Anda di halaman 1dari 11

Makalah Peran Dan Fungsi Keluarga Dan Institusi

Dalam Membangun Karakter yang Baik dan Pemberantas Korupsi

Disusun Oleh KelompokII :


I Made Doni Artawan ( A241 18 039)
Zakaria Antoni Sukarhman ( A241 18 089)
Hasnia Muing ( A241 18 015)
Serina Febrilia ( A241 18 071)
Khaurunisa H.Y ( A241 18 010)
Suci Novita Sari T. ( A241 18 063)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2020
I. Pendahuluan
Karakter adalah watak / perilaku seseorang yang sudah menyatu dan mewarnai diri seorang
insan yang terwujud dalam setiap kata maupun perbuatannya di setiap saat. Karakter terbentuk
melalui konsep – konsep yang diperoleh seseorang melalui pengamatan, pengalaman dan duplikasi
dari lingkungan dimana ia tumbuh dan berkembang. Hal ini dimulai sejak seseorang mulai
mengenal makna setiap kata, isyarat dan tingkah laku orang yang lebih tua dari dirinya yang ada di
sekitarnya, yang berulang bahkan menjadi kebiasaan , lalu dalam diri seseorang itu terjadi
“penerimaan” atau “penolakan” terhadap apa yang ia terima tadi
Lingkungan rumah tangga dan keluarga sebagai lingkungan pembentukan dan pendidikan
karakter pertama dan utama harus lebih diberdayakan pada hal – hal yang positif . Sebagaimana
disarankan Philips, keluarga hendaklah kembali menjadi school of love, sekolah untuk kasih
sayang (Philips, 2000) atau tempat belajar yang penuh cinta sejati dan kasih sayang (keluarga yang
sakinah, mawaddah, dan warrahmah). Sedangkan pendidikan karakter melalui sekolah, tidak
semata-mata pembelajaran pengetahuan semata, tatapi lebih dari itu, yaitu penanaman moral, nilai-
nilai etika, estetika, budi pekerti yang luhur dan lain sebagainya. Pemberian penghargaan (prizing)
kepada yang berprestasi, dan hukuman kepada yang melanggar, menumbuh suburkan (cherising)
nilai-nilai yang baik dan sebaliknya mengecam dan mencegah (discowaging) berlakunya nilai-nilai
yang buruk.
Di samping itu tidak kalah pentingnya pendidikan di masyarakat. Lingkungan masyarakat
juga sangat mempengaruhi terhadap karakter seseorang. Lingkungan masyarakat luas sangat
mempengaruhi terhadap keberhasilan penanaman nilai-nilai etika, estetika untuk pembentukan
karakter. Menurut Qurais Shihab (1996 ; 321), situasi kemasyarakatan dengan sistem nilai yang
dianutnya, mempengaruhi sikap dan cara pandang masyarakat secara keseluruhan. Jika sistem nilai
dan pandangan mereka terbatas pada kini dan di sini, maka upaya dan ambisinya terbatas pada hal
yang sama.

Dengan demikian, jelas bahwa pada dasarnya pendidikan baik di keluarga, sekolah maupun
masyarakat sangatlah berperan penting dalam pembentukan karakter seorang anak bangsa. Peran
Keluarga dalam Pemberantasan Korupsi
II. Pembahasan
A. Peran Keluarga Dalam Membangun Karakter

Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Kemudian menurut Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan
Penyelenggaraan Pendidikan pada Pasal 17 Ayat (3) menyebutkan bahwa pendidikan dasar, termasuk
Sekolah Menengah Pertama (SMP) bertujuan membangun landasan bagi berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang (a) beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
(b) berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur; (b) berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif; (c)
sehat, mandiri, dan percaya diri; (d) toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggungjawab.

Pendidikan karakter merupakan sebuah harapan untuk meminimalisir efek buruk kemajuan
zaman. Pendidikan adalah “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Menjadi warga negara yang baik (good citizenship) merupakan sebuah cita-cita seluruh warga
negara Indonesia. Untuk mewujudkan hal tersebut tentu memerlukan sebuah upaya dari seluruh
lapisan masyarakat, salah satunya adalah keluarga. Keluarga merupakan salah satu agen sosialisasi
selain lembaga pendidikan, media massa dan teman sepermainan. Keluarga menjadi salah satu sarana
penting dalam penanaman nilai-nilai pendidikan karakter, dimana keluarga merupakan lingkungan
pertama anak dalam mengenal lingkungan sosial. Peran penting keluarga menjadi hal yang sangat
vital dan penting dalam pembentukan kepribadian anak.

Anak adalah peniru terbaik orangtuanya. Untuk itulah perlu diberikan contoh perbuatan dan
tutur kata yang baik oleh orangtua kepada anaknya. Tunjukan perilaku positif dalam fase tumbuh
kembang anak, tunjukkan sikap menghormati, jujur, suka membantu dan melakukan perbuatan positif
lainnya. Sehingga anak akan langsung mengalami, melihat perbuatan positif tersebut dengan harapan
akan menirunya. Kunci sukses tidaknya program pendidikan karakter terletak pada mampu tidaknya
orangtua melaksanakan peran dan fungsi pendidikan karakter anak secara berkelanjutan. Peran
keluarga, dalam hal ini juga harus ikut serta dengan pihak sekolah dalam peningkatan kecerdasan
anak., baik IQ (Intellegence Quotient), EQ (Emotional Quotient), SQ (Spiritual Quotien ), AQ
(Addversity Quotient).

Berikut peran-peran keluarga dalam pembentukan kepribadian seorang anak menurut fungsi
keluarga yang dirumuskan BKKBN.

1. Keluarga sebagai Pondasi Pendidikan Agama


Keluarga merupakan pondasi pendidikan agama kepada seorang anak. Penerapan nilai-nilai
agama dapat menghindarkan seorang anak dari hal-hal yang melanggar hukum seperti misalnya
korupsi. Ini adalah salah satu cara menanamkan kesadaran hukum kepada seorang anak.

Untuk menjalankan fungsi agama, maka keluarga berperan dalam menciptakan pondasi pendidikan
agama yang kuat kepada anak berdasarkan agama yang dianut melalui :
1) Penanaman nilai-nilai keagamaan
2) Keteladanan bersikap jujur baik dalam perkataan maupun perbuatan
3) Penerapan nilai moral dan sikap toleransi
4) Keteladanan dan bimbingan untuk selalu menjalankan perintah agama dan menjauhi larangan
agama
5) Keteladanan, bimbingan, dan dorongan untuk selalu disiplin, rajin dan ikhlas menjalankan
kewajiban agama dengan penuh rasa tanggung jawab
6) Keteladanan dan bimbingan untuk peduli pada orang lain, membantu orang yang
membutuhkan tanpa pamrih
7) Keteladanan dan bimbingan untuk taat aturan dan tepat janji
8) Keteladanan dan bimbingan untuk saling menghormati, tidak bersikap kasar dan berperilaku
sopan
9) Keteladanan dan bimbingan untuk selalu bersikap tenang dan sabar ketika menghadapi
persoalan

Dengan memiliki dasar-dasar pendidikan agama yang baik yang diperoleh dari keluarga,
seorang anak akan memiliki nilai dan norma yang dapat menuntunnya menjadi pribadi yang beriman,
bertaqwa, jujur, bertoleransi, rajin, saleh, taat, suka membantu, disiplin, sopan santun, penyabar,
ikhlas, penuh kasih sayang, cinta kepada Tuhan, kebenaran, dan berakhlak terpuji.

2. Keluarga sebagai Pondasi Pendidikan Sosial Budaya


Keluarga merupakan tempat ditanamnya nilai-nilai budaya yang dianut. Indonesia adalah
negara yang memiliki budaya, agama, dan suku yang sangat heterogen. Heterogenitas Indonesia
dikenal dengan Bhinneka Tunggal Ika. Seorang anak harus benar-benar dapat memahami dan
menjiwai semoboyan ini. Jika seorang anak merasa agamanya atau sukunya paling benar maka hal ini
merupakan salah satu penyebab lunturnya Bhinneka Tunggal Ika. Jiwa kebhinnekaan ini hendaknya
jangan sampai luntur. Untuk itu keluarga berperan dalam menciptakan pondasi pendidikan sosial
budaya melalui :

1) Penanaman dan pengembangan nilai-nilai toleransi sehingga anak dapat memahami fungsi
toleransi dalam kehidupan sehari-hari
2) Penanaman dan pengembangan sikap saling tolong menolong
3) Keteladanan untuk saling menghormati dan menghargai budaya lain
4) Penanaman dan pengembangan rasa kebersamaan dan saling berbagi
5) Bimbingan cara melestarikan budaya
6) Penanaman, pengembangan serta keteladanan dalam menghargai jasa para pahlawan,
mencintai produk dalam negeri, dan pemahaman tentang pengaruh globalisasi dalam
kehidupan
3. Keluarga sebagai Tempat Menumbuhkembangkan Rasa Kasih Sayang
Kasih sayang di antara anggota keluarga sangat dibutuhkan dalam rangka mempererat ikatan
di antara anggota keluarga. Rasa kasih sayang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak menjadi
pribadi yang dapat menghargai dan menghormati orang lain serta makhluk hidup lainnya. Sikap ini
akan membuat seseorang tidak akan berlaku sewenang-wenang.

1) Peran keluarga sebagai tempat menumbuhkembangkan rasa kasih sayang melalui :


2) Keteladanan untuk berempati pada orang lain
3) Pelatihan emosional anak
4) Dibangunnya rasa kepedulian di antara anggota keluarga
5) Pemahaman agar memperlakukan orang lain sesuai dengan kapasitasnya
6) Pelatihan agar tidak bersikap egois
7) Bimbingan dan pengembangan sikap loyal pada keluarga, teman sebaya dan orang lain
8) Keteladanan untuk selalu membantu orang lain
9) Keteladanan, bimbingan, dan pembiasaan untuk bersikap penuh rasa tanggung jawab

4. Keluarga sebagai Agen Sosialisasi Pendidikan


Sebagai tempat bersosialisasi, keluarga berperan dalam memberikan pengenalan atau
memberikan pendidikan mengenai hubungan seorang anak dengan orang-orang disekitarnya sebagai
bekal untuk masuk ke lingkungan sosial yang lebih luas. Lingkungan sosial setelah keluarga yang
dimasuki seorang anak adalah sekolah dan masyarakat. Untuk itu, peran keluarga sebagai agen
sosialisasi pendidikan meliputi :

1) Keteladanan dan pelatihan sikap percaya diri


2) Bimbingan, dorongan dan pelibatan anak dalam berbagai aktivitas
3) Keteladanan untuk bersedia mendengarkan atau menghargai pendapat orang lain
4) Pelibatan anak dalam komunikasi keluarga
5) Pelatihan untuk selalu bersyukur
6) Pelatihan untuk menghargai diri sendiri
7) Keteladanan dalam rajin beribadah dan dalam berbagai aspek kehidupan
8) Keteladanan, bimbingan dan pelibatan anak dalam berbagai aktivitas yang bermanfaat
9) Disiplin waktu
10) Bimbingan untuk bersikap tolong menolong, kerja kelompok, setia kawan
11) Hal-hal tersebut dapat menuntun anak untuk memiliki kepribadian yang mampu bekerja
sama, disiplin dan bertanggung jawab.

5. Keluarga sebagai Pondasi Pendidikan Ekonomi


Keluarga merupakan tempat pembinaan dan penanaman nilai-nilai dan perencanaan keuangan
keluarga agar terwujud keluarga sejahtera. Untuk menjalankan fungsi ekonomi, keluarga berperan
dalam :

1) Keteladanan dan bimbingan agar cermat, dan hati-hati dalam membelanjakan uang
2) Keteladanan dan bimbingan agar taat waktu dan taat aturan
3) Keteladanan dan bimbingan untuk membantu orang yang membutuhkan
4) Keteladanan untuk terus berusaha tanpa putus asa
5) Hal-hal tersebut dapat menuntun anak untuk memiliki kepribadian yang hemat, teliti, disiplin,
peduli, dan ulet.
6. Keluarga sebagai Pondasi Pendidikan Lingkungan
Pentingnya lingkungan yang sehat dan bersih perlu dilakukan sejak dini agar anak memahami
dan peduli pada lingkungan hidup di sekitarnya. Adapun peran keluarga sebagai pondasi pendidikan
lingkungan adalah :

1) Keteladanan dan bimbingan untuk selalu berperilaku bersih dalam segala hal
2) Bimbingan untuk disiplin memelihara lingkungan sekitar
3) Bimbingan untuk bijak dalam penggunaan teknologi
4) Bimbingan untuk berpartisipasi dalam upaya pengelolaan dan pelestarian lingkungan
5) Pemahaman tentang dampak hubungan manusia dengan lingkungan
6) Penanaman sikap peduli pada lingkungan
7) Hal-hal tersebut dapat menuntun anak untuk memiliki kepribadian selalu menjaga kebersihan
lingkungan.

7. Tempat memenuhi kebutuhan fisik maupun emosional


Keluarga berperan dalam usaha pemenuhan hidup seorang anak baik fisik maupun emosional.
Kemajuan teknologi tak dipungkiri sangat mempengaruhi hubungan emosional ini. Anak lebih tertarik
bermain gawai dibanding berada di tengah-tengah keluarga. Begitu pula sebaliknya. Tak jarang
walaupun berada di satu ruangan namun sibuk dengan dunianya masing-masing. Anak menjadi tidak
peka dan tidak peduli. Untuk mensiasatinya, orang tua harus meluangkan waktu dan berkomunikasi
dengan baik-baik.

B. Peran Sekolah Dalam Pendidikan Karakter Anak.

1. Sebagai tempat bagi anak untuk lebih berekspresi


Sekolah seharusnya memberikan kesempatan bagi anak untuk menunjukkan kemampuan
mereka, hal itu akan menjadi modal siswa untuk meningkatkan rasa percaya diri. Bukan hanya
kemampuan belajar di dalam kelas saja, tapi juga kemampuan mereka di luar kelas, misal saat
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, berorganisasi, maupun saat jam istirahat.

2. Sebagai tempat bagi anak untuk menemukan bakat


Semua anak terlahir dengan mempunyai bakat mereka masing-masing. Akan tetapi tidak
semua anak mengetahui bakat yang mereka miliki, walaupaun ada beberapa yang sudah mengetahui
bakat mereka sejak kecil. Bagi anak yang belum mengetahui bakat mereka, guru di sekolah
berkewajiban membekali mereka dengan ilmu pengetahuan yang ada, agar anak mampu menggali
bakat mereka.

3. Sebagai tempat untuk belajar lebih menghargai


Anda semua pasti tahu bahwa saat berada di sekolah anak tidak hanya berinteraksi dengan
guru dan siswa yang lain. Anak juga akan berinteraksi dengan orang-orang yang termasuk bagian
dari sekolah, seperti petugas kebersihan, satpam, pesuruh sekolah, bapak ibu kantin, dan juga tukang
jajanan di lingkungan sekolah. Dengan berinteraksi dengan banyak orang dari berbagai kalangan
akan membantu anak untuk belajar lebih menghargai apapun profesi orang itu.
4. Sebagai tempat yang mengajarkan persahabatan
Saat ini diantara Anda pasti ada yang masih menjalin komunikasi yang baik dengan teman
sekolah Anda, atau bahkan mungkin malah ada yang menjadikan teman sekolah sebagai partner
bisnis. Hal tersebut dikarenakan persahabat yang terjalin semenjak sekolah merupakan hal terindah
yang bisa terus dijalin hingga dewasa. Dan sekolah yang baik akan menciptakan persahabatan bagi
para siswanya.

C. Peran Sekolah Dalam Menginterasikan Pendidikan Antikorupsi Melalui Pendidikan Karakter

Untuk membangun dan merealisasikan pendidikan anti korupsi (pendidikan itengritas) di


sekolahyang efektif dan efisien, semua pemangku kepentingan terutama pendidik dan tenaga
kependikansertaseluruhwargasekolahlainnya perlu memahami danmampumenerapkan (mampu, bisa,
danterbiasa) nilai-nilai anti korupsidansegala bentuk perilaku tindak korupsi atau perilaku-perilaku
yang nantinya akan mengarah pada pembentukan sikap dan perilaku korup.

Penanaman nilai-nilai anti korupsi melalui pendidikan perlu dilakukan sejak dini, terus-
menerus dan berkesinambungan. Setiap peserta didik diperkenalkan dengan nilai-nilai, diberikan
contoh-contoh dalam bentuk aksi nyata dan keteladanan, dibiasakan melalui semua kegiatan dan
pembelajaran di sekolah, di rumah dan di masyarakat sehingga mereka memiliki integritas yag kuat
atau memiliki sikap serta perilaku anti korupsi.

Para peserta didik diberi pendidikan dan pengasuhan yang tepat sehingga mereka menjadi
manusia unggul yang memiliki integritas, kecerdasan, dan energi yang cukup. Proses tersebut
terintegrasi atau menjadi bagian dari pendidikan karakter.

D. Pentingnya Peran Masyarakat dalam Membentuk Karakter Anak

Masyarakat pun memiliki peran yang tidak kalah pentingnya dalam upaya pembentukan
karakter anak bangsa. Dalam hal ini yang dimaksud dengan masyarakat disini adalah orang yang
lebih tua yang “ tidak dekat “, “ tidak dikenal “ “ tidak memiliki ikatan family “ dengan anak tetapi
saat itu ada di lingkungan sang anak atau melihat tingkah laku si anak . Orang -orang inilah yang
dapat memberikan contoh, mengajak, atau melarang anak dalam melakukan suatau perbuatan.

Contoh – contoh perilaku yang dapat diterapkan oleh masyarakat :

 Membiasakan gotong royong, misalnya : membersihkan halaman rumah masing – masing,


membersihkan saluran air, menanami pekarangan rumah.

 Membiasakan anak tidak membuang sampah dan meludah di jalan , merusak atau
mencoret – coret fasilitas umum

 Menegur anak yang melakukan perbuatan yang tidak baik.

Kendala – kendala yang dihadapi dimasyarakat ;

 Tidak ada kepedulian

 Tidak merasa bertanggung jawab

 Menganggap perbuatan anak adalah hal yang sudah biasa

E. . Peran Pemerintah
Pemerintah sudah tentu memiliki andil yang besar dalam pembentukan karakter anak bangsa sebab
berbagai kebijakan terlahir dari para penentu kebijakan. namun kadang kala ada kebijakan / aturan
yang justru tidak disadari dapat memupuk perilaku anak yang tidak baik, contohnya :

 Membuka tempat – tempat hiburan atau taman – taman wisata yang tidak ada pengawasan yang
ketat, misal; ada batas jam malam berkunjung, razia KTP bagi yang berpasangan,

 Menetapkan peraturan tidak merokok ditempat umum/ tertentu, namun saat berdialog langsung
dengan para siswa, seorang pejabat justru sambil merokok tidak henti – hentinya atau saat
melakukan rapat di ruangan ber AC para pejabat sambil ber asap ria.

 Menekankan disiplin untuk semua kegiatan , tapi kenyataannya masih banyak yang
menggunakan “jam karet”.

 Memberikan izin penayangan film- film yang bertajuk film anak di televisi namun tidak
memiliki nilai didaktis didalamnya padahal televisi adalah media yang sangat dekat dengan
anak.
III. PENUTUP

A. Kesimpulan :

Apabila kita amati secara garis besar, pencapaian pendidikan nasional kita masih jauh dan harapan,
apalagi untuk mampu bersaing secara kompetitif dengan perkembangan pendidikan pada tingkat
global. Baik secara kuantitatif maupun kualitatif, pendidikan nasional masih memiliki banyak
kelemahan mendasar. Bahkan pendidikan nasional, menurut banyak kalangan, bukan hanya belum
berhasil meningkatkan kecerdasan dan keterampilan anak didik, melainkan gagal dalam membentuk
karakter dan watak kepribadian (nation and character building), bahkan terjadi adanya degradasi
moral.

Untuk itu perlunya upaya – upaya konkrit yang harus segera dilakukan melalui pendidikan agar anak
bangsa kita tidak semakin terpuruk oleh kepribadian yang semu yang selama ini membelenggu
bahkan sudah membentuk karakter mereka dan upaya ini hendaknya di mulai dari diri orang tua ,
pendidik , masyarakat dan pemerintah itu sendiri dalam hal ini harus ada niat ikhlas dan bertekad
mengubah pola asuh dan perilaku diri sebab inilah modal dalam mengubah perilaku anak bangsa.

B. Saran

Agar upaya dilakukan dapat menunjukkan hasil yang maksimal maka sebagai orang tua,
pendidik , masyarakat maupun pemerintah hendaknya dapat:

1) Menunjukkan konsistensi , keteladanan dan pola anutan yang tepat dalam penerapan suatu
perilaku yang diharapkan

2) Melakuan kerjasama dengan berbagai pihak untuk mendapatkan hasil yang maksimal

3) Menerapkan semboyan dan bukan hanya menslogankan semboyan


Dartar Pustaka

 Edukasia.[2009]. Article Peran Dan Fungsi Keluarga Dan Institusi Dalam


Membangun.https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Edukasia/article/download/757/726

 Mawar.[2010]. Peranan Keluarga Sekolah dan Masyarakat. Tersedia ;

http://mawar-mamamia.blogspot.com/2010/06/peranan-keluarga-sekolah-dan-
masyarakat.html

Anda mungkin juga menyukai