Anda di halaman 1dari 17

PERAN KELUARGA DALAM MENERAPKAN PENDIDIKAN

KARAKTER RELIGIUSANAK

Nisfi Nur Afifah : 111820003


Sintya Ardita Kusuma wati : 1118200014
Qomariyah : 1118200030

ABSTRAK

Banyak orang tua yang lalai dan belum tahu cara melaksanakan tugas mendidik dan
membentuk karakter anak. Kebanyakan ibu atau bapak beranggapan kalau anak-anak
sudah diserahkan kepada guru disekolah, maka selesailah tugas mereka dalam mendidik
anak. Tugas mereka sekarang hanyalah mencari uang untuk membiayai sekolah anak
anak mereka. Padahal awal terbentuknya karakter dalam diri seorang anak ketika anak
berada dalam didikan orang tua. Penanaman pendidikan karakter religius sejak dini
merupakan harga paling mahal yang perlu dibayar oleh orang tua pada anaknya.karna
pendidikan Karakter religius menjadi dasar utama pendidikan karakter lainnya. Dengan
memiliki karakter anak akan mampu menghiasai perbuatan- perbuatannya yang baik
berlandaskan nilai-nilai religiusitas. Dalam keluarga orangtua memiliki peranan yang
sangat penting dalam pembentukan karakter anak. Karakteristik anak berkarakter
terlihat apabila anak dalam perilaku sehari hari didasarkan pada pengabdian keyakinan
terhadap Tuhan,dan mau menjalankan ibadah, memiliki pengetahuan agama yang
cukup, memiliki pendalaman beragama dan mampu mengaktualisasikan ajaran agama
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam prakteknya pendidikan karakter religiuitas dalam
keluarga dapat dilakukan dengan melalui: Pengajaran, pembiasaaan, nasehat dan
motivasi, pengawasan, penegakan aturan dan pemberian penghargaan dan hukuman.
“Metode penelitian ini merupakan penelitian pustaka,analisis data,deskriptif dan
metode penelitian kualitatif. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah orang tua dan
anak. Hasil dalam penelitian ini tentang Peran Keluarga Dalam Membina Karakter
Religius Anak adalah, memberikan contoh yang baik kepada anak-anak, memberikan
pengawasan kepada anak, memberikan nasehat dan arahan kepada anak-anak, memarahi
anak-anak dengan marah yang mendidik agar anak tidak mengulangi, mengajarkan
anak-anak untuk berkata jujur, dan mengajarkan anak-anak untuk dapat menghormati.

Kata Kunci :Karakter Religius,Keluarga

23
A. PENDAHULUAN spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
Krisis moralitas masih menjadi mulia, serta keterampilan yang
persoalan serius bangsa ini,Mengacu diperlukan dirinya, masyarakat,
pada realitas kehidupan manusia bangsa dan negara.”(UU RI no. 20
sekarang, telah banyak bukti yang tahun 2003). Ini menandakan bahwa
menunjukkan kepada kita mengenai pemerintah Republik Indonesia
terjadinya kerusakan moral di menempatkan karakter mulia sebagai
masyarakat kita. Pada masyarakat bagian penting dalam pembangunan
kerusakan moral ditunjukkan dengan masyarakat melalui pendidikan.
merajalelanya tindakan kejahatan Adapun mengenai siapa saja yang
seperti pembunuhan, perampokan, memiliki tanggung jawab dalam
pencurian, pencopetan, perkosaan dan pendidikan dan pendidikan karakter
juga tindakan kekerasan. Pada anak, menurut Undang-Undang Nomor
tingkatan anak dan remaja, hampir 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
setiap hari kita mendengar berita Pendidikan Nasional pasal 13 ayat 1,
kenakalan. bahwa jalur pendidikan terdiri atas
Berbagai kerusakan moral diatas pendidikan formal, informal, dan non
sudah barang tentu memerlukan solusi formal yang dapat saling melengkapi
yang diharapkan mampu mencegah, dan memperkaya. Jalur pendidikan
memperbaiki dan meningkatkan formal yaitu sekolah, Pendidikan
kualitas perilaku yang mengantarkan informal adalah keluarga sedangkan non
manusia kepada terjaminnya moral formal adalah lingkungan atau
masyarakat sehingga tercipta masyarakat.
ketentraman dan kebahagiaan Dari tiga lingkungan pusat
masyarakat. Undang-undang Republik pendidikan diatas, keluarga adalah
Indonesia nomor 20 Tahun 2003 lingkungan yang pertama dan utama
Tentang Sistem Pendidikan Nasional bagi pendidikan anak. Keluarga adalah
mendefinisikan pendidikan sebagai lembaga sosial yang terbentuk setelah
“usaha sadar dan terencana untuk adanya suatu perkawinan. Yang
mewujudkan suasana belajar dan kemudian keluarga mempunyai
proses pembelajaran agar peserta didik otonom melaksanakan pendidikan.
secara aktif mengembangkan potensi Maka dalam hal ini orang tua mau
dirinya untuk memiliki kekuatan tidak mau, berkeahlian atau tidak
23
berkeahlian, berkewajiban secara karakter. Tanggung jawab mereka
kodrati untuk menyelenggarakan meliputi masalah perbaikan jiwa
pendidikan terhadap anak-anaknya. mereka, ,meluruskan penyimpangan
Menurut Thomas Lickona yang mereka, mengangkat mereka dari
dikutip oleh Juma Abdul Wamaungo seluruh kehinaan dan menganjurkan
(2012:49), keluarga sebaiknya pergaulan yang baik dengan orang lain.
dijadikan pondasi dasar memulai Mereka bertanggung jawab untuk
pembentukan karakter/moral anak mendidik anak- anak sejak kecil untuk
dimasa yang akan datang. berlaku benar, dapat dipercaya,
Menurut Ki Hajar Istiqamah, mementingkan orang lain,
Dewantoro,keluarga adalah tempat menolong orang yang membutuhkan
yang sempurna untuk melangsungkan bantuan, menghargai orang tua,
pendidikan kearah pembentukan menghormati tamu, berbuat baik kepada
pribadi yang utuh.Maka dari itu, tetangga, dan mencintai orang lain.
keluarga memiliki peran penting Mereka bertanggung jawab untuk
dalam pembentukan akhlakul karimah membersihkan lidah anak-anak dari
A. Sarbini,(2016: 101) kata-kata kotor, serta dari segala
Menyatakan bahwa Keluarga akan perkataan yang menimbulkan
membentuk karakter seseorang dan merosotnya nilai karakter. Orang tua
akan berpengaruh terhadap bertanggung jawab membiasakan
lingkungannya. Jika karakter itu baik dengan perikemanusiaannya yang
maka ia akan membawa pengaruh baik mulia, seperti berbuat baik kepada anak-
pada lingkungannya. Namun anak yatim, dan mengasihani para janda
sebaliknya, jika karakter itu tidak baik dan fakir miskin dan masih banyak lagi
maka akan memberi pengaruh meluas tanggung jawab besar yang
yang pada akhirnya dapat menjadi berhubungan dengan pendidikan
keburukan karakter bangsa. karakter. (A. Nasih Ulwan, 2007: 219)
Senada dengan pemikiran Ki
Hajar Dewantoro, Abdulloh Nashih B. METODOLOGI
Ulwan juga berpendapat bahwa Para Metode Penelitian ini adalah
pendidik terutama ayah dan ibu, penelitian kepustakaan (Library
mempunyai tanggung jawab yang Research)atau kajian pustaka.Library
sangat besar dalam mendidik anak-anak research menurut kartini kartono(1996)
dengan kebaikan dan dasar-dasar adalah suatu penelitian terhadap beberapa
23
literature baik berupa sama lain dan fungsi masing masing
buku,majalah,bulletin,surat dalam satu keseluruhan yang terjadi.data
kabar,internet,hasil seminar dan sumber ini dapat dibtarik kesimpulan dengan
lainnya,yang berhubungan dengan menggunakan beberapa metode antara
masalah yang di rumuskan .data yang lain :
diperoleh akan dipaparkan secara a. Metode deduktif adalah cara
deskriptif. analisis dari kesimpulan umum
Data dalam penelitian ini atau jeneralisasi yang diuraikan
bersumber dari studi kepustakaan yang menjadi contoh-contoh kongkrit
bersifat teoritis,berkaitan dengan judul atau fakta-fakta untuk
yang di angkat dalam penelitian yang di menjelaskan kesimpulan atau
lakukan yaitu “Peran Keluarga dalam jeneralisasi tersebut.
Penerapan Pendidikan Karakter Religius b. Penelitian induktif adalah
Pada Anak” metodologi penelitian yang

Dalam hal ini peneliti akan melakukan dilakukan dengan menerapkan

pencarian data atau informasi riset yang pendekatan atau penalaran dengan

relevan melalui membaca buku – buku langkah berpikir yang bergerak

refrensi ,jurnal serta bahan-bahan dari pengamatan spesifik ke

publikasi yang tersedia di generalisasi dan teori yang lebih

perpustakaan .disamping itu ,penulis juga luas.

akan memanfaatkan internet sebagai c. Metode komparatif atau

media global dalam mencari data atau perbandingan adalah penelitian

informasi yang relevan penelitian yang pendidikan yang menggunakan

dilakukan. teknik membandingkan suatu


objek dengan objek lain.
Analisa di penelitian data
kemudian di sajikan dalam bentuk narasi
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
deskriptif sesuai dengan bab-bab dan sub-
Pendidikan karakter
bab yang telah di tentukan.Komarudin
Dewasa ini pendidikan karakter
(2001:53) berpendapat bahwa :Analisis
menjadi kebutuhan yang sangat penting
adalah kegiatan berfikir untuk
bagi pengembangan kepribadian
menguraikan suatu keseluruhan menjadi
generasi muda. Sebuah bangsa akan
komponen sehingga dapat mengenal
tumbuh menjadi bangsa yang
tnda-tanda komponen,hubungan ya satu
berkembang dan maju manakala genersi
23
mudanya memiliki keunggulan karakter. merespon sesuatu. Sedangkan Menurut
Maka dalam rangka mencapai tujuan kamus psikologi, karakter adalah
dan cita-cita bangsa perlu diprioritaskan kepribadian ditinjau dari titik tolak etis
pendidikan karakter generasi muda agar atau moral, misalnya kejujuran
mereka dapat hidup dengan kepribadian seseorang, dan biasanya berkaitan
baik sehingga mampu membangun diri dengan sifat-sifat yang relatif tetap.
sendiri dan masyarakat. Sedangkan kata (Helmawati, 2017: 1)
karakter dalam Kamus lengkap Bahasa Dalam upaya pendidikan karakter
Indonesia didefinisikan sebagai tabiat, di Indonesia saat ini dikembangkan 18
sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi butir nilai- nilai pendidikan karakter
yaitu , Religius, Jujur, Toleransi,
pekerti yang membedakan seseorang
Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri,
dengan yang lain. Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat
Kebangsaan, Cinta tanah air,
Menurut Lickona,Lickona
Menghargai prestasi,
menyatakan bahwa pengertian Bersahabat/komunikatif,Cinta Damai,
Pendidikan karakter adalah suatu usaha Gemar membaca, Peduli lingkungan,
Peduli sosial, Tanggung jawab.Dari 18
yang disengaja untuk membantu
butir nilai-nilai karakter bangsa
seseorang sehingga ia dapat memahami, tersebut, karakter Religius menjadi
memperhatikan, dan melakukan nilai- prioritas pertama untuk diwujudkan
nilai etika yang inti. Menurut Suyanto, dalam pribadai generasi bangsa.

Suyanto mendefinisikan karakter


sebagai cara berpikir dan berperilaku Karakter Religius

yang menjadi ciri khas tiap individu Menurut Mohamad Mustari


(2011: 1) menjelaskan bahwa religius
untuk hidup dan bekerja sama, baik adalah nilai karakter dalam
dalam lingkup keluarga, masyarakat, hubungannya dengan Tuhan. Adanya
bangsa, maupun negara. nilai religius dapat ditunjukkan oleh
pikiran, perkataan, dan tindakan-
Menurut Kertajaya, Karakter tindakan seseorang yang diupayakan
adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu selalu berdasarkan pada nilai-nilai
ketuhanan dan/ atau ajaran agamanya.
benda atau individu. Ciri khas tersebut
Thomas Lickona (1992: 39)
adalah asli dan mengakar pada
menyatakan “religion is for many a
kepribadian benda atau individu
central motive for leading a moral
tersebut, serta merupakan “mesin” yang
life”. Hal tersebut dapat dimaknai
mendorong bagaimana seorang
bahwa agama menjadi motif utama
bertindak, bersikap, berucap, dan
yang mampu membimbing kehidupan
23
moral. Berdasarkan kementerian dan semua benda-benda yang terdapat
pendidikan nasional, religius di alam semesta,sehingga manusia
merupakan aspek pertama yang wajib meyakini. Selain itu, manusia
tercantum dalam 18 nilai karakter perlu mengenal Tuhan sebagai
yang dikembangkan di indonesia. Jika pemberi balasan terhadap perbuatan
dilihat kembali berbagai definisi baik dan buruk, serta meyakini ada
“karakter” oleh para ahli, maka dapat kehidupan setelah dunia yang disebut
dijumpai bahwa karakter berkaitan akhirat. Adapun hubungan dengan
erat dengan moral, nilai, budi pekerti, Tuhan juga diwujudkan dalam bentuk
dan watak. Sehingga ruang lingkup ibadah. Ibadah berupa perbuatan baik
pendidikan karakter pun tidak dapat yang diajarkan agama dan bersifat
dipisahkan dari hal-hal tersebut. umum di dunia ini antara lain; tolong
Dalam konteks religius, budi menolong dalam kebaikan, kasih
pekerti pun sangat lekat dengan nilai sayang, bersikap ramah dan sopan,
religius. Religius masuk ke dalam serta bekerja keras memenuhi
dimensi agama, di mana agama kebutuhan. (Zubaedi, 2012: 85).
merupakan salah satu sumber nilai Sedangkan yang bersifat khusus
yang harus dikembangkan. dengan tata cara tertentu, seperti
Menurut Milan Rianto , materi (dalam Islam); sholat, puasa, zakat,
budi pekerti secara garis besar dapat haji, dan sebagainya.
dikelompokkan dalam tiga dimensi Kedua, akhlak terhadap sesama
akhlak, yaitu: Akhlak terhadap Tuhan manusia. Akhlak terhadap sesama
yang Maha Esa, Akhlak terhadap manusia meliputi:
sesama manusia, dan akhlak terhadap (1) akhlak terhadap orang tua, (2)
Alam semesta (Zubaedi, 2012: 84). akhlak terhadap saudara, (3) akhlak
Pertama ,Akhlak terhadap Tuhan terhadap tetangga,
Yang Maha Esa terdiri dari: mengenal (4) akhlak terhadap lingkungan
Tuhan, berhubungan dengan Tuhan masyarakat. (Zubaedi, 2012: 86-87)
dan meminta tolong kepada Tuhan.
Ketiga, adalah akhlak terhadap
Akhlak kepada Allah merupakan
alam sekitar. Akhlak terhadap alam
esensi daripada nilai-nilai akhlak yang
sekitar tidak semata-mata untuk
lain. Dimensi mengenal Tuhan
kepentingan alam, tetapi untuk
diantaranya mengenal Tuhan sebagai
memelihara, mengelola, melestarikan,
pencipta manusia, hewan, tumbuhan,
23
sekaligus memakmurkan. (Zubaedi, melakukan penyembahan
2012: 92) terhadap Tuhan dengan segala
Dari beberapa pengertian dan rangkaiannya. Ibadat menjadi
penjelasan mengenai konsep religius penguat keimanan, menjaga diri
di atas, maka dapat disimpulkan dari kemerosotan budi pekerti,
bahwa karakter religius adalah nilai serta melawan kejahatan dari
karakter dalam diri seseorang yang dalam maupun luar jiwa. Ibadat
berasal dari ajaran agama yang dianut pun berupa ibadat langsung
dan bernilai ketuhanan, dan dalam kepada Tuhan maupun
perwujudannya berupa pikiran, hubungannya dengan makhluk
perkataan, dan tindakan sebagai lain, seperti melakukan kebaikan,
ibadah baik terhadap Tuhan yang kejujuran, berbuat baik kepada
Maha Esa, sesama manusia, dan alam sesama,dan sebagainya
sekitar. 3.)Pengetahuan agama.
Pengetahuan agama, pengatahuan
C. Unsur-unsur Pembangun Karakter mengenai ajaran-ajaran agama
Religius dalam berbagai segi. Pengetahuan

Stark Glock (1968) sebagaimana agama dapat meliputi

yang dikutip oleh Masnur Muslich pengetahuan tentang sembahyang,

(2011: 3-4) berpendapat bahwa puasa, zakat, dan sebagainya.

terdapat lima unsur yang dapat Pengetahuan agama juga dapat


mengembangkan manusia menjadi berupa kisah dan perjuangan para

religius. Kelima unsur tersebut yaitu, nabi, peninggalannya, serta

1.)Keyakinan agama Keyakinan teladan-teladannya.

agama, merupakan keyakinan 4.)Pengalaman agama.


terhadap dokrin ketuhanan, seperti Pengalaman agama berkaitan
percaya adanya Tuhan, malaikat, dengan perasaan yang dialami
akhirat, surga, neraka, takdir, dan seseorang yang beragama, seperti
sebagainya. Pada konsep religius, rasa tenang, damai, tentram,
keyakinan atau keimanan bahagia, syukur, patuh, taat, takut,
merupakan wilayah abstrak, menyesal, dan bertaubat.
sehinggat perlu peribadatan yang 5.)Aktualisasi. Aktualisasi
bersifat praktis. merupakan konsekuensi dari

2.)Ibadat. Ibadat merupakan, cara keempat unsur sebelumnya.


23
Aktualisasi dari doktrin agama pribadi anak yang sehat. Keluarga
dapat berupa ucapan, sikap, sebagai sebuah tatanan atau pranata
maupun tindakan yang sesuai sosial, keluarga tentunya mempunyai
dengan norma agama. berbagai fungsi keluarga dan peran
Karakter menurut Muhammad keluarga yang harus dijalankan.
Yaumi (2014: 22) dapat gambarkan Berikut ini berbagai peran dan fungsi
sebagai berikut. (a) Memiliki niat baik keluarga antara lain ;
karena Allah. (b) Terbiasa membaca 1. Fungsi Reproduksi. Yaitu bahwa
doa. (c) Selalu bersyukur atas nikmat. keluarga merupakan pranata
(d) Memberi salam saat bertemu orang untuk melahirkan keturunan.
lain. (e) Mengagumi ciptaan Allah. (f) Keluarga mempunyai kewajiban
Rajin ibadah. (g) Rajin mengaji. (h) sebagai penerus dan membentuk
Bersikap ikhlas. (i) Selalu generasi baru yaitu dengan
bertaubat/berjiwa menyesal jika memiliki anak.
berbuat salah. 2. Fungsi pemenuhan kebutuhan

Dari penjelasan tersebut dapat fisik. Keluarga berfungsi untuk

disimpulkan bahwa unsur-unsur memenuhi kebutuhan fisik seperti

pembangun karakter terdiri dari aspek makan, minum, pakaian,

pengetahuan mengenai agama, perilaku perumahan, kesehatan, termasuk

dalam beragama, dan kemampuan kebutuhan seksual bagi pasangan

dalam menerapkan. Pengetahuan suami istri.

merupakan bekal dasar untuk 3. Fungsi ekonomi. Bahwa keluarga

memahami, kemudian diwujudkan sebagai pengatur kehidupan

dalam bentuk perbuatan, dan ketepatan ekonomi para anggotanya. Dalam

dalam mengaplikasikan sesuai dengan hal ini misalnya ada keluarga

konteksnya. yang suami bekerja mencari


nafkah demi kelangsungan hidup

Peran dan fungsi keluarga anggotanya.


4. Fungsi sosial placement. Bahwa
Keluarga memiliki perana penting
keluarga menentukan fungsi dan
dalam mengembangkan pribadi anak.
kedudukan anggota keluarga.
Perawatan orangtua yang penuh kasih
Dalam keluargalah individu
sayang dan pendidikan nilai-nilai
pertama mengenal norma, nilai
kehidupan merupakan faktor yang
dan aturan- aturan perilaku
kondusif dalam mempersiapkan
23
lainnya agar keharmonisan sebagai guru yang
keluarga tetap terjaga dalam baik. (4) Sebagai role model
berinteraksi dengan lingkungan di kepribadian dan kasih sayang, perilaku
dalam atau di luar keluarga. dan moralitas. (5) Sebagai pemberi
5. Fungsi pendidikan. Hal ini pengaruh yang mantap kepada anak
berkaitan dengan keluarga sebagai dalam tahap kedewasaan. (6) Sebagai
wadah sosialisasi para anggota model dan pemantau perilaku sosial.
keluarga dan juga fungsi sebagai (7) Sebagai konselor dan teman bagi
media pendidikan informal. anak manja. (8)
6. Fungsi afektif atau agama. Yaitu Berbeda dengan sosok ayah,
keluarga sebagai sarana untuk seorang ibu Pada umumnya memiliki
mempertahankan kestabilan peran bertanggung jawab atas
kepribadian dan pemenuhan keselamatan, kesehatan keluarga serta
kebutuhan psikologi setiap pendidikan pada anak- anaknya.
anggota keluarga. Keluarga Peranan ibu dapat didasarkan atas:
adalah penentu keberhasilan norma, kebudayaan, golongan sosial,
pendidikan karekter, seorang anak suku bangsa, jenis sosialisasi yang
akan meneladani orang tuanya diterima keluarga. Ibu merupakan
atau kebiasaan lain yang model yang penuh dengan
dilakukan dalam keluarga pertentangan batin (role conflict)
tersebut, orang tua yang baik akan yaitu:
melahirkan anak-anak yang baik, 1. Keinginan menjadi ibu yang ideal
orang tua yang tidak baik bisa serta perasaan dan tidak mampu
melahirkan anak yang kurang baik dalam penampilan.
pula. 2. Kebutuhan ketergantungan
kepada orang lain dengan
Peranan ayah dan ibu dalam keluarga tanggung jawab yang/dan
Seorang ayah dalam keluarga mandiri.
memiliki beberapa peranan 3. Rasa cinta kasih kepada anak
diantaranya (1) Sebagai teman setia, dengan cepat dari tanggung jawab
tempat minta bantuan bagi ibu/istri yang lebih besar pada anak.
dan anak-anaknya. (2) Sebagai pencari 4. Perasaan untuk anak, dan perasaan
nafkah. (3) Sebagai pembangun untuk suami.
potensi anak, sebagai teman terkasih, 5. Aktualisasi diri dengan tuntutan
23
keibuan. atau teori, banyak peneladanan,
Peranan ibu ini dipertajam dengan banyak pembiasaan atau praktik,
banyak faktor sehingga banyak variasi banyak motivasi, pengawasan dan
yang luas dalam manifestasi perilaku penegakkan aturan. Sedangkan
karena ibu sehingga tulang punggung Amirulloh Syarbini (2016: 113-129)
kehidupan keluarga. mengemukakan bahwa pembentukan
membina karakter seorang anak dapat
Pola Pendidikan Karakter Religius dilakukan melalui Pengajaran,
Pada Anak pemotivasian, peneladanan,

Upaya pendidikan karakter pembiasaan, dan penegakan aturan.

religius akan berhasil jika Dalam hal ini penulis menggunakan

dilaksanakan dengan metode yang pendapat Amirulloh Syarbini

tepat. Metode dalam hal ini adalah mengenai cara pembentukan karakter

jalan yang ditempuh untuk anak yaitu:

menanamkan karakter pada diri 1.) Melalui Pengajaran


seseorang agar menjadi pribadi yang Jika ditinjau dari segi isi,
baik. Beberapa pemerhati pendidikan pengajaran berupa kegiatan
karakter mengungkapkan beberapa menyampaikan bahan ajar, proses
cara dalam pembentukan karakter yang dilakukan dengan cara
anak, Sa’id bin Ali bin Wahf Al- memberikan materi, memberi contoh
Qahtani dikutip oleh M. Muhtadi atau mempraktekkan keterampilan
(2015: 313) mengungkapkan ada tertentu. Dalam hal pendidikan
beberapa cara meluruskan perilaku karakter pengajaran tentang karakter
anak dalam hal adab yaitu metode perlu dilakukan, akan tetapi lebih di
perbaikan dengan praktek nyata, tekankan pada segi pengamalan atau
metode isyarat, metode pemberian praktek. Sebab selama ini pendidikan
pujian, metode pemberian kepuasan karakter masih dimaknai pengajaran.
dengan dialog, metode peringatan Jadi wajar ketika anak hanya
keras dan metode teguran serta memperoleh nilai tinggi dalam sisi
hukuman. pengetahuan karakter tetapi sangat
Helmawati (2017: 24) rendah dalam pengamalan.
mengemukakan ada lima metode Dengan demikian pengajaran
pembentukan karakter kepada anak karakter tetap diperlukan akan tetapi
yaitu dengan cara sedikit pengajaran perbandingan antara pemberian teori
23
dengan praktek harus lebih banyak sisi lama menjadi sebuah kepribadian.
praktek. Sebab masalah karakter yang Beberapa pembiasaan religius
yang perlu diterapkan pada anak yaitu:
sangat penting bagaimana seseorang
a. Membaca doa setiap akan
mampu mengamalkan perbuatan- melakukan pekerjaan dan
perbuatan baik secara nyata. Inti dari setelah melakukan
pendidikan akhak adalah perubahan pekerjaan
b. Mengikuti shalat jamaah di
perilaku bukan kecerdasan intelegensi
masjid
semata maka pendidikan karakter c. Membaca Al Quran setiap hari
perlu banyak untuk praktek d. Melaksanakan berdzikir setiap
selesai shalat
dibandingkan untuk teori. (Helmawati:
e. Membiasakan kalimat
26-27). thayyibah
. Pembiasaan merupakan keadaan f. Membaca salam ketika masuk
rumah
seseorang mengaplikasikan perilaku-
2.) Melalui Pemberian Keteladanan
perilaku yang belum pernah atau
Dalam pendidikan sehari-hari
jarang dilakukan menjadi sering
keteladanan sangat penting untuk
dilaksanakan sehingga menjadi
diterapkan, dalam kehidupan sehari-
kebiasaan. Terbentuknya karakter
hari pada dasarnya apa yang dilakukan
seseorang memerlukan waktu yang
anak sebagian besar diperoleh dari
relatif lama tidak bisa spontanitas,
meniru. Keteladanan akan
maka pembiasaan yang berintikan
memberikan pengaruh kuat terhadap
pada pengalaman perlu terus dilatih
diri anak. Anak ketika berinteraksi
dan dibiasakan.
dengan orang dewasa ia akan melihat,
(Hendri Gunawan, 2013: 138) mendengar, mengenal dan
Kebiasaan-kebiasaan yang baik seperti mempelajari apa yang berada dari luar
beribadah secara rajin dilaksanakan diri mereka. Maka jika orang dewasa
dalam keluarga atau lingkungan dapat selalu menjadi teladan dengan
masyarakat maka akan membawa menunjukan perbuatan-perbuatan yang
pengaruh yang lain untuk melakukan baik maka anak-anak
pembiasaan itu.
akan terpengaruh mencontoh kepada
Pembiasaan perlu ditanamkan
hal yang baik pula. Hal ini
dalam membentuk pribadi yang
sebagaimana Al Ghazali
berkarakter, sebagai contoh, seorang
mengibaratkan orang tua adalah
anak dibiasakan bangun pagi
cerminan anak-anak, ini artinya
melaksanakan sholat subuh, pada
perilaku orang tua akan ditiru oleh
awalnya ia akan merasa berat untuk
anak-anaknya, karena kecenderungan
bangun pagi, tetapi karena dibiasakan
anak-anak adalah meniru. (Hasanah,
terus menerus perbuatan bangun pagi
2012: 28)
menjadi pekerjaan yang ringan dan
3.) Melalui Pemberian Nasehat dan
terbiasa. Karena sudah terbiasa lama-
23
Motivasi orangtua, serta anjuran melakukan
Kata nasehat berasal dari kata karakter yang terpuji dan menjauhi
”nash” yang artinya halus, murni dan karakter yang tercela. (Terdapat dalam
bersih yang merupakan lawan kata isi kandungan
dari kata kotor dan curang. Dengan Q.S. Luqman ayat 12-19)
demikian kata-kata nasehat harus jauh Sedangkan motivasi adalah
dari kecurangan dan kata-kata kotor kekuatan penggerak yang
tetapi haruslah kata-kata bersih atau membangkitkan aktivitas hidup dan
lemah lembut. Maka nasehat adalah menimbulkan tingkah laku serta
sebuah kalimat yang mengungkapkan mengarahkannya pada tujuan tertentu.
suatu bentuk keinginan kebaikan (A. Syarbini, 2013: 116) Motivasi
kepada objek yang diberikan nasehat. memiliki tiga komponen pokok yaitu:
Metode nasehat adalah penyampaian a. Menggerakkan. Dalam hal ini
kata-kata yang menyentuh hati dan motivasi memunculkan
disertai keteladanan. (A. Syarbini, kekuatan individu untuk
2013: 85) bergerak melakukan suatu
Karakteristik utama sebuah perbuatan tertentu.
nasehat adalah menggunakan b. Mengarahkan. Berarti
perkataan lembut dan mengandung motivasi mengarahkan
motivasi tidak ada unsur menyakiti tingkah laku, dengan
perasaan, dengan kata lain nasehat demikian ia menyediakan
adalah perkataan yang membangun suatu orientasi tujuan.
kesadaran diri seseorang untuk mau Dimana tingkah laku individu
melakukan kebaikan. Di dalam diarahkan kepada suatu target
nasehat ada unsur memerintah, tertentu.
melarang dan menganjurkan dengan c. Menopang. Artinya motivasi
disertai alasan-alasan atau dalil-dalil. dilakukan untuk menjaga atau
Dalam nasehat juga terdapat unsur menopang sebuah perilaku
penjelasan konsekuensi dari sebuah tertentu. Atau denga kata lain
perbuatan yang sedang dinasehatkan. motivasi bersifat menguatkan
(A. Syarbini, 2013: 86) Di dalam Al- sebuah perilaku baik yang
Quran, terdapat penjelasan tentang dilakukan individu.
metode nasehat yang dilakukan para Dalam pendidikan karakter,
nabi kepada kaumnya seperti Nabi nasehat dan motivasi sangat berkaitan
Shaleh yang menasehati kaumnya agar dan dalam prakteknya sering
menyembah Allah, nabi Ibrahim yang dilakukan bersamaan. Nasehat dan
menasehati kaumnya agar menyembah motivasi yang dilakukan terus
Allah dan berhenti menyembah menerus akan menjadi kekuatan
patung, Begitu pula ada kisah selain pendorong dalam diri seseorang untuk
nabi contohnya Lukman yang berbuat baik, karena pada dasarnya
menasehati anaknya agar menyembah manusia makhluk yang membutuhkan
Allah dan berbuat baik kepada
23
nasehat dan motivasi. tersebut saat beranjak dewasa.
3. ) Melalui Pengawasan Dalam praktek pengawasan
Pengawasan adalah identik terhadap anak ada beberapa yang
dengan kata “controling” yang berarti umum digunakan oleh para orang tua
“pengawasan, pemeriksaan”. yaitu polan authoritative,
Sedangkan kata pengawasan dalam authoritarian, neglectful, dan
Kamus Umum Bahasa Indonesia indulgent.
(2002: 17) berarti: “penilik dan https://riandikusuma995.wordpress.co
penjagaan”. Jadi pengawasan berarti m/2013/11/06/macam-macam-
mempertahankan dan menjaga dengan pengawasan-
baik-baik segala apa yang dilakukan orang-tua-terhadap-perkembangan-
anak dalam segala aktivitasnya. anak-dan-pengaruh-terhadap-anak/
Pengawasan merupakan hal utama (diakses tanggal Juli 2018)
yang harus dilakukan kepada anak a. Authoritative Parenting (hangat
bahkan sampai anak sudah menjadi dan tegas)
dewasa. Pengawasan dalam proses Dalam pengawasan ini, sikap
upaya pendidikan karakter adalah orang tua adalah berperilaku tegas
tindakan memantau, mengamati, dan tetapi dalam suasana yang hangat
mempelajari perilaku anak apakah tidak ada ketegangan dan
sesuai dengan tujuan yang ditetapkan ketakutan, dan dengan kehangatan
atau tidak, Seseorang yang merasa orang tua memicu anak-anaknya
diawasi akan selalu berusaha menjadi untuk lebih mandiri, lebih dapat
baik dan benar. Pengawasan akan melakukan segala hal dengan
menjadi alat kendali eksternal agar kemampuan sendiri anak tersebut
seseorang tetap berperilaku baik. Jika dan dilakukan untuk dapat
dalam pengawasan ditemukan menjadikan anak tersebut menjadi
penyelewengan atau pelanggaran pribadi yang dapat melakukan hal
maka perlu dilakukan pengarahan, dengan mandiri nantinya. Disini
bimbingan dan sanksi jika diperlukan. orang tua ikut andil untuk
Pengawasan dan bimbingan orang memberikan kesempatan anak
tua adalah hal terpenting untuk membuat keputusan di keluarga,
membuat anak menjadi seperti apan orang tua menunjukan kasih
nantinya ia di kemudia hari, pola sayang dan sabar memahami
bimbingan orang tua akan membentuk anaknya. Hal ini dapat membuat
jati dirinya, dangan menjadi orang tua satu sama lain saling memahami
yang dapat memahami dan mengerti untuk dapat menerima keputusan
bagaimana yang seharusnya dilakukan yang nantinya ada. Pengaruh
terhadap anak, akan membuat anakpun pengawasan ini adalah dapat lebih
menjadi nyaman. Orang tua memang memicu keberanian, motivasi, dan
penting, namun faktor lingkungan juga kemandirian seorang anak. Pola
sangat penting untuk membuat seperti asuh ini juga dapat mendorong
apa nantinya keperibadian anak tumbuhnya kemampuan sosial,
23
meningkatkan rasa percaya diri, c. Neglect Parenting (sedikit
dan tanggung jawab sosial. Anak- waktu untuk anak)
anak juga tumbuh dengan baik, Dalam pola pengawasan ini,
bahagia, penuh semangat, dan orang tua kurang memiliki
memiliki kemampuan komitmen untuk anaknya. Mereka
pengendalian diri sehingga jarang ada waktu untuk anaknya,
mereka memiliki kematangan dan mereka lebih mengutamakan
sosial dan moral, lincah bersosial, suatu hal dibanding anaknya,
adaptif, kreatif, tekun belajar di dengan pola ini orang tua harus
sekolah, serta cenderung dapat menanggulangi itu semua dengan
mencapai prestasi belajar yang memenuhi tuntutan anak mereka
tinggi. dengan memberikan apa yang
b. Authoritarian Parenting anak mau selagi mereka mampu.
(kurang mau menerima kemauan Orang tua di pola ini cenderung
anak) tidak mengetahui bagaimana
Dalam pengawasan ini, sikap perilaku dan kebiasaan anak
orang tua adalah lebih mereka. Mereka jarang untuk
menggunakan hukuman, batasan- berbicara atau menceritakan suatu
batasan terhadap anak mereka. hal dengan anak mereka. Dampak
Sikap orang tua tersebut adalah dari minimnya kasih sayang dari
mereka membuat peraturan- orang tua tersebut akan membuat
peraturan dan tuntutan yang harus anak nantinya menjadi
dipatuhi anak-anak mereka. Di berkemampuan rendah dalam
pola asuh ini, orang tua kurang mengontrol emosinya, dan
hangat, kurang menerima, dan prestasi sekolahnya juga akan
kurang mendukung kemauan dan buruk. Anak menjadi kurang
keingin dari anaknya. Mereka bertanggung jawab, dan akan
membuat suatu batasan yang mudah dihasut dan dipengaruhi
harus dipatuhi oleh anak mereka. oleh hal-hal yang kurang baik
Di pola pengasuhan seperti ini dalam lingkungannya kelak.
mendorong anak melakukan hal d. Indulgent Parenting
yang dapat membuat mereka (memberikan kebebasan tinggi
memberontak pada saat usia mulai pada anak)
menginjak remaja, membuat sang Dalam pola pengawasan ini,
anak ketergantungan pada orang orang tua kurang memperhatikan
tua, susah untuk aktif dalam faktor kedisiplinan dan lebih
masyarakat, sulit untuk mengutamakan kemauan anak,
bersosialisasi aktif, mereka anak bebas memilih pada hal yang
kurang percaya diri, frustasi, tidak mereka inginkan, anak bebas
berani menghadapi masalah yang bertindak sesuai yang mereka
ada, dan mereka suka mau. Orang tua dalam hal ini
mengucilkan diri. cenderung lebih memanjakan
23
anaknya, melindungi anaknya sebuah aturan dijalankan dengan tegas
dengan sangat, membiarkan dan konsisten dan disertai pengawasan
anaknya berbuat kesalahan, dan yang seksama akan dapat membangun
menjauhkan anak dari paksaan, kepribadian yang disiplin, tanggung
keharusan, hukuman, dan enggan jawab dan kesungguhan dalam diri
meluruskan penyimpangan seseorang. Disamping itu juga akan
perilaku anak. Pola ini akan membangkitkan kesadaran bahwa
membuat anak suka menentang, peraturan yang apabila ditaati akan
tidak patuh jika disuruh tidak membawa kebaikan bagi dirinya, dan
sesuai kehendak apabila tidak ditaati akan merugikan
anak tersebut, hilangnya rasa dirinya sendiri.
tenggang rasa, dan kurang 5.) Melaui Pemberian Penghargaan
dan Hukuman
bertoleransi dalam bersosialisasi
Metode lain yang dapat digunakan
dimasyarakat. Anak akan suka
dalam pembentukan karakter anak
meminta dan membuat mereka
adalah metode pemberian penghargaan
selalu manja dan sulit untuk
(reward) dan hukuman (punishmen).
berprestasi di sekolahnya.
Penghargaan adalah tindakan
4.)Melalui Penegakan Aturan
memberikan apresiasi atas pencapaian
Dalam proses upaya pendidikan
baik seseorang. (Zakiyah Daradjat,
karakter, penegakkan aturan juga
1999: 95). Tindakan penghargaan
sangat penting untuk diterapkan.
dapat berupa ucapan seperti pujian
Penegakkan aturan perlu dibuat
atau berupa materi seperti hadiah.
sebagai alat pengkondisian
Pemberian penghargaan akan
anak/seseorang agar berperilaku baik
bermanfaat untuk meningkatkan
serta sebagai alat pengawasan. Di
motivasi dan kepercayaan diri anak.
dalam penegakkan aturan terdapat
Pemberian penghargaan
sejumlah aturan-aturan untuk
merupakan alat merangsang batin anak
dijalankan beserta beberapa
agar tetap pada prestasi atau
konsekuensi atas pelanggaran aturan
pencapaian baik yang telah dicapai.
tersebut dalam rangka pembentukan
Seorang anak yang sudah mampu
kepribadian seseorang yang baik.
rajin sholat waktu misalnya, kemudian
Esensi dari penegakan aturan adalah
orangtua memberikan ungkapan rasa
pemberian batasan yang jelas mana
senangnya dengan pujian atau
yang harus dilakukan dan mana yang
membelikan hadiah satu stel sarung,
harus tidak dilakukan oleh anak, mana
tentunya tindakan ini akan
yang boleh dan mana yang dilarang.
membangkitkan semangat anak dalam
( Aan Hasanah, 2012: 29)
terus menegakkan sholat lima waktu.
Di dalam sebuah penegakkan
Yang perlu dihindari ketika
aturan terkandung nilai-nilai
memberikan penghargaan adalah sikap
pembentukan kedisplinan, tanggung
berlebihan orangtua dalam memberi
jawab, kesungguhan. Sehingga apabila
penghargaan, anak perlu diarahkan
23
dengan baik agar anak mempunyai
orientasi tujuan berbuat baik adalah Pendidikan karakter religius pada
untuk Allah bukan karena supaya anak dalam keluarga sangatlah
mendapat pujian dan hadiah. Selain penting. Orangtua memiliki pengaruh
penghargaan, metode hukuman dapat kuat dalam pembentukan karakter
juga diterapkan dalam membentuk anak yang religius. Memiliki anak
karakter anak. Meski sebenarnya yang berkarakter religius merupakan
metode hukuman dalam pendidikan harapan setiap orang tua.
kurang baik diterapkan karena akibat Karakteristik sikap religius
hukuman lebih cenderung menjadikan diantaranya,(a) Memiliki niat baik
anak penakut, maka hukuman lebih karena Allah. (b) Terbiasa membaca
baik diterapkan sebagai alternatif doa. (c) Selalu bersyukur atas nikmat.
terakhir manakala metode-metode (d) Memberi salam saat bertemu orang
yang lain belum berhasil membentuk lain. (e) Mengagumi ciptaan Allah. (f)
karakter anak. Dan hukuman Rajin ibadah. (g) Rajin mengaji. (h)
diterapkan tidak berlebihan Bersikap ikhlas. (i) Selalu
serta lebih diupayakan untuk bertaubat/berjiwa menyesal jika berbuat
meluruskan kesalahan anak, salah.
Sebagaimana Muhammad Quthb Unsur pembangun karakter yang
mengatakan, “Bila teladan dan nasehat saling menguatkan satu sama lain yaitu
tidak mampu, maka pada waktu itu (1) Keyakinan agama.(2) Pengetahuan
harus diadakan tindakan tegas yang agama. (3) Pengalaman agama dan (4)
dapat melatakkan persoalan di tempat Aktualisasi beragama. Orangtua
yang benar. Tindakan tegas itu adalah memiliki peran utama bagi anak-
hukuman.” (M. Muhtadi, 2015: 34) anaknya yaitu Fungsi Reproduksi,
Dalam Islam, penerapan hukuman Fungsi pemenuhan kebutuhan fisik,
berlaku pada hal ketika anak telah Fungsi ekonomi. Fungsi sosial
berumur 10 tahun dan tidak mau placement, Fungsi pendidikan dan
mengerjakan shalat yakni anak dikenai Fungsi afektif atau agama.
hukuman pukulan ringan. Para Dalam praktek pendidikan
pendidik muslim hendaknya lebih karakter religius pada anak dapat
berhati-hati ketika menerapkan metode menggunakan beberapa metode yang
hukuman, hindari kata-kata yang cukup efektif dan mengena yaitu
mencela dan kotor, hindari hukuman melalui pengajaran, pembiasaan,
fisik yang menyiksa dan pemberian keteladanan, pengawasan,
membahayakan keselamatan. pemberian motivasi dan nasehat,
penegakan aturan, serta dengan pola
pemberian penghargaan dan hukuman
yang membangun kesadaran terhadap
sebuah kesalahan.
KESIMPULAN
23
Menjawab Tantangan Krisis
Daftar Pustaka Multidimensional.
Jakarta: Bumi Aksara, 2011
Abdulloh, M. Yatimin. Studi Akhlak Syarbini,Amirulloh. Pendidikan Karakter
Dalam Perspektif Al-Quran, Jakarta: Berbasis Keluarga, Yogyakarta:
Amzah, 2007. Abdurrahman,Muhammad. Arruz Media, 2016
Akhlak: Menjadi seorang Muslim Ulwan, Abdullah Nasih. Pendidikan Anak
Berakhlak Mulia, Jakarta: dalam Islam, Jamaludin Miri
Raja Grafindo Persada, 2016. (Terj.). Jakarta: Pustaka Amani,
Al-Ghozali, Mengobati penyakit 2007.
Hati tarjamah Ihya``Ulum Ad-Din, Zubaedi. (2012). Desain Pendidikan
dalam Tahdzib Al-Akhlaq wa Karakter, Konsepsi dan
Mu`alajat Amradh Al-Qulub, Aplikasinya dalam Lembaga
Bandung: Karisma, 2000 Pendidikan. Jakarta: Kencana
Al Jazairi, Abu Bakar Jabir. Minhajul Prenada Media Goup
Muslim, Andi Subarkah (terj.). Riandi Kusuma. Macam-macam
Solo: Insan Kamil, 2014. pengawasan orang tua terhadap
Ali, Marzuki. Prinsip Dasar Akhlak perkembangan anak dan pengaruh
Mulia, Yogyakarta: Fakultas Ilmu terhadap anak. 6 Nopember 2013,
Sosial dan Ekonomi UNY, 2009. https://riandikusuma995.wordpres
AS, Asmaran. Pengantar Studi s.com/2013/11/06/macam-
Akhlak. Jakarta: Raja Grafindo macam- pengawasan-orang-tua-
Persada, 2002. Amin, Samsul terhadap-perkembangan-anak-
Munir. Ilmu Akhlak, Jakarta: dan-pengaruh-terhadap- anak/
Amzah, 2016. (diakses tanggal Juli 2018)
Daradjat, Zakiyah. Ilmu Pendidikan KPAI. “ Kenakalan Anak karena
Islam, Jakarta: Rajawali Press, 1999 Kurangnya Pengasuhan Anak. 2
Hasanah,Aan. Pendidikan Karakter Mei 2016,
Perspektif Islam, Bandung: Insan http://www.kpai.go.id/berita/kpai-
Komunika, 2012 Helmawati, nilai-kenakalan-anak-karena-
Pendidikan karakter Sehari-hari, kurangnya-
Jakarta: Remaja Rosda Karya, 2017 pengasuhan-anak-2/(diakses 20
Lickona,Thomas. Mendidik Untuk Juli 2018)
Membentuk Karakter, Juma Abdu Undang-undang Republik Indonesia
Wamaungo (terj.).
Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Jakarta: Bumi Aksara, 2012.
Sistem Pendidikan Nasional
Masyhur, Kahar. Membina Moral dan
Akhlak, Jakarta: kalam Mulia, 1987
Masnur Muslich. Pendidikan Karakter:

23

Anda mungkin juga menyukai