Anda di halaman 1dari 3

Nama : A.

Hajriana Mulda
NIM : R021191059
Prodi : Fisioterapi
Makna kata Ilah

Dalam agama Islam Ilah berarti sesembahan, sehingga memiliki dua makna yaitu
'Sesembahan yang hak/benar' atau 'Sesembahan yang bathil/salah'. Jika Ilah dimaksudkan kepada
sang Pencipta maka itu artinya Ilah yang hak. Penggunaan istilah Ilah yang bermakna
Sesembahan yang benar sebagaimana tersebut dalam kalimat Syahadat. Jika istilah Ilah ditujukan
kepada selain Allah maka maksudnya adalah Ilah yang bathil (Sesembahan yang tidak benar).
Makna Ilah dalam syahadat berarti `yang patut disembah'. Artinya, semua manusia harus tunduk
dan patuh kepada Allah sebagai Ilahnya. Oleh karena itu, manusia harus melaksanakan segala
perintah dan menjauhi semua larangan Allah serta taat kepada hukum-Nya. Kata Ilah juga
memiliki arti yang paling penting. Artinya, manusia harus senantiasa memosisikan Allah sebagai
yang paling penting dari segala hal yang ada di dunia ini.

Allah Ta'ala telah memerintahkan:

‫فاعلم أنه الإله إالهللا‬

"Ketahuilah bahwa tidak ada Ilah (yang berhak untuk diibadahi) selain Allah" (Muhammad :
19).

Dalam sebuah hadits shohih riwayat Imam Muslim disebutkan bahwa Rosulullah shollallahu
'alaihi wa sallam bersabda:

‫من مات وهو يعلم أنه الإله إالهللا دخل الجنة‬

"Barangsiapa yang mati sedang ia mengetahui bahwa tidak ada Ilah selain Allah, maka ia masuk
surga".

Mafhum dari hadits ini adalah bahwa barang siapa yang mati sedang ia tidak mengetahui bahwa
tidak ada Ilah selain Allah maka ia tidak akan masuk surga. Orang yang tidak masuk surga
adalah bukan orang Islam. Karena orang muslim akan masuk surga.

Makna Al-Ilah
Kata ilah terbentuk dari kata kerja aliha. Dalam bahasa Arab jika dikatakan aliha-hu, berarti:

1. Sakana ilahi, yaitu merasa tenteram kepadanya. Maksudnya adalah, ketika ilah tersebut
diingat-ingat olehnya, ia merasa senang. Dan manakala mendengar nama ilah itu disebut
atau dipuji orang, ia merasa tenteram.
2. Istajara bihi, yaitu merasa dilindungi olehnya. Artinya, karena ilah tersebut dianggap
memiliki kekuatan ghaib yang mampu menolong dirinya dari kesulitan hidup.
3. Asyauqu ilaihi, yaitu merasa selalu rindu kepadanya. Maksudnya adalah, ada keinginan
untuk selalu bertemu dengannya, baik berkelanjutan atau tidak. Ada kegembiraan apabila
bertemu dengannya.
4. Wuli’a bihi, yaitu merasa cinta dan cenderung kepadanya. Rasa rindu yang menguasai diri
menjadikannya mencintai ilah tersebut, walau bagaimanapun keadaannya. Ia selalu
beranggapan bahwa pujaannya memiliki kelayakan dicintai sepenuh hati.

‫( اإلله‬Al Ilah) berasal dari kata alaha - ya'lahu - uluuhah - ilaahah - uluuhiyyah yang
bermakna beribadah. Adapun Ilaah adalah sinonim dari kata Ma'luuh yang bermakna obyek
yang diibadahi atau sesuatu yang di ibadahi. Bentuk jamak dari kata Ilaah ‫ إله‬adalah aalihah ‫آلهة‬
(Ilah Ilah). Orang orang musyrikin Arab pada zaman Nabi shollallahu 'alaihi wa sallam telah
menyebut berhala berhala mereka dengan aalihah, karena berhala yang mereka ibadahi tidak
hanya satu, tapi banyak, diantaranya adalah berhala lata, berhala uzza, berhala manat dan lain
lain. Itulah sebabnya kenapa mereka sangat heran terhadap da'wah tauhid Nabi Muhammad
shollallahu 'alihi wa sallam, mereka berkata:

‫أجعل اآللهة إلها واحدا إن هذا لشيئ عجاب‬

"Kenapa ia menjadikan Ilah Ilah itu hanya Ilah Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar benar
suatu hal yang mengherankan"(Shaad : 5)

Jadi mereka heran terhadap da'wah tauhid yang disampaikan oleh Nabi shollallahu 'alaihi wa
sallam. Mereka sangat tahu sekali makna dari kata Ilah. Itulah sebabnya mereka enggan
mengucapkan laa ilaaha illallaah (tidak ada Ilah kecuali Allah), karena dengan mengucapkan
kalimat ini berarti mereka harus meninggalkan Ilah Ilah mereka yang sedang mereka ibadahi.
Mereka tahu betul bahwa konsistensi dari mengucapkan kalimat tauhid adalah meninggalkan
peribadatan kepada seluruh Ilah Ilah selain Allah Subhanahu wa Ta'ala. Allah Ta'ala telah
menceritakan keadaan mereka:

‫ ويقولون أإنالتاركوا الهتنا لشاعر مجنون‬،‫إنهم كانواإذا قيل لهم الإله إالهللا يستكبرون‬

"Sesungguhnya mereka (orang orang musyrikin) apabila dikatakan kepada mereka: "Laa ilaaha
illallaah (tidak ada Ilah kecuali Allah)" mereka menyombongkan diri, dan mereka berkata:
"Apakah kami harus meninggalkan Ilah Ilah kami karena seorang penyair yang gila?"(Ash
Shaaffaat : 35-36)

Mereka tahu betul makna kata Ilah. Maka celakalah orang yang mana Abu Jahal lebih tahu
darinya tentang makna Ilah !
Dalam perkataan orang Arab, kata alihahu sinonim dengan kata ‘abadahu. Misalnya ada
ungkapan kalimat, aliha rajulu ya-lahu, “lelaki itu menghambakan diri pada ilah-nya”. Dalam
hal ini, Islam menyeru umat manusia agar menjadikan Allah Ta’ala sebagai satu-satunya ilah.
Jangan sampai mereka meng-ilah-kan dunia, sehingga merasa tenteram kepadanya padahal dunia
itu fana,

‫غافِلُون آيا ِتنا ع ْن ُه ْم والذِين بِها وا ْطمأنُّوا ال ُّد ْنيا بِا ْلحيا ِة ورضُوا ِلقاءنا ي ْر ُجون ال الذِين إِن‬
‫ار مأْوا ُه ُم أُولئِك‬
ُ ‫سبُون كانُوا ِبما الن‬ ِ ‫ي ْك‬
“Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan
Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu
dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat kami, mereka itu tempatnya ialah neraka,
disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Yunus, 10: 7-8)

Islam juga mencegah manusia meng-ilah-kan jin, yakni meminta perlindungan kepada mereka,

ِ ْ ‫رهقًا فزادُو ُه ْم ا ْل ِج ِن ِمن ِب ِرجال يعُوذُون‬


ُ‫اْل ْن ِس ِمن ِرجال كان وأنه‬

“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan
kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan
kesalahan.” (QS. Jin, 72: 6)

Islam juga mengajak umat manusia untuk tidak membuat andad (tandingan) bagi Allah Ta’ala.
Namun orang-orang musyrik malah mencintai andad tersebut sebagaimana mencintai Allah.
Sedangkan orang-orang mu’min hanya cinta dan amat sangat cinta kepada Allah Ta’ala semata.

ِ ‫ُون ِم ْن يت ِخذُ م ْن الن‬


‫اس و ِمن‬ ِ ‫ب يُ ِحبُّون ُه ْم أ ْندادًا َللاِ د‬
ِ ‫ِلِلِ ُحبًّا أش ُّد آمنُوا والذِين ۖ َللاِ ك ُح‬
ۖ
“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah;
mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman
sangat cinta kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah, 2 : 165)

Anda mungkin juga menyukai