Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran guru kelas dalam menangani perilaku bullying pada siswa
kelas III SDIT Al-Khairaat Kota Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif jenis deskriptif.
Subjek dalam penelitian ini meliputi guru kelas, siswa sebagai pelaku bullying, korban bullying, dan penonton
bullying. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara mendalam, dokumentasi, dan
catatan lapangan. Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan. Pengujian keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Berdasarkan hasil
penelitian, peran guru kelas dalam menangani bullying, yaitu; (1) sebagai mediator dan fasilitator yaitu dengan cara
penumbuhan hubungan yang positif, mendorong tingkah laku sosial yang baik, dan mengupayakan sumber belajar;
(2) sebagai pembimbing melalui pemberian penjelasan dan tindakan saat terjadi bullying; (3) sebagai penasihat
melalui pemberian saran; (4) hasil penanganan guru kelas terhadap perilaku bullying menunjukkan hasil yang positif.
Abstract
This research aims at describing the teacher roles in the classroom when dealing with students’ bullying
behaviour in SDIT Al-Khairaat Yogyakarta, especially in class III. This research used a descriptive-qualitative
approach. The subjects in this research were classroom teacher, student as perpetrator, victim, and bystander of
bullying. This research used data collection techniques such as observation, in-depth interviews, documentation, and
field note. Furthermore, the data were analyzed using data reduction, data presentation, and conclusion as a data
analysis technique. Eventually, the data were validate using source and technique triangulation. Based on the results
of the research, the role of classroom teacher in dealing with bullying behaviour, namely; (1) the role of classroom
teacher as a mediator and facilitator was carried out by developing positive relationships between actor and victim;
encourage good social behaviour; and seek learning resources about bullying behaviour;(2) the role of classroom
teacher as a mentor by giving explanations and actions such as sign of trouble when bullying occurred; (3) the role
of classroom teacher as an advisor by giving advice; (4) the results of dealing with bullying behaviour showed
positive results.
PENDAHULUAN
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 pasal tujuan tersebut, diperlukan kondisi belajar yang
1 ayat (1) menyebutkan bahwa “Pendidikan kondusif dan jauh dari kekerasan. Sudah
adalah usaha sadar dan terencana untuk semestinya pendidikan mampu mewujudkan
mewujudkan suasana belajar dan proses jiwa kemanusiaan yang humanis melalui ajaran
pembelajaran agar peserta didik secara aktif nilai-nilai kebaikan yang disampaikan melalui
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki pendidik.
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, Penelitian dari Yayasan Sejiwa menunjukkan
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta bahwa tidak ada satupun sekolah di Indonesia
keterampilan yang diperlukan dirinya, yang bebas dari tindakan kekerasan. Salah satu
masyarakat, bangsa, dan negara”. Guna mencapai tindakan kekerasan yang marak terjadi yaitu
Peran Guru Kelas .... (Alfiana Nurussama) 511
bullying. Beberapa media massa menyoroti Bullying merupakan salah satu kasus yang
fenomena bullying seperti yang diberitakan oleh menimbulkan dampak yang negatif. Berdasarkan
Tribunnews.com dimana terdapat siswa sekolah penelitian oleh Rigby korban bullying memiliki
dasar di kota Bandung yang di-bully oleh siswa masalah kesehatan fisik maupun mental, menjadi
lain. Dalam video yang diunggah, tampak seorang lebih cemas, lebih tertekan, dan cenderung
siswa laki-laki dipegangi oleh siswa lainnya. Tak memikirkan untuk bunuh diri (Rigby, 2001: 322).
hanya dimaki dengan kata-kata kasar, seorang Bullying mengakibatkan anak mengalami
siswa juga dipukuli oleh siswa lain. Setelah hambatan dalam tumbuh dan berkembang
sempat memberi perlawanan, korban kemudian sedangkan anak memiliki hak untuk mendapatkan
menangis dan merunduk. perlindungan dari tindak kekerasan sesuai dengan
(http://www.tribunnews.com) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Kasus kekerasan yang marak terjadi pada Perlindungan Anak (Suradi, 2013: 185).
siswa sekolah dasar saat ini sangat Kebijakan ini diharapkan dapat memberikan
memprihatinkan bagi pendidik dan orang tua. kesadaran baru kepada semua pihak khususnya
Sekolah seharusnya menjadi tempat bagi siswa pendidik atau guru, bahwa dewasa ini anak
untuk menimba ilmu dan membentuk karakter menghadapi ancaman untuk tumbuh kembangnya.
yang positif justru menjadi tempat bagi Guru selaku pelaksana proses pembelajaran
tumbuhnya praktek kekerasan. Riset dari LSM merupakan pihak yang paling mengerti sikap,
Plan International dan International Center for perilaku, dan perkembangan siswa sehingga tidak
Research on Women (ICRW) yang dirilis Maret menutup kemungkinan seorang guru akan
2015 menunjukkan terdapat 84% anak mengalami berhadapan langsung dengan permasalahan yang
kekerasan di Indonesia dialami oleh siswa. Menurut Mudri (2010: 116)
(http://www.liputan6.com). Kekerasan dapat guru memiliki peranan sebagai pembimbing
menimbulkan ketakutan padahal setiap siswa siswa. Termasuk di dalamnya adalah
memiliki hak untuk mendapatkan kebebasan dari membimbing siswa yang memiliki perilaku
segala bentuk kekerasan, termasuk kebebasan bullying. Selain sebagai pembimbing siswa, guru
dari ketakutan akan tindakan bullying. kelas juga berperan dalam pemberian nasihat dan
Bullying merupakan penyalahgunaan memediasi pelaku dan korban pada suatu kasus
kekuatan yang diwujudkan dalam bentuk verbal bullying yang ada di sekolah.
dan fisik yang dapat membahayakan fisik dan Kasus bullying di sekolah merupakan kasus
mental korbannya. Menurut Sejiwa (2008: 2) yang mengakar dan terwariskan dari generasi ke
bullying merupakan situasi dimana terjadi generasi dan kurang terpantau oleh orangtua dan
penyalahgunaan kekuatan/kekuasaan yang pihak sekolah khususnya pendidik. Tak sedikit
dilakukan oleh seseorang/kelompok. Pihak yang orangtua dan pihak sekolah berpandangan bahwa
kuat tidak hanya berarti kuat dalam ukuran fisik bullying seolah hanya terjadi di jenjang SMP dan
tapi bisa juga kuat secara mental. SMA. Faktanya bullying banyak juga terjadi pada
512 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 5 Tahun ke-8 2019
anak sejak rentang 3-12 tahun. Pada usia inilah, menangani perilaku bullying di sekolah. Rumusan
kasus bullying kurang mendapat perhatian lebih, masalah dalam penelitian ini adalah: bagaimana
karena dianggap hal yang wajar (Susanto, 2015 peran guru kelas dalam menangani perilaku
dalam Buku Panduan Melawan Bullying). bullying pada siswa kelas III di SDIT Al-
Bullying terjadi di berbagai jenjang Khairaat? Penelitian ini memiliki tujuan, yaitu:
pendidikan, tetapi dalam penelitian ini berfokus mendeskripsikan peran guru kelas dalam
pada jenjang sekolah dasar. SDIT Al-Khairaat menangani perilaku bullying pada siswa kelas III
memiliki masalah dengan siswa yang terlibat di SDIT Al-Khairaat. Adapun manfaat yang
kekerasan seperti bullying. Seperti halnya peneliti diperoleh dapat berupa manfaat teoritis dan
melakukan observasi dan wawancara di SDIT Al- manfaaat praktis.
Khairaat yang dilakukan pada bulan Oktober Menurut Sanjaya, (2009: 160) guru sebagai
2018. Masalah bullying menjadi salah satu kasus pendidik mengandung arti yang sangat luas, tidak
yang teramati peneliti di SDIT Al-Khairaat. sebatas memberikan bahan-bahan pengajaran,
Bullying terjadi hampir pada semua kelas tetapi menjangkau etika dan estetika perilaku
namun dengan intensitas yang berbeda-beda. dalam menghadapi tantangan kehidupan di
Intensitas paling banyak yaitu pada kelas III B masyarakat. Sedangkan menurut Barizi & Idris
dimana terdapat siswa baru yang ter-bully baik (2010: 142) guru kelas adalah orang yang
secara fisik, verbal, maupun sosial. Bentuk pekerjaannya mengajar atau memberikan
perilaku bullying yang muncul yaitu pertama, pelajaran di sekolah atau di dalam kelas. Sebagai
bullying fisik seperti memukul, mendorong, guru kelas yang mengajarkan mata pelaaran, guru
menendang, dan mendorong kepala. Kedua, sekolah dasar pada dasarnya mempunyai peran
bullying verbal seperti memanggil dengan nama sebagai pembimbing.
julukan dan menghina. Ketiga, bullying sosial Guru kelas memiliki beberapa peran,
seperti mengasingkan siswa. diantaranya yaitu:
Pada kasus bullying yang terjadi, guru terlihat 1. Peran guru kelas sebagai pembimbing
memberikan peran dalam menangani bullying Menurut Mulyasa (2005: 37) peran guru
seperti memberi teguran dan nasihat. Peran guru kelas sebagai pembimbing diibaratkan sebagai
kelas sudah terlihat, baik di dalam kelas maupun pembimbing perjalananan (journey) yang
di luar kelas namun masalah bullying masih berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya
berlanjut hingga sekarang. Oleh karena itu, bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan
peneliti ingin meneliti lebih dalam lagi mengenai tersebut. Dalam ini istilah perjalanan tidak hanya
peran guru dalam menangani perilaku bullying menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental,
pada siswa kelas III SDIT Al-Khairaat Kota emosional, kreatifitas, moral, dan spiritual yang
Yogyakarta. lebih dalam dan kompleks. Sebagai pembimbing,
Fokus masalah dalam penelitian ini akan guru harus merumuskam tujuan secara jelas,
membahas mengenai peran guru kelas dalam menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan
Peran Guru Kelas .... (Alfiana Nurussama) 513
dan penonton (bystander) baik yang diam saja, pada Siswa Sekolah Dasar Negeri Lempuyangan
penonton yang memberi dukungan kepada pelaku 1 Yogyakarta”.
dan penonton yang menolong korban. Pelaku
METODE PENELITIAN
bullying tidak hanya didominasi oleh siswa yang
Jenis Penelitian
berfisik besar dan kuat, siswa bertubuh kecil atau
Jenis penelitian yang dilaksanakan dalam
sedang yang memiliki dominasi psikologi yang
penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
besar di kalangan teman-teman juga dapat
dengan metode deskriptif. Penelitian ini
menjadi pelaku bullying (Sejiwa, 2008: 14).
dirancang untuk menggali informasi tentang
Bullying tidak memilih umur atau jenis kelamin
peran guru kelas dalam menangani perilaku
korban. Yang menjadi korban umumnya adalah
bullying pada siswa kelas III SDIT Al-Khairaat
anak yang lemah, pemalu, pendiam, dan spesial
Kota Yogyakarta.
(cacat, tertutup, pandai, atau cantik), yang
menjadi bahan ejekan (Astuti, 2008: 1).
Tempat dan Waktu Penelitian
Menurut Ariesto (2009) faktor-faktor
Lokasi penelitian yang diambil di SDIT Al-
penyebab terjadinya bullying adalah a) keluarga,
Khairaat Kota Yogyakarta, terletak di di Jalan
b) sekolah, c) faktor kelompok sebaya, d)kondisi
Pramuka Gang Radjiman, Sidikan UH V/627
lingkungan sosial, dan e) tayangan televisi dan
Giwangan, Umbulharjo, Kota Yogyakarta,
media cetak
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Waktu
Menurut Rigby dalam Astuti (2008: 11)
penelitian dilakukakan pada bulan Oktober
akibat bullying pada diri korban timbul perasaan
2018 hingga bulan Februari 2019.
tertekan oleh karena pelaku menguasai korban
menurut kondisi ini menyebabkan korban Target/Subjek Penelitian
mengalami kesakitan fisik dan psikologis; Subjek penelitian ini yaitu guru kelas III B
kepercayaan diri (self-esteem) yang merosot, (Bu Hy) dan siswa kelas III B yang terlibat secara
malu, trauma, tak mampu menyerang balik, langsung dalam perilaku bullying seperti pelaku
merasa sendiri, serba salah dan takut sekolah bullying (FA), korban bullying (MUA), dan
(school phobia), dimana ia merasa tak ada yang penonton bullying (AIN) .
menolong. Adapun pemilihan partisipan dalam
Penelitian yang dilaksanakan ini memiliki penelitian ini dilakukan dengan pemilihan
relevansi dengan penelitian Juang Apri Mandiri partisipan tergantung kepada peneliti melihat
tahun 2017 tentang “Peran Guru dalam Mengatasi partisipan yang ingin dipilih atau purposiv,
Perilaku Bullying pada Siswa Kelas Atas di SD dapatkah mereka memberikan data sepenuhnya
Muhammadiyah 6 Surakarta”. Penelitian yang atau sebaliknya.
kedua yakni milik Muhammad Anton Sujarwo
tahun 2017 mengenai, “Perilaku School Bullying Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
Peran Guru Kelas .... (Alfiana Nurussama) 515
Metode yang digunakan adalah observasi, kelas sudah menyentuh segala aspek baik aspek
wawancara, dan dokumentasi. Adapun instrumen peran guru sebagai moderator dan fasilitator,
penelitian yang digunakan adalah pedoman pembimbing, maupun sebagai penasihat. Dari
observasi, pedoman wawancara, pedoman segi hasil penanganan pun sudah terlihat
dokumentasi, dan catatan lapangan. perubahan baik dalam diri korban maupun pelaku
dimana korban sudah dapat memilah-milah teman
Keabsahan Data yang dianggap bersahabat bagi korban. Walaupun
Peneliti melakukan pengamatan secara terus tidak dapat dipungkiri perilaku bullying
menerus di lokasi penelitian. Dilanjutkan dengan membawa dampak yang kurang baik bagi korban.
proses triangulasi. Adapun triangulasi yang Untuk pelaku juga sudah memiliki keinginan atau
digunakan adalah triangulasi sumber (guru dan niat untuk tidak melakukan bullying lagi
siswa) serta triangulasi teknik (observasi, walaupun dalam beberapa kasus bullying pelaku
wawancara, dokumentasi). masih melakukan kesalahan yang sama. Hal
positif yang dapat diambil dari keduanya adalah
Analisis Data kemauan untuk saling memaafkan dan tidak
Analisis data yang digunakan yaitu 1) reduksi menyimpan dendam. Pembahasan hasil penelitian
data, 2) penyajian data, dan 3) penarikan tersebut disampaikan sebagai berikut.
kesimpulan. 1. Peran Guru Sebagai Mediator dan Fasilitator
1. Reduksi Data (Data Reduction) Peran guru sebagai moderator dan fasilitator
Reduksi berarti menyeleksi data yag tidak adalah menumbuhkan hubungan yang positif
perlu dan fokus pada hal-hal yang penting. antara pelaku dan korban dengan
2. Penyajian Data (Data Display) mempertemukan siswa yang terlibat bullying di
Secara umum penyajian data adalah sebuah luar kelas maupun di dalam kelas untuk
pengorganisasian, penyatuan dari informasi yang meluruskan masalah sesuai laporan yang
memungkinkan penyimpulan dan aksi. disampaikan oleh siswa baik siswa yang terlibat
3. Penarikan Kesimpulan (Data Drawing/ bullying maupun siswa yang menjadi agen mata-
Verification) mata kemudian meminta siswa yang terlibat untuk
Data yang telah diperoleh kemudian ditarik bermaafan, mengadakan outing, menempatkan
sebuah kesimpulan. siswa yang terlibat bullying dalam satu kelompok
belajar, dan memanggil orang tua siswa jika siswa
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN tidak mau bermaafan. Kedua, mendorong tingkah
Dari beberapa aspek dan indikator yang laku sosial yang baik dengan menumbuhkan rasa
diamati, hasil penelitian menunjukkan bahwa saling menghormati, menyayangi dan menghargai
guru kelas memiliki peran yang cukup besar kepada siswa melalui pemberian nasihat dan
dalam menangani perilaku bullying. Dari hasil bantuan buku PPK (Penguatan Pendidikan
penelitian juga dapat dilihat bahwa peran guru Karakter). Ketiga, guru kelas menggunakan buku
516 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 5 Tahun ke-8 2019
PPK sebagai sumber belajar, dan menyisipkan secara langsung pasca kejadian bullying bahwa
penjelasan bullying melalui literasi seperti mengejek, menendang, mendorong, mengganggu
bercerita tentang kisah nabi. Hasil penelitian ini teman, memukul, merebut makanan milik teman
sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh dengan sengaja merupakan perbuatan yang tidak
Usman (2006: 9). boleh dilakukan karena dapat merugikan diri
Peran guru sebagai mediator, memungkinkan sendiri maupun orang lain dan mengingatkan tata
guru menjadi perantara dalam hubungan
tertib kelas mengenai hidup rukun. Guru kelas
antar manusia sehingga dibutuhkan
pengetahuan mengenai cara orang juga memberikan penjelasan mengenai bullying
berinteraksi dan berkomunikasi agar tercapai
dengan menyisipkannya dalam cerita di pagi hari.
lingkungan yang berkualitas dan interaktif.
Kegiatan yang dapat mendukung hal ini Kedua, memberikan tindakan ketika terdapat
adalah dengan mendorong berlangsungnya
kasus bullying. Hal yang pertama guru lakukan
tingkah laku sosial yang baik dan
menumbuhkan hubungan yang positif adalah mengkonfirmasi masalah yang terjadi
dengan para siswa dimana satu salam lain
kepada pelaku dan korban. Guru kemudian
saling menghormati dan menghargai.
Sedangkan sebagai fasilitator, guru menanyai pelaku mengenai alasan pelaku
hendaknya mengusahakan sumber belajar
melakukan bullying kemudian siswa diberi
yang berguna serta dapat menunjang
pencapaian tujuan dan proses belajar nasihat dan pengertian. Langkah selanjutnya yaitu
mengajar, baik berupa narasumber, buku
guru mempertemukan pelaku dengan korban dan
teks, majalah ataupun surat kabar.
memberikan pemahaman untuk saling
Sebagai mediator dan fasilitator, guru
memaafkan dan tidak menyimpan dendam.
memberikan peran yaitu pertama, menumbuhkan
Setelah masalah terselesaikan, guru akan
hubungan positif diantara pelaku dan korban agar
menyampaikan beberapa nasihat yang ditujukan
pelaku membina hubungan yang positif dengan
untuk semua siswa di kelas sehingga kejadian
korban baik dalam berinteraksi dan
tersebut dapat dijadikan pembelajaran bersama
berkomunikasi. Selain itu, dengan adanya
dan tidak dilakukan lagi. Menurut Mulyasa
hubungan yang positif, pelaku dan korban dapat
(2005: 37) peran guru sebagai pembimbing adalah
saling memaafkan dan tidak menyimpan dendam.
sebagai berikut.
Kedua, mendorong tingkah laku sosial yang baik
Peran guru kelas sebagai pembimbing
agar siswa yang terlibat bullying dapat lebih diibaratkan sebagai pembimbing
perjalananan (journey) yang berdasarkan
menghormati, menghargai, dan menyayangi
pengetahuan dan pengalamannya
orang lain. Ketiga, menyediakan sumber belajar bertanggung jawab atas kelancaran
perjalanan tersebut. Dalam ini istilah
yang berkaitan dengan bullying agar siswa dapat
perjalanan tidak hanya menyangkut fisik
mengenal lebih dekat mengenai bullying. tetapi juga perjalanan mental, emosional,
kreatifitas, moral, dan spiritual yang lebih
2. Peran Guru Kelas sebagai Pembimbing
dalam dan kompleks. Sebagai pembimbing,
Peran guru kelas sebagai pembimbing yaitu guru harus merumuskam tujuan secara jelas,
menetapkan waktu perjalanan, menetapkan
yang pertama, memberikan penjelasan mengenai
jalan yang harus ditempuh menggunakan
bullying kepada siswa dengan cara memberi tahu petunjuk perjalanan, serta menilai
Peran Guru Kelas .... (Alfiana Nurussama) 517
sensitif dan responsif ketika terjadi perilaku Mulyasa, E. (2005) Menjadi Guru Profesional
Menciptakan Pembelajaran yang Kreatif dan
bullying di sekitar siswa.
Menyenangkan. Bandung: PT Remaja
Peneliti selanjutnta dapat melengkapi hasil Rosdakarya.
penelitian untuk selanjutnya dapat melakukan Muthmainnah, B.A & Fatimaningrum, A.S.
penelitian lebih lanjut mengenai kerjasama guru (2014). Pelatihan Penanganan Bullying pada
Anak TK. Jurnal Pendidikan Anak. Vol 3,
kelas dengan orangtua dalam menangani bullying. 467-477.