Anda di halaman 1dari 23

KIMIA BAHAN ALAM

DEFENISI SENYAWA BAHAN ALAM DAN KLASIFIKASI SENYAWA


BAHAN ALAM
Dosen Pengampu,
Dr. Zulkifli Zam Zam, M.Sc

Disusun Oleh,

Nama : Megawati Umasangadji (03291911045)


Sarmila A. Taher (03291911047)
Sahrul Ramadhan (03291911032)
Rufija Gay Tabona (03291911048)

Kelompok : I (Satu)
Semester : V (Lima)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami ucapkan, kepada ALLA SWT karena berkat
rahmat dan Hidayah-Nya, yang maha luas ilmunya, serta kesehatan dan
kesempatan yang diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang telah
diberikan oleh dosen pembimbing dengan judul” Definisi Senyawa Bahan Alam
Dan Klasifikasi Senyawa Bahan Alam”. Yang Alhamdilillah dapat selesaikan
dengan waktu yang telah ditentukan. Tak lupa pulah salawat dan salam kepada
junjungan kita nabiyullah nabi besar Nabi Muhammad saw serta keluarga dan
para sahabat-Nya yang telah memperjuangkan dinul islam dimuka bumi yang
fanah ini, dari gelap hingga terang benderang.
Kami juga menyadari bahwa penulisan pada makalah ini juga masih banyak
kekurang untuk itu saran dan kritik dari teman-teman dan dosen pembimbing
yang membangun kami berharap makalah ini akan menjadi referensi untuk
berbaikan bahan pebelajaran bersama. Oleh karenah itu, kami mengucapkan
terima kasih sebesar-besarnya semoga penulisan makalah ini, bermanfaat untuk di
pelajari.

Ternate, 19 September 2021

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................. 5
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian............................................................................ 5
D. Manfaat Penulisan.......................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Senyawa Bahan Alam................................................... 7
B. Sejarah penggunaan Bahan Alam................................................. 10
C. Teknik Atau Metode Pemanfaatan Kimia Bahan Alam................. 12
D. Metabolisme sekunder dan Fitokimia............................................. 14
E. Agroindustri Bahan Alam ..............................................................
16
F. Klasifikasi Senyawa Bahan Alam.................................................. 20
BAB III KESIMPULAN
A. Kesimpulan..................................................................................... 21
B. Saran............................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sangat kaya akan keragaman bahan alamnya baik darat
maupun laut, baik flora, fauna maupun mikroorganisme. Senyawa kimiawi
yang terkandung di dalamnya baik berupa kandungan metabolit sekunder,
makromolekul maupun genetik sangat potensial untuk beragam manfaat bagi
umat manusia Indonesia khususnya, baik untuk kesehatan, pertanian,
kosmetika, maupun pangan. Penelitian terkait masih sangat diperlukan dan
terbuka luas. Selama ribuan tahun sejarah peradaban manusia, pemanfaatan
komponen bahan alam menjadi salah satu hal yang tidak terpisahkan dari
kehidupan manusia. Mulai dari pohon, yang kayunya digunakan sebagai
bahan bangunan dan perapian, daunnya yang dimanfaatkan sebagai pangan
dan obat-obatan, dan akarnya yang dimanfaatkan sebagai bahan pakaian,
hingga beberapa racun yang diperoleh misalnya dari katak yang digunakan
sebagai alat bantu berburu.
Seiring dengan perkembangan zaman disertai dengan perkembangan
teknologi, kebutuhan akan komponen bahan alam yang digunakan dalam
berbagai bidang menjadi semakin meluas. Tidak saja memenuhi kebutuhan
dasar manusia untuk sandang, pangan, dan papan, tapi juga memenuhi
kebutuhan akan obat-obatan, kosmetik, pestisida ramah lingkungan, zat warna
alami, parfum, dan lain-lain. Tanaman obat atau obat herbal telah lama dikenal
oleh masyarakat Indonesia dan digunakan secara turun temurun untuk
mengatasi berbagai masalah kesehatan. Sejalan dengan itu industri terkait
dengan obat herbal berkembang.Namun ironisnya industri masih bergantung
pada bahan baku impor. Dukungan teknologi saat ini masih sangat dibutuhkan

4
untuk menjamin keamanan, kemanfaatan dan kualitas produk obat herbal,
termasuk teknologi terkait aspek standardisasi, formulasi dan teknologi
pembuatan serta keamanan produk untuk menjamin kemandirian bahan baku
obat/obat.
Penyakit menular maupun degeneratif masih menjadi masalah
kesehatan di Indonesia. Bahan Alam Indonesia merupakan sumber senyawa
kimia dengan aktivitas biologis yang potensial. Tumbuhan dari hutan tropis
maupun yang telah dibudidayakan serta mikroorganisme golongan jamur,
aktinobakteria maupun miksobakteria merupakan sumber potensial senyawa
metabolit sekunder dengan aktivitas biologis yang bermanfaat untuk penyakit
infeksi maupun degeneratif.
B. Rumusan Masalah
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah
kimia organik 2 yang di ampuh oleh Dr. Zulkifli Zam Zam, M.Sc . Jadi dari
latar belakang diatas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Mengetahui Pengertian Senyawa Bahan Alam
2. Sejarah penggunaan Bahan Alam.
3. Teknik Atau Metode Pemanfaatan Kimia Bahan Alam
4. Metabolisme sekunder dan Fitokimia
5. Agroindustri Bahan Alam
6. Klasifikasi Senyawa Bahan Alam
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan HPLC, karakteristik alat
HPLC, mengetahui prinsip kerja alat HPLC dan mengetahui prosedur kerja
alat HPLC.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini yaitu
diharapkan dapat memenuhi tugas dari dosen pembimbing, juga bertujuan
untuk memberi masukan ilmu pengetahuan bagi semua khalayak pada
umumnya dan khususnya bagi penulis pribadi sehingga kedepannya dapat

5
lebih mengetahui berbagai macam senyawa bahan alam yang terdapat di
Indonesia yang bisa di manfaatkan sebagai bahan-bahan pengobatan di
masyarakat. Dan untuk menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca
mengenai klasifikasi senyawa bahan alam yang terdapat di Indonesia atau di
sekitar kita yang dapat di manfaatkan untuk kehidupan sehari-hari.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Senyawa Bahan Alam


1. Pengertian Bahan Alam
Indonesia termasuk salah satu negara “megadiversity” yang kaya
keanekaragaman hayati. Di dunia terdapat kurang lebih 250.000 jenis
tumbuhan tinggi, dan lebih dari 60 % dari jumlah ini merupakan tumbuhan
tropika. Diperkirakan sekitar 30.000 tumbuhan ditemukan di dalam hutan
hujan tropika, dan sekitar 1.260 spesies di antaranya diketahui berkhasiat
sebagai obat. Namun, baru sekitar 180 spesies yang telah digunakan untuk
berbagai keperluan industri obat dan jamu, dan baru beberapa spesies saja
yang telah dibudidayakan secara intensif. Keanekaragaman hayati
Indonesia tersebut terutama tersebar di setiap pulau besar, seperti
Kalimantan, Papua, Sumatra dan Jawa. Di samping itu terdapat organisme
lain seperti jamur maupun mikroba yang belum banyak tersentuh oleh
peneliti. Keanekaragaman hayati tersebut merupakan sumber biomolekul
senyawa-senyawa organik yang tidak terbatas jumlahnya.
Bahan alam sendiri merupakan bidang kajian yang sangat luas.
Hingga kini, istilah “bahan alam” dan cakupannya masih diperdebatkan
oleh para ahli. Namun, umumnya para ahli sepakat mendefinisikan bahan
alam sebagai senyawa, campuran senyawa, atau ekstrak yang diperoleh
dari sumber alami, seperti tumbuhan, hewan, bakteri, jamur, maupun

6
organisme laut. Bahan alam secara khusus diartikan sebagai segala
material organik yang dihasilkan oleh alam yang telah dipelajari dan
dibuktikan baik secara empiris maupun secara tradisional melalui
pengalaman penggunaan turun temurun memiliki khasiat tertentu untuk
kesehatan baik dalam bentuk segar, sediaan kering, ekstrak, maupun
senyawa tunggal hasil pemurnian. Pada era modern ini ada kecenderungan
pola hidup yang mengarah pada penggunaan bahan-bahan alami sebagai
zat berkhasiat baik untuk pengobatan, perawatan kesehatan dan kebugaran,
kosmetika, makanan fungsional, maupun untuk produk perawatan tubuh
sehari-hari. Fenomena ini semakin meningkatkan pamor bahan alam
sebagai pilihan karena dinilai lebih aman atau memiliki efek negatif yang
lebih rendah. Kajian ilmu yang mempelajari tentang komposisi kimia
bahan alam yang khusus terdapat dalam tumbuhan disebut dengan
fitokimia. Senyawa-senyawa fitokimia mencakup berbagai senyawa
dengan keragaman yang sangat kompleks. Banyak senyawa ini hingga kini
memainkan peranan penting dalam bidang pangan, kosmetik, dan
farmasetika.
Senyawa-senyawa fitokimia dapat diperoleh baik dalam jumlah
yang besar maupun dalam skala yang kecil dari berbagai bagian tumbuhan
seperti daun, bunga, batang, kulit batang, biji, dan akar. Umumnya
fitokimia dibatasi pada kajian senyawa-senyawa dengan berat molekul
rendah yang diperoleh dari jaringan tanaman. Tabel berikut ini
menunjukkan beberapa contoh senyawa fitokimia dan potensi
penggunaannya.

7
2. Sejarah Penggunaan Senyawa Bahan Alam
sejarah, penggunaan senyawa bahan alam sebagai sumber utama
obat-obatan telah berkembang dengan pesat. Perkembangan ini disertai
dengan seleksi yang ketat dalam hal proses, ekstraksi, keampuhan dalam
mengobati penyakit, dan interaksi biokimianya dengan makhluk hidup.
Rangkaian proses yang panjang ini pada gilirannya menghasilkan suatu
bentuk obat baru dengan struktur yang khas serta efek samping yang
terukur. Beberapa bukti awal sejarah penggunaan senyawa bahan alam
untuk kebutuhan medis antara lain penggunaan ekstrak  foxglove (Digitalis
purpurea) sebagai obat jantung pada sekitar abad ke-18, penggunaan
batang dedalu dan kina untuk pengobatan demam, dan penggunaan ekstrak

8
opium dalam pengobatan disentri. Pada tahun 1804, morfin yang
menunjukkan efek analgesik dan sedatif berhasil diisolasi dalam keadaan
murninya dari biji tumbuhan opium (Papaver somniferum).
Sepanjang abad ke-19, beberapa ilmuwan berhasil mengisolasi
beberapa senyawa aktif tanaman dalam keadaan murninya, seperti kuinina
yang berasal dari kina, kokaina yang berasal dari koka (Erythroxylon
coca), dan beberapa senyawa lainnya terutama dari jaringan tumbuhan.
Pada tahun 1829, ilmuwan berhasil mengisolasi salisina yang berasal dari
dedalu (willow tree) yang memiliki efek pereda nyeri, dan pada tahun
1838, asam salisilat berhasil diisolasi dari sumber yang sama. Masalah
yang timbul dari penggunaan asam salisilat adalah sifatnya yang
mengiritasi lambung sehingga pada abad ke-19 ilmuwan kemudian
mensintesis turunan senyawa ini, asam asetil salisilat, yang lebih dikenal
sebagai aspirin yang menunjukkan efek iritan yang rendah.

Senyawa-senyawa yang berhasil diisolasi dari tumbuhan: (1) morfina, (2)


kuinina, (3) kokaina, (4) salisina, (5) asam salisilat, (6) asam asetil salisilat / aspirin, (7)
penisilin, (8) paklitaksel / taxol, (9) artemisina.
Memasuki abad ke-20, penemuan spektakuler penisilin sebagai
senyawa antibakteri dari jamur Penicillium notatum oleh Alexander
Fleming mampu menyelamatkan jutaan nyawa dari infeksi bakteri selama
terjadinya Perang Dunia II. Fleming dianugerahi penghargaan Nobel
bidang Fisiologi dan Kedokteran pada tahun 1945. Penemuan spektakuler

9
ini menginspirasi banyak ilmuwan untuk mulai mengeksplorasi senyawa
bahan alam yang terdapat pada mikroorganisme seperti jamur dan bakteri.
Seleksi ketat terhadap beberapa galur jamur dan bakteri menghasilkan
penemuan sejumlah antibiotik lain seperti cephalosporin, tetrasiklin,
aminoglikosida, rifamisin, kloramfenikol, dan lipopeptida.
Penemuan obat lain dari bahan alam yang akhirnya disetujui untuk
penggunaan klinis adalah paklitaksel yang diisolasi dalam jumlah yang
sangat kecil dari kulit batang Pacific yew, Taxus brevifolia, yang lebih
dikenal dengan merek dagang Taxol. Senyawa ini diisolasi pada tahun
1970an. Karena jumlahnya yang sangat kecil, senyawa ini baru tersedia
secara komersil pada tahun 1992 setelah melalui serangkaian proses
sintesis. Senyawa lain yang tidak kalah penting yang berhasil diisolasi dari
herba tanaman adalah artemisinina oleh Tu Youyou, ilmuwan asal
Tiongkok. Senyawa ini diperoleh dari Artemisinia annua pada tahun 1972
yang berkhasiat menyembuhkan malaria. Ia pun berhasil mendapatkan
Nobel bidang Fisiologi dan Kedokteran pada tahun 2015 atas
penemuannya tersebut. Secara keseluruhan, sekitar 244 prototipe struktur
kimia (80% berasal dari hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme) telah
digunakan sebagai “cetakan” dalam produksi obat-obatan hingga 1995.
Sekitar setengah dari obat-obatan yang beredar di pasaran terinspirasi dari
struktur alam, baik senyawa langsung maupun turunannya, yang sebagian
besar berasal dari organisme terestrial. Senyawa-senyawa bahan alam ini
kemudian dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu senyawa metabolit
sekunder dan senyawa metabolit primer.
a. Senyawa metabolit sekunder adalah senyawa yang dihasilkan dalam
jumlah terbatas, tidak esensial bagi kelangsungan hidup organisme
tersebut, dan bersifat unik yang hanya ditemukan pada spesies atau genus
tertentu saja. Fungsi metabolit sekunder adalah untuk mempertahankan
diri dari kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan, misalnya untuk
mengatasi hama dan penyakit, menarik polinator, dan sebagai molekul

10
sinyal. Singkatnya, metabolit sekunder digunakan organisme untuk
berinteraksi dengan lingkungannya.
b. Senyawa metabolit primer adalah senyawa yang dihasilkan oleh makhluk
hidup dan bersifat esensial bagi proses metabolisme sel tersebut. Senyawa
ini dikelompokkan menjadi 4 kelompok makromolekul yaitu karbohidrat,
protein, lipid, dan asam nukleat. Sebagian besar senyawa aktif yang telah
diisolasi oleh para ilmuwan menunjukkan banyak di antaranya yang
merupakan bagian dari metabolit sekunder. Senyawa ini menunjukkan
keaktifan yang tinggi disebabkan oleh keunikan dan keragaman
strukturnya serta keberadaannya yang sangat bergantung pada kondisi
lingkungan tempat organisme itu hidup.
3. Teknik Atau Metode Pemanfaatan Kimia Bahan Alam
Samuelsson (1999) mendefinisikan natural products sebagai
produk yang dihasilkan oleh alam yang meliputi: (1) seluruh organisme
(tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme) yang telah diproses secara
sederhana dengan tujuan untuk pengawetan, seperti pengeringan, (2)
bagian dari organisme, seperti daun, bunga, atau organ tertentu dari
hewan, (3) ekstrak dari organisme atau bagian organisme, serta (4)
komponen tunggal (alkaloids, coumarins, flavonoids, lignans, glycosides,
terpenoids, steroids, dll.).
Sebagai contoh yang mudah adalah bahan pewarna alami, yaitu
produk pewarna yang dihasilkan dari proses isolasi, ekstraksi, ataupun
pengeringar bagian tertentu dari suatu bagian tumbuhan. Contoh pewarna
alami dalam bentuk senyawa tunggal adalah berberine, sumber warna
kuning yang dapat diisolasi dari beberapa tanaman, seperti akar kuning
(Arcangelisia flava) atau berberry (Berberis vulgaris). Selain memberikan
efek warna kuning terapi (Imanshahidi and Hosseinzadeh, 2008).

11
Gambar 1.1. Akar kuning dan bentuk ekstraknya.

Ekstrak kunyit yang mengandung curcuminoids juga dapat


digunaka sebagai pewarna kuning dalam bentuk ekstrak selain juga
memberikan efe farmakologi. Selain itu serbuk cabe kering juga merupaka
contoh pewarna merah dalam bentuk sediaan kering yang mengandung
capsaici sebagai bahan aktifnya yang juga memiliki efek farmakologi.
Bahan alam tida terbatas pada sumber-sumber organisme di darat saja tapi
juga dari organism yang hidup di air, sebagai contohnya beberapa senyawa
terpenoids, flavonoids dan saponins juga telah diisolasi dari timun laut
(Stichopus japonicus) sert memiliki berbagai macam efek farmakologi.
Dalam pemanfaatannya, komponen atau substansi-substansi kimia
bahan alam diproses menjadi produk lanjutan baik sebagai bahan baku
untuk produl lanjutannya atau produk jadi dengan standarisasi, keamanan,
serta kepraktisar dalam penggunaan dan cara konsumsinya untuk
meningkatkan nilai ekonominya. Obat, bahan obat, neutraceuticals,
functional foods, nutritional supplements produk herbal, aroma terapi,
pewarna alami, bumbu alami, parfum serta berbaga produk lokal dengan
istilah tertentu seperti jamu di Indonesia, merupakan conto pemanfaatan
bahan alam dengan memberikan sentuhan teknologi untu meningkatkan
guna (function) dan nilainya (value). Dari segi pemanfaatannya bahan
alam berbeda dengan bahan alam lainnya seperti bahan pangan (food atau
nutritional food), di mana ditujukan untu memenuhi kebutuhan nutrisi
pokok (karbohidrat, lemak, protein, asam amino) atau produk perikanan,

12
produk kerajinan, bahan tambang, produk minyak dan ga dan lain
sebagainya, di mana sama-sama menggunakan bahan yang dihasilka oleh
alam. Inilah yang membedakan bahan alam dengan bahan dari alam
(naturo sources) lainnya.
4. Metabolit Sekunder Dan Fitokimia
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa komponen utama dari
baha alam adalah metabolit sekunder, maka metabolit sekunder sendiri
dapa didefinisikan sebagai senyawa dengan berat molekul rendah yang
ditemuka dalam jumlah minor pada organisme yang memproduksinya
karena tida berfungsi sebagai komponen esensial dalam metabolisme atau
penopang pokol dari kelangsungan hidup dari organisme tersebut,
melainkan lebih berfungs sebagai penunjang seperti agen pertahanan diri,
perlawanan terhadap penyaki atau kondisi kritis, ataupun berperan sebagai
hormon.
Sementara itu, ada istilah lain yaitu fitokimia (phytochemicals).
Dari asa usul katanya, maka terdiri dari phyto dan chemicals. Fito (phyto)
dalam bahas latin berarti tumbuhan, sedangkan chemicals berarti bahan-
bahan kimia. Secar harfiah dapat dikatakan fitokimia adalah bahan-bahan
atau senyawa-senyawa kimia yang dihasilkan oleh tumbuhan. Dalam
penggunaannya terutama dalan bidang kimia bahan alam, fitokimia
diartikan sebagai metabolit sekunder yang khusus dihasilkan oleh
tumbuhan. Dengan demikian dapat didefinisikan b fitokimia adalah
senyawa kimia non nutrisi yang memiliki fungsi-fungsi pr atau pertahanan
yang diproduksi di dalam sel tumbuhan. Gamba memperlihatkan
kelompok-kelompok metabolit sekunder yang dihasilkan tumbuhan
melalui beberapa jalur biosintesis yang bersumber atau berawa metabolit
primer hasil proses fotosintesis.
Gambar 1.2. Jalur biosintesis metabolit sekunder pada
tumbuhan.

13
Sementara itu, metabolit primer adalah molekul dengan BM
tinggi memiliki struktur yang relatif sama di setiap organisme, seperti
karbohi lemak, protein, vitamin, dan asam nukleat. Meskipun metabolit
primer merupakan bahan yang diproduksi oleh alam, tetapi secara umum
tidak dis Metabolit sekunder dipelajari dalam bidang ilmu Kimia Bahan
Alam atau Kimi Organik Bahan Alam, sedangkan metabolit primer
dipelajari pada bidang ilm Biokimia. Metabolit primer menjadi bahan
dasar dalam biosintesis beberap kelompok metabolit sekunder, seperti
terlihat pada Gambar 1.2.
5. Agroindustri Bahan Alam
memanen Seorang petani yang menanam jahe, kemudian dai
membersihkannya, lalu menjualnya, sudah dapat dikatakan melakukan
kegiata industri (industri primer). Seorang ibu yang membeli jahe di pasar,
kemudia mengolahnya menjadi ekstrak jahe instan lalu menjualnya dalam
kemasan yan sederhana tentunya juga merupakan kegiatan industri, dan
dapat diklasifikasika dalam industri sekunder. Sebuah pabrik jamu yang
mendatangkan jahe dalan skala besar kemudian mengolahnya menjadi

14
minuman jahe instan denga kemasan modern yang menarik juga termasuk
dalam industri sekunder.
Sebuah laboratorium yang menyediakan jasa analisis kualitas
produl (kandungan nutrisi atau metabolit) kepada perusahaan pengolahan
jahe tadi jug dikategorikan sebagai sebuah industri (industri jasa/industri
tersier). Lebih jau lagi, sebuah laboratorium yang melakukan riset
mendalam untuk menelit mengenai senyawa metabolit sekunder dari jahe,
aktivitas biologis atau efe farmakologisnya, kemudian menciptakan sebuah
formula produk yang terstanda dan kemudian menjualnya kepada
perusahan lain untuk diproduksi dalam skal besar maka laboratorium tadi
telah melakukan kegiatan industri kuarte (quaternary industry).
Dari ilustrasi dan penjelasan di atas, dapat ditarik sebuah benang
mera bahwa industri merupakan sebuah kegiatan untuk memperoleh
pendapata (income) baik dengan menjual produk maupun jasa, termasuk di
dalamnya lisens atau disain produk. Industri sekunder dicirikan dengan
adanya usaha pengolaha (processing) untuk menciptakan nilai tambah
(added value) dari bahan bakunya Sedangkan industri primer tidak
melakukannya, kalaupun ada nilai tambah diciptakan, persentasenya
sangat kecil. Industri tersier memberikan pelay jasa (service), sedangkan
industri kuarter menghasilkan dan menjual lisensi disain produk.
Dengan demikian, agroindustri atau industri agro atau industri
perta dalam lingkup khusus pemanfaatan bahan alam ini dapat
didifinisikan se kegiatan industri yang ditujukan untuk menghasilkan
pendapatan dengan menciptakan nilai tambah dari suatu bahan alam, baik
yang diperoleh m proses budidaya/pertanian ataupun dengan cara
mengambil secara langsung alam (ekstraktif). Dengan demikian produk
bahan alam adalah salah satu o atau produk dari kegiatan agroindustri.

15
Gambar 1.3. Pemanfaatan bahan alam dalam industri

Di sisi lain, produk bahan alam juga dapat berperan sebagai input
material agroindustri, jika produk tersebut diproses lanjut menjadi produk
de nilai tambah yang lebih tinggi. Dengan demikian, berdasarkan bahan
bakı maka agroindustri dapat mencakup area yang sangat luas yaitu
produk kimia pangan (karet, lipid, fiber beserta turunan-turuanannya),
produk pangan, produk bioindustri (enzim), produk perikanan dan
peternakan, produk hasil hutan, dan juga produk bahan alam atau natural
product (pharmaceuticals, herbal medicine, neutraceuticals, functional
foods, nutritional supplements serta berbagai produk bahan dasar).
Gambar 1.3 memperlihatkan tiga kelompok utama produk pemanfaatan
bahan alam yang menghasilkan tiga kombinasi kelompok produk turunan
lainnya.
Kegiatan industri memiliki lingkup yang sangat luas, yaitu
mencakup material, teknologi pengolahan, mesin dan peralatan, sumber
daya manusia, modal, manajemen, perencanaan, sampai pemasaran.
Teknologi industri ditujukan untuk menciptakan sistem produksi, baik dari
sisi manajemen maupun teknologi prosesnya, yang efektif dan efisien atau
dengan kata lain memiliki produktivitas tinggi dalam kegiatan
menghasilkan nilai tambah dari bahan yang diprosesnya. Untuk mencapai
tujuan itu, maka pemahaman mengenai segala aspek yang berkaitan

16
dengan sistem produksi itu harus dikuasai, mulai dari sifat dan jenis
material, teknologi proses, mesin dan peralatan, pengendalian mutu, riset
dan pengembangan, sampai dengan spesifikasi sumber daya manusia yang
dibutuhkan.
B. Klasifikasi Senyawa Bahan Alam
Pada hakekatnya kimia bahan alam merupakan pengetahuan yang telah
dikenal sejak peradaban manusia tumbuh. Sebagian besar bahkan hampir
semua, kandungan senyawa kimia bahan alam adalah senyawa organik, dan
sumber utama senyawa karbon atau senyawa organik ini adalah glukosa yang
dibentuk melalui fotosintesis di dalam tumbuhan autotropik atau diperoleh
dari organisme heterotrof. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan maka
perkembangan kimia bahan alam tidak dapat lagi diragukan hingga sekarang.
Berbagai cara analisis preparatif atau pemisahan telah ditemukan dan
dikembangkan seperti metoda kromatografi yang meliputi: kolom
kromatografi, kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, kromatografi gas,
kromatografi cair bertekanan tinggi, elektroforesis, pertukaran ion, dan
sebagainya. Metoda-metoda tersebut memungkinkan untuk mengisolasi
senyawa-senyawa yang jumlahnya sangat kecil Sastrohamidjojo, 1996.
Dengan meningkatnya jenis dan tipe senyawa yang ditemukan di dalam
berbagai bahan alam, berkembang juga sistem klasifikasi senyawa yang
berasal dari bahan alam Nakanishi et al, 1974 mengemukakan bahwa ada 4
jenis klasifikasi yaitu :
1. Klasifikasi Berdasarkan Struktur Kimia
Klasifikasi ini adalah klasifikasi formal berdasarkan kerangka
struktur molekul, yaitu:
a. Senyawa lemak rantai terbuka atau alifatik, seperti asam-asam lemak,
gula- gula, dan hampir semua asam amino
b. Senyawa sikloalifatik atau alisiklik, seperti terpenoid, steroid, dan
beberapa alkaloid
c. Senyawa benzenoid atau aromatik, seperti fenol dan kuinon

17
d. Senyawa heterosiklik, seperti alkaloid, flavonoid, dan basa-basa
nukleat.
2. Klasifikasi Berdasarkan Aktivitas Fisiologi
Biasanya pengembangan bahan alam didahului dengan pengamatan
dan pengalaman empirik khasiat bahan alam tersebut untuk
menyembuhkan penyakit tertentu. Oleh karena itu, salah satu cara
penyelidikan bahan obat dari tumbuhan atau bahan alam lainnya adalah
melalui ekstraksi dan penetapan khasiat farmakologi ekstrak, diikuti
dengan isolasi komponen murni. Suatu klasifikasi yang menggunakan
landasan aktivitas fisiologi banyak digunakan, misalnya hormon, vitamin,
antiobiotik, dan mikotoksin. Walaupun senyawa yang termasuk dalam
golongan itu memiliki berbagai struktur dan asal- usul biosintetik, aspek
dan aktivitas yang dimilikinya sama
3. Klasifikasi Berdasarkan Taksonomi
Klasifikasi ini didasarkan pada pengkajian morfologi komparatif
atau taksonomi tumbuhan. Di dalam hewan dan sebagian mikroorganisme
metabolit akhir biasanya diekskresikan ke luar tubuh, sedangkan di dalam
tumbuhan, metabolit tersebut disimpan di dalam tubuh tumbuhan.
Walaupun beberapa metabolit selama ini diketahui spesifik pada tumbuhan
tertentu, tetapi sekarang telah diketahui tersebar di dalam berbagai
tumbuhan, misalnya alkaloid dan isoprenoid telah dapat diisolasi dari
berbagai genus, spesies, suku, atau ordo. Bahkan di dalam satu spesies
terdapat sejumlah komponen yang memiliki struktur dasar yang berkaitan.
Pengetahuan tentang kandungan komponen tumbuhan berkembang dengan
sangat pesat karena berkembangnya metode ekstraksi, isolasi dan
karakterisasinya. Hal ini mendorong berkembangnya suatu bidang baru
yang disebut kemotaksonomi chemotaxonomy atau sistematik kimia
chemosystematic yang mengarah ke pembagian kandungan tumbuhan
berdasarkan taksa tumbuhan. Dengan kata lain, isi kandungan tumbuhan
dianggap sebagai tanda bagi evolusi dan klasifikasi tumbuhan
4. Klasifikasi Berdasarkan Biogenesis

18
Biogenesis dan biosintesis memiliki arti yang sama dan sering kali
digunakan tanpa perbedaan. Namun, istilah biogenesis biasanya digunakan
untuk reaksi Universitas Sumatera Utara pembentukan yang masih dalam
taraf hipotesis, sedangkan jika reaksi tersebut telah dibuktikan secara
eksperimen, digunakan istilah biosintesis. Berbagai teori tentang
pembentukan senyawa metabolit primer dan metabolit sekunder telah
dikemukakan di dalam berbagai publikasi. Diawali dengan teori aturan
isoprena pada tahun 1930, yang menyatakan bahwa semua terpenoid
dibentuk dari unit isoprena 5-C, dilanjutkan dengan teori poliketometilena
untuk senyawa fenolik, yang merupakan saran pertama bagi biosintesis
asetogenin poliketida. Komponen pembangun utama untuk atom-atom
karbon dan nitrogen di dalam semua senyawa bahan alam berasal dari 5
kelompok prekursor, yaitu: Wiryowidagdo, 2008. a. asetil ko-A → unit 2C
MeCO- → poliketida asetogenin malonil ko-A b. asam sikimat → unit 6C-
3C 6C-1C atau 6C-2C → senyawa fenolik c. asam mevalonat → unit
prenil → isoprenoid d. unit asam amino seperti fenilanalina, tirosina,
ornitina, lisina, dan triptofan → alkaloid e. 5-5 ’ -deoksiadenilmetionina
→ unit 1C.
penggolongan senyawa kimia bahan alam, umumnya senyawa
ini diklasifikasikan berdasarkan jalur biosintesisnya, yakni (1) jalur asetat,
(2) jalur sikimat, (3) mevalonat dan metilerithrol fosfat, dan (4) kombinasi
jalur. Contoh senyawa yang diperoleh dari kombinasi berbagai jalur adalah
alkaloid yang biasanya diturunkan dari asam amino.

19
Jalur asetat dalam biosintesis senyawa asam lemak dan
poliketida. Biosintesis kedua golongan senyawa ini dimulai dari
asetilkoenzim-A dan malonilkoenzim-A, suatu jenis koenzim yang
terdapat di dalam berbagai jenis organisme. Selanjutnya, substrat kedua ini
akan mengalami reaksi enzimatik yang akhirnya menghasilkan poliketida
dan asam lemak.

Jalur sikimat dalam biosintesis senyawa terpenoid dan


steroid. Dimulai dari D-erithrosa-4P yang secara singkat menghasilkan
empat prekursor utama, asam sikimat, asam protokatekuat, asam galat, dan
asam kuinat, yang melalui reaksi reaksiatik akan diperoleh asam amino
aromatik, fenil propanoid, dan flavonoid.

20
Jalur mevalonat dan metilerithrol fosfat dalam biosintesis senyawa
asam amino aromatik, fenil propanoid, dan flavonoid. Berawal dari
asetlkoenzim-A, proses enzimatik akan menghasilkan opentenil pirofosfat
dan dimetilalil pirofosfat, yang merupakan prekursor utama senyawa-
senyawa terpenoid dan steroid.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pemaparan di atas, jelaslah bahwa kontribusi kimia bahan alam
bagi kehidupan manusia amatlah besar. Bidang ini terbukti memberikan
kontribusi yang nyata terutama dalam membantu menyelamatkan jutaan
nyawa dari berbagai penyakit dan infeksi. Indonesia termasuk salah satu
negara “megadiversity” yang kaya keanekaragaman hayati. Di dunia terdapat
kurang lebih 250.000 jenis tumbuhan tinggi, dan lebih dari 60 % dari jumlah
ini merupakan tumbuhan tropika. Diperkirakan sekitar 30.000 tumbuhan

21
ditemukan di dalam hutan hujan tropika, dan sekitar 1.260 spesies di
antaranya diketahui berkhasiat sebagai obat. Namun, baru sekitar 180 spesies
yang telah digunakan untuk berbagai keperluan industri obat dan jamu, dan
baru beberapa spesies saja yang telah dibudidayakan secara intensif. Adapun
Penggolongan senyawa kimia bahan alam yang umumnya senyawa ini
diklasifikasikan berdasarkan jalur biosintesisnya, yakni (1) jalur asetat, (2)
jalur sikimat, (3) mevalonat dan metilerithrol fosfat, dan (4) kombinasi jalur.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan yang disebabkan oleh
keterbatasan ilmu kuma pengalaman serta informasi yang dimiliki oleh
penulis oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca
untuk perbaikan makalah ini di masa yang akan datang

DAFTAR PUSTAKA

Kindi Farabi. (2019). Kimia Bahan Alam: Apa Pentingnya Bagi Kehidupan
Manusia?. http://majalah1000guru.net/2019/03/kimia-bahan-alam/. 19
September 2021. Jam 11:19 WIT.
Agoes, G. (2007). Teknologi Bahan Alam. ITB, Bandung.
https://text-id.123dok.com/document/8yd98vgez-klasifikasi-senyawa-bahan-
alam.html
Agung Nugroho. (2017). Buku Ajar Teknologi Bahan Alam. Lambung Mangkurat.
University Press.

22
Sri Atun. (2014). Metode Isolasi Dan Identifikasi Struktur Senyawa Organik
Bahan Alam. Jurusan Pendidikan Kimia. FMIPA. Universitas Negeri
Yogyakarta. Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur. Volume 8.
Nomor 2. Hal 53-61

23

Anda mungkin juga menyukai