Anda di halaman 1dari 27

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG AYAM DAN

KONSENTRASI MOL BONGGOL PISANG (Musa paradisiaca)


TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
PAK COY (Brassica rapa L.)

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh :

ILHAM KHOERI

Nim : 2013-41-046

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2019
PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG AYAM DAN
KONSENTRASI MOL BONGGOL PISANG (Musa paradisiaca)
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
PAK COY (Brassica rapa L.)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Pertanian Universitas Muria Kudus untuk


memenuhi syarat guna melakukan penelitian

Oleh :

ILHAM KHOERI

2013-41-046

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2019

i
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal Penelitian Berjudul:


PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG AYAM DAN KONSENTRASI MOL
BONGGOL PISANG (Musa paradisiaca) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
HASIL TANAMAN PAK COY (Brassiaca rapa L.)

Disusun Oleh :

ILHAM KHOERI
NIM. 2013-41-046
Proposal penelitian tersebut telah diterima sebagai syarat yang harus dipenuhi
guna menempuh Skripsi

Kudus, 18 Februari 2019


Fakultas Pertanian
Universitas Muria Kudus
Mengetahui :
Pembimbing Utama Komisi Sarjana

Ir. Shodiq Eko Ariyanto, MP Ir. Untung Sudjianto, MS

Pemimbing Pendamping

Ir. Veronica Krestiani, MP

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT atas Rahmat dan
Hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyusun proposal penelitian dengan judul
“Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Ayam dan Konsentrasi MOL Bonggol Pisang
(Musa paradisiaca) Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pak Coy (Brassica
rapa L.)”.

Proposal penelitian berikut disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat-


syarat dalam penyusunan skripsi. Atas tersusunnya, penulis mengucapkan
terimakasih kepada yang terhormat :

1. Ir. Zed Nahdi, M.Sc selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muria
Kudus.
2. Ir. Untung Sudjianto, MS selaku Komisi Sarjana Fakultas Pertanian
Universitas Muria Kudus.
3. Ir. Shodiq Eko Ariyanto, MP selaku Dosen Pembimbing Utama.
4. Ir. Veronica Krestiani, MP,. selaku Dosen Pembimbing Pendamping.
5. Kedua orang tua tercinta H. Bambang Suwadi dan Hj. Marfu’ah beserta
Istri Nurul Istifaiyah yang selalu mendukung penyelesaian penyusunan
skripsi.

Dalam penyusunannya penulis menyadari bahwa proposal penelitian


berikut sangat jauh dari sempurna oleh karena itu penulis secara terbuka menerima
kritik dan saran bersifat membangun guna menyempurnakan proposal penelitian
ini.

Kudus, 18 Februari 2019

Ilham Khoeri

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... v
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................ 4
C. Tujuan .............................................................................................................. 4
D.Hipotesis .......................................................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.Tanaman Sawi Pak coy (Brassica rapa L.) ..................................................... 5
B. Pupuk Kandang Ayam ..................................................................................... 6
C. Mikroorganisme Lokal (MOL) Bonggol Pisang ............................................. 7
III. METODOLOGI PENELITIAN
A.Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................................... 9
B. Bahan dan Alat ................................................................................................ 9
C. Metode Penelitian ............................................................................................ 9
D.Tahapan Pelaksanaan penelitian .................................................................... 11
E. Parameter Pengamatan .................................................................................. 13
IV. DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 14
LAMPIRAN .......................................................................................................... 17

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Persiapan dan Pembuatan Kompos Pupuk Kandang Ayam ............ 17

Lampiran 2. Langkah Pembuatan MOL Bonggol Pisang .................................... 18

Lampiran 3. Konversi Dosis Pupuk Kandang (Pukan) Ayam .............................. 19

Lampiran 4. Denah Tata Letak Penelitian ........................................................... 20

Lampiran 5. Tata Letak Tanaman Dalam Setiap Wadah/ Keranjang ................... 21

v
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini kesadaran masyarakat akan kebutuhan asupan nutrisi


serta gizi untuk menghindari efek buruk dari radikal bebas semakin
meningkat. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan meningkatkan
konsumsi sayuran organik. Saat ini sayuran organik banyak tersedia di
swalayan namun harga yang ditawarkan masih terbilang mahal, oleh karena
itu akan lebih ekonomis apabila sayuran organik yang kita konsumsi dari
hasil menanam sendiri. Salah satu sayuran yang mudah dibudidayakan
namun memiliki manfaat yang banyak adalah sayuran jenis sawi-sawian.
Hal itu dikarenakan budidaya tanaman sawi tidak membutuhkan lahan yang
luas, mudah dalam perawataanya, memiliki kandungan gizi cukup lengkap,
banyak variasi olahan masakan, dan dapat menjadi alternatif pengobatan.

Di Indonesia terdapat beberapa jenis sawi-sawian yang umum


dibudidayakan, antara lain sawi hijau (Brassica rapa parachinensis) yang
biasa disebut sawi bakso, sawi putih (Brassica rapa pekinensis), Kailan
(Brassica oleracea alboglabra), dan sawi pakcoy (Brassica rapa chinensis)
yang biasa disebut sawi sendok (Haryanto, 2007). Salah satu jenis sawi-
sawian yang memiliki kandungan gizi cukup lengkap serta mudah diolah
adalah sawi pak coy. Dengan kandungan gizi berupa kalori, protein, lemak,
karbohidrat, serat, Ca, P, Fe, vitamin A, vitamin B1, B2, B3, dan Vitamin C
(Widadi, 2003), sawi pak coy dapat dijadikan berbagai olahan santapan
mulai dari lauk utama, sayur kuah, tumis, sayuran pendamping mi instan,
asinan, salad, dan lain sebagainya. Selain itu dapat menjadi obat (terapi)
penyakit hipertensi, penyakit jantung, melancarkan sistem pencernaan,
pencegahan anemia, serta pencegahan penyakit kanker (Cahyono, 2003).

Dalam teknik budidaya tanaman, salah satu faktor yang


mempengaruhi kualitas tanaman adalah sumber unsur hara yang digunakan,

1
2

secara umum terdapat dua jenis unsur hara berdasarkan sumbernya, yaitu
pupuk anorganik dan pupuk organik. Pupuk anorganik adalah pupuk buatan
yang diproduksi oleh pabrik dengan skala besar, pupuk anorganik dapat
meningkatkan kuantitas produksi tanaman secara cepat dan praktis, namun
penggunaan yang berkala justru akan merusak sifat fisik, kimia, dan
biologis tanah, selain itu kualitas tanaman dan nilai gizi yang terkandung
akan semakin menurun. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa
hewan dan tumbuhan yang telah mengalami penguraian. Menurut Lingga,
P. dan Marsono (2005) penggunaan pupuk organik secara berkala akan
meningkatkan kesuburan kimia, fisik, dan biologis tanah, serta mengandung
zat pengatur tumbuh yang dibutuhkan oleh tanaman.

Pupuk organik dibedakan menjadi dua, yaitu pupuk organik padat


dan pupuk organik cair. Perbedaan kedua jenis pupuk organik terdapat pada
bentuk dan proses aplikasi. Pupuk organik padat bersumber dari kotoran
hewan ataupun sisa tanaman yang dikomposkan kemudian proses
aplikasinya langsung ditaburkan pada media tanam, hal tersebut
mengakibatkan proses dekomposisi lebih lamban, sedangkan pupuk organik
cair bersumber dari kotoran hewan ataupun sisa tanaman yang diencerkan
dengan air lalu dikombinasikan dengan berbagai starter, proses aplikasi
pupuk organik cair dapat dikocorkan ke daun tanaman sebagai pupuk daun
ataupun disiramkan pada media tanam, sehingga membantu mempercepat
proses dekomposisi bahan organik pada media tanam tersebut.

Salah satu sumber pupuk organik padat yang mempunyai reaksi


cepat diserap tanah dan tanaman adalah kotoran ayam atau lebih dikenal
sebagai pupuk kandang ayam (Widowati et al., 2005). Hal ini dikarenakan
karakter dari pupuk kandang ayam sesuai dengan kebutuhan tanah dan
tanaman khususnya tanaman sayuran daun. Unsur hara N pada pupuk
kandang ayam dapat diserap langsung oleh tanaman tanpa harus
terdekomposisi terlebih dahulu. Selain unsur hara N, pupuk kandang ayam
juga mengandung P2O5, dan K2O (Baherta, 2009).
3

Untuk menjaga kualitas tanaman serta meningkatkan proses


dekomposisi bahan organik pada media tanam, diperlukannya sebuah
nutrisi tambahan khusus, salah satunya dengan memanfaatkan jenis
mikroorganisme lokal (MOL). Fungsi penggunaan MOL adalah untuk
merombak semua jenis bahan organik pada media tanam secara lebih lanjut
sehingga lebih mudah diserap tanaman serta membantu merangsang
pertumbuhan tanaman, selain itu MOL dapat menjadi agen pengendali hama
dan penyakit tanaman oleh karena itu para petani sering munggunakan
MOL sebagai pupuk alternatif pengganti pupuk anorganik (Purwasasmita,
2009).

Terdapat beberapa mikroorganisme lokal (MOL) yang sesuai


dengan karakteristik tanaman sayuran daun seperti pak coy, salah satunya
adalah MOL bonggol pisang, dikarenakan penggunaan secara langsung
dengan cara kocor tidak membuat daun tanaman sayuran layu. Selain itu
MOL bonggol pisang juga mengandung hormon zat perangsang tumbuhan
(ZPT) seperti auksin, giberellin, dan sitokinin, dan beberapa
mikroorganisme seperti bakteri Rhizobium sp, Azospirillium sp,
Azotobacter sp, Pseudomonas sp, Bacillus sp, dan bakteri pelarut phospat
(Sari, et. al., 2012).

Penggunaan pupuk kandang ayam dan MOL bonggol pisang yang


dikombinasikan oleh penulis dimaksudkan untuk memberikan nutrisi
terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman pak coy sebagai salah satu
solusi dalam teknik budidaya sayuran organik. Oleh karena itu penulis
bertujuan melakukan penelitian guna mengetahui pengaruh dari kombinasi
kedua pupuk organik tersebut.
4

B. Rumusan Masalah

1. Apakah dosis pupuk kandang ayam berpengaruh terhadap pertumbuhan dan


hasil tanaman pak coy (Brassica rapa L)?
2. Apakah konsentrasi MOL bonggol pisang berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman pak coy (Brassica rapa L)?
3. Apakah terdapat interaksi antara dosis pupuk kandang ayam dan konsentrasi
MOL bonggol pisang terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman pak coy
(Brassica rapa L)?

C. Tujuan

1. Mengetahui apakah dosis pupuk kandang ayam berpengaruh terhadap


pertumbuhan dan hasil tanaman pak coy (Brassica rapa L).
2. Mengetahui apakah konsentrasi MOL bonggol pisang berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman pak coy (Brassica rapa L).
3. Mengetahui interaksi antara dosis pupuk kandang ayam dan konsentrasi
MOL bonggol pisang terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman pak coy
(Brassica rapa L)

D. Hipotesis

1. Diduga dosis pupuk kandang ayam berpengaruh terhadap pertumbuhan dan


hasil tanaman pak coy (Brassica rapa L).
2. Diduga aplikasi konsentrasi MOL bonggol pisang berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman pak coy (Brassica rapa L).
3. Diduga terdapat interaksi antara dosis pupuk kandang ayam dan konsentrasi
MOL bonggol pisang terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman pak coy
(Brassica rapa L.)
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Sawi Pak coy (Brassica rapa L.)

1. Botani Sawi Pak Coy (Brassica rapa L.)

Pakcoy yang dikenal dengan nama latin Brassica rapa L. adalah


salah satu jenis sayuran dari keluarga Brassicaciae yang mempunyai
kandungan gizi cukup lengkap (Amalia, 2014). Tanaman pakcoy
mengandung 93% air, 3% karbohidrat, 1,7% protein, 0,7% serat, dan 0,8%
abu (Elzebroek dan Wind, 2008). Tanaman berjenis kubis-kubisan yang
masih satu famili dengan Chinese Vegetable satu ini merupakan salah satu
introduksi baru di Indonesia karena ditemukan di daratan China yang
kemudian dibudidayakan secara luas setelah abad ke-5 di negara asalnya.

Secara morfologi sayuran pak coy mudah dikenali karena daunnya


berwarna hijau mengkilap dengan tangkai berbentuk oval yang berwarna
putih dan hijau muda, tumbuh agak tegak dan tersusun berimpitan secara
spiral, berpostur gemuk dan berdaging (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Klasifikasi tanaman sawi pakcoy menurut Rukmana (1994), adalah


sebagai berikut :

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Devisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rhoeadales
Famili : Brassicaceae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica rapa L.
Kelompok : Chinensis

5
6

2. Syarat Tumbuh Sawi Pak Coy (Brassica rapa L.)


Tanaman sawi pakcoy adalah salah satu tanaman sayuran yang dapat
dibudidayakan dengan baik di sepanjang musim. Pada musim penghujan
pakcoy dapat tumbuh dengan baik meskipun menggunakan konsumsi air
hujan, hanya saja lahan yang digunakan harus dijaga supaya tidak
menggenang, sedangkan pada musim kemarau pakcoy hanya membutuhkan
penyiraman secara teratur, tidak boros akan kebutuhan air (Haryanto, 2007).
Umumnya, pakcoy akan cepat berbunga serta tumbuh dengan hasil dan
kualitas terbaik ketika dibudidayakan pada dataran tinggi karena hawa yang
sejuk dan lembab, Sutirman (2011) mengemukakan daerah yang
berketinggian 5 s/d 1.200 meter diatas permukaan laut (mdpl) sesuai dengan
karakter tumbuh pakcoy, di Indonesia sendiri pakcoy banyak dibudidayakan
di daerah Lembang, Jawa Barat.

Media tanam yang sesuai dengan karakteristik pakcoy adalah tanah


gembur yang banyak mengandung humus serta drainase air yang baik
(Zulkarnain, 2013), dengan derajat kemasaman pH 5 – pH 7, dan pada suhu
yang sesuai antara 12o – 21o Celcius (Wahyudi, 2010).

Budidaya pakcoy dapat dilakukan dengan cara penanaman benih


langsung ataupun dengan pindah tanam, kerapatan tanam yang dianjurkan
berkisar 20 – 25 /m2, dan untuk kultivar kerdil dapat ditanam dua kali lebih
rapat. Pada kultivar kerdil dapat depanen pada umur 30 – 45 hari setelah
tanam (HST), sedangkan pada kultivar genjah dipanen pada umur 40 – 50
HST, dan kultivar yang umurnya relatif lebih panjang memerlukan sekitar
80 HST untuk bisa dipanen. Pada semua kultivar, pak coy mempunyai
potensi produksi 20 – 25 ton/ ha-1 (Wahyudi, 2010).

B. Pupuk Kandang Ayam

Hasil dari beberapa penelitian menunjukan bahwa aplikasi pukan


ayam memberi respon memuaskan pada hasil produksi tanaman, khususnya
7

tanaman sayuran daun. Kandungan hara pada tiap ton pupuk kandang ayam
terdapat 65,8 kg N, 13,7 kg P dan 12,8 kg K (Wijaya, 2008). Menurut
Widowati et al., (2005) pupuk kandang ayam mengandung unsur hara N, P,
K, dan Ca, selain itu proses terdekomposisi oleh tanah lebih cepat
dibandingkan beberapa pukan lain seperti pukan sapi dan kambing. Pupuk
kandang ayam yang memiliki kualitas terbaik adalah pukan ayam broiler
(ayam petelur), hal ini dipengaruhi oleh pakan yang diberikan. Umumnya,
pakan ayam broiler berupa ransum yang mana mengandung banyak protein
dan mineral (Agromedia, 2002). Menurut Setyamidjaja (1986), hewan yang
diberi pakan ransum menghasilkan kotoran dan urin yang mengandung
lebih banyak nitrogen dan mineral lainnya yang baik untuk tanah dan
pertumbuhan tanaman.

Ernanda (2017) pada penelitiannya membuktikan pemberian pupuk


kandang ayam pada tanaman pakcoy seberat 30 ton/ha berpengaruh nyata
terhadap parameter tinggi tanaman mulai umur 2 MST sampai 4 MST dan
pada bobot basah tanaman sampel, dan saran yang disampaikan :
“Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan dengan dosis pemberian pupuk
kandang ayam diatas 30 ton/ha untuk memperoleh hasil yang lebih
optimal”. Sedangkan pada penelitian Chairani et. al., (2017) menyimpulkan
bahwa pemberian pupuk kandang ayam dengan dosis 60 ton/ha pada
tanaman sawi kailan dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman pada
umur 2, 3, dan 4 MST, bobot basah tanaman sampel, serta pH tanah.

C. Mikroorganisme Lokal (MOL) Bonggol Pisang

Hampir dari seluruh bagian pohon pisang dapat diolah lebih lanjut,
salah satu bagian yang jamak dimanfaatkan petani sebagai pupuk alternatif
adalah bagian umbi pisang atau biasa disebut bonggol pisang. Para petani
mengolah bonggol pisang sebagai pupuk organik cair atau mikroorganisme
lokal (MOL). Menurut Sutanto (2002) bonggol pisang adalah salah satu
bahan organik yang baik untuk difermentasikan mejadi MOL karena
8

megandung mikroba pengurai bahan organik yang terletak pada bonggol


pisang bagian luar dan bagian dalam, sehingga dapat memacu
perkembangan sel – sel pada tanaman secara aktif. Sari, et., al, (2012)
mengemukakan zat perangsang tumbuhan (ZPT) yang terkandung dalam
mol bonggol pisang antara lain : giberellin, sitokinin, dan auksin, dan
beberapa mikroorganisme seperti : Azospirillium sp, Azotobacter sp,
Bacillus sp, Pseudomonas sp, Rhizobium sp, Aspergillus nigger, dan
bakteri pelarut phospat.

Setianingsih (2009) menyampaikan bahwa MOL bonggol pisang


memiliki peranan dalam masa pertumbuhan vegetatif tanaman serta
tanaman lebih toleran terhadap penyakit. Menurut Roeswitawati., et. al.,
(2018) penggunaan MOL bonggol pisang pada tanaman sawi dapat
mempengaruhi tinggi tanaman, luas daun dan berat segar, pengaruh
tersebut kentara saat tanaman memasuki umur 2 MST (minggu setelah
tanam) dan 3 MST. Sedangkan Arinong., et. al., (2014) mengatakan bahwa
aplikasi MOL bonggol pisang dengan konsentrasi 100 ml/l air secara nyata
dapat mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun,
sedangkan penggunaan MOL dengan konsentrasi 200 ml/l air, berpengaruh
nyata pada bobot basah produksi tanaman sawi.
III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan


April 2019, dilahan kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muria
Kudus. Ketinggian dataran daerah tanam sekitar 17 meter diatas permukaan
laut (mdpl), dengan jenis tanah grumusol ber- pH 6,0.

B. Bahan dan Alat

1. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain : benih sawi
pakcoy, media tanam tanah, pupuk kandang ayam, dan bonggol pisang
sebagai bahan dasar pembuatan MOL, serta bahan pendukung lainnya
sebagaimana terlampir pada hal. 17-18.

2. Alat
Alat yang digunakan antara lain : wadah media tanam (keranjang
buah), plastik, cangkul, ember, gayung, selang, gelas ukur, meteran,
timbangan analitik digital, alat tulis, dan papan nama serta alat pendukung
lainnya sebagaimana terlampir pada hal. 17-18.

C. Metode Penelitian
Penelitian menggunakan pola dasar rancangan acak kelompok
lengkap (RAKL), terdiri dari 2 faktor perlakuan dan di ulang sebanyak 3
kali. Faktor pertama perlakuan 3 dosis pupuk kandang ayam pada media
tanam, dan faktor kedua pemberian 3 konsentrasi MOL bonggol pisang
pada tanaman. Rincian kedua faktor perlakuan sebagai berikut :

Faktor I : Dosis Pupuk Kandang ayam (D), terdapat 3 aras :


D0 = Pemberian Pukan 0 ton/ha (tanpa pemberian pukan)
D1 = Pemberian Pukan 45 ton/ha (0,9 kg/keranjang)
D2 = Pemberian Pukan 75 ton/ha (1,5 kg/keranjang)

9
10

Faktor II : Konsentrasi MOL bonggol pisang (K), terdapat 3 aras :


K0 = Konsentrasi MOL 0 ml/l (tanpa pemberian MOL)
K1 = Konsentrasi MOL 150 ml/l
K2 = Konsentrasi MOL 250 ml/l

Kedua faktor perlakuan menghasilkan 9 kombinasi perlakuan


(tanpa kontrol), seperti gambar berikut :
D0K0 D1K0 D2K0

D0K1 D1K1 D2K1

D0K2 D1K2 D2K2

Kemudian masing – masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali,


sehinga diperoleh pengulangan (3 x 3) x 3 = 27 perlakuan, dengan model
matematika sebagai berikut :

Yijk = µ + Di + Kj + (DK)ij + Bk + ∑ijk


Keterangan :
Yijk : Nilai pengamatan pada dosis pukan ayam (D) ke-i dan
pemberian konsentrasi mol (K) ke-j pada ulangan ke-k
µ : Rerata (nilai tengah) pengamatan
Di : Pengaruh pencampuran media tanam (i=1,2,3)
Kj : Pengaruh konsentrasi mol (j=1,2,3)
(DK)ij : Pengaruh pencampuran media tanam (D) ke-i dan
pengaruh konsentrasi pemberian mol (K) ke-j
Bk : Pengaruh kelompok/blok ke-k (k=1,2,3)
∑ijk : Kesalahan percobaan perlakuan pencampuran media
tanam (D) ke-i dan pemberian konsentrasi mol (K) ke-j
pada kelompok ke-k
Data yang didapat akan dianalisis pada masing-masing kombinasi
perlakuan, kemudian diuji menggunakan analisis sidik ragam (anova).
Namun apabila terdapat pengaruh beda nyata antar perlakuan akan di-
lanjutkan dengan analisis uji jarak berganda duncan (DMRT) pada taraf 5%.
11

D. Tahapan Pelaksanaan penelitian

1. Persiapan dan Pembuatan Pupuk Kandang Ayam


Persiapan dan pembuatan pupuk kandang ayam dilakukan 2 minggu
sebelum benih pak coy pindah tanam. Bahan beserta langkah pembuatan
terlampir pada hal. 17.

2. Persiapan dan Pembuatan MOL Bonggol Pisang


Persiapan serta pembuatan MOL dilakukan 2 minggu sebelum benih
pak coy pindah tanam. Bahan beserta langkah pembuatan terlampir pada
hal. 18.

3. Penyemaian Benih Pak Coy


Sebelum disemai, benih sawi pak coy direndam terlebih dahulu
dalam air hangat selama 12 jam dengan suhu awal ± 30oC untuk memecah
masa dormansi pada benih. Setelah itu benih pakcoy disebar pada tray atau
tempat khusus penyemaian.
Setelah tumbuh 3-4 helai daun, benih pakcoy siap digunakan sebagai
bibit dan siap dipindah tanam.

4. Persiapan Media Tanam


Tiga hari sebelum bibit dipindah tanam, terlebih dahulu menyiapkan
media tanam yang akan digunakan. Media tanam tanah berjenis grumusol,
pH 6,0 diayak terlebih dahulu supaya gembur dan tidak tercampur bebatuan
dan sampah lain. Setelah itu keranjang yang akan digunakan dilapisi plastik
yang telah dilubangi kecil-kecil agar tanah tidak keluar dari celah keranjang
dan agar aerasi tetap terjaga, kemudian tanah dimasukkan sebanyak 2 ember
plastik pada setiap keranjang dengan total 27 keranjang. Setelah itu pupuk
kandang ayam diaplikasikan sesuai 3 perlakuan dosis yang telah ditentukan,
sebagai berikut : perlakuan D0 diberi pupuk kandang dengan dosis 0 ton/ha
atau tanpa pemberian pupuk kandang ayam, perlakuan D1 diberi pupuk
kandang ayam dengan dosis 45 ton/ha maka takaran yang digunakan
sebanyak 0,9 kg/keranjang, dan perlakuan D2 diberi pupuk kandang dengan
12

dosis 75 ton/ha maka takaran yang digunakan sebanyak 1,5 kg/keranjang,


perhitungan konversi terlampir pada hal. 19. Pada setiap takaran
diaplikasikan sebanyak satu blok (9 keranjang) lalu ditata sesuai denah yang
telah ditentukan sebagaimana terlampir pada hal. 20.

5. Penanaman bibit dan Pemeliharaan


Pindah tanam dilakukan pada sore hari sekitar pukul 16.00 WIB
dengan tujuan mencegah kelayuan setelah pindah tanam. Sebelum bibit
dipindah tanam, terlebih dahulu membuat 4 lubang tanam sedalam ± 5cm
dengan jarak yang telah ditentukan sebagaimana terlampir pada hal. 21.
Kemudian, bibit pakcoy di tanamkan langsung pada setiap lubang tanam.
Penyulaman dilakukan saat umur 2 HST (hari setelah tanam) sampai
umur 8 HST pada tanaman yang tumbuh tidak normal, kering ataupun mati
dengan menggunakan tanaman yang seumur.

Gulma yang tumbuh disekitar tanaman langsung dicabut manual


menggunakan tangan, serta mengontrol setiap tanaman agar terhindar dari
hama dan penyakit yang dilakukan setiap hari sebelum penyiraman.
Penyiraman dilakukan setiap hari secara rutin dengan intensitas air yang
disesuaikan kebutuhan tanaman disetiap penyiramannya.

6. Aplikasi MOL bonggol pisang


Konsentrasi MOL yang digunakan dilarutkan pada air dengan total
volume 2,0 lt/keranjang pada setiap pemberian. Pengaplikasian MOL
dilakukan sebanyak 4 kali pada umur 10 HST, 17 HST, 24 HST, dan 31
HST dengan cara dikocor.

7. Pemanenan
Pemanenan dilakukan pagi hari pada pada umur 35 HST, dengan
cara mencabut tanaman beserta akarnya menggunakan tangan. Hasil panen
diletakkan ditempat teduh untuk menghindari transpirasi yang
mengakibatkan cepat layu (Muzayyanah, 2009).
13

E. Parameter Pengamatan

Pengamatan dilakukan sebanyak 4 kali dengan interfal 7 hari sekali,


dimulai pada umur 14 HST (hari setelah tanam), kemudian 21 HST, 28
HST, dan 35 HST (sebelum dipanen), menggunakan semua tanaman
sebagai tanaman sampel, dengan parameter pengamatan sebagai berikut :
a. Tinggi Tanaman (cm)
Setiap tanaman sampel diukur menggunakan penggaris yang selalu
sama, diukur mulai dari pangkal tajuk bagian bawah sampai ujung daun
tertinggi.
b. Jumlah Daun (helai)
Menghitung jumlah daun yang telah terbentuk sempurna pada setiap
tanaman sampel.
c. Panjang Akar
Pengukuran panjang akar dilakukan sekali setelah pemanenan
menggunakan tanaman sampel. Diukur dari pangkal akar (yang
menempel pada tajuk) sampai pada ujung akar terpanjang.
d. Bobot Segar Tajuk (g)
Setiap tanaman dipotong pada pangkal akar (yang menempel pada
tajuk), kemudian bagian tajuk ditimbang menggunakan timbangan
analitik menggunakan satuan berat gram (g).
e. Bobot Segar Akar (g)
Akar yang telah dipisahkan dengan tajuk ditimbang menggunakan
timbangan analitik dengan satuan berat gram (g).
f. Nisbah Tajuk dan Akar
IV. DAFTAR PUSTAKA

Agoes, D. 1994. Berbagai Jenis Media Tanam dan Penggunaannya. Penebar


Swadaya. Jakarta.
Agromedia, 2002. Puyuh Si Mungil Yang Penuh Potensi. Agromedia Pustaka.
Jakarta.
Andoko, A. 2002. Budidaya Padi secara Organik. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal
96.
Arinong, A.R., Vandalisna., dan Asni. 2014. Pertumbuhan dan produksi Tanaman
Sawi (Brassica Juncea L.) dengan Pemberian Mikroorganisme Lokal
(MOL) dan Pupuk Kandang Ayam. J. Agrisistem. 10(1): 40-46.
Augustien, Hidayat, R., dan Mindari, W. 2009. Penambahan Thitonia sp. Pada
Kompos Sampah Pasar Sayur Terhadap Peningkatan Unsur K+ dan BO.
Prosiding Research Month UPN “Veteran”. Jawa Timur.
Baherta, 2009. Respon Bibit Kopi Arabika Pada Beberapa Takaran Pupuk
Kandang Ayam. Jurnal Ilmiah Tambua.
Cahyono, B. 2003. Teknik dan Strategi Budidaya Sawi Hijau (Pai-Tsai). Yayasan
Pustaka Nusatama. Yogyakarta.
Chairani, Zulia, C., dan Kurniawan. 2017. Pengaruh Aplikasi Pupuk Kandang
Ayam Pada Tanah Bekas Galian Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Sawi
Kailan (Brassica Oleraceae L. Var. Acephala) di Polybag dengan
Menggunakan Paranet. Jurnal Penelitian Pertanian BERNAS.
Elzebroek, A.T.G., dan K. Wind. 2008. Guide to cultivated plants. CAB
International. London.
Fahrudin, F. 2009. Budidaya Caisim (Brasica juncea L.) Menggunakan Eksrak
The dan Pupuk Kascing, Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas
Maret. Surakarta. Hal 7.
Foth, H.D. 1998. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Universitas Gajah Mada Press.
Yogyakarta.
Hanum, Chairani. 2008. Teknik Budidaya Tanaman Jilid 2 Untuk SMK. Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta.
Hartanto, M. 2013. Budidaya padi organik waktu aplikasi pupuk kandang dan
pemberian pupuk hayati. Skripsi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor. Bogor.

14
15

Haryanto, E., T. Suhartini dan E. Rahayu. 2007. Sawi dan Selada. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Irwan, dkk. 2005. Pengaruh Dosis Kascing dan Bioaktivator Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi (Brassicajuncea L.) yang
dibudidayakan secara organik. Program Studi Budidaya Pertanian
Fakultas Pertanian, Universitas Padjajaran. Bandung.
Lingga, P. dan Marsono, 2005. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.
Jakarta. 250 Hal.
Purwasasmita M, Kunia K. 2009. Mikroorganisme lokal sebagai pemicu siklus
kehidupan dalam bioreaktor tanaman. Seminar Nasional Teknik Kimia
Indonesia- SNTKI 2009. Bandung.
Roeswitawati, Dyah., I.S, Surya Fitri., dan S. Henik. 2018. Respon Varietas Sawi
(Brassica sinensis) Terhadap Bahan Mikroorganisme Lokal (MOL):
Bonggol Pisang, Limbah Buah dan Limbah Sayur. Seminar Nasional Dalam
Rangka Dies Natalis UNS Ke 42 Tahun 2018 dalam “Peran
Keanekaragaman Hayati untuk Mendukung Indonesia Sebagai Lumbung
Pangan Dunia”. Universitas Sebelas Maret, Solo.
Rubatzky, V.E., dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia 2 Prinsip, Produksi,
dan Gizi. ITB Press. Bandung.
Rukmana, Rahmat. 1994. Budidaya Kubis Bunga dan Brokoli. Kanisius.
Yogyakarta.
Sari, D, Ni, S Kurniasih, R. Dan T, Rostikawati, 2012. Pengaruh Pemberian
Mikroorganisme Lokal (Mol) Bonggol Pisang Nangka Terhadap Produksi
Rosella (Hibiscus Sabdariffa L). Program Studi Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pakuan.
Setianingsih. 2009. Pemanfaatan Limbah Pisang Untuk Pembuatan Kompos.
Prosiding Seminar Nasional Teknoin Bidang Teknik Kimia dan Tekstil.
Yogyakarta.
Setyamidjaja, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. CV. Simplex. Jakarta. 122 Hal.
Sutanto, R. 2002. Penerapan pertanian organik pemasyarakatan dan
pengembangan. Kanisius. Yogyakarta.
Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik: Menuju Pertanian Alternatif dan
Berkelanjutan. Kanisius. Yogyakarta.
Sutirman, 2011. Budidaya Tanaman Sayuran Sawi di Dataran Rendah Kabupaten
Serang Provinsi Banten.
Syekhfani, 2000. Sifat dan Fungsi Pupuk Kandang. Malang. Hal 89-93.
16

Wahyudi, 2010. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran. AgroMedia Pustaka.


Jakarta.
Widadi, 2003. Pengaruh Inokulasi Ganda Cendawan Akar Ganda Plasmodiophora
meloidogyne spp. Terhadap Pertumbuhan Pak Coy.
http://pertanian.uns.ac.id. Universitas Sebelas Maret, Solo.
Widowati, L.R., S. Widati, U. Jaenudin, dan W. Hartatik. 2005. Pengaruh kompos
pupuk organik yang diperkaya dengan bahan mineral dan pupuk hayati
terhadap sifat-sifat tanah, serapan hara dan produksi sayuran organik.
Laporan Proyek Penelitian Program Pengembangan Agribisnis, Balai
Penelitian Tanah. Bogor.
Wijaya, K. A. 2008. Nutrisi Tanaman Sebagai Penentu Kualitas Hasil dan
Resistensi Alami Tanaman. Prestasi Pustaka. Jakarta.
Zulkarnain. 2013. Dasar-dasar hortikultura. Bumi Aksara, Jakarta.
LAMPIRAN

Lampiran 1.

Persiapan dan Pembuatan Kompos Pupuk Kandang Ayam

• Bahan dan Alat yang dibutuhkan


Bahan Alat
Pupuk kandang ayam 22 kg Terpal plastik
EM4 Ember & gayung
Gula merah 2 kg Cangkul
Air 2,5 lt

• Langkah Pembuatan
Gula merah dilarutkan dalam air yang telah disiapkan kemudian
dicampur EM4 dan diaduk merata. Setelah itu pupuk kandang ditaruh diatas
terpal kemudian dicampur larutan gula merah yang sebelumnya sudah
dibuat, semua campuran tesebut diaduk hingga merata. Kemudian terpal
disungkup rapat dan dimasukkan kedalam lubang dalam tanah untuk
mempercepat dekomposisi.

Setiap dua hari sekali dilakukan pengadukan ulang dan penambahan


larutan EM4 selama satu minggu. Setelah terjadi dekomposisi selama dua
minggu pupuk kandang ayam siap digunakan dengan C/N rasio <12.

17
18

Lampiran 2.

Langkah Pembuatan MOL Bonggol Pisang

• Bahan dan Alat yang dibutuhkan


Bahan Alat
bonggol pisang 5 kg Parang/ pisau besar
Air kelapa 2,5 Alat penumbuk
Air cucian beras/ leri 25 lt Ember/ Jerigen + tutup
Molase 1,5 lt Alat pengaduk

• Langkah Pembuatan
Bonggol pisang dicacah dan ditumbuk sampai hancur kemudian
dimasukkan kedalam wadah ember/ jerigen. Setelah itu campurkan air
kelapa, air leri (air cucian beras), dan molase kemudian diaduk merata.
Setelah benar-benar tercampur, selanjutnya wadah ditutup rapat dan
diberi keterangan serta tanggal pembuatan untuk mempermudah
pengecekan.

Dalam 2 hari sekali tutup wadah dibuka dan mol diaduk kembali
untuk mengurangi resiko meledak. Setelah ±15 hari mol difermentasi, mol
siap untuk diaplikasikan.
19

Lampiran 3.

Konversi Dosis Pupuk Kandang (Pukan) Ayam

Konversi dosis ton/ha ke kg/keranjang.

Rumus :
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 (𝑚2 )
× 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑝𝑒𝑟 𝑡𝑜𝑛 (𝑘𝑔)
𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎 (𝑚2 )

Penghitungan pada setiap perlakuan dosis :

D0 = Pemberian Pukan 0 ton/ha (tanpa pemberian pupuk kandang ayam)

D2 = Pemberian Pukan 45 ton/ha


0,1615 𝑚2
× 45.000 𝑘𝑔 = 0,9 𝑘𝑔
8000 𝑚2

D3 = Pemberian Pukan 75 ton/ha


0,1615 𝑚2
× 75.000 𝑘𝑔 = 1,5 𝑘𝑔
8000 𝑚2

Keterangan :

▪ Ukuran keranjang yang digunakan (p×l) = 47,5 × 34 cm

Luas keranjang (L=p×l) = 47,5 × 34 cm = 1,615 cm2 = 0,1615 m2

▪ Efektifitas luas lahan budidaya hortikultura per ha (m2) = 80% dari 1 hektar
80
= 100 × 10.000 𝑚2 = 8000 𝑚2

▪ 1 ton = 1000 kg
20

Lampiran 4.

Denah Tata Letak Penelitian

BLOK BLOK BLOK


I II III
D2K1 D1K2 D1K0

D0K2 D2K0 D0K1

D1K2 D2K2 D2K2

D2K0 D0K1 D0K0

D1K0 D0K0 D1K2

D0K1 D1K0 D2K1

D0K0 D0K2 D2K0

D1K1 D2K1 D0K2

D2K2 D1K1 D1K1

Gambar 1. Denah Tata Letak Penelitian


D : Dosis pupuk kandang ayam
U
K : Konsentrasi MOL bonggol pisang
Jarak antar blok : 50 cm
Jarak antar kombinasi perlakuan : 25 cm
21

Lampiran 5.

Tata Letak Tanaman Dalam Setiap Wadah/ Keranjang

23,6cm

17cm

11,8cm
8,5cm

Gambar 2. Denah penanaman pada tiap keranjang

Keterangan :

: Keranjang media tanam

: Tanaman sawi pak coy

Anda mungkin juga menyukai