Dengan demikian, jelas bahwa pada dasarnya pendidikan baik di keluarga, sekolah maupun
masyarakat sangatlah berperan penting dalam pembentukan karakter seorang anak bangsa. Peran
Keluarga dalam Pemberantasan Korupsi
II. Pembahasan
A. Peran Keluarga Dalam Membangun Karakter
Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Kemudian menurut Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan
Penyelenggaraan Pendidikan pada Pasal 17 Ayat (3) menyebutkan bahwa pendidikan dasar, termasuk
Sekolah Menengah Pertama (SMP) bertujuan membangun landasan bagi berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang (a) beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
(b) berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur; (b) berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif; (c)
sehat, mandiri, dan percaya diri; (d) toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggungjawab.
Pendidikan karakter merupakan sebuah harapan untuk meminimalisir efek buruk kemajuan
zaman. Pendidikan adalah “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Menjadi warga negara yang baik (good citizenship) merupakan sebuah cita-cita seluruh warga
negara Indonesia. Untuk mewujudkan hal tersebut tentu memerlukan sebuah upaya dari seluruh
lapisan masyarakat, salah satunya adalah keluarga. Keluarga merupakan salah satu agen sosialisasi
selain lembaga pendidikan, media massa dan teman sepermainan. Keluarga menjadi salah satu sarana
penting dalam penanaman nilai-nilai pendidikan karakter, dimana keluarga merupakan lingkungan
pertama anak dalam mengenal lingkungan sosial. Peran penting keluarga menjadi hal yang sangat
vital dan penting dalam pembentukan kepribadian anak.
Anak adalah peniru terbaik orangtuanya. Untuk itulah perlu diberikan contoh perbuatan dan
tutur kata yang baik oleh orangtua kepada anaknya. Tunjukan perilaku positif dalam fase tumbuh
kembang anak, tunjukkan sikap menghormati, jujur, suka membantu dan melakukan perbuatan positif
lainnya. Sehingga anak akan langsung mengalami, melihat perbuatan positif tersebut dengan harapan
akan menirunya. Kunci sukses tidaknya program pendidikan karakter terletak pada mampu tidaknya
orangtua melaksanakan peran dan fungsi pendidikan karakter anak secara berkelanjutan. Peran
keluarga, dalam hal ini juga harus ikut serta dengan pihak sekolah dalam peningkatan kecerdasan
anak., baik IQ (Intellegence Quotient), EQ (Emotional Quotient), SQ (Spiritual Quotien ), AQ
(Addversity Quotient).
Berikut peran-peran keluarga dalam pembentukan kepribadian seorang anak menurut fungsi
keluarga yang dirumuskan BKKBN.
Untuk menjalankan fungsi agama, maka keluarga berperan dalam menciptakan pondasi pendidikan
agama yang kuat kepada anak berdasarkan agama yang dianut melalui :
1) Penanaman nilai-nilai keagamaan
2) Keteladanan bersikap jujur baik dalam perkataan maupun perbuatan
3) Penerapan nilai moral dan sikap toleransi
4) Keteladanan dan bimbingan untuk selalu menjalankan perintah agama dan menjauhi larangan
agama
5) Keteladanan, bimbingan, dan dorongan untuk selalu disiplin, rajin dan ikhlas menjalankan
kewajiban agama dengan penuh rasa tanggung jawab
6) Keteladanan dan bimbingan untuk peduli pada orang lain, membantu orang yang
membutuhkan tanpa pamrih
7) Keteladanan dan bimbingan untuk taat aturan dan tepat janji
8) Keteladanan dan bimbingan untuk saling menghormati, tidak bersikap kasar dan berperilaku
sopan
9) Keteladanan dan bimbingan untuk selalu bersikap tenang dan sabar ketika menghadapi
persoalan
Dengan memiliki dasar-dasar pendidikan agama yang baik yang diperoleh dari keluarga,
seorang anak akan memiliki nilai dan norma yang dapat menuntunnya menjadi pribadi yang beriman,
bertaqwa, jujur, bertoleransi, rajin, saleh, taat, suka membantu, disiplin, sopan santun, penyabar,
ikhlas, penuh kasih sayang, cinta kepada Tuhan, kebenaran, dan berakhlak terpuji.
1) Penanaman dan pengembangan nilai-nilai toleransi sehingga anak dapat memahami fungsi
toleransi dalam kehidupan sehari-hari
2) Penanaman dan pengembangan sikap saling tolong menolong
3) Keteladanan untuk saling menghormati dan menghargai budaya lain
4) Penanaman dan pengembangan rasa kebersamaan dan saling berbagi
5) Bimbingan cara melestarikan budaya
6) Penanaman, pengembangan serta keteladanan dalam menghargai jasa para pahlawan,
mencintai produk dalam negeri, dan pemahaman tentang pengaruh globalisasi dalam
kehidupan
3. Keluarga sebagai Tempat Menumbuhkembangkan Rasa Kasih Sayang
Kasih sayang di antara anggota keluarga sangat dibutuhkan dalam rangka mempererat ikatan
di antara anggota keluarga. Rasa kasih sayang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak menjadi
pribadi yang dapat menghargai dan menghormati orang lain serta makhluk hidup lainnya. Sikap ini
akan membuat seseorang tidak akan berlaku sewenang-wenang.
1) Keteladanan dan bimbingan agar cermat, dan hati-hati dalam membelanjakan uang
2) Keteladanan dan bimbingan agar taat waktu dan taat aturan
3) Keteladanan dan bimbingan untuk membantu orang yang membutuhkan
4) Keteladanan untuk terus berusaha tanpa putus asa
5) Hal-hal tersebut dapat menuntun anak untuk memiliki kepribadian yang hemat, teliti, disiplin,
peduli, dan ulet.
6. Keluarga sebagai Pondasi Pendidikan Lingkungan
Pentingnya lingkungan yang sehat dan bersih perlu dilakukan sejak dini agar anak memahami
dan peduli pada lingkungan hidup di sekitarnya. Adapun peran keluarga sebagai pondasi pendidikan
lingkungan adalah :
1) Keteladanan dan bimbingan untuk selalu berperilaku bersih dalam segala hal
2) Bimbingan untuk disiplin memelihara lingkungan sekitar
3) Bimbingan untuk bijak dalam penggunaan teknologi
4) Bimbingan untuk berpartisipasi dalam upaya pengelolaan dan pelestarian lingkungan
5) Pemahaman tentang dampak hubungan manusia dengan lingkungan
6) Penanaman sikap peduli pada lingkungan
7) Hal-hal tersebut dapat menuntun anak untuk memiliki kepribadian selalu menjaga kebersihan
lingkungan.
Penanaman nilai-nilai anti korupsi melalui pendidikan perlu dilakukan sejak dini, terus-
menerus dan berkesinambungan. Setiap peserta didik diperkenalkan dengan nilai-nilai, diberikan
contoh-contoh dalam bentuk aksi nyata dan keteladanan, dibiasakan melalui semua kegiatan dan
pembelajaran di sekolah, di rumah dan di masyarakat sehingga mereka memiliki integritas yag kuat
atau memiliki sikap serta perilaku anti korupsi.
Para peserta didik diberi pendidikan dan pengasuhan yang tepat sehingga mereka menjadi
manusia unggul yang memiliki integritas, kecerdasan, dan energi yang cukup. Proses tersebut
terintegrasi atau menjadi bagian dari pendidikan karakter.
Masyarakat pun memiliki peran yang tidak kalah pentingnya dalam upaya pembentukan
karakter anak bangsa. Dalam hal ini yang dimaksud dengan masyarakat disini adalah orang yang
lebih tua yang “ tidak dekat “, “ tidak dikenal “ “ tidak memiliki ikatan family “ dengan anak tetapi
saat itu ada di lingkungan sang anak atau melihat tingkah laku si anak . Orang -orang inilah yang
dapat memberikan contoh, mengajak, atau melarang anak dalam melakukan suatau perbuatan.
Membiasakan anak tidak membuang sampah dan meludah di jalan , merusak atau
mencoret – coret fasilitas umum
E. . Peran Pemerintah
Pemerintah sudah tentu memiliki andil yang besar dalam pembentukan karakter anak bangsa sebab
berbagai kebijakan terlahir dari para penentu kebijakan. namun kadang kala ada kebijakan / aturan
yang justru tidak disadari dapat memupuk perilaku anak yang tidak baik, contohnya :
Membuka tempat – tempat hiburan atau taman – taman wisata yang tidak ada pengawasan yang
ketat, misal; ada batas jam malam berkunjung, razia KTP bagi yang berpasangan,
Menetapkan peraturan tidak merokok ditempat umum/ tertentu, namun saat berdialog langsung
dengan para siswa, seorang pejabat justru sambil merokok tidak henti – hentinya atau saat
melakukan rapat di ruangan ber AC para pejabat sambil ber asap ria.
Menekankan disiplin untuk semua kegiatan , tapi kenyataannya masih banyak yang
menggunakan “jam karet”.
Memberikan izin penayangan film- film yang bertajuk film anak di televisi namun tidak
memiliki nilai didaktis didalamnya padahal televisi adalah media yang sangat dekat dengan
anak.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan :
Apabila kita amati secara garis besar, pencapaian pendidikan nasional kita masih jauh dan harapan,
apalagi untuk mampu bersaing secara kompetitif dengan perkembangan pendidikan pada tingkat
global. Baik secara kuantitatif maupun kualitatif, pendidikan nasional masih memiliki banyak
kelemahan mendasar. Bahkan pendidikan nasional, menurut banyak kalangan, bukan hanya belum
berhasil meningkatkan kecerdasan dan keterampilan anak didik, melainkan gagal dalam membentuk
karakter dan watak kepribadian (nation and character building), bahkan terjadi adanya degradasi
moral.
Untuk itu perlunya upaya – upaya konkrit yang harus segera dilakukan melalui pendidikan agar anak
bangsa kita tidak semakin terpuruk oleh kepribadian yang semu yang selama ini membelenggu
bahkan sudah membentuk karakter mereka dan upaya ini hendaknya di mulai dari diri orang tua ,
pendidik , masyarakat dan pemerintah itu sendiri dalam hal ini harus ada niat ikhlas dan bertekad
mengubah pola asuh dan perilaku diri sebab inilah modal dalam mengubah perilaku anak bangsa.
B. Saran
Agar upaya dilakukan dapat menunjukkan hasil yang maksimal maka sebagai orang tua,
pendidik , masyarakat maupun pemerintah hendaknya dapat:
1) Menunjukkan konsistensi , keteladanan dan pola anutan yang tepat dalam penerapan suatu
perilaku yang diharapkan
2) Melakuan kerjasama dengan berbagai pihak untuk mendapatkan hasil yang maksimal
http://mawar-mamamia.blogspot.com/2010/06/peranan-keluarga-sekolah-dan-
masyarakat.html