Modul ini berisi petunjuk mengenai pelaksanaan peer counseling untuk meningkatkan kesadaran terhadap bullying pada siswa SMA
Sultan Agung 1 Semarang yang mengalami atau mendapatkan perilaku bullying di lingkungan sekolah. Didalam modul ini terdapat 2
sesi, masing-masing berisi langkah-langkah yang lengkap beserta prosedur, serta perkiraan waktu yang diperlukan.
A. Bullying
- Pengertian Bullying
Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang lebih kuat terhadap individu atau kelompok
yang lebih lemah, yang bertujuan untuk menyakiti dan dilakukan secara berulang-ulang. Selain itu, bullying adalah perilaku
tidak menyenangkan yang mengakibatkan seseorang terluka secara fisik dan psikis dan biasanya terjadi berulang-ulang.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan oleh satu individu atau kelompok secara
sengaja, baik berupa verbal, fisik, ataupun psikis dan ditunjukkan kepada individu lain yang memiliki keterbatasan kekuatan
atau fisik serta dilakukan berulang-ulang.
a. Kepribadian
Faktor kepribadian memiliki pengaruh yang besar baik bagi pelaku maupun bagi korban bullying. Menurut Benitez dan
Justicia, pelaku bullying cenderung memiliki empati yang rendah, impulsif dan tidak bersahabat. Selain itu, salah satu faktor
yang menyebabkan siswa melakukan bullying adalah tempramen yaitu sifat yang terbentuk dari respon emosional. Hal
tersebut menunjukkan bahwa siswa yang memiliki empati rendah dan impulsif memiliki kecenderungan untuk melakukan
bullying daripada siswa dengan kepribadian yang pasif atau pemalu.
Siswa yang dibesarkan dalam keluarga yang terbiasa menggunakan pola komunikasi sarkasme akan cenderung meniru dan
menerapkan apa yang sering ia dengar di rumah dan kemudian di terapkan di sekolah ataupun di kesehariannya. Selain itu,
kurangnya kehangatan, kasih sayang, serta pengarahan dan dukungan dari orangtua akan menambah kecenderungan siswa
melakukan bullying.
Menurut Benitez dan Justicia, kelompok teman sebaya yang memiliki masalah di sekolah akan melakukan hal-hal negatif
seperti seperti kekerasan, membolos serta rendahnya sikap menghormati guru dan menghargai teman. Idealnya teman di
sekolah menjadi rekan untuk saling mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Namun, pada kenyataan banyak siswa yang
melakukan bullying akibat dorongan dari kelompok teman sebayanya.
d. Iklim Sekolah
Iklim sekolah memberikan pengaruh bagi siswa untuk melakukan perilaku bullying. sikap sekolah yang cenderung
membiarkan dan mengabaikan perilaku bullying menjadikan pelaku merasa apa yang dilakukannya tidak melanggar dan
boleh melakukan intimidasi pada siswa lain yang kurang memiliki kekuatan. Tingkat pengawasan pihak sekolah menentukan
intensitas peristiwa bullying terjadi. Rendahnya pengawasan di sekolah berkaitan erat dengan berkembangnya perilaku
bullying di kalangan siswa. Karakteristik sekolah yang mayoritasnya memiliki jenis kelamin yang sama juga menjadi faktor
terjadinya perilaku bullying di sekolah.
- Aspek-aspek bullying
a. Bentuk fisik, perilaku yang dimunculkan seperti, memukul, mencubit, menampar, meminta dengan paksa.
b. Bentuk verbal, perilaku yang dimunculkan seperti mamaki, menggosip, atau mengejek.
c. Bentuk psikologis, perilaku yang dimunculkan seperti mengintimidasi, meremehkan dan deskriminasi.
- Jenis-Jenis Perilaku Bullying
Perilaku bullying oleh Coloroso, dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu verbal, fisik dan relasional. Masing-masing dapat
menimbulkan akibat atau dampak sendiri.
a. Verbal
Kata-kata adalah alat yang kuat dan dapat mematahkan semangat seorang anak yang menjadi sasaran perkataan.
Kekerasan verbal adalah bentuk bullying yang paling umum digunakan, baik anak perempuan maupun anak laki-laki.
Kejadiannya cepat dan tidak meninggalkan bekas bagi sang pelaku bullying, namun dapat sangat melukai korbannya.
Anak-anak yang lebih muda, yang belum mengembangkan suatu kesadaran diri secara tepat, merupakan pihak paling
rentan terpengaruh terhadap hal ini. Ragam bentuk bullying verbal antara lain berupa julukan nama, celaan, fitnah, ritik
kejam, penghinaan (baik yang bersifat pribadi maupun rasial), pernyataan-pernyataan bernuansa ajakan seksual atau
pelecehan seksual, hinaan yang diikuti dengan perampasan uang jajan atau barang-barang, telepon yang kasar, pesan di
media sosial yang mengintimidasi, ancaman kekerasan, tuduhan-tuduhan yang tidak benar, kasak-kusuk yang keji dan
keliru, serta gosip yang tidak benar.
b. Fisik
Bullying fisik merupakan jenis yang paling tampak dan paling dapat diidentifikasi di antara bentuk-bentuk penindasan
lainnya, namun kejadian kekerasan fisik hanya sepertiga dari peristiwa bullying yang dilaporkan oleh anak-anak. Bentuk-
bentuk bullying fisik antara lain memukuli, mencekik, menyikut, meninju, menendang, menggigit, memithing, mencakar
serta meludahi anak yang ditindas; menekuk anggota tubuh anak yang ditindas hingga ke posisi yang menyakitkan; dan
merusak serta menghancurkan pakaian serta barang-barang milik anak yang menjadi korban. Semakin kuat dan semakin
dewasa sang pelaku, semakin berbahaya jenis dan dampak serangan ini.
c. Rasional
Jenis perilaku ini merupakan yang paling sulit dideteksi dari luar. Jenis bullying relasional adalah pelemahan harga diri si
korban bullying secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan, pengecualian ataupun penghindaran. Penghindaran
yang merupakan suatu tindakan penyingkiran merupakan alat yang paling kuat. Anak yang digunjingkan mungkin bahkan
tidak mendengar gosip itu, namun akan tetap akan mengalami efeknya. Bullying relasional dapat digunakan untuk
mengasingkan atau menolak seorang teman atau secara sengaja ditujukan untuk merusak persahabatan. Perilaku ini
dapat mencakup sikap-sikap tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan mata yang tajam, helaan napas, bahu
yang bergidik, cibiran, tawa yang mengejek dan bahasa tubuh yang kasar. Bullying relasional mencapai puncak
kekuatannya di awal masa remaja, saat terjadi perubahan-perubahan fisik, mental, emosional dan seksual. Ini adalah
saat remaja mencoba untuk mengenali dan menyesuaikan diri dengan rekan-rekan sebaya mereka.
Jenis bullying relasional ini di berbagai sumber yang lain dinamai secara berbeda. Ada ahli yang menyebutkan jenis ini
dengan bullying psikologis, emosional, dan bullying verbal tidak langsung.
- Cara mencegah bullying
a. Melawan
Apabila ada siswa yang berpotensi menjadi korban bullying, cobalah untuk melawan pelaku dengan kata-kata yang
menunjukkan bahwa korban bukanlah seorang yang lemah. Hal penting yang harus diperhatikan bahwa kejahatan tak
perlu dibalas kejahatan. Korban hanya harus menunjukkan kepada pelaku bahwa korban bukan seperti yang mereka
pikirkan.
b. Berbagi
Korban bullying biasa tidak mempunyai teman untuk berbagi cerita, kekesalan dan segala uneg-uneg yang tertampung
dibenak korban. Hal tersebut harus curahkan dengan orang yang dirasa nyaman untuk berbagi dan bisa menyampaikan
semua hal yang ada dibenak korban. Dan mintalah pendapatnya, apa yang harus dilakukan untuk menyikapi semua ini.
B. Peer Counselor
Konselor merupakan pengampu pelayanan ahli bimbingan dan konseling. Bimbingan dan Konseling sebagai sebuah
profesi digambarkan dengan tampilnya konselor yang dapat memberikan ketenteraman, kenyaman dan harapan baru
bagi klien. Untuk menjadi seorang konselor professional haruslah menampilkan sikap hangat, empati, jujur,
menghargai, dan yang paling penting dapat dipercaya (terjaga kerahsiaan konseli)
Peer counseling merupakan salah satu pemberian layanan bantuan konseling yang dilakukan oleh teman sebayanya
yakni tenaga non profesional (biasanya seusia/tingkatan pendidikannya hampir sama) yang telah terlebih dahulu
diberikan pelatihan-pelatihan untuk konselor sebaya sehingga diharapkan dapat memberikan bantuan baik secara
individual maupun kelompok kepada teman-temannya yang bermasalah atau mengalami berbagai hambatan dalam
perkembangan kepribadiannya.
Dasar dasar keterampilan konseling untuk diajarkan kepada tenaga non profesional sebagai berikut :
a. Attending, yaitu perilaku yang secara langsung berhubungan dengan respek, yang ditunjukkan ketika helper
memberikan perhatian penuh pada helpee, melalui komunikasi verbal maupun norverbal, sebagai komitmen untuk
fokus pada helpee. Helper menjadi pendengar aktif yang akan berpengaruh pada aktivitas bantuan. Termasuk
pada komunikasi verbal dan nonverbal adalah empati yang ditunjukkan dengan kesadaran penuh akan perasaan
dan makna dari pernyataan dan kondisi helpee, sehingga helper dapat merespon dengan identifikasi yang akurat,
dan helpee dengan mudah merasakan pemahaman dari helper. Bagian dari empati adalah dapat membedakan,
dan dapat menguraikan dengan katakata sendiri perasaan dan makna dari apa yang dikomunikasikan oleh
helpee.
b. Summarizing, yaitu dapat memnyimpulkan berbagai pernyataan helpee menjadi satu pernyataaan. Ini
berpengaruh pada kesadaran untuk mencari solusi masalah.
c. Questioning, yaitu proses mencari apa yang ada di balik diskusi dan seringkali berkaitan dengan kenyataan yang
dihadapi helpee. Pertanyaan yang efektif dari helper adalah yang tepat, bersifat mendalam untuk mengidentifikasi,
untuk memperjelas masalah dan untuk mempertimbangkan alternatif.
d. Genuineness, adalah mengkomunikasikan secara jujur perasaan sebagai cara meningkatkan hubungan dengan
dua atau lebih individu. Helper mesti menunjukkan kesejatian/keaslian dalam setiap perilaku.
e. Assertiveness/ketegasan, termasuk kemampuan untuk mengekspresikan pemikiran dan perasaan secara jujur,
yang ditunjukkan dengan cara berterus terang, dan respek pada orang lain.
f. Conforontation, yaitu komunikasi yang ditandai denga ketidaksesuaian/ketidakcocokan perilaku seseorang
dengan yang lain.
g. Problem solving, adalah proses perubahan seseorang dari fase mengeksplorasi satu masalah, memahami
sebab-sebab masalah, dan mengevaluasi tingkah laku yang mempengaruhi penyelesaian masalah itu.
Persyaratan konseling teman sebaya Siswa yang menjadi memberikan bantuan dalam bimbingan teman sebaya adalah
mereka yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Persyaratan fisik : sehat dan tidak mengalami gangguan dalam komunikasi dan interaksi sosial. Berpenampilan wajar dan
menunjang keberhasilan interaksi dan komunikasi dengan orang lain.
Persyaratan akademik : mempunyai wawasan yang luas, prestasi belajar memuaskan.
Persyaratan kepribadian : mempunyai minat dan motivasi yang kuat secara sukarela bergabung menjadi
pembimbing/konselor teman sebaya. Mempunyai hubungan sosial yang baik; diterima oleh teman- temannya, keadaan emosi
normal/stabil, mempunyai jiwa kepemimpinan dan aktif pada kegiatan ekstrakurikuler, mampu mengembangkan akhlak
terpuji.
Persyaratan administrasi : mendaftarkan diri, mendapat persetujuan dari wali kelas dan konselor sekolah/BK, mengikuti
seleksi, jika lulus seleksi bersedia mengikuti pelatihan bimbingan/ konseling teman sebaya.
Tabel 1. Rancangan pelatihan peer counselor