Anda di halaman 1dari 3

Tauhid rububiyah

Contohnya seperti menciptakan makhluk, menghidupkan makhluk, mematikan makhluk, memberi serta
membagi rizki kepada seluruh makhluk, mengubah takdir, atau mendatangkan manfaat dan pertolongan
kepada makhluk bahkan menolak dan mendatangkan segala mudharat atau kerusakan.

Dengan tauhid rububiyah ini juga seseorang mengimani bahwa hanya Allah lah Dzat yang dapat
mengawasi, mengatur, menguasai, menghukumi sesuatu dan masih banyak lagi hal yang menunjukkan
keesaan Allah. Seorang hamba juga wajib meyakini bahwa tak ada lagi sesuatu yang berhak disembah
dan dapat menandingi kuasa Allah dalam bentuk apapun.

Contoh perilaku yang menunjukkan penerapan tauhid asma wa sifat adalah:

 Perilaku seorang anak yang tidak menyontek pada saat ujian walaupun tidak ada yang
mengawasi karena yakin bahwa Allah melihat apa yang manusia lakukan.

 Perilaku seorang anak yang menjaga diri pada saat berbicara untuk selalu berbicara dengan jujur
dan sopan karena yakin bahwa Allah mendengar apa yang manusia ucapkan.

 Perilaku seorang anak yang selalu berperilaku adil sebagai wujud untuk menjadi orang yang
menerapkan bahwa Allah Maha Adil.

Tauhid Uluhiyah merupakan bentuk ibadah hanya kepada Allah, dan meninggalkan sesembahan selain-
Nya. Ibadah itu sendiri harus dibangun atas dasar cinta dan peng-Agungan kepadaNya.

Tauhid Uluhiyyah bisa juga dikatakan Tauhiidul ‘Ibaadah yang berarti mentauhidkan Allah Subhanahu wa
Ta’ala melalui segala pekerjaan hamba, yang dengan cara itu mereka dapat mendekatkan diri kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Apabila hal itu disyari’atkan oleh-Nya, seperti berdo’a, khauf (takut), bernadzar, isti’anah (meminta
pertolongan), raja’ (harap), mahabbah (cinta), dzabh (penyembelihan), istighatsah (minta pertolongan di
saat sulit), isti’adzah (meminta perlindungan), dan segala apa yang disyari’atkan dan diperintahkan Allah
Azza wa Jalla dengan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Semua ibadah ini dan lainnya
harus dilakukan hanya kepada Allah semata dan ikhlas karena-Nya, dan ibadah tersebut tidak boleh
dipalingkan kepada selain Allah.

Contoh Tauhid Uluhiyah

1. Beribadah hanya kepada Allah

2. Takut hanya kepada Allah

ADVERTISEMENT

3. Mencintai juga karena Allah

Penerapannya dalam kehidupan sehari-hari seperti kita hanya melakukan ibadah hanya untuk Allah,
tidak untuk manusia atau hal lainnya. Ikhlas 100% untuk Allah. Berdoa kepada Allah, meminta kepada
Allah, melibatkan Allah dalam semua aktivitas kita. Tidak mendatangi dukun, tidak mempercayai
ramalan, dan tidak mencontek saat ujian, karena kita meyakini bahwa Allah Maha Melihat.
Kedua :Tauhid Uluhiyyah

Tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah a dengan perbuatan para hamba berdasarkan niat taqarrub
(mendekatkan diri) yang disyari’atkan seperti do’a, nadzar, kurban, raja’ (pengharapan), takut, tawakkal,
raghbah (senang), rahbah (takut) dan inabah (kembali/taubat). Dan jenis tauhid ini adalah inti dakwah
para rasul, mulai rasul yang pertama hingga yang terakhir. Allah berfirman:

َ‫َولَقَ ْد بَ َع ْثنَا فِي ُكلِّ ُأ َّم ٍة َر ُسواًل َأ ِن ا ْعبُدُوا هَّللا َ َواجْ تَنِبُوا الطَّا ُغوت‬

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah
Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu’.”(QS. An-Nahl: 36)

Juga firman Allah, artinya, “Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami
wahyukan kepadanya, ‘Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang haq) melainkan Aku, maka sembahlah
olehmu sekalian akan Aku’.” (QS. Al-Anbiya’: 25)

Setiap rasul selalu melalui dakwahnya dengan perintah tauhid uluhiyah. Sebagaimana yang diucapkan
oleh Nabi Nuh, Hud, Shalih, Syu’aib, dan lain-lain, artinya, “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali
tidak ada Tuhan bagi-mu selain-Nya.” (QS. Al-A’raf: 59, 65, 73, 85)

“Dan ingatlah Ibrahim, ketika ia berkata kepada kaumnya, ‘Sembahlah olehmu Allah dan bertakwalah
kepada-Nya’.” (QS. Al-Ankabut: 16)

Dan diwahyukan kepada Nabi Muhammad:

ُ ْ‫قُلْ ِإنِّي ُأ ِمر‬


َ‫ت َأ ْن َأ ْعبُ َد هَّللا َ ُم ْخلِصًا لَهُ ال ِّدين‬

“Katakanlah, ‘Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama’.”(QS. Az-Zumar: 11)

Tauhid ini adalah inti dari dakwah para rasul, karena ia adalah asas dan pondasi tempat dibangunnya
seluruh amal. Tanpa merealisasikannya, semua amal ibadah tidak akan diterima. Karena kalau ia tidak
terwujud, maka bercokollah lawannya, yaitu syirik. Sedangkan Allah berfirman, artinya, “Jika kamu
mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang
yang merugi.” (QS. Az-Zumar: 65)

Dan tauhid jenis ini adalah kewajiban pertama segenap hamba. Allah berfirman, artinya, “Sembahlah
Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua
orang ibu-bapak “ (QS. An-Nisa’: 36)

Ketiga : Tauhid Asma’ Wa Sifat

Yaitu beriman kepada nama-nama Allaha dan sifat-sifat-Nya, sebagaimana yang diterangkan dalam Al-
Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya menurut apa yang pantas bagi Allah, tanpa ta’wil dan ta’thil
(menghilangkan makna atau sifat Allah), tanpa takyif (mempersoalkan hakikat asma’ dan sifat Allah
dengan bertanya, “bagaimana”), dan tamtsil (menyerupakan Allah dengan makhluq-Nya), berdasarkan
firman Allah:

ِ َ‫َي ٌء َوهُ َو ال َّس ِمي ُع ْالب‬


‫صي ُر‬ ْ ‫ْس َك ِم ْثلِ ِه ش‬
َ ‫لَي‬

“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.”(QS. Asy-Syura : 11)
Allah Z menafikan jika ada sesuatu yang menyerupai-Nya dan Dia menetapkan bahwa Dia adalah Maha
Mendengar dan Maha Melihat. Maka Dia diberi nama dan disifati dengan nama dan sifat yang Dia
berikan untuk diri-Nya dan dengan nama dan sifat yang disampaikan oleh Rasul-Nya.

Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam hal ini tidak boleh dilanggar, karena tidak seorang pun yang lebih
mengetahui Allah a daripada Allah a sendiri, dan tidak ada -sesudah Allah Z– orang yang lebih
mengetahui Allah a daripada Rasul-Nya. Maka barangsiapa yang mengingkari nama-nama Allah Z dan
sifat-sifat-Nya atau menamakan Allah a dan menyifati-Nya dengan nama-nama dan sifat-sifat makhluk-
Nya, atau men-ta’wil-kan dari maknanya yang benar, maka dia telah berbicara tentang Allah a tanpa ilmu
dan berdusta terhadap Allah a dan Rasul-Nya.

Allah berfirman:

ْ ‫فَ َم ْن َأ‬
‫ظلَ ُم ِم َّم ِن ا ْفتَ َرى َعلَى هَّللا ِ َك ِذبًا‬

“Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap
Allah?”(QS. Al-Kahfi: 15)

Demikian uraian singkat mengenai “Makna Tauhid dan Macam-Macamnya”, semoga bermanfaat. [1]

Oleh: Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-fauzan

Wallohu a’lam

[1] Dinukil dan diringkas oleh Amar Abdullah dari kitab “at-Tauhid Lishshoffi al-Awwal al-‘Aliy”. Edisi
Bahasa Indonesia : Kitab Tauhid 1, Darul haq, Jakarta, Cet.III, Th. 2000 M, hal. 19-24, 53-57, dan 97-100,
dengan gubahan.

Anda mungkin juga menyukai