Perawatan setelah rebus dengan air sampai mendidih. Minum sehari dua kali pagi dan sore,
Lempuyang Rimpang lahiran, lambung luka jamu ini juga dikenal dengan istilah recikan sewu. Lambung luka: sediakan
dan obat sakit sebadan kunyit, telur ayam kampung, lempuyang dan madu. kunyit dan lempuyang
yang sudah dicuci bersih di tumbuk halus diperas airnya ke gelas,
tambahkan kuning telur ayam kampung terakhir tambahkan madu
secukupnya. Minum dua kali sehari pagi dan sore.
Merawat kesehatan dan sakit sebadan: sediakan jahe, kunyit, temu lawak,
temu ireng, bangle, kunci, lempuyang, kencur, lengkuas, temu kuning dan
Merawat kesehatan
Kencur Rimpang jeringau secukupnya, lalu cuci bersih semua bahan kemudian parut dan
dan sakit sebadan
rebus dengan air sampai mendidih. Minum sehari dua kali pagi dan sore,
jamu ini juga dikenal dengan istilah recikan sewu.
Kanker: sediakan kunyit putih dan temu mangga secukupnya dengan syarat
disaat panen saat berumur 9 bulan dan ketika panen tidak boleh terpapar
Temu mangga Rimpang Kanker sinar matahari. Setelah dicuci bersih diblender sampai halus kemudian
saring dengan kain bersih dan tambahkan madu. Minum sehari sekali saat
pagi hari setelah sarapan.

87
Organ yang
Spesies Penyakit Cara Penggunaan
Digunakan

Perawatan setelah
Perawatan setelah lahiran, sakit perut, obat sakit sebadan, merawat
lahiran, obat batuk,
kesehatan, memulihkan tenaga dan sakit pinggang: sediakan jahe, kunyit,
gatal, sakit perut, obat
temu lawak, temu ireng, bangle, kunci, lempuyang, kencur, lengkuas, temu
Kunci Rimpang sakit sebadan,
kuning dan jeringau secukupnya, lalu cuci bersih semua bahan kemudian
merawat kesehatan,
parut dan rebus dengan air sampai mendidih. Minum sehari dua kali pagi
memulihkan tenaga
dan sore, jamu ini juga dikenal dengan istilah recikan sewu.
dan sakit pinggang

Perawatan setelah lahiran, merawat kesehatan dan sakit sebadan: sediakan


perawatan setelah
jahe, kunyit, temu lawak, temu ireng, bangle, kunci, lempuyang, kencur,
lahiran, merawat
Lengkuas Rimpang lengkuas, temu kuning dan jeringau secukupnya, lalu cuci bersih semua
kesehatan, sakit
bahan kemudian parut dan rebus dengan air sampai mendidih. Minum sehari
sebadan
dua kali pagi dan sore, jamu ini juga dikenal dengan istilah recikan sewu.

Perwatan setelah Perawatan setelah lahiran, obat sakit sebadan, merawat kesehatan, kurang
lahiran, obat sakit enak badan dan memulihkan tenaga: sediakan jahe, kunyit, temu lawak,
sebadan, merawat temu ireng, bangle, kunci, lempuyang, kencur, lengkuas, temu kuning dan
Temu ireng Rimpang
kesehatan, kurang jeringau secukupnya, lalu cuci bersih semua bahan kemudian parut dan
enak badan dan rebus dengan air sampai mendidih. Minum sehari dua kali pagi dan sore,
memulihkan tenaga jamu ini juga dikenal dengan istilah recikan sewu

Perawatan setelah Perawatan setelah lahiran, obat sakit sebadan, merawat kesehatan, kurang
lahiran, obat sakit enak badan dan memulihkan tenaga: sediakan jahe, kunyit, temu lawak,
sebadan, merawat temu ireng, bangle, kunci, lempuyang, kencur, lengkuas, temu kuning dan
Temu Kuning Rimpang
kesehatan, kurang jeringau secukupnya, lalu cuci bersih semua bahan kemudian parut dan
enak badan dan rebus dengan air sampai mendidih. Minum sehari dua kali pagi dan sore,
memulihkan tenaga jamu ini juga dikenal dengan istilah recikan sewu.

88
Organ yang
Spesies Penyakit Cara Penggunaan
Digunakan
Pelancar haid dan mengatasi bau badan: sediakan asam jawa 3 biji, umbi
Daging buah dan Pelancar haid dan kunyit 1 jari tangan dan gula merah secukupnya. cuci bersih dan parut
Asam jawa
biji mengatasi bau badan kunyit, masukkan keadalam gelas bersama bahan yang lain dan tuangkan air
panas dan tutup rapat. Setelah minum perlahan.

Lambung belum luka: sediakan bawang putih, temu lawak dan kacang hijau
Mengobati lambung secukupnya. Bawang putih dan temu lawak diiris sampai tipis, kacang hijau
Kacang hijau Biji
yang belum luka di tumbuk sampai halus kemudian rebus semua bahas dengan dua gelas air
sampai menjadi satu gelas, saring dengan kain, minum saat hangat.
Diabetes: ambil kulit batang pohon jamblang 4 jari, daun johar, temu lawak
dan temu kuning 1 jari, buah pinang. Kulit jamblang ditumbuk kemudian di
rebus dengan temu ireng dan temu lawak yang sudah diiris halus, masukkan
Johar Daun Diabetes
daun johar dan buah pinang, setelah mendidih diamkan sampai dingin dan
saring, minum pagi hari setelah sarapan. Tidak boleh untuk orang yang sakit
lambung.
Usus buntu: 1 rimpang kunyit, 1 butir jeruk nipis, gula aren secukupnya dan
garam secukupnya. Kunyit diparut, jeruk nipisnya diperas kemudian
Jeruk nipis Buah Usus buntu
dicampur dengan bahan yang lain dan disedu dengan 1 gelas air panas lalu
disaring. Minum rutin pagi dan sore.

Sakit gigi: ambil bunga tahi kotok secukupnya dan 2 siung bawang putih
lalu cuci bersih. Rebus dengan air 2 gelas sampai tersisa 1 gelas angkat dan
Sakit gigi, radang saring lalu pindahkan ke gelas, minum selagi hangat. Radang tenggorokan
Tahi kotok Bunga tenggorokan dan perut dan perut kembung: sediakan bunga tahi kotok secukupnya, buah asam jawa
kembung. yang matang. Cuci semua bahan sampai bersih lalu rebus dengan air sampai
mendidih, angkat dan saring dan pindahkan ke gelas bersih lalu tambahkan
gula merah secukupnya minum selagi hangat.

89
Organ yang
Spesies Penyakit Cara Penggunaan
Digunakan
Ambiyen dan obat saraf: sediakan daun wungu 9 lembar dan jahe 1 jari. Iris
Ambiyen dan
Daun Wungu Daun tipis jahe kemudian rebus dengan 3 gelas air dan campurkan dengan daun
mengobati saraf
wungu yg sudah di cuci bersih sampai tersisa separuhnya.
Obat saraf dan mengatasi bau badan: ambil daun patikan kebo, kunyit, daun
obat saraf dan asam jawa secukupnya kemudian cuci bersih dan rebus dengan air 3 gelas
Patikan Kebo Daun
mengatasi bau badan sampai tersisa separuhnya dinginkan dan minum, bisa ditambah gula agar
ada pemanis.
Mual: sediakan 2 siung bawang merah kupas bersih kemudian rebus dengan
Bawang merah umbi Mual
biji adas, saring dan dinginkan. Minum pagi hari setelah sarapan.
Merawat kesehatan dan sakit sebadan: sediakan jahe, kunyit, temu lawak,
bangle, kunci, lempuyang, kencur, lengkuas, temu kuning dan jeringau
Keputihan, sakit
secukupnya, lalu cuci bersih semua bahan kemudian parut dan rebus dengan
lambung, merawat
Jeringau Rimpang air sampai mendidih. Dinginkan, minum pagi dan sore, jamu ini juga
kesehatan dan sakit
dikenal dengan sebutan racikan sewu. Keputihan dan sakit lambung: ambil
sebadan
jeringau secukupnya lalu cuci bersih dan tumbuk halus ambil airnya.
tambahkan gula merah lalu minum.
Kram betis atau kaki: sediakan bunga soka dan bunga mawar secukupnya
Mengobati kram pada
Soka bunga dan daun kemudian rebus sampai mendidih, saring dan dinginkan kemudian minum
betis
secara teratur.
Sakit pinggang, keputihan dan stamina laki-laki: sediakan kapulaga 1 jari,
Sakit pinggang,
jahe 1 jari, bubuk kopi, daun pandan dan 2 jari kayu manis. iris kapulaga
kopi buah keputihan dan stamina
dan jahe kemudian rebus ke air panas tambahkan bahan lain setelah
laki-laki
tercampur merata saring sampai tidak tersisa ampas dan seduh.
Menguatkan gigi: sediakan daun gambir, daun sirih yang sudah dicuci
Gambir Daun dan batang Menguatkan gigi bersih tambahkan isi buah pinang dan kapur secukupnya kemudian kunyah
sampai halus.

90
Organ yang
Spesies Penyakit Cara Penggunaan
Digunakan
Lambung: sediakan bawang putih, temu lawak dan kacang hijau
secukupnya. Bawang putih dan temu lawak diiris sampai tipis, kacang hijau
Bawang putih Umbi Lambung di tumbuk sampai halus kemudian rebus semua bahan dengan dua gelas air
sampai menjadi satu gelas, saring dengan kain. Minum pagi hari setelah
sarapan.
Asam urat dan pereda demam: sediakan daun meniran secukupnya, jahe 1
ruas jari, cengkeh 4 butir, kayu manis 1 ruas jari dan gula merah. Cuci
Asam urat dan pereda
Meniran Daun semua bahan sampai bersih, rebus semua bahan dalam 4 gelas hingga
deman
mendidih sampai tersisa 2 gelas. Angkat, saring kemudian dinginkan.
Minum selagi hangat di waktu pagi.
Mengatasi bau badan dan menambah nafsu makan: sediakan ketumbar
Mengatasi bau badan, setengah sendok makan, daun sirih, beluntas secukupnya. Rebus daun sirih,
Wahong Daun menambah nafsu ketumbar, daun beluntas dan daun wahong sampai 3 menit lalu tambahkan
makan setengah sendok makan secukupnya. Saring dan tunggu sampai hangat,
minum pagi hari setelah sarapan.
Sariawan: ambil 3-5 lembar daun kemangi yang sudah kering, sediakan
jeruk nipis dan madu. Masukkan daun kemangi kering kedalam gelas lalu
Kemangi Daun Sariawan
seduh dengan air hangat, kemudian tambahkan perasan jeruk nipis
secukupnya dan madu.
Mengatasi kulit kering dan sariawan: ambil daun kelor satu mangkuk, jeruk
nipis 1 buah dan madu. cuci bersih semua bahan, lalu blender daun kelor
Mengatasi kulit kering
Kelor Daun dengan air hangat. Saring dan pindahkan ke gelas lalu tambahkan madu
dan sariawan
secukupnya dan tambahkan air perasan jeruk nipis agar lebih segar, seduh
ketika masih hangat.
Memperbaiki Memperbaiki sistem pencernaan dan stres: sediakan serai wangi 1 batang, 1
kesehatan sistem jari jahe, 1 buah jeruk nipis dan gula merah. Cuci bersih semua bahan
Serai wangi daun
pencernakan. kemudian rebus air 1 gelas. Tumbuk serai wangi dan jahe kemudian
penyakit-penyakit masukkan ke dalam gelas, kemudian tiriskan air yang sudah mendidih,

91
Organ yang
Spesies Penyakit Cara Penggunaan
Digunakan
tambahkan gula merah secukupnya dan terakhir berikan perasan jeruk agar
terkait stress
lebih segar. Seduh saat masih hangat.
Memperbaiki pencernaan, menurunkan berat badan dan mencegah deabetes:
dengan memakan buah siwalan secara rutin dapat memperbaiki masalah
Percernaan,
kesehatan tersebut. Bisa juga diolah menjadi jus dengan cara sediakan 3-5
menurunkkan berat
Siwalan Buah buah siwalan yang sudah di potong kecil-kecil dan masukkan kedalam
badan, mencegah
gelas, kemudian tambahkan air, susu, es batu. kemudian campur semua
deabetes
bahan dan aduk merata, terakhir tambahkan potongan daun pandan agar
lebih wangi.
Menambah sistem kekebalan tubuh dan diabetes: sediakan gingseng 1 jari,
kayu manis secukupnya dan madu. Bersihkan semua bahan dengan air
Menambah sistem bersih dan potong-potong gingseng, kemudian rebus air 1 gelas sampai
Gingseng Akar kekebalan tubuh dan mendidih dan masukkan gingseng dan kayu manis kedalam air yang
diabetes mendidih. setelah 3 menit angkat dan pindahkan kedalam gelas dan
tambahkan madu secukupnya. Seduh saat masih hangat di pagi hari hari
setelah sarapan.
TBC dan melancarkan BAB: ambil buah aren yang sudah matang di pohong
dan kunyit 1 jari. Ambil buah aren pisahkan dari kulitnya dan iris kunyit lalu
Obat tuberkulosis,
rebus dengan air sampai mendidih. Angkat dan saring lalu pindahkan ke
demam, sakit perut,
Enau/legen/Aren Buah gelas bersih, tambahkan gula aren secukupnya, seduh saat masih hangat.
wasir, dan dapat
Demam, sakit perut dan wasir: gula aren secukupnya dan buah asam jawa.
melancarkan air besar
Rebus buah asam jawa sampai mendidih lalu angkat dan pindahkan ke gelas
bersih dan tambahkan dengan gula aren secukupnya. Seduh selagi hangat.

92
Organ yang
Spesies Penyakit Cara Penggunaan
Digunakan
Menguatkan gigi: sediakan daun gambir, daun sirih yang sudah dicuci
bersih, tambahkan isi buah pinang dan kapur secukupnya kemudian kunyah
sampai halus. Kencing manis: ambil kulit batang pohon jamblang 4 jari,
Menguatkan gigi dan daun johar, temu lawak dan temu kuning 1 jari, buah pinang. Kulit jamblang
Pinang Buah
kencing manis ditumbuk kemudian di rebus dengan temu ireng dan temu lawak yang sudah
diiris halus, masukkan lagi daun johar dan buah pinang, setelah mendidih
diamkan sampai dingin dan saring. Minum selagi hangat pagi hari setelah
sarapan. Tidak boleh untuk orang yang sakit lambung.
Mengatasi bau badan dan menambah nafsu makan: sediakan ketumbar
Mengatasi bau badan, setengah sendok makan, daun sirih dan beluntas secukupnya. Rebus daun
Ketumbar Biji menambah nafsu sirih sampai 3 menit lalu tambahkan setengah sendok makan ketumbar,
makan daun beluntas dan daun wahong secukupnya. Saring dan seduh selagi
hangat.
Pengobatan diabetes, Pengobatan diabetes, menurunkan berat badan, dan meningkatkan sistem
menurunkan berat kekebalan tubuh: sediakan satu buah pare dan wortel lalu kupas dan cuci
Pare Buah badan, dan bersih dengan air bersih. Kemudian masukkan semua bahan kedalam
meningkatkan sistem blender tambahkan air dan garam secukupnya, setelah halus saring kedalam
kekebalan tubuh gelas agar lebih segar tambahkan jeruk nipis, kemudian minum.
Obat kurap: ambil daun pacar 3-5 lembar, daun kesambi, daun sirih dan
Delima Daun Obat kurap kulit daun delima secukupnya lalu cuci bersih dan tumbuk halus kemudian
oleskan kepada kulit
Malaria: ambil satu helai daun pepaya dan buah meniran. Potong kecil-kecil
Pepaya Buah Melancarkan BAB daun pepaya kemudian rebus dengan daun meniran 5 menit, angkat dan
saring tunggu sampai hangat san minum.
Gagal ginjal: ambil hati nanas dan pisang yang sudah masak, haluskan
Nanas Buah Gagal ginjal
bersamaan buah pisang lalu makan.

93
Organ yang
Spesies Penyakit Cara Penggunaan
Digunakan

Obat saraf, mengatasi bau badan: sediakan kunyit 1 jari, daun asam jawa,
daun patikan kebo dan pakis secukupnya kemudian cuci bersih. Iris kunyit
Obat saraf, mengatasi tipis-tipis dan rebus dengan air 3 gelas campurkan semua bahan tunggu
Pakis Daun
bau badan, sakit perut sampai 5 menit. Saring dan tunggu sampai dingin, kemudian minum. Sakit
perut: jahe 1 jari iris tipis-tipis, daun asam jawa, daun patikan kebo dan
pakis cuci berish kemudian tumbuk halus, oleskan kepada perut.
Obat kurap: ambil daun pacar 3-5 lembar, daun kesambi, daun sirih dan
Pacar Daun Obat kurap kulit daun delima secukupnya lalu cuci bersih dan tumbuk halus kemudian
oleskan kepada kulit.
Obat kurap: ambil daun pacar 3-5 lembar, daun kesambi, daun sirih dan
Kesambi Daun Obat kurap kulit daun delima secukupnya lalu cuci bersih dan tumbuk halus kemudian
oleskan kepada kulit.

94
Informan di Kelurahan Kalipuro-Gombengsari menggunakan atau
memanfaatkan tanaman obat dengan cara yang sangat beragam. Ada yang
menggunakan cara dikonsumsi secara langsung, direbus dengan air lalu diminum,
ditumbuk kemudian dioleskan, dikunyah sampai halus lalu di balurkan kepada
luka kulit, airnya di peras dan diteteskan kepada bagian yang sakit. Cara
penggunaanya menyesuaikan dengan penyakit yang akan diobati. Adapun cara
mengolah atau meracik ramuan dengan cara mencampurkan dengan tanaman yang
lain atau hanya terdiri dari satu (1) tanaman saja, ada juga yang ditambahkan
bahan lain seperti madu, garam, gula pasir, gula merah dan kuning telur.
Contoh ramuan untuk meredakan pilek dan demam. Bahan: a) 8 gram
bunga melati, b) 8 gram teh hijau, c) 6 gram kapulaga, d) 600 ml air, e) 1 sdm
madu. Cara meraciknya a) cuci bunga melati dan kapulaga, b) masukkan bunga
melati, kapulaga dan teh hijau dalam panci tanah liat, tambahkan air, c) rebus
semua bahan sampai mendidih, kecilkan api dan tunggu sampai air menyusut 1/3
nya, d) matikan api, biarkan sampai hangat lalu saring, e) tambahkan madu dan
minum 3x sehari sampai batuk dan pilek sembuh (Murtie, 2013).

4.2.1 Jenis Tanaman Obat yang Dimanfaatkan Oleh Informan di


Kelurahan Kalipuro-Gombengsari

Tanaman memiliki bagian-bagian yang terbilang beragam, diantaranya


adalah akar, batang, kulit, rimpang, daun, umbi, biji, buah, getah dan bunga. Dari
data yang didapatkan dari informan di Kelurahan Kalipuro-Gombengsari daun
menjadi bagian tanaman yang dimanfaatkan paling banyak diantara bagian
tanaman yang lain (Gambar 4.7). Daun merupakan bagain yang paling bnayak
dimanfaatkan oleh informan yaitu (62 spesies), diikuti dengan buah (35 spesies),
bunga (20 spesies), rimpang (14 spesies), biji (8 spesies), akar (7 spesies) dan
kulit kayu (6 spesies) (Gambar 4.8). Daun merupakan organ tumbuhan yang
paling familiar kepada masyarakat dan paling mudah untuk di peroleh, sehingga
menjadi bagian yang paling sering digunakan untuk bahan pengobatan tradisional.

96
Gambar 4.7 Bagian tanaman yang digunakan sebagai pengobatan tradisional oleh
masyarakat Kelurahan Kalipuro-Gombengsari

Menurut Johsns et al., (1990) menyatakan bahwa sebagian pemanfaatan


tumbuhan obat oleh manusia diadaptasi dari perilaku hewan herbivora. Pernyataan
yang lain juga disampaikan oleh Purba et al., (2016) bahwa etnis karo
memanfaatkan ekstrak rumput dari rumen sapi sebagai bahan pangan yang
berkhasiat untuk menyehatkan. Batang (5 spesies), umbi (5 spesies) dan getah (1
spesies) menjadi bagian tanaman yang paling sedikit dimanfaatkan sebagai
ramuan herbal dalam pengobatan. Hal tersebut berhubungan dengan pengetahuan
lokal masyarakat terfokus pada pemanfaatan bagian daun karena mudah dalam
proses mengolah dan kandungannya juga terbilang kompleks. Jadi, informan
menilai dengan memanfaatkan bagian daun tanaman sudah cukup dalam
digunakan dalam proses pengobatan tradisional di masyarakat. Menendez-Baceta
et al., (2015) menyatakan bahwa variasi pemanfaatan tumbuhan obat dipengaruhi
oleh budaya masyarakat lokal.

4.2.2 Persepsi Masyarakat Terkait Tanaman Obat

Pengetahuan masyarakat tentang tanaman obat sudah berlangsung ratusan


tahun, terbukti banyak peninggalan kitab-kitab kuno yang menjelaskan terkait
pengobatan tradisional jaman kuno. Seperti kitab Usada Ila (78 M), serat centini
(1814 M) dan kitab Sumanasantaka (Mpu Panulu Kediri, 1104 M) menjadi bukti

97
bahwa pengetahuan masyarakat terkait tanaman obat sudah berabad-abad
lamanya. Terciptanya lagu-lagu yang mempunyai lirik untuk melestarikan alam
sebagai contoh pengetahuan masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan
agar dapat hidup dengan aman dan tenteram. Pengetahuan masyarakat tentang
tanaman jenis dan manfaat tanaman obat merupakan bagian salah satu
pengetahuan yang diwariskan secara turun-menurun dari nenek moyang terdahulu,
tetangga, dukun yang terbiasa menggunakan tanaman obat dan literatur bacaan
lain dari buku-buku yang menjelaskan pengobatan tradisional kuno. Menurut hasil
penelitian (Sarumaha, 2019) bahwa pengetahuan dan pemanfaatan tumbuhan obat
keluarga pada umunya berasal dari generasi yang tua selain yang umum seperti
jenis idaun sinani (Laportes decumana).
Masyarakat di Kelutahan Kalipuro-Gombengsari bahwa tanaman obat
yang diketahui berasal dari pekarangan raumah seperti rumput, perdu dan pohon.
Tanaman obat yang manfaatkan oleh masyarakat berasal dari kebun, pekarangan
rumah, tumbuhan liar, membeli di pasar dan ada juga yang ditanam sendiri.
Menurut masyarakat yang masih memanfaatkan tanaman obat dalam proses
pengobatan tradisional karena merasa lebih aman, mudah didapat, lebih murdah
dan lebih terasa khasiatnya. Stikma masyarakat pengobatan tradisional
menggunakan tanaman obat lebih aman daripada mengkonsumsi obat sintetik dari
rumah sakit atau apotek, karena efek samping yang ditimbulkan tidak sebanyak
seperti obat sintetik. Namun demikian, mengkonsumsi tanaman obat dengan
sembarangan, dosis berlebih, tidak menggunakan aturan normal pemakaian juga
memiliki efek smaping yang berbahaya untuk kesehatan. Misalnya tanaman
kunyit yang digunaka sebagai jamu tradasional untuk menyembuhkan lambung
saat dikonsumsi dengan dosis berlebih juga bisa membahayakan lambung.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Pranata (2013) bahwa kunyit dapat
menyebabkan efek pendarahan bila dosisnya berlebih atau overdosis. Oleh karena
itu, dalam mengkonsumsi obat-obatan herbal juga harus memperhatikan dosis dan
pemakaian yang tepat sesuai dengan aturan kesehatan.

98
4.2. Strategi Tanaman Obat Sebagai Industri Ekowisata Kesehatan
(wellness tourism) di Kelurahan Kalipuro-Gombengsari

Pengeloaan etnobotani tanaman obat sebagai pengobatan tradisional di


Kelurahan Kalipuro-Gombengsari dapat menjadi landasan sebagai basis data dan
sarana untuk mengembangkan industri ekowisata kesehatan (wellness tourism)
sebagai upaya meningkatkan konservasi lingkungan, kearifan lokal, sosial
ekonomi dan edukasi pengetahuan tata cara dan manfaat tanaman obat khususnya
pada generasi muda, baik dikalangan masyarakat, akademisi maupun pemerintah.
Dari 13 infroman yang diwawancarai setuju dengan adanya program untuk
membuat dan mengembangakan wisata kesehatan (wellness tourism) di wilayah
Kelurahan Kalipuro-Gombengsari. Program ini juga di setujui setidaknya oleh
tiga puluh (30) masyarakat yang menjadi infroman non kunci dalam penelitian ini
dan semua informan non kunci yang diwawancarai sepakat dengan rencana
pembuatan wisata kesehatan (wellness tourism) di keluarahan Kalipurp-
Gombengsari. Latar belakang pekerjaan masyarakat sebagai petani dan merawat
ternak sebagai mata pencaharian dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dengan
adanya wisata kesehatan dirasa akan mampu menaikkan perekonomian
masyarakat itu sendiri. Pekarangan rumah warga menjadi lahan utama tersedianya
tanaman obat. Tempat yang sudah menjadi wisata, lokasi yang strategi serta
mudahnya akses untuk dikunjungi maka perlu untuk lebih dikembangkan untuk
membangun dan mengembangkan wisata kesehatan (wellness tourism) dan
adanya informan yang konsen kepada pengobatan tradisional. Oleh karena itu,
strategi pengembangan ekowisata kesehatan dapat dilihat dengan menggunakan
analsis SWOT seperti di bawah ini:

99
Tabel 4.5 Analisis SWOT
Kekuatan Kelemahan
(Strenghts [S]) (Weaknesess [W] )
1. Keindahan objek 1. Kurangnya
wisata kosentrasi
2. Objek wisata unik masyarakat
berada di tepat yang terhadapat
strategis pengembangan
3. Keanekaragaman wisata kesehatan
tanaman obat 2. Kurangnya
4. Masyarakat yang kesadaran
masih melestaraikan masyarakat
tanaman sebagai menanam tanaman
pengobatan yang bisa digunakan
tradisional sebagai pengobatan
5. Adanya wisatawan tradisional
yang berkunjung ke 3. Kurangnya minat
tempat wisata (lokal masyarakat untuk
dan manca negara) melestarikan
pengobatan
tradisional
4. Masih terdapat
lahan kosong yang
bisa dimanfaatkan
sebagai media
menanam tanaman
obat
5. Dana pemerintah
yang belum terfokus
terhadap
pengembangan
wisata kesehatan
Peluang Strategi (S.O) Stretegi (W.O)
(Oportunities [O]) 1. Membentuk misi 1. Menggandeng
1. Adanya program yang sama antara masyarakat untuk
pemerintah untuk pemerintah setempat mempertahankan
pengembangan dengan tokoh pengobatan
daerah sebagai wisata masyarakat dalam tradisional melalui
kesehatan mengawal program komunitas
2. Terdapat investor pemerintah kelompok sadar
yang sudah memulai 2. Adanya tempat wisata
mengembangkan khusus untuk 2. Membuat catatan
ekonomi di daerah mengembangkan dan cerita mengenai
tersebut wisata kesehatan pentingnya
3. Tersedianya 3. Perlu adanya edukasi melestarikan
akomodasi dan pendampingan pengobatan

100
agrowisata pentingnya tanaman tradisional serta
masyarakat setempat obat terhadap mempromosikan
4. Adanya fasilitas kesehatan untuk peluang
rumah digital sebagai 4. Mengajak wisata jangka
sarana untuk masyarakat untuk panjang
megakses informasi mengupdate 3. Memberikan
informasi fungsi dukungan kepada
tanaman obat masyarakat terhadap
melalui IPTEK pengelolaan wisata
kesehatan
4. Menampilkan
informasi mengenai
pengelolaan wisata
kesehatan melalui
rumah digital

Ancaman Strategi (S.T) Strategi (W.T)


(Treaths [T]) 1. Perlu adanya 1. Perlu adanya
1. Adanya potensi sosialisasi terkait kerjasama antara
terjadinya bencana penanggulangan pemerintah setempat
alam berupa gunung terhadap dan masyarakat
meletus dan banjir kemungkinan untuk melestarikan
2. Terkikisnya budaya bencana yang akan pengobatan
setempat dengan terjadi tradisional dengan
kedatangannya 2. Memberikan edukasi tujuan wisata
wisatawan dan pendampingan kesehatan
3. Persaingan dengan khususnya generasi 2. Merencanakan
tempat wisata yang muda yang kegiatan rutin
lain dilakukan oleh mengenai
masyarakat dan pengenalan
pemerintah setempat pengobatan
3. Menampilkan tradisional melalui
keunikan dari wisata kesehatan
rencana tempat 3. Membuat gerakan
wisata kesehatan untuk mengenalkan
yang akan di bangun jenis-jenis tanaman
4. Mempertahankan obat yang ada di
budaya penggunaan pekarangan rumah
tanaman obat yang 4. Mengenalkan
masih di lestarikan manfaat dan
oleh masyarakat penggunaan
sehingga tidak tanaman obat yang
terlupakan oleh ada di pekarangan
generasi muda rumah

101
Dari tiga puluh (30) informan kunci dan non-kunci yang ada di kelureahan
Kalipuro-Gombengsari sepakat dengan rencana adanya wisata kesehatan.
Persentase berdasarkan data dari informan menandakan kesepakatn seratus (100)
persen sepakat dengan rencana wisata kesehatan (wellness tourism) di kelurahan
Kalipuro-Gombengsari. Data analisis SWOT yang didapatkan dari hasil
wawancara dengan informan disajikan agar memudahkan untuk merancang
beberapa strategi yang harus dilakukan untuk membangun industri wisata
kesehatan di Kelurahan Kalipuro-Gombengsari. Analisis kekuatan dan peluang
(Strengts-Oportunities) sebagai bentuk rencana industri ekowisata di Kelurahan
Kalipuro-Gombengsari. Dalam beberapa tahun terakhir ini Kelurahan Kalipuro-
Gombengsari mengalami perkembangan yang terbilang pesat, berkembangnya
banyak sektor usaha seperti wisata kopi dan perah susu kambing etawa menjadi
salah satu bukti perkembangan desa yang signifikan. Dahulunya merupakan hutan
yang sangat lebat kemudian berjalannya waktu mulai tumbuh pemukiman yang
ditempati oleh suku Madura, Jawa dan Osing. Pekarangan rumah warga masih
banyak terdapat lahan-lahan yang berisi aneka ragam tanaman seperti kopi dan
tanaman obat. Pekarangan rumah berpeluang menjadi laboratorium alam yang
menyediakan beragam tanaman yang bisa dimanfaatkan menjadi bahan untuk
mengenbangkan wisata kesejatan (wellness tourism), menjadikan pekarangan
rumah sebagai tempat tambahan pangan, ekonomi dan sosio kultural.
Menjadi peluang yang besar sampai saat ini Kelurahan Kalipuro-
Gombengsari menjadi tempat wisata kesehatan (wellness tourism) karen
terdadapat banyak destinasi wisata lain yang sampai saat ini sering di datangi oleh
wisatawan lokal maupun mancanegara. Hal yang menarik adanya rumah digital
yang bisa mengakses tempat-tempat wisata yang ada di Gombengsari dan
dibentuknya Kalipuro Research Center atau kembang galengan di Kalipuro yang
konsen kepada konservasi dan pariwisata guna merencanakan terbentuknya wisata
kesehatan. Agar dapat mensukeskan rencana ini perlu adanya misi yang sama
antara pemerintah setempat dengan tokoh masyarakat untuk mengawal program
pemerintah yang saat ini menggencarkan program wisata kesehatan. Pemerintah
setempat juga dapat berperan dalam memberikan pendampingan dan edukasi
mengenai pentingnya mengembangkan wisata kesehatan ini. Oleh karena itu,

102
peran seluruh elemen masyarakat mulai dari lembaga pemerintahan, tokoh
masyarakat, lembaga pendidikan saling mengbangun komunikasi dan koordinasi
untuk menjaga kearifan lokal, adat dan buaya Kelurahan Kalipuro-Gombengsari
dalam membangun wisata kesehatan (wellness tourims).
Analisis kelemahan dan peluang (Weakness-Oportunities) yang menjadi
kelemahan dalam hal ini adalah Kurangnya kesadaran masyarakat menanam
tanaman yang bisa digunakan sebagai pengobatan tradisional, sehingga ini bisa
menjadi penghambat dalam proses rencana pengembangan wisata kesehatan
karena bahan utamanya adalah tersedianya tanaman obat. Hingga saat ini, adanya
lahan yang kurang dimanfaatkan maksimal oleh masyarakat, padahal jika
dimanfaatkan dengan baik akan menjadi tampat konservasi dan edukasi tanaman
obat untuk berbagai komuditas wisata sekaligus dapat menjadi tambahan sumber
ekonomi bagi pemiliknya. Karena itu, dengan cara membuat catatan dan cerita
mengenai pentingnya melestarikan pengobatan tradisional mejadi penting
dilakukan guna memberikan edukasi pengetahuan pentingnya menjaga warisan
nenek moyang terdahulu, serta mengajak untuk memanfaatkan peluang
menjadikan wisata kesehatan jangka panjang. Adanya fasilitas rumah digital dan
Kalipuro Research Center atau kembang galengan menjadi sentra informasi dan
praktisi langsung untuk mulai konsentrasi dalam memberikan wawasan kepada
masyarakat. Membangun rasa cinta dan memberikan semangat kepada masyarakat
untuk menanam tanaman obat dipekarangan rumah, memberikan apresiasi kepada
masyarakat dalam pengolahan lahan yang baik dan konsisten. Jika hal ini
dilakukan terus menerus oleh praktisi lapang, tokoh masyarakat dan pemerinyah
setempat masyarakat akan tergerak sendiri untuk menanam dan melestarikan
tanaman obat untuk pengobatan tradisional.
Analisis strategi kekuatan dan ancaman (Strenghts-Treaths) yaitu
memberikan edukasi dan pendampingan khusunya pada generasi muda guna
untuk terus melanjutkan warisan pengetahuan dan budaya pengobatan tradisional
oleh nenek moyang terdahulu. Kelurahan Kalipuro-Gombengsari yang letaknya
tidak jauh dengan gunung berapi seperti gunung raung juga harus dilakukan
sosialisa terkait kemungkinan terjadinya bencana alam yag terjadi. Adanya rumah
digital yang menjadi sumber informasi dan kembang galengan yang memiliki

103
praktisi lapang yang memiliki pengalaman yang cukup dalam mengembangkan
konservasi dan wisata menjadi sangat penting perannya dalam menampilkan
keunikan keunikan-keunikan wisata kesehatan dan pendampingan kepada
masyarakat, praktisi pengobatan tradisional dan generasi mud khususnya yang
akan melanjutkan warisan pengetahuan dan budaya pengobatan tradisional
terdahulu. Ketika edukasi dan pendampingan berhasil kepada masyarakat maka
ini akan menjadi kuat karena masyrakat sendiri yang akan menjadi garda terdepan
dalam melakukan pendampingan langsung kepada genarasi muda.
Dalam upaya mengantisipasi kelemahan dan ancaman (Weakness-Treaths)
diperlukan kebijakan pemerintah setempat dalam membangun kerjasama yang
baik dengan masyarakat dan prastisi lingkungan dalam mengawal program wisata
kesehatan dengan cara melestarikan pengobatan tradisional. Kebijaka itulah yang
akan menjadi pedoman bagi masyarakat agar menanam dan melestarikan tanaman
obat sebagai bahan utama dalam proses pengobatan tradisonal. Membuat suatu
gerakan seperti “Peduli Lingkungan dan Kesehatan Dengan Menanam Tanaman
Obat” yang melibatkan masyarakat dengan cara menanak minimal 5 tanaman obat
di pekarangan rumah. Dengam adanya kegiatan rutin untuk mengenal tanaman
obat dengan bekerja sama dengan praktisi lingkungan dan masyarakat akan
menjadi sarana untuk menambah pengetahuan terkait pengetahuan serta
penggunaan tanaman obat dengan baik yang ada di pekarangan rumah.
Mendorong kesepakatan bersama untuk mendukung program konservasi
lingkungan. Masyarakat juga diajak untuk melestarikan budadaya, adat istiadat
dan kearidan lokal yang ada di Kelurahan Kalipuro-Gombengsari. Dengan adanya
kegiatan rutin mengenai pentingnya menjaga lingkungan, budaya dan adat istiadat
dengan seluruh elemen masyarakat khsusnya generasi muda agar mereka bisa
menjaga dan melestarikan sampai generasi-geneari selanjutnya.

104
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah:

1. Jenis tanaman yang dimanfaatkan oleh informan di Kelurahan Kalipuro-


Gombengsari yaitu 106 spesies tanaman obat yang termasuk dalam 48
famili. Pemanfaatan tanaman oleh informan dilihat dari nilai Famili Use
Value sebesar 0,50-7,0. Famili yang memiliki nilai yang paling rendah
yaitu Myristicaceae dan dengan nilai yang paling tinggi adalah famili
Apiaceae. Sementara dinilai dari nilai Use Value Spesies tanaman yang
dimanfaatkan sebagai pengobatan tradisional sebesar 0,50-8,0. Spesies
yang memiliki nilai UVs terendah adalah Myristica fragrans dan Alstonia
scholaris dan spesies yang memiliki nilai yang paling tinggi adalah
Cinnamon burmanii. Sedangkan ketika dilihat dari nilai Index of Culture
Significance sebesar 1-100. Spesies yang memiliki nilai ICS yang paling
rendah yaitu Graptophyllum pictum, Ixora paludosa, Lilium candidum dan
Dendropththoe petandra dan spesies yang memiliki nilai tertinggi
Zingiber officinale, Carica papaya dan Musa paradisiaca. Terdapat 75
penyakit yang tercatat diderita oleh masyarakat. Penyakit yang paling
sering disebutkan adalah penyakit lambung yang dapat diatasi oleh 19
spesies tanaman obat. Selanjutnya penyakit kencing manis yang dapat
diatasi oleh 17 spesies, dan luka kulit yang dapat diobati oleh 14 spesies
tanaman obat.
2. Cara memanfaatkan tanaman obat di Kelurahan Kalipuro-Gombengsari
terdapat beberapa cara, diantaranya adalah dikonsumsi secara langsung,
dikeringkan, direbus dengan air lalu diminum, ditumbuk kemudian
dioleskan, dikunyah kemudian di balurkan kepada kulit yang luka, airnya
diperas dan diteteskan kepada bagian tubuh yang sakit. Daun menjadi
organ yang paling banyak digunakan yaitu ada 62 spesies. Cara pengunaan
atau pengolahan menyesuaikan dengan penyakit yang diobati. Adapun
cara mengolah atau meracik ramuan yaitu dengan cara mencampurkan
dengan tanaman lain atau hanya terdiri dari satu tanaman. Ada juga yang

105
ditambahkan dengan bahan yang lain seperti madu, garam, gula pasir, gula
merah dan kuning telur.
3. Srategi untuk membuat wisata kesehatan (wellness tourism) di Kelurahan
Kalipuro-Gombengsari dari segi kekuatan dan peluang maka perlu
memaksimal adanya rumah digital dan kembang galengan sebagai sentra
untuk mengembangka wisata kesehatan. Memberikan edukasi dan
pendampingan yang rutin kepada masyarakat khususnya generasi muda
tentang pentingnya menjaga lingkungan dan wisata kesehatan dalam
jangka panjang. Menjadikan pekarangan rumah sebagai laboratorium alam
masyarakat untuk perekonomian, kegiatan sosio kulturan dan bahan utama
untuk proses pengobatan tradisional. Strategi dari segi kelemahan dan
peluang maka perlu untuk menggandeng masyarakat untuk memanfaatkan
lahan pekarangan rumah sebagai sumberdaya meningkatkan ekonomi.
Membuat cerita dan tulisan mengenai tradisi pengobatan tradisional kuno
dan memberikan apresiasi kepada masyarakat dalam pengelolaan
pekarangan rumah dengan baik dan berkelanjutan.

5.2 SARAN

Saran yang dapat diberikan untuk keberlanjutan penelitian ini adalah:

1. Perlu adanya gerakan untuk melakukan kegiatan pengeloaan dan


perawatan lahan agar lebih produktif dan mengembangkan produktifitas
lahan pekarangan rumah untuk menanam tanaman obat karena menjadi
bahan utama dalam proses pengobatan tradisonal untuk dijadikan sebagai
wisata kesehatan (Wellness tourism) dan mengajak generasi muda untuk
melestarikan kearifan lokal dan mempertahankan budaya pengobatan
tradisional warisan nenek moyang terdahulu.
2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut terkait kandungan tanaman obat serta
dosis yang tepat dalam proses pengobatan tradisional menggunakan
ramuan herbal tanaman obat. Penelitian ini diperlukan agar memberikan
pengetahuan tambahan kepada praktisi pengobatan herbal agar
memberikan obat yang tepat dalam menangani beragam penyakit yang
dialami oleh masyarakat.

106
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, Y. (2017). Pengembangan Pariwisata Kesehatan di Indonesia. Jakarta:
Kementerian Pariwisata

Andianto, I. Wahyudi, T.K. Waluyo, R. Dungane, A. Hadiyane and


M.F.Hernandi. 2015. Wood anatomical from Indonesian genus
Cinnamomum (Lauraceae) and their identification keys. Asian J. Plant Sci
14 (1): 11-19, 2015

Anonymous. Centella asiatica [Online]. 2004 [cited on August 4, 2009]. Available


from URL: http://www.cancercure.co.za/images/faithexplained. pdf

Anonymous. Pegagan [Online]. 2009 [cited on August 17, 2009]. Available from
URL: http://wapedia.mobi/id/pegagan

Atun, S., (2014), Metode Isolasi dan Identifikasi Struktur Senyawa Organik
Bahan Alam, Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur 8(2): 53-61.

Azwar, S. (2012). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Bahri. 2009. Tanaman Buah Unggul Indonesia. Agromedia Pustaka ; Jakarta.

Besung, I Nengah Kerta. 2009. Pegagan (Centella asiatica) sebagai alternative


pencegahan Penyakit Infeksi pada Ternak.

Boyce, C. & Neale, P. (2006). Conducting in-depth interviews: A guide for


designing and conducting in-depth interviews for evaluation input.
Pathfinder International

Buckley, R. (2009). Evaluating the net effects of ecotourism on the environment:


A framework, first assessment and future research. Journal of Sustainable
Tourism, 17(6), 643–672

Buckley, R. (2009). Evaluating the net effects of ecotourism on the environment:


A framework, first assessment and future research. Journal of Sustainable
Tourism, 17(6),643-672

Bushell, R ., & Sheldon, P. J. (Eds.). (2009). Wellness and tourism: Mind, body,
spirit, place. New York, NY: cognizant Communication.

Bushell, R., & Sheldon, P. J. (Eds.). (2009). Wellness and tourism: Mind, body,
spirit, place. New York, NY: Cognizant Communication.

107
Canter, P.H., Thomas, H., & Ernst, E. (2005). Bringing Medicinal Plants into
Cultivation: Opportunities and Challenges for Biotechnology. Trends in
Biotechnology, 23:180-185.

Carrera, P. M., & Bridges, J. F. (2006). Globalization and healthcare:


Understanding health and medical tourism. Expert Review of
Pharmacoeconomics & Outcomes Research, 6(4), 447–454.

Chen, J. S., Prebensen, N., & Huan, T. C. (2008). Determining the motivation of
wellness travelers. Anatolia, 19(1), 103–115.

Correa, C, M. 2001. Tradisional Knowledge and Intellectual Property Right


“Issues and Surrounding The Protection of Traditional Knowledge”. The
Quaker Untited Nations Office (QUNO). Geneva.

Cotton CM, 1996. Ethnobotany: Principles and Applications. John Wiley and
Sons Ltd, New York.

Departemen Kesehatan RI. Senarai Tanaman Obat Indonesia, 1986.


Desiana. S. L. Et.al.2015. uji efektifitas sediaan gel fraksi etil asetat daun jambu
biji terhadappenyembuhan luka terbuka pada mencit. Jurnal Natural
Volume 16 . No 2 tahun 2016.

Devereux, C., & Carnegie, E. (2006). Pilgrimage: Journeying beyond self.


Tourism Recreation Research, 31(1), 47–56.

Dharmono.2007. Kajian Etnobotani Tumbuhan Jalukap (Centella asiatica L.) di


Suku Dayak Bukit Desa Haratai 1 Loksado. Sci&Tech.

Dobozy L. – Jakabházy L. 1992: Sportrekreáció. Magyar Testnevelési Egyetem,


Budapest, 212p.

Duke JA., M. Jo Bogenschutz-Godwin, J. Du Cellier and PAK Duke. 2002.


Handbook of Medial Spices. CRC Press.

Dwitianti. 2015. Daun jambu biji sebagai anti kanker payudara Pharm Sci. Res.
ISSN 2407-2354. Volume 2 No.2 Agustus 2015

Gonzales, A., Brenzel, L., & Sancho, J. (2001). Health tourism and related
services: Caribbean development and international trade. Final Report.

Goodarzi, M., Haghtalab, N., & Shamshiry, E. (2016). Wellness tourism in


Sareyn, Iran: Resources, planning and development. Current Issues in
Tourism, 19(11), 1071–1076.

108
Guèze, M, Luz AC, Paneque-Gálvez J, Macía MJ, Orta-Martínez M, Pino J &
Reyes- García V. 2014. Are Ecologically Important Tree Species The Most
Useful? A Case Study from Indigenous People in the Bolivian Amazon.
Economic Botany. 68(1),1–15.

Gunawan, D. 2000. Ramuan Tradisional Untuk Keharmonisan Suami-Istri.


Jakarta: Penebar Swadaya.

Hakim, Luchman, Jati Batoro, and Kurniasih Sukenti. "Etnobotani Rempah-


Rempah di Dusun Kopen Dukuh, Kabupaten Banyuwangi." Indonesian
Journal of Environment and Sustainable Development 6.2 (2015).

Handayani L., L. Widowati. 2020. Analisis lanjut pemanfaatan empiris ramuan


seledri (Apium graveolens L.) oleh penyehat tradisional. Jurnal
Kefarmasian Indonesia; 10(1): 31-4

Hariana, A. 2007. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 2. Jakarta : FKUI.

Hartini, et al, 2009, Daya Anti Bakteri Campuran Ekstrak Etanol Buah Adas
(Foeniculum Vulgare Mill) dan Kulit Batang Pulasari (alyxia reinwardtii
IBL), Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan Fakultas
Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Hasanah M, Rusmin D. 2006. Teknologi Pengelolaan Benih Beberapa Tanaman


Obat di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian.

Hasanah, M., Y. Nuryani, A. Djisbar, E. Mulyono, E. Wikardi and A. Asman,


2004. Indonesian Cassia (Indonesian Cinnamon). Medicinal and Aromatic
PlantsIndustrial Profiles. CRC Press, New York, Washington, DC.

Heinrich M, Gibbons S, 2001. Ethnopharmacology in drug discovery: An analysis


of its role and potential contribution. J Pharm Pharmacol, 53:425–432.

Heung, V. C., & Kucukusta, D. (2013). Wellness tourism in China: Resources,


development and marketing. International Journal of Tourism Research,
15(4), 346–359.

109
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid I dan II. Terj.Badan Libang
Kehutanan. Cetakan I. Koperasi karyawan Departemen Kehutanan Jakarta
Pusat

Hirsch, L, P. 1994. Ex-situ Conservation of blodeversity in the Contents of


Development: Report of an International Meeting. Washington Dc:
Smithsonian.

Hoffman, B., and Gallaher, T. 2011. Importance Indices in ethnobotany. A


Journal of Plants, People, and Applied research 5: 201-218.

Hudson, S., Thal, K., Cardenas, D., & Meng, F. (2017). Wellness tourism: Stress
alleviation or indulging healthful habits? International Journal of Culture,
Tourism and Hospitality Research, 11(1), 35–52.

Ibrahim, R.N. 2017. Kajian Etnobotani Potensi Tanaman Obat Di Desa


KasoMalang Wetan Kecamatan Kaso Malang Kabupaten Subang. Skripsi.
Program Studi Biologi Fakultas Keguruan Universitas Pasundan Bandung.

Johns, T, Kokwaro JO & Kimanani EK. 1990. Herbal Remedies of The Luoof
Siaya District, Kenya: Establishing Quantitative Criteria for Consensus.
Economic Botany. 44 (3): 369-381

Kariman. (2014). Bebas Penyakit Dengan Tanaman Ajaib. Penerbit Openbooks.

Kartasapoetra. 1992. Budidaya Tanaman Berhasiat Obat. Jakarta: Rineka Cipta.

Katili, A. S., dkk. (2015). Inventarisasi Tumbuhan Obat dan Kearifan Lokal
Masyarakat Etnis Bune Dalam Memanfaatkan Tumbuhan Obat di Pinogu,
Kabupaten Bonelango, Provinsi Gorontalo. Pros Sem Nas Masy Biodiv
Indon. 1(1): 78-84

Katno dan Pramono. 2002. Tingkat Manfaat Dan Keamanan Tanaman Obat dan
Obat Tradisional. Fakultas Farmasi: UGM.

Kemenbudpar, 2011. Kearifan Lokal di Tengah Modrenisasi. Pusat Penelitian dan


Pengembangan Kebudayaan Badan Pengembangan Sumber Daya
Kebudayaan dan Pariwisata Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata
Republik Indonesia: Jakarta

Kodariah L, A Ridwan, T Anggraeni. 2019. Pengaruh ekstrak etanol seledri


(Apium graveolens) terhadap profil lipid darah dan indeks atherogenik tikus

110
putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi hiperlipidemia. Jurnal Kesehatan
Rajawali; 9(1): 9-21

Kodariah L., A Wahid. 2020. Pengaruh ekstrak biji ketumbar (Coriandrum


sativum) terhadap kadar trigliserida dan gambaran histologi hati tikus
(Rattus novergicus) yang diinduksi pakan tinggi lemak. Jurnal Biotek
Medisiana Indonesia; 9(1): 47-55.

Kovács T. A. 1998: A rekreáció fogalma, értelmezése I. Magyar Sporttudományi


Szemle, 6/2. pp. 9-13.

Kucukusta, D., & Heung, V. C. (2012). The problems of developing wellness


tourism in China: From supply perspective. Journal of China Tourism
Research, 8(2), 146–158.

Kumar, K.P Sampath, dkk. 2012. Traditional and Medicinal Uses of Banana.
Journal of Pharmacognosi and Phytochemistry Vol.1 No.3.

Kumari S, M Deori, R Elancheran, J Kotoky, R Devi. 2016. In vitro and in vivo


antioxidant, anti-hyperlipidemic properties and chemical characterization of
Centella asiatica (L.) extract. Frontiers in Pharmacology; 7: 1-12

Lee, C. F., & King, B. E. (2008). Using the Delphi method to assess the potential
of Taiwan’s hot springs tourism sector. International Journal of Tourism
Research, 10(4), 341–352.

Leonti, M & Casu L. 2013.Traditional Medicines and Globalisation: Current and


Future Perspectives in Ethnopharmacology. Frontiers in Pharmacology. 25:
4-92

Lingga, L. (2010). Cerdas Memilih Sayuran. Jakarta Selatan: PT. Agro Media
Pustaka.

Manik. S. 2012. Etnobotani Tanaman Berkhasiat Obat. Pemanfaatan dan


Perubahanya Pada Masyarakat Pakpak Barat. Antropologi Sosial Program
Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan. Tesis.

Menendez-Baceta, G, Aceituno-Mata L, Reyes-García V, Tardío J, Salpeteur M &


Pardo-de-Santayana M. 2015. The Importance of Cultural Factors in the

111
Distribution of Medicinal Plant Knowledge: A Case Study in Four Basque
Regions. Journal of Ethnopharmacology.161: 116- 127

Mueller, H., & Kaufmann, E. L. (2001). Wellness tourism: Market analysis of a


special health tourism segment and implications for the hotel industry.
Journal of Vacation Marketing, 7(1), 5–17

Munawaroh, A. 2000. Peran Etnobotani dakam Menunjukkan konserevasi Exsitu


Kebun Raya. Bogor: Balai Pengembangan Kebun Raya. LIPI.

Murtie, A. (2013). Kupas Tuntas Pengobatan Tradisional. Trans Idea Publishing.

Nazaruddin. (2009). Obat murah, alami dan berkhasiat . Jakarta: Better Book

Newsome, D., Moore, S. A., & Dowling, R. K. (2012). Natural area tourism:
Ecology, impacts and management, 58. Channel View Publications

Nursal, Wulandari, S. & Juwita, S., 2006, Bioaktivitas Ekstrak Jahe (Zingiber
officinale Roxb.) Dalam Menghambat Pertumbuhan Koloni Bakteri
Eschericia coli dan Basilus subtillis, Jurnal Biogenisis, 2 (2), 64-66.

Peeters, T. M., Eke, E., Jeroen, K., Nawijn, Jeroen, & Paul. (2017). Research for
TRAN Committee-Health tourism in the EU: a general investigation.
Retrieved from
http://www.europarl.europa.eu/RegData/etudes/STUD/2017/601985/IPOL_
STU(2017)601985_EN.pdf

Peter, K. V. 2004. Handbook of herbs and Spices. CRC-Woodhead Publishing


Limited

Pieroni, A & Quave C. 2005. Traditional Pharmacopoeias and Medicines among


Albanians and Italians in Southern Italy: a Comparison. Journal of
Ethnopharmacology. 101: 258-270.

Pieroni, A, Giusti ME & Quave C. 2011. Cross-Cultural Ethnobiology in The


Western Balkans: Medical Ethnobotany and Ethnozoology among
Albanians and Serbsin the Pešter Plateau, Sandžak, South- Western Serbia.
Human Ecology.39: 333- 349

Porkert, M., 1978. Pharmacology of traditional medicine plant in China,


Pharmacologie 1 (1), p.23-8

112
Prahardini, Yuniarti, dan Krismawati. 2010. Karakterisasi Varietas Unggul Pisang
Mas Kirana dan Agung Semeru di Kabupaten Lumajang. Buletin Plasma
Nutfah Vol 16 No.2.

Pramono, S. Katno. 2006. Tingkat Manfaat dan Keamanan Tanaman Obat dan
Obat Tradisional. Balai Penelitian Tanaman Obat Tawangmangu, UGM:
Fakultas Farmasi.

Prananingrum, A. 2007. Etnobotani Tumbuhan Obat Tradisional di Kabupaten


Malang (Bagian Timur). Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang: Jurusan Biologi
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Malang

Pranata. (2013). Herbal Toga. Penerbit Aksara Sukses.

Purba, EC, Nisyawati & Silalahi M. 2016. The Ethnomedicine of The Batak Karo
Peoples of Merdeka Subdistrict, North Sumatra, Indonesia, International
Journal of Biologycal Research 4(2): 181-189

Purwanto, Y.& E. Munawaroh. 2002. Pendekatan kuantitatif dalam studi


etnoedikal. Laboratorium etnobotani, Bidang Botani, Puslit Biologi-
LIPI.Bogor.

Qin B, Panickar KS, Anderson RA. Cinnamon: Potential role in the prevention of
insulin resistance, metabolic syndrome, and type 2 diabetes. Journal of
Diabetes Science and Technology. 2010;4(3):685–693.

Rahmah AHA. EFEKTIVITAS RIMPANG KUNYIT ( Curcuma Domestica )


TERHADAP PENURUNAN RISIKO ATEROSKLEROSIS. J Kesehat
Masy Fak Kesehat Masyarakat, Univ Tadulako. 2019;10(2):113–20.

Rajaserakan A. Extraction of caffeine from tea leaves. School of Pharmacy


Faculty of Medicine and Health Sciences Asian Institute of Medicine and
Technology Malaysia. 2007.

Rangkuti, F. (2015). Personal SWOT Analysis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka


Utama.

Rangkuti, Freddy. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis.


Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

113
RI, M. and M. of. (2017). Memorandum of Understanding Ministry of Health and
Ministry of Tourism of RI.pdf. Jakarta.

Rinihapsari E, Tarius A, Analis A, Theresiana K. EFEK GASTROPROTEKTOR


SENYAWA ANALOG KURKUMIN Abstrak. Media Farm Indones.
2008;13(1):1318–23.

Ritonga, N.I. 2011. Etnobotani Tumbuhan Obat oleh Masyarakat Suku Osing Di
Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi. Univesitas Islam Negeri (UIN)
Maulana Malik Ibrahim Malang. Malang.

Sarumaha, M. (2019). Studi Etnobotani Tanaman Obat Keluarga Di Desa


Bawolowalani Kecamatan Telukdalam Kabupaten Nias Selatan. 7(4), 266–
271.

Saudah, dkk. 2019 “Tingkat Pengenalan Masyarakat Terhadap Jenis Tumbuhan


Di Kecamatan Peusangan Selatan Kabupaten Bireun,” Jurnal Serambi
Engineering, vol. 4, no. 1, pp. 392–399.

Sayili, M., Akca, H., Duman, T., & Esengun, K. (2007). Psoriasis treatment via
doctor fishes as part of health tourism: A case study of Kangal fish spring,
Turkey. Tourism Management, 28(2), 625–629.

Septiana, E., Gianny, D., & Simanjuntak, P. (2017). Toksisitas dan Aktivitas
Antimalaria Melalui Penghambatan Polimerisasi Hem Secara In Vitro
Ekstrak Daun Sambiloto (Andrographis paniculata). Media Penelitian Dan
Pengembangan Kesehatan, 27(4), 255–262.

Septiatin. 2008. Seri Tanaman Obat: Apotik Hidup dari Rempah-rempah,


Tanaman Hias dan Tanaman Liar. Yrama Widya. Bandung.

Silalahi, M, Supriatna J, Walujo EB & Nisyawati. 2013. Local Knowledge and


Diversity of Medicinal Plants in Subethnic Batak Karo, North Sumatra. The
National Seminary Biodiversity and Indonesia Tropica Ecology. Padang,
Indonesia.

Siswoyo P. Tumbuhan berkhasiat obat dengan penyakit dan gejalanya. Jogjakarta:


Absolut; 2004.h. 91-96

114
Smith, B. R. (2007). Body, mind and spirit? Towards an analysis of the practice
of yoga. Body & Society, 13(2), 25-46

Somchit. M.N,et al. 2004. Antinociceptive and antiinflammatory effects of


Centella Asiatica. Indian Journal Pharmacol. Vol 36. Issue 6 : 377- 380.

Steiner, C. J., & Reisinger, Y. (2006). Ringing the fourfold: A philosophical


framework for thinking about wellness tourism. Tourism Recreation
Reasearch, 31 (1), 5-14

Stephen F., John B., Eddy S., Buku Pintar: Terapi Bawang Putih Obat Asli Alami
(terjemahan), Inovasi, Jakarta

Sumiastri, Priadi, N.D., & Cahyani, Y. (2011). Variasi Jenis Tanaman Obat dalam
Upaya Penggalakan TOGA di Pekarangan Desa Cangkring, Jember. Berk.
Penelitian Hayati, 4D: 39-43.

Supapol, A. B., Barrows, D., & Barrows, A. (2007). Canadian health and wellness
tourism: Obstacles impeding international competitiveness. The Innovation
Journal: The Public Sector Innovation Journal, 12(3), 1–18.

Supriono. 1997. Tumbuhan Obat Indonesia: Penggunaan dan Khasiatnya. Jakarta:


Pustaka Populer Obor.

Szabó J. 2004: Rekreáció. Az elmélet és a gyakorlat alapjai. JGYF Kiadó, Szeged,


180p.

Thomas, E, Vandebroek I, Sanca S & van Dammea P. 2009. Cultural Significance


of Medicinal Plant Families and Species among Quechua Farmers in
Apillapampa, Bolivia. Journal of Ethnopharmacology .122: 60-67

Turner, NJ. 1988. “The importance of a rose”: Evaluating the cultural significance
of plants in Thompson and Lillooet Interior Salish. American
Anthropologist. 90: 272- 290

Tuwo, A. (2011). Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut - Pendekatan Ekologi,


Sosial Ekonomi, Kelembagaan dan Sarana Wilayah (Pertama). Surabaya:
Brilian Internasional.

Udi E. H, Ahmad D S, 2003, Senyawa Organosulfur bawang putih dan aktivitas


biologinya, jurusan Biologi FMIPA, UNS

115
Voigt, C., & Pforr, C. (Eds.). (2013). Wellness tourism: A destination perspective.
New York, NY: Routledge.

Wahidah, Baiq, Farhatul. (2013). “Etnobotani Tumbuhan Obat yang


dimanfaatkan oleh Masyarakat Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa
Sulawesi Selatan”

Waluyo, EB. 2000. Penelitian Etnobotani Indonesia dan Peluangnya dalam


Mengungkap Keanekaragaman Hayati. Jakarta: Penebar Swadaya.

Wang R, Yang B. Extraction of essential oils from five cinnamon leaves and
identification of their volatile compound compositions. Innov Food Sci and
Emerging Technol. 2009;10:289–292

Yadav RP, Tarun G, Roshan C, Yadav P. 2017. Versatility of turmeric: A review


the golden spice of live. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry.
JPP. 41(61):41-46

Yoeti, Oka A, 2008. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Pradnya


Paramita: Jakarta.

Yohana, dkk.(2015). Identifikasi Tanaman Berkhasiat Obat dan Potensi


Pemanfaatannya Pada Beberapa Desadi Sekitar Gunung Sesean Kabupaten
Toraja Utara. Vol 5 (2), 1-57

Yu, J. Y., & Ko, T. G. (2012). A cross-cultural study of perceptions of medical


tourism among Chinese, Japanese and Korean tourists in Korea. Tourism
Management, 33(1), 80–88.

Yuan Shan C, Iskandar Y. Studi Kandungan Kimia Dan Aktivitas Farmakologi


Tanaman Kunyit (Curcuma longa L.). Pharmacia. 2018;16:547–55.

116
Lampiran 1. Pedoman Wawancara

Pedoman Wawancara Etnobotani


Pemanfaatan Tanaman Obat oleh
Masyarakat Kalipuro-Gombengsari
Kabapaten Banyuwangi

I. TINGKAT PENGGUNAAN TUMBUHAN OBAT


A. Identifikasi Keluarga
1. Nama Responden :
2. Umur : thn
3. Jenis Kelamin :
4. Tempat lahir : di desa ini/di luar desa ini
5. Status : belum kawin/kawin/cerai
6. Jumlah anggota keluarga: orang
7. Bahasa yang dikuasai:
a. Jawa b. Madura c. Using d. lainnya:
8. Pendidikan terakhir Bapak/Ibu/Sdr:
a. SD b. SMP c. SMA d. Perguruan
Tinggi
9. Pekerjaan Ibu/Bapak/Saudara:
a. Petani b. Pedagang c. PNS d.
lainnya

B. Tingkat Penggunaan Tumbuhan Obat oleh Masyarakat Kalipuro-


Gombengsari
1. Apakah Ibu/Bapak/Saudara sering menggunakan tumbuhan obat?
a. ya b. tidak
2. Jika tidak, mengapa?
a. pahit c. sulit mengenali jenis
tumbuhan
b. tidak terstandar d. lainnya:
3. Jika ya, sejak kapan menggunakan tumbuhan obat tersebut?
a. <1 thn b. >2 thn c. >5 thn d. lainnya:
4. Seberapa sering Ibu/Bapak/Saudara menggunakan tumbuhan obat?
a. 1 hari sekali b. kali seminggu
5. Jenis tumbuhan obat apa saja yang Ibu/Bapak/Saudara gunakan?
No Jenis Kegunaan Waktu digunakan
Tumbuhan
Obat
1
2
3
6. Menurut Ibu/Bapak/Saudara apa kelebihan tumbuhan obat dari
pada obat- obatan/obat kimia lainnya?

117
a. lebih terasa khasiatnya (manjur) c. lebih praktis
b. lebih aman d. lebih murah
c. mudah didapat e. lainnya:
7. Dari mana Ibu/Bapak/Saudara memperoleh tumbuhan obat tersebut?
a. tumbuhan liar c. membeli dari daerah lain
b. budidaya d. lainnya:

8. Dari tumbuhan tersebut, bagian/organ tumbuhan yang digunakan


sebagai obat?

No Jenis Organ Cara Untuk Sumber


Tumbuhan Tumbuhan Pengolahan Mengobati Diperoleh
(nama lokal) Yang Apa
Digunakan

(1) (2) (3) (4) (5)


1
2
3
Keterangan:
Kolom 1: Diisi sesuai dengan jenis tumbuhan/nama lokal
Kolom 2: Mohon disebutkan bagian/organ tumbuhan yang
digunakan sebagai obat

9. Bagaimana Ibu/Bapak/Saudara menggunakan obat tersebut?


a. Secara langsung b secara tidak langsung c. lainnya:
10. Adakah ritual-ritual khusus atau kebiasaan-kebiasaan khusus
sebelum minum obat tersebut?
a. ya b. tidak
11. Jika ya, ritual atau kebiasaan apa saja yang Ibu/Bapak/Saudara
lakukan?
12. Bagaimana cara Ibu/Bapak/Saudara menentukan kemanjuran suatu
tumbuhan obat?
13. Apakah ada pantangan makan/minum waktu obat tersebut
digunakan?
a. ada b. tidak ada
14. Jika ada, penyebabnya mengapa?
15. Dari mana Ibu/Bapak/Saudara memperoleh pengetahuan
tradisional untuk pengolahan obat dan pengetahuan tentang
tumbuhan berkhasiat obat?

118
C. PENGGUNAAN TUMBUHAN OBAT OLEH DUKUN DALAM
PENGOBATAN
1. Sejak kapan Bapak/Ibu berpraktek sebagai dukun?
2. Bagaimana Bapak/Ibu mengetahui tentang penyakit?
3. Apakah Bapak/Ibu menggunakan jamu/tumbuh-tumbuhan dalam
pengobatan?
4. Jika ya, tumbuhan apa saja yang digunakan sebagai obat?
No Jenis Organ Cara Untuk Sumber
Tumbuhan Tumbuhan Pengolahan Mengobati Diperoleh
(nama lokal) Yang Apa
Digunakan

(1) (2) (3) (4) (5)


1
2
3

Keterangan:
Kolom 1: Diisi sesuai dengan jenis tumbuhan/nama lokal
Kolom 2: Mohon disebutkan bagian/organ tumbuhan yang
digunakan sebagai obat
Kolom 4: Menurut masyarakat tumbuhan berkhasiat obat
5. Bagaimana Bapak/Ibu mengukur dosis obat pada pasien?
6. Apakah dosis obat pada setiap penyakit sama?
7. Berapa hari biasanya obat digunakan?
8. Kapan minum obat dihentikan?
9. Apakah ada pantangan-pantangan dalam minum obat ini?
10. Pada siapa obat tidak boleh diberikan?
11. Dari mana Bapak/Ibu mendapatkan pengetahuan tentang meramu
tumbuhan menjadi obat tradisional?
a. orang tua c. kerabat lainnya
b. saudara d. lainnya:
12. Apakah pengetahuan tentang tatacara pengobatan dan
pengolahan tumbuhan obat dalam upaya penyembuhan pasien ini
diturunkan pada anak-anak Bapak/Ibu?

119
Pedoman Wawancara Industri Ekowisata
Kesehatan (Wellness tourism) oleh
Masyarakat Kalipuro-Gombengsari
Kabapaten Banyuwangi

Saya mohon kesediaan Anda untuk mengisi kolom pertanyaan yang sudah
tersedia dibawah. Setiap pertanyaan telah disediakan alternatif jawaban. Dimohon
untuk memilih jawaban yang sesuai dengan keadaan Anda saat ini dengan
memberikan tanda centang (√) pada kolom yang telah disediakan. Keterangan :
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
N = Netral
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
PERSEPSI MASYARAKAT
Persepsi Masyarakat Terkait Wisata Kesehatan (Wellness Tourism)
No. Pernyataan SS S N TS STS
1 Apakah saudara setuju dengan adanya wisata
kesehatan
2 Menurut saudara objek wisata kesehatan
memiliki keunikan tersendiri
3 Menurut saudara wisata kesehatan memiliki
kondisi baik dan layak untuk dikunjungi
4 Menurut saudara dalam mengembangkan wisata
kesehatan perlu untuk melakukan kegiatan
kepada masyarakat untuk mengenalkan tanaman
obat
5 Menurut saudara pemerintah setempat perlu
untuk mendukung adanya wisata kesehatan
6 Menurut saudara apakah adanya wisatawan yang
datang memberikan dampak terhadap wisata
kesehatan
7 Menurut saudara apakah tersedianya akomodasi
agrowisata juga berpengaruh kepada wisata
kesehatan
8 Menurut saudara objek wisata kesehatan mudah
di kunjungi
9 Menurut saudara apakah adanya rumah digital
dan kembang galengan memperkuat adanya
wisata kesehatan

120
121
122
123
124
125
126
127
128
129

Anda mungkin juga menyukai