Anda di halaman 1dari 13

PSIKOEDUKASI PENERAPAN SELF-MANAGEMENT PADA

KORBAN DAN PELAKU BULLYING DI SEKOLAH DASAR INPRES


LILI

Oleh :

Kelompok 8:

Adelheid Elfensiana Luron(1907020046)


Ariel Geraldy Ratu Edo(1907020177)
Erton Umda Saputra(1907020150)
Siti Hapsa Sengaji(1907020189)
Yuliana Sefantia Wunu(1907020069)

Program Studi Psikologi

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Nusa Cendana

2021

DAFTAR ISI
LATAR BELAKANG (2 halaman)

TUJUAN

MATERI
A. PENGERTIAN BULLYING/PERUNDUNGAN
• Definisi Bullying
Istilah Bullying merupakan kata serapan dari bahasa Inggris, dari kata bully, artinya
“penggertak” orang yang mengganggu orang yang lemah. Istilah Bullying belum banyak
dikenal masyarakat, terlebih karena belum ada padanan kata yang tepat dalam bahasa
Indonesia. Beberapa istilah dalam bahasa Indonesia yang seringkali dipakai untuk
menggambarkan fenomena bullying di antaranya adalah penindasan penggencetan,
perpeloncoan, pemalakan, pengucilan, atau intimidasi. Bullying adalah perilaku agresif
yang disengaja dan yang melibatkan ketidak seimbangan kekuasaan atau kekuatan,6
(Olweus, 2001, Carter, 2006: 12). Bullying dapat berupa memukul, menendang,
mengancam, menggoda, memanggil nama yang jelek, atau mengirim catatan atau email,
dilakukan bukan hanya sekali tetapi berulang ulang, dari waktu kewaktu dan terjadi
setidaknya sekali seminggu selama satu bulan atau lebih.bahwa hal penting dalam
definisi bullying adalah adanya ketidakseimbangan kekuasaan.

B. SEBAB-SEBAB PERILAKU PERUNDUNGAN

Penyebab terjadinya perilaku bullying antara lain:

A. Keluarga

Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah : orang tua yang sering
menghukum anaknya secara berlebihan, atau situasi rumah yang penuh stress, agresi, dan
permusuhan. Anak akan mempelajari perilaku bullying ketika mengamati konflik-konflik
yang terjadi pada orang tua mereka, dan kemudian menirunya terhadap teman-temannya. Jika
tidak ada konsekuensi yang tegas dari lingkungan terhadap perilaku coba - cobanya itu, ia
akan belajar bahwa “mereka yang memiliki kekuatan diperbolehkan untuk berperilaku
agresif, dan perilaku agresif itu dapat meningkatkan status dan kekuasaan seseorang”. Dari
sini anak mengembangkan perilaku bullying.

b. Sekolah

Pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini. Akibatnya, anak-anak sebagai
pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku mereka untuk melakukan
intimidasi terhadap anak lain. Bullying berkembang dengan pesat dalam lingkungan sekolah
sering memberikan Masukan negatif pada siswanya, misalnya Berupa hukuman yang tidak
membangun Sehingga tidak mengembangkan rasa Menghargai dan menghormati antar
Sesama anggota sekolah.

c. Faktor Kelompok Sebaya.

Anak-anak ketika berinteraksi dalam Sekolah dan dengan teman di sekitar Rumah,
kadang kala terdorong untuk Melakukan bullying. Beberapa anak Melakukan bullying dalam
usaha untuk Membuktikan bahwa mereka bisa masuk Dalam kelompok tertentu, meskipun
Mereka sendiri merasa tidak Nyaman dengan perilaku tersebut.

d. Kondisi lingkungan sosial

Kondisi lingkungan sosial dapat pula Menjadi penyebab timbulnya perilaku Bullying.
Salah satu faktor lingkungan Social yang menyebabkan tindakan Bullying adalah
kemiskinan. Mereka yang Hidup dalam kemiskinan akan berbuat apa Saja demi memenuhi
kebutuhan Hidupnya, sehingga tidak heran jika diLingkungan sekolah sering terjadi
Pemalakan antar siswanya.

e. Tayangan televisi dan media cetak

Televisi dan media cetak membentuk Pola perilaku bullying dari segi tayangan Yang
mereka tampilkan. Survey yang Dilakukan kompas (Saripah, 2006) Memperlihatkan bahwa
56,9% anak Meniru adegan-adegan film yang Ditontonnya, umumnya mereka meniru
Geraknya (64%) dan kata-katanya (43%).

C. CIRI-CIRI SISWA YANG RENTAN MENGALAMI PERUNDUNGAN DI SEKOLAH


Ciri-ciri kepribadian korban perundungan
Ditemukan korban perundungan adalah siswa yang memiliki ciri-ciri dan karakteristik
sebagai berikut:
1. Eksklusif, atau memiliki ciri-ciri yang berbeda pada umumnya dari siswa di sekolah
tersebut. Misalnya memiliki fisik yang tidak pada umumnya, atau memiliki cara
berbicara, cara berpakaian atau cara bergaul yang berbeda dari pada umumnya siswa di
sekolah tersebut.
2. Anak dengan pribadi tertutup, karena merasa tidak punya tempat yang aman untuk
menyampaikan masalahnya, termasuk kepada orang tua sendiri. Sehingga apa pun
masalahnya akan dipendam sendiri.
Menurut Suharto, dijelaskan bahwa korban Bullying biasanya memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
1. berasal dari keluarga yang kurang mampu,
2. anak yang memiliki kecacatan fisik,
3. berasal dari keluarga bercerai (broken home) atau keluarga yang menikah dini
sehingga dapat dapat menyebabkan proses pemikiran yang belum matang secara
psikologis

D. Dampak Perundingan

Bullying memiliki dampak serius pada anak-anak korban bullying. Dibanding teman yang
lainnya, mereka menjadi depresi, kesepian, dan cemas, memiliki harga diri yang rendah,
merasa tidak sehat, selalu sakit kepala dan migrain, serta mungkin berpikir tentang
bunuh diri.16 Olweus,
D.Limber, (1999), Carter, B, (2006) Beberapa dampak yang ditimbulkan oleh perilaku
bullying, menyebutkan penelitian tentang bullying telah dilakukan baik didalam maupun
di luar negeri. Penelitianpenelitian tersebut mengungkapkan bahwa bullying memiliki
efek-efek negatif seperti :
1. Dampak Terhadap Kehidupan Individu
a. Gangguan psikologis (seperti cemas dan kesepian)
b. Konsep diri korban bullying menjadi lebih negatif karena korban merasa tidak
diterima oleh teman-temannya
c. Menjadi penganiaya ketika dewasa
d. Agresif dan kadang-kadang melakukan tindakan criminal
e. Korban bullying merasakan stress, depresi, benci terhadap pelaku, dendam, ingin
keluar sekolah, merana, malu, tertekan, terancam bahkan self injury.
f. Menggunakan obat-obatan atau alcohol
g. Membenci lingkungan sosialnya
h. Korban akan merasa rendah diridan tidak berharga
i. Cacat fisik permanen
j. Gangguan emosional bahkan dapat menjurus pada gangguan kepribadian
k. Keinginan untuk bunuh diri.
2. Dampak Terhadap Kehidupan Akademik Penelitian menunjukkan bahwa bullying
ternyata berhubungan dengan meningkatnya tingkat depresi, agresi, penurunan nilai
akademik, dan tindakan bunuh diri. Bullying juga menurunkan skor tes kecerdasan dan
kemampuan analisis para siswa.
3. Dampak Terhadap Perilaku Sosial
Remaja sebagai korban bullying sering mengalami ketakutan untuk pergi ke sekolah
dan menjadi tidak percaya diri, merasa tidak nyaman dan tidak bahagia Aksi bullying
menyebabkan seseorangmejadi terisolasi darikelompok sebayanya, karena teman
sebaya korban bullying khawatir akan menjadi korban bullying seperti teman
sebanyanya, mereka menghindari akhiurnya korbann bullying semakin sterisolir dari
pergaulan sosial.
E. UPAYA MENINGKATKAN SELF MANAGEMENT SISWA UNTUK MENCEGAHBULLYING/
PERUNDUNGAN DI SEKOLAH

1. Program sekolah
Dalam rangka mengatasi dan mencegah perilaku bullying di sekolah, maka langkah awal
yang dapat dilakukan yaitu membuat suasana atau iklim kondusif yang dapat mencegah
bullying tersebut. Harus dikatakan bahwa sekolah sebagai lembaga tidak membuat
orang menjadi pengganggu dan korban bullying (Byrne, 1994: 95).
2. Program guru
Program guru dalam mengatasi dan mencegah bullying di sekolah dasar yaitu dengan
cara menciptakan hubungan baik dengan siswa dan melakukan bimbingan yang intensif
kepada siswa. Hal ini senada dengan hasil penelitian Prasetyo (2011) yang menemukan
bahwa bullying rendah ketika tercipta hubungan baik guru dengan siswa. Kemudian hasil
penelitian Rakhmawati (2013) menemukan bahwa guru yang mampu melaksanakan
kegiatan layanan bimbingan secara kelompok dengan baik maka perilaku bullying siswa
akan semakin menurun.
3. Program orang tua (parenting program)
Orang tua harus ikut membantu mencegah dan mengatasi perilaku bullying di sekolah,
karna pendidikan yang paling pertama dan utama adalah pendidikan di keluarga.
Sehingga alangkah baiknya manakala tgerdapat kerjasama antara pendidikan keluarga
yang dilakukan guru dengan pendidikan formal di sekolah dasar yang dilakukan guru-
guru dan para praktisi pendidikan lainnya.

1. Pengertian Self Management


Self-management adalah suatu proses dimana konseli mengarahkan perubahan tingkah
laku mereka sendiri, dengan menggunakan satu strategi atau kombinasi strategi. Konseli
harus aktif menggerakkan variabel internal, eksternal, untuk melakukan perubahan yang
diinginkan. Walaupun konselor yang mendorong dan melatih prosedur ini, konselilah
yang mengontrol pelaksanaan strategi ini. Dalam menggunakan prosedur self
management, konseli mengarahkan usaha perubahan dengan mengubah aspek-aspek
lingkungannya atau dengan mengatur konsekuensi

2. Teknik Konseling Self-Management


Konseling merupakan proses komunikasi bantuan yang amat penting, diperlukan model
yang dapat menunjukkan kapan dan bagaimana guru BK melakukan intervensi kepada
peserta didik. Dengan kata lain, konseling memerlukan keterampilan (skill) pada
pelaksanaannya. Gunarsa menyatakan bahwa self management meliputi pemantauan
diri (self monitoring), reinforcement yang positif (self reward), kontrak atau perjanjian
dengan diri sendiri (self contracting) dan penguasaan terhadap rangsangan (stimulus
control).5 Berikut akan penulis uraikan satu persatu:
a. Pemantauan Diri (self monitoring)

Merupakan suatu proses peserta didik mengamati dan mencatat segala sesuatu tentang
dirinya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Dalam pemantauan diri ini
biasanya peserta didik mengamati dan mencatat perilaku masalah, mengendalikan
penyebab terjadinya masalah (antecedent) dan menghasilkan konsekuensi.
b. Reinforcemen yang positif (self reward)
Digunakan untuk membantu peserta didik mengatur dan memperkuat perilakunya
melalui konsekuensi yang dihasilkan sendiri. Ganjaran diri ini digunakan untuk
menguatkan atau meningkatkan perilaku yang diinginkan. Asumsi dasar teknik ini adalah
bahwa dalam pelaksanaannya, ganjaran diri paralel dengan ganjaran yang
diadministrasikan dari luar. Dengan kata lain, ganjaran yang dihadirkan sendiri sama
dengan ganjaran yang diadministrasikan dari luar, didefinisikan oleh fungsi yang
mendesak perilaku sasaran.
c. Kontrak atau perjanjian dengan diri sendiri (self contracting)

Ada beberapa langkah dalam self contracting ini yaitu :


1) peserta didik membuat perencanaan untuk mengubah pikiran, perilaku, dan perasaan
yang diinginkannya.
2) peserta didik meyakini semua yang ingin diubahnya.
3) peserta didik bekerjasama dengan teman/keluarga dalam menjalani program self
Managementnya.
4) peserta didik akan menanggung resiko dengan program Self Management yang
dilakukannya.
5) pada dasarnya semua yang peserta didik harapkan mengenai perubahan pikiran,
perilaku dan perasaan adalah untuk peserta didik itu sendiri.
6) peserta didik menuliskan peraturan untuk dirinya sendiri selama menjalani proses
self-management.

d. Penguasaan terhadap rangsangan (stimulus control)


Teknik ini menekankan pada penataan kembali atau modifikasi lingkungan yang telah
ditentukan sebelumnya, yang membuat terlaksananya atau dilakukannya tingkah laku
tertentu. Kondisi lingkungan berfungsi sebagai tanda/atesenden dari suatu respon
tertentu.

Upaya untuk membatu mengubah perilaku bully terhadap pelaku dan korban :
1. Pelaku
Dengan cara membuat kontrak atau perjanjian dengan diri sendiri . dengan berpatokan
pada langkah-langkah berikut :
1) peserta didik membuat perencanaan untuk mengubah pikiran, perilaku, dan perasaan
yang diinginkannya.
2) peserta didik meyakini semua yang ingin diubahnya.
3) peserta didik bekerjasama dengan teman/keluarga dalam menjalani program self
Managementnya.

F. MARS ANTI-BULLYING
Temanku sahabatku
aku sayang padaMu
tidak saling mengganggu
tidak saling memaki
mulut tangan dan kakiku
Tidak buat memukul ldan juga tendang
La La La
Sayangi temanmu
La La La
Hormati Teman
RUNDOWN ACARA

A. JADWAL KEGIATAN

Hari: Jumat pagi

Tanggal: 12/11/2021

Waktu: 09.00-selesai

Pemateri: Ariel Geraldy ratu edo

No. Waktu Sesi Tujuan Metode Durasi Pemateri Keterangan


1. Pukul Sesi 1 Berdoa dan 10 Ariel G.
09.00- pengenalan diri menit Ratu Edo
09.10.WITA
2. Pukul Sesi 2 Mengajak anak Ceramah 20 Ariel G.
09.10 – anak untuk menit Ratu Edo
09.30 memperhatikan
materi
3. Pukul Sesi 3 Untuk melatih 10 Halita
09.30- konsentraasi menit Sengaji
09.40 anak

4. Pukul Sesi 4 Penerapan self Ceramah


09.40- manajemen 15
09.55 pada anak menit Ariel G.
Ratu Edo
Pukul Sesi 5 melatih anak Bermain 15 Sintya
5. 09.55 – untuk menit Wunu
10.00 berbahasa
dengan baik
pada anak

6. Pukul Sesi 6 melatih Sintya


10.00 – 10- kerjasama pada Bermain 20 Wunu
20 anak menit

Pukul menutup
7. 10.20- Sesi 7 kegiatan
10.30 dengan 10
menjalaskan menit Halita
materi dengan Sengaji
menjelaskan
kembali materi
perama dan
doa
B. PROSEDUR KEGIATAN

Sesi 1: Pembukaan

Tujuan: untuk memperkenalkan diri dan tujuan untuk bersosialisasi

Prosedur Kegiatan: sebelum memasuki materi 1

Sesi 2: Materi 1

Tujuan: untuk menambah pemahaman anak tentang bully

Prosedur Kegiatan: setelah selesai perkenalan

Sesi 3: IceBreaking

Tujuan: untu menanbah semangat pada anak dengan cara membuat yeyel atau game

Prosedur Kegiatan : setelah penyampaian materi pertama

Sesi 4: Materi 2

Tujuan: MEMBERIKAN MATERI SELF MANAGEMENT

Prosedur Kegiatan: PEMATERI MEMBERIKAN MATERI DAN MEMINTA ANAK-ANAK


MEMPERHATIKAN

Sesi 5: Bernyanyi Mars Anti-Bullying

Tujuan: mmembantu melatih kemempuan berbahasa pada anak

Prosedur Kegiatan: setalah memberikan materi ke dua

Sesi 6: Game

Tujuan: meningkatkan kerja sama pada anak

Prosedur Kegiatan: setelah memberikan mars anti-bullying

Sesi 7: Penutup

Tujuan: mengakhiri acara dan mencoba menjelasakn kembali materi yang sudah diberikan

Prosedur Kegiatan: setelah selesai game kerjasama


Hasil Pretest dan PostTest

No. Pemahaman tentang Konsep Bullying


Pretest Post -Test

Observasi Kelas: uraikan tentang jumlah siswa, observasi perilaku siswa sejak awal pemateri
memasuki kelas, selama mengerjakan pretest, selama proses psikoedukasi dari pembukaan sampai
dengan penutup (uraikan dalam beberapa pragraf)
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

B. SARAN

1. Saran untuk pelaksana psikoedukasi selanjutnya

2. Saran untuk sekolah

3. Saran untuk siswa/i SD....

DAFTARPUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai