Anda di halaman 1dari 13

Kajian Pengalaman Pelecehan Seksual pada Karyawati Di Indonesia

KAJIAN PENGALAMAN PELECEHAN


SEKSUAL PADA KARYAWATI DI
INDONESIA
Abigael Brilliana Christanti
Jurusan Manajemen Sumber Daya Manusia, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Ma Chung, Puncak Tidar Blok N No. 1, 65151, Indonesia
bcabigael@gmail.com

Abstrak - Di lingkungan kerja sering kali terjadi pelecehan seksual baik


secara fisik, non fisik, lisan dan psikologi. Pelecehan seksual adalah
penyalahgunaan kekuasaan serta ekspresi dari seksualitas laki-laki. Hal
tersebut dapat menganggu produktivitas kerja karyawan, terlebih karyawan
wanita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui turnover terhadap
karyawan.

Kata Kunci : pengalaman, pelecehan seksual, karyawati

I. PENDAHULUAN

Noviyanti dan Nurhayati (2019) mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang


sangat cepat ditandai dengan tumbuhnya industri-industri baru yang menimbulkan
banyak peluang bagi angkatan kerja pria maupun wanita. Tuntutan ekonomi yang
mendesak dan berkurangnya peluang serta penghasilan di bidang pertanian yang tidak
memberikan suatu hasil yang tepat dan rutin, dan adanya kesempatan untuk bekerja di
bidang industri telah memberikan daya tarik yang kuat bagi tenaga kerja wanita. Bagi
tenaga kerja wanita yang belum berkeluarga masalah yang timbul berbeda dengan yang
sudah berkeluarga, meski secara umum tidak ada perbedaan-perbedaan.
Kurnianingsih (2003) mengatakan bahwa Saat sekarang ini, sering kali kita
temui didalam lingkungan kerja tindakan-tindakan yang sangat merugikan tenaga kerja
wanita di Indonesia, mungkin karena sebagian orang beranggapan bahwa wanita itu
dipandang sebagai kaum yang lemah atau mudah ditindas seenaknya baik dalam proses
bekerja ataupun diluar ruang lingkup bekerja.
Pelecehan seksual yang berupa tindakan fisik maupun non fisik, lisan, dan
secara psikologi maupun emosial yang kerap terjadi kepada tenaga kerja wanita di
Indonesia. Tindakan fisik bisa berupa sentuhan pada bagian vital. Tindakan lisan dapat
berupa perkataan yang tidak patut untuk diucapkan. Di sisi lain, kekuatan faktor sosial,

Jurnal Manajemen Vol. 02 No. 02, September 2019 115


Abigael Brilliana Christanti

kultural dan institusional yang menempatkan perempuan lebih rendah daripada laki-laki
menjadi penyebab pokok kenyataan itu.
Offerman&Malamut (2002) menyebutkan bahwa pada peristiwa pelecehan
seksual sebagian besar korban adalah perempuan dan pelakunya hampir pasti laki-laki.
Tidak berarti bahwa tidak ada laki-laki yang mengalami pelecehan seksual, namun
jumlah dan proporsinya tergolong kecil.
Analisis gender selalu menemukan bahwa sebagian perempuan mengalami
subordinasi, marginalisasi, dominasi, dan bahkan kekerasan, sama halnya dengan
kekerasan seksual. Perilaku seperti yang disebutkan di atas merupakan hal yang buruk
jika menciptakan lingkungan yang bermusuhan atau mengintimidasi, dan atau
mengganggu kinerja seseorang Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda
tentang perilaku apa yang merupakan pelecehan seksual. Sebagai contoh pelecehan
seksual seperti gerakan berorientasi seksual, lelucon, atau komentar yang tidak disukai;
kemajuan seksual yang berulang dan tidak diinginkan; menyentuh atau kontak tubuh
yang tidak diinginkan lainnya; dan intimidasi fisik itu sudah dianggap sebagai
pelecehan seksual.
Pelecehan seksual dapat terjadi ketika seseorang memiliki kekuasaan atas orang
lain dan menggunakannya untuk memaksa orang tersebut menerima perhatian seksual
yang tidak diinginkan. Hal ini juga dapat terjadi di antara teman sebaya - misalnya, jika
rekan kerja berulang kali menceritakan lelucon seksual, memposting foto porno, atau
membuat sindiran seksual yang tidak diinginkan kepada rekan kerja lainnya (Martha,
2003).
Berdasarkan data yang dilansir oleh MaPPi FH UI (2016) bahwa sebanyak
15,3% pelaku kekerasan seksual didominasi dari profesi informal seperti pedagang kaki
lima, petani, dan buruh.

Pelecehan Seksual
Sebenarnya tidak ada definisi pelecehan seksual yang disepakati secara universal
namun, sejumlah besar definisi memasukkan komponen yang serupa, mis.
menggambarkan perilaku sebagai hal yang tidak disukai atau tidak diinginkan yang
memiliki sifat bermusuhan, menghina, menyinggung, atau mengintimidasi (McDonald,
2012).

Jurnal Manajemen Vol. 02 No. 02, September 2019 116


Kajian Pengalaman Pelecehan Seksual pada Karyawati Di Indonesia

Dias (2008) mendefinisikan pelecehan seksual sebagai pelanggaran hak yang


diatur dalam Konstitusi Federal Brasil tahun 1988, sebagai tindakan yang tidak
dimaksudkan oleh korban dan dapat menyebabkan penghinaan terhadap martabatnya
dan kemungkinan dampaknya terhadap produktivitas dan pertumbuhan di tempat
kerja.Pelecehan seksual adalah penyalahgunaan kekuasaan serta ekspresi dari
seksualitas laki-laki. Dimana pelecehan dapat terjadi karena berasal dari relasi posisi
yang menempatkan lelaki lebih tinggi dari pada perempuan, dan dalam hal ini si pelaku
pelecehan memegang kendali atas posisi superiornya.
Fenomena pelecehan seksual di temapt kerja sudah ada sejak pertama kali
perempuan memasuki angkatan kerja. Pada tahun 1974, fenomena ini mejadi terkenal
ketika kaum feminis mengangkat terminologi pelecehan seksual sebagai julukan dari
perilaku tersebut (Betz dan Fitzgerald, 1987; Wise dan Stanley, 1987).Tanggapan dari
kaum feminis: Pelecehan seksual dapat terjadi dikarenakan relasi kekuasaan yang tidak
imbang, dimana perempuan memiliki kedudukan yang inferior. Relasi kekuasaan yang
tidak imbang antara laki-laki dan perempuan tidak hanya terlihat dari bentuk fisik saja,
namun secara umum, ketimpangan ini juga dapat dilihat dari siapa yang memegang
kekuasaan di ranah politik, sosial, ekonomi, dan pemerintahan, dimana kaum laki-laki
lebih memiliki andil besar daripada kaum perempuan.
Lingkungan yang bermusuhan adalah sejenis pelecehan seksual yang
menimbulkan lingkungan kerja yang mengintimidasi, bermusuhan, atau menyinggung
(Equal Rights Advocates, Inc., 2013). Tanggapan korban untuk menghentikan perilaku
pelecehan seksual akan berdampak buruk pada perilaku pekerjaan mereka. Contoh,
tindakan yang membuat lingkungan bermusuhan termasuk penurunan pangkat
pekerjaan, dan dalam kasus-kasus ekstrem, ini dapat mengakibatkan pemutusan
hubungan kerja dan kinerja yang buruk pada pekerjaan sebagai akibat dari tekanan
mental dan emosional yang dipicu oleh lingkungan semacam itu.Namun, perlu diketahui
bahwa kedua kategori pelecehan seksual dapat terjadi secara bersamaan. Oleh karena
itu, perbedaan yang jelas antara keduanya tetap merupakan fenomena yang dapat
menyebabkan kebingungan.
II. PEMBAHASAN
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Merkin (2008) mengatakan bahwa
pelecehan seksual di tempat kerja akan memiliki niat ingin pindah dari tempat kerja

Jurnal Manajemen Vol. 02 No. 02, September 2019 117


Abigael Brilliana Christanti

yang lebih besar daripadakaryawan yang tidak mengalami pelecehan seksual. Secara
khusus, hasil menunjukkan bahwapeluang karyawan yang dilecehkan secara seksual
memiliki niat berpindah 1,63 kali lebih besardari pada karyawan yang tidak mengalami
pelecehan seksual.
Menurut Dwiyanti (2014) Di Indonesia, Jenis pelecehan yang kerap kali terjadi
adalah pelecehan berupa “komentar seksual” yang diikuti oleh “sikap seksual”,
“sentuhan seksual”, dan “tekanan relasional”. Urutan ini bertahan meskipun perbedaan
besar di antara survei ini dalam persentase perempuan yang mengindikasikan bahwa
mereka telah dilecehkan secara seksual.
III. PEMECEHAN MASALAH YANG DISARANKAN
Bagi karyawati yang pernah menjadi korban pelecehan seksual diharapkan agar
menegur pelaku pelecehan, melakukan tindakan untuk menghentikan perilaku
pelecehan seksual terhadap dirinya dan menceritakan atau melaporkan perilaku
pelecehan yang dialaminya kepada orang terdekat seperti keluarga, teman, maupun
pihak berwenang agar memperoleh solusi penyelesaian masalah.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Pelecehan seksual karyawati merupakan hal yang menarik di beberapa bidang
pengetahuan dan telah dibahas di seluruh dunia dari berbagai pendekatan. Penelitian ini
bertujuan untuk melakukan tinjauan sistematis produksi ilmiah tentang pelecehan
seksual di tempat kerja.Pemimpin yang bisa menghormati karyawati di perusahaan
memiliki dampak positif yaitujumlah pelecehan seksual menurun sangat signifikan.
Pada kondisi kerja yang demikian secara psikologis pekerja perempuan merasa lebih
aman.Saran yang bisa diberikan untuk mengatasi hal-hal tersebut adalah mengadakan
pencegahan dari awal.Bagian penerimaan karyawan harusnya berani menyisihkan calon
karyawati yang mempunyai karakteristik yang memungkinkan berkembangnya kasus
pelecehan seksual atau memberitahukan kepada seluruh karyawan wanita bahwa
mengenakan pakaian yang sopan agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.Pelatihan
menenai penyadaran dan penghargaan terhadap harkat dan martabat wanita di tempat
kerja juga merupakan program yang baik untuk diberikan kepada karyawan, dan
akhirnya ketegasan aturan tentang sanksi dan perlindungan terhadap kasus pelecehan
seksual juga faktor yang ikut berperan.

Jurnal Manajemen Vol. 02 No. 02, September 2019 118


Kajian Pengalaman Pelecehan Seksual pada Karyawati Di Indonesia

DAFTAR PUSTAKA
Dias, I. (2008). Violência contra as mulheres no trabalho: O caso do assédio sexual.
Sociologia, Problemas e Práticas, 57, 11-23. Accessed on: http://www.
scielo.mec.pt/scielo.php?script=sci_arttext&pid=S0873-
65292008000200002&lng=pt&tlng=pt.
Dwiyanti, Fiana. (2014). Pelecehan Seksual Pada Perempuan Di Tempat Kerja (Studi
Kasus Kantor Satpol PP Provinsi DKI Jakarta). Jurnal Kriminologi Indonesia,
vol. 10,1
Kurnianingsih, S. (2003, Desember). Pelecehan Seksual Terhadap Perempuan di
Tempat Kerja. Buletin Psikologi, XI(2), 1.
McDonald, P. (2012). Workplace sexual harassment 30 years on: A review of the
literature. International Journal of Management Reviews, 14(1), 1-17
Merkin,Rebecca S.,andMuhammad Kamal Shah. 2014.“TheImpactof Sexual
Harassment onJob Satisfaction,Turnover Intentions,andAbsenteeism:
Findingsfrom Pakistan ComparedtotheUnitedStates.”SpringerPlus.
Offerman, LR. & Malamut, AB., 2002. When Leaders Harash: The Impact of Target
Perception of Organization Leadership and Climate in Harassment Reporting
and Outcomes. Journal of Applied Psychology, 87(5), 885-893

Jurnal Manajemen Vol. 02 No. 02, September 2019 119


Kasus Suap di Ditjen Pajak, KPK Lakukan
Penggeledahan di Kalsel

ekbis.sindonews.com
Tim Penyidik KPK menggeledah kantor PT Jhonlin Baratama di wilayah Kalimantan
Selatan (Kalsel). Penggeledahan itu dilakukan terkait perkara dugaan suap Direktorat
Jenderal Pajak (Ditjen Pajak) Kementerian Keuangan.
"Kamis (18/3) Tim Penyidik KPK telah melakukan penggeledahan di beberapa lokasi
yang berada wilayah Kalimantan Selatan terkait dengan dugaan TPK penerimaan hadiah atau
janji untuk pemeriksaan perpajakan tahun 2016 dan 2017 pada Direktorat Jenderal Pajak,"
kata Plt. Juru Bicara KPK, Ali Fikri.
Ali mengatakan lokasi penggeledahan bertempat di kantor PT Jhonlin Baratama
di Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Selain itu, ada
3 rumah yang digeledah penyidik KPK.
Penyidik KPK menemukan barang bukti berupa berbagai dokumen dan barang
elektronik yang diduga berhubungan dengan perkara ini. Ali menyebut barang bukti yang
diamankan akan diverifikasi terlebih dahulu. Lalu dokumen tersebut dilakukan penyitaan
guna melengkapi berkas perkara penyidikan.
Diberitakan sebelumnya, Wakil Ketua KPK Alexander Marwata membeberkan
modus suap di Ditjen Pajak seperti kasus-kasus suap yang terjadi sebelumnya. Menurutnya,
suap di Ditjen Pajak terkait pengurusan pajak sebuah perusahaan agar pajak perusahaan yang
dimaksud bernilai rendah. Alex menyebut kasus suap ini diduga melibatkan pejabat di Ditjen
Pajak. Suapnya diduga bernilai puluhan miliar rupiah.
Alex belum bisa membeberkan secara gamblang terkait dugaan suap di Ditjen Pajak
itu. Menurutnya, penyidik KPK masih berproses dengan mengumpulkan alat bukti untuk
menetapkan tersangkanya.
Adapun pengumuman tersangka akan disampaikan saat tim penyidik KPK telah
melakukan upaya paksa penangkapan atau penahanan para tersangka telah dilakukan. KPK
juga telah meminta Ditjen Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM untuk mencegah ke luar
negeri terhadap dua pejabat Ditjen Pajak yang diduga terlibat suap, yaitu berinisial APA dan
Subbag Hukum BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan Selatan 1
DR. Selain itu, empat orang lainnya juga dicegah terkait kasus tersebut, yaitu RAR, AIM, VL
dan AS. Pencegahan berlaku selama enam bulan terhitung 8 Februari hingga 5 Agustus 2021.
Sumber Berita:
https://www.news.detik.com, KPK Geledah PT Jgonlin Milik Haji Isam di Kalsel Terkait
Kasus Suap Ditjen Pajak, Kamis, 18 Maret 2021.
https://www.wartaekonomi.co.id, Kasus Suap di Ditjen Pajak, KPK Lakukan
Penggeledahan di Kalsel, Jumat, 19 Maret 2021.

Catatan:

A. Pajak Pertambangan
Pajak pertambangan adalah pungutan wajib yang dilakukan terhadap segala jenis aktivitas
pertambangan. Salah satu komoditas tambang yang terkena pajak pertambanganadalah batu bara.
Terdapat pajak yang wajib dibayarkan pada tiap tahapan dalam industri pertambangan,
di antaranya:
 Penyelidikan umum
Tahap ini ditujukan untuk menentukan potensi barang tambang yang ada pada suatu daerah
dengan pengujian geologis. Jasa yang dibutuhkan adalah pihak peneliti geologis, atas jasa ini
terdapat kewajiban PPN terutang dan PPh Pasal 23/26 tergantung siapa yang
melaksanakannya.
 Eksplorasi
Tahap di mana rangkaian penelitian, pengujian kandungan mineral, pemetaan wilayah dan
kegiatan lain dilakukan. Hal ini untuk mendapat informasi mengenai lokasi, dimensi sebaran,
kualitas, dan sumber daya serta informasi lingkungan sosial dan lingkungan hidup. Untuk jasa
yang digunakan dari pihak ketiga akan ada PPN terutang dan PPh Pasal 23/26 tergantung
dengan pihak mana yang melaksanakan.
 Studi kelayakan
Tahap di mana pencarian informasi kelayakan ekonomis dan teknis pertambangan dilakukan.
Termasuk di dalamnya proses analisis mengenai dampak lingkungan dan perencanaan pasca
tambang. Jasa yang digunakan adalah dari pihak ketiga, dan akan ada PPN terutang dan PPh
Pasal 23.
 Konstruksi
Tahap selanjutnya adalah pembangunan infrastruktur dengan pertimbangan hasil studi dan
pengamatan yang telah dilakukan sebelumnya. Pembangunan ini biasanya dilakukan oleh
perusahaan konstruksi. Dari penggunaan jasa tersebut, akan muncul PPN terutang dan PPh
Pasal 4 ayat (2) atas jasa konstruksi.
 Pertambangan/eksploitasi
Tahap ini dilakukan dengan pembukaan lahan, pengeboran dan penggalian, pengolahan atau
pemurnian, pengangkutan dan penjualan barang hasil tambang. Atas jasa yang dilakukan oleh
pihak ketiga akan terutang PPh Pasal 23/26 dan PPN.

Subbag Hukum BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan Selatan 2


 Reklamasi
Tahap ini dilakukan untuk merehabilitasi lingkungan yang rusak akibat kegiatan
penambangan. Penutupan lubang galian, pemulihan lahan dan sebagainya, biasanya
dikerjakan oleh pihak ketiga yang dikenai PPh Pasal 23/26 dan PPN terutang.
Di luar PPh 23/26 dan PPN terutang, juga harus membayarkan PPh 21 untuk pegawai
tetap, pegawai tidak tetap, orang pribadi dan bukan pegawai atas upah yang mereka terima.
Sehingga setiap proses yang dilakukan memiliki tanggungan pajak yang harus dibayarkan.

Regulasi Lain terkait Pertambangan


Selain dengan PPN dan PPh Pasal 23/26 dan PPh 21, terdapat beberapa regulasi lain yang
perlu dicermati agar kegiatan pertambangan dijalankan berjalan sesuai aturan, yaitu berikut
sebagai berikut:
1. UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Pasal 1 Angka 1
menyebutkan definisi umum mengenai pertambangan, Pasal 128 yang menyatakan kewajiban
pembayaran pendapatan negara dan daerah untuk pemegang IUP dan IUPK).
2. UU Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan yang menjadi objek
pertambangan serta orang atau perusahaan yang memiliki hak atas pertambangan sebagai
subjek pajak.
3. Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-16/PJ.6/1998 tentang Pengenaan Pajak Bumi dan
Bangunan (Pasal 1 Angka 8 mengenai definisi sektor pertambangan, Pasal 8 mengenai
besaran nilai jual objek pajak atas objek pajak sektor pertambangan non migas selain
pertambangan energi panas bumi).
4. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-47/PJ.6/1999 tentang Penyempurnaan Tata
Cara Pengenaan PBB Sektor Pertambangan Non Migas selain Pertambangan Energi Panas
Bumi dan Galian C (sebagaimana diatur dengan Surat Edaran nomor SE-26/PJ.6/1999).
Regulasi peraturan tersebut merupakan regulasi umum yang diterapkan dalam industri
pertambangan di Indonesia. Industri pertambangan memang industri yang besar dan memiliki
potensi nilai ekonomi yang sangat tinggi. Untuk itulah, pemerintah kemudian memberikan pajak
pertambangan yang terbilang cukup banyak agar setiap pemain dalam industri ini bisa berbisnis
dengan baik tanpa harus saling bersinggungan secara hukum.

B. Pajak Penghasilan
Pajak Penghasilan Pasal 23 (PPh Pasal 23) adalah pajak yang dikenakan pada
penghasilan atas modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah
dipotong PPh Pasal 21.
Tarif PPh 23 dikenakan atas nilai Dasar Pengenaan Pajak (DPP) atau jumlah bruto dari
penghasilan. Ada dua jenis tarif yang dikenakan pada penghasilan yaitu 15% dan 2%, tergantung
dari objek PPh pasal 23 tersebut. Berikut ini adalah daftar tarif dan objek PPh Pasal 23 :
1. Tarif 15% dari jumlah bruto atas :
 Dividen, kecuali pembagian dividen kepada orang pribadi dikenakan final, bunga
dan royalti;
 Hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong PPh pasal 21;

Subbag Hukum BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan Selatan 3


2. Tarif 2% dari jumlah bruto atas sewa dan penghasilan lain yang berkaitan dengan
penggunaan harta kecuali sewa tanah dan/atau bangunan.
3. Tarif 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi
dan jasa konsultan.
4. Tarif 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa lainnya adalah yang diuraikan dalam
Peraturan Menteri Keuangan No. 141/PMK.03/2015 dan efektif mulai berlaku pada
tanggal 24 Agustus 2015.
5. Bagi Wajib Pajak yang tidak ber-NPWP akan dipotong 100% lebih tinggi dari tarif
PPh Pasal 23.
6. Jumlah bruto adalah seluruh jumlah penghasilan yang dibayarkan, disediakan untuk
dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek
pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan
perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha
tetap, tidak termasuk:
 Pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain sebagai
imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dibayarkan oleh Wajib Pajak
penyedia tenaga kerja kepada tenaga kerja yang melakukan pekerjaan,
berdasarkan kontrak dengan pengguna jasa;
 Pembayaran atas pengadaan/pembelian barang atau material (dibuktikan dengan
faktur pembelian);
 Pembayaran kepada pihak kedua (sebagai perantara) untuk selanjutnya dibayarkan
kepada pihak ketiga (dibuktikan dengan faktur tagihan pihak ketiga disertai
dengan perjanjian tertulis);
 Pembayaran penggantian biaya (reimbursement) yaitu penggantian pembayaran
sebesar jumlah yang nyata-nyata telah dibayarkan oleh pihak kedua kepada pihak
ketiga (dibuktikan dengan faktur tagihan atau bukti pembayaran yang telah
dibayarkan kepada pihak ketiga).
(sumber: https://www.online-pajak.com)

C. Penyuapan
Penyuapan (atau suap saja) adalah tindakan memberikan uang, barang atau bentuk lain
dari pembalasan dari pemberi suap kepada penerima suap yang dilakukan untuk mengubah sikap
penerima atas kepentingan/minat si pemberi, walaupun sikap tersebut berlawanan dengan
penerima.
Dalam kamus hukum Black's Law Dictionary, penyuapan diartikan sebagai tindakan
menawarkan, memberikan, menerima, atau meminta nilai dari suatu barang untuk mempengaruhi
tindakan pegawai lembaga atau sejenisnya yang bertanggung jawab atas kebijakan umum atau
peraturan hukum.

Subbag Hukum BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan Selatan 4


Penyuapan juga didefinisikan dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 1980 sebagai
tindakan "memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seseorang dengan maksud untuk membujuk
supaya orang itu berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dalam tugasnya, yang berlawanan
dengan kewenangan atau kewajibannya yang menyangkut kepentingan umum"; juga "menerima
sesuatu atau janji, sedangkan ia mengetahui atau patut dapat menduga bahwa pemberian sesuatu
atau janji itu dimaksudkan supaya ia berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dalam tugasnya,
yang berlawanan dengan kewenangan atau kewajibannya yang menyangkut kepentingan umum."
(sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Penyuapan)

Subbag Hukum BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan Selatan 5

Anda mungkin juga menyukai