Anda di halaman 1dari 10

Tauhid dan Urgensinya bagi Kehidupan Muslim

1. Definisi Tauhid

Tauhid, secara bahasa, adalah kata benda (nomina) yang berasal dari
perubahan kata kerja wahhadayuwahhidu, yang bermakna menunggalkan sesuatu.
Sedangkan berdasarkan pengertian syariat, Tauhid bermakna mengesakan Allah
dalam hal-hal yang menjadi kekhususan diri-Nya. Kekhususan itu meliputi perkara
rububiyah, uluhiyah, dan asma wa shifat. (Al-Qaul Al-Mufid, 1:5)
[http://abinyaraafi.wordpress.com]

Pengertian Kata tauhid berasal dari bahasa arab, bentuk masdar dari kata
wahnada yuwahhidu yang secara etimologi berarti keesaan, yakni percaya bahwa
Allah SWT itu satu. Tidak lain adalah Lauhidullah(mengesakan Allah Swt). Jadi
pernyataan/pengakuan. Bahwa Allah Swt itu esa/satu. LaailahaillAllah (tiada Tuhan
selain Allah)[Syamsul Rijak Hamid, buku pintas agama Islam, (bogor Xahaya Salam, 2005)]

Ilmu tauhid merupakan ilmu pengetahuan yang paling tinggi derajatnya dalam
agam Islam. Karena ilmu tauhid merupakan induk (pokok) bagi semua ilmu pengetahuan
dalam agama Islam. Bahwa para ulama menyebutkan bahwa agama Islam adalah
agama tauhid. Ilmu ini menerangkan serta membahas masalah keesaan Dzat Allah
Swt hukumyang mempelajari ilmu tauhid adalah Fardhuain.

Ilmu tauhid di sebut juga ilmu Usuluddin, ilmu kalam, ilmu akidah, ilmu
marifat, adapula yang menyebutnya ilmu sifat 20 karena di dalamnya dibicara kan 20
sifat yang wajib bagi Allah Swt.[Abdullah zakey Al Kaaf dan maman abdul Djajal
mutiara Ilmu Tauhid (Bandung CV PustakaSetia 1999) hal 12]

2. Klasifikasi Tauhid

A. Tauhid Rububiyah :

Maknanya adalah keyakinan yang pasti bahwa hanya Allah semata Rabb dan
Pemilik segala sesuatu, tidak ada sekutu bagi-Nya, Dia-lah Yang Mahapencipta, Dia-lah
yang mengatur alam dan yang menjalankannya. Dia-lah yang menciptakan para hamba,
yang memberi rizki kepada mereka, menghidupkan dan mematikannya. Dan beriman
kepada qada' dan qadar-Nya serta ke-Esaan-Nya dalam Dzat-Nya. Ringkasnya bahwa
tauhid Rububiyah Allah Ta'ala dalam segala perbuatan-Nya:

1
Dalam dalil syar'i telah menegaskan tentang wajibnya beriman kepada Rububiyyah
Allah Ta'ala seperti dalam firman-Nya, "Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam"
(Al-Fatihah:2)

Dan firman-Nya, "Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyah hak Allah. Maha suci
Allah, Rabb semesta alam." (Al-A'raaf : 54)

Macam tauhid ini tidak diperselisihkan oleh orang-orang kafir Quraisy dan para
penganut aliran dan agama. Maksudnya mereka semua beri'tiqad bahwa Pencipta alam
semesta ini hanyalah Allah semata. Allah SWT berfirman tentang mereka, "Dan
sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "siapakah yang menciptakan langit
dan bumi? Tentu mereka akan menjawab: Allah."(Luqman: 25)

Yang demikian itu, karena hati manusia secara fitrah mengakui Rububiyyah-Nya oleh
karena itu, seseorang tidak menjadi orang yang bertauhid sehingga ia mengakui dan
konsisten dengan macam kedua dari ketiga macam tauihid tersebut.

B. Tauhid Uluhiyah :

Yaitu mengesahkan Allah Ta'ala melalui perbuatan para hamba, dinamakan


juga dengan tauhid ibadah. Maknanya adalah keyakinan yang pasti bahwa Allah
adalah Ilah(sesembahan) yang haq dan tidak ada ilah selain-Nya, segala yang
diibadahi selain-Nya adalah bathil, hanya Dia-lah yang patut diibadahi, baginya
ketundukan dan ketaatan secara mutlak. Tidak boleh siapapun dijadikan sebagai
sekutu-Nya dan tidak boleh bentuk ibadah apapun diperuntukannya kepada selain-
Nya, seperi shalat, puasa, zakat, haji,do'a, dan isti'anah (meminta pertolongan),
nadzar, menyembelih, tawakal, khauf (takut), harap, cinta dan lain-lain dari macam-
macam ibadah yang zahir (tampak) maupun bathin. Ibadah kepada Allah harus
dilandasi dengan rasa cinta, cemas, dan harap secara bersamaan. Beribadah kepada-
Nya dengan sebagian saja dan meninggalkan sebagian lainnya adalah kesesatan.

Allah Ta'ala berfirman, "Hanya kepada Engkau-lah kami beribadah dan hanya
kepada Engkau-lah kami memohon pertolongan." (Al-Faatihah: 5).

Dan firman-Nya pula, "Dan barangsiapa beribadah kepada ilah yang lain di
samping Allah, padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, maka
sesungguhnya perhitungannya disisi Rabb-nya. Sesungguhnya orang-orang yang
kafir itu adalah beruntung." (AlMukminun: 117).

Tauhid Uluhiyyah adalah inti dakwah yang diserukan oleh para Rasul. Dan
pengingkaran terhadap hal itu merupakan penyebab dari berbagai malapetaka yang
menimpa ummat-ummat terdahulu.

Tauhid Uluhiyyah merupakan awal dan akhir agama, bathin dan lahirnya. Juga
merupakan tema pertama dakwa para Rasul dan yang terakhir. Oleh karenanya
diutuslah para Rasul, diturunkannya kitab-kitab samawi, disyari'atkan jihad,
dibedakan antara orang muslim dengan orang kafir, dan penghuni surga dengan
penghuni neraka.

2
Itulah makna firman Allah, "...Tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar
kecuali Allah..." (Ash-Shaafffat: 35).

Allah Ta'ala berfirman, "Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelummu,
melainkan Kami wahyukan kepadanya: Bahwasanya tidak ada ilah (yang hak)
melainkan Aku, maka beribadah kamu hanya kepada-Ku." (Al-Anbiyaa': 25)

Yang menjadi Rabb Yang Maha Pencipta, Pemberi Rizki, Yang Menguasai, Yang
Mengatur, Yang Menghidupkan, Yang Mematikan, yang disifati dengan semua sifat
kesempurnaan, yang suci dari segala kekurangan, segala sesuatu (berada) di tangan-
Nya maka pasti Dia adalah Rabb Yang Esa tidak ada sekutu bagi-Nya, dan tidak boleh
ibadah itu dipalingkan kecuali kepada-Nya semata. Allah Ta'ala berfirman, "Dan aku
tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku."
(Adz-Dzariyaat: 56).

Tauhid Uluhiyyah merupakan konsekuensi dari tauhid Rububiyyah. Hal tersebut


karena orang-orang musyrik tidak menyembah Rabb yang Esa, akan tetapi mereka
menyembah banyak rabb bahkan mereka menganggap rabb-rabb tersebut dapat
mendekatkan mereka kepada Allah dengan sedekat-dekatnya. Walaupun demikian,
mereka mengakui bahwa rabb-rabb tersebut tidak ada mendatangkan mudharat
maupun manfaat. Oleh karena itu, Allah tidak menggolongkannya sebagai orang-
orang kafir sebab mereka mempersekutukan-Nya dengan salain-Nya dalam ibadah.

Dari sini, aqidah salafush shalih -Ahlus Sunnah wal Jamaah berbeda dengan yang
lainnya dalam hal tauhid uluhiyyah. Ahlus Sunnah tidak mengartikan tauhid seperti
pendapat sebagian kelompok bahwa makna tauhid itu "adalah tidak ada Pencipta
kecuali Allah," akan tetapi menurut mereka tauhid uluhiyyah tidak terlealisir.

C. Tauhid Asma'wa Sifat:

Yaitu keyakinan dengan pasti bahwa Allah SWT mempunyai asmaul husna
(nama-nama yang baik), dan sifat-sifat yang mulia. Dia memiliki semua sifat yang
sempurna dan suci dari segala kekurangan. Dia-lah Yang Maha Esa dan sifat-sifat
tersebut, tidak dimiliki oleh makluk-Nya.

Ahlus Sunnah wal Jama'ah: Mengetahui Rabb mereka dengan sifat-sifat-Nya


yang terdapat dalam al-Qur-an dan as-Sunnah. Mereka menyifati Rabb-nya seperti
apa yang Allah SWT telah sifatkan untuk diri-Nya dan seperti apa yang disifatkan
oleh Rasul-Nya SAW, tidak melakukan tahrif (penyelewengan) ungkapan-ungkapan
dari konteks pengertian yang sebenarnya, ataupun ilhad (Al-Ilhad yaitu berpaling dari
kebenaran; dan termasuk kategori ilhad adalah: ta'thil (mengabaikan), tahrif
(menyimpangkan), takyif (menfisualiasikan) dan tamstil (menyerupakan) sifat Allah.
Ta'thil: Tidak menetapkan sifat-sifat Allah atau menetapkan sebagaiannya dan
menafikan sisanya, Tahrif: Merubah nash baik sifat secara lafazh kepada makna yang
lafazhnya tidak menunjukkan kepadanya kecuali dengan kemungkinan makna yang
marjub (tidak kuat). Maka setiap tahrif adalah ta'thil dan tidak semua ta'thil adalah
tahrif, takyif: Menjelaskan hakekat sifat, atau (bertanya dengan lafazh bagaimana),
Tamstil: Menyerupakan sesuatu dengan Allah dari segala segi) dalam nama-nama-Nya

3
dan ayat-ayat-Nya, dan mereka menetapkan bagi Allah apa yang telah ditetapkan
untuk dirinya-Nya tanpa tamstil, takyif, ta'thil dan tahrif. Dasar mereka dalam semua
masalah ini adalah firman Allah, "Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya,
dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (As-Syuura: 11).

Dan firman-Nya, "Hanya milik Allah Asmaul Husna, maka bermohonlah kepada-Nya
dengan menyebut Asmaul Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang
menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan
mendapatkan balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan." (Al-A'raaf: 180).
[ http://alislamu.com]

3. Ruang Lingkup Tauhid

a) Hal-hal yang berkaitan dengan Allah swt di antaranya masalah takdir.

b) Hal-hal yang berkaitan dengan utusan Allah, sebagai penghubungantara manusia


dengan Allah, ialah malaikat. Nabi/rasul dan kitab-kitabsuci.

c) Hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan yang akan datang termasuk masalah surga dan
neraka.[opcit hal 44]

4. Kedudukan Tauhid

Tidak ada keraguan lagi bahwa tauhid memiliki kedudukan yang tinggi bahkan yang
paling tinggi di dalam agama. Tauhid merupakan hak Allah yang paling besar atas hamba-
hamba-Nya, sebagaimana dalam hadits Muadz bin Jabal radiyallahu anhu.
Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam berkata kepadanya: Hai Muadz, tahukah kamu
hak Allah atas hamba-Nya dan hak hamba atas Allah? Ia menjawab: Allah dan Rasul-Nya
yang lebih mengetahui. Beliau mengatakan: Hak Allah atas hamba-Nya adalah mereka
menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun.
( HR. Bukhari dan Muslim)

a) Tauhid merupakan dasar dibangunnya segala amalan yang ada di dalam agama ini.
Rasulullah bersabda:
Islam dibangun di atas lima dasar, bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar
kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, berhaji dan puasa pada bulan Ramadhan. (Shahih, HR. Bukhari
dan Muslim dari Abdullah Ibnu Umar)

4
b) Tauhid merupakan perintah pertama kali yang kita temukan di dalam Al Quran
sebagaimana lawannya (yaitu syirik) yang merupakan larangan paling besar dan
pertama kali kita temukan di dalam Al Quran, sebagaimana firman Allah:

Hai sekalian manusia, sembahlah Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dan
orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi orang-orang yang bertakwa. Yang
telah menjadikan bumi terhampar dan langit sebagai bangunan dan menurunkan air
dari langit, lalu Allah mengeluarkan dengannya buah-buahan sebagai rizki bagi
kalian. Maka janganlah kalian menjadikan tandingan-tandingan bagi Allah. (Al-
Baqarah: 21-22)

Dalil yang menunjukkan hal tadi dalam ayat ini adalah perintah Allah sembahlah
Rabb kalian dan janganlah kalian menjadikan tandingan bagi Allah.

c) Tauhid merupakan poros dakwah seluruh para Rasul, sejak Rasul yang pertama hingga
penutup para Rasul yaitu Muhammad Shallallahu alaihi wassallam. Allah berfirman:
Dan sungguh Kami telah mengutus pada setiap umat seorang Rasul (yang menyeru)
agar kalian menyembah Allah dan menjauhi thagut. (An-Nahl: 36)

d) Tauhid merupakan perintah Allah yang paling besar dari semua perintah. Sementara
lawannya, yaitu syirik, merupakan larangan paling besar dari semua larangan.
Allah berfirman:
Dan Rabbmu telah memerintahkan agar kalian jangan menyembah kecuali kepada-
Nya dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua. (Al-Isra: 23)
Dan sembahlah oleh kalian Allah dan janganlah kalian menyekutukan-Nya dengan
sesuatu apapun. (An-Nisa: 36)

e) Tauhid merupakan syarat masuknya seseorang ke dalam surga dan terlindungi dari
neraka Allah, sebagaimana syirik merupakan sebab utama yang akan menjerumuskan
seseorang ke dalam neraka dan diharamkan dari surga Allah. Allah berfirman:
Sesungguhnya barangsiapa yang menyekutukan Allah maka Allah akan
mengharamkan baginya surga dan tempat kembalinya adalah neraka dan tidak ada
bagi orang-orang dzalim seorang penolongpun. (Al-Maidah: 72)

Rasulullah Shallallahualaihiwassallam bersabda:


Barang siapa yang mati dan dia mengetahui bahwasanya tidak ada ilah yang benar
kecuali Allah, dia akan masuk ke dalam surga. (Shahih, HR Muslim No.26 dari
Utsman bin Affan)

Rasulullah Shallallahualaihiwassallam bersabda:


Barangsiapa yang kamu jumpai di belakang tembok ini bersaksi terhadap Lailaha
illallah dan dalam keadaan yakin hatinya, maka berilah dia kabar gembira dengan
surga. (Shahih, HR Muslim No.31 dari Abu Hurairah)

5
f) Tauhid merupakan syarat diterimanya amal seseorang dan akan bernilai di hadapan
Allah.Allahberfirman:
Dan tidaklah mereka diperintahkan melainkan agar mereka menyembah Allah dan
mengikhlaskan bagi-Nya agama. (Al-Bayinah: 5) [http://akhwat.web.id/muslimah-
salafiyah/aqidah-manhaj/kedudukan-tauhid-dalam-islam-dan-urgensinya/]

5. Makna LAA ILAHA ILLALLAH

asyhadu an-laa ilaaha illallaah


artinya : Saya bersaksi bahwa tiada Ilah selain Allah

Kalimat Laa ilaaha Illallah menunjukkan pengakuan tauhid. Artinya, seorang


muslim hanya mempercayai Allh sebagai satu-satunya Allah. Allah
adalah Tuhan dalam arti sesuatu yang menjadi motivasi atau menjadi tujuan
seseorang. Jadi dengan mengikrarkan kalimat pertama, seorang muslim memantapkan
diri untuk menjadikan hanya Allh sebagai tujuan, motivasi, dan jalan hidup.

Kalimat LAA ILAAHA ILLALLAH sebenarnya mengandung dua makna, yaitu


makna penolakan segala bentuk sesembahan selain Allah, dan makna menetapkan
bahwa satu-satunya sesembahan yang benar hanyalah Allah semata[3].

Berkaitan dengan mengilmui kalimat ini Allah ta'ala berfirman: "Maka


ketahuilah(ilmuilah) bahwasannya tidak ada sesembahan yang benar selain Allah"
(QS Muhammad : 19)

Berdasarkan ayat ini, maka mengilmui makna syahadat tauhid adalah wajib dan mesti
didahulukan daripada rukun-rukun Islam yang lain. Di samping itu Rasulullah pun
menyatakan: "Barang siapa yang mengucapkan LAA ILAAHA ILLALLAH dengan
ikhlas maka akan masuk ke dalam surga" ( HR Ahmad)

Yang dimaksud dengan ikhlas di sini adalah mereka yang memahami, mengamalkan
dan mendakwahkan kalimat tersebut sebelum yang lainnya, karena di dalamnya
terkandung tauhid yang Allahmenciptakan alam karenanya. Rasul mengajak paman
beliau Abu Thalib, Ketika maut datang kepada Abu Thalib dengan ajakan "wahai
pamanku ucapkanlah LAA ILAAHA ILLALLAH sebuah kalimat yang aku akan

6
jadikan ia sebagai hujah di hadapan Allah" namun Abu Thalib enggan untuk
mengucapkan dan meninggal dalam keadaan musyrik.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tinggal selama 13 tahun di makkah mengajak


orang-orang dengan perkataan beliau "Katakan LAA ILAAHA ILLALLAH" maka
orang kafir pun menjawab "Beribadah kepada sesembahan yang satu, kami tidak
pernah mendengar hal yang demikian dari orang tua kami". Orang qurays di Zaman
nabi sangat paham makna kalimat tersebut, dan barangsiapa yang mengucapkannya
tidak akan menyeru/berdoa kepada selain Allah.[ http://id.wikipedia.org]

6. Makna Laa ilaaha illallah dan kosekunsinya

Syarat Kalimat Tauhid Laa Ilaaha IllallaahWahab bin Munabbih


rahimahullah berkata kepada orang yang bertanya kepadanya: Bukankah La Ilaha
Illallah kunci surga? Ia menjawab: Betul. Tetapi, tiada satu kunci-pun kecuali ia
memiliki gigi-gigi, jika kamu membawa kunci yang memiliki gigi-gigi, pasti engkau
dapat membuka pintu, namun jika engkau membawa kunci yang tidak ada gigi-giginya
pasti pintu itu tak akan terbuka. (HR. Bukhari dalam taliq).

Dan gigi-gigi kunci La Ilaha Illallah adalah syarat La Ilaha Illallah. Yaitu sebagai berikut:

a. Ilmu meniadakan kejahilan.

Barangsiapa yang tidak mengetahui makna-nya maka ia tidak akan mengetahui


petunjuk/tuntutannya. Maknanya adalah berlepas diri dari semua yang diibadahi
selain Allah dan mengikhlaskan peribadatan hanya untuk Allah. Maksud La Ilaha
adalah meniadakan segala yang diibadahai selain Allah. Maksud Illallah adalah
menetapkan ibadah hanya untuk Allah semata yang tiada sekutu bagi-Nya dalam
masalah ibadah sebagaimana tiada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan-Nya.

Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan)


selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang
mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha
dan tempat kamu tinggal. (QS. Muhammad: 19)

Sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam :

7
Barangsiapa yang meninggal sedangkan dia mengetahui makna La Ilaha Illallah
pasti masuk surga. (HR. Muslim)

b. Yakin meniadakan keraguan.

Karena ada sebagian orang yang mengucapkannya dalam keadaan ragu terhadap
makna yang ditunjukkannya.

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya


(beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan
mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah.
Mereka itulah orang-orang yang benar. (QS. Al-Hujurat: 15)

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Saya bersaksi bahwa tiada


tuhan selain Allah dan aku adalah utusan Allah, tiada-lah seorang hamba bertemu
Allah (meninggal dunia) dengan membawa keduanya tanpa ada keraguan
sedikitpun pasti ia akan masuk surga. (HR. Muslim dari Abu Hurairah)

Dari Abu Hurairah rahimahullah, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda


kepadanya: Barangsiapa yang engkau temui di balik dinding ini, sedangkan dia
bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah didasari dengan hati yang yakin maka
berilah kabar gembira akan masuk surga. (HR. Muslim)

c. Ikhlas meniadakan kesyirikan.

Karena barangsiapa yang tidak mengikhlaskan seluruh amalannya untuk Allah ia


telah melakukan kesyirikan yang meniadakan rasa ikhlas. Allah Taala berfriman:

Katakanlah: Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan


memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama. (QS. Az-Zumar:
11)

8
Dari Abu Hurairah rahimahullah, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
bersabda:
Orang yang paling bahagia mendapatkan syafaatku (pada hari kiamat) adalah
orang yang mengucapkan La Ilaha Ilallah murni dari hatinya (jiwanya). (HR.
Bukhari)

Sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam: Sesungguhnya Allah


mengharamkan neraka atas orang yang mengucapkan La Ilaha Illallah dengan
hanya mengharap wajah Allah Taala. (HR. Muslim dari Utban bin Malik)

d. Sidq (kejujuran) meniadakan kemunafikan.

Karena orang munafik juga mengucapkannya, akan tetapi perkataannya tidak


sesuai dengan apa yang ada di dalam hatinya, maka ia telah berbuat dusta, karena
batinnya tidak sesuai dengan dzahirnya. Sebagaimana yang telah Allah kabarkan
tentang sifat mereka. Allah Taala berfirman:

Mereka mengucapkan dengan lidahnya apa yang tidak ada dalam hatinya. (QS.
Al-Fath: 11)

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Tiada seorang-pun yang


bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan
utusan-Nya jujur dari hatinya kecuali Allah akan mengharamkan neraka atasnya.
(HR. Bukhari)

e. Qabul (penerimaan) yang meniadakan sifat menolak.

Karena ada sebagian manusia yang mengucapkannya dengan mengetahui


maknanya tapi ia tidak menerima seruan orang yang mengajaknya. Hal ini bisa
disebabkan karena kesombongan, dengki atau sebab-sebab yang lain.

Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: Laa Ilaaha


Illallah (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka
menyombongkan diri, dan mereka berkata: Apakah sesungguhnya kami harus
meninggalkan sembahan-sembahan kami Karena seorang penyair gila? (QS.
Ash-Shaffat: 35-36)

f. Inqiyad (ketundukan) yang meniadakan perilaku meninggalkan amal yang


dituntutnya.
Syarat ini akan menumbuhkan sikap melaksanakan perintah-perintah Allah,
meninggalkan larangan-larangan-Nya dan komitmen dengannya. Hakikat Islam

9
adalah tunduknya hati dan badan seorang hamba kepada Allah dan tunduk kepada-
Nya dengan tauhid dan ketaatan. Allah berfirman:

Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang
berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang
kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan. (QS. Luqman: 22)

Sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam; Tiada beriman salah seorang


kalian sehingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa. (HR. al Baihaqi;
an Nawawi berkata: hadits shahih, kami riwayatkan dalam kitab Al Hujjah
dengan sanad shahih)

g. Mahabbah (kecintaan) yang meniadakan kebalikannya.

Tidak mungkin seorang hamba akan mengetahui dan menerimanya kecuali didasari
rasa cinta, sebagaimana rasa ikhlas yang akan meniadakan kesyirikan. Barangsiapa
mencintai Allah ia akan mencintai agama-Nya, barangsiapa yang tidak mencintainya
maka jangan diharap ia akan mencintai agama-Nya.

Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain


Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. adapun orang-
orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-
orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari
kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat
siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). (QS. Al-Baqarah : 165)

Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari
agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai
mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah Lembut terhadap orang
yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan
Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia
Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha luas
(pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Maidah : 54)

(PurWD/voa-islam.com)

Sumber : http://www.voa-islam.com

10

Anda mungkin juga menyukai