Anda di halaman 1dari 7

Self Esteem pada Siswa Korban Bullying, Pelaku Bullying

SELF ESTEEM PADA SISWA KORBAN BULLYING, PELAKU BULLYING

Alfian Shahril Aziz


Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya
alfian.17010014053@mhs.unesa.ac.id
Dr. Elisabeth Christiana M.Pd.
Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya
elisabethchristiana@unesa.ac.id

Abstrak
Setiap individu pasti memiliki self esteem pada dirinya karena hal ini berkaitan dengan membentuk identitas diri
dan memiliki kaitan erat dengan dunia remaja dalam menilai atau mengevaluasi diri. Korban maupun pelaku
bullying akan memiliki tingkat self esteem yang berbeda-beda, karena setiap individu memiliki penilaian diri yang
berbeda. Maka dari itu tujuan penelitian ini adalah untuk menguji perbedaan tingkat self esteem siswa korban
bullying dan pelaku bullying kelas XI MA Roudlotul Banat Taman Sidoarjo. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian deskriptif komparatif dengan pendekatan kuantitatif. Subjek penelitian ini adalah
siswa kelas XI MA Roudlotul Banat Taman Sidoarjo. Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti
menggunakan kuisioner psikologis self esteem yang telah melalui uji validitas dan reliabilitas. Dalam uji validitas
didapatkan hasil 40 item dinyatakan valid dan terdapat 8 item dinyatakan tidak valid.Teknik pengambilan sampel
adalah purposive sampling, sehingga siswa yang dipilih sesuai kriteria dalam penelitian ini adalah 6 siswa korban
bullying dan 4 siswa pelaku bullying. Teknik analsis data yang digunakan pada penelitian ini adalah uji Mann-
Whitney. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,01 < 0,05. Maka dapat
dinyatakan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan
tingkat self esteem siswa korban bullying dengan pelaku bullying.
Kata kunci : Korban Bullying, Pelaku Bullying, Self-Esteem

Abstract
Every individual must have self-esteem in himself because this is related to forming self-identity and has a close
relationship with the world of adolescents in assessing or evaluating themselves. Victims and perpetrators of
bullying will have different levels of self-esteem because each individual has a different self-assessment.
Therefore the purpose of this study was to examine the differences in the level of self-esteem of students who
were victims of bullying and those who bullied class XI MA Roudlotul Banat Taman Sidoarjo. The method used
in this research is descriptive comparative research with a quantitative approach. The subjects of this study were
students of class XI MA Roudlotul Banat Taman Sidoarjo. Data collection techniques were carried out by
researchers using psychological self-esteem questionnaires that have been tested for validity and reliability. In the
validity test, the results obtained were 40 items declared valid and 8 items declared invalid. The sampling
technique was purposive sampling, so the students selected according to the criteria in this study were 6 students
who were victims of bullying and 4 students who were perpetrators of bullying. The data analysis technique used
in this study is the Mann-Whitney test. The results of this study indicate the value of Asymp. Sig. (2-tailed) of
0.01 <0.05. Then it can be stated that Ho is rejected and Ha is accepted. Thus it can be said that there are
differences in the level of self-esteem of students who are victims of bullying and those who do it.
Keywords: Victims of bullying, perpetrators of bullying, self-esteem

Suasana yang kondusif dapat dipengaruhi oleh


PENDAHULUAN
semua komponen pendidikan yang berperan dalam
Perubahan zaman yang semakin pesat
mengantarkan siswa untuk mencapai tujuan yang
perkembangannya telah membawa banyak sekali
diharapkan. Namun yang terjadi dilapangan adalah
dampak di berbagai aspek kehidupan, termasuk di
tidak semua tujuan dari pendidikan telah tercapai
dunia pendidikan. Suasana yang kondusif
sepenuhnya, karena masih terdapat beberapa kasus
merupakan salah satu ciri pendidikan yang efektif.
penyimpangan perilaku kekerasan yang dilakukan

96
Self Esteem pada Siswa Korban Bullying, Pelaku Bullying

kalangan remaja yang patut dijadikan perhatian oleh 2019); (b) Bullying secara sosial, tindakan ini
berbagai pihak. mengakibatkan rusaknya reputasi seseorang atau
Dari berbagai macam permasalahan yang hubungan. Intimidasi sosial ini misalnya, mengajak
ada di lingkungan sekolah seringkali masih dijumpai anak-anak lain untuk tidak berteman dengan
perilaku bullying. Perilaku bullying telah menjadi sesorang, menyebarkan rumor tentang seseorang,
menjadi masalah yang sering dijumpai di sekolah. mempermalukan seseorang di depan umum (Nasir,
Perilaku bullying sendiri telah menjadi bagian dari 2018); (c) Cyberbullying, yaitu Bullying
dinamika sekolah dalam kurun waktu yang cukup menggunakan telepon seluler atau internet. Bentuk
lama. Berdasarkan catatan KPAI selama tahun 2021 dan metode tindakan Cyberbullying berupa pesan
sendiri masih tercatat 17 kasus bullying yang ancaman melalui email, mengunggah foto yang
melibatkan siswa dan pendidik (KPAI, 2021). mempermalukan korban, membuat status web untuk
Secara umum bullying lebih dikenal dengan istilah menyebar fitnah dan mengolok-olok korban hingga
pengolok-olokan, pengucilan, intimidasi. Bullying mengakses akun jejaring sosial orang lain untuk
biasanya dilakukan seseorang yang merasa dirinya mengancam korban dan membuat masalah (Nasir,
lebih kuat atau berkuasa kepada korbannya yaitu 2018); (d) Bullying secara fisik, tindakan ini
seseorang yang lebih lemah atau kurang percaya menyakiti seseorang secara fisik, intimidasi fisik ini
diri. meliputi misalnya, memukul, menggigit,
Sebuah tindakan dapat dikategorikan mendorong, menjambak, menginjak, mencubit,
perilaku bullying jika diniatkan untuk melukai atau mencakar, memeras, menjewer dan mecekik
mencederai target (Chakrawati, 2015). Tidak hanya (Hertinjung, 2013).
melukai secara fisik, tetapi juga psikis. Saat target Perilaku bullying tentunya merupakan
terluka, pelaku akan merasa senang melihat sebuah kasus kekerasan yang mencoreng citra
penderitaan targetnya. Pendapat yang hampir sama pendidikan yang dimana setiap perilaku agresif,
juga dikemukakan oleh Priyatna dalam (Andri, apapun bentuknya pasti memiliki dampak buruk
2010) Bullying merupakan perilaku agresif dengan bagi korbannya. Hal ini disebabkan adanya
menyakiti, mendominasi dengan unsur kesengajaan ketidakseimbangan kekuasaan sehingga korban
baik secara fisik maupun psikis, serta dilakukan merasa tidak berdaya karena tidak dapat melakukan
dengan cara berulang-ulang. perlawanan.
Bullying “merupakan tindak kekerasan Berdasarkan wawancara yang telah
yang di lakukan oleh seorang siswa atau sekelompok dilakukan kepada 27 siswa dan 7 guru di MA
siswa terhadap teman sebayanya” (Wiyani, 2012). Roudlotul Banat. Diketahui bahwa masih terdapat
Bullying dapat terjadi dalam setiap konteks dimana beberapa kasus bullying yang terjadi di sekolah.
manusia berinteraksi satu sama lain, seperti sekolah, Terdapat kasus bullying secara sosial seperti
keluarga, tempat kerja, rumah dan lingkungan. dikucilkan oleh satu kelasnya sehingga
Bullying lebih pada perasaan superior, mengakibatkan siswa keluar dari sekolah karena dia
sehingga seseorang merasa memiliki hak untuk tidak tahan dengan bullying yang dia alami.
menyakiti, menghina atau mengendalikan orang lain Terdapat juga kasus yang tidak berdampak parah
yang dianggap lemah, rendah, tidak berharga, dan yaitu hanya mengakibatkan siswa menjadi lebih
tidak layak untuk mendapatkan rasa untuk pendiam dan enggan untuk maju berpendapat
menyakiti, menghina atau mengendalikan orang lain dikelas.
yang dianggap lemah, rendah, tidak berharga, dan Berdasarkan informasi tersebut diketahui
tidak layak untuk mendapatkan rasa hormat. terdapat beberapa dampak yang bisa dialami oleh
Bullying merupakan perilaku yang harus dicegah korban bullying yaitu mengalami berbagai macam
terhadap perbedaan dan kebiasaan(Galih, 2020). gangguan yang meliputi kesejahteraan psikologis
Terdapat beberapa jenis bullying yang rendah, dimana korban akan merasa tidak
diantaranya seperti: (a) bullying secara verbal, nyaman, takut, rendah diri, serta dampak yang
misalnya dengan cara berkata-kata atau menuliskan dominan yaitu korban merasa tidak berharga
sesuatu yang bermuatan sindiran, mengejek, sehingga terjadi penyesuaian sosial yang buruk
komentar yang tidak pantas, mengancam, dimana korban merasa takut ke sekolah bahkan tidak
mempermalukan, member panggilan nama yang mau pergi sekolah lagi. Siswa yang yang dibully
buruk, mencela, memaki, memarahi, membentak, secara berulang-ulang akan timbul penilaian diri
memerintah, menyebarkan gosip (Wakhid et al., yang rendah pada dirinya sendiri maupun orang lain.

97
Self Esteem pada Siswa Korban Bullying, Pelaku Bullying

Hal tersebut akan menyebabkan siswa menarik diri jika memiliki self esteem yang kurang. Self esteem
dari lingkungan pergaulannya. Dalam psikologi merupakan salah satu komponen penting bagi
penilaian terhadap diri sendiri dikenal dengan istilah pertumbuhan dan perkembangan individu.
self esteem. Berdasarkan penelitian oleh (Maria &
Self esteem adalah suatu proses membentuk Novianti, 2016) yang meneliti tentang Pengaruh
identitas diri dan memiliki kaitan erat dengan dunia Pola Asuh Dan Bullying Terhadap Harga Diri (Self
remaja yang menilai atau mengevaluasi diri. esteem) Pada Anak Kelompok B TK Di Kota
Perkembangan self esteem pada seorang remaja akan Pekanbaru Tahun 2016, menunjukkan bahwa tingkat
menentukan keberhasilan maupun kegagalannya di Self esteem pelaku bullying lebih tinggi dari pada
masa mendatang (Santrock, 2003). Siswa yang tingkat Self esteem korban bullying. Dibuktikan juga
memiliki self esteem tinggi secara otomatis akan dalam penilitian Pengaruh Social Support dan Self-
memiliki rasa percaya diri yang tinggi, rasa Esteem terhadap Subjective Well-Being Remaja
optimisme yang tinggi, rasa berguna serta rasa Korban Bullying di Pondok Pesantren yang
bahwa kehadirannya diperlukan di lingkungannya. dilakukan oleh (Rahmanillah et al., 2018)
Selain itu remaja yang memiliki self esteem dapat didapatkan bahwa korban bullying memiliki tingkat
mencapai prestasi yang dia dan kebanyakan orang self esteem yang rendah dari pada tingkat self esteem
idamkan, dan pada tahapan selanjutnya, remaja akan pelaku bullying.
termotivasi secara bersungguh-sungguh untuk Berdasarkan latar belakang yang telah
mencapai apa yang dicita-citakan. Sementara itu dipaparkan, rumusan masalah pada penelitian ini
remaja dengan self esteem rendah akan lebih rentan adalah “apakah terdapat perbedaan tingkat self
berperilaku negatif karena self esteem dapat esteem pada korban bullying dengan pelaku bullying
mempengaruhi perilaku seseorang (Clemes & Bean, di MA Roudlotul Banat Taman Sidoarjo?”
2012)
Siswa yang sering mendapat perlakuan METODE PENELITIAN
bullying akan mengakibatkan penilaian negatif Jenis penelitian yang akan dilakukan
terhadap dirinya dan orang lain. Penilai tersebut berdasarkan rumusan masalah dan tujuan dari
seperti siswa menganggap bahwa dirinya tidak penelitian ini adalah metode deskriptif komparatif
berguna dikarenakan lingkungannya selalu dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian
meremehkan dia. Sehingga siswa korban bullying komparatif adalah penelitian yang difokuskan untuk
akan menjauh dari lingkungannya. Penilaian membandingkan beberapa variabel terikat dengan
terhadap diri sendiri maupun orang lain ini biasa beberapa kelompok subjek memberikan pengaruh
disebut dengan harga diri. Self esteem pada remaja yang berbeda (Sugiyono, 2017).
sering dikaitkan dengan pencarian identitas diri Peneliti memilih metode kuesioner untuk
dengan berusaha mencari status sebagai seorang memperoleh data yang dibutuhan dan sesuai dengan
yang berdiri sendiri tanpa bantuan orang tua tujuan penelitian. Dalam kuisioner ini disediakan 2
(Mujiyati, 2015). alternatif jawaban yaitu Ya dan Tidak. Item dalam
Menurut para ahli Lautser sebagai dikutip pernyataan kuisioner tersebut terdiri dari item-item
oleh (Komalasari et al., 2011), bahwasannya Self yang favorable atau item yang menilai positif
Esteem merupakan suatu sikap atau keyakinan atas terhadap pernyataan dalam kuisioner tersebut dan
kemampuan diri sendiri sehingga dalam tindakan- item-item yang unfavorable atau item yang menilai
tindakanya tidak terlalu cemas, merasa bebas untuk negatif terhadap pernyataan dalam kuisioner
melakukan hal-hal yang sesuai dengan keinginan tersebut.
dan tanggung jawab atas perbuatanya, sopan dalam
berinteraksi dengan orang lain, memiliki dorongan, Subjek Penelitian
prestasi serta dapat mengenal kelebihan dan Pada penilitan ini teknik pemilihan sampel
kekurangan diri sendiri. Lauser menggambarkan yang digunakan adalah purposive sampling.
bahwa orang yang mempunyai kepercayaan diri Purposive sampling digunakan untuk mencari
memiliki ciri-ciri tidak mementingkan diri sendiri sampel yang sesuai dengan kriteria yang sudah
(toleransi) , tidak membutuhkan dorongan orang ditentukan sebelumnya oleh peniliti (Priyono,
lain, optimis dan bergembira (Marwan, 2013). 2016). Sampel yang diambil pada penelitian ini
Kesuksesan dibidang apapun tidak akan adalah 6 siswa korban bullying dan 4 siswa pelaku
mungkin dicapai oleh seseorang dengan cara mudah bullying kelas XI IPS MA Roudlotul Banat Taman
Sidoarjo. Sampel tersebut didapatkan dari hasil

98
Self Esteem pada Siswa Korban Bullying, Pelaku Bullying

kuisioner yang diberikan kepada siswa yang Hasil dari uji validitas item diketahui bahwa dari 48
dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling MA item terdapat 8 item pernyataan yang tidak valid.
Roudlotul Banat Taman Sidoarjo. Sehingga jumlah item yang harus diisi oleh subjek
sebanyak 40 item.
Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan Skala Psikologis Self esteem
instrumen self esteem. Pengumpulan data pada Indikator No item
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Prediktor
(+) (-)
observasi serta instrumen yang sudah melalui tahap 1. Menerima 1.1 Mensyukuri
uji validitas dan reliabilitas. Instrumen yang diri sendiri Kelebihan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen dimiliki 24 10
psikologis self esteem. Instrumen ini digunakan 1.2 Menyadari
Kekurangan pada
untuk mengukur perasaan konseli dan diri 19
menggambarkan karakter konseli. Indikator pada 1.3 Menerima
Instrumen psikologis self esteem yang disurun Kekurangan yang
dimiliki 34 7
mengacu pada (Maliana, 2016). Instrumen
2. Berfikir 2.1 Tidak
penelitian ini disusun mengacu pada skala guttman. positif membanding-
Instrumen ini memiliki dua pilihan jawaban yaitu Ya bandingkan
dan Tidak. Instrumen terdiri dari dua jenis penyataan dengan orang
lain 28 3,41
yaitu pernyataan favorable dan pernyataan
2.2 Tidak iri
unfavorable. Pernyataan favorable menggambarkan dengan
perilaku yang mendukung variabel yang diukur, kehidupan orang
sedangkan pernyataan Unfavorable lain 5,36
3. Memiliki 3.1 Memiliki
menggambarkan perilaku yang tidak mendukung aktivitas jadwal kegiatan
variabel yang diukur. Di bawah ini merupakan yang sehari-hari 12,37
penentuan skor pada instrumen skala psikologis self cenderung 3.2 Yakin dapat
esteem : untuk melakukan hal-
memperbaiki hal baik 2 4,48
Skor Skala Psikologis Self esteem diri 3.3 Bertanggung
Alternatif Skor jawab dengan
Jawaban Favorable Unfavorable diri sendiri 20,23
3.4 Pekerja keras
Ya 1 0
dalam mencapai
Tidak 0 1 keinginan 16 13
4. Evaluasi 4.1 Melakukan
Sebelum dilakukan penyebaran instrumen diri introspeksi diri
ketika gagal 38
kepada subjek, peniliti akan melakukan uji validitas 4.2 Tidak mudah
dan uji reliabilitas instrumen. Berikut hasil uji putus asa/
reliabilitas instrumen : Optimis 4 26
4.3 Menerima
masukan dari
Uji Reliabilitas orang lain 11
Cronbach's Alpha N of items 5. Aktif 5.1 Mampu
disekitar bersosialisasi
0,715 48 lingkungan dengan baik 43 44
5.2 Mudah
Jika nilai Cronbach’s Alpa > 0,60 maka bergaul dengan
teman 32
instrumen dinyatakan reliabel, dan jika nilai 6. Percaya 6.1 Yakin akan
Cronbach’s Alpha < 0,60 maka instrumen dengan kemampuan diri 9,27
dinyatakan tidak reliabel. Berdasar tabel hasil uji kemampuan
6.2 Berusaha
yang dimiliki
reliabilitas dapat diketahui bahwa nilai Cronbach’s melakukan yang
Alpha 0,715 > 0,60 maka instrumen dapat terbaik 17,31
7. 7.1 Mudah
dinyatakan reliabel. Penyesuaian menyesuaikan
diri dengan diri 22 6
Item yang dikatakan valid adalah item yang lingkungan 7.2 Memiliki rasa
menunjukkan nilai signifikansi Pearson < 0,05. toleransi 14

99
Self Esteem pada Siswa Korban Bullying, Pelaku Bullying

8. Berani 8.1 Berani rata pelaku bullying. Dengan demikian dapat


Mengambil mengemukakan disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan
Resiko pendapat 1,25 (nyata) antara rata-rata self esteem siswa korban
8.2 Dapat bullying dan pelaku bullying.
mengambil
keputusan
dengan bijak 30,45
Tabel U Mann-Whitney Test
Test Statisticsa
8.3 Berani
mengambil Korban Bullying
resiko 33
9. 9.1 menghargai Mann-Whitney U 0
Menghargai usaha yang telah
keberhasilan dilakukan 46 Wilcoxon W 21
yang diraih 9.2 menghargai
keberhasilan Z -2,574
yang telah
dicapai 42 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,01

Exact Sig. [2*(1-tailed


Teknik Analisis Data Sig.)] ,010b
Tes statistik yang digunakan dalam
a Grouping Variable: Pelaku Bullying
penilitian ini adalah uji beda dengan bantuan
pengolah data SPSS 25. Dalam penelitian ini data b Not corrected for ties.
bersifat non parametrik sehingga analisis data yang
Berdasarkan output “Test Statistics” dalam
digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Mann
uji Mann-Whitney diatas dapat diketahui bahwa nilai
Whitney. Uji ini digunakan untuk mengetahui ada Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,01 < 0,05. Oleh
tidaknya perbedaan rata-rata tingkat Self-Esteem karena itu, sebagaimana dasar pengambilan
siswa korban bullying dan pelaku bullying. Dengan keputusan uji Mann-Whitney di atas dapat
hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut dinyatakan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.
: Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat
perbedaan tingkat self esteem siswa korban bullying
Ha : terdapat perbedaan rata-rata tingkat Self-Esteem
dengan pelaku bullying. Karena terdapat perbedaan
siswa korban bullying dengan pelaku bullying kelas yang signifikan rata-rata korban bullying dan pelaku
XI MA Roudlotul Banat Taman Sidoarjo bullying maka rumusan masalah penelitian dapat
Ho : tidak terdapat perbedaan rata-rata tingkat Self- terjawab yakni “Terdapat perbedaan rata-rata
Esteem siswa korban bullying dengan pelaku tingkat Self-Esteem siswa korban bullying dengan
bullying kelas XI MA Roudlotul Banat Taman pelaku bullying”.
Sidoarjo
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian telah
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil didapatkan bahwa tingkat self esteem korban
Setelah dilakukan perhitungan dengan alat bullying berbeda dan lebih rendah dari pada tingkat
bantu SPSS 25 didapatkan hasil seperti dibawah ini: self esteem pelaku bullying. Seperti pada penelitian
(Irmayanti, 2016) bahwa tingkat self esteem siswa
Tabel Rank dapat dipengaruhi oleh perlakuan yang dia dapatkan
Ranks (bullying).
Mean Sum of
Hasil yang disajikan pada penelitian ini
Pelaku Bullying N Rank Ranks
Korban Korban dapat mendukung penelitian-penelitian terduhulu
Bullying Bullying 6 3,5 21 seperti pada penilitian (Rahmanillah et al., 2018) .
Pelaku Bullying 4 8,5 34 Pengaruh Social Support dan Self-Esteem terhadap
Total 10 Subjective Well-Being Remaja Korban Bullying di
Pondok Pesantren. Begitu juga dengan penilian oleh
Berdasarkan output “Tabel Rank” diatas (Pratiwi et al., 2021) yang meneliti tentang
diketahui nilai Mean Rank dari korban bullying Hubungan Kejadian Bullying dengan Self esteem
adalah sebesar 3,5 dan Sum of Ranks sebesar 21. (Harga Diri) dan Resiliensi pada Remaja. Penelitian
Nilai Mean Rank Pelaku Bullying adalah sebesar 8,5
yang relevan dengan penelitian ini dapat
dan nilai Sum of Ranks sebesar 34. Berdasarkan
hasil tersebut dapat diartikan bahwa nilai rata-rata memperkuat data tentang self esteem korban
korban bullying lebih rendah dari pada nilai rata- bullying dan pelaku bullying untuk dijadikan dasar

100
Self Esteem pada Siswa Korban Bullying, Pelaku Bullying

penelitian selanjutkan ketika menghadapi bullying berbeda-beda. Sehingga dapat


permasalahan yang serupa. membantu guru Bimbingan dan Konseling
Tingkat self esteem korban maupun pelaku dalam menangani permasalahan bullying di
bullying berbeda-beda tentunya diperngaruhi oleh sekolahnya.
beberapa faktor. Seperti penilaian terhadap diri 2. Bagi peneliti lain
sendiri sehingga individu memiliki keyakinan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi
terhadap dirinya. Penilaian diri sangat berpengaruh referensi peneliti lain mengenai tingkat self
pada self esteem individu karena seseorang yang esteem korban maupun pelaku bullying
memiliki penilaian buruk terhadap dirinya akan sehingga dapat mempermudah dalam
cenderung berperilaku buruk maupun berpikiran melakukan penelitian selanjutnya.
yang tidak baik terhadap dirinya. Maka dari itu
banyak individu yang menarik diri dari lingkungan
karena ia merasa tidak baik ataupun tidak pantas
berada di lingkungan tersebut. Begitupun DAFTAR PUSTAKA
sebaliknya, jika seseorang memiliki penilaian diri
yang baik. Maka ia akan memiliki dampak positif
Andri, P. (2010). Lets End Bullying: Memahami,
bagi dirinya maupun lingkungannya.
Mencegah & Mengatasi Bullying. Jakarta:
Pelaku bullying dapat dikatakan memiliki elex media komputindo.
penilaian yang buruk terhadap dirinya sehingga ia Chakrawati, F. (2015). Bullying siapa takut. Solo:
melakukan hal yang buruk pula pada Tiga Ananda.
lingkungannya. Hal ini berdampak pada korban Clemes, H., & Bean, R. (2012). Membangkitkan
bullying yang mendapatkan perlakuan tidak baik Harga Diri Anak. Alih Bahasa: Anton.
Adiwiyoto. Jakarta: Mitra Utama. Engel, JF,
sehingga ia merasa tidak baik pula karena
Blackw, RD, & Miniard, DW.
pembullyan yang dialami. Galih, A. R. (2020). Pengaruh Layanan Informasi
Tingkat self esteem pelaku dan korban Untuk Meningkatkan Pengetahuan Tentang
bullying tentunya berbeda sesuai dengan bagaimana Bahaya Bullying Pada Peserta Didik Kelas
ia menilai maupun mengevaluasi dirinya sendiri. VIII MTS Negeri 1 Pringsewu Tahun Ajaran
Sehingga pada penelitian ini didapatkan hasil 2019/2020. UIN Raden Intan Lampung.
perbedaan tingkat self esteem pada pelaku bullying Hertinjung, W. S. (2013). Bentuk-bentuk perilaku
bullying di sekolah dasar.
dan korban bullying.
Irmayanti, N. (2016). Pola asuh otoriter, self esteem
dan perilaku bullying. Jurnal Penelitian
PENUTUP Psikologi, 7(1), 20–35.
Simpulan Komalasari, G., Wahyuni, E., & Karsih. (2011).
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui Teori dan Teknik Konseling. PT INDEKS.
hasil analisis data menggunakan “Independent KPAI. (2021). Catatan Akhir Tahun KPAI: Masih
Samples Test” dengan nilai sig. (2-tailed) sebesar Banyak Kasus Bullying Berujung Korban
Meninggal.
0,00 < 0,05. Sehingga didapatkan hasil Ho ditolak
https://kumparan.com/kumparannews/catatan
dan Ha diterima. Maka dapat ditafsirkan hipotesis -akhir-tahun-kpai-masih-banyak-kasus-
berbunyi terdapat perbedaan rata-rata tingkat Self- bullying-berujung-korban-meninggal-
Esteem siswa korban bullying dengan pelaku 1xCdQQVB9QH/1
bullying kelas XI MA Roudlotul Banat Taman Maliana, F. A. (2016). Perbedaan Harga Diri (Self
Sidoarjo. esteem) Siswa Antara Pola Asuh Orang Tua
Otoriter Dengan Demokratis Kelas X Di
SMA Negeri 1 Kedungwuni Kab. Pekalongan
Saran Tahun Ajaran 2015/2016. Empirical Study in
Berdasarkan penelitian yang telah Indonesia Pharmaceutical Firms. Systematic
dilaksanakan beberapa saran diberikan oleh peneliti Reviews in Pharmacy, 11(2), 545–554.
kepada pihak-pihak terkait sebagai berikut : Maria, I., & Novianti, R. (2016). Pengaruh Pola
1. Guru BK Asuh dan Bullying terhadap Harga Diri (Self
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat esteem) pada Anak Kelompok B Tk di Kota
Pekanbaru Tahun 2016. Jurnal Educhild:
menjadi informasi untuk guru Bimbingan
Pendidikan Dan Sosial, 6(1), 61–69.
dan Konseling agar mengetahui tingkat self Marwan, D. (2013). Hubungan percaya diri siswa
esteem korban bullying maupun pelaku dengan hasil belajar geografi kelas XI IPS di

101
Self Esteem pada Siswa Korban Bullying, Pelaku Bullying

SMA N 1 Bayang Kabupaten pesisir selatan. Esteem terhadap Subjective Well-Being


Jurnal Pendidikan Geografi, 1(01). Remaja Korban Bullying di Pondok
Mujiyati, M. (2015). Peningkatan Self esteem Pesantren. Intuisi: Jurnal Psikologi Ilmiah,
Siswa Korban Bullying Melalui Teknik 10(3), 269–276.
Assertive Training. Jurnal Fokus Konseling, Santrock, J. W. (2003). Adolescence:
1(1). perkembangan remaja.
Nasir, A. (2018). Konseling behavioral: Solusi Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif,
alternatif mengatasi bullying anak di sekolah. Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.
Journal of Guidance and Counseling, 72. Wakhid, A., Andriani, N. S., & Saparwati, M.
Pratiwi, M. P., Setiady, I., & Fitriani, N. (2021). (2019). Perilaku Bullying Siswa Usia 10-12
Hubungan Kejadian Bullying dengan Self Tahun. Jurnal Keperawatan Jiwa, 5(1), 25–
esteem (Harga Diri) dan Resiliensi pada 28.
Remaja. Alauddin Scientific Journal of Wiratna, S. (2014). Metodologi penelitian lengkap,
Nursing, 2(2), 84–92. praktis dan mudah dipahami. Pt. Pustaka
Priyono, M. (2016). Metode penelitian kuantitatif. Baru, 1(11), 99.
Sidoarjo: Zifatma Publishing. Wiyani, N. A. (2012). Memahami Siswa korban
Rahmanillah, C., Pratiwi, E. Y., & Sari, F. H. Bullying Di sekolah. Ar-Ruzz Media.
(2018). Pengaruh Social Support dan Self-

102

Anda mungkin juga menyukai