DOSEN PENGAMPUH
Rifa’atul Mahmudah., S. Farm., M. Farm., Apt
“ Proses Penentuan Nilai D-Value, Z-Value, dan F0 dan Pendekatan Bioburden
dan Overkill “
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
KELAS :D
Syukur Alhamdulillah, segala puja dan puji penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, karena hanya berkat rahmat dan karunia-Nya, dan maha suci Engkau yang telah
memberi kemudahan dalam menyusun makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah
Farmakologi Bahan Alam, sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik.
Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad
SAW, yang telah menuntun kita dari jalan yang penuh kegelapan ke jalan yang penuh
dengan cahaya yaitu Agama Islam.
Walaupun mungkin terdapat kesalahan dan kekurangannya, penulis sebagai
manusia biasa yang tak terlepas dari kesalahan dan kekurangan, sangat mengharapkan
bimbingan dan kritik dari berbagai pihak, dengan harapan penulis dapat
menyempurnakan segala kesalahan dan kekurangan dari makalah ini. Oleh karena itu
sudah sepatutnya jika penulis menyampaikan ucapan terima kasih, rasa hormat dan
penghargaan setinggi – tingginya kepada, Yang terhormat Dosen Pengampu Mata
Kuliah “ Formulasi dan Teknologi Sediaan Cair ” Rifa’atul Mahmuda S. Farm. M.
Farm., Apt” . Hanya untaian do’a yang dapat kami panjatkan semoga amal baiknya di
terima oleh Allah SWT. Dan menjadi amal saleh yang senantiasa mengalir keharibaan
penguasa alam semesta.
Akhirnya kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh sekali dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang mampu membangkitkan jiwa kami,
sangat diharapkan. Mudah-mudahan makalah ini mampu memberi manfaat serta
menunjang ilmu pengetahuan bagi penulis khususnya dan bagi para generasi yang akan
datang. Serta senantiasa mendapat ridho-Nya. Amin.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................................i
Daftar Isi.........................................................................................................................ii
Daftar Gambar................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1. Latar Belakang...................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan...............................................................................................2
1.4. Manfaat Penulisan.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................3
4.1. Konsep SAL, D-value, Z-value dan F0-value...................................................3
4.2. Overkill dan bioburden reduction pada proses sterilisasi..................................5
4.3. Penentuan bioburden..........................................................................................5
4.4. Menghitung lama siklus sterilisasi berdasarkan pendekatan overkill dan
bioburden reduction...........................................................................................6
4.5. Jurnal Terkait overkill/bioburden).....................................................................8
BAB III PENUTUP........................................................................................................12
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................13
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1......................................................................................................................3
Gambar 2.2......................................................................................................................4
Gambar 2.3......................................................................................................................8
Gambar 2.4......................................................................................................................9
Gambat 2.5......................................................................................................................10
Gambar 2.6......................................................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kontaminasi biologis disebabkan oleh kontaminan yang memiliki potensi
untuk tumbuh dan bereproduksi. Kontaminan biologis dapat terdiri atas bakteri,
jamur, prion, dan virus (Day et al, 2003). Kontaminan dapat berasal dari bahan
baku, proses manufaktur, ataupun dari tempat penyimpanan atau saat penggunaan.
Terdapat dua alasan mengapa kontaminasi biologis berpotensi memiliki bahaya
bagi manusia. Pertama, kontaminasi dapat menyebabkan kecacatan produk. Proses
metabolisme mikroorganisme yang menjadi kontaminan dapat memodifikasi
konten dari produk, sehingga bukan hanya berdampak pada perubahan sifat
produk, namun juga kepercayaan pengguna. Kedua, kontaminasi dapat berbahaya
bagi kesehatan pengguna. Efek ini bervariasi tergantung tipe produk, jenis
mikroorganisme, jalur administrasi kontaminan, dan resistensi pengguna
(Bloomfield, 2007).
Dekontaminasi merupakan usaha untuk mengurangi atau menghilangkan
kontaminan dari material untuk menciptakan lingkungan yang aman secara
biologis. Proses dekontaminasi dimulai dari pembersihan material yang mereduksi
jumlah mikroorganisme, untuk menjamin keberhasilan proses dekontaminasi,
penggunaan disinfektan, sanitizer, sterilan, atau agen antimikroba lainnya
(Mazzola et al., 2003). Sterilisasi merupakan usaha untuk memusnahkan seluruh
bentuk kehidupan mikroba. Termasuk virus, bakteri, dan mikobakteri dari
material untuk mencegah transmisi penyakit. Sterilisasi hanya dapat dilakukan
pada objek tak hidup, karena dapat menyebabkan kerusakan jaringan hidup.
Sterilisasi yang sukses merupakan kesatuan dari tiga elemen yang interdependen,
yaitu kontak yang intim dan cukup antara sterilan dan seluruh permukaan
material, Minimalisasi bio-burden, melalui proses pembersihan dan Sterilan dan
peralatan sterilisasi yang tepat dan tervalidasi untuk mencapai kombinasi
temperatur/sterilan yang sesuai (Solon & Killeen, 2015).
1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan SAL, D-value, Z-value dan F0-value
2. Bagaimana Penentuan bioburden
3. Bagaimana cara menghitung lama siklus sterilisasi berdasarkan pendekatan
overkill dan bioburden reduction
4. Carilah Jurnal Terkait overkill/bioburden
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Konsep SAL, D-value, Z-value dan F0-value
3
yaitu dari nilai resiprokal negatif gradien kurva (-1/gradien). Dvalue juga dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan:
t
DT = dengan
log N 0−log Nt
DT = D-value
t = waktu pemanasan
N0 = jumlah awal
Nt = jumlah akhir (Kurniadi, dkk. 2019)
Besarnya d-value bergantung pada kondisi lingkungan tumbuh
mikroorganisme. faktor-faktor yang memengaruhi d-value dapat dibagi menjadi
tiga jenis, yaitu faktor inheren, faktor lingkungan, dan faktor intrinsik (Davidson
dan Weiss (2003).
4
2.2. Overkill dan bioburden reduction pada proses sterilisasi
Overkill Method adalah metode sterilisasi menggunakan pemanas dengan
uap panas pada 121°C selama 15 menit yang mampu memberikan minimal
reduksi setingkat Log 12 dari mikroorganisme-mikroorganisme yang memiliki
nilai D minimal 1 menit. Kita bisa menggunakan metode overkill untuk bahan
yang tahan panas seperti zat organik. Kriteria sterilisasi yang digunakan adalah
Probabilitas Survival tidak lebih besar dari 1 mikroorganisme dalam10 6 unit
(Dwidjoseputro, D.2005).
Bioburden adalah metode sterilisasi yang memerlukan monitoring ketat dan
terkontrol terhadap beban mikroba sekecil mungkin di beberapa lokasi jalur
produksi sebelum menjalani proses sterilisasi lanjutan dengan tingkat sterilitas
yang dipersyaratkan SAL 10−6 . Metode ini umumnya digunakan untuk bahan
yang dapat mengalami degradasi kandungan bila dipanaskan terlalu tinggi, seperti
zat organik. Sterilisasi bioburden merupakan proses sterilisasi berdasarkan jenis
dan konsentrasi isolat bioburden dari sediaan yang telah ditentukan sebelumnya
dimana pemanasan akhir yang digunakan tidak lagi harus mencapai 121˚C atau
selama 15 menit, sehingga produk-produk yang dihasilkan dengan metode ini
selain dijamin steril, bebas partikel namun kandungannya tetap stabil serta tidak
terurai yang diakibatkan pemanasan yang terlalu tinggi (Dwidjoseputro, D.2005).
Perbedaan kedua metode adalah pada titik awal (starting point). Apabila
menggunakan pendekatan overkill maka pemanasan dengan uap 121°C selama 15
menit. Sedangkan pendekatan bioburden terlihat dari pencapaian tingkat sterilisasi
yang diminta, yakni SAL 106.
5
inkubasi pada suhu kamar selama 2 hari. Jumlah total mikroba (bioburden) pada
seluruh baju hazmat bekas pakai dihitung menggunakan persamaan sebagai
berikut:
Jumlah koloni ( CFU ) x Berat hazmat ( g)
Bioburden(CFU )=
Berat sampel hazmat (g)
6
Jalankan oven dan mulai sterilisasi pada setting 230°C selama 90 menit.
Catat temperatur pada saat program tersebut dimulai sampai dengan
siklus sterilisasi otomatis dimulai.
Setelah tercapai temperatur sterilisasi/ depirogenisasi (230oC), catat
temperatur tiap 5 menit pada tabulasi.
Lampirkan hasil rekam grafik sterilisasi.
Tentutan titik terendah & titik tertinggi.
Hitung L dari tiap termokopel.
Perhitungan :
1. Hitung lethal rate (L) dari temperatur terendah dan tertinggi dari tiap
termokopel.
L = 10 (t- 170)/Z t = Temperatur yang dibaca
170o C = Temperatur dasar
Z = Temperatur incremental untuk oven (20)
2. Hitung acumulative lethality (Fh)
Fh =∆Tx∑L
L = Lethal rate dari tiap waktu pengamatan
∆T = Interval waktu pengamatan
7
2.5. Jurnal Terkait Overkill/Bioburden
2.5.1. Jurnal Bioburden
8
selama produksi, pengemasan (primer dan sekunder) dan pengiriman. Untuk
menghindari kesalahan apapun atau serangan kontaminasi pada produk.
9
menyebar melalui kontak atau melalui udara ke pasien baru dan staf rumah sakit
(Mehta dan Devender. 2019).
2.5.2. Jurnal Overkill Sterilisasi
10
berlebihandirekomendasikan oleh FDA menghasilkan margin keamanan yang
signifikan, yang tidak diperlukan saat memvalidasi pemrosesan endoskopi
menggunakan HLD.
11
12
BAB III
PENUTUPAN
3.1. Kesimpulan
Sterilisasi adalah suatu proses untuk mematikan semua organisme yang
terdapat pada atau di dalam suatu benda. Pematian mikroorganisme mendasari
metode kerja mikrobiologi dan pengawetan bahan makanan. Pembebasan suatu
bahan dari mikroorganisme hidup atau stadium istirahatnya disebut sterilisasi.
Jika, sesuatu larutan tidak steril atau yang sudah ditanami kuman, tanpa
dikehendaki dicemari oleh mikroorganisme, peristiwa ini disebut kontaminasi
atau pencemaran.
SAL (Sterility Assurance Level) Digunakan untuk menggambarkan
probabilitas dari satu unit yang non-steril setelah mengalami proses sterilisasi. D-
Value Studi untuk menentukan jumlah dan ketahanan panas mikroorganisme
dalam produk. Z-Value Z-Value menunjukkan perbedaan waktu yang diperlukan
bagi setiap suhu yang digunakan untuk menurunkan jumlah mikroba menjadi
1/10nya. F˚ Nilai F didefinisikan sebagai waktu sterilisasi ekuivalen (dalam
menit) objek yang diekspose terhadap lingkungan jenuh uap air pada suhu 121 0C
dan merupakan nilai keseluruhan yang berasal dari formula tertentu.
Metode Overkill Metode overkill adalah metode sterilisasi menggunakan
pemanasan dengan uap panas pada suhu 121˚C selama 15 menit yang mampu
memberikan minimal reduksi setingkat log 12 dari mikroorganisme-
mikroorganisme yang memiliki nilai D minimal 1 menit. Bioburden Reduction
Metode ini umumnya digunakan untuk bahan yang dapat mengalami degradasi
kandungan bila dipanaskan terlalu tinggi, seperti zat organik.
13
14
DAFTAR PUSTAKA
15
Solon. J. G., Killeen, S. (2015). Decontamination and sterilization. Surgery (Oxford).
Vol. 33(11). 572-578.
16