Anda di halaman 1dari 17

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perilaku perundungan merupakan satu dari banyak masalah tingkah laku dan
disiplin di kalangan murid sekolah dewasa ini. Perilaku perundungan secara langsung atau tidak
langsung merupakan sebagian dari tingkah laku agresif. Hal itu berlaku jika terdapat jurang atau
ketidakseimbangan kuasa antara pembuli dengan korban. Perundungan menjadi isu yang penting
di Indonesia. Perilaku perundungan tidak mengenal umur dan dapat terjadi dikalangan mana saja
mulai dari dewasa bahkan masa kanak-kanak. Hal ini sangat sering ditemukan di kalangan
remaja yang terus menghantui anak-anak dari waktu ke waktu.
Kekerasan yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan menfitnah, menghina
bahkan melecehkan sesama menjadi kebiasaan dalam masyarakat. Semua ini ditujukan untuk
merendahkan kedudukan orang lain, menertawakannya, menghina dan menganggapnya kecil.
Pelaku merasa dirinya lebih tinggi martabat, kekayaan atau keturunannya daripada yang lain,
sehingga orang lain dianggap rendah, hina dan berderajat rendah.
Perundungan tidak boleh dipandang sebelah mata, karena ini bisa berakibat pada
terjadinya masalah kesehatan dan menyebabkan kepercayaan diri seseorang menurun. Dari
sekian banyak kasus perundungan di Indonesia, tidak sedikit ditemukan kasus tersebut berujung
pada kematian. Dari kasus tersebut menunjukkan bahwa perundungan masih menjadi masalah
yang besar di lingkungan sekolah, sehingga perlu adanya upaya pencegahan. Apabila perilaku ini
tidak mendapatkan penanganan dapat berdampak buruk bagi siwa dan lingkunganya.
Peran sekolah dalam mengatasi perundungan yang terjadi di lingkungan sekolah, salah
satunya yaitu melalui guru bimbingan dan konseling/konselor yang memiliki peranan penting
dalam mencegah dan menanggulangi perundungan di sekolah. Untuk itu diperlukan pelayanan
yang efisien dan komprehensif kepada seluruh siswa dengan menggunakan berbagai
keterampilan dan media yang dapat membantu kinerja guru BK/konselor dalam menangani
perundungan.
Agar perundungan tidak mendapatkan tempat di lingkungan sekolah, sebagai sekolah
penggerak SMA Swasta Nurul ‘Ilmi Padang Sidempuan yang menerapkan kurikulum merdeka
2

belajar akan melaksanakan projek tema 2 Bagunlah Jiwa Raganya melalui pentas seni dengan
tema “Cegah Perundungan di Lingkungan Sekolah”. Melalui pentas seni ini diharapkan perilaku
perundungan dapat diminimalisir guna terwujudnya lingkungan sekolah yang aman dan nyaman.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam proposal ini sebagai berikut:
a. Apakah pengertian, jenis dan penyebab perundungan di lingkungan sekolah?
b. Bagaimana dampak perundungan di lingkungan sekolah?
c. Bagaimana cara mencegah perundungan di lingkungan sekolah?

1.3 Tujuan Projek


a. Mendeskripsikan pengertian, jenis dan penyebab perundungan di lingkungan sekolah.
b. Mendeskripsikan dampak perundungan di lingkungan sekolah.
c. Mengonstruksikan cara mencegah perundungan di lingkungan sekolah.

1.4 Manfaat Projek


a. Hasil projek ini diharapkan dapat memperkuat profil pelajar pancasila yang sesuai
dengan sistem penerapan kurikulum merdeka belajar.
b. Memberikan bekal tambahan dan edukasi bagi seluruh siswa dan guru SMA Swasta
Nurul Ilmi tentang dampak perundungan dan cara mencegahnya di lingkungan sekolah.
c. Mencegah terjadinya perundungan di lingkungan sekolah guna terciptanya lingkungan
yang aman dan nyaman dalam berlajar dan bersosial.
3
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Perundungan


Mengutip Widya Ayu dalam buku Cegah dan Stop Bullying Sejak Dini, bullying
berasal dari bahasa Inggris yaitu bull yang berarti banteng. Secara etimologi bullying berarti
penggertak, orang yang mengganggu yang lemah. perundungan bukan hanya sekedar
keinginan untuk menyakiti orang lain, tetapi juga suatu tindakan yang dilakukan bukan hanya
sekedar dipikirkan oleh pelakunya. Pelaku tindak perundungan selalu berkeinginan untuk
menyakiti korbannya baik secara fisik ataupun mental serta diikuti oleh tindakan negatif
lainnya. Bullying merupakan segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan
dengan sengaja oleh satu orang atau sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa
terhadap orang lain, dengan tujuan untuk menyakiti dan dilakukan secara terus menerus.
Dalam bahasa Indonesia, bullying disebut menyakat yang artinya mengusik (supaya
menjadi takut, menangis, dan sebagainya), merisak secara verbal. Sementara itu, mengutip
hasil ratas bullying Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPA),
bullying juga dikenal sebagai penindasan/risak.
Menurut Unicef, bullying bisa diidentifikasi lewat tiga karakteristik yaitu disengaja
(untuk menyakiti), terjadi secara berulang-ulang, dan ada perbedaan kekuasaan. Bullying
bisa terjadi secara langsung atau online.
Dari beberapa pendapat di atas kita dapat memahami bahwa perundungan termasuk
salah satu bentuk kekerasan yang sangat berbahaya baik itu dalam lingkungan sekolah,
keluarga maupun lingkungan masyarakat. Perundungan tidak hanya menyakiti korban secara
fisik, tapi juga lebih kepada menganggu psikologi korban, hingga mempengaruhi kepribadian
korban.

2.2 Jenis Perundungan di Lingkungan Sekolah


Tindakan bullying atau perundungan sering terjadi di lingkungan sekolah. Tak
semuanya sadar bahwa mereka telah melakukan perundungan karena menganggapnya hanya
sebatas candaan. Padahal nyatanya, hal ini dapat berdampak buruk pada kondisi psikis
5

korbannya tanpa disadari. Tidak hanya secara fisik dan verbal saja, berikut ini contoh
tindakan perundungan di lingkungan sekolah.
a. Perundungan secara fisik
Jenis perundungan pertama yaitu secara fisik. Pada jenis ini, biasanya pelaku
melakukan kekerasan dengan berbagai cara, misalnya memukul, menendang, ataupun
sengaja melukai korban menggunakan benda-benda di sekitarnya. Sama dengan jenis
perundungan lainnya,  perundungan secara fisik juga menyebabkan korban mengalami
trauma berkepanjangan. Bahkan tidak hanya terluka secara fisik, namun juga terluka
secara mental.
Kondisi seperti ini berbahaya apabila tidak segera disadari oleh guru dan orang tua.
Apalagi biasanya korban sangat takut diancam jika menceritakannya. Misalnya jika ada
luka tidak biasa lalu didukung oleh perubahan perilaku pada anak, hal ini harus segera
ditangani.
b. Perundungan secara verbal
Perundungan secara verbal adalah tindakan perundungan yang tidak menggunakan
kekerasan fisik, namun melalui ucapan-ucapan menyakitkan untuk menyerang. Misalnya
mengolok-olok, mengancam, maupun mengucapkan kata menyakitkan lainnya yang
dapat membuat seseorang tertekan, kehilangan rasa percaya diri, ketakutan, bahkan
depresi.
Meskipun tidak menyakiti secara fisik, perundungan verbal tetap saja menyakitkan
karena langsung menyerang mental anak. Di sekolah hal seperti ini seringkali dianggap
sepele atau mungkin hanya dianggap suatu candaan kalangan anak dan remaja, sehingga
menyebabkan pelaku jadi lebih bebas beraksi. Padahal, tidak semua orang tahu
bagaimana kondisi psikis seseorang, mungkin ada yang kuat, namun tak semuanya bisa
bersikap demikian.
c. Perundungan Seksual
Perundungan Seksual bukan hanya terjadi pada lawan jenis saja, namun bisa juga
dilakukan berkelompok. Contoh tindakan perundungan tersebut, misalnya pemerkosaan,
pelecehan seksual (baik verbal maupun fisik), chat berkonotasi seks, dan sebagainya.
Akhir-akhir ini  perundungan seksual sangat marak di kalangan anak sekolahan.
Banyak sekali contoh kasusnya, misalnya kejadian hamil di luar nikah pada anak sekolah
6

menengah, dilecehkan oleh teman sendiri, dan sebagainya. Oleh karena itu, guru dan
orang tua sebaiknya tetap waspada supaya tidak terjadi hal tidak diinginkan pada anak
atau peserta didik.
Selain itu, guna mencegah hal seperti ini terus berulang, adanya pendidikan seks
sejak dini sangat penting. Bahkan tak boleh dianggap tabu karena justru menjadi bekal
supaya anak sekolah tidak sembarangan melakukan seks bebas.
d. Perundungan Cyber
Seperti yang kita ketahui, dunia digital atau internet memang kejam. Sehingga,
setiap orang pun harus berhati-hati dalam menggunakannya agar tidak terjerumus
maupun terdampak hal negatif dari internet.
Anak sekolah zaman sekarang sudah pandai sekarang berselancar di internet.
Mereka terlihat piawai sekali saat memainkan gawainya ataupun mengikuti tren yang
sedang populer. Meskipun terlihat senang, tetap harus dalam pengawasan, sebab pikiran
anak sekolah belum cukup dewasa untuk menyaring informasi di internet.
Hal paling ditakutkan adalah ketika anak tidak sengaja melakukan kesalahan yang
membuat gempar dunia maya, kemudian terkena perundungan cyber, dicaci maki, dan
diteror oleh orang tak dikenal dari internet. Dampaknya sangat luar biasa, bisa jadi
membuatnya enggan ke sekolah karena merasa malu atau tidak percaya diri, bahkan juga
menyebabkannya jadi malas belajar akibat mengalami perundungan.
e. Prejudicial Bullying
Adapun prejudicial bullying atau perundungan dengan menyerang suatu ras atau
golongan tertentu, biasanya kerap menyerang orang-orang minoritas atau nampak
berbeda dari lainnya. Contoh tindakannya seperti menirukan aksennya secara berlebihan,
mengejek adat dan tradisi korbannya, dan sebagainya.
Banyak orang menganggapnya sebagai bahan bercandaan. Padahal kebudayaan,
suku, agama, dan ras (SARA) bukanlah sebuah candaan. Itulah pentingnya
mengedepankan toleransi, tujuannya supaya masing-masing bisa saling menghargai apa
yang memang dipercayainya.
f. Financial Bullying
Financial bullying banyak ditemui pada lingkungan sekolah. Tindakan ini
biasanya berupa pemalakan atau penodongan demi memuaskan kebutuhan
7

pelaku. Perundungan finansial ini juga bisa dibilang senioritas, di mana seseorang merasa


berkuasa lalu bebas melakukan pemalakan ataupun meminta-minta pada korbannya.
Perundungan jenis ini biasanya membuat korbannya merasa ketakutan karena
diancam. Biasanya para pelaku melakukannya pada anak yang kaya namun dianggap
lemah, ataupun adik kelasnya.
g. Menyebarkan berita bohong atau hoaks
Tak dipungkiri lagi, menyebarkan berita bohong atau hoax adalah tindakan
merugikan siapapun. Apalagi jika berita tersebut bertujuan untuk menjatuhkan seseorang
di suatu lingkungan sekaligus mempengaruhi orang sekitar untuk ikut menjatuhkan
korban. Penyebaran berita bohong atau hoaks ini juga kerap ditemukan di lingkungan
sekolah. Contohnya menyebarkan kebohongan mengenai sifat ataupun kondisi seseorang,
sekaligus memengaruhi teman-temannya untuk menjauhi korban.

2.3 Penyebab Terjadinya Perundungan di Lingkungan Sekolah


a. Keluarga
Pelaku perundungan seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah orang tua
yang sering menghukum anaknya secara berlebihan atau situasi rumah yang penuh stres,
agresi, dan permusuhan. Anak akan mempelajari perilaku perundungan ketika mengamati
konflik-konflik yang terjadi pada orang tua mereka, dan kemudian menirunya terhadap
teman-temannya.
Jika tidak ada konsekuensi yang tegas dari lingkungan terhadap perilaku coba-
cobanya itu, pelaku akan belajar bahwa mereka yang memiliki kekuatan diperbolehkan
untuk berperilaku agresif, dan perilaku agresif itu dapat meningkatkan status dan
kekuasaan seseorang. Dari sini anak mengembangkan perilaku perundungan.
b. Sekolah
Pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan perundungan ini. Akibatnya anak-
anak sebagai pelaku perundungan akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku
mereka untuk melakukan intimidasi mereka untuk melakukan intimidasi terhadap anak
lain. Perundungan berkembang dengan pesat dalam lingkungan sekolah sering
memberikan masukan negatif pada siswanya, misalnya berupa hukuman yang tidak
8

membangun sehingga tidak mengembangkan rasa menghargai dan menghormati


antarsesama anggota sekolah.
c. Faktor Kelompok Sebaya
Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman di sekitar rumah,
kadang kala terdorong untuk melakukan perundungan. Beberapa anak melakukan
perundungan dalam usaha untuk membuktikan bahwa mereka bisa masuk dalam
kelompok tertentu, meskipun mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku
tersebut.
d. Kondisi Lingkungan Sosial
Kondisi lingkungan sosial dapat pula menjadi penyebab timbulnya perilaku
perundungan. Salah satu faktor lingkungan sosial yang menyebabkan tindakan
perundungan adalah kemiskinan. Mereka yang hidup dalam kemiskinan akan berbuat apa
saja demi memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga tidak heran jika di lingkungan
sekolah sering terjadi pemalakan antarsiswanya.
e. Tayangan Televisi dan Media Cetak
Televisi dan media cetak membentuk pola perilaku perundungan dari segi
tayangan yang mereka tampilkan. Survei yang dilakukan salah satu media massa,
memperlihatkan bahwa 56,9% anak meniru adegan-adegan film yang ditontonnya,
umumnya mereka meniru geraknya 64% dan kata-katanya 43%.

2.4 Dampak Terjadinya Perundungan di Lingkungan Sekolah


Dampak perundungan dapat dikenali dalam jangka pendek dan jangka lama, seperti berikut
ini:

a. Dampak Perundungan Jangka Pendek

1. Masalah Psikologis

Korban perundungan seringkali menunjukkan berbagai gejala masalah


psikologis, bahkan setelah perundungan berlangsung. Kondisi yang paling sering
muncul ialah depresi serta gangguan kecemasan. Selain itu, pengaruh perundungan
pada kesehatan mental pada remaja dan anak ialah rasa sedih, rendah diri, kesepian,
9

serta hilangnya minat pada hal yang biasa mereka sukai, serta perubahan pada pola
tidur ataupun pola makan.

Efek perundungan juga kemudian akan menyebabkan gejala psikosomatis,


diantaranya masalah psikologis yang memicu gangguan pada kesehatan fisik. Hal ini
tak hanya berlaku pada orang dewasa, tapi juga pada anak-anak. Sebagai contoh, saat
waktunya masuk sekolah, anak kemudian akan merasa sakit perut serta sakit kepala
meski secara fisik tak ada yang salah di tubuhnya.

2. Masalah Fisik

Perundungan juga akan menyebabkan remaja mengalami gangguan pencernaan


bukan hanya pada memar ataupun rasa terluka akibat kekerasan fisik yang dialaminya,
korban perundungan juga sering mengalami kecemasan yang kemudian akan memicu
stres pada tubuh.

Kondisi ini juga akan menyebabkan berbagai masalah kesehatan, serta sering
sakit, terkena gangguan pencernaan, juga berbagai masalah lainnya. Perundungan pada
remaja juga akan memperburuk masalah kesehatan yang kemudian mereka derita
sebelumnya. Misalnya saja pada masalah kulit, masalah perut, ataupun masalah
jantung pada anak yang menjadi lebih parah akibat stres.

3. Gangguan Tidur

Dampak negatif perundungan kemudian juga terlihat jelas ialah gangguan tidur.
Para korban perundungan juga sering kali mengalami kesulitan untuk tidur yang
nyenyak. Sekalipun dapat tidur, tidak jarang waktu tersebut justru dihiasi oleh
berbagai mimpi buruk.

. 4. Pikiran untuk Bunuh Diri

Dampak perundungan bagi korban yang satu ini juga tidak hanya akan
menghampiri pikiran pada orang dewasa. Korban perundungan yang berusia anak-
anak serta pada remaja juga berisiko memiliki pikiran untuk mengakhiri hidup. Tak
jarang ada laporan kejadian tentang anak-anak berusia sekolah yang kemudian
10

meninggal dunia akibat bunuh diri setelah dirundung oleh teman-temannya. Inilah
bahaya perundungan yang harus orangtua waspadai.

5. Tidak Dapat Menyatu dengan Orang-Orang di Sekitar

Salah satu akibat dari perundungan yang kemudian perlu diwaspadai ialah
kesulitan untuk menyatu dengan orang-orang di sekitar. Anak pada orang dewasa yang
mengalami perundungan, secara tak langsung ditempatkan pada status sosial yang
kemudian lebih rendah dari rekan-rekannya. Hal ini juga akan membuat korban
perundungan menjadi sering merasa kesepian, terabaikan, serta berujung pada
turunnya rasa percaya diri.

6. Gangguan Prestasi

Dampak dari perundungan lainnya ialah anak yang cenderung akan mengalami
kesulitan dalam mencapai prestasi belajar. Mereka juga akan merasa kesulitan untuk
berkonsentrasi di kelas, sering tidak masuk sekolah, serta tidak diikutsertakan dalam
berbagai kegiatan yang ada di sekolah.

7. Sulit Percaya dengan Orang Lain

Dampak perundungan bagi korban yang tak boleh diremehkan ialah rasa sulit
percaya dengan orang lain. Saat seorang anak menjadi korban perundungan, mereka
kemudian akan menjadi sulit untuk mempercayai orang lain di sekitarnya.

b. Dampak Perundungan Jangka Panjang

Efek perundungan sendiri sering kali masih dirasakan korban meski belasan juga
puluhan tahun telah berlalu sejak insiden tersebut berlangsung. Dampak perundungan
dalam jangka panjang sendiri jarang terlihat, tapi justru inilah yang kemudian paling
membuat korban merasa lebih tersiksa. Para peneliti di Inggris sendiri melakukan riset
mengenai dampak perundungan hingga 40 tahun setelah kejadian. Hasilnya sendiri ada
beberapa dampak jangka panjang yang kemudian dirasakan para korban, seperti berikut
ini.
11

1. Kondisi kesehatan bagi para korban perundungan yang saat ini telah berusia 50 tahun,
cenderung berakibat lebih buruk dari segi fisik maupun segi mental.

2. Fungsi kognitif juga menjadi lebih rendah jika dibandingkan dengan orang
sepantasnya yang tak pernah menjadi korban perundungan sulit untuk merasa fokus
terhadap satu hal.

3. Kesulitan dalam berinteraksi sosial dengan orang lain.

4. Cenderung merasa lebih rentan terkena penyakit yang mempengaruhi kemampuan


dalam mengambil keputusan yang benar.

Pada remaja yang pernah menjadi korban perundungan di masa kecilnya,


cenderung mengalami kesulitan dalam bermasyarakat ketika beranjak dewasa, seperti
beberapa hal ini

1. Lebih sulit untuk mendapatkan pekerjaan atau mempertahankan pekerjaan yang


dimiliki
2. Sulit untuk merasa fokus terhadap satu hal.
3. Kesulitan dalam berinteraksi sosial dengan orang lain.
4. Merasa lebih rentan terkena penyakit

2.4 Hukuman bagi Perilaku Perundungan


Mengutip BPHN (Badan Pembinaan Hukum Nasional) ancaman pidana bagi pelaku
perundungan yaitu:
a. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2022 tentang Perlindungan Anak Pasal 80:
1. Setiap orang yang melakukan kekejaman, kekerasan atau ancaman kekerasan atau
penganiayaan terhadap anak, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp 72.000.000 (tujuh puluh dua
juta rupiah).
2. Dalam hal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) luka berat, maka pelaku dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
100.000.000 (seratus juta rupiah).
12

3. Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) mati, maka pelaku dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp 200.000.000 (dua ratus juta rupiah). Hukuman tersebut bisa ditambah sepertiganya
apabila yang melakukan penganiayaan tersebut orang tuanya. Selain itu ketentuan
pidana tentang anak ini bukan delik aduan, sehingga bisa berjalan meski tanpa
pengaduan atau persetujuan lebih dulu dari anak yang menjadi korbannya.
b. Kitab Undang-undang Hukum Pidana Bab XXIII tentang Pemerasan dan Pengancaman
Pasal 368 (1): Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang
lain secara melawan hukum, memaksa seseorang dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan untuk memberikan barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian adalah
kepunyaan orang itu atau kepunyaan orang lain atau supaya memberi utang maupun
menghapuskan piutang, diancam karena pemerasan dengan pidana penjara paling lama 9
(sembilan) tahun.

2.5 Cara Mencegah Perundungan di Lingkungan Sekolah


Sekolah perlu menciptakan kultur sekolah yang aman, nyaman, dan sehat sehingga
anak dapat berinteraksi dengan teman-teman dengan baik. Sekolah juga perlu memberikan
sanksi tegas kepada anak yang melakukan perundungan sehingga remaja merasa jera dan
tidak melakukan perundungan lagi kepada temannya. Selain sekolah, guru dan orang tua
perlu mengajarkan kepada remaja untuk menyelesaikan masalah bukan dengan cara
kekerasan dan main hakim sendiri melainkan dengan pendekatan musyawarah bersama untuk
mencari solusi yang terbaik.
Melalui kurikulum merdeka belajar, pada tema 2 Bangunlah Jiwa dan Raganya, untuk
mencegah perundungan di lingkungan sekolah dapat dilakukan dengan cara pagelaran pentas
seni melalui kegiatan berikut ini:
a. Film Pendek
Film pendek adalah film yang berdurasi pendek, simpel dan memiliki nuansa kompleks
serta tidak dianggap sebagai film utama/panjang (feature film). Pada hakekatnya film
pendek bukan sekedar durasi yang pendek, tetapi memiki ciri/karakter tersendiri yang
membuatnya berbeda dengan film cerita panjang. Karena film pendek memberikan ruang
gerak ekspresi yang lebih leluasa untuk para pemainnya.
13

Penampilan film pendek pada pentas seni merupakan salah satu cara untuk mencegah
perundungan di sekolah melalui projek penguatan profil pelajar pancasila. Pada film
pendek ini, siswa berkolaborasi dalam kelas masing-masing untuk menciptakan dan
memproduksi sebuah cerita tentang cegah perundungan di lingkungan sekolah dengan
durasi waktu minimal 7 menit dan maksimal 20 menit. Melalui video ini dapat
memberikan pesan moral kepada khalayak bahwa perundungan harus ditumpaskan dalam
lingkungan sekolah.
b. Poster
Poster adalah media publikasi yang terdiri atas tulisian, gambar ataupun kombinasi antar
keduanya dengan tujuan untuk memberi informasi kepada khalayak ramai. Poster atau
plakat juga adalah karya seni atau desain grafis yang memuat komposisi gambar dan
huruf di atas kertas berukuran besar.
Poster menjadi sarana untuk memuat informasi seputar dampak perundungan yang terjadi
di lingkungan sekolah sebagai pencegahan terjadinya perundungan. Proses pembuatannya
adalah dengan melibatkan siswa terpilih setiap kelas untuk menulis poster melalui media,
kemudian dicetak dalam bentuk poster.

c. Menciptakan dan menyanyikan lagu


Lagu adalah gubahan seni nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan
temporal (biasanya diiringi dengan alat musik) untuk menghasilkan gubahan musik yang
mempunyai kesatuan dan kesinambungan (mengandung irama). Lagu dapat dinyanyikan
secara solo, berdua (duet), bertiga (trio) atau dalam beramai-ramai (koir). Nyanyian
adalah syair yang dilafalkan sesuai nada, ritme, irama dan melodi tertentu hingga
membentuk harmoni. Sedangkan bernyanyi adalah melafalkan syair sesuai nada, ritme
dan melodi tertentu hingga membentuk harmoni.
Cara terakhir pencegahan perundungan di lingkungan sekolah adalah dengan
menciptakan dan menyanyikan lagu tentang cegah perundungan di lingkungan sekolah.
Prosesnya adalah dengan menciptakan lagu dan nadanya secara original atau menyadur
lirik tentang perundungan dengan nada yang ada/sama.
14

BAB III
TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN

3.1 Tempat Kegiatan Projek


Kegiatan projek “Cegah Perundungan di Lingkungan Sekolah” dilaksanakan melalui
pentas seni di Jalan BM Muda 05 tepatnya di GOR SMA Swasta Nurul Ilmi Padang
Sidimpuan, Sumatera Utara.

3.2 Waktu Pelaksanaan


Kegiatan pentas seni dilaksanakan pada tanggal 15 Februari 2022 dengan kegiatan
berupa penampilan film pendek, poster dan menciptakan serta menyanyikan lagu setiap
kelas pada kurikulum merdeka belajar dengan tema “Cegah Perundungan di Lingkungan
Sekolah”.

3.3 Metode projek


Metode pada projek ini adalah metode kualitatif, yaitu dengan mengumpulkan data
secara mendetail dengan menggunakan berbagai sumber pengumpulan data. Oleh karena itu,
proses projek dimulai dengan mengembangkan asumsi-asumsi dasar. Kemudian dikaitkan
dengan kaidah-kaidah pemkiran yang digunakan dalam projek. Data yang dikumpulkan
kemudian dipresentasekan.
15

3.4 Alat dan Bahan


No Alat dan bahan Harga

1. Film Pendek:
Laptop (milik pribadi)
Kamera (Canon/HP) (milik sekolah/pribadi)
ATK (menulis dan mengedit naskah) Rp 50.000.00,-

Tripod (milik sekolah/pribadi)


Mikropon HP (milik sekolah/pribadi)
Ring lighting (milik sekolah/pribadi)
Kostum/make up (Milik Pribadi)
Rp 700.000.00,-
Biaya tak terduga/kelas @ Rp 100.000,00,- x 7
2. Poster:
Paket data / kelas @ Rp 50.000,00,- x 7 kelas Rp 350.000.00,-
Cetak poster / kelas @
3. Penciptaan/penyaduran lagu:
Paket data / kelas @ Rp 50.000,00,- x 7 kelas Rp 350.000.00,-
Jumlah keseluruhan Rp 1.450.000.00,-
16

DAFTAR PUSTAKA

Ananda. 2021. “7 Dampak Bullying, Jenis dan Ciri Korban yang Perlu Diwaspadai”. Dalam
Blog Gramedia Digital. Agustus 2022.
Ayu, Widya. 2020. Cegah dan Stop Bullying sejak Dini. Indonesia: Guepedia.
Hhtps://id.m.wikipedia.org/wiki/Film_pendek.
Hhtps://id.m.wikipedia.org/wiki/Lagu.
Ijazah, Fauzan. 2020. “Cara Membicarakan Bullying dengan Anak Anda” Dalam Unicef
Indonesia
Kustiawan, Irwan. 2019. “Membuat Poster”. Dalam Pustekkom Kemendikbud.
Kemendikbud.go.id.
Mardiastuti, Aditya. 2022. “Pengertian Bullying Adalah : Jenis, Penyebab dan Cara
Mengatasinya”. Dalam Detikjabar. 11 September 2022.
Salma, Firyal Zahra. 2022. “7 Contoh Tindakan Bullying di Sekolah dan Cara Mengatasinya”.
Dalam Betterparent. 2022.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2022 tentang Perlindungan Anak. lab-
humum.umma.ac.id.
Zahriyanti. 2022. Tesis Strategi Pencegahan Dan Penanggulangan Tindakan Kekerasan Bullying
Menurut Perspektif Pendidikan Islam (Suatu Penelitian pada SMA Negeri di Kabupaten
Bireuen). 2022.
17

PROPOSAL PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA


TEMA BANGUNLAH JIWA DAN RAGANYA
“CEGAH PERUNDUNGAN DI LINGKUNGAN SEKOLAH”
SMA SWASTA NURUL ‘ILMI PADANG SIDEMPUAN

DISUSUN OLEH:
KELAS X PUTRA 1
KELAS X PUTRA 2
KELAS X PUTRA 3
KELAS X PUTRI 1
KELAS X PUTRI 2
KELAS X PUTRI 3
KELAS X PUTRI 4

YAYASAN PERGURUAN ISLAM BM MUDA


JALAN BM MUDA 05 PADANG SIDEMPUAN
TAHUN 2023

Anda mungkin juga menyukai