Disusun Oleh:
Evi Ludya Agustin 200810101028
JURNAL 2
Judul: Diskriminasi Perempuan di Tempat Kerja
Jurnal: Idea Hukum
Penulis: Ratih Wulandari
Adanya diskriminasi terhadap perempuan di tempat kerja, tentu saja hal tersebut
sudah sering terjadi. Rendahnya kesadaran masyarakat untuk bisa memahami norma dan
hukum yang berlaku di Indonesia, terkhusus pelanggaran hukum bidang ketenagakerjaan
membuat mereka melakukan diskriminasi ini. Sudah diketahui Bersama, bahwa mendapatkan
pekerjaan merupakan sebuah hak dari semua orang. Setiap orang yang bekerja, tidak hanya
untuk memperoleh penghasilan, tetapi kadang ada juga yang ingin menunjukkan eksistensi
dalam dirinya. Terdapat 3 kelompok perlindungan yang didapatkan oleh pekerja perempuan
yaitu perlindungan protektif, perlindungan yang non diskriminatif, dan perlindungan korektif.
Perlindungan ini tentu saja diterbitkan untuk mencegah terjadinya diskriminasi tentang
perempuan tentang apapun itu. Disebutkan dalam perlindungan non diskriminatif bahwa
pekerja perempuan diberikan hak dan kemampuan kesempatan sama seperti pekerja laki-laki.
Meskipun begitu, secara kenyataan kondisi ini masih jauh diharapkan tidak seperti yang
tertulis pada umumnya.
Dimaksud dengan diskriminasi terhadap perempuan berarti perbedaan, pengeucilan
atau pembatasan yang dibuat atas dasar jenis kelamin, yang berakibat atau bertujuan untuk
mengurangi atau menghapuskan pengakuan, penikmatan atau penggunaan hak asasi manusia
dan kebebasan-kebebasan pokok di bidang politik, ekonomi, sosial budaya, sipil atau apapun
lainnya oleh kaum perempuan, terlepas dari status perkawinan mereka, atas dasar persamaan
antara laki-laki dan perempuan. Persyaratan dalam lowongan kerja dengan ketentuan
perempuan belum menikah, kesediaan tidak menikah selama dalam kontrak atau pada waktu
tertentu, penampilan menarik dan sebagainya merupakan bentuk diskriminatif yang dialami
perempuan calon pekerja. Hal tersebut merupakan wujud lain dari eksploitasi terhadap
perempuan, bahwa penilain kinerja dari perempuan dilihat dari penampilan (tubuh) bukan
pada hasil kerjanya
Pada sektor usaha tertentu, khususnya pada jenis pekerjaan yang berkaitan dengan
pelayanan kepada konsumen atau masyarakat secara langsung, dapat dijumpai pengusaha
yang mencantumkan klausula dalam perjanjian kerja yang menyatakan bahwa pengusaha
berhak melakukan pemutusan hubungan kerja jika pekerja perempuan menikah, hamil, atau
melahirkan. Dalam hal ini perjanjian kerja menjadi jalan terbuknya diskriminasi bagi
perempuan di tempat kerja. Bentuk ketidakadilan terhdap pekerja perempuan di tempat kerja
dapat terjadi pada saat penerimaan pekerja (lowongan kerja). Pada saat telah diterima bekerja,
diskriminasi dapat berupa kesempatan mengikuti pelatihan dan promosi, partisipasi dalam
pengambilan keputusan, perbedaan upah dan pemutusan hubungan kerja bagi pekerja
perempuan yang menikah dan hamil.
Kesempatan dan perlakuan kerja yang setara antara perempuan dan laki – laki
merupakan hak asasi manusia yang dijamin oleh hukum nasional maupun hukum
internasional. Penghapusan diskriminasi terhadap pekerja perempuan merupakan suatu
kewajiban yang harus dijalani oleh setiap pihak. Agar diskriminasi terhadap perempuan tidak
terus tumbuh di dunia kerja, diperlukan upaya dari berbagai pihak untuk mengikisnya.
Dimulai dari elemen terdekat dengan pekerja: perusahaan. Mereka seyogyanya tidak
mempertimbangkan alasan emosional, sensitif, atau tidak berwibawa ketika menilai pekerja
perempuan. Sebab prasangka tersebut dengan mudah dipatahkan dengan berbagai survei yang
menyebutkan bahwa perempuan memiliki kemampuan memimpin lebih unggul, bertindak
adil, dan lain-lain. Peran serta pemerintah tidak kalah penting. Tanpanya pemberangusan
tindakan diskriminatif tidak akan tercapai secara maksimal. Pencegahan dapat dilakukan
dengan konisisten terhadap produk hukum yang telah dibuat. Segala upaya ini tidak akan
sempurna tanpa adanya keberanian para pekerja perempuan sendiri. Semangat mereka untuk
menentang segala bentuk diskriminasi dan menunjukkan eksistensi dirinya serta
keinginannya untuk diperlakukan selayaknya manusia. Untuk menghapus segala bentuk
diskriminasi di tempat kerja dibutuhkan semangat dari pekerja perempuan untuk berjuang
dan melawan
JURNAL 3
Judul: Diskriminasi Gender di Pasar Tenaga Kerja Rumania-Mitos atau Realitas?
Jurnal: Ilmu Sosial dan Perilaku
Penulis: Ciprian Lonel T., Ciprian Chirila
Diskriminasi gender di pasar tenaga kerja dapat terjadi dalam berbagai bentuk, mulai
dari pembatasan untuk bekerja di bidang tertentu atau untuk mengisi posisi tertentu
(diskriminasi profesional), hingga perbedaan upah (diskriminasi upah) untuk pekerjaan yang
diselesaikan dalam kondisi yang sama dan dengan hasil yang sama. ada dua jenis
diskriminasi, diskriminasi positif dan diskriminasi negatif. Salah satu contoh diskriminasi
positif di Rumania terletak pada fakta bahwa, menurut aturan kesopanan yang dipraktikkan di
negara ini, laki-laki mengambil tanggung jawab untuk membebaskan perempuan dari tugas-
tugas yang melibatkan upaya fisik. Sebagai hasil dari praktik-praktik ini, perempuan terbiasa
hanya menerima jenis pekerjaan tertentu yang tidak melibatkan upaya fisik tingkat tinggi.
Dalam masyarakat Rumania, pembatasan gender ini masih diterima dalam kegiatan ekonomi,
meskipun pada tingkat yang lebih rendah, yang dapat melibatkan persepsi yang salah tentang
fenomena diskriminasi gender di pasar tenaga kerja. Jadi, kita dapat berbicara tentang
diskriminasi diri di pasar tenaga kerja atau tentang diskriminasi sukarela. Dalam kasus
diskriminasi sukarela, peran teknologi kegiatan ekonomi sangat besar karena menghilangkan
faktor yang menentukan batas antara pekerjaan khusus laki-laki dan pekerjaan khusus
perempuan, yaitu usaha fisik.
Aspek lain khusus untuk negara-negara bekas sosialis, adalah fakta bahwa, selama
komunisme, melalui kebijakan yang dipraktikkan oleh partai yang berkuasa, propaganda
emansipasi wanita dilakukan. Ini adalah langkah pertama untuk memastikan kesetaraan laki-
laki dan perempuan dalam masyarakat, meskipun masih ada hukum tidak tertulis yang
dipatuhi terutama dalam keluarga, hukum yang tentu saja mencerminkan posisi perempuan
dalam masyarakat. Ketergantungan finansial perempuan pada laki-laki di bawah naungan
perlindungan dan pembangunan keluarga masih menjadi bahan diskusi bahkan di masyarakat
maju. Biasanya ketergantungan ini menyiratkan persetujuan diam-diam dari kedua belah
pihak. Periode komunis berhubungan dengan periode urbanisasi penduduk yang intens. Nilai-
nilai tradisional, khas lingkungan pedesaan, masih menjadi ciri khas penduduk neo-urban.
Diskriminasi di pasar tenaga kerja di Rumania memang ada, tetapi dalam batas wajar.
Sama seperti pengangguran alami yang sehat bagi perekonomian suatu negara, dengan cara
yang sama pembedaan alami, berdasarkan beberapa prinsip yang mempertimbangkan
karakteristik fisiologis dan psikologis dari setiap jenis kelamin, dapat bermanfaat bagi
kesehatan masyarakat.
JURNAL 4
Judul: Diskriminasi dan Ketimpangan di Pasar Tenaga Kerja
Jurnal: Ekonomi dan Keuangan
Penulis: Kamasheva Anastasia, Kolenikova Julia, Karasik Elena, Salyakhov Eldara
Jurnal ini membahas tentang masalah ketidaksetaraan dan diskriminasi di pasar tenaga
kerja, mengidentifikasi kelompok tertentu yang paling menderita diskriminasi berdasarkan
jenis kelamin, usia dan kondisi kesehatan. Akibatnya ada saran untuk perbaikan kebijakan
ketenagakerjaan publik, jika ada kemungkinan kekurangan tenaga kerja. Di pasar tenaga
kerja kita bisa menghadapi bentuk-bentuk ketimpangan dan diskriminasi terhadap pekerja
atas dasar gender, usia dan kesehatan. Solusi atas permasalahan tersebut perlu
diimplementasikan di tingkat internasional melalui pembuatan dan ratifikasi ketentuan dan
konvensi kesetaraan di tingkat negara bagian dan regional. Kebijakan sosial dan demografis,
bantuan ketenagakerjaan pemerintah harus mencegah segala bentuk diskriminasi. Ini
membutuhkan penerapan perubahan kelembagaan di pasar tenaga kerja.
Ada dua masalah demografis yang berlawanan di dunia modern. Di satu sisi, penuaan
populasi adalah yang paling maju di antara negara-negara maju. Di sisi lain, ada pertumbuhan
pesat penduduk di negara-negara berkembang. Untuk negara maju angka kematian lebih
tinggi dari angka fertilitas selama bertahun-tahun, yang menyebabkan pengurangan angkatan
kerja. Perubahan distribusi usia penduduk dapat dilihat di hampir semua versi proyeksi
statistik situasi demografis pada tahun 2030. Saat ini, masalah terkait pendidikan dan
ketenagakerjaan penyandang disabilitas sangat mendesak. Ada 13,2 juta penyandang
disabilitas di Rusia, yang merupakan lebih dari 9% populasi; hampir 6 juta penyandang
disabilitas dapat bekerja, namun hanya 15% dari mereka yang dapat memperoleh pekerjaan.
Menurut perkiraan yang berbeda, jumlah pekerja penyandang disabilitas adalah dari
460 hingga 914 ribu orang. [6] Pekerjaan di kalangan penyandang disabilitas kelompok
pertama dan kedua sangat rendah, hanya 8%. [6] Rendahnya tingkat penyerapan tenaga kerja
penyandang disabilitas disebabkan oleh beberapa faktor, seperti berikut: memburuknya
situasi pasar tenaga kerja secara umum; adanya ukuran yang mengikat dari pembayaran
bulanan sampai tingkat pembatasan kemampuan untuk bekerja; ketidaksempurnaan peraturan
perundang-undangan ketenagakerjaan penyandang disabilitas. Mempekerjakan penyandang
disabilitas menjadi rumit bukan hanya karena hubungan pasar, tetapi juga karena tidak
adanya kebijakan yang jelas. Hingga tahun 2006 terjadi pengurangan berbagai bentuk
bantuan pemerintah bagi penyandang disabilitas. Alasannya adalah penghapusan sebagian
besar pembebasan pajak untuk organisasi publik (penyandang disabilitas) dan perusahaan
mereka. Penyelesaian masalah orang-orang dengan kemampuan khusus belum menjadi
prioritas dalam kebijakan negara sosial hingga saat ini, ketika kita memiliki kecenderungan
negatif dari perkembangan layanan sosial dan integrasi penyandang disabilitas ke dalam
masyarakat sebagai akibatnya. Sistem interaksi penyandang disabilitas dan masyarakat yang
mapan dibangun di atas prinsip isolasi dan kompensasi, biaya rehabilitasi diminimalkan. Di
satu sisi, negara merawat penyandang disabilitas dengan membayar tunjangan dan
menyediakan fasilitas, di sisi lain, orang-orang ini justru dikucilkan dari masyarakat. Dalam
beberapa tahun terakhir negara telah mulai mengembangkan program "Lingkungan yang
Dapat Diakses", yang dirancang untuk memfasilitasi adaptasi orang-orang dengan
kemampuan khusus dalam masyarakat, namun fungsinya masih jauh dari ideal
Diskriminasi di pasar tenaga kerja berdasarkan jenis kelamin, usia dan kondisi
kesehatan dalam kemungkinan pengurangan pasokan tenaga kerja dapat berdampak buruk
pada kinerja ekonomi negara, sehingga perlu diambil tindakan untuk mengurangi
ketimpangan dan menambah jumlah pekerja kelompok sosial. Menurut pendapat kami,
pengurangan tingkat ketimpangan akan meningkatkan kualitas hidup dan kegiatan usaha serta
mengurangi tingkat pengangguran dan diferensiasi sosial.