Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENELITIAN SOSIOLOGI

PERBEDAAN MOTIVASI BELAJAR ANTARA SISWA


SMAN 1 DEPOK KELOMPOK PEMINATAN MIPA DAN IPS

Disusun oleh:
1. Amira Nafisa Solehah / 07
2. Anindya Zahirah Aprilia Makmur / 08
3. Aryo Wisang Geni Abdilla / 09
4. Carissa Nuha Fazila / 10
5. Alif Naeilil Fawaaiz / 11

SMA NEGERI 1 DEPOK


2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan dalam
menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa Rahmat dan pertolongan-Nya, penulis tidak
akan mampu meyelesaikan makalah ini dengan baik. Penulis mengucapkan syukur kepada
Allah SWT atas limahan nikmat sehat-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami ingin mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dra. Endang Siswati yang
telah membimbing kami sehingga kami dapat menguasai materi Sosiologi BAB 2 Semester
2 tentang Metode Penelitian Sosiologi, dan mampu untuk mengerjakan tugas laporan
penelitian ini. Kami juga ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada orang-orang
yang telah mendukung dan memberikan bantuan lebih kepada kami dalam proses
pembuatan laporan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan
makalah ini. Semoga laporan penelitian yang kami buat ini dapat memberikan manfaat
kepada semua yang membacanya dan dapat membantu untuk lebih mengenal materi
Sosiologi khususnya mengenai interaksi sosial.

Sleman, 29 Mei 2022


X MIPA 1
Kelompok 2 Sosiologi

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komitmen pengakuan dan perlindungan terhadap hak atas anak telah dijamin dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28B ayat (2) menyatakan
bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan anak telah banyak diterbitkan, namun
dalam implementasinya di lapangan masih menunjukkan adanya berbagai kekerasan yang
menimpa pada anak antara lain adalah bullying.

Bullying (dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai “penindasan/risak”) merupakan segala


bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja oleh satu orang atau
sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa terhadap orang lain, dengan tujuan untuk
menyakiti dan dilakukan secara terus menerus.

Terdapat banyak definisi mengenai bullying, terutama yang terjadi dalamkonteks lain
seperti di rumah, tempat kerja, masyarakat, komunitas virtual. Namun dalam hal ini dibatasi
dalam konteks school bullying atau bullying di sekolah. Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (2005)
mendefinisikan school bullying sebagai perilaku agresif yang dilakukan berulang-ulang oleh
seorang atau sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa/siswi lain yang lebih
lemah, dengan tujuan menyakiti orang tersebut.

3
B. Rumusan Masalah

1) Anak yang memiliki kontrol diri yang rendah, berpotensi menjadi :


a. Pembully karena sebelumnya menjadi korban kekerasan dan menganggap
dirinya selalu terancam dan biasanya bertindak menyerang sebelum diserang,
tidak memiliki perasaan bertanggungjawab terhadap tindakan yang telah
dilakukan, serta selalu ingin mengontrol dan mendominasi dan tidak
menghargai orang lain. Mereka melakukan bullying sebagai bentuk balas
dendam.
b. Korban bully berkaitan dengan ketidakmampuan atau kekurangan korban dari
aspek fisik, psikologi sehingga merasa dikucilkan.

2) Teman sebaya yang menjadi supporter/penonton yang secara tidak langsung membantu
pembully memperoleh dukungan kuasa, popularitas dan status.

3) sekolah, lingkungan sekolah dan kebijakan sekolah mempengaruhi aktifitas, tingkah laku
serta interaksi pelajar di sekolah. Rasa aman dan dihargai merupakan dasar pencapaian
akademik yang tinggi di sekolah, jika hal ini tidak dipenuhi maka pelajar akan bertindak
mengontrol lingkungan dengan melakukan tingkah laku anti social seperti melakukan bully.
Manajemen dan pengawasan disiplin sekolah yang lemah juga mengakibatkan munculnya
bullying di sekolah.

4
C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dirumuskan sebagai pedoman tentang apa yang harus dicapai dalam pekerjaan
tersebut. Adapun tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar
kelompok teman sebaya atau per group berpengaruh terhadap terjadinya perilaku bullying siswa
di sekolah. Secara khusus penelitian ini betujuan untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut :

1. Untuk memperoleh gambaran mengenai kelompok teman sebaya (peer group) siswa di
sekolah.

2. Untuk memperoleh gambaran mengenai perilaku bullying siswa di sekolah.

3. Untuk mengetahui pengaruh kelompok teman sebaya (peer group) terhadap terjadinya
perilaku bullying siswa di sekolah.

Manfaat Penelitian :

Dari penelitian ini diharapkan ada manfaat yang bisa diambil, yaitu :

1. Bagi siswa korban bullying di sekolah khususnya penelitian ini diharapkan


dapat memberikan informasi tentang bullying dalam dunia pendidikan serta
memberikan referensi mengenai profil kepribadian seseorang yang telah
menjadi korban bullying disekolah.

2. Bagi para pendidik di seluruh Indonesia diharapkan menyadari tugas dan


kewajibannya dalam mendidik tunas-tunas bangsa dengan baik dan benar
tanpa adanya bullying yang dapat mengakibatkan terhambatnya proses
kemajuan bangsa.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN BULLYING

Bullying berasal dari kata bully yang berarti menggertak dan mengganggu. Riauskina,
Djuwita, dan Soesetio mendefinisikan school bullying sebagai perilaku agresif kekuasaan
terhadap siswa yang dilakukan berulang-ulang oleh seorang/kelompok siswa yang memiliki
kekuasaan, terhadap siswa lain yang lebih lemah dengan tujuan menyakiti orang tersebut.

Bullying kemudian dikelompokkan menjadi 5 kategori, antara lain :

1. Kontak fisik langsung (memukul, mendorong, mencubit, mencakar, juga termasuk


memeras dan merusak barang-barang yang dimliki orang lain).

2. Kontak verbal langsung (mengancam, mempermalukan, merendahkan,


mengganggu, memberi panggilan nama (name–calling), sarkasme, merendahkan (put-down),
mencela/mengejek, mengintimidsi, mengejek, menyebarkan gosip).

3. Perlaku non-verbal langsung (melihat dengan sinis, menjulurkan lidah,


menampilkan ekspresi muka yang merendahkan, mengejek, atau mengancam, biasanya
disertai oleh bullying fisik atau verbal).

4. Perilaku non verbal tidak langsung (mendiamkan seseorang, memanipulasi


persahabatan sehingga menjadi retak, sengaja mengucilkan atau mengabaikan, mengirimkan
surat kaleng).

5. Pelecehan seksual (kadang dikategorikan perilaku agresi fisik atau verbal).

Definisi lain tentang bullying dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Bullying adalah penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti seseorang


atau sekelompok, sehingga korban merasa tertekan, trauma dan tidak berdaya.

b. Bullying sebagai penggunaan agresi dalam bentuk apapun yang bertujuan menyakiti
ataupun menyudutkan orang lain secara fisik maupun mental. Bullying dapat berupa tindakan
fisik,verbal, emosional, dan juga seksual.

c. Bullying adalah bentuk-bentuk perilaku berupa pemaksaan atau usaha menyakiti


secara fisik maupun psikologis terhadap seseorang atau kelompok yang lebih lemah oleh
seseorang atau sekelompok orang yang mempersiakannya lebih kuat.

Terjadinya bullying di sekolah menurut Salmivalli dan kawan-kawan merupakan proses


dinamika kelompok dan di dalamnya ada pembagian peran. Peran-peran tersebut adalah bully,
asisten bully, reinfocer, defender, dan outsider.

6
Bully yaitu siswa yang dikategorikan sebagai pemimpin, berinisiatif dan aktif terlibat dalam
perilaku bullying.

Asisten bully, juga terlibat aktif dalam perilaku bullying, namun ia cenderung bergantung atau
mengikuti perintah bully.

Rinfocer adalah mereka yang ada ketika kejadian bullying terjadi, ikut menyaksikan,
mentertawakan korban, memprofokasi bully, mengajak siswa lain untuk menonton dan
sebagainya.

Defender adalah orang-orang yang berusaha membela dan membantukorban, sering kali
akhirnya mereka menjadi korban juga.

Outsider adalah orang-orang yang tahu bahwa hal itu terjadi, namun tidak melaukan apapun,
seolah-olah tidak peduli.

B. CYBERBULLYING

Cyber bullying adalah segala bentuk kekerasan yang dialami anak atau remaja dan dilakukan
teman seusia mereka melalui dunia cyber atau internet. Cyber bullying adalah kejadian manakala
seorang anak atau remaja diejek, dihina, diintimidasi, atau dipermalukan oleh anak atau remaja
lain melalui media internet, teknologi digital atau telepon seluler. Bentuk dan metode tindakan
cyber bullying amat beragam. Bisa berupa pesan ancaman melalui e-mail, mengunggah foto
yang mempermalukan korban, membuat situs web untuk menyebar fitnah dan mengolok-olok
korban hingga mengakses akun jejaring sosial orang lain untuk mengancam korban dan membuat
masalah. Motivasi pelakunya juga beragam.Ada yang melakukannya karena marah dan ingin
balas dendam, frustrasi, ingin mencari perhatian bahkan ada pula yang menjadikannya sekedar
hiburan pengisi waktu luang.Tidak jarang, motivasinya kadang-kadang hanya ingin bercanda.

Cyber bullying yang berkepanjangan bisa mematikan rasa percaya diri anak, membuat anak
menjadi murung, khawatir, selalu merasa bersalah atau gagal karena tidak mampu mengatasi
sendiri gangguan yang menimpanya. Bahkan ada pula korban cyber bullying yang berpikir
untuk mengakhiri hidupnya karena tak tahan lagi diganggu! Remaja korban cyber bullying akan
mengalami stress yang bisa memicunya melakukan tindakan-tindakan rawan masalah seperti
mencontek, membolos, lari dari rumah, dan bahkan minum minuman keras atau menggunakan
narkoba.

7
Anak-anak atau remaja pelaku cyber bullying biasanya memilih untuk menganggu anak lain
yang dianggap lebih lemah, tak suka melawan dan tak bisa membela diri. Pelakunya sendiri
biasanya adalah anak-anak yang ingin berkuasa atau senang mendominasi.Anak-anak ini
biasanya merasa lebih hebat, berstatus sosial lebih tinggi dan lebih populer di kalangan teman-
teman sebayanya. Sedangkan korbannya biasanya anak-anak atau remaja yang sering diejek dan
dipermalukan karena penampilan mereka, warna kulit, keluarga mereka, atau cara mereka
bertingkah laku di sekolah. Namun bisa juga si korban cyber bullying justru adalah anak yang
populer, pintar, dan menonjol di sekolah sehingga membuat iri teman sebayanya yang menjadi
pelaku.

Cyber bullying lebih mudah dilakukan daripada kekerasan konvensional karena si pelaku
tidak perlu berhadapan muka dengan orang lain yang menjadi targetnya. Mereka bisa
mengatakan hal-hal yang buruk dan dengan mudah mengintimidasi korbannya karena mereka
berada di belakang layar komputer atau menatap layar telelpon seluler tanpa harus melihat akibat
yang ditimbulkan pada diri korban. Peristiwa cyber bullying juga tidak mudah diidentifikasikan
orang lain, seperti orang tua atau guru karena tidak jarang anak-anak remaja ini juga mempunyai
kode-kode berupa singkatan kata atau emoticon internet yang tidak dapat dimengerti selain oleh
mereka sendiri.

C. PENYEBAB BULLYING

Banyak sekali factor mengapa seseorang melakukan bullying. Pada umumnya orang
melakukan bullying karena merasa tertekan, terancam, terhina, dendam, dan lain sebagainya.
Bullying disebabkan oleh korban dari keadaan lingkungan yang membentuk kepribadiannya
menjadi agresif dan kurang mampu mengendalikan emosi, seperti lingkungan rumah yang tidak
harmonis karena adanya pertengkaran orangtua atau broken home, kekerasan yang dilakukan
orangtua terhadap anaknya, perlakuan orangtua yang terlalu mengekang anaknya.

Sementara itu Psikolog Clara Wriswanto dari Jagadnita Counseling mengemukakan bahwa
penyebab seseorang menjadi pelaku “bullying” bisa dari berbagai faktor seperti orang tua yang
terlalu memanjakan anaknya, keadaan keluarga yang berantakan sehingga diri anak tersisihkan,
atau hanya karena anak tersebut meniru perilaku “bullying” dari kelompok pergaulannya serta
tayangan bernuansa kekerasan di internet atau televisi.

Selain itu, lingkungan sekitar rumah juga berpengaruh besar terhadap perilaku bullying ini,
misalnya anak hidup pada lingkungan orang yang suka berkelahi atau bermusuhan, berlaku tidak

8
sesuai norma yang ada, maka akan mudah meniru perilaku dari lingkungan tersebut dan merasa
tidak bersalah.

Lingkungan sekolah juga bisa menjadi factor penyebab aksi bullying, misalnya guru berbuat
kasar terhadap siswa, guru yang kurang memperhatikan kondisi anak, teman yang sering
mengejek atau menghina, dan lain sebagainya.

Faktor lain yang berpengaruh cukup kuat terhadap anak untuk berbuat bullying yaitu adanya
tayangan televisi yang sering mempertontonkan kekerasan dalam sinetron atau film atau acara
lain seperti acara sidik, berita utama dan lain sebagainya.

D. DAMPAK BULLYING

Menurut Psikolog Ratna Juwita, siswa korban bullying akan mengalami permasalhan
kesulitan dalam membina hubungan interpersonal dengan orang lain dan jarang datang ke
sekolah. Akibatnya, mereka (korban bullying) ketinggalan pelajaran dan sulit berkonsentrasi
dalam belajar sehingga hal tersebut mempengaruhi kesehatan fisik dan mental baik dalam jangka
pendek maupun jangka panjang.

Beberapa hal yang bisa menjadi indikasi awal bahwa anak mungkin sedang mengalami
bullying di sekolah :

· Kesulitan untuk tidur

· Mengompol di tempat tidur

· Mengeluh sakit kepala atau perut

· Tidak nafsu makan atau muntah-muntah

· Takut pergi ke sekolah

· Sering perg ke UKS

· Menangis sebelum atau sesudah bersekolah

· Tidak tertarik pada aktivitas sosial yang melibatkan murid lain

· Sering mengeluh sakit sebelum pergi ke sekolah

· Sering mengeluh sakit pada gurunya, dan ingin orang tua ingin segera

· menjemput pulang.

· Harga diri yang rendah

9
· Perubahan drastis pada sikap, cara berpakaian, atau kebiasaannya

· Lecet luka

Dari penelitian Riauskima dkk mengemukakan ketika mengalami bullying korban merasakan
banyak emosi negatif seperti marah, dendam, kesal, tertekan,takut, malu dan sedih).Yang paling
ekstrim dari dampak psikologis ini adalah kemungkinan untuk timbulnya gangguan psikologis
pada korban bullying seperti rasa cemas berlebihan, selalu merasa takut, depresi, ingin bunuh
diri dan gejala-gejala gangguan stres pasca trauma (post trumatic stress disoder). Anak yang
menjadi korban bullying atau tindakan kekerasan fisik, verbal ataupun psikologis di sekolah
akan mengalami trauma besar dan depresi yang akhirnya bisa menyebabkan gangguan mental di
masa yang akan datang. Gejala-gejala kelainan mental yang biasanya muncul pada masa kanak-
kanak secara umum terbukti anak tumbuh menjadi orang yang pencemas, sulit berkonsentrasi,
mudah gugup dan takut, hingga tak bisa bicara.

Beberapa hal yang menjadi tanda-tanda anak korban bullying :

· Kesulitan dalam bergaul

· Merasa takut datang ke sekolah sehingga sering bolos

· Ketinggalan pelajaran

· Mengalami kesulitan berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran

· Kesehatan fisik dan mental (jangka pendek/jangka panjang) akan terpengaruh

E. CARA MENGATASI BULLYING

Pencegahan agar anak tidak menjadi pelaku bullying orang tua harus mampu
mengembangkan kecerdasan emosional anak sejak dini. Ajarkan anak untuk memliki rasa
empati, menghargai orang lain, dan menyadarkan sang anak bahwa dirinya adalah mahluk sosial
yang membutuhkan orang lain dalam kehidupannya.

Pemerintah seharusnya memiliki program yang tegas, jelas, dan terarah. Kalau kita diam saja,
maka itu sama saja melegalkan tradisi dendam di sekolah tersebut.

Untuk mengatasi dan mencegah masalah bullying diperlukan kebijakan yang bersifat
menyeluruh di sekolah, sebuah kebijakan yang melibatkan komponen dari guru sampai siswa,
dari kepala sekolah sampai orang tua murid, kerja sama antara guru,orang tua dan masyarakat
atau pihak lain yang terkait seperti kepolisian, aparat hukum dan sebagainya.

Peran orang tua di rumah harus mampu menciptakan komunikasi yang baik dengan anak-
anak dan membekali anak dengan pemahaman agama yang cukup dan menanamkan ahlakul
karimah yang selalu dilaksanakan di lingkungan rumah, karena anak akan selalu meniru perilaku
orangtua. Pemberian teladan kepada anak akan lebih baik dari memberi nasihat.

10
Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh sekolah ialah membuat sebuah program anti
bullying di sekolah. Meurut Huneck bullying akan terus terjadi di sekolah-sekolah, apabila orang
dewasa tidak dapat membina hubungan saling percaya dengan siswa, tidak menyadari tingkah
laku yang masuk tindakan bullying, tidak menyadari luka yang disebabkan oleh bullying, tidak
menyadari dampak bullying yang merusak kegiatan belajar siswa, serta tidak ada campur tangan
secara efektif dari sekolah. Adapun kegunaan dari program serta kegiatan anti bully di sekolah
antara lain:

· Menanamkan pengertian bahwa rasa aman adalah hak dan milik semua orang

· Menyadarkan semua orang di sekolah bahwa tindakan bullying dalam bentuk apapun
tidak dapat ditolelir

· Membekali siswa untuk membuat keputusan

· Membantu siswa membentuk lingkaran orang yang mereka percayai

Kegiatan yang dapat dilakukan selama program ini, antara lain :

1. Brainstorming dan diskusi

2. Kegiatan menggunakan lembar kerja

3. Membaca buku cerita yang berhubungan dengan bullying

4. Membuat gambar, kolase, poster mengenai pencegahan bullying

5. Bermain drama

6. Berbagi cerita dengan orang tua di rumah

7. Menulis puisi

8. Menyanyikan lagu anti bullying dengan lirik yang sudah di rubah dari lagu populer

9. Bermain teater boneka

Beberapa tips mencegah terjadinya bullying :

1. Berikan mereka alternatif komunitas yang mengakuinya

Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan pengakuan atas keberadaan dirinya, terlebih pada
usia remaja yang sedang dalam masa transisi dan krisis identitas, para remaja lebih senang
berkumpul dengan teman-teman sebaya yang menurutnya lebih bisa menerima dan senasib dan
sepenanggungan. Oleh karena itu kewajiban kita untuk memberikan alternatif komunitas yang
positif dan tetap memenuhi kriteria penerimaan identitas para remaja, misalnya buat perkumplan

11
pecinta alam atau wira usaha yang sesuai dengan keiginannya. Membuat kelompok band, atau
kelompok kesenian dan sebagainya.

2. Putus mata rantai pelaku dan budaya bullying

Biasanya budaya bullying diwariskan dengan sistem kaderisasi yang kuat, motivasi senioritas
adalah faktor yang terkuatnya. Untuk menghindari gejala tersebut sebaiknya bimbinglah para
remaja dengan cara mengadakan kegiatan bersama antara generasi tersebut maupun alumninya
dan buatlah suatu ikatan supaya terbentuk jalinan. Persaudaraan yang akan melahirkan kesadaran
bahwa senior harus membimbing dan para junior harus menghormati seniornya.

3. Ajarkan cara mengantisipasi kekerasan bukan melakukannya

Latihan bela diri misalnya merupakan salah satu alternatif pembentukan mental spiritual dan
jasmani yang kuat.

4. Tingkatkan kepedulian lingkungan sosial untuk mencegah praktek bullying

Sudah waktunya masyarakat ikut peduli dan melakukan pencegahan atas praktek bullying yang
terjadi di lingkungannya.

5. Dukung gerakan diet siaran televisi

Batasi anak-anak dan remaja menonton televisi, karena acara dan penampilan yang disiarkan
televisi ikut membentuk masyarakat pengaksesnya.

Berikut merupakan saran bagi anak yang berisiko terkena bullying :

· Jangan membawa barang mahal-mahal dan uang berlebihan.

· Jangan sendirian. Kalau memungkinkan, beradalah di lingkungan yang dekat dengan


guru atau orang dewasa lainnya yang dapat mengawasi anda. Atau lebih baik jika anda
bersama teman-teman.

· Jangan cari gara-gara dengan pelaku bullying.

· Jika suatu saat menjadi korban bullying, kuncinya adalah tetaplah percaya diri.

· Anda harus berani melapor kepada guru, orang tua, atau orang dewasa lainnya yang
anda percayai.

Pihak kepolisian bekerja sama dengan sekolah dengan cara mengadakan penyuluhan ke
sekolah sekolah tentang bahaya dari bullying, dan memberikan sanksi dari mulai yang ringan
seperti di skors beberapa waktu sampai dengan pemecatan dari sekolah. Begitu juga kerja sama
dengan pihak kehakiman bagaimanakah proses persidangan, tuntutan serta keputusan yang akan

12
dan telah diambil bagi pelaku bullying itu. Bagi pelaku bullying dari pihak guru, sekolah atau
pihak- pihak lain jangan ragu-ragu untuk menindak dengan tegas supaya keadilan dapat di
tegakkan di negeri ini dan guru tersadar atas semua kesalahannya, sehingga tidak terjadi lagi
korban-korban bullying berikutnya.

F. PENTINGNYA BIMBINGAN KONSELING DI SEKOLAH

Depdikbud menjelaskan bahwa tujuan layanan bimbingan di sekolah dasar adalah untuk
membantu siswa agar dapat memenuhi tugas –tugas perkembangan yang meliputi aspek-aspek
pribadi, pendidikan dan karir sesuai tuntutan lingkungan.

Dalam aspek perkembangan social pribadi, layanan bimbingan membantu siswa agar :

a. Memiliki pemahaman diri.

b. Mengembangkan sikap positif.

c. Membuat pilihan kegiatan secara sehat.

d. Mampu menghargai orang lain.

e. Memiliki rasa tanggung jawab.

f. Mengembangkan ketrampilan hubungan antar pribadi.

g. Dapat menyelesaikan masalah.

h. Dapat membantu membuat keputusan secara baik.

Dalam aspek perkembangan pendidikan, layanan bimbingan membantu siswa agar :

a. Melaksanakan cara-cara belajar yang benar.

b. Menetapkan rencana dan tujuan pendidikan.

c. Mencapai prestasi belajar secara optimal sesuai dengan bakat dan kemampuannya.

d. Memiliki ketrampilan untuk menghadapi ujian.

Selanjutnya Rochman Natawidjaja mengemukakan bahwa peran bimbingan seorang guru


sebagai penyesuaian interaksional dalam proses belajar mengajar dapat diartikan sebagai
perlakuan guru terhadap siswa dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Perlakuan terhadap siswa sebagai individu yang memliki potensi untuk berkembang
dan maju serta mampu mengarahkan dirinya sendiri untuk mandiri.

13
2) Sikap positif dan wajar terhadap siswa. Dalam melaksanakan peran bimbingan itu
guru tidak menjauhkan diri dari siswa, tetapi tidak pula terikat secara sentimentil kepada
siswa.

3) Perlakuan terhadap siswa secara hangat, ramah, rendah hati, dan menyenangkan

4) Pemahaman siswa secara empatik

5) Penghargaan terhadap martabat siswa sebagai individu

6) Penampilan diri secara asli di depan siswa

7) Kekongkritan dalam menyatakan diri

8) Penerimaan siswa secara apa adanya

9) Perlakuan terhadap siswa secara permisive

10) Kepekaan terhadap perasaan yang dinyatakan oleh siswa dalam membantu siswa untuk
menyadari perasaannya itu.

11) Kesadaran bahwa tujuan mengaja bukan terbatas pada penguasaan siswa terhadap bahan
pengajaran saja, melainkan menyangkut pengembangan siswa menjadi individu yang lebih
dewasa.

12) Penyesuaian diri terhadap keadaan siswa yang khusus. Penyesuaian perilaku guru
terhadap situasi yang khusus adalah sangat penting untuk memperoleh hasil belajar pada diri
siswa, sesuai dengan yang diinginkannya. Jadi, efektifitas mengajar itu sangat tergantung
pada kemampuan guru untuk menyesuaikan diri pada situasi khusus.

14
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 24 Mei 2022.

B. Lokasi

Lokasi penelitian di SMAN 1 depok secara online.

C. Sampel dan populasi

Sampel adalah wakil atau sebagian dari populasi yang memiliki sifat dan karakteristik
yang sama bersifat representatif dan menggambarkan populasi sehingga dianggap dapat
mewakili semua populasi yang diteliti

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri atas manusia, hewan, benda-
benda, tumbuh, peristiwa, gejala, ataupun nilai tes sebagai sumber data yang mempunyai
karakteristik tertentu dalam suatu penelitian yang dilakukan.

D. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei kuesioner. Survei kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi pernyataan tertulis kepada
responden untuk menjawabnya. Teknik pengumpulan data ini dilakukan oleh peneliti
dengan penyebaran daftar pertanyaan tertulis (angket) kepada siswa di kelas X MIPA 1.
Pengumpulan data ini didasarkan atas dasar jawaban dan tanggapan responden terhadap
pernyataan yang diajukan oleh peneliti.

E. Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan adalah kuersioner yang digunakan untuk penelitian.

15
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Populasi dan sampel dalam penelitian kali ini adalah siswa/siswi SMA N 1 DEPOK kelas 10.
Data dari penelitan yang dikumpulkan berupa kuesioner yang disebarkan langsung ke seluruh
responden atau yang bersangkutan dalam pengisian kuesioner yaitu siswa/siswi kelas 10 SMA
N 1 DEPOK.

B. Analisis Data

Diagram Penelitian

16
17
18
Tabel Penelitian

Laki laki 7

Perempuan 25

N Ya Tidak Tidak
o menjawab

1 32 0 0

2 32 0 0

3 22 7 3

5 28 4 0

7 32 0 0

8 18 12 2

9 14 5 13

1 11 14 7
0

19
N Senang Bia Sedih dan T Tidak
o dan bangga sa menyesal a menjawab
saj k
a u
t

4 5 0 3 0 24

N diam saja menegur pelaku bullying &melaporkan


o karna takut ke guru/orang tua

6 16 16

C. Pembahasan

1. 32 responden menyatakan bahwa mereka tidak membenarkan perilaku bullying di


sekolah.
2. 32 responden menyatakan bahwa bullying di sekolah tergolong perilaku tercela.
3. 7 dari 32 responden pernah menjadi pelaku bullying, 22 responden tidak pernah
melakukan bullying dan 3 responden tidak menjawab.
4. 5 dari 32 responden merasa biasa saja setelah melakukan bullying, 3 responden merasa
sedih dan menyesal dan 24 responden tidak menjawab.
5. 28 dari 32 responden pernah menyaksikan teman mengalami school bullying dan 4
responden tidak pernah menyaksikan teman mengalami school bullying.
6. 16 dari 32 responden diam saja karena takut saat melihat teman mengalami bullying dan
16 responden menegur pelaku bullying & melaporkan ke guru atau orang tua.
7. 32 responden menjawab iya karena merasa akan ada dampak besar yang terjadi kepada
korban bullying.
8. 18 dari 32 responden pernah menjadi korban bullying, 12 responden tidak pernah
mengalami bullying dan 2 responden tidak menjawab.
9. 14 dari 32 responden merasa trauma dan tertekan terhadap bullying yang diterima, 5
responden tidak merasa trauma dan tertekan dan 13 responden tidak menjawab.
10. 11 dari 32 responden memiliki perasaan ingin membalas dendam kepada pelaku bullying,
14 responden tidak ada perasaan ingin membalas dendam kepada pelaku bullying dan 7
responden tidak menjawab.

20
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1) Sebanyak 100% responden tidak membenarkan perilaku bullying karena perilaku
bullying termasuk ke dalam perilaku tercela
2) Sebanyak 20% responden pernah menjadi pelaku bullying, 37,5% di antara mereka
merasa sedih dan menyesal 62,5% lainnya merasa biasa saja
3) 87,5% responden pernah melihat aksi bullying, tindakan yang akan diambil 50%
responden akan diam saja jika melihat aksi bullying, hal itu terjadi kemungkinan
karena mereka takut
4) Adapun siswa yang menjadi korban bullying sebanyak 60%, 73,7% di antaranya
mendapatkan trauma dan tekanan, 44% dari mereka juga ingin membalas dendam
pada pelaku bullying
B. Saran
1) Bagi sekolah, hendaknya lebih menambah pengawasan dengan berkeliling sekolah di
jam-jam tertentu dan temppat-tempat tertentu yang berpotensi terjadinya bullying.
2) Bagi guru, hendaknya lebih tanggap terhadap perilaku bullying dalam bentuk yang
kecil ataupun besar agar tidak sampai menimbulkan korban.
3) Bagi guru BK, hendaknya mencatat setiap kasus-kasus bullying yang terjadi di
sekolah sebagai catatan untuk penanganan tindakan yang tepat dalam menangani
kasus-kasus tersebut.
4) Bagi orang tua hendaknya menjadi panutan yang bersifat positif bagi anak serta
menciptakan hubungan yang hangat antar keluarga.

21
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kemenpppa.go.id/lib/uploads/list/8e022-januari-ratas-bullying-kpp-pa.pdf

http://repository.upi.edu/13635/4/S_SOS_1000119_Chapter1.pdf

http://eprints.ums.ac.id/15929/2/BAB_I.pdf

http://siat.ung.ac.id/files/wisuda/2018-1-1-87205-221412052-bab5-02082018113039.pdf

https://raharja.ac.id/2020/11/04/apa-itu-populasi-dan-sampel-dalam-penelitian/#:~:text=Populasi
%20adalah%20keseluruhan%20dari%20subjek,akan%20diteliti%20oleh%20seorang%20peneliti.

https://belajarekonomi.com/perbedaan-data-primer-dan-sekunder/#:~:text=Data%20primer%20mengacu
%20pada%20data,dikumpulkan%20oleh%20orang%20lain%20sebelumnya.&text=Survei%2C
%20observasi%2C%20eksperimen%2C%20kuesioner%2C%20wawancara%20pribadi%2C%20dll

22
LAMPIRAN

1. Apakah kalian membenarkan perilaku bullying?


2. Menurut kalian, bullying tergolong dalam perilaku terpuji atau tercela?
3. Apakah anda pernah menjadi pelaku bullying?
4. Apa yang anda rasakan setelah melakukan school bullying?
5. Apakah anda pernah melihat teman/orang di sekitar anda mengalami school bullying?
6. Apa yg anda lakukan saat melihat aksi school bullying?
7. Menurut kalian, apakah korban school bullying akan berdampak besar?
8. Apakah anda pernah menjadi korban school bullying?
9. Apakah bully an yang anda terima membuat anda trauma/tertekan?
10. Jika kalian pernah dibully, apakah ada perasaan ingin membalas dendam kepada pelaku bullying?

23

Anda mungkin juga menyukai