Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH SOSIOLOGI

Kelompok 2 Penyimpangan Sosial

Disusun Oleh :
Aep Saepudin

Arif Ramadhan S.

Agung Rahman R.

Ivan Affriandi

Ahmad Fikri F.

Luthfy Al-Arsyi

Andhika Rivaldi P.

Rakha Fakih F.

Kelas : X (Sepuluh) MIPA 1


Pembahasan :
~ Kasus Bullying Di Sekolah ~

KATA PENGANTAR
Segala Puji dan syukur kami panjatkan Kepada Allah S.W.T
karena berkat pertolongan-Nya, kami dapat menyusun karya tulis berupa makalah
ini yang berjudul Kasus Bullying Di Sekolah.
Dengan adanya tugas ini, kami berharap agar dapat bermanfaat dan
menambah pengetahuan serta informasi. Kelompok 2 Sosiologi kami sangat
menyadari Makalah ini masih terdapat banyak sekali titik kekurangan.
Kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak (Ibu Eva yang
berperan sebagai guru sosiologi kami dan juga Teman-teman sekalian)
untuk menyempurnakan Makalah Sosiologi ini.
Kami Para Penyusun Mengucapkan Terima Kasih.

Editor

Para Penyusun :

DAFTAR ISI
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.

Latar Belakang ......................................................................................... 1


Bullying Di Sekolah ................................................................................... 2
Faktor-Faktor ........................................................................................... 3
Dampak-Dampaknya ................................................................................ 4
Bagaimana Mencegahnya ? ...................................................................... 5
Kesimpulan .............................................................................................. 7
Saran ....................................................................................................... 7

ii

A. LATAR BELAKANG BULLYING

Bullying adalah fenomena yang sebenarnya


sudah ada sejak lama, biasanya bullying
terjadi pada kalangan anak anak remaja atau
anak anak sekolahan.
Pelaku bullying akan mengintimidasi atau
mengejek kawannya sehingga kawannya ter
sebut jengkel. Korban bullying pun juga
akan mengalami depresi dan hingga timbul
rasa untuk bunuh diri.
Bullying harus dihindari
karena bullying mengakibatkan korbannya
berfi-kir untuk tidak berangkat ke sekolah.
Karena di sekolah ia merasa akan di bullying oleh pelaku.
Selain itu bullying juga dapat menjadikan seorang anak turun prestasinya,
karena merasa tertekan akibat di bullying oleh pelaku.
Kebanyakan anak memang tidak merasa bahwa bullying bisa menimbulkan masalah. Karena hal ini mungkin di anggap sekedar gurauan atau olokolok belaka dan ada kepuasaan sendiri dari pelaku bullying.
Bullying banyak terjadi di lingkungan sekolah yang di lakukan sesama siswa at
aupun kelompok terhadap kelompok.

B. BULLYING DI SEKOLAH

Salmivalli dkk menjelaskan, bullying di sekolah merupakan proses


dinamika kelompok yang di dalamnya terjadi pembagian peran, yakni bully,
asisten bully, reinfocer, defender, dan outsider. Bully yaitu siswa yang
dikategorikan sebagai pemimpin, berinisiatif dan aktif terlibat dalam perilaku
bullying. Asisten bully, juga terlibat aktif dalam perilaku bullying, namun yang
besangkutan cenderung begantung atau mengikuti perintah bully. Rinfocer
adalah mereka yang ada ketika kejadian bullying terjadi, ikut menyaksikan,
mentertawakan korban, memprofokasi bully, mengajak siswa lain untuk
menonton dan sebagainya. Defender adalah orang-orang yang berusaha
membela dan membantukorban, sering kali akhirnya mereka menjadi korban
juga. Sedangkan outsider adalah orang-orang yang tahu bahwa hal itu terjadi,
namun tidak melaukan apapun, seolah-olah tidak peduli.
Menurut Astuti (2008, dalam Trevi, 2010), tempat terjadinya bullying
umumnya berada di: halaman sekolah, dikelas, di kamar mandi sekolah, di
warung atau kantin sekolah, dan sepanjang jalan atau wilayah antara sekolah
dan rumah. Rigby (dalam Trevi, 2010) menambahkan, bahwa terdapat empat
tempat utama bullying sering terjadi antara lain di: sekolah, kelas, dalam
perjalanan pulang dari sekolah, serta dalam perjalanan ke sekolah.

Dalam sebuah riset di Jerman yang dilakukan Losel dan Blesener (dalam
Trevi, 2010), menunjukkan bahwa 60,1% bullying terjadi di halaman sekolah,
17,3% terjadi pada perjalanan pulang dari sekolah dan 9,2 % terjadi di dalam
kelas. Bahkan toilet juga kadang-kadang menjadi tempa untuk melakukan
bullying. Dari hasil penelitian di Losel dkk tsb, dapat disimpulkan bahwa
bullying sering terjadi di sekolah, di mana halaman sekolah menjadi tempat
utama perilaku bullying sering terjadi.

C. FAKTOR-FAKTOR

Bullying dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: temperamen dan


kepribadian dengan control yang rendah. Perilaku agresif dan impulsivitas
sering diasosiasikan dengan perilaku Bullying. Ketidak-pedulian serta
rendahnya self esteem dan kurangnya assertion (ketegasan) sering diasosiasikan
dengan victimation (Boyle, 1996, dalam Trevi, 2010).
Faktor keluarga yang menyangkut faktor kualitas hubungan orang tua dengan
anak, yang penggunaan hukuman fisik di rumah, dinilai sangat signifikan
dengan faktor resiko terjadinya bullying (Olweus, dalam Trevi, 2010). Olweus
juga melaporkan adanya ketidakacuhan maternal, pendekatan disiplin yang
permisif serta orang tua yang mengunakan hukuman fisik, sering diasosiasikan
dengan frekuensi tinggi munculnya perilaku agresif yang terjadi pada berbagai
situasi.
3

Di Indonesia terdapat kasus bullying yang disebabkan oleh tayangan


sinetron ditelevisi yang mengangkat kisah tentang kebrutalan, kekerasan
(perkelahian) yang secara tidak langsung memberikan dampak yang negative
bagi masyarakat terutama remaja yang masih duduk dibangku sekolah.
Tontonan televisi tampaknya menjadi alat paling ideologis yang dapat
mempengaruhi karakter serta paradigma berfikir para siswa untuk meniru
adegan-adegan kekerasan yang ada dalam televisi tersebut. (Sumber :
www.kompas.com).

D. DAMPAK-DAMPAKNYA

Ada sejumlah dampak yang ditimbulkan oleh aksi bullying. Bagi korban
bullying, dampak yang dialaminya bukan hanya dampak fisik tapi juga psikis.
Dalam kasus-kasus yang ekstrim, dampak fisik bahkan bisa mengakibatkan
kematian. Menurut Hilda, et al (2006; dalam Anesty, 2009), bullying tidak
hanya berdampak terhadap korban, tapi juga terhadap pelaku, individu yang
menyaksikan dan iklim sosial yang pada akhirnya akan berdampak terhadap
reputasi suatu komunitas.
4

Aksi bullying di sekolah dapat berdampak yang cukup serius, terutama


kepada anak yang menjadi korban aksi bullying. Efek bullying di antaranya:
a) Anak depresi
b) Depresi
c) Rendahnya kepercayaan diri / minder
d) Pemalu dan penyendiri
e) Prestasi akademik merosot.
f) Merasa terisolasi dalam pergaulan
g) Ingin mencoba untuk bunuh diri
Anak yang menjadi korban bullying dapat dideteksi dengan di antara
beberapa ciri berikut ini:
a) Enggan berangkat sekolah
b) Sering sakit secara tiba-tiba
c) Prestasi akademiknya turun.
d) Barang yang dimiliki hilang atau rusak
e) Mimpi buruk atau kesulitan tidur lela
f) Rasa amarah dan benci semakin mudah meluap dan meningkat
g) Kesulitan berteman dengan kawan baru
h) Memiliki tanda fisik, seperti memar atau luka.

E. BAGAIMANA MENCEGAHNYA ?

Guna mencegah agar anak (remaja) tidak menjadi pelaku bullying, para
orang tua hendaknya dapat mengembangkan kecerdasan emosional anak sejak
dini. Caranya, dengan mengajarkan anak untuk memliki rasa empati,
menghargai orang lain, dan menyadarkan sang anak bahwa dirinya adalah
mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam kehidupannya.
Pemerintah semestinya juga memiliki program yang tegas, jelas dan terarah,
untuk membantu masalah bullying ini. Jika orang tua dan pemerintah diam saja,
maka hal itu sama saja dengan membiarkan atau melegalkan tradisi dendam
di sekolah tersebut.

Untuk mengatasi dan mencegah masalah bullying perlu adanya kebijakan


yang bersifat menyeluruh di sekolah. Kebijakan yang melibatkan komponen
dari guru sampai siswa, dari kepala sekolah sampai orang tua murid, kerja sama
antara guru, orang tua dan masyarakat atau pihak lain yang terkait seperti
kepolisian, aparat hukum dan sebagainya. sangat diperlukan dalam menangani
masalah ini.
Orang tua di rumah harus memainkan perannya dengan menciptakan
komunikasi yang baik dengan anak-anak dan membekali anak dengan
pemahaman agama yang cukup dan menanamkan ahlakul karimah yang selalu
dilaksanakan di lingkungan rumah, karena anak akan selalu meniru perilaku
orangtua. Orang tua harus ingat, bahwa memberi teladan kepada anak akan jauh
lebih baik dari memberi nasihat.

F. KESIMPULAN
Bullying adalah suatu tindakan negatif yang dilakukan secara berulangulang dimana tindakan tersebut sengaja dilakukan dengan tujuan untuk melukai
dan membuat seseorang merasa tidak nyaman. Diperlukan pemahaman moral
individu, yang menekankan pada alasan mengapa suatu tindakan dilakukan dan
bagaimana seseorang berpikir sampai pada keputusan bahwa sesuatu adalah
baik atau buruk.
Dengan adanya pemahaman moral yang tinggi, siswa akan memikirkan dahulu
perbuatan yang akan dilakukan sehingga tidak akan melakukan menyakiti atau
melakukan bullying kepada temannya.

G. SARAN
Memperhatikan uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa dampak bullying
sangat berpengaruh terhadap kepribadian dan mental anak, seperti anak menjadi
penakut, hilang rasa percaya diri, menjadi tertekan, malas pergi ke sekolah,
hilang konsentrasi sehingga prestasi menurun. Apabila melihat kondisi siswa
seperti itu, fungsi dari pendidikan untuk menyiapkan generasi muda
bertanggungjawab terhadap tugasnya di masa mendatang, seolah sulit
diwujudkan.
Oleh karena itu, untuk membangkitkan semangat siswa dari perasaan
yang menakutkan dan tampil percaya diri, perlu direvitalisasi fungsi dan peran
bimbingan dan konseling beserta guru. Guru hendaknya dapat menainkan peran
dan fungsinya dalam bimbingan dan penyuluhan.
Pada prinsipnya, tujuan layanan bimbingan di sekolah dasar adalah untuk
membantu siswa agar dapat memenuhi tugastugas perkembangan yang
meliputi aspek-aspek pribadi, pendidikan dan karir sesuai tuntutan lingkungan.

Dalam rangka menanggulangi bullying di sekolah, perlu ada upaya-upaya


bimbingan konseling yang terintegrasi. Pelaksanaan pemberian bimbingan
konseling kepada siswa sebagai pelaku dan penderita bullying. Guru-guru dan
staf sekolah, juga bisa memberikan konseling kelompok atau konseling
indivudual. Bimbingan kelompok diberikan kepada semua individu (siswa),
sebagai upaya tidak langsung dalam mengubah sikap dan perilaku siswa melalui
penyajian nformasi yang teliti, atau menekankan dorongan untuk berfungsinya
kemampuan- kemampuan kognitif. Selain itu bisa menggunakan media
elektronik seperti pemutaran film tentang proses tejadinya bullying dan dampak
terhadap kehidupan seseorang penderita bullying.

TERIMA KASIH
8

Anda mungkin juga menyukai