Anda di halaman 1dari 8

Pengertian Kejadian bullying, baik itu berupa kekerasan secara fisik, psikologis ataupun mental dapat mempengaruhi berbagai

pihak lainnya, baik terhadap individu maupun secara organisasional. Dalam kejadian bullying, selain pelaku dan korban, juga ada kemungkinan adanya orang lain yang berada dekat korban (bystanders) atau saksi yang mengetahui apa yang terjadi. Berdasarkan riset, orang yang menyaksikan bullying pun dapat mengalami stress seperti menjadi korban bullying. Berdasarkan wawancara dengan bystanders dan saksi, alasan utama mereka tidak bertindak adalah takut menjadi korban si pelaku bullying. Selain terhadap bystanders atau saksi, kejadian bullying dalam suatu organisasi juga akan berdampak terhadap kinerja organisasi. Masalah yang dialami korban bullying dapat menimbulkan perasaan ketidakberdayaan dan kondisi emosional negatif diantara pegawai. Perasaan rendah harga diri dan suasana negatif akan menekan kreatifitas dan menghambat kemampuan pegawai dalam menanggapi tantangan mencapai tujuan organisasi sehingga pegawai gagal memberikan kontribusi terbaiknya. Tidak memberikan ekstra ide untuk perbaikan, dan tidak memberikan saran atau kritik terhadap kegagalan. Dengan lain kata menurunkan produktifitas, menghambat motivasi dan menurunkan semangat. jika kasus bullying kemudian diekspos media, maka juga dapat merusak citra organisasi atau lembaga dimana terjadi kasus bullying. Pada akhirnya bullying tidak hanya melukai korbannya saja tapi juga kita semua.

Latar Belakang
Apa saja yang menjadi latar belakang seorang anak melakukan bullying pada anak lain? Latar belakang keluarga menjadi faktor utama penentu sikap anak tersebut. Anak yang diacuhkan di keluarga dan tidak mendapat kebutuhan kasih sayang yang cukup dari keluarga menjadi satu alasan utama mengapa anak tersebut menjadi penguasa di sekolah. Dengan bersikap super power terhadap anak lain, dia merasa memiliki kuasa, tidak seperti di rumahnya sendiri. Jangan langsung menilai anak atau melakukan tindakan keras terhadap pelaku bullyingsebelum kita menyelidiki latar belakang kehidupannya di rumah. Yang paling baik dilakukan adalah memberikan pengertian pada pelaku bahwa bullying harus menjadi hal paling terakhir yang ada di pikirannya. Bayangkan bila seseorang melakukan hal yang sama pada dirinya, tentu saja dia tidak akan mau mengalami hal sama. Anak yang kurang kasih sayang biasanya akan luluh hatinya ketika disiram oleh curahan kasih sayang dari mereka yang tulus memperhatikan dirinya. Berbeda dengan anak yang memang memiliki sikap membangkang dan tidak menyukai aturan. Untuk menyikapi anak yang sulit seperti itu diperlukan tindakan dari para ahli.

Macam-macam Jenis Bullying


Physical Bullying adalah yang paling mudah dikenali karena sering menyebabkan cedera. Namun, tidak hanya memukul, menendang, mendorong dan meninju yang merupakan bentuk bullying. Menyiksa secara lisan tanpa henti melalui panggilan nama dan menggoda juga merupakan bentuk bullying atau yang lebih dikenal dengan sebutan Verbal Bullying. Menyebarkan rumor, putus persahabatan dan sengaja menyebabkan masalah sosial adalah jenis lain dari bullying. Dan dalam beberapa tahun terakhir, mulai dikenal istilah Cyberbullying. Cyber-bullying termasuk penggunaan internet, smartphone, media sosial dan teknologi lainnya untuk menyebabkan kerugian bagi orang lain.

US AGAINST BULLYING Keanekaragaman di alam dan diantara manusia merupakan rahmat untuk saling mengenal dan saling tolong menolong dalam kebajikan. Kamu tidak sendirian di dunia ini. Kamu anggota dari sebuah keluarga, masyarakat dan bangsa. Kamu bagian dari planet bumi, sistem matahari, galaksi dan seluruh alam semesta. Kamu unik dan semua orang juga unik. Kamu tidak unik jika semua orang sama. Saya bukan orang kaya jika tidak ada seorang pun yang miskin. Saya bukan orang termiskin karena ada orang lain yang lebih miskin daripada saya. Tidak ada alasan yang sah untuk mem-bully orang lain, diri sendiri atau alam. Tidak seorang pun pantas menjadi korban bullying. Mari kita ciptakan harmoni dan perdamaian di bumi. Hargai diri sendiri, hargai orang lain dan saling tolong menolong dalam kebajikan. (1) Didik diri sendiri untuk meningkatkan kesadaran perihal bullying dan konsekuensinya terhadap mental, kesehatan fisik, sosial, akademik dan ekonomi. (2) Ajari dan bantulah Anak-anak sedini mungkin untuk mengembangkan rasa percaya diri yang sehat dan menghargai orang lain. Berani mengatakan hak-nya dan bangun ketrampilan sosial menghadapi bullying. (3) Bantu dan dukunglah korban bullying. Jangan biarkan merasa sendirian dan beritahukanlah bahwa hal itu bukan karena kesalahannya. (4) Sekolah, guru, pelajar, orang tua, masyarakat dan pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk secara bersama-sama menciptakan suasana sehat dan menemukan solusi yang sehat. (5) Sekolah, lembaga pendidikan, perusahaan dan orgamisasi pemerintahan harus mengembangkan dan melaksanakan program anti bullying secara komprehensif dalam bentuk strategi pencegahan dan prosedur mengatasi masalah bullying. (6) Jangan mendukung pelaku bullying. (7) Jangan mematuhi pelaku bullying.

(Tisna Rudi. Bandung 28 January 2011) ALIBI PELAKU Waktu dan energi yang seharusnya dimanfaatkan untuk hal positip dan konstruktif, oleh pelaku bullying malah digunakan untuk merusak atau menghacurkan kehidupan sehingga merugikan diri sendiri dan orang lain. Pelaku bullying serinkali merasionalisasikan (mencari-cari kemungkinan alasan yang masuk akal) atau bersilat lidah untuk membenarkan tindakan mereka tanpa peduli sekeji dan seaneh apa pun caranya mereka menyakiti atau menyerang korbannya. Kalau alasan pembenarannya dikritik, si pelaku bullying yang merasa posisinya lebih berkuasa, tidak segan-segan mengancam, menyerang karakter dan reputasi orang yang melakukan kritik, mendiamkan atau tidak menanggapi kritik. Pelaku bullying mungkin saja bersikap pura-pura tidak ada masalah. Tapi mereka akan menerima berbagai konsekuensi; misalnya perasaan bersalah dari hati nuraninya sendiri, kerusakan reputasi, kehilangan rasa hormat dan kepercayaan orang lain hingga permasalahan hukum. Dibawah ini contoh berbagai alasan pelaku bullying membenarkan tindakannya: 1. Menyalahkan korban seringkali digunakan sebagai alasan untuk pembenaran. Korban melakukan sesuatu yang dimata pelaku bullying pantas dibalas. Misalnya korban mengkritik perbuatan atau menentang keyakinan pelaku bullying, kemudian si pelaku bullying membalasnya dengan tindakan bullying terhadap korban. 2. Si pelaku bullying dan atau teman-temannya melakukan pembalasan karena dendam atau iri hati terhadap korban. Pengikut pelaku bullying biasanya diajak oleh temannya (si pelaku bullying) untuk mengganggu korban meskipun mereka sebelumnya tidak ada hubungan samasekali dengan korban dan temanya itu tidak pantas untuk dibela (membela orang salah). 3. Seorang atau sekelompok orang memilih seseorang yang lebih lemah posisinya untuk diganggu karena mereka berpikir lebih baik menyakiti orang lain dulu daripada akan menyakiti atau menimbulkan masalah terhadap mereka. Apa pun alasannya, tindakan melakukan bullying kepada orang lain tidak akan pernah dapat dibenarkan atau diterima, baik secara sosial, hukum, maupun agama. Tidak seorang pun pantas disakiti atau mendapat perlakuan keji. UNDANG UNDANG Meskipun tidak ada peraturan mewajibkan sekolah harus memiliki kebijakan program anti bullying, tapi dalam undang-undang perlindungan anak No.23 Tahun 2002 pasal 54 dinyatakan: Anak di dalam dan di lingkungan sekolah wajib dilindungi dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh guru, pengelola sekolah atau teman-temannya di dalam sekolah yang bersangkutan, atau lembaga pendidikan lainnya.

Dengan kata lain, siswa mempunyai hak untuk mendapat pendidikan dalam lingkungan yang aman dan bebas dari rasa takut. Pengelola Sekolah dan pihak lain yang bertanggung jawab dalam penyelengaraan pendidikan mempunyai tugas untuk melindungi siswa dari intimidasi, penyerangan, kekerasan atau gangguan. Yang dimaksud dengan anak dalam undang-undang perlindungan anak No.23 Tahun 2002 adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan (Pasal 1 ayat 1). Bilamanakah Kasus Bullying Perlu Dilaporkan? Sebisa mungkin masalah bullying dicegah dan ditangani secara intern dilingkungan sekolah. Hal ini dilakukan dengan membuat program anti bullying dengan melibatkan guru, siswa, orang tua siswa dan komunitas di lingkungan sekolah. Dalam menangani masalah bullying, sangat penting untuk diselesaikan secepat mungkin sebelum menimbulkan dampak serius terhadap perkembangan pribadi dan pendidikan siswa. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan pihak berwajib terpaksa dilibatkan sebagai upaya terakhir atau karena berdasarkan pertimbangan berbagai faktor berikut: Kasusnya berpotensi dapat menimbulkan konsekuensi jangka panjang serius terhadap korban. Cara lain gagal atau tidak tepat karena masalahnya serius sehingga dengan melaporkan kepada polisi diharapkan kasus bullying tidak akan terjadi lagi dan akan membantu korban. Ada juga kemungkinan dimana kasus bullying terjadi tidak hanya didalam tapi juga di luar lingkungan sekolah. Dalam hal demikian, guru dan orang tua siswa perlu bekerjasama dengan polisi. Manfaat Tindakan Malalui Jalur Hukum Keluarga korban kadang-kadang merasa bahwa keprihatinan mereka tidak ditanggapi oleh pihak sekolah secara serius. Sehingga keluarga korban melibatkan lembaga bantuan hukum atau pengacara untuk merubah keadaan tersebut. Lembaga bantuan hukum dapat memberikan dukungan terhadap individu yang tidak memiliki kekuasaan dalam menghadapi wewenang pihak sekolah. Pihak pengadilan pun dapat memutuskan bahwa sekolah tidak melakukan hal sebagaimana mestinya dan memberikan ganti rugi/kompensasi terhadap korban yang menderita. Pasal 80 ayat 1: Setiap orang yang melakukan kekejaman, kekerasan atau ancaman kekerasan, atau penganiayaan terhadap anak, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp 72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah). Resiko Penyelesaian Melalui Jalur Hukum

Pengadilan biasanya memerlukan waktu tidak sebentar. Berkas perkara perlu dipersiapkan dan saksi yang mau bersaksi harus dicari. Keputusan pengadilan pun kadang-kadang baru dikeluarkan berbulan-bulan hingga bertahun-tahun kemudian. Selain itu, jika penuntut tidak mendapatkan bantuan hukum, akan memerlukan biaya tidak sedikit. Juga tidak menutup kemungkinan pihak yang tidak senang dilaporkan melakukan balas dendam dengan sikap bermusuhan, mengucilkan atau menekan pelapor. CONTOH KASUS Kepolisian Resor Metro Jakarta Selatan siap memproses hukum para terlapor dalam kasus tindak kekerasan fisik dan psikis dari senior terhadap yunior (bullying), yang terjadi di SMA Don Bosco, Pondok Indah, Jakarta Selatan. Dalam keterangan pers di Mapolres Jakarta Selatan, Jumat (27/7/2012) siang, Kasat Reskrim AKBP Hermawan menjelaskan, hukuman bagi para pelaku bullying terhitung cukup berat. "Baik menggunakan KUHP maupun Undang-Undang Perlindungan Anak sanksinya cukup berat. Ancaman hukumannya sampai lima tahun penjara," jelas AKBP Hermawan. Ia menguraikan, bagi para pelaku bullying bisa diterapkan Pasal 170 KUHP ataupun Pasal 80 UU Perlindungan Anak. Keduanya memiliki ancaman hukuman yang sama, lima tahun penjara. Saat ini penyidik sedang meminta keterangan dari pihak sekolah. Selain penjelasan seputar Masa Orientasi Sekolah (MOS) di SMA Don Bosco, penyidik juga meminta pihak sekolah untuk menyajikan identitas murid kelas 3 SMA sekolah tersebut. "Kami minta pihak Don Bosco menghadirkan foto-foto siswa supaya bisa diidentifikasi saksi korban siapa saja yang diduga terlibat sebagai pelaku," lanjut Hermawan. Langkah lain yang diambil pihak kepolisian adalah melakukan pemeriksaan tempat kejadian perkara di Kompleks Ruko Taman Bukit Hijau, Pondok Indah. Sebagaimana diketahui, setelah kegiatan MOS, sejumlah siswa baru dibawa oleh seniornya ke luar kompleks sekolah. Mereka kemudian dibawa ke salah satu lokasi di Ruko Taman Bukit Hijau dan mengalami bullying. "Saat ini anggota kami sedang melakukan pemeriksaan TKP," ujar Hermawan. Dari empat korban yang telah diperiksa, dua di antaranya sudah menjalani visum di rumah sakit. Hasil visum menunjukkan terdapat lebam pada tubuh dan bekas sundutan rokok di daerah leher. Para pelaku diduga berjumlah 18 orang. Mereka terdiri dari 8 siswa kelas 3 SMA yang sama dan 10 orang yang diduga sebagai alumni sekolah tersebut. ENGLISH SPOT
Eminem was victim of bullying as a child; rapper's mother even sued school for lack of protection Tough-guy rapper Eminem was bullied so badly as a child his mother sued the Detroit school system for failing to protect him. The torment of the then 9-year-old Marshall Mathers began on Oct. 15, 1981, when he was beset by a bully at

the Dort Elementary School who split his lip and knocked the wind out of him, according to court papers unveiled Monday by the Smoking Gun website. The bully, who caused Eminem to suffer from "nightmares and anti-social behavior," was identified in the papers as DeAngelo Bailey. More beatings at the hands of Bailey followed, including one in a restroom that left young Marshall with "sustained injuries to his head, face, back and legs," the papers state. On a snowy day in January 1982, Bailey nailed the future superstar in the face with a "snowball containing a heavy object or a piece of ice" while they were playing "King of the Hill" before beating him up, the papers state. As a result of that attack, Eminem's mother, Debbie, claimed her son suffered a concussion and a temporary loss of vision in one eye. Debbie Mathers Briggs' lawsuit for $10,000 in damage was eventually dismissed on the grounds of "governmental immunity," the Smoking Gun reported. But Eminem got his revenge against Bailey in 1999, when he outed him as a bully in a rap song called "Brain Damage." Some of the lyrics went: "He banged my head against the urinal till he broke my nose/ Soaked my clothes in blood, grabbed me and choked my throat." Bailey sued the rapper for violating his privacy in 2001 but admitted in interviews that he bullied Eminem. A judge later tossed Bailey's lawsuit and explained her ruling by writing a rap verse of her own: "Bailey thinks he's entitled to some monetary gain/Because Eminem used his name in vain." Now 38, Eminem has been speaking out about bullying amid a plague of suicides by kids who mostly got picked on for being gay. He also also been accused of fueling anti-gay bullying peppering his rap songs with slurs against homosexuals.

Read more: http://www.nydailynews.com/entertainment/gossip/eminem-victim-bullying-child-rapper-mother-sued-schoollack-protection-article-1.190493#ixzz2Io5CuDwq

Kampanye Anti Bully Para Musisi Bukan hanya kita yang jenuh melihat maraknya aksi bullying di kalangan remaja, para artis pun mulai nggak tahan. Oleh karena itu, mereka pun melakukan berbagai cara untuk memerangi para pelaku bullying. Selain ikutan kegiatan sosial bagi para korban bullying, mereka juga menunjukan protesnya lewat karya-karya mereka. Seperti beberapa artis berikut ini.

Buku tentang bullying karya 50 Cent Rapper yang punya nama asli Curtis Jackson ini pada bulan Oktober 2011 kemarin meluncurkan buku karyanya yang berjudul Playground: The Mostly True Story of a Former Bully. Buku ini cukup spesial karena menceritakan tentang kisah bullying dari sisi pelakunya. Jadi, tokoh utama buku ini adalah cowok remaja yang mem-bully temantemannya karena tidak bisa mengatasi masalah emosinya. Di buku ini, 50 Cent memperlihatkan faktor apa saja yang bisa membuat seseorang menjadi pem-bully. Jika

semua faktor itu bisa dihilangkan, mungkin saja pem-bully tidak akan muncul lagi di dunia.

Lady Gaga lagu untuk korban bullying Pada bulan Mei 2011, Lady Gaga meluncurkan album Born This Way. Di dalam album ini ada lagu berjudul sama yang diciptakan penyanyi nyentrik ini khusus untuk para korban bullying agar punya keberanian melawan pembully mereka. Aku ingin agar para fans-ku bisa menerima diri mereka apa adanya dan mengabaikan semua sindiran. Untuk tetap membawa semangat anti bully yang disebarkannya lewat lagu Born This Way, pada bulan Februari 2012 kemarin, Lady Gaga membuka yayasan anti bullying Born This Way Foundation (BTWF) di Universitas Harvard.

Lagu anti bully dari Mark Foster Bersama grupnya Foster the People, musisi Mark Foster menciptakan lagu berjudul Pumped Up Kicks yang lumayan menggebrak di tahun 2011. Cerita dalam lagu ini memang lumayan unik, yaitu tentang remaja delusional yang ingin membunuh karena tekanan sosial yang dihadapinya. Foster menciptakan lagu ini sebagai protes terhadap banyaknya kasus kejahatan dan kekerasan yang dialami remaja saat ini. Lagu ini memperlihatkan betapa menyeramkannya jika di dalam pikiran remaja telah tertanam keinginan untuk menyakiti orang lain. Legita Foto: SIPA

FYI Menurut survei yang dilakukan oleh Latitude News pada 40 negara, bahwa di temukan fakta seputar Bullying. Salah satu faktanya adalah bahwa pelaku bullying biasanya para siswa atau mahasiswa laki-laki. Sedangkan siswi atau mahasiswi lebih banyak menggosip ketimbang melakukan aksi kekerasan dengan fisik. Dari survei tersebut juga terdapat negara-negara dengan kasus bullying tertinggi di seluruh Dunia. Dan yang parahnya, Indonesia masuk di urutan ke dua. Berikut negara-negara dengan kasus bullyingtertinggi di Dunia: 1. Jepang 2. Indonesia 3. Kanada dan Amerika Serikat 4. Finlandia
Yayasan Semai Jiwa Amini (Sejiwa) menilai sekolah di wilayah DKI Jakarta belum terbebas dari tindakan bullying dan kurang 1% dari 5.059 sekolah yang mau menerapkan sistem anti kekerasan di lingkungan pendidikan. Magdalena Sitorus, Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengatakan rekap data KPAI melalui hotline service dan pengaduan mengenai kekerasan terhadap anak disekolah pada 2007menunjukkan ada 555 kasus kekerasan terhadap anak, 11,8% di antaranya dilakukan oleh guru.

Tahun 2008 ada 86 kasus kekerasan terhadap anak dan 39% dilakukan oleh guru oleh karena itu masalah bullying atau 'ngerjain' yang sudah mengarah ke kriminal ini harus dicegah. Oleh karena itu pemerintah dalam hal ini Depdiknas dapat mengeluarkan

suatu kebijakan nasional agar pihak sekolah mengatasi bullying ini untuk melindungi anakanak dan mereka bisa belajar tanpa rasa takut. Hasil penelitian Netti Lesmanawati, direktur eksekutif Lembaga Pratista Indonesia yang melakukan penelitian dengan random sampling pada 150 anak SD, SLTP dan SLTA di dua kecamatan di Kota Bogor menunjukkan bahwa perlakuan kekerasan terhadap para siswa itu umumnya adalah di colek pipi, digoda dengan kata-kata jorok, dipukul,ditonjok, ditampar dan ditendang serta dihina, diejek dan diberi julukan negatif.

DAFTAR PUSTAKA http://www.gadis.co.id/gaul/aksi/kampanye.anti.bully.para.musisi/001/006/220 http://www.google.com/


www.stopbullying.gov/ bigloveadagio.wordpress.com/

id.wikipedia.org/wiki/Penindasan_di_sekolah
http://uniqpost.com/50241/negara-negara-dengan-kasus-bullying-tertinggi-indonesia-diurutan-ke-2/#_

http://letsstopbullying.blogspot.com/2009/07/fakta-fakta-bullying.html

Anda mungkin juga menyukai