Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN CAIR

DOSEN PENGAMPUH
Rifa’atul Mahmudah., S. Farm., M. Farm., Apt
“ Proses Penentuan Nilai D-Value, Z-Value, dan F0 dan Pendekatan Bioburden
dan Overkill “

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1

1. Nur Nafriyah Baharun (O1A120191)


2. Nurul Adiani (O1A120193)
3. Fathinnah Roihana. A (O1A120223)
4. Nilam Wardah Aida (O1A120185)

KELAS :D

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, segala puja dan puji penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, karena hanya berkat rahmat dan karunia-Nya, dan maha suci Engkau yang telah
memberi kemudahan dalam menyusun makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah
Farmakologi Bahan Alam, sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik.
Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad
SAW, yang telah menuntun kita dari jalan yang penuh kegelapan ke jalan yang penuh
dengan cahaya yaitu Agama Islam.
Walaupun mungkin terdapat kesalahan dan kekurangannya, penulis sebagai
manusia biasa yang tak terlepas dari kesalahan dan kekurangan, sangat mengharapkan
bimbingan dan kritik dari berbagai pihak, dengan harapan penulis dapat
menyempurnakan segala kesalahan dan kekurangan dari makalah ini. Oleh karena itu
sudah sepatutnya jika penulis menyampaikan ucapan terima kasih, rasa hormat dan
penghargaan setinggi – tingginya kepada, Yang terhormat Dosen Pengampu Mata
Kuliah “ Formulasi dan Teknologi Sediaan Cair ” Rifa’atul Mahmuda S. Farm. M.
Farm., Apt” . Hanya untaian do’a yang dapat kami panjatkan semoga amal baiknya di
terima oleh Allah SWT. Dan menjadi amal saleh yang senantiasa mengalir keharibaan
penguasa alam semesta.
Akhirnya kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh sekali dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang mampu membangkitkan jiwa kami,
sangat diharapkan. Mudah-mudahan makalah ini mampu memberi manfaat serta
menunjang ilmu pengetahuan bagi penulis khususnya dan bagi para generasi yang akan
datang. Serta senantiasa mendapat ridho-Nya. Amin.

Kendari, 1 Juni 2023

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................................i
Daftar Isi.........................................................................................................................ii
Daftar Gambar................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1. Latar Belakang...................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan...............................................................................................2
1.4. Manfaat Penulisan.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................3
4.1. Konsep SAL, D-value, Z-value dan F0-value...................................................3
4.2. Overkill dan bioburden reduction pada proses sterilisasi..................................5
4.3. Penentuan bioburden..........................................................................................5
4.4. Menghitung lama siklus sterilisasi berdasarkan pendekatan overkill dan
bioburden reduction...........................................................................................6
4.5. Jurnal Terkait overkill/bioburden).....................................................................8
BAB III PENUTUP........................................................................................................12
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................13
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1......................................................................................................................3
Gambar 2.2......................................................................................................................4
Gambar 2.3......................................................................................................................8
Gambar 2.4......................................................................................................................9
Gambat 2.5......................................................................................................................10
Gambar 2.6......................................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kontaminasi biologis disebabkan oleh kontaminan yang memiliki potensi
untuk tumbuh dan bereproduksi. Kontaminan biologis dapat terdiri atas bakteri,
jamur, prion, dan virus (Day et al, 2003). Kontaminan dapat berasal dari bahan
baku, proses manufaktur, ataupun dari tempat penyimpanan atau saat penggunaan.
Terdapat dua alasan mengapa kontaminasi biologis berpotensi memiliki bahaya
bagi manusia. Pertama, kontaminasi dapat menyebabkan kecacatan produk. Proses
metabolisme mikroorganisme yang menjadi kontaminan dapat memodifikasi
konten dari produk, sehingga bukan hanya berdampak pada perubahan sifat
produk, namun juga kepercayaan pengguna. Kedua, kontaminasi dapat berbahaya
bagi kesehatan pengguna. Efek ini bervariasi tergantung tipe produk, jenis
mikroorganisme, jalur administrasi kontaminan, dan resistensi pengguna
(Bloomfield, 2007).
Dekontaminasi merupakan usaha untuk mengurangi atau menghilangkan
kontaminan dari material untuk menciptakan lingkungan yang aman secara
biologis. Proses dekontaminasi dimulai dari pembersihan material yang mereduksi
jumlah mikroorganisme, untuk menjamin keberhasilan proses dekontaminasi,
penggunaan disinfektan, sanitizer, sterilan, atau agen antimikroba lainnya
(Mazzola et al., 2003). Sterilisasi merupakan usaha untuk memusnahkan seluruh
bentuk kehidupan mikroba. Termasuk virus, bakteri, dan mikobakteri dari
material untuk mencegah transmisi penyakit. Sterilisasi hanya dapat dilakukan
pada objek tak hidup, karena dapat menyebabkan kerusakan jaringan hidup.
Sterilisasi yang sukses merupakan kesatuan dari tiga elemen yang interdependen,
yaitu kontak yang intim dan cukup antara sterilan dan seluruh permukaan
material, Minimalisasi bio-burden, melalui proses pembersihan dan Sterilan dan
peralatan sterilisasi yang tepat dan tervalidasi untuk mencapai kombinasi
temperatur/sterilan yang sesuai (Solon & Killeen, 2015).

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan SAL, D-value, Z-value dan F0-value
2. Bagaimana Penentuan bioburden
3. Bagaimana cara menghitung lama siklus sterilisasi berdasarkan pendekatan
overkill dan bioburden reduction
4. Carilah Jurnal Terkait overkill/bioburden

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui yang definisi SAL, D-value, Z-value dan F0-value
2. Untuk mengetahu bagaimana penentuan bioburden
3. Untuk megetahui bagaimana cara menghitung lama siklus sterilisasi berdasarkan
pendekatan overkill dan bioburden reduction
4. Untuk mengetahui Jurnal Terkait overkill/bioburden

1.4. Manfaat Penulisan


1. Agar mengetahui definisi SAL, D-value, Z-value dan F0-value
2. Agar mengetahui bagaimana Penentuan bioburden
3. Agar mengetahui bagaimana cara menghitung lama siklus sterilisasi
berdasarkan pendekatan overkill dan bioburden reduction
4. Agar mengetahui Jurnal Terkait overkill/bioburden

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Konsep SAL, D-value, Z-value dan F0-value

SAL (Sterility assurance Level) didefinisakan sebagai probabilitas


kelangsungan hidup mikroorganisme setelah proses sterilisasi, walaupun hanya
satu minkroorganisme. SAL adalah prediktor dari kemanjuran proses sterlisasi
semakin kecil nilai SAL maka semakin besar produk akan steril (Armenante dan
Akiti. 2019). Dengan menggunakan metode umumnya untuk bahan yang
dapat mengalami degradasi kandungan bila dipanaskan terlalu tinggi
seperti zat organik. Misalnya, larutan karbohidrat (dektrosa) bila
dipanaskan dengan temperatur tinggi dapat mengakibatkan senyawa Hidri
Methyl Fulfural (HMF) yang merupakan seuatu senyawa hepatotoksik
yang tidak di inginkan. Proses sterilisasi memerlukan suatu siklis yang dapat
menghancurkan muatan mikroorganisme namun tanpa menimbulkan degradasi
produk. Siklus didapat dari studi-studi yang memastikan jumlah dan
ketahanan mikroorganisme terhadap panas dalam produk yang akan disterilakan.

D-value merupakan waktu pemaparan yang dibutuhkan dalam kondisi


tertentu, untuk menghasilkan reduksi sebanyak satu log10 atau sebesar 90% dari
populasi awal (N0, bio-burden) suatu mikroorganisme pada suhu konstan dan
kondisi tertentu D-value didapat dari hasil regresi linier terhadap kurva survivor

3
yaitu dari nilai resiprokal negatif gradien kurva (-1/gradien). Dvalue juga dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan:
t
DT = dengan
log N 0−log Nt
DT = D-value
t = waktu pemanasan
N0 = jumlah awal
Nt = jumlah akhir (Kurniadi, dkk. 2019)
Besarnya d-value bergantung pada kondisi lingkungan tumbuh
mikroorganisme. faktor-faktor yang memengaruhi d-value dapat dibagi menjadi
tiga jenis, yaitu faktor inheren, faktor lingkungan, dan faktor intrinsik (Davidson
dan Weiss (2003).

Z-value merupakan suatu konsep dalam farmasi yang digunakan untuk


mengevaluasi efek suhu pada stabilitas termal produk farmasi. Konsep ini sering
digunakan dalam pengembangan dan validasi proses sterilisasi pada industri
farmasi (Nelviya, dkk. 2018). Nilai Z adalah perubahan suhu yang menyebabkan
reduksi mikroba sebesar satu nilai D.
F0-value merupakan waktu yang setara dalam menit pada suhu tertentu
yang diberikan pada suatu produk untuk menghasilkan efek sterilisasi yang sesuai
dengan suhu referensi dan nilai z tertentu (Shintani. 2011). Dan Nilai F
didefinisikan sebagai waktu sterilisasi ekuivalen (dalam menit) objek yang
diekspose terhadap lingkungan jenuh uap air pada suhu 121˚C dan merupakan
nilai keseluruhan yang berasal dari formula tertentu.

4
2.2. Overkill dan bioburden reduction pada proses sterilisasi
Overkill Method adalah metode sterilisasi menggunakan pemanas dengan
uap panas pada 121°C selama 15 menit yang mampu memberikan minimal
reduksi setingkat Log 12 dari mikroorganisme-mikroorganisme yang memiliki
nilai D minimal 1 menit. Kita bisa menggunakan metode overkill untuk bahan
yang tahan panas seperti zat organik. Kriteria sterilisasi yang digunakan adalah
Probabilitas Survival tidak lebih besar dari 1 mikroorganisme dalam10 6  unit
(Dwidjoseputro, D.2005).
Bioburden adalah metode sterilisasi yang memerlukan monitoring ketat dan
terkontrol terhadap beban mikroba sekecil mungkin di beberapa lokasi jalur
produksi sebelum menjalani proses sterilisasi lanjutan dengan tingkat sterilitas
yang dipersyaratkan SAL 10−6 . Metode ini umumnya digunakan untuk bahan
yang dapat mengalami degradasi kandungan bila dipanaskan terlalu tinggi, seperti
zat organik. Sterilisasi bioburden merupakan proses sterilisasi berdasarkan jenis
dan konsentrasi isolat bioburden dari sediaan yang telah ditentukan sebelumnya
dimana pemanasan akhir yang digunakan tidak lagi harus mencapai 121˚C atau
selama 15 menit, sehingga produk-produk yang dihasilkan dengan metode ini
selain dijamin steril, bebas partikel namun kandungannya tetap stabil serta tidak
terurai yang diakibatkan pemanasan yang terlalu tinggi (Dwidjoseputro, D.2005).
Perbedaan kedua metode adalah pada titik awal (starting point). Apabila
menggunakan pendekatan overkill maka pemanasan dengan uap 121°C selama 15
menit. Sedangkan pendekatan bioburden terlihat dari pencapaian tingkat sterilisasi
yang diminta, yakni SAL 106.

2.3. Penentuan bioburden


Penentuan bioburden pada baju hazmat bekas pakai dilakukan dengan
menggunakan sample item portion (SIP) < 1. Sejumlah 30 sampel dari 3 batch
produksi diambil dari bagian yang berbeda yaitu kepala, dada, ketiak, lengan dan
paha dengan ukuran lebih kurang 2x4 cm dan ditimbang beratnya. Media yang
digunakan adalah PCA. Media agar steril ditempatkan di dalam cawan petri dan
potongan sampel ditempelkan pada permukaannya. Selanjutnya dilakukan

5
inkubasi pada suhu kamar selama 2 hari. Jumlah total mikroba (bioburden) pada
seluruh baju hazmat bekas pakai dihitung menggunakan persamaan sebagai
berikut:
Jumlah koloni ( CFU ) x Berat hazmat ( g)
Bioburden(CFU )=
Berat sampel hazmat (g)

2.4. Menghitung lama siklus sterilisasi berdasarkan pendekatan overkill dan


bioburden reduction
a. Metode Overkill
Yaitu metode sterilisasi menggunakan pemanasan dengan uap panas pada
121ºC selama 15 menit yang mampu memberikan minimal reduksi setingkat log
12 dari mikroorganisme-mikroorganisme yang memiliki nilai D minimal 1
menit. Metode ini biasanya digunakan untuk bahan yang tahan panas seperti zat
anorganik. Metode ini merupakan pilihan utama karena kelebihannya lebih
efisien, cepat, dan aman. Kriteria sterilitas yang digunakan adalah probabilitas
mikroba yang hidup tidak lebih besar dari 1 mikroorganisme dalam 10−6 unit.
Pada metode ini, monitoring hanya dilakukan pada formula akhir.
b. Metode Bioburden Reduction
Adalah metode sterilisasi yang memerlukan monitoring ketat dan terkontrol
terhadap beban mikroba sekecil mungkin di beberapa lokasi jalur produksi
sebelum menjalani proses sterilisasi lanjutan dengan tingkat sterilitas yang
dipersyaratkan SAL 10−6 . Metode ini umumnya digunakan untuk bahan yang
dapat mengalami degradasi kandungan bila dipanaskan terlalu tinggi, seperti zat
organik.
Percobaan ini dapat dilakukan bersamaan dengan Uji Tantang Endotoksin
Prosedur :
 Lakukan percobaan ini pada peralatan yang disterilkan
 Letakkan peralatan/ vial/ ampul/ tangki yang akan disterilkan dalam oven
yang didikualilfikasi
 Masukkan probe thermocouple ke dalam masing-masing perlengkapan/
alat/ vial/ ampul atau bahan yang disterilkan.

6
 Jalankan oven dan mulai sterilisasi pada setting 230°C selama 90 menit.
 Catat temperatur pada saat program tersebut dimulai sampai dengan
siklus sterilisasi otomatis dimulai.
 Setelah tercapai temperatur sterilisasi/ depirogenisasi (230oC), catat
temperatur tiap 5 menit pada tabulasi.
 Lampirkan hasil rekam grafik sterilisasi.
 Tentutan titik terendah & titik tertinggi.
 Hitung L dari tiap termokopel.

Perhitungan :
1. Hitung lethal rate (L) dari temperatur terendah dan tertinggi dari tiap
termokopel.
L = 10 (t- 170)/Z t = Temperatur yang dibaca
170o C = Temperatur dasar
Z = Temperatur incremental untuk oven (20)
2. Hitung acumulative lethality (Fh)
Fh =∆Tx∑L
L = Lethal rate dari tiap waktu pengamatan
∆T = Interval waktu pengamatan

Lakukan 3 kali pengamatan Kriteria penerimaan :


1. Temperatur dalam oven 220oC – 235oC selama minimal 60 menit.
2. Perbedaan temperatur tertinggi dan terendah tidak boleh lebih dari 10oC
3. Fh (170 °C) > 40 menit.
(Berdasarkan Bacillus subtilis, D(160°C) 10 menit, prinsip overkill, lebih
dari pengurangan 12 log , Fh(160°C) = D(160°C) x (Log N(o) - Log N(t) =
120 menit. Dengan nilai Z = 20, dapat dihitung bahwa D(170°C) = 10 exp
0.5 = 3.3 maka Fh(170°C) = 3.3 x 12 = 40 menit)

7
2.5. Jurnal Terkait Overkill/Bioburden
2.5.1. Jurnal Bioburden

Pada jurnal penelitian ini membahasa mengenai bagaimana memproduksi


produk yang aman pada perangkat medis. Banyak perangkat medis sekali pakai
yang disterilkan secara akhir dengan etilen oksida atau metode radiasi seperti
gamma atau e-beam. FDA dan badan pengatur lainnya yang mensyaratkan proses
sterilisasi divalidasi dan validasi ini biasanya memerlukan beban biologis dan
sterilitas pengujian. Pengujian sterilitas dan pengujian bioburden juga dilakukan
pada perangkat sebagai bagian dari kontrol kualitas rutin. Dengan melakukan
pengujian ini pada perangkat medis kami dapat menjamin kemandulan in-house;

8
selama produksi, pengemasan (primer dan sekunder) dan pengiriman. Untuk
menghindari kesalahan apapun atau serangan kontaminasi pada produk.

Tes Bioburden menentukan jumlah total yang layak mikroorganisme di


dalam atau pada alat kesehatan, wadah atau komponen. Itu dilakukan pada produk
apa pun yang membutuhkan kontrol dan / atau pemantauan jumlah bioburden,
biasanya sebagai bagian dari program sterilisasi. Tes ini bertindak sebagai awal
sistem peringatan untuk kemungkinan masalah produksi yang bisa menyebabkan
sterilisasi yang tidak adekuat. Ini juga untuk menghitung dosis yang diperlukan
untuk sterilisasi radiasi yang efektif dan untuk memantau produk secara rutin
sebagai bagian dari audit dosis triwulanan. Bioburden bukanlah tes yang produk
Anda lulus atau gagal- Ini informasi. Bioburden biasanya didefinisikan sebagai
jumlah bakteri hidup pada permukaan yang belum disterilkan. Itu istilah yang
paling sering digunakan dalam konteks pengujian bioburden, juga dikenal sebagai
pengujian batas mikroba, yang dilakukan pada produk farmasi dan produk medis
untuk kualitas tujuan pengendalian. Produk atau komponen yang digunakan dalam
bidang farmasi atau kedokteran memerlukan pengendalian mikroba tingkat selama
pengolahan dan penanganan. Beban biologis atau pengujian batas mikroba pada
produk ini membuktikan hal tersebut persyaratan telah terpenuhi.
Bioburden juga terkait dengan biofouling, di mana mikroba berkumpul di
permukaan perangkat atau di dalamnya peralatan berpendingin kipas. Dalam
pengaturan perawatan kesehatan, ini meningkatrisiko infeksi terkait layanan
kesehatan (HAIs) atau Infeksi yang didapat di rumah sakit karena patogen dapat

9
menyebar melalui kontak atau melalui udara ke pasien baru dan staf rumah sakit
(Mehta dan Devender. 2019).
2.5.2. Jurnal Overkill Sterilisasi

Pada penelitian ini menggunakan metode overkill sterilisasi pada


pembersihan duodenoskop yang dimana model duodenoskop yang diuji pertama
kali dievaluasi dalam pensteril hidrogen peroksida−ozon dengan metode
pembunuhan berlebihan yang dilakukan dalam rangkap tiga menggunakan 2
duodenoskop terpisah. Metode pembunuhan berlebihan (atau metode setengah
siklus) terdiri dari menginokulasi perangkat medis dengan lebih dari 1,0 £ 106
unit pembentuk koloni (CFU) dari organisme paling resisten yang diidentifikasi
untuk proses sterilisasi ini dan dengan menunjukkan pertumbuhan setelah titik
setengah siklus dari siklus sterilisasi (siklus dilakukan termasuk 1 fase pemaparan
sterilan, bukan 2 fase dalam siklus lengkap). Hal ini menghasilkan tingkat
jaminan sterilitas sebesar 10−6 artinya ada 1 dalam 1.000.000 peluang suatu
organisme bertahan dalam proses sterilisasi. Meskipun sterilisasi dengan setengah
siklus tidak akan pernah dilakukan dalam penggunaan klinis, pendekatan ini

10
berlebihandirekomendasikan oleh FDA menghasilkan margin keamanan yang
signifikan, yang tidak diperlukan saat memvalidasi pemrosesan endoskopi
menggunakan HLD.

Pada hasil akhirnya Set pertama tes laboratorium dilakukan dengan


menggunakan overkill metode di mana perangkat disterilkan dengan hanya
setengah dari siklus sterilisasi normal. Meskipun mensterilkan dengan setengah
siklus tidak akan pernah dilakukan dalam penggunaan klinis, pendekatan
berlebihan yang direkomendasikan oleh FDA ini tidak memberikan margin
keamanan yang signifikan hadir saat memproses endoskopi menggunakan HLD.
Dalam pengujian ini, tidak mikroorganisme ditemukan dari semua duodenoskop,
menunjukkan pengurangan setidaknya 6-log G stearothermophilus pada setengah
siklus, memberikan tingkat jaminan sterilitas 10−6 (Simard dkk. 2019).

11
12
BAB III
PENUTUPAN
3.1. Kesimpulan
Sterilisasi adalah suatu proses untuk mematikan semua organisme yang
terdapat pada atau di dalam suatu benda. Pematian mikroorganisme mendasari
metode kerja mikrobiologi dan pengawetan bahan makanan. Pembebasan suatu
bahan dari mikroorganisme hidup atau stadium istirahatnya disebut sterilisasi.
Jika, sesuatu larutan tidak steril atau yang sudah ditanami kuman, tanpa
dikehendaki dicemari oleh mikroorganisme, peristiwa ini disebut kontaminasi
atau pencemaran.
SAL (Sterility Assurance Level) Digunakan untuk menggambarkan
probabilitas dari satu unit yang non-steril setelah mengalami proses sterilisasi. D-
Value Studi untuk menentukan jumlah dan ketahanan panas mikroorganisme
dalam produk. Z-Value Z-Value menunjukkan perbedaan waktu yang diperlukan
bagi setiap suhu yang digunakan untuk menurunkan jumlah mikroba menjadi
1/10nya. F˚ Nilai F didefinisikan sebagai waktu sterilisasi ekuivalen (dalam
menit) objek yang diekspose terhadap lingkungan jenuh uap air pada suhu 121 0C
dan merupakan nilai keseluruhan yang berasal dari formula tertentu.
Metode Overkill Metode overkill adalah metode sterilisasi menggunakan
pemanasan dengan uap panas pada suhu 121˚C selama 15 menit yang mampu
memberikan minimal reduksi setingkat log 12 dari mikroorganisme-
mikroorganisme yang memiliki nilai D minimal 1 menit. Bioburden Reduction
Metode ini umumnya digunakan untuk bahan yang dapat mengalami degradasi
kandungan bila dipanaskan terlalu tinggi, seperti zat organik.

13
14
DAFTAR PUSTAKA

Armenante. P. M. Dan Akiti. A. 2019. Sterlization Process In The Pharmaceutical


Industry. Chemical Engineering In The Pharnaceutical Industry Drug Design and
Development and Modeling. 311-379
Bloomfield, S. F. (2007). Microbial Contamination: Spoilage and Hazard. Dalam S. P.
Denyer & R. M. Baird (Ed.), Guide to Microbiological Control in
Pharmaceuticals and Medical Devices, edisi kedua (hal. 23-50). New York: CRC
Press.
Davidson, P. M., & Weiss, J. (2003). Decimal Reduction Times. Dalam D. R. Heldman
(Ed), Encyclopedia of Agricultural, Food, and Biological Engineering (hal. 165-
171). New York: Marcel Dekker, Inc.
Day, D. W., Boss, M. J., King, J., & Karst M. (2003). Micro Dictionary. Dalam M. J.
Boss & D. W. Day (Ed), Biological Risk Engineering Handbook (hal. 1-38). Boca
Raton: Lewis Publishers
Dwidjoseputro, D.2005. Dasar – Dasar Mikrobiologi. Djambatan : Jakarta.
Kurniadi.M., Annisa. K., Asep.N., dan Agus. S. 2019. Proses Termal Dan Pendugaan
Umur Simpan Nasi Goreng Dalam Kemasan Retort Pounch. Jurnal Riset
Teknologi Industri. Vol. 3 (1).
Mazzola, P. G., Penna, T. C. V., & da S Martins, A. (2003). Determination of decimal
reduction time (D value) of chemical agents used in hospitals for disinfection
purposes. BMC Infectious Disease. Vol. 3(1).
Mehta.D dan Devender.S . 2019. Review on Bioburden Studies on Medical Devices.
Journal of Drug Delivery and Therapeutics. Vol. 9(4-A). ISSN: 2250-1177
Melviya., Dina. C.A.P., dan Sri. H.Y. 2018. Evaluation Of Compounding Sterile
Preparation For Hospitalized Pediatric Patient at “ X “ Hospital Semarang City,
Indonesia. Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi. Vol. 8 (3).
Simard. V.N., Jean.L.J.,Karina.M.,Bradley.J. 2019. Elevating the standard of endoscope
processing: Terminal sterilization of duodenoscopes using a hydrogen
peroxide−ozone sterilizer. American Journal of Infection Control. Vol. 47.

15
Solon. J. G., Killeen, S. (2015). Decontamination and sterilization. Surgery (Oxford).
Vol. 33(11). 572-578.

16

Anda mungkin juga menyukai