Anda di halaman 1dari 9

Nama : Windy Purnama Indah Nasution

Mata kuliah : Pendidikan Agama Islam


Kelas :IB
Dosen : Erliyanti, MA
Jur : D-IV Keperawatan

1. PENGERTIAN SYIRIK

Syirik adalah menyamakan selain Allah dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam
Rububiyyah dan Uluhiyyah serta Asma dan Sifat-Nya. Syirik adalah menyekutukan
Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan selain-Nya dalam hal ibadah, seperti berdoa, beristighatsah,
bernadzar, shalat, puasa, atau mempersembahkan hewan sembelihan kepada berhala-berhala
maupun selainnya. Misalnya, menyembelih hewan yang dipersembahkan kepada Syaikh al-
Badawi dan ‘Idrus, shalat yang dipersembahkan kepada si fulan, dan meminta pertolongan
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Abdul Qadir, ‘Idrus di Yaman, orang-orang
yang sudah mati ataupun orang yang tidak berada di tempatnya. Semua perbuatan ini disebut
kesyirikan.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Syirik ada dua macam :

Pertama syirik dalam Rububiyyah, yaitu menjadikan sekutu selain Allah yang mengatur
alam semesta, sebagaimana firman-Nya :

ُ‫ه‬.َ‫ا ل‬.‫ك َو َم‬ ِ ْ‫ت َواَل فِي اَأْلر‬


ٍ ْ‫ر‬.‫ا ِم ْن ِش‬.‫ا لَهُ ْم فِي ِه َم‬.‫ض َو َم‬ ِ ‫اوا‬ َّ ‫ا َل َذ َّر ٍة فِي‬.َ‫ونَ ِم ْثق‬.‫قُ ِل ا ْدعُوا الَّ ِذينَ زَ َع ْمتُ ْم ِم ْن دُو ِن هَّللا ِ ۖ اَل يَ ْملِ ُك‬
َ ‫ َم‬.‫الس‬
ٍ ‫ِم ْنهُ ْم ِم ْن ظَ ِه‬
‫ير‬

“Katakanlah: ‘Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai ilah) selain Allah, mereka tidak
memiliki (kekuasaan) seberat dzarrah pun di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai
suatu saham pun dalam (penciptaan) langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada di antara mereka
yang menjadi pembantu bagi-Nya.’” [Saba’: 22]

Kedua, syirik dalam Uluhiyyah, yaitu beribadah (berdo’a) kepada selain Allah, baik dalam
bentuk do’a ibadah maupun do’a masalah .Umumnya yang dilakukan manusia adalah
menyekutukan dalam Uluhiyyah Allah adalah dalam hal-hal yang merupakan kekhususan bagi
Allah, seperti berdo’a kepada selain Allah di samping berdo’a kepada Allah, atau memalingkan
suatu bentuk ibadah seperti menyembelih (kurban), bernadzar, berdo’a, dan sebagainya kepada
selain-Nya.
Karena itu, barangsiapa menyembah dan berdo’a kepada selain Allah berarti ia meletakkan
ibadah tidak pada tempatnya dan memberikannya kepada yang tidak berhak, dan itu merupakan
kezhaliman yang paling besar. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ِ ‫ك لَظُ ْل ٌم ع‬
‫َظي ٌم‬ َ ْ‫…“ ِإ َّن ال ِّشر‬

“Sesungguhnya menyekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar.”


[Luqman: 13]

Diriwayatkan dari Abu Bakrah Radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:

َ‫ َأال‬:-‫ال‬. َ .َ‫س َو َكانَ ُمتَّ ِكًئا فَق‬ َ َ‫ َو َجل‬- ‫ق ْال َوالِ َدي ِْن‬ ُ ‫ َْاِإل ْش َرا‬:‫ قَا َل‬.ِ‫ بَلَى يَا َرسُوْ َل هللا‬:‫ قَالُوْ ا‬،)‫َأالَ ُأنَبُِّئ ُك ْم بَِأ ْكبَ ِر ْال َكبَاِئ ِر (ثَالَثًا‬
ُ ْ‫ك بِاهللِ َو ُعقُو‬
َ‫ فَ َما َزا َل يُ َك ِّر ُرهَا َحتَّى قُ ْلنَا لَ ْيتَهُ َسكَت‬:‫ قَا َل‬.‫الزوْ ِر‬ ُّ ‫ َوقَوْ ُل‬.

“Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang dosa-dosa besar yang paling besar?”
(Beliau mengulanginya tiga kali.) Mereka (para Sahabat) menjawab: “Tentu saja, wahai
Rasulullah.”

Beliau bersabda: “Syirik kepada Allah, durhaka kepada kedua orang tua.” -Ketika itu beliau
bersandar lalu beliau duduk tegak seraya bersabda :“Dan ingatlah, (yang ketiga) perkataan
dusta!” Perawi berkata: “Beliau terus meng-ulanginya hingga kami berharap beliau diam.”

Syirik (menyekutukan Allah) dikatakan dosa besar yang paling besar dan kezhaliman
yang paling besar, karena ia menyamakan makhluk dan Khaliq (Pencipta) pada hal-hal yang
khusus bagi Allah Ta’ala. Barangsiapa yang menyekutukan Allah dengan sesuatu, maka ia telah
menyamakannya dengan Allah dan ini sebesar-besar kezhaliman.

Demikian pula, apabila seseorang berdoa, ber-istighatsah, meminta pertolongan kepada


bintang-bintang dan jin, atau mengerjakan perbuatan-perbuatan kesyirikan lainnya. Oleh karena
itu, jika ia melakukan salah satu jenis ibadah tersebut, tetapi ditujukan kepada benda-benda mati,
orang-orang yang sudah mati ataupun orang yang tidak berada di tempatnya, maka semua
perbuatan ini termasuk menyekutukan Allah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

ْ ُ‫وا لَ َحبِطَ َع ْنهُم َّما َكان‬


َ‫وا يَ ْع َملُون‬ ْ ‫َولَوْ َأ ْش َر ُك‬

“Dan seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang
telah mereka kerjakan.” (Qs. al-An’am: 88).

ِ ‫لَِئ ْن َأ ْش َر ْكتَ لَيَحْ بَطَ َّن َع َملُكَ َولَتَ ُكون ََّن ِمنَ ْالخ‬
َ‫َاس ِرين‬

“Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu
termasuk orang-orang yang merugi.” (Qs. az-Zumar: 65).
Adapun mengenal wasilah (perantara) yang disebutkan dalam firman Allah Subhanahu
wa Ta’ala,

َ‫وا ِإلَي ِه ْال َو ِسيلَة‬


ْ ‫وا هّللا َ َوا ْبتَ ُغ‬
ْ ُ‫وا اتَّق‬
ْ ُ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمن‬

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang
mendekatkan diri kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya….” (Qs.
al-Maidah: 35),

Maksudnya adalah ber-taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah dengan cara


mengerjakan segala ketaatan kepada-Nya. Pernyataan ini adalah tafsiran yang dikemukakan oleh
kebanyakan ahlul ‘ilmi.

Jadi, shalat adalah salah satu bentuk taqorrub kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala,
sehingga ia disebut suatu wasilah. Begitu pula dengan menyembelih hewan karena Allah,
(tindakan tersebut) juga disebut sebagai suatu wasilah (perantaraan). Puasa juga suatu wasilah.
Sedekah-sedekah juga suatu wasilah. Berzikir kepada Allah dan membaca al-Quran juga suatu
wasilah. Inilah makna dari firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

ْ ‫َو َجا ِهد‬


‫ُوا فِي َسبِيلِ ِه‬

“…Dan bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan
berjihadlah pada jalan-Nya...” (Qs. al-Maidah: 35).

Maksudnya adalah carilah wasilah (jalan, perantaraan) yang dapat mendekatkan diri
kepada Allah dengan cara mengerjakan ketaatan kepada-Nya. Seperti inilah yang dikatakan oleh
Ibnu Katsir, Ibnu Jarir, al-Baghawi, dan ulama-ulama pakar tafsir lainnya.

Jadi, arti ayat tersebut adalah: carilah wasilah yang dapat mendekatkan diri kepada Allah
dengan cara mengerjakan ketaatan kepada-Nya, dan di mana pun kalian berada mintalah
pertolongan melalui segala wasilah yang disyariatkan oleh Allah, seperti shalat, puasa, sedekah-
sedekah, dan lain sebagainya. Seperti ini pula maksud dari firman Allah dalam ayat lain berikut
ini,

ُ‫ُأولَـِئكَ الَّ ِذينَ يَ ْد ُعونَ يَ ْبتَ ُغونَ ِإلَى َربِّ ِه ُم ْال َو ِسيلَةَ َأيُّهُ ْم َأ ْق َربُ َويَرْ جُونَ َرحْ َمتَهُ َويَخَافُونَ َع َذابَه‬

“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Rabb mereka, siapa
di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut
akan azab-Nya….” (Qs. al-Isra`: 57).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para pengikut setianya juga bertaqarrub
kepada Allah dengan wasilah-wasilah yang telah Allah syariatkan tersebut, seperti dengan jihad,
puasa, shalat, zikir, membaca al-Quran, dan hal-hal lain yang juga termasuk dalam kategori
wasilah. Sedangkan keyakinan masyarakat umum, bahwa yang dimaksud dengan wasilah adalah
menggantungkan diri kepada orang-orang yang sudah mati dan beristighatsah kepada para wali,
maka keyakinan seperti ini adalah keyakinan yang batil.

Seperti itulah keyakinan orang-orang musyrik dahulu, yang telah Allah firmankan di
dalam ayat berikut ini,

ِ ‫َويَ ْعبُ ُدونَ ِمن دُو ِن هّللا ِ َما الَ يَضُرُّ هُ ْم َوالَ يَنفَ ُعهُ ْم َويَقُولُونَ هَـُؤالء ُشفَ َعاُؤ نَا ِعن َد هّللا‬

“Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan
kemadhorotan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berakta, ‘Mereka itu
adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah’.” (Qs. Yunus: 18).

Kemudian Allah membantah mereka dengan firman-Nya,

ِ ْ‫ت َوالَ فِي اَألر‬


َ‫ض ُسب َْحانَهُ َوتَ َعالَى َع َّما يُ ْش ِر ُكون‬ ِ ‫قُلْ َأتُنَبُِّئونَ هّللا َ بِ َما الَ يَ ْعلَ ُم فِي ال َّس َما َوا‬

“Katakanlah, ‘Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di
langit dan tidak (pula) di bumi?’ Mahasuci Allah dan Dia Mahatinggi dari segala sesuatu yang
mereka mempersekutukan (itu).” (Qs. Yunus: 18).

2. MACAM-MACAM SYIRIK

Jenis-Jenis Syirik Syirik ada dua jenis : Syirik Besar dan Syirik Kecil.

1. Syirik besar
Adalah memalingkan suatu bentuk ibadah kepada selain Allah, seperti berdo’a
kepada selain Allah atau mendekatkan diri kepadanya dengan penyembelihan kurban atau
nadzar untuk selain Allah, baik untuk kuburan, jin atau syaithan, dan lainnya.
Atau seseorang takut kepada orang mati (mayit) yang (dia menurut perkiraannya)
akan membahayakan dirinya, atau mengharapkan sesuatu kepada selain Allah, yang tidak
kuasa memberikan manfaat maupun mudharat, atau seseorang yang meminta sesuatu
kepada selain Allah, di mana tidak ada manusia pun yang mampu memberikannya selain
Allah, seperti memenuhi hajat, menghilangkan kesulitan dan selain itu dari berbagai
macam bentuk ibadah yang tidak boleh dilakukan melainkan ditujukan kepada Allah saja.
Allah Ta’ala berfirman:
َ‫َد ْع َواهُ ْم فِيهَا ُس ْب َحانَكَ اللَّهُ َّم َوتَ ِحيَّتُهُ ْم فِيهَا َساَل ٌم ۚ َوآ ِخ ُر َد ْع َواهُ ْم َأ ِن ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِمين‬
“Do’a mereka di dalamnya adalah, ‘Subhanakallahumma,’ dan salam
penghormatan mereka adalah: ‘Salaamun.’ Dan penutup do’a mereka adalah:
‘Alhamdulillaahi Rabbil ‘aalamin.’” [Yunus: ]
Syirik besar dapat mengeluarkan pelakunya dari agama Islam dan menjadikannya
kekal di dalam Neraka, jika ia meninggal dunia dalam keadaan syirik dan belum
bertaubat daripadanya. Syirik besar ada banyak. Sedangkan di sini akan disebutkan empat
macamnya saja :
 Syirik do’a, yaitu di samping ia berdo’a kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, ia juga
berdo’a kepada selain-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: َ ‫ك َد َع ُوا هَّللا‬ ِ ‫فَِإ َذا َر ِكبُوا فِي ْالفُ ْل‬
َ‫ ِر ُكون‬. ‫رِّ ِإ َذا هُ ْم ي ُْش‬..َ‫ ِّدينَ فَلَ َّما نَجَّاهُ ْم ِإلَى ْالب‬. ‫هُ ال‬. َ‫ينَ ل‬. ‫ص‬ ِ ِ‫“ ُم ْخل‬Maka apabila mereka naik kapal mereka
berdo’a kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; maka tatkala Allah
menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan
(Allah).” [Al-‘Ankabuut: 65]
 Syirik niat, keinginan dan tujuan, yaitu ia menujukan suatu bentuk ibadah untuk selain
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: ‫َم ْن َكانَ ي ُِري ُد ْال َحيَاةَ ال ُّد ْنيَا‬
‫ا‬..َ‫نَعُوا فِيه‬.‫ص‬ َ ‫ا‬..‫ْس لَهُ ْم فِي اآْل ِخ َر ِة ِإاَّل النَّا ُر ۖ َو َحبِطَ َم‬ َ ‫ك الَّ ِذينَ لَي‬ َ ‫َو ِزينَتَهَا نُ َوفِّ ِإلَ ْي ِه ْم َأ ْع َمالَهُ ْم فِيهَا َوهُ ْم فِيهَا اَل يُبْخَ سُونَ ُأو ٰلَِئ‬
َ‫“ َوبَا ِط ٌل َما َكانُوا يَ ْع َملُون‬Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya
kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan
mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di
akhirat, kecuali Neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di
dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” [Huud: 15-16]
 Syirik ketaatan, yaitu mentaati selain Allah dalam hal maksiyat kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: ِ ‫ُون هَّللا‬ ِ ‫انَهُ ْم َأرْ بَابًا ِم ْن د‬..َ‫ارهُ ْم َو ُر ْهب‬. َ َ‫ ُذوا َأحْ ب‬.َ‫اتَّخ‬
َ‫ ِر ُكون‬.‫ ْب َحانَهُ َع َّما ي ُْش‬.‫ َو ۚ ُس‬.ُ‫“ َو ْال َم ِسي َح ا ْبنَ َمرْ يَ َم َو َما ُأ ِمرُوا ِإاَّل لِيَ ْعبُدُوا ِإ ٰلَهًا َوا ِحدًا ۖ اَل ِإ ٰلَهَ ِإاَّل ه‬Mereka menjadikan
orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai rabb-rabb selain Allah, dan (juga
mereka menjadikan rabb) al-Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh
beribadah kepada Allah Yang Maha Esa; tidak ada ilah (yang berhak diibadahi dengan
benar) selain Dia. Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” [At-Taubah: 31]
 Syirik mahabbah (kecintaan), yaitu menyamakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan
selain-Nya dalam hal kecintaan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: ‫اس َم ْن يَتَّ ِخ ُذ‬ ِ َّ‫َو ِمنَ الن‬
‫هَّلِل‬ ْ
ِ َ‫ َّوة‬.ُ‫اب َّن الق‬ ‫َأ‬ ْ ْ ‫َأ‬
َ ‫ َذ‬.‫ َروْ نَ ال َع‬.َ‫وا ِإذ ي‬..‫ َرى ال ِذينَ ظَلَ ُم‬.َ‫وْ ي‬..َ‫ ُّد ُحبًّا ِ ۗ َول‬.‫وا َش‬..ُ‫ِم ْن دُو ِن هَّللا ِ ْندَادًا يُ ِحبُّونَهُ ْم َكحُبِّ ِ ۖ َوال ِذينَ آ َمن‬
َّ ‫هَّلِل‬ َّ ‫هَّللا‬ ‫َأ‬
ِ ‫ َذا‬..‫ ِدي ُد ْال َع‬..‫“ َج ِميعًا َوَأ َّن هَّللا َ َش‬Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah
‫ب‬
tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai
Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah. Dan
seandainya orang-orang yang berbuat zhalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa
(pada hari Kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah
amat berat siksa-Nya (niscaya mereka menyesal).” [Al-Baqarah: 165]
2. Syirik Kecil
Syirik kecil tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam, tetapi ia
mengurangi tauhid dan merupakan wasilah (jalan, perantara) kepada syirik besar.
Syirik kecil ada dua macam: Syirik zhahir (nyata), yaitu syirik kecil dalam bentuk
ucapan dan perbuatan.
Dalam bentuk ucapan misalnya, bersumpah dengan selain Nama Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‫َم ْن َحلَفَ بِ َغي ِْر‬
َ‫هللاِ فَقَ ْد َكفَ َر َأوْ َأ ْش َرك‬. “Barangsiapa bersumpah dengan selain Nama Allah, maka ia telah
berbuat kufur atau syirik.”
 Syirik dan kufur yang dimaksud di sini adalah syirik dan kufur kecil. Qutailah binti Shaifi
al-Juhaniyah Radhiyallahu anhuma menuturkan bahwa ada seorang Yahudi yang datang
kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan berkata:
“Sesungguhnya kamu sekalian melakukan perbuatan syirik. Engkau mengucapkan: ‘Atas
kehendak Allah dan kehendakmu,’ dan mengucapkan :
‘Demi Ka’bah.’” Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan para Sahabat
apabila hendak bersumpah agar mengucapkan: َ‫ َما َشا َء هللاُ ثُ َّم ِشْئت‬:‫ َوَأ ْن يَقُوْ لُوْ ا‬،‫ َو َربِّ ْال َك ْعبَ ِة‬. “Demi
Allah, Pemilik Ka’bah,” dan mengucapkan: “Atas kehendak Allah kemudian atas
kehendakmu.’
Contoh lain syirik dalam bentuk ucapan yaitu perkataan: َ‫ َما َشا َء هللاُ َو ِشْئت‬. “Atas
kehendak Allah dan kehendakmu.” Ucapan tersebut salah, dan yang benar adalah: ‫َما َشا َء‬
َ‫هللاُ ثُ َّم ِشْئت‬. “Atas kehendak Allah, kemudian karena kehendakmu.” Hal ini berdasarkan
hadits dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: َ‫ْئت‬.‫ا َء هللاُ ثُ َّم ِش‬.‫ا َش‬.‫ َم‬: ْ‫ل‬.ُ‫ َولَ ِك ْن لِيَق‬، َ‫ْئت‬.‫ا َء هللاُ َو ِش‬.‫ا َش‬.‫ َم‬: ْ‫ل‬.ُ‫ ُد ُك ْم فَالَ يَق‬.‫ِإ َذا َحلَفَ َأ َح‬. “Apabila
seseorang dari kalian bersumpah, janganlah ia mengucapkan: ‘Atas kehendak Allah dan
kehendakmu.’ Akan tetapi hendaklah ia mengucapkan: َ‫ َما َشا َء هللاُ ثُ َّم ِشْئت‬. ‘Atas kehendak
Allah kemudian kehendakmu.’
Kata ‫( ثُـ َّم‬kemudian) menunjukkan tertib berurutan, yang berarti menjadikan
kehendak hamba mengikuti kehendak Allah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: ‫َو َما‬
َ‫“ تَ َشاءُونَ ِإاَّل َأ ْن يَ َشا َء هَّللا ُ َربُّ ْال َعالَ ِمين‬Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu)
kecuali apabila dikehendaki Allah, Rabb semesta alam.” [At-Takwir: 29] Adapun contoh
syirik dalam perbuatan, seperti memakai gelang, benang, dan sejenisnya sebagai pengusir
atau penangkal marabahaya. Seperti menggantungkan jimat (tamimah) karena takut dari
‘ain (mata jahat) atau lainnya. Jika seseorang meyakini bahwa kalung, benang atau jimat
itu sebagai penyerta untuk menolak marabahaya dan menghilangkannya, maka perbuatan
ini adalah syirik ashghar, karena Allah tidak menjadikan sebab-sebab (hilangnya
marabahaya) dengan hal-hal tersebut.
Adapun jika ia berkeyakinan bahwa dengan memakai gelang, kalung atau yang
lainnya dapat menolak atau mengusir marabahaya, maka per-buatan ini adalah syirik
akbar (syirik besar), karena ia menggantungkan diri kepada selain Allah.
 Syirik khafi (tersembunyi), yaitu syirik dalam hal keinginan dan niat, seperti riya’ (ingin
dipuji orang) dan sum’ah (ingin didengar orang), dan lainnya.
Seperti melakukan suatu amal tertentu untuk mendekatkan diri kepada Allah,
tetapi ia ingin mendapatkan pujian manusia, misalnya dengan memperindah shalatnya
(karena dilihat orang) atau bershadaqah agar dipuji dan memperindah suaranya dalam
membaca (Al-Qur-an) agar didengar orang lain, sehingga mereka menyanjung atau
memujinya. Suatu amal apabila tercampur dengan riya’, maka amal tersebut tertolak,
karena itu Allah memperintahkan kita untuk berlaku ikhlas. Allah Ta’ala berfirman:
‫الِحًا َواَل‬.‫ص‬ َ ‫لْ َع َماًل‬..‫ا َء َربِّ ِه فَ ْليَ ْع َم‬..َ‫و لِق‬..‫انَ يَرْ ُج‬.‫ ٌد ۖ فَ َم ْن َك‬.‫ هٌ َوا ِح‬.َ‫ا ِإ ٰلَهُ ُك ْم ِإ ٰل‬..‫ي َأنَّ َم‬َّ َ‫قُلْ ِإنَّ َما َأنَا بَ َش ٌر ِم ْثلُ ُك ْم يُو َح ٰى ِإل‬
‫يُ ْش ِر ْك بِ ِعبَا َد ِة َربِّ ِه َأ َحدًا‬
“Katakanlah: ‘Sesungguhnya aku ini hanyalah manusia sepertimu, yang
diwahyukan kepadaku: ‘Bahwa sesungguhnya Ilah kamu itu adalah Allah Yang Esa.’’
Barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Rabb-nya, maka hendaklah ia
mengerjakan amal shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam
beribadah kepada Rabb-nya.” [Al-Kahfi: 110]
Maksudnya, katakanlah (wahai Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam) kepada
orang-orang musyrik yang mendustakan ke-Rasulanmu: “Sesungguhnya aku ini hanyalah
manusia seperti juga dirimu.” Maka barangsiapa yang menganggap diriku (Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam ) adalah pendusta, hendaklah ia mendatangkan sebagaimana
yang telah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bawa. Sesungguhnya Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam tidak mengetahui yang ghaib, yaitu tentang perkara-perkara terdahulu
yang pernah disampaikan beliau, seperti tentang Ashhaabul Kahfi, tentang Dzul Qarnain,
atau perkara ghaib lainnya, melainkan (sebatas) yang telah diwahyukan Allah Ta’ala
kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa ilah
(sesembahan) yang mereka seru dan mereka ibadahi, tidak lain adalah Allah Yang Esa,
tidak ada sekutu bagi-Nya. Lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan bahwa
barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan-Nya -yaitu mendapat pahala dan
kebaikan balasan-Nya- maka hendaklah ia mengerjakan amal shalih yang sesuai dengan
syari’at-Nya, serta tidak menyekutukan sesuatu apapun dalam beribadah kepada Rabb-
nya. Amal perbuatan inilah yang di-maksudkan untuk mencari keridhaan Allah Ta’ala
semata, yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Kedua hal tersebut (amal shalih dan tidak
menyekutukan Allah) merupakan rukun amal yang maqbul (diterima). Yaitu harus benar-
benar tulus karena Allah (menjauhi perbuatan syirik) dan harus sesuai dengan syari’at
(Sunnah) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫ا ُء‬..َ‫ اَل ِّري‬:‫ا َ َل‬.‫وْ َل هللاِ؟ ق‬.‫ا َر ُس‬..َ‫ ي‬،ُ‫ َغر‬.‫ص‬ ْ ‫ك اَْأل‬ ِّ ‫ا‬..‫ َو َم‬:‫الُوْ ا‬..َ‫ فَق‬،ُ‫ َغر‬.‫ص‬
ُ ْ‫ر‬.‫الش‬ ْ ‫ك اَْأل‬ ُ ْ‫ر‬.‫الش‬ ِّ ‫ افُ َعلَ ْي ُك ُم‬.‫ا َأ َخ‬..‫ َوفَ َم‬.‫ِإ َّن َأ ْخ‬.
“Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil.” Mereka (para
Sahabat) bertanya: “Apakah syirik kecil itu, wahai Rasulullah?” Beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab: “Yaitu riya’.”
Termasuk juga dalam syirik, yaitu seseorang yang melakukan amal untuk
kepentingan duniawi, seperti orang yang menunaikan ibadah haji atau berjihad untuk
mendapatkan harta benda. Sebagaimana dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu
anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ِ ‫ ِإ ْن ُأ ْع ِط َي َر‬،‫س َع ْب ُد ْال َخ ِم ْيلَ ِة‬
َ‫ ط‬.‫ َي وَِإ ْن لَ ْم يُ ْع‬. ‫ض‬ َ ‫س َع ْب ُد ْال َخ ِم ْي‬
َ ‫ تَ ِع‬،‫ص ِة‬ َ ‫ تَ ِع‬،‫س َع ْب ُد الدِّرْ ه َِم‬ ِ ‫س َع ْب ُد ال ِّدن‬
َ ‫ تَ ِع‬،‫َار‬ َ ‫تَ ِع‬
َ‫ َس ِخط‬. “Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham, celakalah hamba khamishah,
celakalah hamba khamilah. Jika diberi ia senang, tetapi jika tidak diberi ia marah.

3. Akibat Perbuatan Syirik

Ancaman Bagi Orang Yang Berbuat Syirik :

1. Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan mengampuni orang yang berbuat syirik kepada-
Nya, jika ia mati dalam kemusyrikannya dan tidak bertaubat kepada Allah. Allah Azza
wa Jalla berfirman:
ِ ‫ك لِ َم ْن يَ َشا ُء ۚ َو َم ْن يُ ْش ِر ْك بِاهَّلل ِ فَقَ ِد ا ْفتَ َر ٰى ِإ ْثمًا ع‬
‫َظي ًما‬ َ ِ‫ك بِ ِه َويَ ْغفِ ُر َما ُدونَ ٰ َذل‬ َ ‫“ ِإ َّن هَّللا َ اَل يَ ْغفِ ُر َأ ْن يُ ْش َر‬Sesungguhnya
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain
dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan
Allah (berbuat syirik), maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” [An-Nisaa’: 48]
Lihat juga [An-Nisaa’: 116].
2. Diharamkannya Surga bagi orang musyrik. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
‫ار‬
ٍ ‫ص‬َ ‫“ ِإنَّهُ َم ْن يُ ْش ِر ْك بِاهَّلل ِ فَقَ ْد َح َّر َم هَّللا ُ َعلَ ْي ِه ْال َجنَّةَ َو َمْأ َواهُ النَّا ُر ۖ َو َما لِلظَّالِ ِمينَ ِم ْن َأ ْن‬Sesungguhnya orang yang
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan Surga
kepadanya, dan tempatnya adalah Neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zha-lim itu
seorang penolong pun.” [Al-Maa-idah: 72]
3. Syirik menghapuskan pahala seluruh amal kebaikan. Allah Azza wa Jalla berfirman:
َ‫ون‬..ُ‫انُوا يَ ْع َمل‬..‫ا َك‬..‫طَ َع ْنهُ ْم َم‬.ِ‫“ َولَوْ َأ ْش َر ُكوا لَ َحب‬Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya
lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” [Al-An’aam: 88]
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: ‫ك لَِئ ْن َأ ْش َر ْكتَ لَيَحْ بَطَ َّن‬ َ ِ‫ك َوِإلَى الَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْبل‬َ ‫َولَقَ ْد ُأو ِح َي ِإلَ ْي‬
ِ ‫ون ََّن ِمنَ ْال‬..‫ك َولَتَ ُك‬
َ‫ ِرين‬. ‫خَاس‬ َ . ُ‫“ َع َمل‬Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada
(Nabi-nabi) sebelummu: ‘Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapus
amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.’” [Az-Zumar: 65] Dua
ayat ini menjelaskan barangsiapa yang mati dalam keadaan musyrik, maka seluruh amal
kebaikan yang pernah dilaku-kannya akan dihapus oleh Allah, seperti shalat, puasa,
shadaqah, silaturahim, menolong fakir miskin, dan lainnya.

4. Orang musyrik itu halal darah dan hartanya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
َ ْ‫صرُوهُ ْم َوا ْق ُعدُوا لَهُ ْم ُك َّل َمر‬
‫ص ٍد‬ ُ ‫…“ فَا ْقتُلُوا ْال ُم ْش ِر ِكينَ َحي‬
ُ ْ‫ْث َو َج ْدتُ ُموهُ ْم َو ُخ ُذوهُ ْم َواح‬
Maka bunuhlah orang-orang musyrik di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah
mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian…” [At-Taubah: 5]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
َ َّ‫ت َأ ْن ُأقَاتِ َل الن‬
َّ ‫ َويُقِ ْي ُموا ال‬،ِ‫ َوَأ َّن ُم َح َّمدًا َرسُوْ ُل هللا‬،ُ‫اس َحتَّى يَ ْشهَ ُدوْ ا َأ ْن الَ ِإلَهَ ِإالَّ هللا‬
‫ فَِإ َذا فَ َعلُوْ ا‬،َ‫ َويُْؤ تُوا ال َّز َكاة‬،َ‫صالَة‬ ُ ْ‫ُأ ِمر‬
‫ َو ِح َسابُهُ ْم َعلَى هللاِ تَ َعالَى‬،‫ق ْاِإل ْسالَ ِم‬ ِّ ‫ص ُموْ ا ِمنِّي ِد َما َءهُ ْم َوَأ ْم َوالَهُ ْم ِإالَّ بِ َح‬
َ ‫ َع‬، َ‫ َذلِك‬.
“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa
tidak ada ilah (sesembahan) yang diibadahi dengan benar melainkan Allah dan
bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, dan membayar zakat.
Jika mereka telah melakukan hal tersebut, maka darah dan harta mereka aku lindungi
kecuali dengan hak Islam, dan hisab mereka ada pada Allah Azza wa Jalla.”

Syirik adalah dosa besar yang paling besar, kezhaliman yang paling zhalim dan
kemunkaran yang paling munkar.

Anda mungkin juga menyukai