Manhaj Al-Qur'an dalam menetapkan wujud Al-Khaliq yaitu dengan mengemukakan bukti-bukti yang benar,
yang membuat akal mau menerima dan musuh pun menyerah.
1. Sudah menjadi kepastian, setiap yang baru tentu ada yang mengadakan.
2. Teraturnya semua urusan alam, juga kerapiannya adalah bukti paling kuat yang menunjukkan
bahwa pengatur alam ini hanyalah Tuhan yang satu, yang tidak bersekutu atau pun berseteru.
Apabila ada lebih dari satu Tuhan, maka setidaknya akan terjadi salah satu dari tiga perkara berikut ini:
a) Salah satunya mampu mengalahkan yang lain dan menguasai alam sendirian.
b) Masing-masing berdiri sendiri dalam kerajaan dan penciptaan, sehingga terjadi pembagian (kekuasaan).
c) Kedua-duanya berada dalam kekuasaan seorang raja yang bebas dan berhak berbuat apa saja terhadap
keduanya. Dengan demikian maka dialah yang menjadi tuhan yang hak, sedangkan yang lain adalah hambanya.
Setiap makhluk melaksanakan apa yang menjadi tugasnya. Apakah itu dalam mencari manfaat atau menolak
bahaya.
Allah telah memberi setiap laki-laki dan perempuan bentuk yang sesuai dengan jenisnya, baik dalam
pernikahan, perasaan dan unsur sosial. Juga telah memberi setiap anggota tubuh bentuk yang sesuai untuk suatu
manfaat yang telah ditentukan-Nya.
Tauhid Uluhiyah yaitu tauhid ibadah, kerana ilah maknanya adalah ma’bud (yang disembah). Maka,
tidak ada yang diseru dalam doa, kecuali Allah, tiada yang dimintai pertolongan, kecuali Allah, tiada
yang boleh dijadikan tempat bergantung, kecuali Dia, tidak boleh menyembelih korban atau bernadzar,
kecuali untuk-Nya, dan tidak boleh mengarahkan seluruh ibadah, kecuali untuk-Nya dan karena Dia
semata.
Tauhid rububiyyah adalah bukti wajibnya tauhid uluhiyyah. Karena itu, sering kali Allah membantah orang yang
mengingkari tauhid uluhiyah dengan tauhid rububiyah yang mereka akui dan yakini. (Al-Baqarah: 21–22).
Tauhid uluhiyah inilah yang menjadi tujuan dari penciptaan manusia. “Dan tidaklah Kuciptakan jin dan manusia,
kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56)