Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Setiap orang yang memasuki dunia kerja pastinya mendambakan lingkungan kerja yang
aman, nyaman, dan memberikan kebebasan dalam bereksplorasi dan berkreasi. Dengan
lingkungan kerja yang nyaman, maka karyawan pun akan merasa lebih nyaman dan betah
dalam bekerja. Selain itu, karyawan juga akan menjadi semangat dan penuh ide jika bekerja
di lingkungan kerja yang nyaman dan mendukung.
Kenyamanan bekerja sangat berpengaruh dalam mewujudkan hubungan kerjasama tim
yang kondusif. Salah satu hal yang mendapatkan perhatian untuk mewujudkan kenyamanan
dalam bekerja adalah kondisi lingkungan kerja yang terbebas dari perundungan, kekerasan
seksual dan intoleransi di tempat kerja.

Namun, tidak bisa dipungkiri di dalam dunia kerja masih sering kita jumpai
perundungan, kekerasan seksual dan intoleransi yang terjadi antar karyawan maupun antara
atasan dan bawahan. Hal-hal di atas bisa menyebabkan atmosfer kerja yang tidak nyaman
yang bisa mempengaruhi hasil kinerja dan performa baik individu maupun instansi tersebut.

Di Universitas Tanjungpura, khususnya UPT. Perpustakaan, selalu memberikan


perhatian lebih agar permasalahan yang berkaitan dengan perundungan, kekerasan seksual
dan intoleransi tidak terjadi. Karena pihak UPT. Perpustakaan yang bergerak dibidang
pelayanan, menyadari dengan betul jika sampai hal tersebut terjadi maka akan berdampak
kepada pelayanan terhadap mahasiswa.

B. PERMASALAHAN
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan maka ada beberapa permasalahan yang
dihadapi, antara lain :
1. Pengaruh perundungan, kekerasan seksual dan intoleransi terhadap hasil kinerja.
2. Hal apa saja yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya perundungan, kekerasan
dan intoleransi di lingkungan kerja
3. Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya perundungan, kekerasan seksual dan
intoleransi di perguruan tinggi, khususnya UPT. Perpustakaan Universitas Tanjungpura.

C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui upaya apa saja yang bisa
dilakukan untuk mencegah terjadinya perundungan, kekerasan seksual dan intoleransi di
lingkungan kerja khususnya di UPT. Perpustakaan Universitas Tanjungpura.
BAB II
PEMBAHASAN

Pengakuan prinsip-prinsip kesetaraan kesempatan laki-laki dan perempuan dalam


memperoleh hak hidup tanpa rasa takut dari kekejaman dan pelecehan telah diatur dan dijamin
dalam UUD 1945 pasal 27 ayat (2) yang berbunyi “tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”, dan pasal 281 ayat 2 yang berbunyi “setiap
orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak
mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif tersebut”.

Namun pada kenyataannya, masih sering kita dengar baik secara langsung maupun dari
media, telah terjadi diskriminasi dan kekerasan terhadap karyawan yang dilakukan oleh
karyawan lain maupun dari atasan. Berdasarkan data Sistem Informasi Online Perlindungan
Perempuan dan Anak (SIMFONI PPA) pada 2022 menunjukkan, terdapat 103 korban
melaporkan kasus kekerasan di tempat kerja. Angka tersebut masih rendah jika dibandingkan
dengan kenyataan yang terjadi.
Beberapa hal yang mempengaruhi rendahnya pelaporan kekerasan di tempat kerja antara lain
karena adanya rasa takut, rasa malu, tidak tahu harus mengadu ke mana dan ketergantungan
terhadap pendapatan yang berasal dari tempat kerja tersebut.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem Makarim mengungkapkan,


saat ini dunia pendidikan, yang merupakan salah satu dunia kerja, mengalami tantangan besar
dengan adanya "tiga dosa besar" yaitu perundungan, kekerasan seksual, dan intoleransi.

Perundungan adalah tindakan yang dilakukan secara sengaja untuk menyakiti secara fisik
verbal, psikologis oleh seseorang terhadap seseorang atau sekelompok orang yang merasa tidak
berdaya. Perundungan yang terjadi di lingkungan kerja disebut dengan workplace Bullying.

Salah satu ciri khas perundungan adalah adanya ketidakseimbangan kekuatan yang
dimiliki antara pelaku dan korban perundungan.. Bullying di tempat kerja memiliki banyak
bentuk. Kadang-kadang terdiri dari taktik manipulasi dan pelecehan tidak langsung, seperti
bergosip, penolakan sosial, dan pengucilan sosial (misalnya, tidak diundang ke acara kerja).
Dalam persepsi korban perundungan, tindakan kekerasan yang dialaminya akan terus
berulang dan secara impulsif memikirkan kapan pelaku akan berhenti melakukan perundungan.
Hal ini berakibat pada tekanan mental maupun psikis. Karyawan yang menjadi korban
perundungan juga biasanya tidak dapat bekerja sebaik mungkin karena mengalami masalah
seperti sulit membuat keputusan, tidak mampu berkonsentrasi, hilangnya harga diri,munculnya
demotivasi kerja serta produktivitas menurun.
Berikut beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk mencegah terjadinya perundungan di
lingkungan kerja :
1. Tetap tenang.
Pelaku perundungan seringkali ingin memancing reaksi. Mereka akan senang bila korban
menunjukkan rasa kesal atau terluka karena tindakan intimidatif mereka. Itu sebabnya, ada
baiknya untuk tetap tenang terutama jika menghadapi intimidasi tersebut. Meski sulit
dilakukan, tapi penting untuk tidak menanggapi tindakan perundungan terlalu ke hati.
Latihlah untuk memiliki batasan emosional yang sehat yang membuat kamu tidak bereaksi
dan merasa buruk terhadap diri sendiri ketika mengalami tindakan perundungan di tempat
kerja.
2. Atasi masalah secara langsung.
Ketika berhadapan dengan tindakan intimidasi di tempat kerja, cobalah untuk langsung
angkat bicara dan tegaskan pendapat kamu saat berkomunikasi dengan pelaku. Mintalah
kepada pelaku perundungan agar tidak melakukan hal intimidasi tersebut dan ajaklah pelaku
untuk membahasnya secara baik-baik.

3. Beri tahu atasan atau HRD


Jika berbicara langsung dengan pelaku perundungan secara langsung tidak nyaman, maka
mungkin perlu mendiskusikannya dengan manajer atau HRD di tempat kerja. Perlu diingat
saat menyampaikan permasalahan tersebut kepada atasan atau HRD lakukan dengan
komunikasi yang tepat sehingga mereka dapat membantu mencari jalan keluar terbaik
4. Dokumentasikan segala hal yang berkaitan dengan perundungan yang terjadi.
Hal ini dapat membantu jika dikemudian hari dilakukan pelaporan mengenai perilaku yang
tidak menyenangkan tersebut
5. Berbicara dengan orang lain.
Ketika mengalami perundungan, jangan ragu untuk mencari dukungan dari orang lain. Bisa
kepada rekan kerja, atasan, bahkan terapis jika dianggap perlu. Hal ini dilakukan untuk
mengatasi efek perundungan yang dirasakan.
6. Cari pekerjaan baru.
Jika memang dirasakan tidak tahan lagi dengan perundungan yang dialami, tidak ada
salahnya mencari pekerjaan baru.
Sementara itu, Kekerasan seksual didefenisikan sebagai setiap tindakan seksual, usaha
melakukan tindakan seksual, komentar atau menyarankan untuk berperilaku seksual yang tidak
disengaja ataupun sebaliknya, tindakan pelanggaran untuk melakukan hubungan seksual dengan
paksaan kepada seseorang. (WHO, 2017)
Menurut WHO (2017) kekerasan seksual dapat berupa tindakan :
a. Serangan seksual berupa pemerkosaan (termasuk pemerkosaan oleh warga negara asing, dan
pemerkosaan dalam konflik bersenjata) sodomi, kopulasi oral paksa, serangan seksual
dengan benda, dan sentuhan atau ciuman paksa.
b. Pelecehan seksual secara mental atau fisik menyebut seseorang dengan sebutan berkonteks
seksual, membuat lelucon dengan konteks seksual.
c. Menyebarkan vidio atau foto yang mengandung konten seksual tanpa izin, memaksa
seseorang terlibat dalam pornografi.
d. Tindakan penuntutan/pemaksaan kegiatan seksual pada seseorang atau
penebusan/persyaratan mendapatkan sesuatu dengan kegiatan seksual.
e. Pernikahan secara paksa.
f. Melarang seseorang untuk menggunakan alat kontrasepsi ataupun alat untuk mencegah
penyakit menular seksual.
g. Aborsi paksa
h. Kekerasan pada organ seksual termasuk pemeriksaan wajib terhadap keperawanan.
i. Pelacuran dan eksploitasi komersial seksual
Kekerasan seksual bisa terjadi karena adanya ketimpangan relasi kuasa, relasi gender, atau sebab
lainnya. Kekerasan seksual akan sangat berdampak bagi buruk bagi korban seperti trauma yang
berkepanjangan, dan menurunnya hasil kinerja.
Penyebab terjadinya kekerasan seksual ini terdiri dari dua faktor yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal berupa tingkat pendidikan dan agama yang kurang sehingga
tidak mendapat pelajaran tentang norma yang baik dalam kehidupan sosial, yang terjadi dalam
masyarakat dan tidak mempunyai pemahaman yang baik dalam mengontrol nafsu melalui
beribadah dan mendekatkan diri kepada tuhan. Dan faktor eksternal yang bisa menyebabkan
terjadinya kekerasan seksual adalah lingkungan yang memberikan kesempatan serta faktor
ekonomi yang bisa menjadi penyebab kurangnya kontrol terhadap diri.
Pelecehan seksual di lingkungan kerja dapat dicegah dengan beberapa cara, misalnya:
a. Memilih lingkaran pergaulan yang sehat
b. Segera menyingkir jika merasakan tanda-tanda adanya kebiasaan hal-hal yang berbau seks
menjadi lelucon dan dianggap biasa oleh lingkungan kerja.
c. Jangan menunjukkan respon kepada seseorang yang melakukan pelecehan seksual dengan
cara yang sama. Lebih baik laporkan ke pihak berwajib segera setelah mendapatkan bukti.
d. Carilah dan mintalah pertolongan dan perlindungan dari orang lain yang dapat mengatasi
pelaku kekerasan seksual.
Kemudian, yang di maksud dengan intoleransi adalah sebuah “tindakan”, bukan pikiran,
apalagi sebuah aturan. Disebut toleran, menurut Cohen (2004) adalah tindakan yang disengaja
oleh aktor dengan berprinsip menahan diri dari campur tangan (menentang) perilaku mereka
dalam situasi keragaman, sekalipun aktor percaya dia memiliki kekuatan untuk mengganggu
(Cohen 2004, hal.69). Intoleransi adalah kebalikan dari semua prinsip yang terdapat dalam
toleransi. Ada setidaknya 3 komponen intoleransi;
1. Ketidak-mampuan menahan diri tidak suka kepada orang lain,
2. Sikap mencampuri dan atau menentang sikap atau keyakinan orang lain, dan
3. Sengaja-mengganggu orang lain.
Beberapa hal yang bisa diakibatkan jika terjadi perundungan, kekerasan seksual dan
intoleransi di dunia kerja adalah :
a. Merasa sakit atau cemas sebelum bekerja atau ketika memikirkan pekerjaan memiliki gejala
fisik, seperti masalah pencernaan atau tekanan darah tinggi memiliki risiko lebih tinggi
untuk diabetes tipe
b. Mengalami kesulitan bangun atau mendapatkan tidur yang berkualitas
c. Memiliki gejala somatik, seperti sakit kepala dan nafsu makan berkurang
d. Berpikir dan mengkhawatirkan pekerjaan terus-menerus, bahkan selama waktu istirahat
e. Takut bekerja dan ingin tinggal di rumah
f. Butuh waktu istirahat untuk pulih dari stress
g. Kehilangan minat pada hal-hal yang biasanya disukai
h. Peningkatan risiko depresi dan kecemasan pikiran bunuh diri
i. Tingkat percaya diri yang rendah.

Dari dampak-dampak yang diakibatkan terhadap pribadi yang mengalami perundungan,


kekerasan seksual dan intoleransi, tentunya juga akan sangat berdampak terhadap hasil kinerja
dan performa individu maupun instansi tempat bekerja.

Untuk menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan nyaman, maka sebisa mungkin
dilakukan pencegahan agar tidak terjadi perundungan, kekerasan seksual dan intoleransi di
tempat kerja. Beberapa pencegahan yang bisa dilakukan adalah :

1. Penguatan agensi.
Semua unsur internal tempat kerja tersebut dilibatkan dalam mencegah terjadinya
perundungan, kekerasan seksual dan intoleransi.
2. Meningkatkan akses dan layanan perlindungan karyawan khususnya karyawan perempuan.
3. Menguatkan kerangka hukum, kebijakan dan peraturan.
4. Menguatkan koordinasi dan sinergi lintas lembaga dan daerah hingga aparat pemerintah.

Perguruan tinggi sebagai tempat kerja dan sebagai satuan pendidikan penyelenggara
pendidikan tinggi wajib memberikan perlindungan diri pribadi, kehormatan, martabat dan hak
atas rasa aman bagi sivitas akademik dan tenaga kependidikan dari ancaman praktik
perundungan, kekerasan seksual, dan intoleransi.

Untuk mencegah terjadinya perundungan, kekerasan seksual dan intoleransi di lingkungan


perguruan tinggi, pemerintah melakukan berbagai upaya salah satunya adalah penetapan
Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Permendikbudristek) nomor
30 tahun 2021 tentang pencegahan dan penanganan kekerasan seksual di lingkungan Perguruan
Tinggi (Permendikbudristek PPKS). Peraturan itu bertujuan untuk menciptakan kondisi proses
pembelajaran yang aman, nyaman, dan menyenangkan, serta menghindarkan semua warga di
lingkungan perguruan tinggi dari unsur-unsur atau tindakan kekerasan.
Permendikbud ini juga mengatur sanksi yang bisa dikenakan terhadap mahasiswa, pendidik,
tenaga kependidikan, warga kampus sesuai dengan ketentuan peraturan dan sanksi terhadap
perguruan tinggi dan pimpinan perguruan tinggi yang tidak melakukan Pencegahan dan
Penanganan Kekerasan Seksual,

Untuk melakukan tindakan pencegahan di perguruan tinggi khususnya UPT. Perpustakaan


Universitas Tanjungpura dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain :

1. Desiminasi program dan kebijakan anti perundungan, anti kekerasan seksual, dan anti
intoleransi.
2. Meningkatkan pemahaman anti perundungan, anti kekerasan seksual, dan anti intoleransi
melalui materi orientasi pengenalan akademik kampus, perkuliahan, seminar, diiskusi,
kampanye publik dan pelatihan
3. Meningkatkan program konsultasi dan bantuan hukum untuk seluruh sivitas akademik
4. Mempromosikan dan mengedukasi tentang kampus sehat, kemudahan dan keamanan dalam
melaporkan kasus, perlindungan bagi pelapor dan penyintas, serta tindak lanjut terhadap
laporan.
5. Pembentukan lembaga penanganan perundungan, kekerasan seksual dan intoleransi di
internal UPT. Perpustakaan Universitas Tanjungpura.
Meski pada saat ini kasus perundungan, kekerasan seksual dan intoleransi tidak terlihat
namun bukan berarti tidak ada. Karena kebanyakan korban yang mengalami tindak perundungan,
kekerasan seksual dan intoleransi lebih memilih diam dan tidak melapor. Oleh sebab itu penting
bagi kita untuk lebih peka dan selalu berupaya untuk mencegah terjadinya tindak perundungan,
kekerasan seksual dan intoleransi di tempat kita bekerja.
Dari berbagai upaya yang dilakukan di atas, diharapkan mampu mengatasi beberapa
permasalahan perundungan, kekerasan seksual dan intoleransi yang sering dijumpai di
lingkungan kerja dan mampu membantu agar perundungan, kekerasan seksual dan intoleransi
tidak lagi terjadi dimanapun itu, baik di dunia kerja maupun perguruan tinggi. Dan upaya-upaya
tersebut diharapkan dapat menjaga standar nilai dan harkat kemanusian, melindungi sivitas
akademik dan karyawan dari segala bentuk perundungan, kekerasan seksual dan intoleransi serta
melaksanakan program anti perundungan, anti kekerasan seksual, dan anti intoleransi.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Lingkungan kerja yang baik dan nyaman mampu membuat orang yang bekerja di
dalamnya bekerja dengan nyaman pula. Ketika seseorang bekerja dengan nyaman maka
hasil kinerja yang diberikan akan maksimal. Namun jika di lingkungan kerja tersebut terjadi
tindak perundungan, kekeresan seksual dan intoleransi, maka suasana tempat kerja akan
sangat tidak nyaman bahkan menakutkan. Sehingga hasil kinerja akan menurun yang
tentunya berpengaruh untuk individu tersebut maupun instansi tempat kerja tersebut, dalam
melanjutkan kelangsungan hidup.
Oleh sebab itu penting bagi instansi atau lembaga kerja tersebut melakukan upaya-
upaya pencegahan agar perundungan, kekerasan seksual dan intoleransi tidak terjadi dalam
upaya menjaga standar nilai dan harkat kemanusian serta meningkatkan motivasi dan
produktivitas kerja.

B. SARAN

Dari banyaknya kasus perundungan, kekerasan seksual dan intoleransi yang terjadi di
perguruan tinggi di Indonesia, perlu hendaknya pihak perguruan tinggi Universitas
Tanjungpura, khususnya UPT. Perpustakaan Universitas Tanjungpura menitikberatkan
upaya pencegahan, agar hal-hal tersebut tidak akan pernah terjadi. Sehingga pelayanan yang
diberikan akan selalu memberikan kepuasan bagi mahasiswa universitas tanjungpura
maupun masyarakat umum yang berkunjung.

DAFTAR PUSTAKA
Kemenpppa.go.id. SIMFONI-PPA, https://kekerasan.kemenpppa.go.id/ringkasan (di akses pada
24 mei 2022)

Antaranews.com. 3 ‘Dosa’ Besar di Dunia Pendidikan, Adukan ke Lapor.go.id. 20 Desember


2021. https://gorontalo. /berita/176529/tiga-dosa-besar-dunia-pendidikan-kekerasan-
seksual-intoleransi-dan-perundungan. (diakses pada 23 mei 2022).

Collier, Rohan. (1998). Pelecehan Seksual. Hubungan Dominasi Mayoritas dan Minoritas.
Yogyakarta. PT Tiara wacana.

Heylawedu.id. Permendikbud No. 30 Tahun 2021: Berikut 5 Poin Yang Perlu Kamu Ketahui
Agar Stay UpToDate. 25 November 2021. https://heylawedu.id/blog/permendikbud-no-30-
tahun-2021. (diakses pada 22 Mei 2022)

Kemdikbud.go.id. Menciptakan Kampus Aman dan Nyaman Bebas dari Perundungan dan
Kekerasan Seksual. 28 november 2020.
http://www.dikti.kemdikbud.go.id/kabar-dikti/kabar/menciptakan-kampus-aman-dan-
nyaman-bebas-dari-perundungan-dan-kekerasan-seksual/ (diakses pada 24 mei 2022)

Dirdjosiswo, Soedjono, 1983, Penanggulangan Kejahatan, Alumni, Bandung

Anda mungkin juga menyukai