Dosen Pengampu:
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, inayah, taufik, dan
ilhamnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun
isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca. Makalah ini disusun dalam rangka untuk
menyelesaikan tugas dari dosen kami bapak Alaika M. Bagus Kurnia P.S, S.Pd.I M.Pd selaku
dosen pengampu mata kuliah Pengantar Antropologi.
Makalah ini membahas mengenai sistem perkawinan dan keluarga yang meliputi
pengertian perkawinan, bentuk perkawinan, syarat-syarat perkawinan berdasarkan agama di
Indonesia, adat menetap setelah perkawinan, arti dan tipe keluarga serta perceraian yang
bertujuan untuk memahami bagaimana pengertian perkawinan, bentuk perkawinan, syarat-syarat
perkawinan berdasaarkan agama di Indonesia, adat menetap setelah perkawinan, arti dan tipe keluarga
serta perceraian.
Harapan kami makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik. Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan yang
disebabkan keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman kami. Namun demikian
kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk dapat mencapai hasil yang baik. Kami berharap
makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan pengetahuan bagi kami sendiri maupun
bagi pihak yang memerlukan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Undang- Undang pasal 1 nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan, yaitu
“Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai
suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan ke Tuhanan Yang Maha Esa”. Perkawinan merupakan peristiwa penting
dalam kehidupan. Dengan perkawinan, seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup
baik secara biologis, psikologis maupun secara sosial. Batasan usia pernikahan ideal pada
perempuan yaitu 21-25 tahun dan pada laki-laki 25-28 tahun. Pada usia tersebut organ
reproduksi perempuan secara fisiologis sudah berkembang secara baik dan kuat serta siap
melahirkan keturunan secara fisik sudah mulai matang. Sementara pada laki-laki yang
berusia 25-28 tahun kondisi psikis dan fisiknya sangat kuat, sehingga mampu menopang
kehidupan keluarga untuk melindungi baik secara psikis emosional, ekonomi, dan sosial
(Irianto, 2015).
Dalam bahasa yang lain K. Wantjik Saleh mengatakan perkawinan adalah ikatan
lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri. Tujuan dari
perkawinan adalah membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan kekal, suami dan istri
saling membantu dan melengkapi agar masing-masing dapat mengembangkan
kepribadiannya, membantu dan mencapai kesejahteraan spiritual dan materiil. Ada
berbagai macam bentuk perkawinan dalam masyarakat, yaitu perkawinan monogami,
poligami, poliandri,dan perkawinan kelompok (group marriage). Dari keempat bentuk
perkawinan ini, perkawinan monogami dianggap paling ideal dan sesuai untuk dilakukan.
Namun disisi lain keluarga sering kali menjadi sumber konflik bagi sejumlah
orang. Suasana keluarga yang tidak harmonis sering mendorong terjadinya konflik antara
suami istri. Dan akhirnya akan berujung menjadi sebuah perceraian sebagai keputusan
akhir apabila konflik tersebut tidak bisa ditemukan titik terangnya. Perceraian merupakan
salah satu sebab dari putusnya perkawinan. Suatu perkawinan d apat putus dan berakhir
oleh beberapa hal, yaitu terjadinya talak yang dijatuhkan oleh suami terhadap isterinya,
atau karena terjadinya perceraian antara keduanya, kematian salah satu pihak, dan atas
putusan hakim (Titik Triwulan Tutik, 2010:133).
Dari uraian diatas membuat penulis tertarik untuk mengkaji persoalan tentang
Sistem Perkawinan dan Keluarga.
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 Pengertian Perkawinan
Salah satu masa peralihan terpenting dalam kehidupan manusia adalah masa
peralihan dari masa remaja menuju masa dewasa dan berkeluarga yang ditandai dengan
perkawinan. Nikah (kawin) menurut arti asli ialah hubungan seksual tetapi menurut arti
majazi (mathaporic) atau arti hukum ialah aqad (perjanjian) yang menjadikan halal
hubungan seksual sebagai suami istri antara seorangpria dengan seorang wanita.
Secara etimologis perkawinan dalam bahasa Arab berarti nikah atau zawaj Kedua
kata ini yang terpakai dalam kehidupan sehari-hari orang Arab dan banyak terdapat dalam
Al-Qur’an dan hadits Nabi. Al-Nikah mempunyai arti Al-Wath’i, Al-Dhommu, Al-
Tadakhul, al-Jam’u atau ibarat ‘an al-wath wa al-aqd yang berarti bersetubuh, hubungan
badan, berkumpul,jima; dan akad. Secara terminologis perkawinan yaitu akad yang
membolehkan terjadinya istimta’ (persetubuhan) dengan seorang wanita, selama seorang
wanita tersebut bukan dengan wanita yang diharamkan baik dengan sebabketurunan atau
sebab susuan.
Sebagai proses social, perkawinan pada masyarakat yang satu dengan yang
lainnya tentulah berbeda-beda. Pada masyarakat tertentu ada yang melarang perkawinan
dengan pasangan dari daerah/marga/suku yang sama. Pada masyarakat lainnya justru
mengharuskan. Ada masyarakat yang melarang perkawinan dengan lebih dari satu
pasangan. Masyarakat lainnya justru membolehkan perkawinan dengan pasangan yang
lebih dari satu orang. Pada akhirnya terdapat pembatasan-pembatasan dalam hal
perkawinan. Pembatasan bisa meliputi aspek asal pasangan, jumlah pasangan,pasangan
untuk perkawinan yang kesekian kali. Berikut beberapa bentuk perkawina yang dapat
dijumpai dimasyarakat diantaranya:
Selain itu juga terdapat bentuk perkawinan lainnya, seperti berikut ini:
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA