Anda di halaman 1dari 19

SUKSESI

OLEH:

NURUL FITRIANI

2130106040

21 TBIO-3A

DOSEN PENGAMPU:
Dr. DWI RINI KURNIA FITRI, M.Si.

JURUSAN TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAHMUD YUNUS BATUSANGKAR

BATUSANGKAR
2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas mata kuliah Ekologi Tumbuhan yang berjudul "Suksesi". Sholawat beserta salam juga
kami kirimkan kepada Nabi Muhammmad Saw, yang telah membawa umat manusia dari alam
jahiliah kepada islamayah seperti pada saat sekarag ini.

Ucapan terimakasih kami ucapkan kepada Ibu Dr. Dwi Rini Kurnia Fitri, M.Si.
selaku dosen pengampu mata kuliah Ekologi Tumbuhan yang telah membimbing kami dalam
menyelesaikan makalah ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang
telah terlibat dalam pembuatan makalah ini.

Makalah ini tentunya masih jauh dari kata sempurna dan masih memiliki banyak
kekurangan. Jika ada kritik dan saran dari pembaca kami terima dengan senang hati. Semoga
makalah ini dapat menambah wawasan kita.

Batusangkar, 1 Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................1
C. Tujuan..............................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................3
LANDASAN TEORI................................................................................................................3
A. Penyebab Utama Perubahan Ekosistem...........................................................................3
B. Pengertian, Dasar Suksesi dan Jenis Suksesi...................................................................4
C. Pendekatan Kajian Suksesi..............................................................................................6
D. Proses Suksesi..................................................................................................................9
E. Suksesi Progresif dan Suksesi Regresif.........................................................................11
F. Kategori Keadaan Terjadinya Suksesi...........................................................................12
G. Suksesi Vegetasi............................................................................................................12
H. Teori Klimaks................................................................................................................13
BAB III.....................................................................................................................................15
PENUTUP................................................................................................................................15
A. Kesimpulan....................................................................................................................15
B. Saran..............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ruang lingkup dalam ilmu ekologi salah satunya yaitu membahas tentang
ekosistem. Ekosistem yang ada di alam tidaklah diam atau yang sering disebut statis,
melainkan ekosistem tumbuh dari komunitas yang sederhana menuju ke komunitas yang
kompleks sehingga ekosistem bersifat dinamis. Pertumbuhan ini biasanya dapat terjadi
karena adanya suatu perubahan pada ekosistem. Salah satunya yaitu akan mengakibatkan
terbentuknya suksesi. Suksesi merupakan sebuah proses perubahan pada suatu komunitas
tumbuhan menjadi komunitas tumbuhan lain yang berbeda. Sutomo (2009) menyatakan
bahwa suksesi ekologi merupakan proses perubahan suatu komponen-komponen spesies
dalam suatu komunitas selama selang waktu tertentu. Suksesi merupakan aspek berharga
dalam ilmu ekologi dan restorasi.
Suksesi terbentuk lantaran adanya suatu modifikasi fisik pada komunitas.
Proses suksesi merupakan proses alami dari perubahan komposisi tumbuhan yang
sifatnya komulatif, berjalan searah dalam jangka waktu tertentu dan daerah tertentu
untuk menuju kondisi yang stabil. Proses suksesi pada suatu tanaman dikendalikan oleh
hukum alam dan akan berakhir pada kondisi puncak atau disebut stadia klimaks yang
secara dinamis sudah seimbang dengan lingkungannya (Iin , dkk. 2020).
Berdasarkan dengan latar belakang, maka makalah kami kali ini ialah tentang
suksesi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang adapun rumusan masalah dari materi kali ini,
diantaranya:
1. Apa penyebab utama perubahan ekosistem
2. Jelaskan pengertian, dasar suksesi dan jenis suksesi
3. Bagaimana pendekatan kajian suksesi
4. Bagaimana proses suksesi
5. Apa itu suksesi progresif dan suksesi regresif
6. Bagaimana kategori keadaan terjadinya suksesi
7. Apa itu suksesi vegetasi
8. Jelaskan teori klimaks

C. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.


1. Dapat mengetahui penyebab utama perubahan ekosistem.
2. Dapat menjelaskan pengertian, dasar suksesi dan jenis suksesi.
3. Dapat memahami pendekatan kajian suksesi.
4. Dapat mengetahui proses suksesi.
5. Dapat mengetahui suksesi progresif dan suksesi regresif.
1
6. Dapat memahami kategori keadaan terjadinya suksesi.
7. Dapat mengetahui suksesi vegetasi.
8. Dapat menjelaskan teori klimaks.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penyebab Utama Perubahan Ekosistem

Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara komponen biotik dengan


lingkungan di sekitarnya. Ekosistem terbentuk oleh komponen-komponen penyusunnya
yang terbagi menjadi dua yaitu komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen
biotik yaitu komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk hidup yang terdiri atas
produsen, konsumen, dan pengurai. Sedangkan komponen abiotik yaitu komponen
lingkungan yang terdiri atas benda mati. Komponen abiotik terdiri atas tanah, air, suhu,
udara, kelembapan, dan cahaya matahari.
Keseimbangan ekosistem dapat terwujud jika jumlah komponen biotik dan
abiotik seimbang. Penyebab terganggunya ekosistem dibedakan menjadi dua yakni faktor
alami dan manusia. Faktor alami yang menyebabkan terganggunya keseimbangan
ekosistem adalah bencana alam. Bencana alam seperti letusan gunung berapi, banjir,
tanah longsor, kebakaran hutan, badai, dan tsunami dapat mengakibatkan terputusnya
2
rantai makanan. Bencana alam tersebut terjadi secara alami dan tidak disebabkan oleh
kegiatan manusia. Sementara faktor manusia yang mengganggu keseimbangan ekosistem
diantaranya adalah penebangan hutan, pembakaran hutan, perburuan liar, penggunaan
pupuk buatan yang berlebih serta pencemaran lingkungan.
1. Penebangan pohon-pohon di hutan akan merusak ekosistem hutan dan
menghilangkan fungsi tumbuhan sebagai penahan air dan penghasil oksigen.
2. Pembakaran hutan berakibat terbunuhnya berbagai jenis organisme hutan yang
mempunyai peran untuk mempertahankan keseimbangan ekosistem.
3. Demikian halnya dengan perburuan hewan hutan secara sembarangan serta
penangkapan berbagai satwa langka dan dilindungi. Tindakan-tindakan ini berakibat
pada terganggunya rantai makanan dan jaring-jaring makanan, serta punahnya
beberapa jenis satwa.
4. Kegiatan pertanian intensif yang menginginkan hasil panen dalam jumlah besar pada
waktu yang singkat menyebabkan terjadinya pemakaian pupuk buatan secara
berlebihan. Pada saat yang sama, pengendalian hama pun dilakukan dengan
menggunakan zat-zat kimia berbahaya. Kedua kegiatan ini akan merusak tanah
tempat sumber makanan dan tempat tinggal berbagai jenis organisme. Penggunaan
insektisida buatan juga akan membunuh hewan-hewan selain hama yang
memengaruhi keseimbangan ekosistem.
5. Kegiatan lain manusia yang menimbulkan dampak sangat besar adalah kebiasaan
membuang sampah dan limbah berbahaya secara sembarangan. Kegiatan ini akan
menimbulkan pencemaran lingkungan yang berakibat fatal bagi komponen-
komponen ekosistem yang tinggal di dalamnya. Tidak hanya itu, berbagai jenis
kegiatan manusia dapat menimbulkan pencemaran air, tanah, udara, bahkan bunyi.
Semuanya menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem.
Ekosistem tidaklah statis tetapi bersifat dinamis. Perubahan ekosistem dapat
terjadi karena faktor alam, misalnya letusan gunungapi, gempa dan lain-lain, Perubahan
tersebut memaksa ekosistem melakukan adaptasi dan membangun kembali
keseimbanganya yang baru. Namun, perubahan lainnya saat ini lebih dominan, yaitu
karena ulah manusia. Perubahan karena faktor manusia semakin kuat dan ekosistem sulit
untuk dipulihkan seperti sediakala.

B. Pengertian, Dasar Suksesi dan Jenis Suksesi

1. Pengertian Suksesi Secara Umum


Suksesi ekologi adalah suatu konsep yang mendasar dalam ekologi, yang
merujuk pada perubahan-perubahan berangkai dalam struktur dan komposisi suatu
komunitas ekologi yang dapat diramalkan. Suksesi dapat terinisiasi oleh
terbentuknya formasi baru suatu habitat yang sebelumnya tidak dihuni oleh mahluk
hidup ataupun oleh adanya gangguan terhadap komunitas hayati yang telah ada
sebelumnya oleh kebakaran, badai, maupun penebangan hutan. Kasus yang pertama
sering disebut juga sebagai suksesi primer, sedangkan kasus kedua disebut sebagai
suksesi sekunder.

3
Dengan demikian suksesi ekologi adalah suatu proses perubahan komponen-
komponen spesies suatu komunitas selama selang waktu tertentu. Menyusul adanya
sebuah gangguan, suatu ekosistem biasanya akan berkembang dari mulai tingkat
organisasi sederhana (misalnya beberapa spesies dominan) hingga ke komunitas
yang lebih kompleks (banyak spesies yang interdependen) selama beberapa generasi
(Sutomo, 2009).
Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam
komunitas atau ekosistem. Proses suksesi akan berakhir dengan pembentukan suatu
komunitas atau ekosistem yang disebut klimaks. Dalam suksesi dikenal suksesi
primer dan suksesi sekunder. Perbedaan antara dua suksesi ini terletak pada kondisi
habitat pada awal suksesi terjadi.
Perubahan yang terjadi dalam komunitas dapat dengan mudah diamati dan
seringkali perubahan itu merupakan pergantian satu komunitas oleh komunitas lain.
Pada sebidang kebun yang telah dipanen dan ditinggalkan tidak ditanami lagi akan
bermunculan berbagai jenis tumbuhan liar yang membentuk komunitas. Apabila
lahan tersebut dibiarkan cukup lama maka komunitas tumbuhan yang terbentuk dari
waktu ke waktu akan mengalami perubahan komposisi jenis. Proses perubahan
dalam komunitas yang berlangsung menuju ke suatu arah pembentukan menjadi
secara teratur ini disebut suksesi (Jamili dan Muksin, 2003).
Pada dasarnya ada komunitas yang statis tetapi pada hakikatnya senantiasa
berubah dalam peredaran waktu. Perubahan itu dikenal dalam jenjang-jenjang; yang
pertama terjadi karena organisme tumbuh, berinteraksi atau mati. Perubahan lain
dalam jangka waktu lebih lama mengakibatkan perubahan besar pada komposisi dan
struktur suksesi ekologik, sebagai reaksi komunitas perubahan faktor biotik
fundamental dan evolusi komunitas.
Namun demikian perubahan-perubahan dari vegetasi tersebut bisa mencakup
hilangnya jenis-jenis tumbuhan tertentu dan dapat pula suatu penurunan
kompleksitas struktural sebagai akibat dari degradasi setempat. Keadaan seperti itu
mungkin saja terjadi di alam misalnya hilangnya mineral dalam tanah. Perubahan
vegetasi seperti itu dapat dikatakan sebagai suksesi retrogresif atau regresi
(Wirakusumah, 2003).
2. Dasar Suksesi
Suksesi adalah suatu proses perubahan, berlangsung satu arah secara teratur
yang terjadi pada suatu komunitas dalam jangka waktu tertentu hingga terbentuk
komunitas baru yang berbeda dengan komunitas semula. Dengan perkataan lain.
suksesi dapat diartikan sebagai perkembangan ekosistem tidak seimbang menuju
ekosistem seimbang. Suksesi terjadi sebagai akibat modifikasi lingkungan fisik
dalam komunitas atau ekosistem. Pengertian suksesi adalah proses perubahan
ekosistem dalam kurun waktu tertentu menuju ke arah lingkungan yang lebih teratur
dan stabil. Proses suksesi akan berakhir apabila lingkungan tersebut telah mencapai
keadaan yang stabil atau telah mencapai klimaks. Ekosistem yang klimaks dapat
dikatakan telah memiliki homeostatis, sehingga mampu kestabilan internalnya
(Onrizal, 2009).

4
Suksesi merupakan suatu proses perubahan dalam komunitas yang
berlangsung menuju kesatu arah secara teratur, lebih lanjut dikatakan bahwa suksesi
ini tidak lebih dari pengertian jenis yang oportunis (jenis-jenis pionir) oleh jenis-jenis
yang lebih mantap dan dapat menyesuaikan secara lebih baik dengan lingkungannya.
Selama suksesi berlangsung hingga tercapai keseimbangan dinamis dengan
lingkungannya, terjadi pergantian-pergantian masyarakat tumbuhan hingga terbentuk
masyarakat yang disebut klimaks (Susanto, 2002).
3. Jenis-Jenis Suksesi
Menurut wanggai (2009) suksesi dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu
suksesi primer dan suksesi sekunder.
a. Suksesi primer
Suksesi primer adalah perkembangan tumbuhan secara gradual pada
suatu daerah yang sama sekali belum ada vegetasi hingga mencapai
keseimbangan atau klimaks. Suksesi ini dikenal dengan suksesi autogenik
karena muncul pada kondisi dengan faktor-faktor lingkungan yang dominan
mempengaruhi pertumbuhan individu dalam komunitas tumbuh-tumbuhan
tersebut.
Suksesi primer dimulai dengan kehadiran tumbuhan pionir disuatu
tempat berbatu yang belum pernah dijumpai adanya komunitas biotik tersebut
sebelumnya, kemudian menjadi ekosistem hutan klimaks (climax forest
ecosystem). Terjadi bila komunitas asal mengalami gangguan berat sekali,
sehingga mengakibatkan komunitas asal hilang secara total, dan di tempat
komunitas asal terbentuk komunitas lain di habitat baru tersebut. Pada habitat
baru ini tidak ada lagi organisme yang membentuk komunitas asal tertinggal.
Pada habitat tersebut secara perlahan, dan pasti akan berkembang menuju suatu
komunitas yang klimaks dalam waktu lama. Proses suksesi primer ini
membutuhkan waktu yang lama sampai ratusan tahun.
b. Suksesi sekunder
Suksesi sekunder ini muncul pada daerah yang sebelumnya ada
vegetasi, baik sebagian maupun hampir seluruhnya telah rusak. Suksesi ini
dikenal dengan istilah alogenik (allogenik sucsesion) karena berbagai faktor
secara terpisah mempengaruhi tiap individu tumbuhan dan habitatnya sehingga
turut mempengaruhi perubahan dalam perkembangan komunitas vegetasi
tersebut secara keseluruhan (misalnya kebakaran, perladangan, larva gunung
berapi, atau serangan hama dan penyakit secara periodik). Proses suksesi
sekunder relatif sama dengan yang terjadi pada suksesi primer. Perbedaannya
terletak pada keadaan kerusakan dan kondisi awal dari habitatnya. Terjadinya
gangguan menyebabkan komunitas alami tersebut rusak baik secara alami
maupun buatan, dimana gangguan tersebut tidak merusak total komunitas dan
tempat hidup organisme substrat lama, masih ada komunitas awal yang tersisa.

C. Pendekatan Kajian Suksesi

5
Akhir-akhir ini timbul suatu pemikiran bahwa dalam kajian suksesi harus di
perhitungkan pula segala aspek dari ekosistem untuk menggambarkan perubahan struktur
dan fungsi ekosistem suksesi ini.
1. Pola aliran energy
Selama suksesi mencapai klimaks pola energy dalam ekosistem berubah secara
mendasar.perubahan ini di refleksikan dalam besaran standing crop dalam system.
a. Selama fase seral awal masukan energy ke ekosistem lebih besar dari yang
hilang.tumbuhan dan hewan komunitasnya berkembang ,mengakumulasi energy
sebagai biomasa.bebereapa standing crop atau tegakan yang ada meningkat
selama suksesi.
b. Ketika komunitas klimaks di kembangkan maka steady state tercapai.dalam
keadaan ini masukan energy ke ekosistem sama dengan energy yang
hilang.hasilnya perubahan tegakan adalah kecil. aliran energy melalui
sistempada fase klimaks adalah maksimum.
c. Bila ekosistem terganggu oleh factor luar, misalnya kebakaran energi yang
hilang mugkin lebih besar dari masukan energy dalam hal ini besaran tegakan
dalam system menurun.
d. Akumulasi energy sebagai biomasa selama suksesi paling besar dalam ekosistem
daratan, tumbuhan terbesar membentuk komunitas klimaks .tegakkan berada
dalam maksimumnya meskipun ada sedikit fluktuasi.
e. Di ekosistem perairan, terutama laut, komuntias kliamkas mungkin di nyatakan
oleh fitiplankton .ukurannya yang kecil berarti standing crcopnya relative
rendah/kecil, mungkin akumulasi dalam ekosistem rendah. tetapi laju
metabolism tinggi sehingga memungkinkan untuk mempunyai produktivitas
kotor yang tinggi.
2. Produktivitas
Produktivitas kotor dari ekosistem meningkat selam suksesi sampai
klimaksnya. peningkatan ini sebanding dengan keadaan standing cropnya. prosentase
dari produktivitas kotor yang terfiksasi sebagai produktivitas bersih tidak terus
meningkat sampai klimaksnya, hal ini akibat beberapa keadaan.
a. Dalam fase seral awal tumbuhna dominan berkecenderungan untuk menjadi
kecil dan berumur pendek. bentuk tumbuhan ini meliputi tumbuhan setahun,
produktivitas bersihnya tinggi. Tumbuhnya yang kecil memerlukan energy yang
relative sedikit untuk pengelolannya.
b. Dalam fase seral akhir tumbuhan dominan berkecenderungan besar dan
berumur panjang, seperti pohon. ketika tumbuh sempurna memerlukan bagian
yang besar dari produktivitas kotornya untuk respirasi dalam pengelolaan
tumbuhnya. organisme muda berada dalam laju pertumbuhan maksimum dan
dikarakterisasi oleh penurunan produktivitas bersih ketika dewasa. akibatnya
tumbuhan besar dan berumur panjang mempunyai periode kehidupan dalam
keadaan relative tidak produktif. hal ini terefleksikan dalam produktivitas dari
ekosistem secara keseluruhan.
3. Efisiensi Ekologi

6
Teori suksesi lama menyatakan bahwa proses suksesi membawa suatu
komunitas untuk mencapai efesiensi konversi energy yang maksimum. energi
merupakan sumber pembatas yang ekstrim bagi ekosistem, sehingga sangat logis
apabila orang menduga bahwa kematangan akan tercapai pada saat ketersediaan
energy berada dalam keadaan terbaik untuk bisa di manfaatkan. Padahal pemikiran
ini bertentangan dengan apa yang di ketahui tentang pola aliran energy dan
produktiviotas.
Telah dinyatakan bahwa dalam suatu suksesi primer , produktivitas kotor di
mulai dengan nol kemudian meningkat, tetapi peningkatannya tidak dapat tanpa
batasnya apabila produktivitas bersih menurun sampai mencapai klimaks, efesiensi
konversi energy menurun dalam fase seral akhir.
Penurunan efesiensi ekologi dari suatu ekosistem yang matang adalah fungsi
dari pola produktivitas dari tumbuhan besar, yang hidup dalam komunitas klimaks.
tumbuhan mempunyai adaptasi yang tinggi untuk dapat tumbuh dengan cepat ketika
muda dan peka, apabila telah besar dan mandiri maka rendahnya produktivitas bersih
tidak menjadi masalah lagi.
4. Struktur Trofik
Fase seral awal ada alternative mempunyai rantai makanan yang pendek.
kerusakan dapat terjadi dengan mudah, apabila salah satu rantai hilang maka tidak
ada alternative pengaliran air lagi energy. begitu pelapisan dari ekosistem terbentuk
dan versitas jenis meningkat maka struktur trofilmenjadi lebih kompleks dan
terbentuk jaring makanan.
Struktur trofil yang lebih kompleks menghasilkan ekosistem yang stabil.
Berbagai kemungkinan aliran energy tidak lagi menjadi masalah apabila salah satu
dari mata rantai rusak atau terganggu .rantai makanan detritus memegan peranan
penting pada ekosistem matang ini.
5. Perubahan siklus Nutrisi
Teori lama memperkirakan bahwa suksesi menghasilkan komunitas yang stabil
dan siklus materi yang lebih efisien. Hal ini adalah benar untuk kebanyakan
ekosistem daratan, tetapi tidaklah demikian untuk ekosistem perairan.
Dalam setiap proses suksesi jumlah nutrisi yang bersiklus dalam setiap fase
awal adalah kecil. penimbunan dalam ekosistem juga kecil. Pertukaran nutrisi antara
komponen biotic dan abiotik terjadi cepat karena umur organismenya pendek.
peranan detritus dalam regenerasi dalam nutrisi kurang penting.f asa organic dari
siklus kurang berkembang akibatnya nutrisi dapat bergerak ke dalam dan keluar dari
system dengan mudah , maka siklus nutrisinya terbuka.
Meningkatnya biomasa pada fase seral akhir berarti tingginya jumlah nutrisi
yang di simpan dalam system. Laju siklus nutrisi menjadi lambat akibat system di
domonasi oleh organism yang umur panjang. Jumlah nutrisi yang di perlukan pada
fase seral akhir ini besar. tumbuhan besar dari komunitas klimaks mempunyai system
akar yang luar biasa yang sangat efektif dalam menyerap nutrisi. peranan detritus
dalam regenerasi nutrisi adalah penting.

7
Karaktersitika ini berarti bahwa system yang matang mempunyai kemampuan
untuk menahan nutrisi untuk waktu yang lama. masa organik dari nutrisi adalah
berkembang dengan baik sehingga tidak banyak nutrisi di keluarkan dari perbatasan
ekosistem. siklus nutrisi menjadi lebih tertutup dan sempurna hal ini relative efisien
dan keseimbangan akan terbentuk.jumlah dan laju siklus nutrisi dalam suksesi di
lautan dan biasanya sampai menurun sampai klimaks, dengan demikian
serekarekteristika ini berkembang sebagai hasil dari pengembalian nutrisi dari dasar
yang tidak efisien. nutrisi di lepas dari organic mati ke dasar perairan dan tidak di
kembalikan ke permukaan yang produktif.
6. Struktur dan Keanekaragaman
a. Stratifikasi
Sere awal biasanya terdiri dari kelompok-kelompok tumbuhan pendek
yang tidak merata penyebarannya dan dengan pelapisan yang sederhana. suksesi
berjalan terus , tumbuhan yang lebih tinggi bentuk lapisan tambahan dan terjadi
peneduhan .Koloni tumbuhan lama menyingkir dari keteduhan dan diganti
dengan jenis tumbuhan bawah lainnya yang biasa hidup dibawah naungan perdu,
suatu formasi hutan klimaks akhirnya terbentuk dengan identifikasinya yang
kompleks .untuk hutan tropika misalnya di kenal dengan pelapisan dari kanopi
pohon, lapisan perdu, dan lapisan dasar yang terdiri dari lumut.
Pengecualian-pengecualian untuk terbentuknya stratifikasi kompleks
ini memang juga bisa terjadi, misalnya pada hutan , lapisan kanopi pohon yang
kerap dan mengakibatkan energy cahaya tidak memungkinkan untuk menunjang
vegetasi dasar. fenomena ini dapat diketemukan di hutan alami yang padat atau
rapat kanopinya, baik di tropika maupun di temperate.
Meningkatnya kekomplekkan struktur vertical dari ekosistem didikuti
oleh agregasispasial dari fungsi di antara lapisan, contoh yang baik adalah di
hutan, fotosintesis terjadi di lapisan kanopi pohon, penguraian berada di lapisan
dasar atau permukaan tanah, dan batang-batang pohon mengangkut kembali
nutrisi ke kanopi.
Pelapisan yang sama dari struktur dan fungsi terjadi selama suksesi di
lautan dan danau. produksi terjadi di lapisan permukaan sedangkan pengeruaian
lebih banyak terjadi pada dasar perairan. nutrisi di kembalikan ke permukaan
akibat pengadukan oleh arus atau angin. Dengan demikian meskipun ada
perbedaan dalam pengendalian nutrisi ,rupanya untuk semua ekosistem
berkembang pelapisan dari struktur dan fungsi selama suksesi.
b. Keaneragaman Jenis
Peningkatan yang cepat dari jumlah jenis merupakan gambaran pada
fasa awal suksesi ,banyak tumbuhan yang berkoloni .Gambaran pertama dari
suksesi, peningkatan diversitas jenis cepat .dan fasa berikutnya laju peningkatan
berjalan lambat. jumlah jenis yang berbeda dalam ekosistem mungkin meningkat
terusa sampai terbentuknya komunitas klimaks. tetapi banyak pula terjadi
penurunan keaneragaman sampai akhir dari suksesi.

8
Penurunan keaneragaman ini terjadi akibat kompetisi , tumbuhan yang
dominan pada seral akhir besar-besar dan lebih kompleks, sejarah
pertumbuhannya daripada tumbuhan pada seral awal. Dengan demikian hasil
dari kompetesi tidak banyak terbentuk ragam dari jenis.pada suksesi dengan
hasil akhir hanya terdiri dari beberapa jenis dominan, seral intermedier
mengandung jumlah yang maksimum.
Keaneragaman jenis dapat meningkat terus sebagai komunitas klimaks,
apabila struktur dan energy yang tersedia mendukungnya. contoh yang baik
adalah di tropika, hutan penghujan tropika mempunyai struktur yang kompleks
dan di dominasi berbagai jenis tumbuhan serta di suplai oleh sejumlah energi
yang melimpah berbagai habitat tercipta dan terpakai sampai terbentuk klimaks.

D. Proses Suksesi

Proses pergantian antar tingkat dalam suksesi primer untuk mencapai klimaks,
dapat membutuhkan waktu puluhan, ratusan bahkan ribuan tahun. Sedangkan waktu yang
dibutuhkan suksesi sekunder lebih cepat dibandingkan dengan suksesi primer. Tingkat
perubahan komunitas berlangsung dalam periode pendek dengan perkembangan yang
cepat, hal ini disebabkan habitat (tanah dan air) sudah terbentuk untuk menyokong
pertumbuhan vegetasi. Proses yang terjadi selama proses suksesi dapat diringkaskan
sebagai berikut:
1. Perkembangan sifat substrat atau tanah yang progresif, misalnya terjadinya pertam-
bahan kandungan bahan organik sejalan dengan perkembangan komunitas yang
semakin kompleks dengan komposisi jenis yang lebih beraneka ragam daripada
sebelumnya.
2. Semakin kompleksnya struktur komunitas. peningkatan kepadatan, dan tingginya
tumbuhan, sehingga dalam komunitas terbentuk stratifikasi.
3. Peningkatan produktifitas sejalan dengan perkembangan komunitas dan
perkembangan tanah.
4. Peningkatan jumlah jenis sampai pada tahap tertentu dari suksesi.
5. Peningkatan pemanfaatan sumber daya lingkungan sesuai dengan peningkatan
jumlah jenis.
6. Perubahan iklim mikro sesuai dengan perubahan komposisi jenis bentuk hidup (life
form) tumbuhan dan struktur komunitas.
7. Komunitas berkembang menjadi lebih kompleks.

Suksesi sekunder terjadi bila suatu komunitas mengalami gangguan, baik


secara alami maupun buatan. Gangguan tersebut tidak merusak total tempat tumbuh
organisme sehingga dalam komunitas tersebut substrat lama dan kehidupan masih ada.
Contohnya, gangguan alami misalnya banjir, gelombang taut, kebakaran, angin kencang,
dan gangguan buatan seperti penebangan hutan dan pembakaran padang rumput dengan
sengaja.

Menurut Whitaker (1975), selama proses suksesi berlangsung terjadi beberapa


macam perubahan, yaitu:
9
1. Adanya perkembangan sifat tanah, misalnya pertambahan kandungan bahan organik
sejalan dengan perkembangan komunitas yang semakin kompleks dengan komposisi
spesies tumbuhan yang lebih beraneka ragam dibandingkan dengan kondisi
sebelumnya.
2. Adanya peningkatan jumlah spesies organisme dalam proses suksesi komunitas.
3. Adanya pergantian iklim yang sesuai dengan spesies yang hidup didaerah tertentu.
4. Adanya perkembangan komunitas menjadi lebih kompleks dan membentuk
komunitas akhir yang disebut klimaks.

Karakteristik suksesi menurut Odum (1971) antara lain:

1. Suksesi merupakan suatu proses dari perkembangan komunitas yang


meliputi perubahan di dalam struktur jenis dan metabolisme komunitas
yang searah dengan waktu.
2. Suksesi merupakan proses induksi komunitas dan organisme yang
meneruskan perubahan lingkungan fisik. Perubahan dalam lingkungan
fisik menentukan pola dan dasar dari suksesi dalam habitat.
3. Suksesi berperan penting untuk pembentukan stabilitas komunitas dengan
biomassa maksimum, keanekaragaman jenis dan penggunaan semua
kemungkinan tempat hidup.

Clemets (1916 dalam Gopal dan Bhardwaj, 1979) telah mengemukakan sebab
dan proses yang terlibat dalam suksesi antara lain nudasi, invasi, kompetisi dan reaksi,
serta stabilitas dan klimaks. Masing-masing proses diuraikan satu persatu sebagai berikut.

1. Nudasi
Suksesi dimulai dengan terjadinya gangguan terhadap komunitas tumbuhan
seperti daerah gundul. Pada prinsipnya, semua aktifitas baik yang dilakukan oleh
manusia maupun yang terjadi secara alam dapat mengakibatkan timbulnya daerah
gundul, daerah terbuka atau tidak bervegetasi. Proses pembentukan atau terjadinya
daerah gundul atau daerah terbuka, baik disebabkan oleh aktifitas manusia maupun
oleh aktifitas manusia maupun oleh aktifitas alam disebut nudasi.
2. Invasi
Invasi adalah datangnya bakal kehidupan berbagai spesies organisme dari suatu
daerah ke daerah yang baru dan menetap didaerah baru, Bakal kehidupan yang
dimaksudkan di atas dapat berupa buah. biji, spora, telur, larva, dan lain sebagainya.
Dalam hal ini, tumbuhan pada umumnya merupakan organisme pioner (invaders)
yang pertama kali ada pada beberapa daerah, sedangkan hewan mencakup herbivora,
karnivora, maupun parasit hidupnya bergantung kepada tumbuhan yang berfungsi
sebagai sumber makanan maupun sebagai habitat hewan tersebut.
3. Kompetisi dan reaksi
Individu suatu spesies organisme cenderung meningkat jumlahnya karena
proses pertumbuhan dan perkembangbiakan. Mereka semua akan bergabung dalam
satu wilayah sebagai habitat, sehingga antar organisme dalam satu wilayah tersebut
akan mengalami peristiwa-peristiwa alamiah, misalnya persaingan, pemangsaan,
10
parasitisme, komensalisme. amensalisme, dan simbiose diantara mereka. Persaingan
akan terus terjadi dalam spesies- spesies lainnya yang datang kedalam daerah
tersebut, demikian juga peristiwa lainnya seperti pemangsaan, parasitisme, dan lain-
lain akan terus terjadi. Dengan demikian, setiap organisme yang hidup dan tumbuh
diwilayah suksesi akan selalu berusaha menyesuaikan diri dan memodifikasi
lingkungan daerah tersebut agar mereka dapat bertahan hidup. Penyesuaian diri dan
upaya organisme memodifikasi lingkungan merupakan salah satu hal penting dalam
proses suksesi. Modifikasi lingkungan oleh organisme berjalan sedemikian rupa
sehingga lingkungan tersebut menjadi sangat cocok dengannya, dan sebaliknya
lingkungan akan menjadi semakin kurang baik bagi spesies organisme lain yang akan
hadir berikutnya.
Jika ternyata lingkungan membuat lebih baik bagi banyak speies lain yang baru
masuk kedalam wilayah tersebut, maka spesies-spesies itu akan bersaing dengan
spesies penghuni sebelumnya.setalah keseimbangan baru pada komunitas tercapai,
spesies organisme yang ada paling awal menjadi sub dominan atau bahkan menjadi
tersingkir dan lenyap, sehingga spesies yang mampu bersaing akan bertahan sampai
akhirnya menjadi spesies dominan (spesies yang berkuasa atau yang terbanyak).
4. Stabilitas dan Klimaks
Tingkatan terakhir dari proses suksesi dicapai ketika komunitas tersebut stabil.
Kestabilan komunitas ditentukan oleh keserasian hubungan diantara organisme
dalam komunitas, serta struktur komunitas yang tidak berubah. Kestabilan yang
dimaksud adalah kestabilan dalam keseimbangan dinamis dengan lingkungannya.
Dalam kondisi seperti itu. fisiognomi komunitas tetap sama, perubahan-perubahan
kecil akibat persaingan antar organisme tetap terjadi, demikian pula perubahan
densitas maupun fenologi spesies secara individu terjadi terus menerus. Namun
perubahan itu tidak mempengaruhi struktur komunitasnya.

E. Suksesi Progresif dan Suksesi Regresif

Perubahan komunitas tumbuhan atau vegetasi yang dikemukakan di atas


menggambarkan bertambahnya suatu daerah oleh berbagai jenis tumbuhan yang hidup di
atasnya. Proses suksesi senantiasa mengarah kepada anggota komunitas yang semakin
tambah dan menjadi lebih besar kompleksitasnya, dan juga dalam pertambahan biomas
serta habitat menjadi semakin lembab. Tipe suksesi ini disebut suksesi Progresif.
Perubahan vegetasi dapat pula mengarah pada penurunan jumlah jenis
tumbuhan, penurunan kompleksitas struktur komunitas tumbuhan. Hal ini terjadi
biasanya akibat penurunan kadar zat hara dari tanah, misalnya akibat degradasi habitat.
Perubahan komunitas tumbuhan mengarah ke yang lebih sederhana ini disebut suksesi
retrogresif atau suksesi regresif. Adapun yang dimaksud dengan suksesi Retrogresif
adalah arahnya kebalikan dari pada suksesi progresif, yaitu komunitas menjadi lebih
sederhana, dengan jumlah jenis yang lebih sedikit, dan habitat berubah menjadi lebih
basah atau lebih kering. Beberapa suksesi retrogresif adalah allogenik.

F. Kategori Keadaan Terjadinya Suksesi

11
Suksesi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu suksesi primer dan suksesi
sekunder.
1. Suksesi primer terjadi karena komunitas asal terganggu, yang mana komunitas
tersebut dapat hilang secara total sehingga di tempat komunitas asal terbentuk habitat
baru. Gangguan tersebut dapat terjadi secara alami seperti gunung melutus, tanah
longsor dan lain sebagainya. Gangguan tersebut juga dapat terjadi karena perbuatan
manusia seperti penambangan batubara, minyak bumi dan timah (Maknun, Djohar,
2017: 114).
2. Suksesi sekunder juga terjadi karena adanya gangguan, namun tidak merusak secara
total tempat tumbuh organisme sehingga dalam komunitas tersebut substrat lama dan
kehidupan masih ada. Contoh gangguan tersebut yaitu pembakaran padang rumput
dengan sengaja atau land clearing dan penebangan (Gunawan, Hendra, 2015).
Terjadinya suatu suksesi dapat dimulai dengan adanya lahan gundul yang
kemudian muncul komunitas perintis (berupa lumut kerak dan alga), kemudian
tumbuh lumut daun dan paku-pakuan. Tahap berikutnya yaitu munculnya rumput-
rumputan sehingga dalam perkembangan berikunya tumbuh perdu dan pohon (berupa
padang belukar dan hutan) yang biasnya disebut dengan komunitas klimaks
(Isnaniarti, Ekyastuti & Ekamawanti, 2017). Prinsip suksesi merupakan adanya
serangkaian perubahan tempat tumbuh. Perubahan ini terjadi secara berangsur-angsur
dari komunitas sederhana hingga kompleks (Nuzulah, Purwanto & Bacri, 2016).

G. Suksesi Vegetasi

Suksesi vegetasi merupakan suatu proses alami yang terjadi pada suatu
ekosistem. Proses suksesi dimulai dari perkembangan tanaman perintis yang berkembang
tergantikan secara gradual olehvegetasi sejati dengan kanopi yang jelas hingga menjadi
vegetasi berkayu keras. Perkmbangan tersebut dapat terjadi akibat adanya kompetisi dan
penyesuaian dengan lingkuangan yang ada. Selain perubahan secara vertikal, perubahan
juga memungkinkan terjadi secara horizontal dimana vegetasi menyebar dan merembet
menuju area yang memiliki daya dukung yang sesuai. Kelas yang menunjukkan
perubahan horizontal ini cukup jelas untuk dibedakan dan dipetakan. Kerapatan vegetasi
dapat dijadikan salah satu variabel pengganti untuk pembedaan kelas dalam proses
suksesi vegetasi (Prihantarto, 2020).

H. Teori Klimaks

Teori tradisional menyatakan bahwa suksesi ekologi mengarah ke suatu


komunitas akhir yang stabil yaitu klimaks. Fasa klimaks ini mempunyai sifat-sifat
tertentu dan yang yang terpenting adalah:
1. Klimaks merupakan sistem yang stabil dalam keseimbangannya antara lingkungan
biologis dengan lingkungan non biologisnya.
2. Komposisi jenis pada fasa klimaks relative tetap atau tidak berubah.
3. Pada fasa klimaks tidak ada akumulasi tahunan berlebihan dari bahan organik
sehingga tidak ada perubahan yang tidak berarti.
4. Fase klimaks dapat mengatur diri sendiri atau mandiri.
12
Pembentukkan komunitas klimaks sangat dipengaruhi oleh musim dan
biasanya komposisinya bercirikan spesies yang dominan. Berdasarkan pengaruh musim
terhadap bentuknya komunitas klimaks, terdapat dua teori sebagai berikut:
1. Teori monoklimaks
Penganut paham monoklimaks penutupan bahwa pada suatu daerah iklim
hanya ada 1 macam klimaks. Disini, iklim merupakan faktor tertentu dalam peraturan
komunitas klimaks, meskipun faktor faktor selain iklim juga punya peran dalam
menentukan struktur komunitas akhir. Mengingat tipe vegetasinya hanya bergantung
pada iklim, maka komunitas atau ekosistem akhirnya dikatakan mencapai klimaks
iklim atau iklim klimaks (Vickery. 1984). Selain faktor iklim meskipun tidak
dominan juga dapat menyebabkan terbentuknya komunitas atau ekosistem akhir
yang bervariasi, misalnya sebagai berikut:
a. Puncaknya adalah kondisi komunitas akhir yang terjadi bila perkembangan
vegetasi berhenti dibawah tingat klimaks sebagai akibat faktor bukan iklim.
b. Proklimaks adalah pembentukan klimaks menyimpang ke keadaanyang kurang
baik.
c. Postklimaks adalah pembentukan klimaks menyimpang ke keadaan yang lebih
baik.
d. Disklimaks adalah kondisi komunitas akhir yang tidak mampu berkembang lagi
ke arah klimaks akibat adanya beberapa gangguan sekunder yang terus menerus
menimpa komunitas tersebut.
2. Teori Poliklimaks
Penganut paham poliklimaks penarikan bahwa tidak hanya faktor iklim yang
menumbuhkan klimaks, tetapi selain faktor iklim seperti tanah dan fisiografi juga
dapat menumbuhkan klimaks. Karena itu, menurut paham poliklimaks, ada beberapa
macam klimaks sesuai dengan faktor yang dominan dalam mempengaruhi
terbentuknya tipe vegetasi atau struktur komunitas akhir, misalnya klimaks iklim,
klimaks edafis dan klimaks fisiografi. Menurut Vickery (1984), hutan hujan tropis
merupakan contoh dari klimaks iklim sedangkan hutan mangrove merupakan contoh
dari klimaks edafis.
Proses terjadinya suksesi ada dua macam, yaitu suksesi primer dan sekunder.
Suksesi primer bermula dari suatu habitat yang tidak bervegetasi sebelumnya,
sedangkan suksesisekunder bermula dari suatu habitat yang tadi sudah ditumbuhi
vegetasi yang kemudian terjadi kerusakan yang disebabkan oleh adanya gangguan
seperti bencana alam (kebakaran, banjir, longsor, gunung meletus) atau kerusakan
karena adanya perladangan, vegetasinya rusak dan musnah dikemas oleh jenis
tumbuhan baru yang sesuai dengan keadaan tempat terbuka.
Menurut Socrianegara dan Indrawan (1988), suksesi primer merupakan
perkembangan vegetasi mulai dari habitat yang tidak bervegetasi hingga mencapai
masyarakat yang stabil atau klimaks, sedangkan suksesi sekunder terjadi apabila
klimaks atau suksesi yang normal terganggu atau rusak. Jika gangguan atau
kerusakan yang terjadi tidak hebat, maka suksesi detik dapat mencapai klimaks

13
semula, tetapi apabila kerusakan yang terjadi cukup berat, sehingga kondisi klimaks
tidak mungkin lagi tercapai maka terbentuklah apa yang disebut disklimaks
3. Hipotesis Informasi
Hipotesis ini dikemukakan oleh Odum dan merupakan teori sebagai jalan
tengah antara teori monoklimaks dan teori poliklimaks. Odum berpendangan bahwa
suatu komunitas baik hewan maupun vegetasi selalu memerlukan energi dan
informasi dan pada waktu yang tepat menghasilkan energi dan informasi. Suatu
sistem berkembang, pada permulaannya memerlukan tenaga dan informasi sehingga
disebut sistemtersubsidi. Pada suatu saat setelah dewasa akan menghasilkan energi
dan informasi. Sistem ini dikatakan mencapai klimaks bila perbandingan masukan
dan keluaran energi dan informasi sama dengan satu. Artinya hasil energi dan
informasi sama besarnyar dengan masukan energi dan informasi.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan makalah yang telah dibuat, dapat disimpulkan bahwa ekosistem


adalah hubungan timbal balik antara komponen biotik dengan lingkungan di sekitarnya.
Ekosistem terbentuk oleh komponen-komponen penyusunnya yang terbagi menjadi dua
yaitu komponen biotik dan komponen abiotik. Suksesi ekologi adalah suatu konsep yang
mendasar dalam ekologi, yang merujuk pada perubahan-perubahan berangkai dalam
struktur dan komposisi suatu komunitas ekologi yang dapat diramalkan. Suksesi dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder. Suksesi vegetasi
merupakan suatu proses alami yang terjadi pada suatu ekosistem. Proses suksesi dimulai
dari perkembangan tanaman perintis yang berkembang tergantikan secara gradual
olehvegetasi sejati dengan kanopi yang jelas hingga menjadi vegetasi berkayu keras.
Teori tradisional menyatakan bahwa suksesi ekologi mengarah ke suatu komunitas akhir
yang stabil yaitu klimaks.

B. Saran

Dalam melakukan melakukan penyusunana makalah ini, kami masih banyak


melakukan kesalahan-kesalahan baik itu dari segi penulisan maupun dari segi isi,
sehingga kami mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun dari teman-
teman terutama dosen pengampu mata kuliah zoologi invertebrata hal ini demi
kesempurnaan makalah yang kami susun. Dan semoga makalah kita ini bisa bermanfaat
bagi kita semua.

14
DAFTAR PUSTAKA

Gopal, B. dan Bhardwaj. 1979. Elements of Ecology. India: Departement of Botany.


Rajasthan University Jaipur.

Gunawan, Hendra. (2015). Suksesi Sekunder Hutan Terganggu Bekas Penambangan di


Taman Nasional Gunung Ciremai, Jawa barat. Pros Sem Nas Masy Biodiv
Indonesia. Vol 1 (7).

Iin Uswatun Hasanah, dkk. 2020. Memahami Suksesi dari Sudut Pandang yang Berbeda:
“Studi Kasus pada Rumah Kosong”. Jurnal Pendidikan Biologi. Vol 1(2).

Isnaniarti, U. Nur., dkk. (2017). Suksesi Vegetasi Lahan Bekas Penambangan Emas Rakyat di

Kecamatan Monterado Kabupaten Bangkayang. Jurnal Hutan Lestari. Vol 5(4). Hal 952-961.

Jamili dan Muksin. 2003. Penuntun Praktikum Dasar-dasar Ekologi. Kendari: FMIPA
Unhalu Press.

Maknun, Djohar. 2017. Ekologi. Cirebon: Nurjati Press.

Nuzulah, S. Nurin. Purwanto. Bacri ,Syamsul. 2016. Kajian Dinamika Suksesi Vegetasi Di
Kawasan Terdampak Erupsi Gunung Api Berbasis Data Penginderaan Jauh Tahun
2013-2016. Jurnal Media Komunikasi Geografi. Vol. 17. No. 1

Onrizal. 2005. Pembukaan Lahan Dengan Dan Tanpa Pembakaran. Universitas Sumatra
Utara. Medan.

Soerianegara, I. Dan Indrawan, A., 1988. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor: IPB Press.

Sutanto, Agus. 2002. Suksesi Vegetasi Jenis Pohon dan Tumbuhan Bawah Pasca Letusan
Gunung Galunggung. Tasikmalaya: IPB Press.

15
Sutomo. 2009. Kondisi Vegetasi Dan Panduan Inisiasi Restorasi Ekosistem Hutan Di Bekas
Areal Kebakaran Bukit Pohen Cagar Alam Batukahu Bali (Suatu Kajian Pustaka).
Jurnal Biologi. Vol. 13 (2) : 45 – 50.

Vickery, A. 1984. Ekologi Hutan Indonesia. Yogyakarta: UGM Press.

Wanggai, Frans. 2009. Manajemen Hutan. Jakarta: Grafindo.

Whitaker, R.H. 1975. Communities and Ecosystem. New York: Macmillan Publ

Wikan Jaya Prihantarto dan Wenang Anurogo, 2020. Suksesi Vegetasi di Gunung Merapi
Menggunakan Celular Automata Dengan Referensi Tertentu Pada Model Rantai
Markovian Untuk Pemodelan Terintegrasi Sistem Sosial Lingkungan. Indonesian
Journal of Conservation. Vol 9 (1).

Wirakusumah, S. 2003. Dasar-dasar Ekologi Bagi Populasi dan Komunitas. Jakarta: UI


Press.

16

Anda mungkin juga menyukai