Anda di halaman 1dari 11

G-COUNS Jurnal Bimbingan dan Konseling 1

Vol. 1 No. 1 Tahun 2016, ISSN. 2541-6782

PERILAKU BULLYING DI SEKOLAH

Rischa Pramudia Trisnani 1), Silvia Yula Wardani 2)


Program Studi Bimbingan dan Konseling
Fakultas Ilmu Pendidikan
IKIP PGRI Madiun
E-mail: rischa_pramudia@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan tentang kekerasan atau bullying pada
siswa SMP di Kabupaten Madiun. Pada penelitian ini difokuskan pada macam kekerasan
yang dilakukan siswa kepada temannya. Subjek penelitian adalah siswa Sekolah
Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Madiun bagian selatan tepatnya di Kecamatan
Kebonsari. Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner. Hasil pembahasan,
menunjukkan sesungguhnya perilaku bullying berlangsung di beberapa lokasi di sekolah.
Perilaku bullying biasanya terjadi di kelas, kantin atau di toilet sekolah. Bentuk perilaku
bullying di SMP 2 kebonsari menunjukkan tindakan bullying verbal langsung lebih
banyak dilakukan oleh siswa laki-laki sedangkan bullying non verbal tidak langsung
banyak dilakukan oleh siswa perempuan. Disarankan guru meningkatkan pemahaman
mengenai bullying, bertindak lebih responsif ketika ada siswa korban bullying, serta
sekolah perlu memiliki program preventif maupun program kuratif yang melibatkan
semua komponen yang terlibat dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Kata kunci: bullying

Abstract
This study aimed to describe violence or bullying in junior high school students in
Madison County. In this study focused on the kind of violence done to his students.
Subjects were students of Junior High School (SMP) in the southern part of Madison
County Kebonsari precisely in the District. The research instrument used a questionnaire.
The result of the discussion, showing the actual bullying behavior takes place in several
locations in the school. Bullying behavior usually occurs in the classroom, cafeteria or
school toilets. Forms of bullying behavior in the Junior 2 Kebonsari show direct verbal
bullying is done mostly by male students while the non verbal bullying is not directly
carried out by female students. Advised teachers to increase understanding of bullying,
act more responsive when a student victim of bullying, and schools need to have
preventive programs and curative programs involving all the components involved in
teaching and learning in schools.
Key words: bullying

Info Artikel
Diterima Desember 2016, disetujui Desember 2016, diterbitkan Desember 2016
PENDAHULUAN

Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan


Konseling
Universitas PGRI Yogyakarta
G-COUNS Jurnal Bimbingan dan Konseling 2
Vol. 1 No. 1 Tahun 2016, ISSN. 2541-6782

Kita sering mendengar terjadi prilaku agresif dan negatif seseorang


bullying pada remaja. Bullying kadang atau sekelompok orang secara
terjadi di ligkungan sekolah maupun berulang kali yang menyalahgunakan
di luar lingkungan sekolah. Sekolah ketidakseimbangan kekuatan dengan
sebagai lembaga pendidikan formal, tujuan untuk menyakiti targetnya
berfungsi dan bertujuan sebagaimana (korban) secara mental atau secara
yang terdapat dalam Undang-Undang fisik.
No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Akhir-akhir ini banyak informasi
pendidikan Nasional pasal 3 yaitu : atau berita yang menginformasikan
Untuk berkembangnya potensi peserta terjadinya kekerasan di sekolah
didik agar menjadi manusia yang maupun di lingkungan masyarakat.
beriman dan betakwa kepada Tuhan Selain tawuran pelajar terjadi pula
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, kekerasan di lingkungan sekolah. Dan
sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri kekerasan tersebut tidak hanya pada
dan menjadi warga negara yang sekolah tingkatan atas, melainkan
demokratis serta bertanggungjawab. terjadi pula pada sekolah tingkatan
Untuk mencapai tujuan pendidikan SD. Seperti yang diberitakan tentang
nasional tersebut diperlukan kondisi kekerasan yang terjadi di sekolah
belajar yang kondusif dan jauh dari diantaranya kasus kekerasan di SDN
kekerasan. 07 Pagi, Kebayoran Lama, Jakarta
Kekerasan ini dapat Selatan yang menewaskan siswa A.
dikategorikan sebagai perilaku Selain itu kekerasan yang terjadi di
bullying. Menurut Coloroso (2007) sekolah juga terjadi di SDN Bintara
bullying akan selalu melibatkan 02, Kecamatan Bekasi Barat, Kota
adanya ketidakseimbangan kekuatan, Bekasi. Dalam kasus ini diawali oleh
niat untuk mencederai, ancaman korban yang sering mencemooh
agresi lebih lanjut, dan teror. Bullying pelaku. (Merdeka.com, 12/10/2015).
berasal dari bahasa Inggris (bully) Kekerasan saat ini banyak
yang berarti menggertak atau terjadi di lingkungan sekolah. Pelaku
mengganggu. Banyak definisi tentang kekerasan tersebut dilakukan oleh
bullying ini, terutama yang terjadi guru, staf sekolah dan siswa. Bentuk
dalam konteks lain ( tempat kerja, kekerasan ini bermacam-macam ada
masyrakat. komunitas virtual).Perilaku yang berupa verbal maupun non
bullying adalah salah satu bentuk verbal. Kekerasan yang terjadi ini jika
kekerasan dan agresif siswa di dibiarkan akan mempengaruhi psikis
sekolah. Bullying bisa berasal teman siswa.
sebaya, senior atau kakak kelas, dan Terjadinya bullying di sekolah
bahkan guru dan staff sekolah itu menurut Salmivalli dan kawan-kawan
sendiri. Sedangkan Tisna (2010:4) (dalam Ehan) merupakan proses
mengemukakan bahwa bullying adalah dinamika kelompok dan di dalamnya
ada pembagian peran. Peran-peran

Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan


Konseling
Universitas PGRI Yogyakarta
G-COUNS Jurnal Bimbingan dan Konseling 3
Vol. 1 No. 1 Tahun 2016, ISSN. 2541-6782

tersebut adalah bully, asisten bully, c. Perilaku non-verbal langsung


reinfocer, defender, dan outsider. (melihat dengan sinis, menjulurkan
a. Bully yaitu siswa yang lidah, menampilkan ekspresi muka
dikategorikan sebagai pemimpin, yang merendahkan, mengejek, atau
berinisiatif dan aktif terlibat dalam mengancam, biasanya disertai oleh
perilaku bullying. bullying fisik atau verbal).
b. Asisten bully, juga terlibat aktif d. Perilaku non verbal tidak langsung
dalam perilaku bullying, namun ia (mendiamkan seseorang,
cenderung begantung atau memanipulasi persahabatan
mengikuti perintah bully. sehingga menjadi retak, sengaja
c. Rinfocer adalah mereka yang ada mengucilkan atau mengabaikan,
ketika kejadian bullying terjadi, mengirimkan surat kaleng).
ikut menyaksikan, mentertawakan e. Pelecehan seksual (kadang
korban, memprofokasi bully, dikategorikan perilaku agresi fisik
mengajak siswa lain untuk atau verbal)
menonton dan sebagainya. Perilaku bullying akan
d. Defender adalah orang-orang yang berdampak pada fisik dan psikologis
berusaha membela dan membantu anak. Dampak fisik misalkan tubuh
korban, sering kali akhirnya anak memar, terdapat luka dan lain
mereka menjadi korban juga. sebagainya, sedangkan dampak
e. Outsider adalah orang-orang yang psikologis, anak menjadi enggan
tahu bahwa hal itu terjadi, namun berangkat ke sekolah, anak cenderung
tidak melalukan apapun, seolah- pemalu dan merasa tertekan dengan
olah tidak peduli. keadaan tersebut.
Riauskina, Djuwita, dan Dari penelitian Riauskima dkk
Soesetio (2007) mengelompokkan mengemukakan ketika mengalami
bullying kedalam 5 kategori: bullying korban merasakan banyak
a. Kontak fisik langsung (memukul, emosi negatif seperti marah, dendam,
mendorong, mencubit, mencakar, kesal, tertekan, takut, malu dan sedih).
juga termasuk memeras dan Yang paling ekstrim dari dampak
merusak barang-barang yang psikologis ini adalah kemungkinan
dimliki orang lain). untuk timbulnya gangguan psikologis
b. Kontak verbal langsung pada korban bullying seperti rasa
(mengancam, mempermalukan, cemas berlebihan, selalu merasa takut,
merendahkan, mengganggu, depresi, ingin bunuh diri dan gejala-
memberi panggilan nama (name– gejala gangguan stres pasca trauma
calling), sarkasme, merendahkan (post trumatic stress disoder). Anak
(put-down), mencela/mengejek, yang menjadi korban bullying atau
mengintimidsi, mengejek, tindakan kekerasan fisik, verbal
menyebarkan gosip) ataupun psikologis di sekolah akan

Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan


Konseling
Universitas PGRI Yogyakarta
G-COUNS Jurnal Bimbingan dan Konseling 4
Vol. 1 No. 1 Tahun 2016, ISSN. 2541-6782

mengalami trauma besar dan depresi Kuesioner dalam penelitian ini terdiri
yang akhirnya bisa menyebabkan dari pertanyaan-pertanyaan yang
gangguan mental di masa yang akan bersifat tertutup dan terbuka. Pada
datang. Gejala-gejala kelainan mental pertanyaan terbuka, subyek diminta
yang biasanya muncul pada masa untuk menuliskan pengalaman
kanak-kanak secara umum terbukti mengenai bullying yang dialami di
anak tumbuh menjadi orang yang sekolah. Pada setiap pernyataan
pencemas, sulit berkonsentrasi, mudah subyek diminta untuk menuliskan satu
gugup dan takut, hingga tak bisa jawaban dari 2 pilihan yang disediakan,
yaitu ya dan tidak.
bicara.
Kegiatan preventif yang
dilakukan oleh sekolah juga masih HASIL DAN PEMBAHASAN
minim. Kadang guru juga tidak Penelitian ini bersifat deskriptif,
mengetahui terjadi bullying di yaitu penelitian yang menekankan pada
lingkungan sekolah. Masalah ini pengungkapan fakta-fakta menurut
kenyataan yang ada. Jenis penelitian ini
sangat penting untuk diteliti untuk
berusaha untuk memotret kondisi atau
mengetahui jenis perilaku bullying
situasi dan berupaya untuk mencari
yang dilakukan oleh siswa, sehingga
jawaban atas pertanyaan “apa”, “
konselor dapat menyusun program
dimana”, dan “berapa banyak”. Dari
untuk mengurangi bahkan mencegah
jawaban – jawaban yang diberikan
terjadinya bullying di lingkungan
oleh subyek pada kuesioner, tampak
sekolah maupun di masyarakat.
bahwa fenomena bullying juga marak
terjadi di kalangan siswa Sekolah
METODE PENELITIAN
Menengah Pertama. Berikut ini adalah
Penelitian ini dilakukan pada
hasil temuan di lapangan.
siswa SMP Negeri 2 Kebonsari
Hasil yang diperoleh dari
kabupaten Madiun. Penelitian ini
pernyataan tertutup menggambarkan
menggunakan metode survey
berbagai variasi perilaku bullying
deskriptif yang bertujuan untuk
yang terjadi pada siswa Sekolah
menggambarkan fenomena yang
Menengah Pertama di mana mereka
sedang diamati. Mengingat banyaknya
menempatkan diri sebagai korban.
populasi dalam penelitian ini, maka
Tabel 1. berikut ini adalah ringkasan
peneliti mengambil sampel sebanyak
dari bentuk perilaku bullying.
10% dari jumlah siswa SMP Negeri 2
Kebonsari yaitu berjumlah 70 siswa
dengan teknik stratified random
sampling.
Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini berupa kuesioner.
Tabel 1.

Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan


Konseling
Universitas PGRI Yogyakarta
G-COUNS Jurnal Bimbingan dan Konseling 5
Vol. 1 No. 1 Tahun 2016, ISSN. 2541-6782

Bentuk Perilaku Bullying

Jenis kelamin
Variabel Sub Siswa
Deskriptor Siswa laki
Penelitian Variabel perempuan
(%)
(%)
Bullying fisik Memukul 21,4 14,3
langsung Mencubit
Menjambak
Mendorong
Mencakar
Bullying Mengancam 40 25,7
verbal Memberi julukan
langsung Mengejek
Menyebarkan
gosip
Bullying non Sinis 28,6 18,6
verbal Menjulurkan lidah
Bullying
langsung Menampilkan
ekspresi muka
yang merendahkan
Bullying non Mendiamkan 10 41,4
verbal tidak seseorang
langsung Memanipulasi
persahabatan
sehingga menjadi
retak, Mengucilkan
atau mengabaikan
Mengirimkan surat
kaleng

Dari tabel di atas menunjukkan non verbal tidak langsung adalah 10%
bahwa siswa yang mendapatkan siswa laki-laki dan 41,4% perempuan.
perlakuan bullying fisik langsung Hasil yang diperoleh dari
adalah 21,4% siswa laki-laki dan pertanyaan terbuka menggambarkan
14,3% siswa perempuan, yang perilaku bullying yang terjadi pada
mendapatkan perlakuan bullying siswa SMP Negeri 2 Kebonsari
verbal langsung adalah 40% siswa menempatkan diri sebagai korban. Hal
laki-laki dan 25,7% siswa perempuan, ini dibuktikan dari jawaban yang
bullying non verbal langsung adalah peneliti peroleh bahwa siswa SMP
28,6% siswa laki-laki dan 18,6% Negeri 2 kebonsari sebagaian besar
siswa perempuan sedangkan siswa pernah menjadi korban bullying.
yang mendapatkan perlakuan bullying Bentuk perilaku bullying di sekolah ini

Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan


Konseling
Universitas PGRI Yogyakarta
G-COUNS Jurnal Bimbingan dan Konseling 6
Vol. 1 No. 1 Tahun 2016, ISSN. 2541-6782

sudah di jelaskan dalam pembahasan menjabarkan bentuk perilaku bullying


sebelumnya, namun peneliti akan lebih rinci.

Tabel 2.
Bullying Fisik Langsung

Sub Variabel Deskriptor Jenis Kelamin


Siswa Laki-laki Siswa Perempuan
(%) (%)
Memukul 11,4 2,8
Mencubit - 1,4
Bullying fisik
Menjambak - 5,7
langsung
Mendorong 10 -
Mencakar - 2,8

Dari tabel di atas menunjukkan siswa yang mengalami. Bagi siswa


bahwa siswa yang mendapatkan perempuang yang menjadi korban
perlakuan bullying fisik langsung bullying fisik langsung yaitu yaitu
yang dialami oleh siswa laki-laki yaitu memukul 2,8%, mencubit 1,4,
memukul 11,4%, mencubit tidak ada, menjambak 5,7, mendorong tidak ada
menjambak tidak ada, mendorong 7% siswa yang mengalami sedangkan
sedangkan mencakar tidak ada juga mencakar 2,8%.

Tabel 3.
Bullying Verbal Langsung

Sub Variabel Deskriptor Jenis Kelamin


Siswa Laki-laki Siswa Perempuan
(%) (%)
Mengancam 12,8 2,8
Bullying Memberi Julukan 14,2 1,4
verbal Mengejek 8,5 5,7
langsung Menyebarkan 4,2 11,4
Gosip

Dari tabel di atas menunjukkan gosip 4,2%. Bagi siswa perempuan


bahwa siswa yang mendapatkan yang menjadi korban bullying verbal
perlakuan Bullying verbal langsung langsung yaitu mengancam 2,8%,
yang dialami oleh siswa laki-laki yaitu memberi julukan 1,4%, Mengejek
mengancam 12,8%, memberi julukan 5,7%, Menyebarkan gosip 11,4%.
14,2%, Mengejek 8,5%, Menyebarkan
Tabel 4.
Bullying Non Verbal Langsung

Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan


Konseling
Universitas PGRI Yogyakarta
G-COUNS Jurnal Bimbingan dan Konseling 7
Vol. 1 No. 1 Tahun 2016, ISSN. 2541-6782

Sub Variabel Deskriptor Jenis Kelamin


Siswa Laki-laki Siswa Perempuan
(%) (%)
Sinis 11,4 10
Menjulurkan 2,8 8,5
Bullying non lidah
verbal Menampilkan 14,2 7,1
langsung ekspresi muka
yang
merendahkan

Dari tabel di atas menunjukkan muka yang merendahkan 8,5%.. Bagi


bahwa siswa yang mendapatkan siswa perempuan yang menjadi
perlakuan Bullying non verbal korban Bullying non verbal langsung
langsung yang dialami oleh siswa laki- yaitu sinis 10%, menjulurkan lidah
laki yaitu sinis 12,8%, menjulurkan 8,5%, Menampilkan ekspresi muka
lidah 14,2%, Menampilkan ekspresi yang merendahkan 7,1%.

Tabel 5.
Bullying Non Verbal Tidak Langsung

Sub Variabel Deskriptor Jenis Kelamin


Siswa Laki-laki Siswa Perempuan
(%) (%)
Mendiamkan 2,8 7,1
seseorang
Memanipulasi 7,1 8,5
persahabatan
Bullying non
sehingga menjadi
verbal tidak
retak
langsung
Mengucilkan atau - 2,8
mengabaikan
Mengirimkan - -
surat kaleng

Dari tabel di atas menunjukkan Mengucilkan atau mengabaikan dan


bahwa siswa yang mendapatkan mengirimkan surat kaleng tidak ada.
perlakuan Bullying non verbal tidak Bagi siswa perempuan yang menjadi
langsung yang dialami oleh siswa laki- korban Bullying non verbal tidak
laki yaitu mendiamkan seseorang langsung yang dialami oleh siswa
2,8%, memanipulasi persahabatan perempuan yaitu mendiamkan
sehingga menjadi retak 7,1%, seseorang 7,1%, memanipulasi

Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan


Konseling
Universitas PGRI Yogyakarta
G-COUNS Jurnal Bimbingan dan Konseling 8
Vol. 1 No. 1 Tahun 2016, ISSN. 2541-6782

persahabatan sehingga menjadi retak teridentifikasi bahwa tindakan


8,5%, Mengucilkan atau mengabaikan bullying verbal langsung lebih banyak
2,8% sedangkan yang mengirimkan dilakukan oleh siswa laki-laki
surat kaleng tidak ada, . sedangkan bullying non verbal tidak
Bullying yang terjadi di langsung banyak dilakukan oleh siswa
kalangan SMP 2 Kebonsari perempuan. Siswa yang menjadi
berlangsung di beberapa lokasi korban bullying biasanya memiliki
disekolah, baik yang dilakukan oleh kekurangan atau perbedaan baik
teman sekelas maupun kakak kelas. secara fisik ataupun materi, siswa
Perilaku bullying biasanya terjadi di yang tidak mau melakukan apa yang
kelas, kantin atau di toilet sekolah. diperintahkan oleh pelaku bullying,
Korban biasanya mendapat perlakuan siswa yang tidak bisa membela diri,
bullying saat jam istirahat, ketika ada siswa yang kesulitan dalam bergaul,
ulangan pelajaran, dan jam olahraga. serta siswa yang mengalami kesulitan
Perilaku bullying sangat meresahkan berkonsentrasi dalam mengikuti
siswa disekolah. Pelaku bullying pelajaran.
menunjukkan perilaku yang Perilaku bullying merupakan
mengancam, mengolok-ngolok sampai tindakan yang sangat berbahaya dan
korban bullying menangis, tidak boleh ditiru karena membawa
mengancam dan memukul hingga dampak traumatik luar biasa yang
keinginannya dipenuhi. dapat mempengaruhi kehidupan anak
Korban bullying ataupun remaja pada tahap
memperlihatkan reaksi yang beragam. perkembangan selanjutnya. Perilaku
Korban bullying biasanya bullying harus segera di hentikan
memperlihatkan reaksi ketakutan yang meskipun dalam mewujudkannya
akhirnya menuruti permintaan, membutuhkan bantuan dari berbagai
melapor ke guru setelah kejadian, elemen pendidikan seperti guru, siswa
minta tolong pada teman dan melapor sendiri, keluarga dan seluruh staf
ke orang tua. Hal lain yang ditemukan sekolah, sehingga bullying tidak
pada penelitian ini adalah terbukanya disikapi sebagai suatu tindakan wajar
peluang bagi siswa untuk menjadi dan bukan bentuk dari penyiksaan
pelaku bullying. Hal ini dibuktikan yang menimbulkan korban.
dengan adanya tindakan yang
membuat siswa menjadi takut
berangkat ke sekolah karena sering di SIMPULAN
ejek nama orang tua nya, dipaksa ikut Bullying adalah perilaku negatif
membolos dan dipaksa untuk mencuri seseorang atau sekelompok orang
jajan di kantin sekolah. yang dengan sengaja menyakiti
Hasil penelitian pada siswa- targetnya (korban) secara mental atau
siswi SMP Negeri 2 Kebonsari secara fisik. Perilaku bullying ini bisa

Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan


Konseling
Universitas PGRI Yogyakarta
G-COUNS Jurnal Bimbingan dan Konseling 9
Vol. 1 No. 1 Tahun 2016, ISSN. 2541-6782

dicegah selama semua yang terkait pemulihan yang melibatkan


dalam institusi/sekolah tersebut semua komponen yang terlibat
memiliki andil dan kepedulian untuk dalam proses belajar mengajar di
mengubah dan mencegah persoalan sekolah.
tersebut. Perilaku bullying di sekolah
dapat dicegah dengan adanya DAFTAR PUSTAKA
kerjasama antar anggota warga Ariesto, Asdrian, 2009, “Pelaksanaan
sekolah, meliputi kepala sekolah, guru Program Antibullying Teacher
Empowerment Program (TEP)
dan siswa.
Di Sekolah (Studi deskriptif
Perilaku bullying di Sekolah program Teacher Empowerment
Menengah Pertama (SMP) biasanya Program bagi guru di SMA
terjadi dalam bentuk bullying verbal “X”: Jakarta Selatan”, Skripsi
dan bullying non verbal secara tidak S-1 Fakultas Ilmu Sosial Dan
langsung. Pihak sekolah harus segera Ilmu Politik, Jakarta: Universitas
menghentikan segala bentuk perilaku Indonesia.
bullying meskipun dalam
Colorosa, B, 2007, Stop Bullying
mewujudkannya membutuhkan (Memutus Rantai Kekerasan
bantuan dari berbagai elemen Anak dari Prasekolah Hingga
pendidikan, sehingga bullying tidak SMU), Jakarta: Ikrar Mandiri
disikapi sebagai suatu tindakan wajar Abadi.
dan bukan bentuk dari penyiksaan
yang menimbulkan korban, karena Ehan, 2014. Bullying dalam Pendidikan.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/J
bullying dapat berdampak pada fisik UR._PEND._LUAR_BIASA/195
maupun psikis/psikologis korban 707121984032-
bullying. EHAN/BULLYING_DALAM_P
ENDIDIKAN.pdf. 3 Agustus
SARAN 2016.
1. Guru sebaiknya meningkatkan Riauskina, Intan Indira., Djuwita,
pemahaman mengenai bullying Ratna., Soesetio, Sri Rochani.
sehingga dapat mengetahui, 2005. ”Gencet-Gencetan” Di
mencegah dan menangani bullying Mata Siswa/Siswi Kelas I SMA
secara dini. : Naskah Kognitif Tentang Arti
2. Guru harusnya bertindak lebih Skenario, dan Dampak
”Gencet-Gencetan”. Jurnal
responsif ketika ada siswa yang Psikologi Sosial. Volume. 12.
dibully serta memberikan Nomor.01, September. Fakultas
bimbingan dan pengarahan kepada Psikologi Universitas Indonesia.
korban, pelaku, dan pengamat.
3. Sekolah perlu memiliki program Rudi, Tisna. 2010. Informasi Perihal
baik program pencegahan Bullying.Ebook. Diakses bulan
Maret 2015
maupun program intervensi
https://www.merdeka.com/perist

Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan


Konseling
Universitas PGRI Yogyakarta
G-COUNS Jurnal Bimbingan dan Konseling 10
Vol. 1 No. 1 Tahun 2016, ISSN. 2541-6782

iwa/usai-dihina-burik-oleh-
teman-kepala-siswi-sd-di-
bekasi-diduduki.html.

Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan


Konseling
Universitas PGRI Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai