Anda di halaman 1dari 25

Nama : Yan Haryanto.

No. NIM : 161710013


Kelas : TS11
Mata Kuliah : Pendidikan Agama

A. Pengertian dan Makna Taqwa

Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi dan wiqayah yang berarti takut, menjaga, memelihara dan
melindungi. Maka taqwa dapat diartikan sebagai sikap memelihara keimanan yang diwujudkan
dalam pengalaman ajaran agama islam. Taqwa secara bahasa berarti penjagaan/ perlindungan
yang membentengi manusia dari hal-hal yang menakutkan dan mengkhawatirkan. Oleh karena itu,
orang yang bertaqwa adalah orang yang takut kepada Allah berdasarkan kesadaran dengan
mengerjakan perintah-Nya dan tidak melanggar larangan-Nya kerena takut terjerumus ke dalam
perbuatan dosa.

Ibnu Manzhur mengatakan bahwa huruf “Ta” pada kata “Taqwa” merupakan badal (pengganti)
dari huruf “Waw” sedangkan huruf “Waw” merupakan badal (pengganti) dari huruf “Ya”. Didalam
al Qur’an disebutkan :

‫وو وآ آ وت ه هه ْمُتوهقوواَ ه هه‬


Maknanya adalah balasan ketaqwaan mereka. Ada juga yang mengatakan maknanya adalah Allah
telah menganugerahkan kepada mereka ketaqwaan. (Lisan al Arab 15/ 401) Sementara itu ar
Raghib al Asfahani mengatakan bahwa wiqoyah asy Syai’i adalah menjaga sesuatu dari segala yang
bisa menyakiti atau mencelakakannya.
Firman Allah swt :

‫فوووقواَ ه هه ْمُاَ ل هل‬


Artinya : “Maka Allah memelihara mereka.” (QS. Al Insan : 11)

1
‫وووماَ ْمُل وهههم ْمُممون ْمُاَ ل مل ْمُممهن ْمُوواَق‬
Artinya : “Dan tak ada bagi mereka seorang pelindungpun dari (azab) Allah.”(QS. Al Ahzab : 34)

َ‫هقواَ ْمُأآنههفوس ه هك ْمُووأآههملي ه هك ْمُ ونررا‬


Artinya : “Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS. At Tharim : 6)

Kemudian ar Raghib mengatakan bahwa taqwa didalam definisi syariat bermakna menjaga diri
terhadap hal-hal yang mengandung dosa, yaitu dengan meninggalkan apa-apa yang diharamkan
dan hal itu disempurnakan dengan meninggalkan sebagaian yang mubah (dibolehkan)
sebagaimana diriwayatkan, “Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram juga jelas. Dan
barangsiapa yang menggembalakan (kambing) di sekitar daerah larangan maka dia bisa terjatuh
didalamnya.”
Firman Allah swt :

(35)ُ‫فووممن ْمُاَت لوقىَ ْمُووأآهصلووح ْمُفوول ْمُوخهوفف ْمُعولو مهيهم ْمُووول ْمُ ه هه ْمُهويوزهنوون ْم‬
Artinya : “Maka Barangsiapa yang bertakwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al A’raf : 35)—
(Mufrodat Ghaarib al Qur’an 1/531)
Dan jika kita merujuk kepada setiap kamus bahasa arab tentang kata “Taqwa” maka ia kembali
kepada kata “Waqo, Wiqoyatan” yang berarti menjaga dan memelihara diri dari sesuatu yang
ditakutinya.
Dan berbagai definisi para ulama tentang taqwa berada di seputar kata “takut” yaitu suatu
perasaan (emosi) yang mendorong seseorang untuk melakukan pemeliharaan diri dari sesuatu
yang bisa membahayakan atau menyakitinya.
Diantara pengertian taqwa yang diberikan para ulama—selain yang diungkapkan ar Raghib diatas
—adalah :
Imam Ali bin Abi Thalib berkata,”Taqwa adalah takut kepada Yang Maha Perkasa, mengamalkan al
Qur’an, qanaah dengan yang sedikit dan mempersiapkan hari perpindahan (dari dunia ke alam
akherat).”
Sedangkan Ibnu Rajab berkata,”.. Taqwa seorang hamba kepada Allah adalah menjadikan antara
dirinya dengan apa-apa ditakutinya dari Allah swt, seperti murka-Nya, kemarahan-Nya, siksa-Nya

2
sebuah pemeliharaan yang melindunginya dari itu semua yaitu dengan mengerjakan ketaatan dan
menjauhi kemaksiatan.”
Thalq bin Habib mengatakan,”Taqwa adalah beramal taat kepada Allah diatas nur dari Allah
dengan mengharapkan pahala Allah serta meninggalkan maksiat terhadap Allah diatas nur dari
Allah dengan perasaan takut terhadap adzab Allah (Eramuslim, 2011)
Makna Taqwa Para ulama telah menjelaskan apa yang dimaksud dengan taqwa, diantaranya:
 Imam ar-Raghib al-Ashfahani mendefinisikan “Taqwa yaitu menjaga jiwa dari perbuatan yang
membuatnya berdosa dan itu dengan meninggalkan apa yang dilarang menjadi sempurna
dengan meninggalkan sebagian yang dihalalkan”.
 Imam an-Nawawi mendefinisikan taqwa dengan “menaati perintah dan larangan-Nya.”
Maksudnya menjaga diri dari kemurkaan dan azab Allah.
 Imam al-Jurjani “Taqwa yaitu menjaga diri dari pekerjaan yang mengakibatkan siksa baik
dengan melakukan perbuatan atau meninggalkannya.” (Komarudin, 2010)
Karena itu siapa yang tidak menjaga dirinya dari perbuatan dosa berarti dia bukanlah orang
bertaqwa. Maka orang yang melihat dengan kedua matanya apa yang diharamkan Allah atau
mendengarkan dengan kedua telinganya apa yang dimurkai Allah atau mengambil dengan kedua
tangannya apa yang tidak diridhai Allah atau berjalan ke tempat yang dikutuk oleh Allah berarti
tidak menjaga dirinya dari dosa. Jadi orang yang membangkang perintah Allah serta melakukan
apa yang dilarang-Nya dia bukanlah termasuk orang-orang yang bertaqwa.
Taqwa merupakan kumpulan seluruh kebaikan, dan hakekatnya adalah “bahwa seseorang
melindungi dirinya dari hukuman Tuhan dengan kepatuhan dan ketundukan kepada-Nya. Asal usul
taqwa adalah menjaga diri dari syirik, kejahatan dan dosa, dan dari hal-hal yang syubhat, yaitu
yang diragukan tentang halal dan haramnya.
Taqwa ini juga mengandung arti bahwa “Hendaklah Allah tidak melihat kamu berada dalam
larangan-larangannya dan tidak kehilangan kamu didalam perintah-perintahnya. Mencegah diri
dari azab Allah dengan berbuat amal shaleh dan takut kepada-Nya dikala sepi atau terang-
terangan.
Kiat-kiat agar kita bisa menjadi taqwa:
1. Mengingat perjanjian (Mu’ahadah). Dengan cara shalat serta menyendiri (semedi) tetapi
hanya kepada Allah tidak kepada orang lain atau mahluk halus.
2. Merasakan kesertaan Allah (Muraqabatullah).
Macam-macamnya:
a. Dalam melaksanakan keta’atan harus ikhlas.
b. Dalam kemaksiatan harus bertaubat, menyesal, dan meninggalkannya.
c. Dalam hal yang mubah harus menjaga adab-adab terhadap Allah dan bersyukur.
d. Dalam mendapat musibah haruslah ridho terhadap ketentuan Allah dan memohon
pertolongannya yaitu dengan melaksanakan shalat.

3
3. Muhasabah (Interopeksi diri).
4. Mu’aqobah (pemberian sanksi)
5. Mujahadah (optimalisasi).
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
a. Hendaklah amal-amal yang sunnah tidak membuatnya lupa akan kewajiban yang lainnya.
b. Tidak memaksakan diri dengan amalan sunnah yang diluar kemampuannya. (Komarudin,
2010)

Taqwa adalah sikap mental seseorang yang selalu ingat dan waspada terhadap sesuatu dalam
rangka memelihara dirinya dari noda dan dosa, selalu berusaha melakukan perbuatan-perbuatan
yang baik dan benar, pantang berbuat salah dan melakukan kejahatan pada orang lain, diri sendiri
dan lingkungannya.

Termasuk dalam cakupan takwa, yaitu dengan membenarkan berbagai berita yang datang dari
Allah dan beribadah kepada Allah sesuai dengan tuntunan syari’at, bukan dengan tata cara yang
diada-adakan (bid’ah). Ketakwaan kepada Allah itu dituntut di setiap kondisi, di mana saja dan
kapan saja. Maka hendaknya seorang insan selalu bertakwa kepada Allah, baik ketika dalam
keadaan tersembunyi/sendirian atau ketika berada di tengah keramaian/di hadapan orang.

Dari berbagai makna yang terkandung dalam taqwa, kedudukannya sangat penting dalam agama
islam dan kehidupan manusia karena taqwa adalah pokok dan ukuran dari segala pekerjaan
seorang muslim.

Sebagaimana dengan firman Allah berkenaan dengan takwa tersebut di atas yaitu : Artinya
"Sesungguhnya orang-orang yang paling mulia di antara kamu sekalian di sisi Allah adalah orang
yang paling bertakwa".

Rasulullah saw. pernah ditanya oleh seseorang : "Wahai Rasulullah saw. siapakah keluarga
Muhammad itu?”

Rasulullah SAW, menjawabnya : "Orang yang bertakwa kepada Allah SWT. dan takwa itu
merupakan suatu kumpulan perbuatan baik, sedangkan esensinya adalah selalu taat kepada Allah
SWT. Supaya sadar dan terhindar dari siksa-Nya.”

Hal semacam itu supaya ditaati bukan untuk diingkari, agar diingat tidak untuk dilupakan, serta
supaya disyukuri bukan untuk dikufuri.

4
Takwa itu adalah membentengi diri dari siksa Allah SWT. dengan jalan taat kepada-Nya, (menurut
pendapat dari para ahli Tashawwuf), sedangkan menurut pendapat dari Fuqaha (ahli fiqih) Takwa
itu berarti bahwa menjaga diri dari segala sesuatu yang dapat melibatkan diri kepada perbuatan
dosa.

Adapun pendapat dari Abdullah Ibnu Abbas ra. menerangkan bahwa orang yang bertakwa itu ialah
:

 Orang yang selalu berhati-hati dalam ucapan dan perbuatannya agar tidak mendapatkan
suatu murka dan siksa Allah juga meninggalkan dorongan hawa nafsu.

 Orang yang selalu mengharapkan suatu rahmat dari Allah dengan jalan meyakini dan juga
melaksanakan semua ajaran yang telah diturunkan Allah.

Takwa itu merupakan satu modal dari persiapan sedangkan sabar itu adalah merupakan satu dari
amal perbuatan baik, dan tidak ada satupun argumentasi yang benar kecuali Rasulullah saw, sebab
itu tidak ada seorang pun yang dapat menolong kecuali Allah SWT. (menurut pendapat dari Sahal
bin Abdullah).

Agar supaya manusia itu bertakwa maka akhirat diciptakan sedangkan supaya manusia itu
menerima cobaan maka diciptakan dunia, itulah pendapat dari Al-Kattani. Seseorang dapatlah
dikatakan sempurna takwanya jika orang tersebut dapat menjaga diri dari segala perbuatan dosa
meskipun seberat biji sawi atau sekecil atom sekalipun, dan meninggalkan sesuatu yang tidak halal
sebab takut akan tergelincir kepada hal-hal yang dimurkai allah dan dosa, maka dengan demikian
akan terbentuk suatu benteng pengingat kokoh sekali di antara dirinya dengan sesuatu yang
berakibat dosa dan perbuatan yang dimurkai oleh Allah SWT., itulah pengertian takwa menurut
pendapat dari Abu Darda.

Menurut pendapat Musa bin A'yun menerangkan bahwa bertakwa berarti membersihkan diri dari
bermacam-macam subhat, sebab takut akan jatuh ke dalam hal yang sama sehingga dari beberapa
pendapat di atas dapat diambil suatu kesimpulan mengenai ciri-ciri dari orang yang bertakwa
antara lain adalah : kecuali tuntunan Allah, maka segala sesuatu haruslah ditinggalkan. Segala
sesuatu yang dapat menjauhkan diri dari Allah SWT., maka haruslah ditinggalkan. Menentang
hawa nafsu serta meninggalkan segala hasrat jiwa.

Melaksanakan serta memelihara tata cara kehidupan menurut syariat Islam di dalam segala
ucapan juga perbuatan haruslah mengikuti dan mencontoh tuntunan dari Rasulullah saw.

5
Ada beberapa arti mengenai kata "Takwa" yang telah dijelaskan oleh Al-Qur'an, di antaranya
adalah sebagai berikut :

Takwa mempunyai makna "Ketaatan dan ibadah", sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Ali
Imran (3 : 102) :

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-
Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.

Takwa berarti "Bersih hati dari dosa", firman Allah SWT dalam surat An-Nuur (24 : 52) :

Artinya : Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan
bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan.

Dari ketiga dalil tersebut di atas maka yang dimaksudkan oleh tokoh-tokoh Shufi adalah yang
terakhir, sehingga mereka mengambil sebuah kesimpulan bahwa Takwa itu adalah terpeliharanya
hati dari berbagai dosa, yang memungkinkan akan terjadi karena adanya keinginan yang kuat
untuk meninggalkannya, maka dengan demikian manusia akan terpelihara dari segala kejahatan.

Kecuali hanya kepada Allah SWT., maka kepada segala apapun, seorang hamba tidak akan takut,
itulah yang dimaksud dengan takwa menurut Nashr Abadzi. Di samping itu juga Nashr
menerangkan satu hal lagi yaitu : "Barangsiapa yang selalu bertakwa, maka ia akan merasa
keberatan sekali untuk meninggalkan akhirat" sebagaimana firman Allah sebagai berikut:

6
Artinya : “Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan
sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu
memahaminya?”

"Barangsiapa yang selalu menginginkan agar takwanya benar, maka dia harus meninggalkan
semua perbuatan dosa". (Menurut pendapat Sahal).

Allah akan memudahkan hatinya untuk berpaling dari kemewahan dunia, barangsiapa yang
mampu untuk merealisasikan takwa, menurut sebagian dari para Ulama'.

Takwa menurut Abu Bakar Muhammad Ar-Rudzabari adalah meninggalkan segala sesuatu yang
dapat menjauhkan! diri dari Allah SWT., sedangkan menurut dari Dzun Nun yang dimaksud dengan
takwa ialah: orang yang tidak mengotori jiwa secara lahir dengan suatu hal-hal yang bertentangan
dan tidak mengotori jiwa batin dengan interaksi sosial di dalam kondisi demikian, seseorang itu
akan selalu kontak dengan Allah SWT. dan dapat berkomunikasi dengan Allah.

Bertakwa itu dapat dijadikan standar apabila telah memenuhi dalam tiga hal, menurut pendapat
seorang laki-laki, antara lain: Niat yang baik dalam hal yang tidak mungkin diperolehnya, Ridha
yang baik dalam hati yang telah diperoleh, Sabar dalam hal yang "baik dalam hal yang telah lewat.

Telah dituturkan oleh Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib ra. bahwa sebaik-baik orang di dunia ini
adalah orang yang dermawan dan juga sebaik-baik orang di akhirat nanti adalah orang yang
takwa.

Adapun dalil-dalil yang menerangkan dan juga memperjelas mengenai Takwa itu adalah antara
lain berdasarkan hadits-hadits Nabi :

Hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, adalah: "Aku berpesan kepadamu dengan takwa kepada
Allah dalam segala urusanmu baik yang tersembunyi ataupun yang terang-terangan".

Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad juga, artinya : "Aku berpesan kepadamu untuk
takwa kepada Allah, karena takwa itu pokok pangkal segala sesuatu". Hadits riwayat Tirmidzi,
artinya adalah : "Takwalah kepada Allah di dalam segala sesuatu yang kamu ketahui",

Di dalam hadits yang telah diriwayatkan oleh Muslim, yakni artinya adalah : "Ya Allah!.
Sesungguhnya aku mohon kepada-Mu bimbingan, takwa, perlindungan, dari perbuatan haram,
dan kecukupan". hadits yang telah diriwayatkan oleh Thabrani, artinya : "Wajib atas kamu takwa
kepada Allah, sesungguhnya takwa itu mengumpulkan setiap kebaikan dan wajib atasmu berjihad
di jalan Allah, karena sesungguhnya jihad ke jalan Allah kependetaan dalam Islam. Wajib atas
kamu ingat kepada Allah dan membaca kitab-Nya, maka sesungguhnya Dia itu cahaya bagimu di

7
bumi dan ingatan untuk kamu di langit. Dan sembunyikanlah lidahmu kecuali dalam kebaikan,
karena sesungguhnya dengan demikian itulah kamu mengalahkan setan". hadits riwayat Ahmad
yang artinya adalah sebagai berikut: "Sesungguhnya orang yang paling utama kepada-Ku adalah
orang-orang yang takwa, siapa pun mereka, dan di mana pun mereka berada.

B. Kedudukan Taqwa

Wasiat seluruh Nabi

Q.S An-Nisaa (4 : 131)

Artinya : Dan kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi, dan sungguh Kami telah
memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu;
bertakwalah kepada Allah. Tetapi jika kamu kafir maka (ketahuilah), sesungguhnya apa yang di
langit dan apa yang di bumi hanyalah kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya dan Maha Terpuji.

Q.S Asy-Syu’ara (26 : 10-11)

Artinya : Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu menyeru Musa (dengan firman-Nya): "Datangilah kaum
yang zalim itu, (10) (yaitu) kaum Fir'aun. “Mengapa mereka tidak bertakwa?" (11)

Q.S Asy-Syu’ara (26 : 123-124)

Artinya : Kaum 'Aad telah mendustakan para rasul. (123) Ketika saudara mereka Hud berkata
kepada mereka: "Mengapa kamu tidak bertakwa?” (124)

8
Q.S Ash-Shaffat (37 : 123-124)

Artinya : Dan sesungguhnya Ilyas benar-benar termasuk salah seorang rasul-rasul. (123) (ingatlah)
ketika ia berkata kepada kaumnya: "Mengapa kamu tidak bertakwa?” (124)

1. Taqwa adalah pakaian yang paling baik

Q.S Al-A’raf (7 : 26)

Artinya : Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk
menutup 'auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling
baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-
mudahan mereka selalu ingat.

2. Taqwa adalah sebaik-baiknya bekal

Q.S Al-Baqarah (2 : 197)

Artinya : (Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi [122], barangsiapa yang
menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats [123],
berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu
kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya
sebaik-baik bekal adalah takwa [124] dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang
berakal.

9
3. Taqwa adalah tolak ukur kedudukan manusia disisi Allah

Q.S Al-Hujuraat (49 : 13)

Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal.

4. Taqwa mendatangkan keselamatan

Q.S An-Naml (27 : 53)

Artinya : Dan telah Kami selamatkan orang-orang yang beriman dan mereka itu selalu
bertakwa.

5. Yang diterima dari amal adalah karena ketaqwaannya

Q.S Al-Hajj (22 : 22)

Artinya : Setiap kali mereka hendak ke luar dari neraka lantaran kesengsaraan mereka, niscaya
mereka dikembalikan ke dalamnya. (Kepada mereka dikatakan), "Rasailah azab yang
membakar ini".

10
Ruang Lingkup Taqwa

1. Hubungan Manusia dengan Allah SWT

Seorang yang bertaqwa (muttaqin) adalah seorang yang menghambakan dirinya kepada Allah
SWT dan selalu menjaga hubungan dengannya setiap saat sehingga kita dapat menghindari
dari kejahatan dan kemunkaran serta membuatnya konsisten terhadap aturan-aturan Allah.

Memelihara hubungan dengan Allah dimulai dengan melaksanakan ibadah secara sunguh-
sungguh dan ikhlas seperti mendirikan shalat dengan khusyuk sehingga dapat memberikan
warna dalam kehidupan kita, melaksanakan puasa dengan ikhlas dapat melahirkan kesabaran
dan pengendalian diri, menunaikan zakat dapat mendatangkan sikap peduli dan menjauhkan
kita dari ketamakan.

Dan hati yang dapat mendatangkan sikap persamaan, menjauhkan dari takabur dan
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Segala perintah-perintah Allah tersebut ditetapkannya
bukan untuk kepentingan Allah sendiri melainkan merupakan untuk keselamatan manusia.

Ketaqwaan kepada Allah dapat dilakukan dengan cara beriman kepada Allah menurut cara-
cara yang diajarkan-Nya melalui wahyu yang sengaja diturunkan-Nya untuk menjadi petunjuk
dan pedoman hidup manusia, seperti yang terdapat dalam surat Ali-imran ayat 138 :

Artinya : (Al-Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta
pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.

Manusia juga harus beribadah kepada Allah dengan menjalankan shalat lima waktu,
menunaikan zakat, berpuasa selama sebulan penuh dalam setahun, melakukan ibadah haji
sekali dalam seumur hidup, semua itu kita lakukan menurut ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan-Nya. Sebagai hamba Allah sudah sepatutnya kita bersyukur atas segala nikmat
yang telah diberikan-Nya, bersabar dalam menerima segala cobaan yang diberikan oleh Allah
serta memohon ampun atas segala dosa yang telah dilakukan.

11
2. Hubungan Manusia dengan Hati Nurani dan Dirinya Sendiri

Selain kita harus bertaqwa kepada Allah dan berhubungan baik dengan sesama serta
lingkungannya, manusia juga harus bisa menjaga hati nuraninya dengan baik seperti yang
telah dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW dengan sifatnya yang sabar, pemaaf, adil,
ikhlas, berani, memegang amanah, mawas diri dll. Selain itu manusia juga harus bisa
mengendalikan hawa nafsunya karena tak banyak diantara umat manusia yang tidak dapat
mengendalikan hawa nafsunya sehingga semasa hidupnya hanya menjadi budak nafsu belaka
seperti yang tertulis dalam Al-quran Surat Yusuf ayat 53 :

Artinya : Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu
selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.
Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.

Maka dari itu umat manusia harus bertaqwa kepada Allah dan diri sendiri agar mampu
mengendalikan hawa nafsu tersebut. Ketaqawaan terhadap diri sendiri dapat ditandai dengan
ciri-ciri, antara lain :

 Sabar

 Tawakal

 Syukur

 Berani

Sebagai umat manusia kita harus bersikap sabar dalam menerima apa saja yang datang
kepada dirinya, baik perintah, larangan maupun musibah. Sabar dalam menjalani segala
perintah Allah karena dalam pelaksanaan perintah tersebut terdapat upaya untuk
mengendalikan diri agar perintah itu bisa dilaksanakan dengan baik. Selain bersabar, manusia
juga harus selalu berusaha dalam menjalankan segala sesuatu dan menyerahkan hasilnya
kepada Allah (tawaqal) karena umat manusia hanya bisa berencana tetapi Allah yang

12
menentukan, serta selalu bersyukur atas apa yang telah diberikan Allah dan berani dalam
menghadapi resiko dari seemua perbuatan yang telah ditentukan.

3. Hubungan Manusia dengan Manusia

Agama islam mempunyai konsep-konsep dasar mengenai kekeluargaan, kemasyarakatan,


kebangasaan dll. Semua konsep tersebut memberikan gambaran tentang ajaran-ajaran yang
berhubungan dengan manusia dengan manusia (hablum minannas) atau disebut pula sebagai
ajaran kemasyarakatan, manusia diciptakan oleh Allah terdiri dari laki-laki dan perempuan.
Mereka hidup berkelompok-kelompok, berbangsa-bangsa dan bernegara. Mereka saling
membutuhkan satu sama lain sehingga manusia dirsebut sebagai makhluk sosial.

Maka tak ada tempatnya diantara mereka saling membanggakan dan menyombongkan diri.,
sebab kelebihan suatu kaum tidak terletak pada kekuatannya, harkat dan martabatnya,
ataupun dari jenis kelaminnya karena bagaimanapun semua manusia sama derajatnya dimata
allah, yang membedakannya adalah ketaqwaannya. Artinya orang yang paling bertaqwa
adalah orang yang paling mulia disisi Allah swt.

Hubungan dengan allah menjadi dasar bagi hubungan sesama manusia. Hubungan antara
manusia ini dapat dibina dan dipelihara antara lain dengan mengembangkan cara dan gaya
hidupnya yang selaras dengan nilai dan norma agama, selain itu sikap taqwa juga tercemin
dalam bentuk kesediaan untuk menolong orang lain, melindungi yang lemah dan
keberpihakan pada kebenaran dan keadilan. Oleh karena itu orang yang bertaqwa akan
menjadi motor penggerak, gotong royong dan kerja sama dalam segala bentuk kebaikan dan
kebijakan.

Surat Al-baqarah ayat 177 :

13
Artinya : Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan
tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-
malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-
orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan
menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-
orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah
orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.

Dijelaskan bahwa ciri-ciri orang bertaqwa ialah orang yang beriman kepada Allah, hari
kemudian, malaikat dan kitab Allah. Aspek tersebut merupakan dasar keyakinan yang dimiliki
orang yang bertaqwa dan dasar hubungan dengan Allah.

Selanjutnya Allan menggambarkan hubungan kemanusiaan, yaitu mengeluarkan harta dan


orang-orang menepati janji. Dalam ayat ini Allah menggambarkan dengan jelas dan indah,
bukan saja karena aspek tenggang rasa terhadap sesama manusia dijelaskan secara terurai,
yaitu siapa saja yang mesti diberi tenggang rasa, tetapi juga mengeluarkan harta diposisikan
antar aspek keimanan dan shalat.

4. Hubungan Manusia dengan Lingkungan Hidup

Taqwa dapat di tampilkan dalam bentuk hubungan seseorang dengan lingkungan hidupnya.
Manusia yang bertakwa adalah manusia yang memegang tugas kekhalifahannya di tengah
alam, sebagai subjek yang bertanggung jawab menggelola dan memelihara lingkungannya.
Sebagai penggelola, manusia akan memanfaatkan alam untuk kesejahteraan hidupnya
didunia tanpa harus merusak lingkungan disekitar mereka. Alam dan segala petensi yang ada
didalamnya telah diciptakan Allah untuk diolah dan dimanfaatkan menjadi barang jadi yang
berguna bagi manusia.

Alam yang penuh dengan sumber daya ini mengharuskan manusia untuk bekerja keras
menggunakan tenaga dan pikirannya sehingga dapat menghasilkan barang yang bermanfaat
bagi manusia. Disamping itu, manusia bertindak pula sebagai penjaga dan pemelihara
lingkungan alam. Menjaga lingkunan adalah memberikan perhatian dan kepedulian kepada
lingkungan hidup dengan saling memberikan manfaat. Manusia memanfaatkan lingkungan
untuk kesejahteraan hidupnya tanpa harus merusak dan merugikan lingkungan itu sendiri.

14
Orang yang bertaqwa adalah orang yang mampu menjaga lingkungan dengan sebaik-baiknya.
Ia dapat mengelola lingkungan sehingga dapat bermanfaat dan juga memeliharanya agar
tidak habis atau musnah. Fenomena kerusakan lingkungan sekarang ini menunjukan bahwa
manusia jauh dari ketaqwaan. Mereka mengeksploitasi alam tanpa mempedulikan apa yang
akan terjadi pada lingkungan itu sendiri dimasa depan sehingga mala petaka membayangi
kehidupan manusia. Contoh dari mala petaka itu adalah hutan yang dibabat habis oleh
manusia mengakibatkan bencana banjir dan erosi tanah sehingga terjadi longsor yang dapat
merugikan manusia.

Bagi orang yang bertaqwa, lingkungan alam adalah nikmat Allah yang harus disyukuri dengan
cara memenfaatkan dan memelihara lingkungan tersebut dengan sebaik-baiknya. Disamping
itu alam ini juga adalah amanat yang harus dipelihara dan dirawat dengan baik. Mensyukuri
nikmat Allah dengan cara ini akan menambah kualitas nikmat yang diberikan oleh Allah
kepada manusia. Sebaliknya orang yang tidak bersyukur terhadap nikmat Allah akan diberi
azab yang sangat menyedihkan. Azab Allah dalam kaitan ini adalah bencana alam akibat
eksploitasi alam yang tanpa batas karena kerusakan manusia.

Ciri-ciri Orang yang Bertaqwa

Q.S Al-A’raf (7 : 96)

Artinya : Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat
Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.

Ciri-ciri orang bertaqwa menurut Al-Qur’an

Q.S Al-Baqarah (2 : 2-5)

15
Artinya : Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa
(2) (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan
sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka (3) dan mereka yang beriman kepada
Kitab (Al-Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan
sebelummu , serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat (4) Mereka itulah yang tetap
mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung (5).

Surat al baqarah 2 - 5 :Al Kitab ini (Al Quran) adalah petunjuk buat orang yang bertaqwa, dengan
ciri sebagai berikut:

a. Beriman pada yang ghaib

b. Mendirikan salat

c. Menafkahkan sebagaian rezeki yang Allah kurniakan kepadanya

d. Beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad saw) dan sebelum mu.

e. Yakin kepada hari akhirat

Setiap manusia tak kira agama apapun memungkinkan untuk menjadi insan yang taqwa,
Mendirikan salat misalnya, Dalam bahasa melayu "salat" disebutnya juga sembahyang.Setiap
agama mengajarkan sembahyang, Hanya cara, metoda, waktu dan tempat yang berbeda-beda.

Q.S Al-Baqarah (2 : 177)

16
Artinya : Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan
tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat,
kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang orang yang
meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat;
dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam
kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar
(imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.

Surat Al baqarah 177, Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang
bertaqwa dengan ciri-ciri sbb :

 Beriman kepada Allah (Tuhan Yang Maha Esa), hari akhirat, malaikat-malaikat, kitab-kitab,
nabi-nabi.

 Memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
musafir (orang dalam perjalanan), orang yang meminta-minta.

 Membebaskan perbudakan

 Mendirikan salat

 Menunaikan zakat

 Memenuhi janji bila berjanji

 Bersabar dalam dalam kesengsaraan, penderitaan dan dalam waktu peperangan.

17
Q.S Ali Imran (3 : 133-135)

Artinya : Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa (133) (yaitu) orang-
orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang
menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang
berbuat kebajikan (134) Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau
menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa
mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak
meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui (135)

Surat Ali 'Imran 133 - 135, "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhan mu dan surga
yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa, yaitu :

1. Orang-orang yang menafkahkan (hartanya) pada waktu lapang maupun sempit

2. Orang-orang yang menahan amarahnya

18
3. Orang-orang yang memaafkan kesalahan orang lain

4. Dan (juga) orang-orang yang apabila berbuat keji atau zalim terhadap dirinya, mereka
ingat kepada Allah dan memohon ampun atas dosa-dosanya.

5. Dan Mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu.

Karena itu siapa yang tidak menjaga dirinya dari perbuatan dosa berarti dia bukanlah orang
bertaqwa. Maka orang yang melihat dengan kedua matanya apa yang diharamkan Allah atau
mendengarkan dengan kedua telinganya apa yang dimurkai Allah atau mengambil dengan kedua
tangannya apa yang tidak diridhai Allah atau berjalan ke tempat yang dikutuk oleh Allah berarti
tidak menjaga dirinya dari dosa. Jadi orang yang membangkang perintah Allah serta melakukan
apa yang dilarang-Nya dia bukanlah termasuk orang-orang yang bertaqwa.

Taqwa merupakan kumpulan seluruh kebaikan, dan hakekatnya adalah “bahwa seseorang
melindungi dirinya dari hukuman Tuhan dengan kepatuhan dan ketundukan kepada-Nya. Asal usul
taqwa adalah menjaga diri dari syirik, kejahatan dan dosa, dan dari hal-hal yang syubhat, yaitu
yang diragukan tentang halal dan haramnya.

Taqwa ini juga mengandung arti bahwa “Hendaklah Allah tidak melihat kamu berada dalam
larangan-larangannya dan tidak kehilangan kamu didalam perintah-perintahnya. Mencegah diri
dari azab Allah dengan berbuat amal shaleh dan takut kepada-Nya dikala sepi atau terang-
terangan.

Kiat-kiat agar kita bisa menjadi taqwa:

1. Mengingat perjanjian (Mu’ahadah). Dengan cara shalat serta menyendiri (semedi) tetapi
hanya kepada Allah tidak kepada orang lain atau mahluk halus.

2. Merasakan kesertaan Allah (Muraqabatullah).

Macam-macamnya:

a. Dalam melaksanakan keta’atan harus ikhlas.

b. Dalam kemaksiatan harus bertaubat, menyesal, dan meninggalkannya.

c. Dalam hal yang mubah harus menjaga adab-adab terhadap Allah dan bersyukur.

d. Dalam mendapat musibah haruslah ridho terhadap ketentuan Allah dan memohon
pertolongannya yaitu dengan melaksanakan shalat.

19
3. Muhasabah (Interopeksi diri).

4. Mu’aqobah (pemberian sanksi)

5. Mujahadah (optimalisasi).

Hal-hal yang perlu diperhatikan:

1. Hendaklah amal-amal yang sunnah tidak membuatnya lupa akan kewajiban yang lainnya.

2. Tidak memaksakan diri dengan amalan sunnah yang diluar kemampuannya. (Komarudin,
2010)

Jaminan Bagi Orang Yang Bertaqwa

Ada 4 jaminan dari Allah bagi orang yang bertaqwa, sebagaimana berikut ini :

1. Dibukakan Jalan Keluar

Jaminan Allah terhadap orang yang memiliki kemampuan kontrol semacam di atas adalah:
memperoleh solusi atas berbagai masalah yang dihadapinya. Orang bertaqwa karena
kemampuan kontrolnya yang baik tidak gegabah dalam mengatasi masalahnya. Ada 3 hal
yang menyebabkan dia bakal bisa menyelesaikan masalah itu dengan baik.

 Yang pertama, dia akan berlaku cermat dalam mengidentifikasi masalah. Karena,
orang yang bertaqwa adalah orang yang berpikiran jernih, Adil dan bijaksana,

 Yang kedua, orang yang bertaqwa akan berlaku sabar dalam menyelesaikan masalahnya.
Kenapa demikian? Sebab dia selalu ingat firman Allah : innallaaha ma’ash shaabirin
sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar dalam menyelesaikan masalahnya.

 Dan yang ketiga, orang bertaqwa selalu bertawakal kepada Allah dalam mencapai
tujuannya. 'Bertawakal' adalah berserah diri kepada Allah setelah bekerja keras. Jadi,
jangan mematok 'kepastian', bahwa yang kita kerjakan selalu membawa hasil seperti
yang kita inginkan. Sebab, kita hanya berusaha, sedangkan hasilnya Allah yang
menentukan.

Dalam konteks inilah, orang yang bertaqwa dibukakan jalan atas berbagai persoalannya. Ada
dua faktor yang mendasar, yaitu, 'kapasitas pribadinya yang terkontrol' dan 'sifat tawakkalnya'
yang melibatkan Allah dalam setiap perbuatannya. Dengan berpijak pada dua hal itu,

20
memang ia akan selalu menemukan 'jalan keluar' dari berbagai macam masalah yang
dihadapi.

2. Diberi Rezki yang Tidak Terduga

Jaminan Allah yang kedua kepada orang yang bertaqwa adalah pemberian rezki dari arah
yang tidak diduganya sama sekali. Dengan kata lain, sebenamya Allah ingin mengatakan dua
hal. Yang pertama, bahwa yang memberikan rezki kepada kita adalah Allah. Kita hanya
berusaha saja. Sekali lagi sumber rezki itu adalah Allah. Dan yang kedua, Allah menegaskan
bahwa yang berkehendak untuk memberikan rezki itu juga Allah belaka. Jika Allah
menghendaki memberi, maka tidak ada yang bisa membendungnya. Sebaliknya, jika Allah
menghendaki mencabutnya, juga tidak ada yang bisa menahannya.

Maka, ketika Allah mengatakan bakal memberi rezki yang tidak terduga kepada hambaNya
yang bertaqwa, itu menjadi bisa dipahami. Karena, sumber rezki kita ada di tangan Allah. Dan,
Dia Maha Berkehendak untuk memberikan dalam situasi apa pun, dimana pun, dan waktu
kapan pun. Apalagi orang bertaqwa adalah orang-orang yang berperilaku produktif. la juga
orang yang selalu berbuat adil dan bijaksana dalam berusaha, serta sabar di dalam mencapai
tujuan. Maka, dengan sendirinya, ia telah membangun sebuah sistem penghasil rezki yang
sangat hebat. Artinya, jika seseorang mampu berbuat produktif, adil, bijaksana, sabar, dan
tawakkal, maka dengan sendirinya akan terbentuk proses-proses mengalirnya rezki secara
tidak terduga, di luar perkiraannya. (QuranSains, 2007).

3. Dimudahkan Persoalannya

Jaminan ketiga yang diberikan Allah kepada orang bertaqwa adalah 'kemudahan'
menyelesaikan persoalan. Bagi orang yang bertaqwa, kesulitan apa pun yang dihadapinya, ia
tidak pernah gentar. Apalagi sampai stress. Ayat-ayat Allah selalu bergelayutan di benaknya.
Dalam hal kesulitan, misalnya, dia selalu ingat firmanNya bahwa setelah 'kesulitan' selalu ada
'kemudahan'. Jadi, 'kesulitan' bagi orang yang bertaqwa bukanlah momok yang menakutkan,
melainkan 'daya tarik' untuk diselesaikan. Kenapa? Karena, justru setelah kesulitan itulah
terdapat kemudahan. Dengan kata lain, orang yang takut bertemu dengan kesulitan tidak
bakal bertemu dengan kemudahan.

21
Disinilah konsteks ayat yang memberikan jaminan kemudahan kepada orang-orang yang
bertaqwa. Allah sebagai pemegang otoritas tertinggi dalam kehidupan ini bakal menuntun
kita memperoleh kemudahan, karena kita telah menyikapi persoalan hidup secara benar.
Kuncinya, adalah 'pantang mundur' dalam kesabaran. (QuranSains, 2007)

4. Diampuni Dosanya, Dilipatgandakan Pahalanya

Jaminan yang ke empat adalah pengampunan dosa dan melipatgandakan pahala. Secara
eksplisit Allah mengatakan bahwa Dia tidak berkepentingan' untuk menganiaya hamba-
hambaNya. Seluruh penderitaan yang dialami oleh seseorang, benar-benar diakibatkan oleh
perbuatan mereka sendiri. Sebagaimana juga perbuatan baik, dampaknya akan mereka
rasakan sendiri. Segala perbuatan yang merugikan diri sendiri adalah dosa. Sebaliknya, segala
perbuatan yang memberikan manfaat pada diri sendiri adalah pahala.

Allah, dalam hal ini, menjadi semacam 'fasilitator' saja. Yaitu, menerapkan sunnatullah atau aturan
main yang telah Dia tetapkan sejak alam semesta ini diciptakan. Dan aturan main itulah yang Dia
komunikasikan kepada hambaNya agar dipahami, supaya mereka tidak terjebak kepada
penderitaan. Sebaliknya, bakal menemui kebahagiaan di Dunia maupun di Akhirat nanti. Karena
itu perbuatan-perbuatan seperti merusak kesehatan diri, putus asa, membuang-buang waktu
menjadi tidak produktif, sampai pada upaya membunuh diri sendiri, dilarang oleh Allah. Itu adalah
perbuatah dosa. Sebaliknya, pola makan, pola hidup, dan berbagai aktivitas produktif yang
memberikan manfaat buat kehidupan kita untuk lebih berbahagia dianjurkan oleh agama. Sebab,
itulah yang disebut pahala.

Namun demikian, bukan hanya berhenti sampai di dunia saja. Sebab, efek perbuatan kita saat
berada di dunia ini ternyata terus 'bergema' sampai ke akhirat kelak. Karena, kehidupan akhirat
memang merupakan rangkaian sebab akibat dari kehidupan dunia kini. (QuranSains, 2007)

Keutamaan taqwa :

1. Orang bertaqwa adalah orang yang paling mulia.

Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang

22
yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal.(Al Hujurot : 13)

2. Taqwa adalah bekal yang paling baik.

Berbekallah, dan Sesungguhnya Sebaik-baik bekal adalah takwa[124] dan bertakwalah


kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal. (Al Baqoroh :197).

Manfaat taqwa :

1. Taqwa kunci masuk syurga.

Itulah syurga yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertakwa.
(Maryam : 63).

2. Taqwa sebagai penyebab di terimanya amal.

Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang
sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, Maka diterima dari salah seorang
dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain(Qabil).

ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!", berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya
menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa". (Al Maidah : 27).

3. Dengan bertaqwa perkara/urusan jadi mudah

Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan
dalam urusannya. (At Tholaq : 4).

4. Orang yang bertaqwa selalu mendapatkan solusi.

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. (At
Tholaq : 2).

5. Orang yang bertaqwa sering mendapat rizki yang tidak di duga-duga.


Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar, Dan
memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan Barangsiapa yang
bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya
Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan

23
ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (At Tholaq
: 2-3).

6. Taqwa dapat menyelamatkan seseorang dari marabahaya.

Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-
orang yang zalim di dalam neraka dalam Keadaan berlutut.(Maryam : 72).

7. Orang yang bertaqwa akan diampuni dosa dosanya

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan
yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu
dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah
mendapat kemenangan yang besar. (Al Ahzab : 70-71).

8. Orang yang bertaqwa dapat membedakan yang haq dan yang bathil.
Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, Kami akan memberikan
kepadamu Furqaan(607). Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan
mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al Anfal
: 29).

9. Taqwa adalah penyebab seseorang mendapatkan kedudukan di muka bumi

Dan demikianlah Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri Mesir; (dia berkuasa
penuh) pergi menuju kemana saja ia kehendaki di bumi Mesir itu. Kami melimpahkan rahmat
Kami kepada siapa yang Kami kehendaki dan Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang
yang berbuat baik. (Yusuf : 56).

10. Taqwa adalah pintu keberkahan dan kebaikan.

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-
ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya (Al A`rof : 96).

(Delon A, 2006)

24
25

Anda mungkin juga menyukai