Anda di halaman 1dari 9

Implementasi Program Antibullying ....

(Citra Devi Nurrochimawati) 103

IMPLEMENTASI PROGRAM ANTIBULLYING DI SD TUMBUH 2


YOGYAKARTA

THE IMPLEMENTATION OF ANTIBULLYING PROGRAM IN SD TUMBUH 2 YOGYAKARTA

Oleh: Citra Devi Nurrochimawati, UNY, citradevien@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi dan mengetahui kendala-kendala dalam
implementasi program antibullying di SD Tumbuh 2 Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
kualitatif. Subjek penelitian meliputi kepala sekolah, guru, orang tua siswa, dan siswa. Pengumpulan data melalui
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dengan reduksi data, display data, dan penarikan
kesimpulan. Teknik keabsahan data dengan triangulasi sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi
program antibullying di SD Tumbuh 2 Yogyakarta dilaksanakan ke berbagai aktivitas yaitu diantaranya: (1) poster;
(2) pembentukan dewan pengawas; (3) pertemuan dan pelatihan untuk keluarga; (4) penggunaan kurikulum; (5)
perbaikan lingkungan. (6) circle time. Adapun kendalanya meliputi: (1) pemasangan poster yang agak terlalu tinggi
dan tulisannya yang terlalu kecil; (2) belum maksimalnya area sekolah yang dimanfaatkan dalam pemasangan
poster; (3) adanya aktivitas anak yang pernah terlepas dari pengawasan; (4) orang tua belum sepenuhnya
menghayati materi yang sekolah sampaikan; (5) kurangnya ketertarikan dan partisipasi aktif orang tua; (6) tidak
adanya buku acuan khusus pelaksanaan program; (7) tidak diagendakan perbaikan lingkungan secara berkala; (8)
beberapa tempelan kata-kata positif tampak sudah using; (9) belum meratanya keaktifan siswa selama circle time.

Kata kunci: bullying, antibullying, implementasi

Abstract
This study aims to describe the implementation and knowing the constraints in the implementation of antibullying
programs in SD Tumbuh 2 Yogyakarta. This research is a qualitative descriptive study. Subjects of research
include head master, teachers, parents, and students. The collection of data through observation, interviews, and
documentation. Data were analyzed using data reduction, data display, and conclusion. Technique authenticity of
data by triangulation. The results showed that the implementation of the antibullying program in SD Tumbuh 2
Yogyakarta implemented into a variety of activities which include: (1) poster; (2) the establishment of the board of
trustees; (3) meetings and training for families; (4) the use of the curriculum; (5) the improvement of the
environment; (6) circle time. The constraints include: (1) installation of the posters were a bit too high and the
writing is too small; (2) not maximal area schools that utilized in the installation poster; (3) the activities of
children separated from supervision; (4) the parents have not fully appreciate the material conveyed school; (5)
lack of interest and active participation of parents; (6) the absence of a specific reference guide program
implementation; (7) do not scheduled periodic environmental improvement; (8) a few patches of positive words
seem obsolete; (9) there prevalence of active students during circle time.

Keywords: bullying, antibullying, implementation


serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara”.
PENDAHULUAN
Pendidikan idealnya tidak hanya
Tertulis dalam Undang-undang No. 20 mengembangkan potensi kognitif saja, tetapi juga
Tahun 2003 tentang Sisdiknas dijelaskan bahwa harus mengembangkan potensi afektif dan
“Pendidikan merupakan usaha sadar dan psikomotor peserta didik. Atau bahkan lebih baik
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan jika ketiga potensi tersebut dapat berkembang
proses pembelajaran, agar peserta didik secara secara berimbang agar pendidikan dapat
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk menghasilkan sosok “manusia yang utuh”. Hal ini
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, sejalan yang dijelaskan oleh Bredekamp (dalam
pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, Abu Darwis, 2006: 24) bahwa sasaran kurikulum
sekolah yang tepat itu adalah : (1)
104 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 2 Tahun ke-5 2016
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan belum ada juga langkah penyelesaian yang
anak dalam semua bidang perkembangan fisik, muncul (Kompas.com, 2014).
sosial, emosi, dan intelektual guna membangun Sementara itu dilansir dari berita yang
suatu fondasi untuk belajar sepanjang hayat, dan dimuat di media massa lainnya, sejumlah siswa
(2) mengembangkan harga diri anak, rasa kelas 3 SD masih trauma untuk pergi ke sekolah
kompeten, dan perasaan-perasaan positif terhadap setelah mendapat tindak kekerasan dan perlakuan
belajar. kurang menyenangkan dari guru mereka sendiri.
Menurut Bloom (dalam Wina Sanjaya, Kepala sekolah SD tersebut pun ketika
2008: 125-133) perpaduan dari domain kognitif, dikonfirmasi seperti merasa tidak bersalah dan
afektif, dan psikomotor ini membentuk menganggap tindakan semacam itu merupakan
kompetensi yang tidak lain merupakan tujuan hal yang wajar dilakukan guru dalam mendidik
pembelajaran. Kompetensi-kompetensi tersebut siswanya (Tempo.co, 2012).
harapannya dapat direfleksikan dalam kebiasaan Beberapa kasus bullying di atas hanya
berpikir dan bertindak karena pada dasarnya contoh sebagian kasus bullying yang diketahui
pendidikan untuk mengubah sikap dan tingkah dan tersorot oleh media massa. Kasus-kasus
laku peserta didik menjadi lebih baik, bukan bullying di atas secara tidak langsung
sekedar transfer ilmu. Seseorang yang telah menunjukkan bahwa tidak adanya akhlak mulia
memiliki kompetensi tertentu bukan hanya akan dan tanggung jawab dalam berinteraksi secara
mengetahui, tetapi juga dapat memahami dan efektif dengan lingkungan sosial. Tidak ada rasa
menghayatinya yang tercermin dalam pola kasih sayang, rasa saling menghargai,
perilaku sehari-hari. menghormati, dan toleransi di antara sesama, ini
Namun fakta di lapangan ternyata banyak menunjukkan salah satu indikator gagalnya tujuan
kasus tindak kekerasan di sekolah. Kekerasan di pendidikan dalam aspek potensi afektif (sikap),
sekolah bisa dilakukan oleh sesama siswa, karena mungkin selama pembelajaran di sekolah
alumni, staf atau bahkan guru. Lebih parahnya, hanya mengutamakan aspek potensi kognitif
kasus tindak kekerasan di sekolah ini juga (pengetahuan).
merebak di tingkat sekolah dasar. Kekerasan ini Sekolah sebagai tempat belajar dan
sering disebut dengan istilah bullying. mentransmisikan nilai-nilai yang baik kepada
Adapun contoh kasus bullying peserta didik sudah seharusnya mengajarkan atau
diantaranya berdasarkan berita yang dimuat di memiliki upaya-upaya khusus untuk mengatasi
media massa telah terjadi tindakan bullying yang perilaku bullying, bukan justru berusaha
terjadi di Bukit Tinggi pada 18 September 2014. menutupi atau membiarkan tindakan bullying
Tindakan bullying ini dilakukan dua orang siswa terjadi begitu saja tanpa penanganan yang berarti.
dan satu siswi kelas V SD terhadap seorang siswi Berdasarkan hasil pra penelitian yang
lainnya saat pelajaran agama di mushola, sewaktu dilakukan peneliti, SD Tumbuh 2 merupakan
guru agama meninggalkan kelas untuk mengajar salah satu contoh sekolah dasar di Kota
di sekolah SMP di Agam (Republika Online, Yogyakarta yang telah memiliki upaya
2014). menangani bullying yang diwujudkan dalam
Kasus serupa hampir sama dengan yang program antibullying yang bernama “I am not a
terjadi di Temanggung. Orang tua korban Bully, I am a Buddy”. Program antibullying di
bullying memberanikan diri untuk melaporkan SD Tumbuh 2 ini mulai ada semenjak tahun
tindakan bullying yang dialami anaknya ke Balai 2011. Visi dan misi sekolah yang mengangkat
Wartawan. Tindakan bullying tersebut dilakukan inklusi multikultur ini yang mendasari adanya
oleh kakak-kakak kelas di sekolah dasar tempat program antibullying tersebut. Hal tersebut
anaknya bersekolah. Awal mula orang tua korban merupakan suatu hal yang menginspirasi dan unik
sebenarnya telah meminta penyelesaian ke pihak karena masih jarang sekolah di Kota Yogyakarta
sekolah dan dinas pendidikan setempat tetapi atau bahkan di Indonesia yang memiliki program
Implementasi Program Antibullying .... (Citra Devi Nurrochimawati) 105
antibullying. Di samping itu SD Tumbuh 2 juga berdasarkan instrumen yang digunakan. Data
merupakan SD inklusi, yang membuat sekolah ini yang diperoleh dari lapangan cukup banyak
memiliki siswa yang beragam dengan segala dicatat secara rinci dan teliti. Banyaknya data,
perbedaannya, yang memberikan tantangan kompleks, dan rumit sehingga peneliti mereduksi
tersendiri dalam pelaksanaan program data untuk mendapatkan data yang diperlukan
antibullying di sekolah tersebut. Peneliti tertarik sesuai tujuan penelitian. Hasil reduksi data
untuk mengetahui lebih jauh tentang pelaksanaan kemudian didisplay atau ditampilkan dalam
program antibullying di SD Tumbuh 2. Maka dari bentuk tabel yang kemudian disimpulkan.
itu, peneliti ingin mengadakan penelitian dengan
judul “Implementasi Program Antibullying di Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan
SD Tumbuh 2 Yogyakarta”. Data
Data primer merupakan data utama yang
diperoleh dari subjek penelitian. Sumber data
METODE PENELITIAN
primer dalam penelitian ini didapatkan melalui
Jenis Penelitian kata atau tindakan yang diperoleh peneliti dengan
Penelitian ini menggunakan pendekatan melakukan pengamatan dan wawancara terhadap
kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam kepala sekolah, guru, siswa, dan orang tua siswa
Andi Prastowo, 2011: 22) metodologi kualitatif berkaitan dengan implementasi program
adalah prosedur penilaian yang menghasilkan antibullying di SD Tumbuh 2 Yogyakarta. Data
data deskriptif kualitatif berupa kata-kata tertulis sekunder merupakan data yang digunakan untuk
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang mendukung pembahasan-pembahasan yang ada di
diamati. dalam penelitian ini. Adapun data sekunder
meliputi dokumen-dokumen yang berupa poster
Waktu dan Tempat Penelitian dan foto yang berkaitan dengan implementasi
Penelitian ini dilaksanakan di SD Tumbuh program antibullying di SD Tumbuh 2
2 Yogyakarta yang beralamatkan di Jalan Amri Yogyakarta. Instumen penelitian dengan
Yahya Nomor 1 Gampingan, Wirobrajan, menggunakan pedoman observasi dan pedoman
Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan pada bulan wawancara. Teknik pengumpulan data yang
Januari dan Agustus 2015. digunakan yaitu observasi, wawancara, dan
dokumentasi.
Subjek Penelitian
Penelitian ini mengambil kepala sekolah, Teknik Analisis Data
guru, siswa dan orang tua siswa sebagai Teknik analisis data yang digunakan yaitu
informan. Pemilihan subjek dalam penelitian ini teknik analisis data model Miles dan Huberman
menggunakan teknik purposive. Alasan pemilihan yang terdiri dari data reduction, data display, dan
kepala sekolah sebagai subjek penelitian conclusion drawing/verification.
implementasi program antibullying ini karena
kepala sekolah merupakan penggagas, pembina HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
sekaligus pengawas; guru sebagai pelaksana 1. Implementasi Program Antibullying di SD
teknis utama dan juga pengawas; siswa sebagai Tumbuh 2 Yogyakarta
fokus utama dari program; serta orang tua sebagai a. Poster
bagian yang turut serta mensukseskan program. Dijelaskan oleh Sejiwa bahwa poster
(2008: 85) dapat menyampaikan pesan
Prosedur dari apa yang ditampilkannya, terlebih
Penelitian dilakukan dengan jika dikemas dengan visual yang
mengumpulkan data yang diperlukan dalam menarik membuat pesan dapat diterima
proses penelitian. Data yang diperlukan dalam sangat baik oleh penikmat poster. Poster
penelitian berasal dari sumber penelitian
106 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 2 Tahun ke-5 2016
alangkah baiknya jika ditempatkan di kesamaan pandangan tentang "hotspot"
tempat yang strategis untuk dapat diliat bullying. Sistem pengawasan bertujuan
orang setiap harinya. Manfaat lain untuk mengurangi perilaku bullying.
poster dalam kegiatan antibullying yaitu Berdasarkan hasil penelitian,
sebagai media pengingat secara kontinu diketahui dewan pengawas di SD
bagi semua pihak berkaitan usaha Tumbuh 2 Yogyakarta bernama staff on
mengatasi bullying. Melibatkan siswa duty yang melibatkan kepala sekolah,
dalam proses produksi dan desain poster guru, dan staf seperti security, petugas
akan mendukung pemahaman dan kantin, dan admin sekolah dalam
keterlibatan siswa dalam program pelaksanaannya. Dewan pengawas
antibullying sehingga harapannya siswa bertugas mengawasi aktivitas anak di
menjadi lebih bertanggung jawab dalam luar kelas dengan cara berkeliling ke
pelaksanaan program antibullying. area-area sekolah, khususnya area rawan
Berdasarkan hasil penelitian, bullying pada saat jam-jam istirahat
diketahui beberapa hal dalam ataupun makan siang untuk memastikan
implementasi poster di SD Tumbuh 2 anak tidak melakukan perilaku yang
Yogyakarta telah sesuai dengan yang tidak baik ataupun berbahaya. Dewan
diungkapkan oleh Sejiwa di atas. Poster pengawas akan menegur, menasihati,
yang ada di SD Tumbuh 2 Yogyakarta ataupun memberikan peringatan ketika
dipasang di beberapa tempat yang menjumpai siswanya melakukan hal
strategis di sekolah bertujuan agar yang tidak baik atau berbahaya.
memberikan manfaat, terlebih manfaat c. Pelatihan dan Pertemuan untuk
dalam kaitannya mengatasi bullying. Keluarga
Adapun manfaat poster bagi sekolah Keterlibatan orang tua merupakan
yaitu diantaranya sebagai sarana bagian dari komponen tingkat sekolah
mengembangkan kreativitas siswa serta dalam Olweus Bullying Prevention
memberikan pengetahuan dan Program (OBPP) menurut Dan Olweus
pemahaman tentang cara-cara dan nilai dan Susan P. Limber (2009: 380) yang
kehidupan yang baik. menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan
b. Pembentukan Dewan Pengawas program, orang tua dapat berpartisipasi
Sejiwa (2008: 84) mengungkapkan dalam berbagai cara, yaitu diantaranya
pembentukan dewan pengawas dapat sebagai koordinasi panitia di sekolah,
memberi sinyal bahwa warga sekolah menghadiri acara di hari libur sekolah,
proaktif dalam mengatasi perilaku pertemuan orang tua seluruh sekolah,
bullying karena keterlibatannya dalam menerima informasi secara teratur
pelaksanaannya. Dalam pertemuan ini, tentang bullying dan program melalui
dapat dipilih semacam dewan pengawas brosur, newsletter, peristiwa, dan papan
yang akan memantau sejauh mana buletin online. Hal di atas sejalan
bullying dapat dicegah. Lebih lanjut, dengan hasil penelitian bahwa
salah satu komponen tingkat sekolah keikutsertaan orang tua dalam
dalam Olweus Bullying Prevention pertemuan untuk keluarga karena
Program (OBPP) yaitu evaluasi dan memenuhi undangan dari sekolah dan
perbaikan sistem pengawasan sekolah. juga kebutuhan orang tua untuk
Dan Olweus dan Susan P. Limber mengikuti perkembangan informasi
(2009: 380) menjelaskan bahwa sistem tentang anaknya.
pengawasan mengembangkan strategi Ada tiga macam pertemuan untuk
untuk meningkatkan pengawasan dan keluarga (orang tua) di sekolah yang ada
Implementasi Program Antibullying .... (Citra Devi Nurrochimawati) 107
kaitannya dengan program antibullying, tepat dari informasi yang diberikan oleh
yaitu parents meeting, parents seminar, staf, orang tua, dan juga siswa; c)
dan parents counseling. membahas implikasi dari temuan dan
Dilaksanakannya parents meeting menyoroti kebutuhan seluruh sekolah;
sebagai bagian dari pelaksanaan d) merumuskan rancangan program
program antibullying di SD Tumbuh 2 antibullying sekolah ditujukan untuk
Yogyakarta, sesuai dengan komponen kelompok perwakilan siswa dan orang
tingkat kelas dalam Olweus Bullying tua; e) memastikan bahwa draft program
Prevention Program (OBPP) menurut diperiksa oleh semua pihak yang
Dan Olweus dan Susan P. Limber berkepentingan dan jika perlu direvisi.
(2009: 380) yaitu mengadakan e. Perbaikan Lingkungan
pertemuan dengan orang tua siswa. Sejiwa (2008: 87) mengungkapkan
d. Penggunaan Kurikulum sekolah perlu membuat strategi untuk
Disebutkan dalam Sejiwa (2008: 86) daerah-daerah rawan tempat terjadinya
banyak bagian dari kurikulum yang bullying. Daerah-daerah rawan tersebut
dapat dimanfaatkan untuk eksplorasi dapat menjadi sasaran yang tepat untuk
keterampilan-keterampilan pokok, sasaran perbaikan lingkungan sehingga
pengetahuan, pemahaman, dan nilai- nilai-nilai keluhuran dapat terjaga dan
nilai sehingga siswa dapat menghindari rasa aman serta harga diri siswa dapat
bullying dan memperkecil terlindungi dengan baik. Perbaikan
kemungkinannya untuk melakukan lingkungan juga dapat berarti
bullying terhadap orang lain. Adapun menciptakan suasana yang positif
pengimplementasian program sehingga nilai-nilai keluhuran dan rasa
antibullying di SD Tumbuh 2 aman serta harga diri siswa dapat
Yogyakarta diterapkan ke dalam terlindungi dengan baik.
berbagai kegiatan dan pembiasaan bagi Berdasarkan hasil penelitian,
siswa untuk bersikap baik. diketahui beberapa hal dalam
Terbentuknya program melewati implementasi perbaikan lingkungan di
beberapa langkah atau tahapan sehingga SD Tumbuh 2 Yogyakarta telah sesuai
terbentuk suatu rancangan program yang dengan yang diungkapkan oleh Sejiwa
siap dijalankan. Langkah atau tahapan di atas. Kegiatan yang dilakukan SD
tersebut yaitu berawal dari laporan Tumbuh 2 Yogyakarta dalam rangka
perilaku siswa dan suasana sekolah yang perbaikan lingkungan yang berkaitan
kurang nyaman yang kemudian dengan antibullying diantaranya yaitu
ditampung dalam beberapa kali rapat penempelan kata atau kalimat-kalimat
guru, pelaksanaan workshop ‘Perilaku positif di area sekolah.
Anak’ untuk menggali masalah siswa f. Circle time
lebih lanjut, perancangan program, Dilaksanakannya circle time di SD
sosialisasi program ke dewan guru dan Tumbuh 2 Yogyakarta berarti sejalan
komite sekolah, dan sosialisasi ke orang dengan salah satu komponen tingkat
tua. Langkah atau tahapan perancangan kelas dalam Olweus Bullying Prevention
program tersebut telah sesuai dengan Program (OBPP) yang dikemukakan
langkah-langkah untuk mengembangkan oleh Dan Olweus dan Susan P. Limber
kebijakan antibullying menurut Ken (2009: 380) yaitu mengadakan
Rigby (2001: 27) yang meliputi a) pertemuan kelas secara rutin. Dan
mengadakan pertemuan dengan staf Olweus dan Susan P. Limber
sekolah; b) membuat penggunaan yang mengemukakan pertemuan rutin kelas
108 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 2 Tahun ke-5 2016
yang dilakukan per minggu dimana guru dewan pengawas. Hal ini berarti belum
dan siswa mendiskusikan bullying dan sepenuhnya memenuhi dengan yang
isu-isu terkait. Tujuan dari pertemuan Sejiwa ungkapkan (2008: 85) bahwa
kelas adalah membangun kohesi antara dewan pengawas merupakan strategi
kelas dan masyarakat, membahas aturan yang proaktif dalam mengawali aksi
tentang bullying dan segala konsekuensi dari seluruh sekolah.
positif negatifnya jika mengikuti atau c. Kendala dalam Pertemuan dan
tidak mengikuti aturan, membantu siswa Pelatihan untuk Keluarga
memahami peran mereka dalam Pemateri kurang mengadakan
mencegah dan menghentikan bullying, interaksi aktif dengan orang tua,
serta memecahkan masalah strategi penyampaian lebih berpusat ke materi.
untuk mengatasi bullying. Dalam jalannya pertemuan juga terdapat
2. Kendala dalam Implementasi Program beberapa orang tua yang menguap saat
Antibullying di SD Tumbuh 2 Yogyakarta pertemuan dan tidak banyak yang
a. Kendala dalam Poster bertanya atau menanggapi pada sesi
Dijelaskan oleh Sejiwa bahwa poster tanya jawab. Hal ini secara tidak
(2008: 85) dapat menyampaikan pesan langsung dapat menunjukkan bahwa
dari apa yang ditampilkannya, terlebih orang tua kurang memiliki kesadaran
jika dikemas dengan visual yang akan pentingnya mengikuti pertemuan
menarik membuat pesan dapat diterima dan kurang tertarik terhadap materi yang
sangat baik oleh penikmat poster. disampaikan, yang salah satunya dapat
Manfaat lain poster dalam kegiatan disebabkan karena cara penyampaian
antibullying yaitu sebagai media materi dalam pertemuan tersebut yang
pengingat secara kontinu bagi semua kurang menarik sehingga menyebabkan
pihak berkaitan usaha mengatasi aspirasi orang tua belum semua
bullying. Pemasangan poster yang agak tersalurkan.
terlalu tinggi dan tulisannya yang terlalu Orang tua yang belum sepenuhnya
kecil sehingga menyulitkan bagi siswa menghayati materi yang sekolah
yang ingin membacanya berarti belum sampaikan sehingga ketika dihadapkan
sepenuhnya memenuhi yang masalah, terkadang bertindak tidak
diungkapkan Sejiwa di atas karena sesuai dengan apa yang telah
membuat pesan kurang dapat diterima disosialisasikan sekolah; kurangnya
baik oleh penikmat poster. Belum ketertarikan dan partisipasi aktif orang
maksimalnya area sekolah yang tua dalam pertemuan dan pelatihan
dimanfaatkan dalam pemasangan poster untuk keluarga membuat peran orang
menjadikan poster sebagai media tua menjadi kurang maksimal dalam
pengingat secara kontinu bagi semua pelatihan dan pertemuan untuk keluarga.
pihak berkaitan usaha mengatasi Hal ini berarti kurang memenuhi tujuan
bullying kurang berjalan maksimal. dari pelatihan dan pertemuan untuk
b. Kendala dalam Pembentukan Dewan keluarga yang diungkapkan Sejiwa
Pengawas (2008: 86) yaitu tujuan utama dari
Adanya aktivitas anak yang pernah aktivitas ini adalah mendapatkan peran
terlepas dari pengawasan dewan seluas-luasnya dari semua pihak agar
pengawas yang salah satunya dapat terlibat dalam kampanye
disebabkan anak berada di luar wilayah antibullying.
pengawasan dewan pengawas
merupakan kendala yang pernah dialami
Implementasi Program Antibullying .... (Citra Devi Nurrochimawati) 109
d. Kendala dalam Penggunaan yang diungkapkan Sejiwa (2008: 87)
Kurikulum tentang perbaikan lingkungan bahwa
Implementasi program antibullying di sekolah perlu membuat strategi untuk
SD Tumbuh 2 Yogyakarta dilaksanakan daerah-daerah rawan tempat terjadinya
dalam berbagai kegiatan dan bullying. Perbaikan lingkungan juga
pembiasaan bagi siswa untuk bersikap dapat berarti menciptakan suasana yang
baik. Implementasi program tersebut positif sehingga nilai-nilai keluhuran dan
dilaksanakan hanya mengacu pada rasa aman serta harga diri siswa dapat
rancangan program yang telah disetujui terlindungi dengan baik.
bersama, tanpa buku petunjuk atau f. Kendala dalam Circle time
acuan khusus pelaksanaan program. Diungkapkan dalam Sejiwa (2008: 87)
Sementara itu, program dibentuk dengan bahwa circle time dapat membantu para
menyesuaikan visi dan misi sekolah siswa dalam pengembangan keahlian
yang secara tidak langsung merupakan seperti mendengarkan dan berempati.
bagian penting dari sekolah. Alangkah Siswa berkesempatan untuk mengambil
lebih baik jika dalam penggunaan alih kepemilikan akan aturan-aturan
kurikulum ada buku petunjuk atau acuan berperilaku seperti mendiskusikan nilai-
khusus pelaksanaan program karena nilai yang mereka junjung bersama, hal-
walaupun sifatnya tidak formal, namun hal yang mereka inginkan dan tidak
program tersebut penting karena inginkan. Belum meratanya keaktifan
senyawa dengan visi dan misi sekolah siswa selama kegiatan secara tidak
serta dapat menjadi suatu ciri khas atau langsung menunjukkan pengembangan
keunikan untuk SD Tumbuh 2 keahlian mendengarkan, berempati siswa
Yogyakarta. Selain itu dengan adanya belum berjalan maksimal.
buku petunjuk atau acuan khusus
pelaksanaan menjadikan program lebih SIMPULAN
terkoordinir dan kemudahan dalam Berdasarkan hasil penelitian dan
pemahamannya seperti yang pembahasan, maka penelitian ini dapat
diungkapkan Sejiwa (2008: 86) disimpulkan, sebagai berikut:
kurikulum yang efektif harus dapat 1. Terdapat beberapa aktivitas dalam
menyediakan persepsi yang sama implementasi program antibullying di SD
sehingga dapat dijadikan landasan Tumbuh 2 Yogyakarta. Aktivitas-aktivitas
bertindak. tersebut mencakup diantaranya poster,
e. Kendala dalam Perbaikan Lingkungan pembentukan dewan pengawas, pertemuan
Tidak dilaksanakannya perbaikan dan pelatihan untuk keluarga, penggunaan
lingkungan secara berkala sehingga kurikulum, perbaikan lingkungan, dan circle
masih belum maksimal pelaksanaannya time berikut penjelasannya:
dan ada kegiatan yang sudah tidak a. Poster membuat siswa paham cara
berjalan. Selain itu beberapa tempelan bersikap dan bersosialisasi dengan baik
tampak sudak usang sehingga perlu yang didukung pembiasaan-pembiasaan
diperbaharui mengindikasikan kurangnya baik dari sekolah. Contoh poster tersebut
strategi perbaikan lingkungan sekolah, yaitu poster yang berisi beberapa foto
terutama untuk daerah-daerah rawan ajaran sikap positif terhadap keberagaman
tempat terjadinya bullying sehingga dan poster yang berjudul “Gallery I’am a
penciptaan nilai-nilai keluhuran, rasa Good Friend” berisi beberapa enam ajaran
aman serta harga diri siswa tidak berjalan tentang cara berteman yang baik.
maksimal. Hal ini kurang sesuai dengan
110 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 2 Tahun ke-5 2016
b. Pembentukan dewan pengawas yang dilaksanakan sebelum pelajaran selama
bernama staff on duty yang melibatkan 15-30 menit pada hari yang telah
kepala sekolah, guru, dan staf bertugas ditentukan masing-masing kelas.
mengawasi aktivitas anak untuk 2. Kendala dalam implementasi program
memastikan anak tidak melakukan antibullying di SD Tumbuh 2 Yogyakarta
perilaku yang tidak baik ataupun diantaranya:
berbahaya dengan cara berkeliling ke a. Pemasangan poster yang agak terlalu
area-area sekolah pada saat jam-jam tinggi dan tulisannya yang terlalu kecil
istirahat ataupun makan siang. sehingga menyulitkan bagi siswa yang
c. Pertemuan dan pelatihan untuk keluarga ingin membacanya.
yang meliputi parents meeting, parents b. Belum maksimalnya area sekolah yang
seminar, dan parents counseling. Adapun dimanfaatkan dalam pemasangan poster.
kegiatan yang ada dalam pertemuan untuk c. Adanya aktivitas anak yang pernah
keluarga meliputi diantaranya terlepas dari pengawasan dewan sekolah
penyampaian materi, sosialisasi program- yang salah satunya disebabkan anak
program sekolah (termasuk diantara berada di luar wilayah pengawasan dewan
program antibullying), dan diskusi guru pengawas.
dengan orang tua. d. Orang tua belum sepenuhnya menghayati
d. Penggunaan kurikulum yang dilaksanakan materi yang sekolah sampaikan sehingga
ke dalam berbagai kegiatan dan ketika dihadapkan masalah, terkadang
pembiasaan bagi siswa untuk bersikap bertindak tidak sesuai dengan apa yang
baik. Kegiatan yang masih aktif telah disosialisasikan sekolah.
diantaranya yaitu staff on duty, morning e. Kurangnya ketertarikan dan partisipasi
carpet, pertemuan-pertemuan orang tua, aktif orang tua dalam pertemuan dan
dan duta perdamaian. Sementara pelatihan untuk keluarga karena
pembiasaan bagi siswa untuk bersikap penyampaian materi yang kurang menarik
baik dilakukan dengan cara menegur, sehingga membuat aspirasi orang tua
menasihati, ataupun memberikan belum semua tersalurkan.
peringatan ketika menjumpai siswanya f. Tidak adanya buku petunjuk atau acuan
melakukan hal yang tidak baik atau khusus pelaksanaan program antibullying.
berbahaya. g. Tidak diagendakan perbaikan lingkungan
e. Perbaikan lingkungan yang dilakukan secara berkala sehingga masih belum
dengan penempelan kata atau kalimat- maksimal pelaksanaannya dan ada
kalimat positif di area sekolah. Adapun kegiatan yang sudah tidak berjalan.
target atau sasaran perbaikan lingkungan h. Beberapa tempelan kata-kata positif
dilakukan di area yang banyak digunakan tampak sudah usang sehingga perlu
untuk aktivitas orang setiap harinya diperbaharui.
namun belum maksimal pengelolaannya i. Belum meratanya keaktifan siswa selama
sehingga dilakukan perbaikan lingkungan circle time.
agar lebih indah dan hidup suasanya serta
dapat membawa nilai-nilai yang positif ke DAFTAR PUSTAKA
warga sekolah, khususnya siswa.
Abu Darwis. (2006). Pengubahan Perilaku
f. Circle time yang memberikan pemahaman
Menyimpang Murid Sekolah Dasar.
kepada siswa akan pengetahuan atau nilai- Departemen Pendidikan Nasional Direktorat
nilai yang baik dan membantu siswa Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat
menyelesaikan masalahnya. Circle time Ketenagaan
ini bernama morning carpet yang
Implementasi Program Antibullying .... (Citra Devi Nurrochimawati) 111
Andi Prastowo. (2012). Metode Penelitian Joko Sadewo. (2014). Bullying Siswa SD
Kualitatif dalam Perspekif Rancangan Bukittinggi Terjadi Saat Pelajaran Agama.
Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruz Media Diakses dari
Anonim. (2012). Murid SD Negeri 23 Tugu http://www.republika.co.id/berita/nasional/h
Utara Trauma Sekolah. Diakses dari ukum/14/10/12/ndbt2x-bullying-siswa-sd-
http://www.tempo.co/read/news/2012/09/09 bukittinggi-terjadi-saat-pelajaran-agama
/083428392/Murid-SD-Negeri-23-Tugu- pada tanggal 28 Desember 2014, Jam 20.00
Utara-Trauma-Sekolah pada tanggal 28 WIB
Desember 2014, Jam 20.00 WIB Olweus, Dan & P. Limber, Susan (2009).
Fitriana Ika. (2014). Video "Bullying" di Hanbook of Bullying in Schools. United
Bukittinggi, Menginspirasi WSY Ungkap States of America: Routledge
Hal Serupa di Temanggung. Diakses dari Sejiwa. (2008). Bullying Mengatasi Kekerasan di
http://regional.kompas.com/read/2014/10/1 Sekolah dan Lingkungan Sekitar Anak.
6/04223081/Video.Bullying.di.Bukittinggi. Jakarta: Grasindo
Menginspirasi.WSY.Ungkap.Hal.Serupa.di. Wina Sanjaya. (2008). Perencanaan dan Desain
Temanggug pada tanggal 28 Desember Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana
2014, Jam 20.00 WIB Prenada Media Group

Anda mungkin juga menyukai