Anda di halaman 1dari 11

DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar isi
Bab 1 Pendahuluan…………………………………. 4
A. Latar Belakang……………………………….. 4
B. Rumusan masalah……………………………. 4
C. Tujuan penuisan……………………………… 4
Bab 2 Pembahasan
1.Melakukan Asesmen Kebutuhan. ……………………………… 4
 PENGERTIAN ASSESMENT
 Tujuan Asesmen
 Pendekatan
 Langkah Pelaksanaan Assement Yang biaik
2. ……………………………… 4
3. ………………………….... 4
Bab 3 Penutup……………………………….............. 4
A.Kesimpulan……………………………….......... 4
B.Saran……………………………….................. 4
Bab 4 Daftar Pustaka………………………………...... 4
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan Kehadiran Tuhan karena atas berkat dan pernyertaanNya
sehingga Kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Penyusunan Program
Psikoedukasi ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah
untuk memenuhi tuga dari dosen pada mata kuliah Psikoedukasi Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Penyusunan program Psikoedukasi bagi para
pembaca dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Marleny P.
Panis., S.Psi., M.Si , selaku dosen mata kuliah Psikoedukasi yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekun.Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari,
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun aka kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Kupang, 4 September 2021

Tim Penulis Kelompok 8


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Psikoedukasi adalah sebuah proses pemberian pemahaman atau pendidikan psikologis


pada individu atau kelompok. Pengertian psikoedukasi senada di definisikan Lukens dan
McFarlane (2004) sebagai adalah treatment yang diberikan secara profesional dimana
mengintegrasikan intervensi psikoterapeutik dan edukasi. Griffith (2006 dalam Walsh, 2010)
kemudian melengkapi definisi Lukens dan McFarlane (2004) bahwa psikoedukasi adalah
suatu intervensi yang dapat dilakukan pada individu, keluarga, dan kelompok yang fokus
pada mendidik partisipannya mengenai tantangan signifikan dalam hidup, membantu
partisipan mengembangkan sumber-sumber dukungan dan dukungan sosial dalam
menghadapi tantangan tersebut, dan mengembangkan keterampilan koping untuk
menghadapi tantangan tersebut.Disisi lain, psikoedukasi memiliki pengertian sebagai suatu
tindakan yang diberikan kepada individu untuk memperkuat strategi koping (Mottaghpiour &
Bickerton dalam Rachmaniah 2012).Walsh (2010) menyebutkan bahwa fokus dari
psikoedukasi adalah mendidik partisipan mengenai tantangan dalam hidup,Membantu
partisipan mengembangkan sumber-sumber dukungan dan dukungan sosial dalam
menghadapi tantangan hidup,Mengembangkan keterampilan koping untuk menghadapi
tantangan hidu dan Mengembangkan dukungan emosional. Langkah pertama dalam program
penyusunanPsikoedukasi yang berhasil adalah melakukannya need assesment atau asesman
kebutuhan dari kelompok klien yang hendak dilayan Ruang lingkup Psikoedukasi yaitu ruang
lingkup Psikoedukasi sekolah yang meliputi mengenal gaya belajar dan mengenal kesulitan
dalam sosial,Psikoedukasi lingkungan dan oraganisasi yang meliputi meningkatkan soft skill
dan mengenal komunikasi efektit, dan psikoedukasi lingkungan komunitas yang meliputi
komselinh perkawinan, konselinh karir dan konseling rehabilitasi.Oleh karena itu
Psikoedukasi merupakan sebuah kolaborasi antara pendidikan pribadi dan sosial. Asesmen
yaitu ptoses yang berkelanjutan, interaktif dan inklusif dalam arti melibatkan pihak klien
yang sedang menjalankan asesmen dalam rangka mengumpulkan informasi tentang klien
dengan tujuan menyusun deskripsi, komseptualisasi, karaktetisasi dan prediksi tentang aspek-
aspek tertentu dari klien yang bersnagkutan. Kompetensi assesmen di suatu sisi masij
dipandnag unik atau khas dan merupakan salah satu fondasi penting bagi identitas dan fungsi
seorang psikolog namun di sisi lain dalam beberapah dasa warsa terakhir telah menjadi
sasaran kritik dan ketidak puasan baik dari luar maupun dari dalam ptofesi psikolog sendiri
karena cenderung mereduksi fungsi dan peran psikolog. Salah satu sumber kelemahan
penyelenggara asesman sehingga menimbulkan ketidakpuasan dari pihak pemakai jasa
maupun pengamat kiranya tidak dimilikinya wawasan yang memadai tentang hakikat dan
sejarah asesmen dalam pelayanan psikologis maka kompetensi asesmen dipandang mencakup
tiga unsur penting yaitu pemilikan wawasan yang jernih dan hakikat dan sejarah assesmen,
pemilikan pengetahuan yang relevan dan memadai tentang asesmen dan pemilikan
keterampilan yang memadai dalam penyelenggara asesmen

1.2 Rumusan Masalah

1.Menjeaskan Pengertian Asesmen Kebutuhan dan program besar


2. Menjelaskan Tujuan Asesmen Kebutuhan
3.Menjelaskan Pendekatan Asesmen Kebutuhan
4.Menjelaskan Langkah Pelaksanaan Asesmen Kebutuhan yang baik.
5.Menjelaskan Contoh program besar Psikoedukasi dalam beberapa bidang.

1.3 Tujuan Penulisan

1.Untuk Mengetahui Pengertian Asesmen Kebutuhan dan program besar


2.Untuk Mengetahui apa saja Tujuan Asesmen Kebutuhan
3.Untuk Mengetahui Pendekatan Asesmen Kebutuhan
4.Untuk Mengetahui dan memahami Langkah Pelaksanaan Asesmen Kebutuhan yang baik.
5.Untuk Mengtahui dan memahami Contoh program besar Psikoedukasi dalam berberapah
Bidang.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Melakukan Asesmen Kebutuhan :


● PENGERTIAN ASSESMENT :
Assesment atau disebut juga dengan penilain adalah suatu penerapan dan penggunaan
berbagai cara dan alat untuk mendapatkan serangkaian informasi tentang hasil belajar dan
pencapain kompetensi dari peserta didik . Secara sederhana dapat diartikan sebagai proses
pengukuran dan non pengukuran untuk memperoleh data karakteristik peserta didik dengan
aturan tertentu.
Assement menurut para ahli :
 Menurut Lidz ( 2003 ) Assesment merupakan proses pengumpulan informasi untuk
mendapatkan profil psikologi anak yang meliputi gejala dan intensitasnya, kendala-
kendala yang di alami, kelebihan dan kelemahannya serta peran penting yang
dibutuhkan anak.

 Asesmen kebutuhan adalah (Abella, 1986): ”finding out about the people to be
trained and the type of training they need” . Artinya, mencari tahu tentang keadaan
kelompok klien yang akan dilayani atau diberi psikoedukasi, serta jenis psikoedukasi
atau pelatihan yang mereka butuhkan.
● Tujuan Asesmen
Ada dua tujuan utama melakukan needs assessment dalam penyelenggaraan layanan
psikoedukasi di lingkungan pendidikan formal khususnya, maupun di lingkungan
industri/organisasi dan lingkungan komunitas (Erford, 2007)
1. Membantu psikolog-konselor memahami kebutuhan aneka kelompok dalam suatu
komunitas. Di lingkungan sekolah, kelompok-kelompok yang dimaksud bisa kelompok
siswa, kelompok guru, kelompok siswa dengan kebutuhan khusus, dan sebagainya.
2. Membantu menentukan prioritas sebagai pedoman dalam menyusun program psikoedukasi
yang komprehensif untuk kelompok sasaran tertentu, sekaligus sebagai pedoman untuk
melakukan penyempurnaan program yang bersangkutan secara berkesinambungan.
● Pendekatan
Dibedakan menjadi dua yaitu :
(1) data-driven needs assessment atau asesmen kebutuhan berbasis data, dan (2) perceptions-
based needs assessment atau analisis kebutuhan berbasis persepsi atau kesan (Erford, 2007).

1. Data-driven needs assessment atau asesmen kebutuhan berbasis data :


Pada pendekatan yang pertama dan khususnya dalam konteks lingkungan sekolah,
lazimnya diawali dengan menganalisis data kinerja maupun data sekolah pada umumnya,
misal latar belakang sosial-ekonomi siswa, jumlah siswa yang tinggal kelas pada tiap jenjang
kelas, jumlah siswa putus sekolah, rerata nilai ujian nasional, prestasi-prestasi yang diraih
siswa atau sekolah, tingkat kehadiran guru, dan sebagainya, serta kemungkinan kaitan antara
data-data tersebut misal kaitan antara putus sekolah dan latar belakang sosial-ekonomi siswa,
dan sebagainya. Data-data ini selanjutnya bisa dipakai sebagai dasar untuk menentukan
kebutuhan siswa dan selanjutnya merancang program psikoedukasi bagi mereka.
2. Perceptions-based needs assessment atau analisis kebutuhan berbasis persepsi atau kesan :
Pada pendekatan kedua yang sering juga disebut pendekatan tradisional, dalam
melakukan asesmen kebutuhan psikolog-konselor mengandalkan persepsi, kesan, atau
pendapat baik dari nara sumber terkait maupun dari khalayak sasaran layanannya sendiri.
Dalam lingkungan pendidikan sekolah, psikolog-konselor bisa menjaring pendapat para guru,
orang tua, maupun siswa sendiri tentang kebutuhan-kebutuhan siswa yang dirasakan
mendesak untuk dibantu dipenuhi. Dalam lingkungan industri, informasi tentang jenis-jenis
kebutuhan mendesak yang dialami karyawan di berbagai jenjang maupun bagian dapat
dijaring dari pihak direksi, kalangan manajer, maupun dari kalangan karyawan sendiri.
Begitu pula di lingkungan komunitas, informasi tentang kebutuhan itu bisa dihimpun dari
pimpinan komunitas entah lurah, kepala dusun, ketua atau pimpinan organisasi, dan
sebagainya, selain dari kalangan anggota komunitas sendiri. Berbeda dari pendekatan
pertama yang berbasis data, pendekatan kedua ini berbasis persepsi, pendapat, atau kesan.

● Langkah pelaksanaan asesmen yang baik :


Secara umum, pelaksanaan asesmen kebutuhan yang baik akan mencakup langkah-
langkah sebagai berikut (Erford, 2007):
1. Putuskan dulu, informasi apa saja yang ingin kita ketahui.
2. Putuskan pendekatan atau metode paling efektif untuk mendapatkan informasi yang ingin kita
ketahui.
3. Susun metode atau instrumen asesmen kebutuhan yang sudah kita tetapkan sebagai yang
paling efektif.
4. Minta bantuan kolega dan beberapa wakil dari kelompok sasaran yang akan kita layani untuk
mereview metode atau instrumen yang sudah kita susun, sekaligus menguji-cobakan apakah
mudah dipahami, mudah dilaksanakan, dan sebagainya.
5. Laksanakan bentuk final dari metode atau instrumen kita pada subjek sasaran yang kita pilih.
6. Data yang terkumpul kita olah dan kita interpretasikan.
7. Hasil-hasil interpretasi data tersebut selanjutnya akan kita terjemahkan menjadi tujuan-tujuan
umum (goals) maupun tujuantujuan khusus (objectives) dari program psikoedukasi yang
akan kita susun

2. Menyusun Grand Design, Program Besar atau Rencana Induk PsiKoedukasi


Yang dimaksud program besar adalah program psikoedukasi berjangKa waktu panjang
mencakup keseluruhan satuan waktu yang membentuk Satu tahap kehidupan seseorang
dalam bidang tertentu, serta meliputi berbagai masalah kebutuhan yang mungkin dihadapinya
karena merupakan bagian tak terpisahkan dari tugas perkembangannya pada tahap kehidupan
tersebut. Dengan kata lain, program besar merupakan sejenis kurikulum Psikoedukasi bagi
kelompok klien tertentu menyangkut bidang masalahKebutuhan tertentu. Sebagai contoh,
bagi kelompok klien siswa Sekolah Dasar, program besar yang dimaksud harus mencakup
rencana kegiatan selama enam tahun mulai dari kelas I sampai dengan kelas VI, serta
meliputi tiga bidang masalah-kebutuhan yang merupakan tugas perkembangan mereka, yaitu
bidang pribadi-sosial, akademik, dan karir. Bagi kelompok pegawai di sebuah perusahaan,
program besar yang dimaksud harus mencakup rencana kegiatan pendampingan sepanjang
perjalanan karir pegawai mulai dari tahap penyesuaian diri sebagai pegawai baru, tahap
pengembangan diri sebagai pegawai tetap dengan masa kerja tertentu, tahap mempersiapkan
diri untuk menduduki jabatan kepemimpinan, dan tahap mempersiapkan diri untuk memasuki
masa pensiun, serta meliputi berbagai masalah-kebutuhan terkait dengan kedudukannya
sebagai pribadi sekaligus pegawai dalam sebuah organisasi. Berbagai masalahkebutuhan itu
bisa digolongkan mengikuti kategorisasi tertentu seperti yang digunakan di lingkungan
pendidikan sekolah, atau modifikasinya menjadi misalnya: (1) pribadi; (2) sosial; dan (3)
karir.Bagi kelompok klien di lingkungan komunitas, misalnya kelompok lanjut usia penghuni
sebuah panti wreda yang berusia antara 70-80 tahun, program besar yang dimaksud harus
mencakup rencana kegiatan pendampingan sepanjang perjalanan para penghuni melewatkan
masa lanjut usia di panti wreda, mulai dari tahap menyesuaikan diri sebagai penghuni baru,
tahap menyesuaikan diri lebih lanjut dengan berbagai masalahkebutuhan sesudah menjalani
kehidupan di panti wreda selama satuan waktu tertentu, dan tahap mempersiapkan diri untuk
menghadapi saat-saat terakhir menghadapi maut.Dengan kata lain, pengembangan program
besar bagi kelompok klien
tertentu harus didasarkan pada pengenalan yang mendalam tentang tugas perkembangan
pokok beserta aneka kebutuhan dan problem kelompok yang bersangkutan dalam suatu
rentang masa kehidupan tertentu. Pengenalan ini perlu didasarkan pada gabungan antara teori
yang relevan dan
hasil asesmen kebutuhan yang dilakukan secara menyeluruh dan cermat. Selanjutnya,
program besar psikoedukasi bagi kelompok klien mencakup keseluruhan satuan waktu yang
membentuk satu tahap kehidupannya itu harus meliputi paling tidak lima komponen sebagai
berikut:
1. Identifikasi satuan kelompok klien berdasarkan sistem penggolongan tertentu yang
mencerminkan peralihan tahap perkembangan. Sebagai contoh, di lingkungan pendidikan
sekolah pembagian satuan kelompok klien ini bisa didasarkan pada pembagian tingkat
kelasyang berlaku pada jenjang pendidikan yang bersangkutan.
2. Tujuan, berisi jenis ketrampilan hidup yang hendak ditumbuhkandalam diri klien;
3. Topik, berisi pokok bahasan sekitar ketrampilan yang hendak diajarkan namun yang masih
perlu dijabarkan, dan yang akan menjadi materi pelatihan-pembelajaran;
4. Metode, berisi uraian tentang metode yang akan diterapkan sekaligus penjabaran topik ke
dalam unsur-unsur isi, yang bersama-sama akan memberikan gambaran tentang kegiatan
pembelajaran dalam rangka menumbuhkan ketrampilan hidup yang bersangkutan;
5. Waktu, menunjukkan kerangka waktu pelaksanaan pembelajaran atau pelatihan
ketrampilan hidup yang bersangkutan, bisa menunjuk hari-tanggal-bulan tertentu atau
menyebutkan lama penyelenggaraannya.

 Tiga contoh Wilayah Layanan Psikoedukasi

Psikoedukasi pada dasarnya terbuka bagi siapa pun, baik anak, remaja, maupun orang
dewasa, baik perorangan maupun kelompok. Namun demi memudahkan menentukan
khalayak sasaran, wilayah penyelenggaraalayanan psikoedukasi bisa dibedakan menjadi tiga,
yaitu (a) psikoedukasi di lingkungan sekolah yang ditujukan bagi para pelajar, mulai dari
jenjang Sekolah Dasar bahkan jenjang prasekolah sampai perguruan tinggi; (b) psikoedukasi
di lingkungan industri dan organisasi bagi para pegawai; dan (c) psikoedukasi di lingkungan
komunitas bagi masyarakat luas maupun kelompok-kelompok atau komunitas baik yang
terorganisasi secara formalmaupun informal
1. Psikoedukasi di Lingkungan Sekolah
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
antara lain dinyatakan bahwa “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab” (Ps. 3, cetak tebal oleh penulis). Selanjutnya juga dinyatakan bahwa
“pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta
didik yang berlangsung sepanjang hayat” (Ps. 4, Ay. 3, cetak tebal oleh penulis).

2. Psikoedukasi di Lingkungan Industri


Setiap organisasi khususnya yang berupa industri di bidang penyediaan jasa atau
produksi barang tertentu senantiasa mengharapkan agar tingkah laku para pegawainya dalam
rangka menjalankan tugas pokok mereka dalam pekerjaan mendukung pencapaian tujuan
utama organisasi atau perusahaan, yaitu menghasilkan produk secara optimal baik dari segi
jumlah maupun mutunya. Untuk itu setiap organisasi atau perusahaan perlu bahkan wajib
menyelenggarakan program pendidikan-pelatihan bagi pegawainya sebagai bentuk in-service
training dalam rangka on-going formation bagi para pegawainya itu sejak mereka diterima
sebagai pegawai baru sampai memasuki masa pensiun atau purna-tugas.

3. Psikoedukasi di Lingkungan Komunitas


Di kalangan profesi konseling di Amerika Serikat dikenal sejumlah bidang spesialisasi
meliputi konseling karir, konseling di perguruan tinggi, konseling komunitas, konseling
perkawinan dan keluarga, konseling kesehatan mental, konseling rehabilitasi, konseling
sekolah, konseling adiksi atau kecanduan, konseling penempatan kerja, dan konseling bagi
kaum pelanggar hukum. Dari antara berbagai spesialisasi itu, konon konseling komunitas
paling sulit dirumuskan batas-batasnya (Hershenson, Power, & Waldo, 1996). Sejalan
dengan perkembangan baru dalam gerakan konseling seperti sudah diuraikan di muka,
khususnya berupa perluasan peran konselor melampaui aktivitas pemberian layanan
konseling individual secara tradisional di dalam ruang praktek serta dengan penekanan pada
pemberian layanan yang bersifat preventif-developmental, akhirnya konseling komunitas
dibatasi sebagai pemberian layanan konseling bagi klien maupun kelompok klien di luar
lingkungan nonsekolah dan tentu saja di luar lingkungan nonindustri sekaligus (Hershenson,
Power, & Waldo, 1996; tambahan oleh penulis).
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Psikoedukasi adalah sebuah proses pemberian pemahaman atau pendidikan psikologis
pada individu atau kelompok.Psikoedukasi juga dapat diartikan sebagai sebuah kolaborasi
anatara pendidikan pribadi dan sosial. Secara garis besar pengembangan program
Psikoedukasiakana mencakup tiga langkah utama yaitu a.)melakukan asesmen kebutuhan
dari kelompok klien yang akan dilayani, b) menyusun program besar atau grand design atau
rencana induk dan c) Mengembangkan program kecil atau modul yang difokuskan pada
pengembangan satu jenis keterampilan hidup tertentu.
Langkah pertama dalam mrnyusun program Psikoedukasi yang berhasil yaitu melakukan
need assesment atau asesmen kebutuhan dari kelompok klien yang hendak dilayani entah
dalam lingkungan pendidikan Sekolah, Industri dan Komunitas.Yang dimaksud dengan
Aesmen Kebutuhan Yaitu mencari tahu tentang keadaan kelompok klien yang akan
dilayanidilayani atau diberi Psikoedukasi serta jenis Psikoedukasi atau pelatihan yang mereka
butuhkan.
3.2 SARAN
Makalah ini banyak sekali memiliki kekurangan yang jauh dari kata sempurna.Tentunya,
penulis akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu kepada sumber yang bisa
dipertanggung jawabkan nantinya.Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik
serta saran mengenai pembahasan makalah di atas.

Anda mungkin juga menyukai