Anda di halaman 1dari 3

MARI PAHAMI BULLYING, SEBAB DAN DAMPAKNYA!

Ditulis oleh Nura Khabita, S. Si.


(Walimurid MI Ma’arif NU 1 Pageraji, Guru SMP Ma’arif NU 1 Cilongok)

PENDAHULUAN

Belakangan ini masyarakat diresahkan oleh sebuah video kekerasan yang dilakukan oleh siswa SMP di salah satu
sekolah di Kab. Cilacap. Video berdurasi kurang dari 5 menit itu tersebar di berbagai sosial media, Facebook, Tik
Tok, Instagram, belum lagi menjadi berita di media elektronik. Tentunya hal tersebut sangat meresahkan dan
memprihatinkan bagi setiap orang tua. Kejadian yang terekan dalam video itu hanya salah satu dan sangat
banyak kasus yang sebenarnya sudah terjadi namun tak terekspos. Oleh sebab itu, kejadian bullying tersebut
dangat menjadi perhatian berbagai pihak. Hampir di setiap sekolah mengadakan sosialisasi Stop Bullying.

APA ITU BULLYING?

Bullying yaitu perilaku agresif maupun suatu ancaman pada usia anak atau remaja disebabkan adanya
perbedaaan kekuatan antara pelaku dan korban. Perilaku agresif dan ancaman itu dapat berupa verbal, psikis,
maupun fisik yang dilakukan lebih dari satu kali dan berpotensi secara terus menerus. Bullying bahkan menjadi
masalah yang universal yang tidak terjadi pada anak-anak saja namun bisa terjadi pada orang dewasa dan
menyentuh berbagai lingkungan baik keluarga, sekolah, pesantren, bisnis, dan masyarakat.

Bullying dapat terjadi secara verbal seperti mengejek dengan nama yang jelek, menghina atau menggoda
dengan keadaan seseorang entah itu keadaan keluarga maupun kondisi fisik, mencela tanpa alasan yang jelas,
mengatai dengan nama binatang seperti anjing, babi, dsb, mencemooh secara seksual, menyebarkan rumor, dan
sebagainya. Secara psikis bullying terjadi seperti membuat orang lain merasa asing, menjauhi, menyindir,
menuduh tidak sesuai kenyataan dan sebagainya. Bullying juga dapat terjadi secara fisik seperti didorong,
dipukul, ditendang, diinjak, ditarik, dicekik, dicubit, atau dilukai dengan cara lain secara sengaja, baik dilakukan
oleh seorang maupun sekelompok pelaku.

Masdin seorang dosen STAIN Kediri menulis dalam Jurnal Al- Ta’dib Vol. 6 No. 2 Edisi Juli- Desember 2013 yang
berjudul Fenomena Bullying dalam Pendidikan, menjelaskan bahwa bullying merupakan perilaku yang tidak
diinginkan, agresif di kalangan anak-anak usia sekolah yang melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan nyata
ataupun dirasakan. Perilaku diulang, memiliki potensi diulang dari waktu ke waktu. Kedua pihak yang diganggu
maupun mengganggu akan memiliki masalah berkepanjangan. Istilah bullying biasanya digunakan untuk
merujuk pada perilaku yang terjadi antara anak-anak usia sekolah, namun bagi orang dewasa bullying bisa
berulang dan agresif mengunakan kekuasaan satu sama lain. Bullying bisa terjadi selama atau setelah jam
sekolah, namun sebagian besar bullying terjadi di sekolah, kemudian di tempat-tempat seperti di taman bermain
atau bus, di peralanan menuju sekolah atau dari sekolah, di lingkungan anak muda ataupun di internet.

Selaras dengan itu, Al-Qur’an dalam surat Al-Hujurot ayat 11 juga mengingatkan tentang larangan perilaku
mengolok-olok ( membully). Allah berfirman yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari
mereka dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan yang lainnya, boleh jadi yang
direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan angan memanggil dengan gelaran
yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan
barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”.
Masih dalam tulisan Masdin (2013) mengungkapkan sebagian besar peneliti setuju bahwa bullying melibatkan
ketidakseimbangan kekuasaan fisik atau psikologis. Pelaku bullying (Bully) dianggap lebih kuat dari korban,
disengaja dan dapat menimbulka luka fisik dan atau tekanan psikologis pada satu atau lebih korban. Bullying
dapat terjadi secara langsung, tatap muka fisik atau adu mulut, melibatkan relasional, intimidasi seperti
menyebarkan rumor atau pengucilan sosial. “Bullying” merupakan sebuah hasrat untuk menyakiti. Hasrat ini
diperlihatkan dalam aksi, menyebabkan seseorang menderita. Aksi ini dilakukan secara langsung oleh seseorang
atau sekelompok orang yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab, biasanya berulang, dan dilakukan dengan
perasaan senang.

APA PENYEBAB PERILAKU BULLYING?

Lalu, apa yang menyebabkan seseorang/anak melakukan bully? Mengutip tulisan Samsudi dan Muhid dalam
Jurnal Pendidikan Islam dan Multikulturalisme Vol 2. No. 2, Spetember 2020 yang berjudul Efek Bullying Terhadap
Proses Belajar Siswa tentang penyebab pelaku Bullying antara lain:

(a) permasalahan keluarga yang membawa pengaruh terhadap anak. Anak meniru perilaku bullying orang
tua, saudara kandung, kerabat orang tua bahkan anak tersebut juga merupakan korban bullying di
tempat tinggalnya sehingga anak berpotensi mengembangkan perilaku bullying.

(b) kebiasaan atau budaya di sekolah. Hal tersebut dimungkinkan terjadi apabila guru dan jajarannya
membiarkan dan tidak menindak periaku bullying di sekolah.

(c) teman seusia baik ikut membantu ataupun tidak, ketika ada dari salah satu mendukung perilaku bullying
tersebut sehingga beranggapan bahwa perilaku bullying tersebut baik dan berpotensi pada anak untuk
bergabung pada kelompok tersebut

(d) pengaruh teknologi seperti game, video game, film, serta program televisi yang menampilkan perilaku
bullying meskipun sekedar humor dan dapat diterima sehingga mempengaruhi cara pandang anak
tersebut terhadap bullying.

APA DAMPAK BULLYING BAGI KORBAN?

Perlakuan bullying yang menimpa korban akan memberikan dampak atau efek baik jangka pendek maupun
jangka panjang. Efek jangka pendeknya korban dapat merasa tidak nyaman, terisolasi dari lingkungan, merasa
harga diri rendah, serta menarik diri dari lingkungan. Dan efek negatif jangka panjangnya korban dapat
mengalami luka batin yang menyebabkan ketidakstabilan emosi, pemurung, pemarah, stress, depresi , bahkan
ngangguan psikis yang dapat mengakibatkan bunuh diri.

Bullying dapat menganggu proses aktualisasi diri dan berdampak juga pada prestasi belajar. Sesuai dalam
penelitian yang dilakukan oleh Dwipayanti (2014) yang dikutip dalam jurnal yang sebelumnya telah disebutkan,
bahwa anak yang menjadi korban bullying memiliki prestasi belajar yang rendah dibandingkan anak yang tidak
mengalami korban bullying.

Dampak lain yang dapat terjadi adalah permasalahan jangka panjang karena terdapat perasaan dendam ketika
menjadi korban bully. Anak-anak korban bully bisa mengalami perasaan insecure, minder, dan juga tidak
berharga. Perasaan-perasaan tersebut dapat menghalangi seseorang untuk mewujudkan cita-cita.

Selain itu, korban juga memiliki potensi menjadi pelaku bullying di kemudian hari karena ingin melampiaskan
rasa yang terpendam ketika menjadi korban, ini menjadi lingkaran setan yang perlu dihentikan. Seperti pola
senior junior dalam sekolah atau lembaga pendidikan tertentu yang mana junior harus menerima perlakuan yang
tidak mengenakkan dari senior namun tak bisa melawan. Suatu hari junior yang menjadi senior akan melakukan
hal yang sama lagi, dan seterusnya.

BAGAIMANA CARA MENGANTISIPASI BULLYING?

Bagaimana cara mengantisipasi atau mencegah perilaku Bullying? Tentu kita dapat melihat dari faktor penyebab
terjadinya bullying. Pencegahan yan dapat dilakukan antara lain:

(a) Dari sisi keluarga atau orang tua penting untuk menanamkan nilai-nilai positif, toleransi, memahami
perasaan orang lain, saling menghormati, saling menghargai, menumbuhkan sifat empati, memiliki rasa
kasih sayang terhadap orang lain. Orang tua menghindari perilaku kasar atau keras terhadap anak-anak,
baik secara fisik dengan memukul, menyubit, ataupun keras secara verbal atau ucapan. Juga
memperlakukan anggota keluarga dengan baik sehingga anakpun dapat mencontoh, karena seringkali
perilaku orangtua ditiru oleh anak. Peran orang tua menjadi sangat serius dalam antisipasi bullying.
Misalnya anak-anak yang sering dipukul di sekolah dapat melakukan hal yang sama kepada temannya,
karena dia terbiasa mendapat perakuan demikian.

(b) Di lingkungan sekolah dianjurkan untuk lebih mengawasi terjadinya tindakan bullying. Diperlukan
kepedulian guru dan karyawan di sekolah untuk turut mencegah terjadinya bullying, merespon dengan
cepat dan bijak jika ada kasus bullying. Sebagaimana lembaga pendidikan dapat mengatasi lingkungan
bebas rokok maka menerapkan lingkungan bebas bullying pun dapat dilakukan dengan sosialisasi secara
intensif dan massif. Menyisipkan pesan untuk orang tua pada kegiatan parenting yang rutin.

(c) Mengawasi lingkungan pergaulan anak di luar sekolah, memperhatikan tingkah laku anak atau teman
sebayanya ketika bermain.

(d) Mengawasi penggunaan teknologi, mencegah anak untuk menonton film atau video game dan game
yang mengandung adegan perundungan/ bully maupun kekerasan.

PENUTUP

Berdasarkan apa yang sudah saya tuangkan dalam tulisan di atas, peran orang tua sangat penting dalam
memutus rantai atau menurunkan kejadian bullying. Karena orang tua yang menyadari adanya fenomena
bullying tentu akan merasakan prihatin dan juga miris. Para orang tua yang telah teredukasi melalui tulisan ini
hendaknya membimbing anak-anak dengan bijak di rumah dengan menanamkan nilai-nilai yang memperhatikan
perasaan orang lain (empati) dan juga kasih sayang , menghindari kekerasan kepada anak maupun anggota
keluarga yang lain. Sehingga anak pun mencontoh hal yang sama. Jika dilihat anak-anak pelaku bullying memiliki
sifat egois, cuek, mau menang sendiri, dan tidak memandang perasaan orang lain, apakah temannya
tersinggung ketika diejek ataupun sakit ketika dipukul atau ditendang. Mungkin saja di rumah anak pelaku
bullying diabaikan perasaannya oleh orang tua sehingga dia pun tidak bisa memahami perasaannya sendiri
maupun temannya. Pergaulan anak-anak diawasi dengan baik agar terhindar dari pengaruh buruk teman yang
lain dan memperhatikan pemakaian teknologi seperti TV maupun gadget terlebih yang tersambung dengan
internet.

Anda mungkin juga menyukai