Anda di halaman 1dari 14

Bentuk dan Faktor Penyebab Perilaku Bullying

Forms and Factors Causing Bullying Behavior


Sri Lestari1 * Yusmansyah2 , Shinta Mayasari3
1
Mahasiswa FKIP Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung
2
Dosen Pembimbing Utama Bimbingan dan Konseling FKIP Univesitas Lampung
3
Dosen Pembimbing Kedua Bimbingan dan Konseling FKIP Univesitas Lampung
*e-mail : srilestari.bk13@gmail.com: +6282280766677

Received: Januari 2018 Accepted: Februari, 2018 Online Published:April, 2018


Abstract: Forms and Factors Causing Bullying Behavior. The purpose of this
study was to determine the form and factors causing bullying behavior. The
problem of this research was bullying. The research method was interview and
observation. The subject of this study as many as four students. The results
showed the dominant forms of bullying were physical and verbal bullying and
followed by relations bullying and cyber-bullying. The most dominant
contributing factors were school and community factors, followed by family,
peers, and media. Not only that, the author also found other factors causing
bullying there were factor of personality and culture.

Keywords: bullying, forms bullying, factors bullying

Abstrak: Bentuk dan Faktor Penyebab Perilaku Bullying. Tujuan penelitian


ini untuk mengetahui bentuk dan faktor penyebab perilaku bullying. Masalah
penelitian ini adalah bullying. Metode penelitian adalah wawancara dan observasi.
Subjek penelitian ini sebanyak empat siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bentuk bullying yang dominan terjadi adalah bullying fisik dan bullying verbal
diikuti dengan bullying relasi dan cyber-bullying. Faktor penyebab yang paling
dominan adalah faktor sekolah dan masyarakat lalu diikuti faktor keluarga, teman
sebaya, dan media. Tidak hanya itu, penulis juga menemukan faktor lain yang
menjadi penyebab terjadinya bullying adalah faktor kepribadian dan budaya.

Kata kunci: bullying, bentuk bullying, faktor bullying


PENDAHULUAN / mengembangkan potensi peserta didik
INTRODUCTION agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Kegiatan pendidikan selalu
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berlangsung di dalam suatu
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
lingkungan. Dalam konteks
menjadi warga negara yang
pendidikan, lingkungan dapat diartikan
demokratis serta bertanggung jawab.
sebagai segala sesuatu yang ada di luar
diri anak. Menurut (Ahmadi & Uhbiyati,
2007:226), pendidikan harus
Lingkungan dapat berupa hal-
mempersiapkan siswa agar dapat
hal yang nyata, seperti tumbuhan,
hidup berdampingan secara damai
orang, keadaan politik, social-
dengan orang lain di sekitarnya.
ekonomi, binatang, kebudayaan,
Pendidikan mempunyai tugas untuk
kepercayaan, dan upaya lain yang
membentuk perilaku serta watak pada
dilakukan oleh manusia termasuk di
anak agar kelak dapat menyesuaikan
dalamnya pendidikan.
diri pada lingkungan hidupnya. Tentu
Dalam memberikan pengaruh saja, sekolah tidak hanya menjadi
terhadap perkembangan anak, pemeran tunggal didalam
lingkungan ada yang sengaja diadakan pembentukan perilaku dan kepribadian
(secara sadar) dan yang tidak sadar anak tetapi harus berkolaborasi dengan
diadakan oleh orang dewasa yang lingkungan rumah dan masyarakat
normatif disebut pendidikan, sedang agar lebih optimal.
yang lain disebut pengaruh.
Sekolah tidak hanya dapat
Menurut (Ahmadi, 2007) menjadi tempat yang ideal untuk
Pengaruh dari lingkungan terhadap mengembangkan potensi dan
perilaku anak yang berjalan dari waktu perkembangan siswa saja namun juga
ke waktu secara terus-menerus tentu dapat menjadi tempat timbulnya
akan membentuk kepribadian anak. sebab-sebab yang dapat mengganggu
Lingkungan pendidikan dapat perkembangan siswa.
dikatakan berhasil jika lingkungan
Tujuan pendidikan telah
pendidikan tersebut mampu merubah
dirumuskan dengan sangat baik, tetapi
tingkah laku anak baik dari segi
hal itu tidak otomatis tidak terjadi
kognitif, psikomotorik, hingga afektif
permasalahan di dunia pendidikan.
anak ke arah yang lebih baik
Permasalahan di dunia pendidikan
Selain itu, dijelaskan dalam meliputi fasilitas sekolah yang kurang
pendidikan nasional yang berdasarkan menunjang sehingga proses kegiatan
Pancasila dan UUD Negara Republik belajar mengajar terhambat, selain itu
Indonesia Tahun 1945 bahwa: permasalahan yang ringan seperti
pendidikan berfungsi mengembangkan mencontek saat ujian sampai
kemampuan diri dan membentukwatak kekerasan yang berakibat kematian.
serta peradaban bangsa yang
Kekerasan merupakan suatu
bermartabat dalam
fenomena krisis moral. Krisis yang di
rangkamencerdaskan kehidupan
dapat dari berbagai macam tekanan
bangsa, bertujuan untuk
hidup. Suatu krisis yang bias menjadi
barometer kegagalan dalam membina memiliki mata rantai yang sulit untuk
“character bulding” siswa di di putus. Sanksi yang sejatinya
lingkungan sekolah. diharapkan mampu membuat efek jera
seolah juga hanya angin lalu bagi para
Maraknya perilaku-perilaku
pelaku.
kekerasan yang terjadi pada anak-anak
usia sekolah saat ini sangat Pemberatan hukuman kepada
memprihatinkan bagi pendidik dan pelaku tampaknya memiliki efek
orangtua. Fenomena yang sering positif bagi penyusutan perilaku
terjadi di sekolah ialah bullying. pelanggaran hak anak. Hal ini
terkonfirmasi dari data KPAI, terjadi
Menurut (Amalia, 2010) Di
penurunan perilaku anak dari 2014,
Indonesia penelitian tentang fenomena
5.666 perilaku menjadi 3820 tahun
bullying, dilakukan oleh Amy Huneck,
2015. Pada saat angka kekerasan
mengungkapkan bahwa 10-60% siswa
terhadap anak di 2015 secara
Indonesia melaporkan mendapat
kumulatif turun, tetapi perilaku anak
ejekan, cemoohan, pengucilan,
menjadi pelaku bullying di sekolah
pemukulan, tendangan, ataupun
justru meningkat
dorongan, sedikitnya sekali dalam
seminggu Di SMA Negeri 1 Padang
Cermin telah mengalami kemajuan
Menurut Sukarno, Bullying
yang pesat ditandai dengan
adalah perilaku antisosial yang sering
pembangunan sekolah yang cepat,
terjadi di lingkungan pendidikan.
diraihnya akreditasi A dan menjadi
Selama bertahun-tahun, perilaku
sekolah rujukan di kecamatan Padang
bullying selalu menjadi bagian yang
Cermin. SMA Negeri 1 Padang
tidak terpisahkan antar ikatan manusia
Cermin yang terletak di Desa Hanura,
dengan konteks sosial dan kultural
kecamatan Teluk Pandan tak luput dari
yang berbeda-beda. Guru, siswa,
perilaku bullying.
bahkan orang tua merupakan
kelompok manusia yang biasa Data tersebut peneliti dapatkan
memunculkan perilaku bullying saat peneliti melakukan penelitian
sebagai bagian dari interaksi antar pendahuluan di SMA Negeri 1 Padang
individu. Cermin. Saat itu peneliti melakukan
wawancara terhadap dua orang guru
Berbagai pencegahan dan
bimbingan dan konseling di sekolah
penanganan yang sudah dilakukan
tersebut bahwa perilaku bullying di
oleh berbagai pihak baik dari pihak
sekolah masih terjadi.
sekolah maupun aktivis luar sekolah
yang diharapkan mampu menekan Berangkat dari latar belakang
angka perilaku bullying dengan diatas, maka peneliti bermaksud
melakukan sosialisasi hingga melakukan penelitian yang bertujuan
pemberian sanksi tegas untuk untuk mencari tahu terkait perilaku
memberikan efek jera pada pelaku bullying siswa yang meliputi bentuk
bullying. dan faktor dominan perilaku bullying
siswa di SMA Negeri 1 Padang
Perilaku bullying masih saja
Cermin.
terjadi baik di lingkungan sekolah
maupun luar sekolah yang seolah
Berdasarkan uraian latar hipotesis, tapi perlu memandangnya
belakang di atas, maka masalah dalam sebagai bagian dari suatu keutuhan
penelitian ini bentuk dan faktor
penyebab perilaku bullying siswa Menurut (Nasution, 2003:5)
SMAN 1 Padang Cermin. Maka penelitian kualitatif adalah mengamati
rumusan dalam Penelitian ini orang dalam lingkungan, berinteraksi
dilakukan untuk merumuskan: dengan mereka dan menafsirkan
bagaimana bentuk dan faktor yang pendapat mereka tentang dunia sekitar,
menyebabkan perilaku bullying siswa kemudian (Sukmadinata, 2005: 60)
di SMA Negeri 1 Padang Cermin? menyatakan bahwa penelitian
kualitatif (qualitative research)
Sesuai dengan perumusan adalah: suatu penelitian yang ditujukan
masalah yang telah dikemukakan untuk mendiskripsikan dan
diatas maka tujuan penelitian ini menganalisis fenomena, peristiwa,
adalah untuk mengetahui bentuk dan aktifitas sosial, sikap, kepercayaan,
faktor penyebab perilaku bullying persepsi, pemikiran orang secara
siswa SMAN 1 Padang Cermin. individu maupun kelompok. Penelitian
kualitatif ini secara spesifik lebih
METODE PENELITIAN /
diarahkan pada penggunaan metode
RESEARCH METHOD
studi perilaku.
Penelitian ilmiah merupakan
Menurut (Daymond, dan
kegiatan untuk memperoleh kebenaran
Holloway, 2008) menyatakan bahwa:
secara ilmiah yang dilakukan untuk
Studi perilaku adalah pengujian
menemukan, mengembangkan, dan
intensif menggunakan berbagai
menguji kebenaran suatu
sumber bukti terhadap suatu entitas
pengetahuan.Untuk memperoleh
tunggal yang ruang dan waktu. Pada
kebenaran, suatu penelitian perlu
umumnya studi perilaku dihubungkan
menggunakan metode ilmiah yang
dengan sebuah lokasi atau sebuah
tepat, agar hasil yang diperoleh benar-
organisasi, sekumpulan orang, seperti
benar dapat dipertanggungjawabkan.
kelompok kerja, atau kelompok social,
Pendekatan penelitian yang komunitas, peristiwa, proses, isu
digunakan dalam penelitian ini adalah maupun kampanye
pendekatan kualitatif (qualitative
Menurut (Tohirin, 2012) studi
research). Bogdan dan Taylor
perilaku digunakan untuk mengetahui
(Moleong, 2007:4) mendefinisikan
dengan lebih mendalam dan terperinci
metodologi kualitatif sebagai prosedur
tentang suatu permasalahan atau
penelitian yang menghasilkan data
fenomena yang hendak diteliti.
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku Subjek dalam penelitian ini
yang dapat diamat. adalah tiga orang siswa SMA Negeri 1
Padang Cermin, yaitu SFY, RBS,
Pendekatan ini diarahkan pada
AAS, AR untuk mendapatkan data
latar dari individu tersebut secara
yang valid peneliti melibatkan orang
holistik (utuh).Jadi dalam hal ini tidak
tua dan guru BK
boleh mengisolasikan individu atau
organisasi ke dalam variabel atau Penelitian yang diambil adalah
SMAN 1 Padang Cermin, yang
terletak di Hanura, Teluk Pandan, Kab. Uji kredibilitas dalam
Pesawaran. Lokasi ini dipilih untuk penelitian kualitatif adalah untuk
melanjutkan analisis awal mengenai menguji validitas internal.Menurut
perilaku bullying siswa SMAN 1 (Sugiyono, 2010:263) validitas
Padang Cermin. internal berkenaan dengan derajat
akurasi desain penellitian dengan hasil
Penelitiandilaksanakan pada
yang dicapai. Adapun pengujian
bulan April-Juli 2017 atau setelah
kredibilitas data dalam penelitian ini
peneliti mendapatkan izin guna
adalah sebagai berikut:
mengumpulkan data dari lapangan.
1. Perpanjangan Pengamatan
Dalam penelitian kualitatif,
peneliti merupakan instrument yang Menurut (Sugiyono, 2010:369)
efektif dalam mengumpulkan data. Hal perpanjangan pengamanan akan sangat
ini karena dalam penelitian kualitatif bergantung pada kedalaman, keluasan,
data yag dikumpulkan umumnya dan kepastian data. Pengamatan dalam
secara partisipatif (pengamatan turut penelitian ini direncanakan peneliti
serta). Prosedur yang digunakan dalam dalam bulan Januari 2017. Penelitian
penelitian ini mengacu pada prosedur akan mengamati secara aktif, artinya
dalam prosedur yang diungkapkan peneliti akan menuliskan informasi
oleh (Santoso dan Riyanto, 2009:65) penting yang didapatkan dari hasil
Penelitian ini dimulai dari tahap pengamatan dalam bentuk catatan
persiapan, pada tahap ini peneliti kecil. Apabila data yang diperoleh
mempersiapkan instrument berupa peneliti belum mencukupi maka
pedoman wawancara. Setelah selesai peneliti akan melakukan perpanjangan
tahap persiapan, peneliti terjun pengamatan sampai data yang
langsung ke lapangan dan mulai diperoleh sudah mencukupi.
melaksanakan penelitian dengan 2. Meningkatkan Ketekunan
langsung mencari calon partisipan
Menguji kredibilitas dengan
dalam hal ini adalah siswa SMAN 1
meningkatkan ketekunan ini dilakukan
Padang Cermin sebagai partisipan inti,
peneliti dengan cara membaca
Orang tua, dan guru BK sebagai
keseluruhan catatan hasil peneliti
partisipan pembantu.
dengan cermat sehingga dengan
Dalam penelitian ini nama demikian dapat diketahui kesalahan
partisipan akan dirahasiakan dan dan kekurangan dari data yang
hanya akan ditulis menggunakan diperoleh dilapangan. Dengan
inisial huruf depannya saja. Hal ini meningkatkan ketekunan peneliti
dilakukan penulis karena berkenaan berharap dapat memberikan deskripsi
dengan kekhawatiran adanya isu etis data yang akurat dan sistematis saat
yang beredar pada akhir penelitian. menuliskan hasil penelitian.
Peneliti dalam penelitian ini akan 3. Triangulasi
menjelaskan maksud dan tujuan
Menurut (Sugiyono, 2010:330)
dilaksanakannya penelitian ini kepada
tringulasi diartikan sebagai teknik
partisipan sehingga partisipan
pengumpulan data yang bersifat
mengetahuinya dan diharapkan dapat
menggabungkan dari beberapa teknik
memberikan informasi yang
pengumpulan data yang telah ada.
mendukung penelitian ini.
Triangulasi yang dilakukan peneliti
dalam penelitian kualitatif ini adalah lebih akurat dan terpercaya maka
dengan melakukan triangulasi sumber penelti melakukan wawancara dengan
dan teknik. orang tua siswa dan gurubimbingan
konseling
Pada penelitian ini instrument
penelitiannya adalah wawancara dan Tabel 1. Bentuk bullying siswa SMA
dokumentasi yang dilakukan oleh Negeri 1 Padang Cermin
peneliti sendiri, Keberhasilan
penelirian ini terletak pada Inisial Bentuk Bullying
keterampilan yang dimiliki peneliti Partisi
untuk menggali informasi dan pan Fisik Ver Rela Cyber
menginterpretasikannya serta bal si bullyi
keterampilan membina kedekatan ng
dengan partsipan.
SFY √ √ - √
Analisis data lapangan
dilakukan peneliti agar dapat RBS √ √ - -
disimpulkan data mendapatkan hasil -
yang sesuai dengan tujuan penelitian. AAS √ √ √
Analisis data dilakukan pada semua
data yang telah terkumpul baik dalam AR √ √ - -
bentuk catatan tertulis, dokumen-
dokumen, maupun dalam bentuk Berdasarkan tabel diatas yang
rekaman suara. peneliti dapatkan dari hasil observasi
dengan keempat partisipan inti bahwa
Kode yang digunakan peneliti bullying yang dilakukan oleh keempat
dalam penelitian ini adalah siswa SMAN 1 Padang Cermin adalah
serangkaian kata yang digunakan pada bullying fisik, bullying verbal, bullying
sebagian data yang diperoleh dari relasi, cyber-bullying.
jawaban partisipan. Koding dilakukan
dengan cara menyediakan kolom Berdasarkan wawancara yang
lembar verbatim untuk membubuhkan peneliti dlakukan di dapatkan bahwa
kode-kode atau catatan-catatan faktor penyebab bullying adalah faktor
tertentu. keluarga, faktor sekolah, faktor
lingkungan masyarakat, teman sebaya,
HASIL DAN PEMBAHASAN / dan media dan ditemukan faktor lain
RESULT AND DISCUSSION berupa faktor kepribadian dan budaya.

Berdasarkan hasil penelitian Secara lebih rinci mengenai


yang diperoleh dari observasi dan faktor penyebab terjadinya perilaku
wawancara di SMA Negeri 1 Padang bullying akan dibahas dibawah ini:
Cermin untuk mengetahui perihal
bentuk dan factor dominan perilaku a). Faktor Keluarga
bullying siswa terdapat empat orang
pastisipan siswa yang pernah Keluarga adalah unit sosial
melakukan bullying sebelumnya. yang paling kecil dalam masyarakat.
Untuk mengetahui penyebab yang Meskipun demikian, peranannya besar
mendominasi perilaku bullying siswa sekali terhadap perkembangan sosial,
secara lebih mendalam sehingga data terlebih pada awal-awal
perkembangan yang menjadi landasan
bagi perkembangan kepribadian b). Faktor Sekolah
selanjutnya.
` Sekolah adalah wahana
Pola asuh permisif dan otoriter kegiatan dan proses pendidikan
serta pengetahuan orang tua tentang berlangsung. Di sekolah diadakan
perilaku bullying memiliki andil yang kegiatan pendidikan, pembelajaran dan
besar pula dalam membetuk latihan (Tu’u, 2004:18).
kepribadian anak, termasuk
menjadikan anak melakukan perilaku Sekolah merupakan lembaga
bullying. pendidikan formal yang sistematis
melaksanakan program bimbingan,
Peneliti menjumpai bahwa pengajaran, dan latihan dalam rangka
sebagian partisipan membenarkan membantu siswa agar mampu
bahwa keluarga merupakan faktor megembangkan potensinya baik yang
penyebab perilaku bullying anak. Hal menyangkut aspek moral, spiritual,
ini dijelaskan oleh SFY, sebagai intelektual, emosional maupun sosial
berikut: (Syamsu Yusuf, 2001:54).
“Jadi nggak takut gitu sama orang tua, Sekolah yang rentan terjadinya
soalnya bapak nggak akan marah. bullying adalah sekolah yang minim
Marah kalo udah keterlaluan” pengawasan dari guru terlebih untuk
siswa yang mendiami kelas yang
Karater orang tua demikian juga
berada di belakang atau jauh dari
didukung oleh pernyataan RBS berikut
pengawasan guru.
ini:
Anak-anak banyak
“Apa ya, bingung. Kalau di
menghabiskan waktu di sekolah
lingkungan tempat tinggal saya kan
sehingga perilaku bullying yang terjadi
jarang yah kaya gituan, mungkin
pun bisa disebabkan oleh kondisi
karena ngikut orang tua kali ya, orang
sekolah. Hal tersebut di katakan oleh
tuanya aja begitu ya anaknya ngikut”
SFY:
Selanjutnya AR juga mengungkapkan:
“Iyalah, kan CCTV yang ngawasin
“Kan Cuma di bilang “aja mengkonon paling 1 orang doang dan gak setiap
sih nal” gitu terus kan, jadi ya bebas waktu di cek, jadi ya sama aja gak
mau ngapain aja, mau jitak palaadek diawasin, kalo ada guru kan diliat
sendiri, orang lain juga bodo amat kan secara langsung jadi lebih bahaya
gak ada yang marahin” keliatan guru dari pada CCTV”

Pernyataan SFY diatas di dukung oleh Pernyataan senada juga dikatakan oleh
ibunya SY sebagai berikut: RBS, sebagai berikut:

“Bapak mah diem aja” “Iya sih, tapikan kadang CCTV nya
off”

AAS menjelaskan lebih rinci seperti


dibawah ini:
“Apa ya Mbak? kayaknya sih nggak Faktor lingkungan sosial
ada deh, secara di sekarang kan di masyarakat juga dijelaskan oleh SFY
setiap kelas udah ada CCTV, terus sebagai berikut:
juga kan di setiap sudut sekolah ada
CCTV juga. Ya kalau misalkan untuk “Kan kalo ada yang ngatain atau
ngata-ngatain terus kayak noyor ngeroyok itu ikut-ikutan”
kepala terus mukul yang gak terlalu
berat itu mungkin gak terlalu Hal tersebut juga didukung oleh
dipermasalahin,soalnya CCTV kan pernyataan RBS dibawah ini:
gak on setiap saat.Tapi kalo ketauan
guru ya berabe” “Apa ya, bingung. Kalau di
lingkungan tempat tinggalsaya kan
Selain ketersediaan fasilitas dan guru, jarang yah kaya gituan, mungkin
peraturan sekolah juga bisa menjadi karena ngikut orang tua kali ya, orang
penyebab terjadinya perilaku bullying. tuanya aja begitu ya anaknya ngikut”
Hal ini dijelaskan oleh AR sebagai
berikut: AAS menjelaskan lebih rinci sebagai
berikut:
“Ngapain takut, masa Cuma gara-gara
ngatain anak orang bisa dikeluarin, “Mungkin lebih ke contoh kali ya
kan udah ada point nyapoint mbak, ada kan kalau misalkan bujang
terbesarkan berantem, narkoba, bujang itu gitukalau ada yang lagi
tauran,dll. kalo Cuma ngatain mah kumpul-kumpul gitu ada yang lewat
point nya kecil” gitu yang di rasanya aneh tuh
dipanggil di kata-kata itu terus kalau
Pernyataan keempat siswa tersebut di nggak ya di dijahilin lagi”
dukung oleh pernyataan SM selaku
guru BK sebagai berikut: Kondisi lingkunan tempat tinggal yang
sudah terbiasa dengan kekerasan
“Meskipun ada CCTV, kan kadang membawa dampak bagi partisipan,
off. Kelas-kelas yanga di dibelakang pernyataan berikut di dukung oleh AR,
kan jarang terjangkau guru, jadi kelas sebagai berikut:
yang di belakang rentan terjadi
bullying” “Jadi kekerasan itu udah biasa gitu
mbak”
c). Faktor Lingkungan Masyarakat
Apa yang terjadi dilingkungan
Lingkungan sosial ialah sejatinya adalah model atau contoh
interaksi diantara masyarakat dengan bagi orang-orang yang tinggal di
lingkungan, ataupun lingkungan yang tempat tersebut. SY menegaskannya di
juga terdiri dari makhluk sosial atau pernyataan dibawah ini:
manusia. Lingkungan masayarakat
inilah yang kemudian membentuk “Ngga tau saya mbak, kayaknya sih
suatu sistem pergaulan yang memiliki adayang saya bilang ikut-ikutan tadi,
peranan besar di dalam membentuk namanya kan udah bujang udah punya
sebuah kepribadian seseorang, dan temen deketkan di rumah juga”.
kemudian terjadilah sebuah interaksi
diantara orang atau juga masyarakat
dengan lingkungannya.
d). Faktor Teman Sebaya “Gak ada mereka ya gak serulah, masa
jailin orang sendirian, gak asyik”
Masa remaja merupakan masa
yang sangat penting dalam proses SY sebagai orang tua SFY juga
perkembangan. Karena itu mengungkapkan :
perkembangan pada masa remaja
sudah seharusnya mendapatkan “Kalau ada yang ngata-ngatain ikut-
perhatian dari berbagai pihak, ikutan ngatain, kalau mukul ya ikutan
terutama dari lingkungan terdekatnya juga”
seperti kelurga.
e). Faktor Media
Pengaruh teman sebaya dalam
pengembangan dan pembentukan Setiap tayangan dan
identitas dirinya tidak bisa di anggap pemberitaan yang dimuat baik di
tidak penting karena dengan teman media cetak maupun eletronik
sebayalah biasanya remaja banyak membawa dampak yang berbeda bagi
menghabiskan waktunya untuk saling setiap individu. Hal ini juga yang
bertukar informasi tentang dunia terjadi pada pastisipan.
luarnya. Hal ini akan berpengaruh
pada pemikiran remaja dalam Tayangan atau pemberitaan
mengembangkan siapa dirinya dan apa yang menayangkan tentang kekerasan
yang harus dia lakukan menjadi bisa menjadikan contoh pagi siswa
seseorang. untuk melakukan perilaku bullying
dimanapun dia berada.
Pengaruh teman sebaya ini dijelaskan
oleh RBS, seperti dibawah ini: AAS mengungkapkan bahwa “Hebat
kan masuk Tv jadi ngikut jahat sama
“Kaya ada dukungan kalo lagi orang “
ngebully”
Demikian juga diungkapkan oleh AR
Hal demikian juga diungkapkan oleh sebagai berikut:
AAS sebagai berikut ini:
“Ngajarin orang-orang untuk
“Ya gimana ya pasti pengaruhnya tuh ngelakuin itu, kaya berasa keren gitu
gede lah karena kan saya juga kalo ditakutin di sekolah”
ngebully orang bareng mereka gitu
kalau di sekolah, kalau di luar ya SY juga menambahkan, sebagai
nggak, karena nggak ada mereka gitu berikut:
di rumah, pengaruhnya kalau ada
mereka ya saya bisa ngebully kalau “Bisa bawa pengaruh negatif mbak
nggak ada mereka ya saya nggak untuk anak-anak, bisa niru, bisa
ngebuli gitu, kalau misalkan kayak ngikutin, kayanya seneng gitu kalo
diusik orang gitu ya mereka yang udah nindas orang”
ngomporin, samperin samperin gitu-
Selain faktor yang disebutkan diatas
gitu tapi sambil ketawa-ketawa
terdapat faktor lain yang juga
bercanda”
mempengaruhi perilaku bullying yaitu
AR juga mengungkapkan hal yang faktor kepribadian dan budaya.
sama, berikut ini: Dengan penjelasan sebagai berikut:
f). Faktor Kepribadian kalau ada yangngatain atau ngeroyok
itu ikut-ikutan”
Kepribadian membedakan
satu individu dengan individu lainnya. Hal tersebut juga diungkapkan oleh
Kepribadian dapat mempengaruhi RBS, sebagai berikut:
seseorang dalam melakukan perilaku
bullying.Hal ini di uraikan oleh subjek “Namanya kampung masih kentel sih
sebagai berikut: gotong royongnya, kalau masih pake
omongan mah biasa aja gak dihirauin,
SFY menyatakan sebagai berikut: tapi kalau udah main fisik kalu gak
emak-emaknya berantem ya disidang
“Saya mah nggak nakal yang tauran, di rumah RT”
narkoba, bolos itu enggak.Cuma saya
mah suka kasar, kasar sama sodara- AAS juga mengungkapkan hal yang
sodara yang lain” senada perihal budaya sebagai berikut:

RBS mengatakan bahwa : “Ya maksudnya nggak terlalu


individualis, nggak terlalu
“sok-sokan, benci saya sama orang berkelompok juga masih sering liat sih
kaya begitu” kalau gotong royong gitu-gitu tapi ya
jarang”
AR mengungkapkan tentang dirinya,
sebagai berikut: AR menambahkan perihal budaya
sekitarnya, sebagai berikut:
“apa yang bisa dipuji dari saya mbak,
nakal, tolol juga” “Jarang ada yang sekolah mbak, lulus
SD jadi nelayan, jadi gitulah kalau
SY sebagai ibu dari SFY orang-orangnya pada nggaks sekolah”
menambahkan keterangan tentang
anaknya sebagai berikut: SFY juga menguatkan pernyataan
keempat subjek yang lain, yaitu:
“Emang anaknya kasar, terus
bapaknya juga gak terlalu merhatiin “Lingkungan sih masig ada
anak, anak salah di diemin aja”. interaksinya ya mbak, masih mau
sambatan”
g). Faktor Budaya Faktor yang peneliti dapatkan ini telah
dijabarkan oleh para ahli, yaitu sebagai
Faktor kriminalitas budaya berikut:
menjadi salah faktor penyebab
perilaku bullying. Budaya Faktor-faktor yang menyebabkan
mempengaruhi anak menjadi anak terjadinya bullying antara lain
yang stress, depresi, dan arogan. (Ariesto, 2009):
Hal ini di ungkapkan oleh SFY, 1. Keluarga
sebagai berikut:
Perilaku bullying sering kali
”Kalau disana sih lebih deket ya mbak, berasal dari keluarga yang bermasalah:
masih sering gotong royong gitu. Kan orang tua yang sering menghukum
anaknya secara berlebihan atau situasi
rumah yang penuh stress, agresi, dan 4. Kondisi Lingkungan Sosial
permusuhan. Anak akan mempelajari
perilaku bullying ketika mengamati Kondisi lingkungan sosial
konflik-konflik yang terjadi pada dapat pula menjadi penyebab
orang tua merekadan kemudian timbulnya perilaku bullying. Salah
menirunya terhadap teman-teman satu faktor lingkungan sosial yang
mereka. menyebabkan timbulnya tindakan
bullying adalah kemiskinan.
Jika tidak ada konsekuensi Merekayang hidup dalam kemiskinan
yang tegas dari lingkungan terhadap akan berbuat apa saja demi memnuhi
perilaku coba-coba itu, ia akan belajar kebutuhan hidupnya. Sehingga tidak
bahwa “mereka yang memiliki heran jika lingkungan sekolah sering
kekuatan diperbolehkan untuk perilaku terjadi pemalaakan antar siswa
agresifdan perilaku agresif itu dapat
meningkatkan status dan kekuasaan 5. Tayangan Televisi dan Media
seseorang” Dari sini anak akan Cetak
mengembangkan perilaku bullying
Televisi dan media cetak
2. Sekolah membentukpolaperilaku bullying dari
segi tayangan yang mereka tampilkan.
Pihak sering kalimengabaikan Survey yang dilakukan (Saripah,
keberadaan bullying ini, anak-anak 2006) memperlihatkan bahwa 56,9%
sebagai pelaku bullying akan anak meniru adegan-adegan film yang
mendapatkan penguatan terhadap ditontonya, umumnya mereka meniru
perilaku bullying yang mereka lakukan gerakan (64%) dan kata-katantya
untuk mengintimidasi orang lain. (43%).
Bullying berkembang dengan pesat
dalam lingkungan sekolah sering Menurut Andrew Mellor, Ratna
memberikan masuka negatif pada Djuwita, dan Komarudin Hidayat
siswanya. Misalnya berupa hukuman (Pony Retno Astuti, 2008:50)
yang tidak membangun sehingga tidak “Bullying: Masalah Tersembunyi
mengembangkan rasa menghargai dan dalam Dunia Pendidikan di Indonesia”
menghormati antar sesama warga mengatakan bullying terjadi akibat
sekolah faktor lingkungan keluarga, sekolah,
media massa, budaya dan peer group.
3. Kelompok Teman Sebaya Bullying juga muncul oleh adanya
pengaruh situasi politik dan ekonomi
Anak-anak ketika berinteraksi
yang koruptif.
dalam sekolah dan dengan teman
sekitar di rumah, kadang kala a) Faktor Keluarga
terdorong untuk melakukan bullying.
Beberapa anak melakukan bullying Beberapa hasil penelitian
dalam usaha untuk membuktikan menunjukkan bahwa sikap orang tua
bahwa mereka bisa masuk dalam yang terlalu berlebihan dalam
kelompok tertentu meskipun mereka melindungi anaknya, membuat mereka
sendiri merasa tidak nyaman dengan rentan terkena bullying. Pola hidup
perilaku tersebut. orang tua yang berantakan, terjadinya
perceraian orang tua, orang tua yang
tidak stabil perasaan dan pikirannya,
orang tua yang saling mencaci maki,
menghina, bertengkar dihadapan anak-
anaknya, bermusuhan dan tidak pernah d) Faktor Budaya
akur, memicu terjadinya depresi dan
stress bagi anak. Seorang remaja yang Faktor kriminal budaya menjadi
tumbuh dalam keluarga yang salah satu penyebab munculnya
menerapkan pola komunikasi negatif perilaku bullying. Suasana politik yang
seperti sarcasm (sindirian tajam) akan kacau, perekonomian yang tidak
cenderung meniru kebiasaan tersebut menentu, prasangka dan diskriminasi,
dalam kesehariannya. konflik dalam masyarakat, dan
ethnosentrime24, hal ini dapat
b) Faktor Sekolah mendorong anak-anak dan remaja
menjadi seorang yang depresi, stress,
Menurut Setiawati (Usman, arogan dan kasar.
2013), kecenderungan pihak sekolah
yang sering mengabaikan keberadaan e) Faktor Teman Sebaya
bullying menjadikan siswa yang
menjadi pelaku bullying semakin Menurut (Benites dan Justicia
mendapatkan penguatan terhadap tahun, 2006), (seperti dikutip dari
perilaku tersebut. Selain itu, bullying Usman), kelompok teman sebaya
dapat terjadi di sekolah jika (genk) yang memiliki masalah di
pengawasan dan bimbingan etika dari sekolah akan memberikan dampak
para guru rendah, sekolah dengan yang buruk bagi teman-teman lainnya
kedisiplinan yang sangat kaku, seperti berperilaku dan berkata kasar
bimbingan yang tidak layak dan terhadap guru atau sesama teman dan
peraturan yang tidak konsisten. Dalam membolos. Anak-anak ketika
penelitian oleh Adair, 79% kasus berinteraksi dalam sekolah dan dengan
bullying di sekolah tidak dilaporkan ke teman di sekitar rumah, kadang kala
guru atau orang tua. Siswa cenderung terdorong utnuk melakukan bullying.
untuk menutup-nutupi hal ini dan Beberapa anak melakukan bullying
menyelesaikannya mencerminkan hanya untuk membuktikan kepada
kemandirian. dengan teman teman sebayanya agar diterima dalam
sepermainannya di sekolah untuk kelompok tersebut, walaupun
sebenarnya mereka tidak nyaman
c) Media Massa melakukan hal tersebut.
Saripah mengutip sebuah survey Perilaku bullying tersebut tidak
yang dilakukan Kompas (seperti yang luput dari faktor penyebabnya, seperti
dikutip dari Masdin) yang faktor internal dalam dirinya yaitu;
memperlihatkan bahwa 56,9% anak harga diri dan kepribadian. Septrina,
meniru adegan-adegan film yang Liow, Sulistiyawati & Andrian (2009)
ditontonnya, umunya mereka meniru mengatakan bahwa dimana semakin
gerakannya (64%) dan kata-katanya tinggi harga diri maka semakin rendah
(43%).Hal ini dapat menciptakan perilaku bullying. Tumon (2014) juga
perilaku anak yang keras dan kasar menambahkan ada 3 faktor eksternal
yang selanjutnya memicu terjadi yang dapat mempengaruhi terjadinya
bullying yang dilakukan oleh anak- bullying, yaitu keluarga, sekolah dan
anak terhadap teman-temannya di teman sebaya
sekolah.
Berdasarkan penelitian di SMA bullying fisik dan verbal. Factor yang
Negeri 1 Padang Cermin terhadap paling dominan adalah karakter orang
empat orang siswa di dapatkan hasil tua yang kasar dan cara masyarakat
bahwa SFY melakukan bullyingberupa menyelesaikan masalah.
fisik, verbal, dan cyber-bullying; RBS
melakukan bullying berupa fisik dan Setelah penulis menyelesaikan
verbal; AAS melakukan bullying penelitian, membahas dan mengambil
berupa fisik, verbal, dan relasi; AR kesimpulan maka penulis mengajukan
melakukan bullying berupa fisik dan saran kepada berbagai pihak untuk
verbal. tujuan perbaikan bersama, sebagai
berikut:
Penyebab terjadinya bullying
adalah karate orang tua yang kasar, Kepada Pihak Sekolah
pengawasan guru yang rendah, cara hendaknya melakukan pengawasan
masyarakat menyelesaikan masalah, kepada siswa khususnya terhadap
tanyangan video atau televisi, serta siswa yang kelasnya berada di
ikut-ikutan teman. belakang
Berdasarkan pembahasan Kepada siswa hendaknya siswa
diatas di dapatkan bahwa bentuk yang mengurangi perilaku bullying.
paling dominan adalah fisik dan
verbal, factor apaling dominan adalah DAFTAR RUJUKAN /
karakter orang tua yang kasar dan cara REFERENCES
masyarkat menyelesaikan masalah.
Bukan hanya itu, penulis juga Ahmadi dan Uhbiyati. 2007. Ilmu
menemukan factor lain yang Pendidikan. Jakarta: Rineka
menyebabkan perilaku bullying yaitu Cipta.
karakter anak yang kasar atau
temperamen serta kebiasaan Amalia, D. 2010. Hubungan Persepsi
masyarakat. Tentang Bullying Dengan
Intense Melakukan Bullying
SIMPULAN / CONCLUSION Siswa SMA Negeri 82
Jakarta.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa bentuk bullying yang dominan Ariesto, Adrian. 2009. Pelaksanaan
terjadi adalah bullying fisik dan Program Anti-Bullying
bullying verbal diikuti dengan bullying Teacher Enpowerment
relasi dan cyber-bullying. Faktor Program di sekolah.
penyebab yang paling dominan adalah Universitas Indonesia.
faktor sekolah dan masyarakat lalu
diikuti factor keluarga, temansebaya, Benitez, J. L., & Justicia, F. 2006.
dan media. Tidak hanya itu, penulis Bullying: Description and
juga menemukan faktor lain yang analysis of the phenomenon.
menjadi penyebab terjadinya bullying Electronic Journal of
adalah faktor kepribadian dan budaya Research in Educational of
Psychology,4. 9, 151-17.
Kempat orang siswa tersebut
telah melakukan perilaku bullying Daymond, Christine & Holloway,
namun yang paling dominan adalah Immy. 2008. Metode Riset
Kualitatif. 2nd ed. http://ejurnal.esaunggul.ac.id/
Jogjakarta: Press Media. index.php/psiko/article/view/
131. 1473 diakses pada 8 Agustus
2016
Mulyana, Deddy. 2004. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Tohirin. 2012. Metode Penelitian
Bandung: PT Remaja Kualitatif dalam Pendidikan
Rosdakarya. dan Bimbingan dan
Konseling. Jakarta: Raja
Nasution. 2003. Metode Penelitian Grafindo Persada.
Naturalistik Kualitatif.
Bandung: Tarsito. Tumon, 2014. Studi Deskriptif
Perilaku Bullying Pada
Astuti. Ponny. 2008. Meredam Remaja Vol. 3 No 1.
Bullying. Jakarta: PT
Gramedia Widiasarana Tulus, Tu’u. 2004. Peran Disiplin pada
Indonesia. Perilaku dan Prestasi Belajar.
Jakarta: Grasindo.
Saripah, Ipah. 2010. Model Konseling
Kognitif Perilaku untuk Usman, Irvan. 2013. Kepribadian,
Menanggulangi Bullying Komunikasi, Kelompok
Siswa. Bandung: Teman Sebaya, Iklim Sekolah
Universitas Pendidikan dan Perilaku Bullying,
Indonesia. Humanitas Vol. X No. 1.
Yusuf, Syamsu. 2001. Psikologi
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Perkembangan Anak dan
Kuantitatif Kualitatif dan
Remaja. Bandung: PT
R&B. Bandung: Alfabeta.
Remaja Rosda Karya.
Sukarno, T dan Handarini, D. 2016.
Pengembangan Panduan
Pelatihan Creative Problem
Solving Untuk Mencegah
Bullying di SMP. Universitas
Negeri Malang. Vol.1 hal 33-
39.
http://journal2.um.ac.id/index
.php/jkbk/article/view/630dia
kses pada 13 Juli 2017

Sukmadinata, Nana. 2005. Landasan


Psikologi Proses Pendidikan,
Bandung: PT Rosda Karya.

Trevi. 2010. Sikap Siswa SMK


Terhadap Bullying”. Skripsi,
Fakultas Psikologi
Universitas Esa Unggu.

Anda mungkin juga menyukai