Anda di halaman 1dari 7

Pembentukan Karakter Religius, Gemar Membaca, dan Tanggung Jawab pada Anak

Sekolah Dasar

Hanik Hidayati1, Tutik Khotimah 2, F. Shoufika Hilyana


123
Universitas Muria Kudus
Email: hanik.hidayati@umk.ac.id

Jounal info
Jurnal Pendidikan Glasser Abstract.
p-ISSN : 2579-5082 Pendidikan keluarga merupakan Lembaga Pendidikan yang
e-ISSN : 2598-2818 pertama, proses pembentukan karakter-karakter terjadi
DOI : 10.32529/glasser.v5i2.1038 akibat dari pembiasaan. Pembentukan kebiasaan akan lebih
Volume : 5 efektif bila didukung oleh sosok teladan yang dapat
Nomor : 2 dijadikan panutan dalam kehidupan keluarga. Tujuan
Month : 2021 penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang
Issue : Oktober pembentukan karakter gemar membaca, karakter religius
dan tanggung jawab pada anak usia sekolah dasar. Metode
penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
Teknik non tes. Bentuk instrument yang digunakan berupa
lembar observasi atau kuesioner. Populasi dalam penelitian
ini merupakan anak-anak usia SD di lingkungan komplek
perumahan kavling DPU Singocandi Kota Kudus dengan
jumlah 12 orang. Alat ukur atau variable yang digunakan
yaitu skala karakter religius, karakter gemar membaca, dan
karakter tanggung jawab. Hasil penelitian ini yaitu karakter
religius pada anak SD tergolong cukup tinggi. Untuk
karakter gemar membaca sendiri masih tergolong sedang.
Sedangkan untuk karakter tanggung jawab pada anak SD
sudah tergolong tinggi.

Keywords : Pendidikan karakter, Religius, Gemar Membaca, Tanggung Jawab.

A. PENDAHULUAN Orangtua harus mendampingi dan


Pendidikan keluarga merupakan Lembaga membimbing anaknya saat sedang
Pendidikan yang pertama, tempat seorang menggunakan berbagai media informasi dan
anak pertama kali mendapatkan Pendidikan teknologi (Ameliola & Nugraha, 2015).
dan bimbingan dari orang tua dan anggota Orang tua perlu meluangkan waktu ekstra
keluarga lainnya. untuk anak dalam mendampingi proses
Di era globalisasi seperti saat ini, menjadi pembelajaran jarak jauh dengan daring. Tidak
suatu hal yang mustahil untuk menjauhkan jarang orang tua harus ikut belajar bersama
anak dari media informasi dan teknologi yang dan hal tersebut berpengaruh pada aktivitas
semakin canggih. Oleh karena itu, peran serta rutin sehari-hari. Bagi anak pada sekolah
dan pengawasan orangtua menjadi suatu dasar, pendampingan orang tua sangat
kewajiban mutlak yang harus dipenuhi. diperlukan. Mulai dari persiapan yaitu

76
menyiapkan alat dan sistem pembelajaran Moral/akhlak merupakan nilai-nilai dan
jarak jauh dengan daring juga membimbing norma-norma yang menjadi pegangan
anak agar dapat menggunakan teknologi sekelompok orang dalam mengatur tingkah
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran lakunya. Moral berkenaan dengan suatu
(Syaikhu, 2021). kegiatan manusia yang memandang suatu
Setiap orang tua pasti menginginkan putra prilaku manusia dalam prilaku baik atau
putri mereka menjadi manusia yang pandai, buruk, benar atau salah, tepat atau tidak tepat,
cerdas, dan berakhlak. Penanaman akhlak atau menyangkut cara seseorang dalam
terpuji, seperti jujur, berani, disiplin, kerja bertingkah laku dalam hubungan dengan
sama, tegas, ramah, sabra, mandiri, tanggung orang lain (Frimayanti, 2017).
jawab, kasih saying, dan peduli dapat Pendidikan karakter merupakan suatu
terwujud dalam keluarga. Maka keluarga proses yang digunakan untuk membentuk
sebagai lingkungan pembentukan akhlak individu yang berkarakter atau
pertama dan utama seharusnya lebih aware. berkepribadian. Pendidikan karakter adalah
Proses pembentukan karakter-karakter pendidikan yang mengajarkan tentang tabiat,
tersebut terjadi akibat dari pembiasaan atau kepribadian, sikap maupun akhlaq sehingga
pola ajar tiap tiap hari. Sebab Pendidikan terbentuk suatu individu seperti yang
sendiri hakikatnya adalah pembiasaan, diharapkan (Kamilah, 2019).
melatih pada kebiasaan yang baik. Dalam UU No 20 tahun 2003 pasal 1 ayat
Pembentukan kebiasaan akan lebih efektif bila 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional
didukung oleh sosok teladan yang dapat disebutkan bahwa Pendidikan adalah usaha
dijadikan panutan dalam kehidupan keluarga, sadar dan terencana untuk mewujudkan
yakni kedua orangtua. suasana belajar dan proses pembelajaran agar
Menurut beberapa ahli, kata Pendidikan anak didik secara aktif mengembangkan
memiliki definisi yang berbeda-beda potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
tergantung pada sudut pandang, paradigma, spiritual keagamaan, pengendalian diri,
metodologi dan disiplin keilmuan yang kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
digunakan. (Huliyah, 2016) Pendidikan adalah keterampilan yang diperlukan dirinya,
membantu membimbing anak dengan masyarakat, bangsa dan negara.
mengembangkan dan mengarahkan seluruh Intinya, Pendidikan selain sebagai proses
potensi yang dimilikinya agar tercapailah humanisasi, Pendidikan juga merupakan
seluruh tujuan hidupnya. Hakikat pendidikan usaha untuk membantu manusia
lebih dari hanya sekedar penyampaian mengembangkan seluruh potensi yang
pengetahuan, tetapi bagaimana membangun dimilikinya untuk mencapai kesuksesan dalam
sikap positif terhadap nilai-nilai kehidupan. kehidupan dunia akhirat.

77
Setelah mengetahui esensi Pendidikan kebiasaan membaca pada anak. Tidak asal
secara umum, selanjutnya dapat ditemukan membaca, bahan bacaan anak pun harus
pengertian Pendidikan karakter secara disaring agar karakter yang terbentuk tidak
komprehensif. Istilah karakter berasal dari salah.
Bahasa Yunani, charassein, yang berarti to Karakter religius dan tanggung jawab
engrave atau mengukir. Membentuk karakter sangat penting ditanamkan dalam diri anak.
diibaratkan seperti mengukir di atas batu Karakter religius merupakan salah satu
permata atau permukaan besi yang keras. Dari karakter yang perlu ditanamkan dalam diri
sanalah kemudian berkembang pengertian anak agar kelak dapat berperilaku sesuai
karakter yang diartikan sebagai tanda khusus dengan ajaran agama dan memiliki pedoman
atau pola perilaku (an individual’s pattern of hidup di masa mendatang (Ahsanulkhaq,
behaviour … his moral constitution). 2019). Sedangkan karakter tanggung jawab
Karakter akan terbentuk bila aktivitas sendiri juga sangat penting bagi anak, agar
dilakukan berulang-ulang secara rutin hingga kelak di masa depan anak dapat menjadi insan
menjadi suatu kebiasaan, yang akhirnya tidak yang berbudi dan tidak lalai akan
hanya menjadi suatu kebiasaan saja tapi sudah kewajibannya.
menjadi suatu karakter (Putri, 2018). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Pembentukan karakter sejak dini sangat (KBBI), tanggung jawab merupakan
penting untuk dilakukan. Mulai dari karakter kesadaran manusia atas tingkah lakunya dan
religius, gemar membaca, hingga karakter perbuatan yang disengaja maupun yang tidak
tanggung jawab. Semua ini bisa dilatih atau disengaja. Pengertian tanggung jawab sendiri
dibentuk sejak dini dimulai dari lingkungan ialah perbedaan antara kebenaran dan
keluarganya sendiri. Sehingga saat dewasa kesalahan, yang boleh dan yang dilarang,
nanti anak akan menjadi pribadi yang lebih yang dianjurkan dan yang dicegah, baik dan
baik karena sudah dibekali dengan karakter buruk dan sadar bahwa harus menjauhi hal
yang baik (Setiawati, 2015). yang bersifat negatif dan mencoba untuk
Untuk membentuk karakter religius dan mengambil manfaat dari sesuatu yang bersifat
tanggung jawab bisa ditanamkan melalui positif (Ahmadi & Sholeh, 2005).
kebiasaan membaca. Seperti membaca buku- Pembentukan karakter religius dan
buku islami, buku cerita tentang moral dan tanggung jawab ini bisa dipupuk dari
tanggung jawab, dan lain sebagainya. Saat kebiasaan membaca. Sehingga kebiasaan
proses membaca, tanpa sadar anak akan gemar membaca sangat berperan penting
mengambil isi dari buku yang di abaca. dalam proses pembentukan karakter seorang
Lambat laun anak pelan-pelan akan mulai anak. Maka dari itulah, penelitian ini
mengamalkan apa yang dia ambil dari buku mendeskripsikan tentang pembentukan
bacaannya. Maka dari itulah pentingnya karakter gemar membaca, karakter religius
78
dan tanggung jawab pada anak usia sekolah Analisis data yang diterapkan yaitu
dasar. deskriptif. Dalam penelitian ini, statistik
deskriptif bertujuan untuk mendapatkan nilai
B. METODE PENELITIAN standar deviasi, rata-rata, skor minimum, skor
Metode penelitian menjelaskan lokasi maksimum, dan distribusi frekuensi.
penelitian, ruang lingkup atau objek, bahan Kemudian dari hasil tersebut dikonversikan
dan alat utama, tempat, teknik pengumpulan menjadi tiga kategori pengelompokkan yaitu
data, definisi operasional variabel penelitian, rendah, sedang, dan tinggi. Dari
dan teknik analisis. pengelompokkan itulah kemudian dianalisis
Penelitian ini menggunakan pendekatan kecenderungan sampel dikelompok mana,
deskriptif kuantitatif. Teknik pengumpulan apakah rendah, sedang, ataukah tinggi
data dilakukan dengan menggunakan Teknik sehingga didapat hasil manakah dari ke-3
non tes. Bentuk instrument yang digunakan variabel yang paling dominan. Sehingga
berupa lembar observasi atau kuesioner. akhirnya dapat dianalisis dan disimpulkan.
Populasi dalam penelitian ini merupakan
anak-anak usia SD di lingkungan komplek C. HASIL DAN PEMBAHASAN
perumahan kavling DPU Singocandi Kota Mayoritas subjek yang digunakan dalam
Kudus dengan jumlah 12 orang. Populasi penelitian ini yaitu laki-laki (67%), kelas VI
penelitian merupakan kelompok subjek yang SD (33%) di lingkungan komplek perumahan
akan digeneralisasikan dari hasil penelitian kavling DPU Singocandi Kota Kudus seperti
(Azwar, 2010). Sedangkan total sampel yang terlihat pada Tabel 1.
merupakan Teknik pengambilan sampel dari Tabel 1. Deskripsi Subjek Penelitian
semua anggota populasi yang diterapkan karakteristik
frekuensi %
untuk mengambil sampel penelitian subjek
Jenis
(Sugiyono, 2013). Hal yang dilakukan adalah Laki-laki 8 67
Kelamin
melibatkan sampel dari seluruh anggota Perempuan 4 33
Kelas II 3 25
populasi sebagai sampel penelitian.
III 1 8
Alat ukur atau variable yang digunakan IV 3 25
yaitu skala karakter religius, karakter gemar V 1 8
VI 4 33
membaca, dan karakter tanggung jawab.
Setiap variable terdiri dari 8 item penilaian
Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa pada
yang tiap poin mengandung unsur religius.
variable karakter religius dan karakter gemar
Skala setiap variable menggunakan range skor
membaca menghasilkan nilai SD deskriptif
penilaian antara 1 – 4 berturut-turut yakni,
yang sama yakni sebesar 5. Sedangkan untuk
tidak pernah, kadang-kadang, sering, dan
sangat sering.
79
karakter tanggung jawab menghasilkan nila (58,3%) dari total subjek memiliki karakter
SD deskriptif sebesar 4. religius yang tinggi. Sehingga dapat dikatakan
Tabel 2. Rerata Tabel Deskriptif karakter religius anak SD berada pada tingkat
Kategori Rumus Interval f % sedang dan tinggi.
Rendah x < (µ - 1,0σ) X<15 2 16,7 Tabel 3b. Nilai Kategorisasi dan
(µ - 1,0σ) ≤ x< (µ +
Sedang 15≤X<25 8 66,7 Interpretasi Skor Variabel Karakter Gemar
1,0σ)
Tinggi (µ + 1,0σ) ≤ x X ≥25 2 16,7 Membaca.
Variabel Min Max SD
Keterangan: x= nilai total subjek; µ= nilai
Religius 8 32 5
rata-rata subjek; σ= nilai standar deviasi
Gemar Membaca 8 32 5
Tanggung Jawab 8 32 4 subjek; f= frekuensi.
Tabel 3b menunjukkan nilai kategorisasi
Tabel 3a, Tabel 3b, dan Tabel 3c dan interpretasi skor variable karakter gemar
menunjukkan range pengelompokkan tingkat membaca. Dari data yang disajikan pada
frekuensi masing-masing variable dari rendah, Tabel 3a menunjukkan bahwa masih terdapat
sedang hingga tinggi. Banyaknya frekuensi subjek yang memiliki tingkat karakter gemar
atau seberapa tinggi karakter tersebur membaca yang rendah yaitu sebanyak 2
terimplementasi pada sampel terlihat jelas (16,7%) subjek. Pada Tabel 3b ini
menunjukkan bahwa karakter gemar membaca
Kategori Rumus Interval f %
pada anak SD masih tergolong sedang yaitu
Rendah x < (µ - 1,0σ) X<15 0 0
(µ - 1,0σ) ≤ x< (µ pada angka 66,7% (8) dari total keseluruhan
Sedang 15≤X<25 5 41,7
+ 1,0σ) subjek. Serta hanya 16,7% subjek saja yang
Tinggi (µ + 1,0σ) ≤ x X ≥25 7 58,3
tergolong tinggi karakter gemar membacanya.
dalam Tabel 3a hingga Tabel 3c tersebut
Tabel 3c. Nilai Kategorisasi dan
sehingga terlihat juga karakter yang dominan.
Interpretasi Skor Variabel Karakter Tanggung
Tabel 3a. Nilai Kategorisasi dan
Jawab
Interpretasi Skor Variabel Karakter Religius
Kategori Rumus Interval f %
Keterangan: x= nilai total subjek; µ= nilai
Rendah x < (µ - 1,0σ) X<16 0 0
rata-rata subjek; σ= nilai standar deviasi (µ - 1,0σ) ≤ x< (µ +
Sedang 16≤X<24 4 33
subjek; f= frekuensi. 1,0σ)
Tinggi (µ + 1,0σ) ≤ x X ≥24 8 67
Tabel 3a menunjukkan nilai kategorisasi
Keterangan: x= nilai total subjek; µ= nilai
dan interpretasi skor variable karakter religius.
rata-rata subjek; σ= nilai standar deviasi
Dari data yang disajikan pada Tabel 3a
subjek; f= frekuensi.
menunjukkan bahwa tidak terdapat subjek
Tabel 3c menunjukkan nilai kategorisasi
yang memiliki karakter religius rendah.
dan interpretasi skor variabel karakter
Sebanyak 5 (41,7%) subjek memiliki tingkat
tanggung jawab. Dari data yang disajikan
karakter religius sedang, dan sebanyak 7
pada Tabel 3a menunjukkan bahwa tidak
80
terdapat subjek yang memiliki karakter gemar membaca. Dari buku-buku bacaan,
tanggung jawab yang rendah. Sebanyak 4 anak akan mengambil pelajaran atau moral
(33%) subjek memiliki tingkat karakter value. Maka dari itulah untuk menumbuhkan
tanggung jawab yang tergolong sedang, dan karakter gemar membaca, religius, maupun
sebanyak 8 (67%) dari total subjek memiliki tanggung jawab harus dimulai sejak dini
karakter tanggung jawab yang tinggi. dengan menanamkan secamam Gerakan
Sehingga dapat dikatakan karakter tanggung literasi yang disisipi oleh konten-konten
jawab anak SD berada pada tingkat sedang religius atau keagamaan serta tanggung jawab
dan tinggi. atau nilai moral.
Dari Tabel 3a, Tabel 3b, dan Tabel 3c ini
dapat dikatakan bahwa karakter religius, D. PENUTUP
gemar membaca dan tanggung jawab pada Kesimpulan dari hasil penelitian ini yaitu
anak masih tergolong belum merata. Hal ini karakter religius pada anak SD tergolong
bisa dipicu karena masih banyaknya anak cukup tinggi. Untuk karakter gemar membaca
yang kurang suka membaca jika dilihat dari sendiri masih tergolong sedang. Sedangkan
Tabel 3b. Pada dasarnya, membaca untuk karakter tanggung jawab pada anak SD
merupakan pokok yang penting dari proses sudah tergolong tinggi. Serta, sangat penting
penumbuhan karakter yang lainnya, seperti untuk mulai menanamkan karakter gemar
karakter religius dan tanggung jawab. Maka membaca pada anak terlebih dahulu guna
dari itu pentingnya untuk membiasakan dan menumbuhkan karakter lain seperti karakter
menanamkan sifat gemar membaca pada anak religius dan tanggung jawab.
baik di lingkungan keluarga maupun di
sekolahan demi kemajuan anak bangsa E. REFERENSI
nantinya. Ahmadi, A., & Sholeh, M. (2005). Psikologi
Perkembangan (Ed. Revisi). Rineka
Di era globalisasi seperti ini, pembiasaan
Cipta.
atau penanaman karakter gemar membaca
Ahsanulkhaq, M. (2019). Membentuk
bisa dengan mudah dilakukan dimana saja.
Karakter Religius Peserta Didik Melalui
Bisa secara manual maupun digital. Metode Pembiasaan. Jurnal Prakarsa
Paedagogia, 2(1), 21–33.
Membiasakan anak untuk membaca atau
Gerakan literasi bisa menumbuhkan karakter Ameliola, S., & Nugraha, H. D. (2015).
Perkembangan Media Informasi dan
gemar membaca pada anak. Menurut Respati
Teknologi Terhadap Anak dalam Era
(2018), implementasi Gerakan literasi sekolah Globalisasi. Prosiding The 5th
International Conference on Indonesian
dalam menanamkan karakter membaca siswa
Studies: “Ethnicity and Globalization,”
SD sangat tinggi. 362–371.
Karakter religius dan tanggung jawab juga
Azwar, S. 2010. Metode Penelitian.
bisa muncul atau terbentuk dari karakter Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
81
RIAYAH : Jurnal Pendidikan Dasar,
Frimayanti, A. I. (2017). Implementasi 2(1), 37–49.
Pendidikan Nilai Dalam Pendidikan
Agama Islam. Al-Tadzkiyyah: Jurnal Respati, C. B. (2018). Menanamkan Karakter
Pendidikan Islam, 8(2), 227–247. Gemar Membaca Siswa. In Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Huliyah, M. (2016). Hakikat pendidikan anak
usia dini. Pendidikan Guru Raudlatul Setiawati, L. (2015). Pembentukan Karakter
Athfal, 1(1), 60–71. Siswa Melalui Pembelajaran Bahasa Dan
Sastra Indonesia. Jurnal Pendidikan,
Kamilah, S. (2019). Mengembangkan 16(1), 65–73.
Karakter Anak Usia Dini Usia 5-6 Tahun
Melalui Media Animasi Kartun Di TK Syaikhu, A. (2021). Peran Orang Tua Dalam
Setia Kawan Panjang Bandar Lampung Proses Pembelajaran Pendidikan Agama
[Universitas Islam Negeri Raden Intan Islam Di Masa Pandemi Covid-19.
Lampung]. In Skripsi. Jurnal Falasifa, 12(1), 150–157.

KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Sugiyono. 2013. Statistika Untuk Penelitian.
Bandung: Alfabeta.
Putri, D. P. (2018). Pendidikan Karakter Pada
Anak Sekolah Dasar Di Era Digital. AR-

82

Anda mungkin juga menyukai