Anda di halaman 1dari 5

DAMPAK PSIKOLOGIS BULLYING PADA REMAJA

Hanifatur Rizqi, Program Studi DIII Kebidanan Universitas Wiraraja


Email: hanierizqi7@gmail.com
Hosnu Inayati, Program Studi Profesi Ners Universitas Wiraraja
Email: lintangalfatih66@gmail.com

ABSTRAK
Sekolah merupakan lembaga pendidikan dan pengajaran untuk siswa dan guru. Lingkungan sekolah
dapat mempengaruhi perkembangan mental dan prestasi belajar siswa. Baik dan buruknya kondisi
lingkungan disekolah akan berpengaruh terhadap perkembangan siswa, perilaku bullying merupakan
salah satu perilaku negatif yang kerap terjadi dilingkungan sekolah. Bullying merupakan tindakan
agresif seseorang kepada target bullying dengan menyerang secara sengaja dan tanpa beban,
dilakukan secara berulang kali karena menganggap korban lemah, mudah diejek dan tidak dapat
membela diri. Perilaku bullying memberikan dampak serius terhadap perkembangan mental peserta
didik. Melihat permasalahan dan kenyataan yang terjadi, maka peneliti tertarik melakukan penelitian
dengan judu “ Dampak Psikologis Korban Bullying pada Remaja”
Metode penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan teknik purposive sampling didapatkan lima
informan untuk dilakukan pengambilan data. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa
periaku bullying yang terjadi pada siswa paling banyak berbentuk bullying secara fisik dan verbal.
Perlakuan bullying yang diterima oleh korban bullying menyebabkan gangguan secara fisik maupun
psikologis, korban bullying mengalami ketidak percayaan diri dan gangguan dalam bersosialisasi.
Itulah sebabnya, pentingnya penanganan dalam menghadapi bullying di lingkungan pendidikan,
salah satunya adalah dengan pemberian edukasi tentang kekerasan pada remaja.

PENDAHULUAN Bullying merupakan perilaku tidak baik


Sekolah adalah suatu lembaga atau atau menyimpang karena perilaku bullying
bangunan yang dipakai sebagai sarana aktivitas memberikan dampak serius terhadap
belajar mengajar bagi siswa dan guru sesuai perkembangan mental peserta didik. Fenomena
dengan jenjang pendidikannya. (KBBI, 2020) bullying menimbulkan kecemasan bagi
Terdapat banyak kegiatan atau aktifitas yang pendidik dan orang tua peserta didik. Terdapat
terjadi di dalam lingkungan sekolah, Selain beberapa penelitian tentang kasus bullying
kegiatan belajar mengajar yang merupakan dalam lingkungan sekolah di Indonesia, saah
kegiatan utama yang dilakukan oleh siswa dan satu penelitian tentang bullying di lingkungan
guru disekolah, kegiatan lainnya yang sekolah dilakukan oleh Amy Huneck (Amalia,
dilakukan adalah kegiatan ektrakulikuler yaitu 2010). Hasil penelitian didapatkan bahwa
kegiatan non akademik yang dilakukan sebanyak 10% – 60 % siswa sekolah di
dilingkungan sekolah dan umumnya dilakukan Indonesia, sedikitnya satu kali dalam seminggu
diluar jam belajar sekolah. mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan
Lingkungan sekolah dapat dari pelaku bullying baik berupa non fisik
mempengaruhi perkembangan mental dan seperti cemoohan, ejekan, pengucilan, atau
prestasi belajar siswa. Baik dan buruknya berupa perlakuan bullying menyakiti fisik
kondisi lingkungan disekolah akan seperti pemukulan ataupun dorongan.
berpengaruh terhadap perkembangan siswa. Sementara dalam penelitian lainnya yang
Watak dan batin manusia merupakan bagian dilakukan oleh Soedjojo tahun 2009,
dari manusia yang bukan bersifat jasmani, didapatkan bahwa siswa yang mengalami
mental sangat berhubungan dengan kedua hal tindakan bullying memiliki tingkat asertifitas
ini. Lingkungan sekolah yang buruk dapat rendah (Soendjojo, 2009). Sikap aserfatif
berpengaruh negative terhadap perkembangan rendah yang dimiliki suatu individu
mental siswa, seperti misal perbuatan bullying menimbulkan rasa cemas dan takut untuk
yang sedang marak terjadi pada peserta didik mempertahankan hak milik pribadinya, hal
di lingkungan sekolah. inilah yang kerap dirasakan oleh korban
bullying. Rasa takut yang dialami oleh siswa 3. Perilaku intimidasi non-verbal secara
korban bullying membuat korban enggan langsung: seperti memberikan
untuk melakukan perlawanan ataupun pandangan mata dengan sinis,
pembelaan saat perlakuan bullying terjadi. memberikan ekspresi wajah
Selain itu korban juga memiliki kekhawatiran merendahkan dan menjulurkan lidah,
bahwa dengan melawan pelaku bullying maka mencemooh, mengejek, atau
hanya akan meningkatkan perlakuan bullying mengancam; semua intimiasi non
pelaku terhadap korban. verbal ini biasanya diikuti dengan
Melihat keadaan tingkat pengaruh tindakan bullying yang dilakukan
tindakan bullying bagi peserta didik di secara lisan (verbal) dan tindakan fisik.
lingkungan sekolah, maka timbul suatu 4. Intimidasi non-verbal tidak langsung:
pertanyaan peneliti tentang pengaruh perilaku ini contohnya adalah
psikologis yang dialami korban bullying. melakukan manipulasi, menuduh
Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan seseorang melakukan tindakan yang
penelitian dengan judul “Dampak Psikologis tidak dilakukan, mendiamkan
Korban Bullying pada Remaja”. seseorang, sengaja mengabaikan dan
mengucilkan seseorang, meneror
PENGERTIAN BULLYING dengan mengirim surat kaleng.
Bullying memiliki arti suatu tidakan 5. Sexual Harrasment / Pelecehan
agresi atau kekerasan intimidasi baik berupa seksual: perilaku ini seperti melakukan
tindakan fisik ataupun non fisik dan dilakukan cat calling (siulan, panggilan dengan
secara berulang oleh seseorang atau anak yang maksud menggoda) kepada lawan jenis.
lebih kuat secara psikis dan fisik terhadap anak Perilaku ini terkadang dikategorikan
yang lebih lemah (Astuti, 2008). Definisi sebagai perilaku agresi fisik atau
lainnya diungkapkan oleh papalia (2007), verbal.
bullying adalah tindakan agresif seseorang Selain dari beberapa kategori tersebut,
kepada target bullying atau korban dengan terdapat aspek lain yang termasuk pada
menyerang secara sengaja dan tanpa beban, kategori bullying, seperti misal panggilan
dilakukan secara berulang kali karena tertentu yang tidak menyenangkan yang pelaku
menganggap korban lemah dan tidak dapat berikan kepada target bullyig, menggoda
membela diri. dengan menggunakan kalimat rayuan yang
Kategori perilaku bullying sesuai dimaksudkan untuk mengganggu korban (lebih
dengan kelompoknya terdiri dari ima kategori sering terjadi pada perempuan), selain itu
(Riauskina, 2005), yaitu: bullying juga bisa berupa tindakan mendorong
1. Perilaku intimidasi fisik kontak secara tubuh, menyerang dan melakukan pemukulan
langsung: perilaku ini termasuk seperti kepada korban dengan niatan ingin melukai,
menjambak, menggigit, memukul, perampasan harta dan benda korban dengan
menedang, mencubit, mengunci pemaksaan dan seringnya diikuti dengan
seseorang dalam ruangan, mencakar, tindakan fisik yang mengganggu, mengirimkan
memeras atau merebut barang orang surat kaleng yang berisi pesan mengancam
lain dan merusak barang orang lain. kepada target bullying.
2. Perilaku intimidasi verbal kontak
secara langsung: perilaku ini KORBAN BULLYING
diantaranya adalah sarkasme, mengejek Dalam suatu hasil studi (2003)
atau mencela, mencaci dan memaki, menunjukkan bahwa bullying dapat
mempermalukan, mengancam, berpengaruh terhadap konsentrasi saat siswa
mengganggu, merendahkan, belajar di sekolah dan hal ini menyebabkan
memanggil dengan sebutan (name- siswa korban bullying memiliki kecenderungan
calling) yang tidak disukai , untuk menghindari segala aktivitas di sekolah
mengintimidasi, dan menyebarkan baik itu proses belajar dikelas ataupun kegiatan
berita bohong. tambahan dalam bentuk apapun dikarenakan
memiliki perasaan khawatir, cemas dan bullying secara verbal). Sampel penelitian pada
ketakutan yang berlebih terhadap perilaku penelitian ini diperoleh sebanyak lima
bullying yang diterimanya. informan terdiri dari: tiga orang siswa di
Tindakan bullying yang dialami oleh SMPN 2 Pamekasan dan dua orang siswa di
seorang siswa secara berkepanjangan, lambat SMAN 5 Pamekasan. Metode pengambilan
laun akan mempengaruhi self-esteem yang data dilakukan dengan metode wawancara.
bersangkutan, self-esteem yang terganggu akan Analisis data memggunakan enam tahapan,
menyebabkan harga diri rendah sehingga antara lain: mengolah data, membaca
memunculkan perilaku menarik diri secara keseluruhan data, mendeskripsikan data, dan
sosial, isolasi sosia yang dilakukan oleh korban menyajikan kategorisasi data dalam bentuk
bullying akan menjadikan menjadikan siswa interpretasi (Cresswell, 2013)
rentan mengalami stress dan berkembang
menjadi depresi, dan dalam kasus ekstrim akan HASIL DAN PEMBAHASAN
meningkatkan kemungkinan terjadina tindakan Hasil analisis terhadap informan
bunuh diri. Hal ini sesuai dengan penelitian penelitian didapatkan bahwa lingkungan
Yushendra (2015), yang mengatakan bahwa sekolah, khususnya dikelas tempat informan
tindakan bullying yang diterima dapat memicu berada terdapat sebagian teman yang kerap kali
remaja korban bullying untuk berbuat nekat, melakukan perlakuan bullying pada informan
seperti membunh atau melalukan tindakan seperti memberikan ejekan pada informan,
melukai diri bahkan mengakhiri hidup. memanggil dengan nama julukan yang tidak
Dayakisni (2013) menjelaskan bahwa disukai informan, membicarakan keburukan
korban bullying akan mengalami kerugian, dan menyebarkan informasi tidak benar
baik berupa kerugian secara fisikal, psikis atau tentang informan. Informan mengatakan
mental, dan finansial. Perilaku bullying bahwa teman-teman tersebut melakukan
bertentangan dengan hak asasi manusia, karena perlakuan demikian dikarenakan menganggap
akibat dari tindakan bullying yang diterima perlakuan tersebut wajar dan informan tidak
korban bullying sangat mungkin mengalami marah dengan perlakuan pelaku.
penderitaan secara rohani dan jasmani. Hasil wawancara juga didapatkan,
Menurut Ma (2002), terdapat lima bullying yang hampir setiap hari didapatkan
karakteristik korban, antara lain: oleh para informan dilakukan saat pelaku
1. Karakter akademis: korban tidak lebih berada dikelas dan sedang bersama dengan
cerdas dari pelaku. pelaku bullying lainnya. Perilaku bullying
2. Karakter Sosial: korban memiliki dilakukan oleh pelaku secara bersama-sama.
hubungan erat dengan orang tua. Akibat dari perlakuan tersebut, para informan
3. Karakter mental: korban memiliki mengatakan mengalami penurunan
kepercayaan diri rendah dan kecemasan kepercayaan diri dan harga diri rendah, merasa
social tinggi. kesal, sedih, perasaan tertekan, dan rasa tidak
4. Karakter fisik: korban memiliki kelemahan nyaman. “Saya sedih dengan perlakuan teman-
fisik. teman saya tersebut, saya jadi tidak semangat
5. Karakter antar perorangan. ke sekolah karena saya takut nanti akan
mendapatkan hinaan dan ejekan lagi dari
METODE PENELITIAN mereka” demikian jawaban salah satu
Penelitian ini menggunakan metode informan saat ditanyakan perasaannya terkait
penelitian kualitatif. Pengambilan sampel perlakuan bullying yang diterimanya di
menggunakan tekhnik purposive sampling, sekolah.
yaitu pengambilan sampel penelitian yang Siswa yang kerap mengalami perlakuan
disesuaikan dengan kriteria penelitian yaitu tidak menyenangkan atau bullying disekolah,
remaja laki-laki atau perempuan berusia antara mengakibatkan turunnya harga diri dan
13 – 17 tahun, remaja yang mengalami atau kepercayaan dirinya. Percaya diri rendah akan
mendapat perlakuan bullying ( baik bullying menurunkan keberanian untuk mengutarakan
secara fisik, bullying secara psikis, dan perasaan yang dirasakan. Korban bullying
menunjukkan sikap menerima perlakuan saat istirahat ataupun saat mendapat tugas di
bullying yang dialami tanpa perlawanan, “saya jam kosong. Informan 1 dan 2 lebih memilih
takut untuk melawan tindakan bullying pelaku pergi kekantin untuk mengerjakan tugas
karena nantinya mereka akan semakin tersebut.
membully saya bu..” jawab informan Dukungan sosial yang adekuat
perempuan saat ditanyakan mengapa tidak cenderung akan meningkatkan stabilitas
melakukan perlawanan saat dibully. psikologis korban bullying. Dukungan sosial
Berbanding terbalik dengan informan laki-laki dapat berupa penerimaan terhadap kondisi
pada penelitian ini, yang mengatakan bahwa korban bulying, atau suatu perilaku
informan terkadang membalas perlakuan memberikan rasa nyaman, memberikan
bullying yang dilakukan oleh para pelaku perhatian dan penghargaan atas pencapaian
bullying. Perlakuan ini sesuai dengan teori seseorang dari individu lainnya. (Azizah,
yang disampaikan oleh Nevid (dalam Fiftina, 2011). Dukungan sosial yang terpenuhi akan
2010), bahwa umumnya wanita akan lebih menciptakan perasaan dicintai dan
mengalami kesulitan dalam bersikap secara diperhatikan, sehingga akhirnya berdampak
asertif misalnya dalam mengutarakan apa yang positif terhadap perkembangan psikologis
dipikirkan dan apa yang dirasakan seseorang. Teori ini sesuai dengan hasil
dibandingkan dengan laki-laki. Laki-laki lebih penelitian Tricahyani tahun 2014, didapatkan
mampu mengungkapkan secara terbuka hasil yang signifikan antara dukungan sosial
tentang perasaan yang dirasakan dan apa yang dengan penyesuaian diri pada remaja.
ada dalam pikirannya dibandingkan
perempuan. KESIMPULAN
Selain perbedaan jenis kelamin, Kesimpulan penelitian ini didapatkan
dukungan sosial dari keluarga, kerabat ataupun bahwa semua informan penelitian adalah
sahabat juga dapat mempengaruhi respon merupakan korban bullying. Perlakuan
seseorang dalam menghadapi bullying. Pada bullying yang dialami paling banyak adalah
penelitian ini, informan dengan nomor bullying secara lisan (verbal) dan fisik.
informan 3, 4, dan 5 mengatakan mendapatkan Perlakuan bullying dilakukan karena pelaku
dukungan dari orang terdekatnya yaitu ibunya. menganggap perlakuan tersebut wajar dan
“Kalau dirumah, Saya dekat dengan ibu saya. korban tidak marah dengan perlakuan bullying
Jika saya sedang bersedih dan sehabis yang dilakukan. Bentuk bullying yang diterima
diganggu teman-teman, saya terkadang informan adalah seperti memberikan ejekan
bercerita pada ibu saya. Ibu saya selalu pada informan, memanggil dengan nama
menasehati saya, beliau bilang saya tidak boleh julukan yang tidak disukai informan,
bersedih. Saya harus berani untuk mengatakan membicarakan keburukan dan menyebarkan
pada teman-teman yang mengganggu saya, informasi tidak benar tentang informan.
kalau saya tidak suka dengan perlakuan Perlakuan bullying mengakibatkan korban
mereka. Dan menyuruh saya untuk mengalami penurunan kepercayaan diri dan
memperlakukan teman-teman dengan baik” harga diri rendah, merasa kesal, sedih,
kata informan nomor 3. Bentuk dukungan perasaan tertekan, dan rasa tidak nyaman.
tersebut memberikan informan rasa nyaman Jenis kelamin dan dukungan sosial
dan rasa dilindungi. Informan nomor 3, 4, dan adalah beberapa hal yang dapat berpengaruh
5 menyelesaikan masalah disekolah dengan terhadap cara informan berespon terhadap
membuktikan kepada pelaku bullying, bahwa perlakuan bullying yang diterima. Informan
perlakuan bullying yang telah dilakukan adalah wanita lebih mengalami kesulitan dalam
suatu tindakan yang tidak baik dan tidak bisa mengutarakan apa yang dipikirkan dan apa
dibenarkan. Namun tindakan berbeda yang dirasakan dibandingkan dengan informan
dilakukan oleh informan 1 dan 2, dimana laki-laki. Sehingga remaja putri korban
informan tidak mendapat dukungan dari orang bullying lebih memilih untuk menyimpan
terdekat dan keluarga. Informan 1 dan 2 perasaan tidak nyaman saat mendapatkan
memilih untuk menghindar dari teman-teman perlakuan bullying dari pelaku. Selain itu,
dukungan sosial juga berpengaruh terhadap Creswell, J. W. (2013). Research Design
respon sesorang dalam menghadapi bullying. Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed.
Dukungan sosial yang adekuat dari keluarga Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
dan orang terdekat cenderung akan Dayaskini, Tri. dan Novalia. (2013).
meningkatkan stabilitas psikologis korban Perilaku Asertif dan Kecenderungan Menjadi
bullying. Korban
Bullying. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 01
SARAN (01), 169-175
Berdasarkan hasil penelitian, saran dari Ma, X. (2002). Bullying and Being Bullied: To
penulis adalah sebagai berikut : What Extent Are Bullies Also Victim?
1. Bagi korban bullying, untuk dapat America education Research Journal. 38, 351-
bersikap terbuka terhadap keluarga dan 370
teman dilingkungan sekolah. Siswa Riauskina, I.I., Djuwita, R., dan Soesetio, S. R.
dapat mulai mengikuti kegiatan yang (2005). ”Gencet-gencetan” di mata
dapat meningkatkan hubungan siswa/siswi kelas 1 SMA: Naskah kognitif
psikososial dengan teman sebayanya tentang arti, skenario, dan dampak ”gencet-
seperti kegiatan ekstrakulikuler gencetan”. Jurnal Psikologi Sosial ,12 (1), 1-13
2. Bagi orangtua, agar membangun Soendjojo, D. (2009). Mengajarkan Asertifitas
hubungan yang lebih adekuat dengan Pada Remaja. Jurnal Psikologi, 4(3), 5-7
anak serta memperhatikan
Tricahyani, Ida Ayu (2014) Hubungan Antara
perkembangan anak.
Dukungan Sosial Dengan Penyesuaian Diri
3. Bagi sekolah dan guru, untuk selalu
pada Remaja Awal di Panti Asuhan Kota
memberikan perhatian kepada anak
didik khususnya disetiap kegiatan yang Denpasar. Jurnal Psikologi Udayana
dilakukan dilingkungan sekolah. Guru
dapat memberikan dukungan psikologis
dan membantu siswa dalam
meningkatkan konsep diri yang positif
khususnya pada siswa yang mengalami
kesulitan dalam bersosialisasi.
4. Bagi peneliti selanjutnya, agar dapat
melakukan penelitian tentang tema
yang sama dengan lingkup yang lebih
luas sehingga hasil penelitian bisa lebih
baik baik dari penelitian sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA
Adilla, Nissa. (2009). Pengaruh Kontrol Sosial
Terhadap Perilaku Bullying Pelajar di Sekolah
Menengah Pertama.Jurnal Krimonologi
Indonesia, 5(1), 56-66
Amalia, Dina. (2010). Hubungan Persepsi
Tentang Bullying Dengan Intensi Melakukan
Bullying Siswa SMA Negeri 82 Jakarta.
Skiripsi (diterbitkan).Jakarta: Fakultas
Psikologi. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah
Azizah, L. (2011) Keperawatan Lanjut Usia,
Yogyakarta : Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai