Anda di halaman 1dari 34

HSI Silsilah Pembahasan Kitab Nawaqidul Islam

– Halaqah 1 | Pengantar Penjelasan Kitab


Nawaqidul Islam Bagian 1
June 1, 2021Ummu Syifa

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬


‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه ومن وااله‬

Halaqah yang pertama dari Silsilah Ilmiyyah Pembahasan Kitab Nawaqidul Islam yang ditulis
oleh Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah.

Insya Allah kita akan mempelajari bersama kitab Nawaqidul Islam yang ditulis oleh Syeikh
Muhammad bin Abdul Wahab.
Penulis kitab ini adalah Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahab bin Sulaiman At Tamimi
yang lahir pada tahun 1115 H di Uyainah, sebuah daerah di Jazirah Arab.

Beliau lahir di tengah-tengah keluarga yang sangat memperhatikan ilmu agama. Beliau memulai
menghafal Al Qur’an sejak kecil, sehingga beliau pun menyelesaikan hafalannya sebelum
berumur 10 tahun. Kemudian mulailah beliau menuntut berbagai cabang ilmu agama, seperti
tafsir, fiqih, akidah, dan lain-lain.

Diantara guru pertama beliau adalah Syeikh Abdul Wahab bin Sulaiman, bapak beliau sendiri.
Kemudian setelah itu, beliau rahimahullah melakukan perjalanan dalam menuntut ilmu, pergi ke
kota Mekkah, Madinah, Baghdad, dan kota lainnya.

Ketika beliau pergi ke kota Madinah, beliau mengambil ilmu dari Syeikh Muhammad Hayah bin
Ibrahim As Sindi. Dan hampir beliau melakukan perjalanan ke Syam. Tetapi karena suatu sebab,
beliau tidak bisa pergi ke sana.

Beliau menghabiskan waktunya untuk mempelajari ilmu agama dan mengajarkannya kepada
orang lain.
Selain kitab Nawaqidul Islam ini, beliau juga memiliki kitab-kitab yang lain yang sangat
bermanfaat bagi kaum muslimin, diantaranya:
• Kitabut Tauhid
• Kasyfu Syubuhat
• Al Ushulu Sittah
• Al Ushulu Tsalatsah
• Mukhtashar Zadil Ma’ad
• Dan kitab-kitab yang lain

Syeikh meninggal dunia pada tahun 1206 H di usia sekitar 91 tahun, setelah menghabiskan
waktu dan hidupnya dengan mempelajari ilmu agama, mengajar, dan berdakwah.

Kitab Nawaqidul Islam yang akan kita pelajari adalah kitab yang sangat ringkas, hanya terdiri
dari beberapa halaman saja. Meskipun demikian, kitab ini mengandung perkara-perkara yang
penting, yang seharusnya diketahui oleh seorang muslim.

Nawaqid artinya adalah pembatal-pembatal. Jamak dari Naqidun yang artinya pembatal atau
perusak.

Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman,


‫ض ۡت غ َۡزلَهَا ِم ۢن بَ ۡع ِـد قُ َّو ٍة َأن َك ٰـ ࣰثا‬ ۟ ُ‫َواَل تَ ُكون‬
َ َ‫وا َكٱلَّتِی نَق‬
[Surat An-Nahl 92]

“Janganlah kalian seperti seorang wanita yang merusak (mencerai beraikan) pintalannya, setelah
dia kuat.”

Kata ‫ض ۡت‬
َ َ‫ نَق‬artinya merusak atau mencerai beraikan.

Lalu Allah mengatakan,

‫ٱلَّ ِذینَ یَنقُضُونَ ع َۡه َد ٱهَّلل ِ ِم ۢن بَ ۡع ِد ِمیثَ ٰـقِ ِهۦ‬


[Surat Al-Baqarah 27]

“Yaitu orang-orang yang merusak/membatalkan perjanjian mereka dengan Allah setelah mereka
berjanji kepada Allah.”

Ayat ini menceritakan tentang sifat orang yang merusak perjanjian mereka kepada Allah. Mereka
berjanji kepada Allah dengan sebuah janji, kemudian membatalkannya dan merusaknya.

Di dalam kitab fiqih ada istilah Nawaqidul Wudhu (perusak-perusak wudhu). Artinya amalan-
amalan atau perkara-perkara yang membatalkan wudhu seseorang.

Adapun Islam di sini, maka maksudnya adalah Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad
Shallallāhu ‘alaihi wa sallam, yang memiliki lima rukun.

Dan Islam, secara bahasa adalah mashdar dari kata ‫( اَسلَ َم – يُسلِ ُم‬aslama – yuslimu) artinya di dalam
Bahasa Arab adalah menyerahkan.

Agama Islam dinamakan sebagai agama penyerahan, karena orang yang masuk dalam agama
Islam berarti dia telah siap dan bersedia menyerahkan ibadahnya hanya kepada Allah, siap untuk
taat kepada Allah, dan berlepas diri dari kesyirikan dan pelakunya.

Seorang Nasrani yang dahulunya dia menyembah Allah, Nabi Isa, dan Maryam, maka ketika dia
masuk Islam, dia harus menyerahkan ibadahnya hanya kepada Allah dan meninggalkan
peribadatan kepada Nabi Isa dan Maryam.

Seseorang ketika masuk ke dalam agama Islam dengan dua kalimat syahadat, maka dengannya
dia dianggap sebagai seorang muslim, dijaga darahnya, kehormatannya, sebagaimana sabda Nabi
Shallallāhu ‘alaihi wa sallam,

َ‫ فَِإ َذا فَ َعلُوا َذلِك‬،َ‫ َويُْؤ تُوا ال َّز َكاة‬،َ‫صالَة‬ َ َّ‫ت َأ ْن ُأقَاتِ َل الن‬
َّ ‫ َويُقِي ُموا ال‬،ِ ‫اس َحتَّى يَ ْشهَدُوا َأ ْن الَ ِإلَهَ ِإالَّ هَّللا ُ و َأ َّن ُم َح َّمدًا َرسُو ُل هَّللا‬ ُ ْ‫ُأ ِمر‬
‫ َو ِح َسابُهُ ْم َعلَى هللا‬،‫ق اِإل ْسالَ ِم‬ ِّ ‫ص ُموا ِمنِّي ِد َما َءهُ ْم َوَأ ْم َوالَهُ ْم ِإالَّ بِ َح‬
َ ‫َع‬
“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka mengatakan dan bersyahadat
laailaha illallaah dan bersyahadat Muhammad Rasulullah, kemudian mendirikan sholat,
membayar zakat. Maka apabila mereka melakukan itu semua, sungguh mereka telah menjaga
dariku darah mereka dan harta mereka, kecuali dengan hak Islam. Dan hisab mereka adalah
atasAllah.” (Muttafaqun ‘Alaih)

Keislaman tersebut bisa batal apabila melakukan satu diantara Nawaqidul Islam. Dan pembatal-
pembatal keislaman ada yang berupa ucapan, keyakinan di dalam hati, dan perbuatan anggota
badan.

Pembatal berupa ucapan, seperti orang yang mencela Allah dan Rasul-Nya, berdo’a kepada
selain Allah, dan lain-lain, yang nanti akan datang penjelasannya, Insya Allah.

Diantara dalil yang menunjukkan bahwa di sana ada ucapan yang bisa menjadikan seseorang
kufur adalah firman Allah,
۟ ‫وا َكلِمةَ ۡٱل ُك ۡفر َو َكفَر‬
ۡ‫ُوا بَ ۡع َد ِإ ۡسلَ ٰـ ِم ِهم‬ ۟ ُ‫َولَقَ ۡد قَال‬
ِ َ
[Surat At-Tawbah 74]

“Dan sungguh mereka (yaitu orang-orang munafik) telah mengucapkan ucapan yang kufur. Dan
mereka telah kufur setelah keislaman mereka.”

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini. Semoga bermanfaat dan sampai bertemu
kembali pada halaqah selanjutnya.

‫والسالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

Abdullah Roy
Di kota Pandeglang

Materi audio ini disampaikan di dalam grup WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy.

Related

HSI Silsilah Pembahasan Kitab Nawaqidul Islam


– Halaqah 2 | Pengantar Penjelasan Kitab
Nawaqidul Islam Bagian 2
June 3, 2021Ummu Syifa

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬


‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه ومن وااله‬

Halaqah yang ke dua dari Silsilah Ilmiyyah Pembahasan Kitab Nawaqidul Islam yang
ditulis oleh Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah.

Diantara pembatal keislaman, ada yang berupa keyakinan, seperti:


• Meyakini bahwa ada illah (sesembahan) selain Allah
• Meyakini bahwa hukum selain hukum Allah adalah lebih baik daripada hukum Allah
• Meyakini bahwa shalat lima waktu tidak wajib
• Meyakini kehalalan sesuatu yang jelas diharamkan di dalam agama Islam, seperti
zina, homoseks, minuman keras, dan lain-lain.

Ini adalah beberapa keyakinan yang bisa membatalkan keislaman seseorang.

Orang-orang munafik meskipun mengucapkan kalimat – ‫ – ال إله إال هللا‬dan mengucapkan


syahadat – ‫ – محمداً رسول هللا‬akan tetapi mereka kafir karena tidak meyakini makna dua
kalimat syahadat tersebut.

Pembatal keislaman ada yang berupa perbuatan anggota badan, seperti:


• Bersujud kepada selain Allah
• Menyembah untuk selain Allah
• Dan lain-lain

Mengetahui Nawaqidul Islam (pembatal-pembatal keislaman) merupakan perkara yang


sangat penting, karena seseorang harus mengetahui kebaikan untuk diamalkan dan
mengetahui kejelekan supaya bisa terhindar dari kejelekan tersebut.
Orang yang hanya mengetahui kebaikan tetapi tidak mengetahui kejelekan,
dikhawatirkan akan terjerumus ke dalam kejelekan tersebut, disadari atau tidak
disadari.

Apalagi kejelekan tersebut adalah kekufuran yang barangsiapa meninggal di atas


kekufuran, maka kesengsaraan selamanya yang akan dia rasakan.

Hudzaifah Ibnu Yaman, seorang sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam


mengatakan,

‫نت أسَألُه عن ال َّش ِر َم َخا َف َة َأنْ ي ُْد ِر َكنِي‬


ُ ‫ و ُك‬،‫ير‬ َ ‫كان أصحابُ ال َّنبيِّ صلَّى هللاُ عليه وسلَّ َم َيسَألُو َنه عن‬
ِ ‫الخ‬

“Dahulu, para sahabat Rasulullah Shallallāhu ‘alaihi wa sallam, mereka bertanya


kepada Beliau tentang kebaikan, sedangkan aku bertanya kepada Beliau tentang
kejelekan, karena aku takut terjerumus ke dalam kejelekan tersebut.” [Muttafaqun’
Alaihi]

Hal ini dilakukan oleh para sahabat Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhu. Mereka mengetahui
kebenaran dan juga berusaha untuk mengetahui kesalahan. Mempelajari Al Haq dan
juga mempelajari jenis-jenis kebathilan. Mengetahui kebenaran tersebut supaya bisa
diamalkan dan mengetahui kebathilan (kesalahan) supaya bisa terhindar.

Di dalam sebuah bait syair dikatakan,

ُ ‫َع َر ْف‬
‫ت ال ّشرَّ ال لِل ّشرِّ َلكِنْ لِ َت َو ّقي ِه‬
‫الناس يقعْ في ِه‬ ِ َ َّ‫يعرفُ ال ّشر‬
‫من‬ ِ ‫َف َمن ال‬

“Aku mengetahui kejelekan bukan untuk mengamalkan kejelekan tersebut, akan tetapi
supaya terhindar dari kejelekan tersebut. Dan barangsiapa diantara manusia yang tidak
mengetahui suatu kejelekan, maka dikhawatirkan dia akan terjerumus ke dalam
kejelekan tersebut.”

Salah satu penyebab utama seseorang terjatuh di dalam Nawaqidul Islam adalah
karena tidak tahu, tidak belajar, dan tidak berusaha mempelajarinya.

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,

‫والجهل داء قاتل وشفاؤه أمران في التركيب متفقان نص من القرآن أو من سنة وطبيب ذاك العالم الرباني‬

“Kebodohan adalah penyakit yang mematikan dan obatnya adalah dua hal yang
digabung menjadi satu, yaitu nash dari Al Qur’an atau dari As Sunnah dan dokternya
ada seorang ‘alim robbani.”

Oleh karena itu para ulama di dalam kitab-kitab mereka (kitab akidah atau kitab fiqih)
menyebutkan tentang bab Ar Riddah (kemurtadan). Yang dibahas adalah perkara-
perkara yang bisa menjadikan seseorang murtad (keluar dari agama Islam).

Para ulama membuat bab ini tujuannya adalah supaya kita tahu pembatal-pembatal
keislaman dan supaya kita waspada, jangan sampai kita dan orang-orang yang kita
cintai, serta kaum muslimin terjatuh ke dalam apa yang dinamakan dengan Nawaqidul
Islam. Yang apabila dia meninggal dalam keadaan demikian, maka batal seluruh
amalannya dan dia kekal di dalam neraka bersama orang-orang yang kafir.

Allah mengatakan,

ِ ۖ ‫ص َح ٰـبُ ٱل َّن‬
َ ‫ار هُمۡ فِی َها َخ ٰـلِ ُد‬
‫ون‬ َ ‫ك َح ِب َط ۡت َأ ۡع َم ٰـلُهُمۡ فِی ٱلد ُّۡن َیا َو ۡٱلـَٔاخ َِر ۖ ِة َوُأ ۟ولَ ٰۤـ ِٕى‬
ۡ ‫ك َأ‬ َ ‫َو َمن َی ۡر َتد ِۡد مِن ُكمۡ َعن دِی ِنهِۦ َف َیم ُۡت َوه َُو َكافِ ࣱر َفُأ۟ولَ ٰۤـ ِٕى‬
[Surat Al-Baqarah 217]
“Dan barangsiapa diantara kalian yang murtad dari agamanya, kemudian dia meninggal
dunia dan dia dalam keadaan kafir, maka merekalah orang-orang yang batal
amalannya di dunia maupun di akhirat, dan merekalah penduduk neraka, mereka kekal
di dalamnya.”

Tentunya di dalam memahami Nawaqidul Islam, seseorang harus kembali kepada Al


Qur’an, hadits-hadits Nabi Shallallāhu ‘alaihi wa sallam dengan pemahaman para
sahabat Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhum dan melihat kembali ucapan-ucapan para ulama di
dalam masalah Nawaqidul Islam. Karena menentukan sebuah ucapan, keyakinan, atau
perbuatan, apakah dia mengeluarkan seseorang dari Islam atau tidak, ini adalah hukum
syar’i, harus kembali kepada dalil.

Tidak boleh seseorang menghukumi sebuah amalan atau sebuah ucapan atau sebuah
keyakinan, bahwa ini adalah kekufuran, mengeluarkan pelakunya dari Islam, kecuali di
sana ada dalil yang jelas di dalam Al Qur’an atau di dalam hadits. Jangan sampai
seseorang berdusta atas nama Allah.

Allah berkata,

(‫ُون‬ َ ‫ُون َع َلى ٱهَّلل ِ ۡٱل َكذ‬


َ ‫ِب اَل ی ُۡفلِح‬ َ ‫ِین َی ۡف َتر‬ َ ۚ ‫ُوا َعلَى ٱهَّلل ِ ۡٱل َكذ‬
َ ‫ِب ِإنَّ ٱلَّذ‬ َ ‫وا لِ َما َتصِ فُ َأ ۡلسِ َن ُت ُك ُم ۡٱل َكذ‬
۟ ‫ِب َه ٰـ َذا َحلَ ٰـ ࣱل َو َه ٰـ َذا َح َرا ࣱم لِّ َت ۡف َتر‬ ۟ ُ‫) َواَل َتقُول‬
[Surat An-Nahl 116]

“Janganlah kalian mengatakan dengan lisan-lisan kalian, ini adalah halal, ini adalah
haram, untuk berdusta atas nama Allah. Orang-orang yang berdusta atas nama Allah,
maka dia tidak akan beruntung.”

Jangan sampai seseorang mengatakan, ini adalah kufur, padahal Allah dan Rasul-Nya
tidak mengatakan demikian. Atau sebaliknya, mengatakan ini tidak kufur padahal Allah
dan Rasul-Nya menghukumi itu sebagai sebuah kekufuran.

Di sana ada dua kelompok yang tersesat di dalam masalah ini.


1. Kelompok yang berlebih-lebihan, hingga mengatakan bahwasanya ini adalah sesuatu
yang kufur, padahal Allah tidak mengatakan itu adalah sebuah kekufuran. Seperti
orang-orang Khawarij yang berkeyakinan bahwa orang yang melakukan dosa besar, dia
keluar dari Islam.
2. Orang-orang yang berlebihan, sehingga mengatakan bahwa ini sesuatu yang tidak
kufur, padahal Allah telah menjelaskan bahwa itu adalah kekufuran. Seperti orang-
orang Murji’ah, yang mereka menganggap bahwasanya keimanan cukup dengan
keyakinan di dalam hati. Seandainya seseorang mengucapkan ucapan yang kufur atau
melakukan amalan yang kufur, yang penting hatinya mengenal dan meyakini Allah,
maka dia tidak keluar dari agama Islam.

Ahlussunnah wal Jama’ah bukan termasuk Khawarij dan juga bukan termasuk Murji’ah.
Mereka berada di pertengahan. Mereka kembali kepada Al Qur’an dan Hadits dengan
pemahaman para sahabat radhiyallahu ‘anhum. Apa yang dihukumi oleh Allah dan
Rasul-Nya sebagai bentuk kekufuran, maka mereka katakan ini adalah kufur. Dan apa
yang dikatakan oleh Allah dan Rasul-Nya ini bukan kekufuran, maka mereka tidak
mengatakan ini adalah kekufuran.

Dan mereka di dalam masalah ini berpegang dengan kaidah-kaidah yang berdasarkan
Al Qur’an dan Hadits. Dan Insya Allah akan kita bahas sebagian kaidah-kaidah tersebut
di dalam pertemuan selanjutnya.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini. Semoga bermanfaat dan sampai
bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.

‫والسالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬


Abdullah Roy
Di kota Pandeglang

Materi audio ini disampaikan di dalam grup WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI)
Abdullah Roy.

HSI Silsilah Pembahasan Kitab Nawaqidul Islam


– Halaqah 3 | Pengantar Penjelasan Kitab
Nawaqidul Islam Bagian 3
June 6, 2021Ummu Syifa

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬


‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه ومن وااله‬

Halaqah yang ke tiga dari Silsilah Ilmiyyah Pembahasan Kitab Nawaqidul Islam yang
ditulis oleh Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah.

Diantara kaidah yang disebutkan oleh ulama Ahlussunnah wal Jama’ah di dalam
masalah pembatal keislaman adalah:

• Terkadang seseorang mengucapkan ucapan yang kufur atau melakukan amalan yang
kufur akan tetapi tidak dihukumi sebagai orang yang kafir, karena di sana ada syarat-
syarat yang harus dipenuhi ketika seseorang dihukumi sebagai orang yang kafir.
Diantaranya:

1. Baligh
Apabila dia belum baligh, anak kecil misalnya, dia mengatakan Aku adalah Tuhan.
Ucapan dia ini adalah ucapan yang kufur dan tidak diragukan dia adalah ucapan yang
kufur. Tapi karena yang mengucapkan adalah seorang anak kecil yang belum baligh,
maka tidak dihukumi anak kecil tersebut sebagai orang yang keluar dari agama Islam.

Nabi Shallallāhu ‘alaihi wa sallam mengatakan,

‫ وعن مجنون حتى يفيق‬، ‫ وعن نائم حتى يستيقظ‬،‫ عن صبي حتى يبلغ‬: ‫رفع القلم عن ثالثة‬

“Diangkat pena dari tiga golongan: dari anak kecil sampai dia baligh, dan dari orang
yang tidur sampai dia bangun, dan dari orang yang gila sampai dia sadar.” [HR. At
Tirmidzi]

2. Berakal
Apabila ada seorang muslim yang tidak berakal mengucapkan ucapan yang kufur,
maka tidak dianggap kafir, karena dia mengucapkan ucapan tersebut dalam keadaan
dia tidak berakal.
Orang yang mabuk misalnya, dia mengucapkan ucapan yang kufur, maka tidak
dianggap sebagai orang yang kafir.

3. Diantara syaratnya seseorang mengucapkan atau melakukan kekufuran, dalam


keadaan dia memiliki kehendak sendiri dan bukan sedang dipaksa oleh orang lain.
Terkadang seseorang dipaksa untuk mengucapkan ucapan yang kufur atau melakukan
perbuatan yang kufur, padahal hatinya mengingkari. Dia beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya, dia yakin seyakin-yakinnya dengan Islam, tetapi apabila dia tidak
mengucapkan kalimat kufur tersebut, dia akan dibunuh atau diancam akan disiksa.
Kondisinya dipaksa untuk mengucapkan kalimat kufur. Kalau itu terjadi, maka hal ini
tidak mengeluarkan dia dari Islam.
Ucapan dia adalah ucapan yang kufur, akan tetapi tidak dihukumi sebagai orang yang
kafir atau musyrik.

Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman,

( ۡ‫ض ࣱب م َِّن ٱهَّلل ِ َولَهُم‬ َ ‫َمن َك َف َر ِبٱهَّلل ِ م ِۢن َب ۡع ِـد ِإی َم ٰـ ِن ِهۦۤ ِإاَّل َم ۡن ُأ ۡك ِر َه َو َق ۡل ُبهُۥ م ُۡط َم ِٕى ۢنُّ ِبٱِإۡلی َم ٰـ ِن َولَ ٰـكِن مَّن َش َر َح ِب ۡٱل ُك ۡف ِر‬
َ ‫ص ۡد ࣰرا َف َعلَ ۡی ِهمۡ َغ‬
‫) َع َذابٌ َعظِ ی ࣱم‬
[Surat An-Nahl 106]

“Barangsiapa yang kufur kepada Allah setelah keimanan dia, kecuali orang yang
dipaksa, sedangkan hatinya dalam keadaan tenang dengan keimanan. Akan tetapi
orang yang lapang dengan kekufuran, maka merekalah orang-orang yang
mendapatkan kemarahan dari Allah dan merekalah orang-orang yang mendapatkan
adzab yang besar.”

Ayat ini turun ketika Ammar bin Yasir radhiyallahu Ta’ala ‘anhu dipaksa oleh orang-
orang musyrikin untuk mengucapkan kalimat kufur, disuruh untuk mencela Rasulullah
shallallāhu ‘alaihi wa sallam dan saat itu beliau dalam keadaan disiksa, sehingga beliau
pun terpaksa mengucapkan kalimat kufur padahal di dalam hati, beliau tenang dengan
keimanan.

Rasulullah shallallāhu’ alaihi wa sallam bersabda,

َ ‫هللا َت َج َاو َز لِي َعنْ ُأ َّمتِي ْال َخ َطَأ َوال ِّنسْ َي‬
‫ان َو َما اسْ ُت ْك ِره ُْوا َعلَ ْي ِه‬ َ َّ‫ِإن‬

“Sesungguhnya Allah telah memaafkan untukku dari ummatku, kesalahan, lupa, dan
apa yang mereka dipaksa untuk melakukannya.” [HR. Ibnu Majah]

Dari sini kita mengetahui kehati-hatian ahlussunnah di dalam masalah Nawaqidul Islam
dan di dalam masalah pengkafiran. Apalagi di dalam sebuah hadits, Rasulullah
shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫َمن َقال َأِل ِخ ْي ِه َيا َكا ِف ُر َف َق ْد َبا َء ِب َها َأ َح ُد ُه َما‬

“Barangsiapa yang berkata kepada saudaranya, Wahai orang yang kafir, maka
sungguh kekafiran ini kembali kepada salah satu diantara keduanya.” [HR. Bukhari dan
Muslim]

Menghukumi bahwasanya si fulan adalah kafir,


si fulan adalah musyrik, ini dilakukan oleh para ulama yang ilmunya sudah mendalam,
yang terpenuhi pada dirinya syarat-syarat sebagai seorang mujtahid (mufti) yang
berfatwa di dalam hukum-hukum agama.

Masuk kita pada pembahasan kitab ini.

Berkata Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab, Bismillahirrahmanirrahim, dengan


menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Beliau memulai kitab ini dengan Basmalah, meniru Allah di dalam Al-Qur’an, karena
ayat yang pertama di dalam mushaf adalah Basmalah. Dan yang ke dua meneladani
Rasulullah Shallallāhu ‘alaihi wa sallam karena ketika Beliau menulis surat-surat
dakwah kepada Islam, Beliau Shallallāhu ‘alaihi wa sallam memulai surat-surat tersebut
dengan Basmalah. Dan inilah yang dilakukan oleh Nabi Sulaiman ‘alaihissalam ketika
mengirim surat kepada Bilqis. Beliau memulai dengan Basmalah.

Allah berfirman menceritakan ucapan Ratu Bilqis,

‫هَّلل‬
ِ ‫)ِإ َّنهُۥ مِن ُسلَ ۡی َم ٰـ َن َوِإ َّنهُۥ ِب ۡس ِم ٱ ِ ٱلرَّ ۡح َم ٰـ ِن ٱلرَّ ح‬
(‫ِیم‬
[Surat An-Naml 30]

“(berkata Ratu Bilqis), Ini adalah dari Sulaiman dan isinya Bismillahirrahmanirrahim.”

Yaitu surat Nabi Sulaiman diawali dengan Basmalah.

Memulai dengan Basmalah maksudnya adalah memohon pertolongan kepada Allah.


Karena ‫ ب‬di dalam ucapan ‫ بسم هللا‬adalah ‫ ب‬Al Isti’anah, yaitu huruf ‫ ب‬yang maknanya
memohon pertolongan.

‫ بسم هللا‬Dengan menyebut nama Allah, maksudnya adalah Aku memohon pertolongan
kepada Allah dengan menyebut nama-Nya.

Ismullah, yaitu nama Allah di sini mencakup seluruh nama Allah. Karena di dalam
Bahasa Arab, apabila sebuah kata yang mufrod (tunggal) disandarkan, maka maknanya
adalah umum.
Ismu (nama) adalah tunggal. Disandarkan kepada lafdzul jalalah yaitu Allah, sehingga
maknanya semua nama Allah. Ini seperti kata ‫ نعمة هللا‬di dalam firman Allah,

۟ ‫وا ۡٱذ ُكر‬


ۡ‫ُوا ن ِۡع َم َة ٱهَّلل ِ َعلَ ۡی ُكم‬ ۟ ‫ِین َءا َم ُن‬
َ ‫َی ٰـَۤأ ُّی َها ٱلَّذ‬
[Surat Al-Ahzab 9]

“Wahai orang-orang yang beriman, ingatlah nikmat Allah atas kalian.”

Nikmat di sini adalah mufrod (tunggal), tapi maksudnya adalah sebutlah atau ingatlah
nikmat-nikmat Allah atas kalian.
Demikian pula dengan kalimat Basmalah. Dengan menyebut nama Allah, maksudnya
adalah nama-nama Allah. Dan nama-nama Allah yang paling baik maksudnya adalah
nama-nama Allah yang paling baik yang Allah sebutkan di dalam firman-Nya,

‫َوهَّلِل ِ ٱَأۡل ۡس َم ۤا ُء ۡٱلح ُۡس َن ٰى َف ۡٱدعُوهُ ِب َه ۖا‬


[Surat Al-A’raf 180]

“Dan Allah, Dia-lah yang memiliki Asmaul Husna, maka hendaklah kalian berdo’a
dengannya.”

Allah adalah lafdzul jalalah dan Dia adalah nama Allah yang paling besar. Nama-nama
Allah yang lain disandarkan pada lafdzul jalalah.
Seseorang mengatakan Ar Rahman adalah diantara nama-nama Allah, Ar Rahim
adalah diantara nama-nama Allah, Al ‘Aziz adalah diantara nama-nama Allah. Namun
tidak bisa dia mengatakan bahwa Allah adalah diantara nama-nama Ar Rahman.

Dan lafdzul jalalah berasal dari kata Al Ilaah, artinya adalah Al Ma’bud (yang
disembah). Sehingga makna Allah adalah sesembahan yang berhak disembah.

Ar Rahman adalah nama Allah yang maknanya Maha Penyayang. Nama ini
mengandung sifat Rahmah (kasih sayang). Dan nama-nama Allah adalah nama-nama
yang memiliki makna, sehingga dinamakan dengan Asmaul Husna karena dia
mengandung makna yang paling baik. Berbeda dengan nama makhluk. Terkadang
seseorang memiliki nama yang baik, namun dia memiliki perangai yang buruk.
Namanya Sholeh tetapi dia bukan orang yang sholeh. Namanya Abdullah, tetapi dia
menyekutukan Allah.
Ar Rahim artinya juga Maha Penyayang. Nama ini mengandung sifat Ar Rahmah.
Perbedaan antara Ar Rahman dan Ar Rahim bahwa Ar Rahman mengandung sifat
kasih sayang Allah yang mencakup seluruh makhluk, baik yang beriman maupun yang
tidak beriman. Orang yang kafir di dunia juga mendapatkan sebagian dari rahmat Allah,
seperti nikmat hidup, nikmat waktu, nikmat sehat, nikmat rezeki, dll.
Ar Rahim mengandung sifat kasih sayang Allah yang Allah khususkan bagi orang-orang
yang beriman, seperti hidayah kepada Islam, kenikmatan di dalam alam kubur,
kenikmatan di dalam surga, dll.
Allah berfirman,

‫ان ِب ۡٱلم ُۡؤ ِمن َـ‬


‫ِین َرحِی ࣰما‬ َ ‫َو َك‬
[Surat Al-Ahzab 43]

“Dan Allah Subhānahu wa Ta’āla sangat sayang kepada orang-orang yang beriman.”

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini. Semoga bermanfaat dan sampai
bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.

‫والسالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

Abdullah Roy
Di kota Pandeglang

Materi audio ini disampaikan di dalam grup WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI)
Abdullah Roy.

HSI Silsilah Pembahasan Kitab Nawaqidul Islam


– Halaqah 4 | Penjelasan Pembatal Keislaman
Pertama Bagian 1
June 6, 2021Ummu Syifa

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬


‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وأصحابه ومن وااله‬

Halaqah yang ke empat dari Silsilah Ilmiyyah Pembahasan Kitab Nawaqidul Islam yang
ditulis oleh Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah.

Beliau mengatakan,

‫ِض اِإلسْ اَل ِم َع َش َرة‬ ِ ‫اعْ لَ ْم َأنَّ مِنْ َأعْ َظ ِم َن َواق‬:ً


َّ
‫ون َذل َِك لِ َمن َي َشاء﴾ َو ِم ْن ُه الذ ْب ُح ل َِغي ِْر‬ َ ‫ ﴿ِإنَّ هَّللا َ الَ َي ْغفِ ُر َأن ُي ْش َر‬:‫ َقا َل هَّللا ِ َت َعالَى‬،‫هللا تعالى‬
َ ‫ك ِب ِه َو َي ْغفِ ُر َما ُد‬ ُ ْ‫ ال ِّشر‬:ُ‫اَألوَّ ل‬
ِ ‫ك فِي عِ َبا َد ِة‬
‫ َك َمنْ َي ْذ َب ُح ل ِْل ِجنِّ َأ ْو ل ِْل َقب ِْر‬،‫هللا‬
ِ .

Beliau mengatakan,
“Ketahuilah, sesungguhnya termasuk Nawaqidul Islam atau pembatal-pembatal
keislaman yang paling besar adalah 10 perkara.

1. Menyekutukan di dalam beribadah kepada Allah.


Allah berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik dan
mengampuni dosa yang lain, yang di bawahnya, bagi siapa yang dikehendaki.” Dan
diantaranya adalah menyembelih untuk selain Allah, seperti orang yang menyembelih
untuk jin atau untuk kuburan.

Ucapan beliau ‫ اعْ لَ ْم‬yang artinya adalah ‘pelajarilah’, kalimat ini digunakan oleh orang
Arab untuk memberitahu sesuatu yang penting.

Beliau mengatakan,

ِ ‫َأنَّ مِنْ َأعْ َظ ِم َن َواق‬


‫ِض اِإلسْ اَل ِم َع َش َرة‬

“Sesungguhnya diantara pembatal-pembatal keislaman yang paling besar adalah 10


perkara.”

Ucapan beliau ‫ مِنْ َأعْ َظ ِم‬atau diantara yang paling besar, menunjukkan bahwa di sana
sebenarnya banyak pembatal-pembatal keislaman, akan tetapi yang paling besar dan
yang sering terjadi adalah 10 pembatal keislaman yang akan beliau sebutkan.

1. Syirik di dalam beribadah kepada Allah


Beliau menjadikan syirik sebagai pembatal keislaman yang pertama karena syirik
adalah dosa yang paling besar. Tidak ada dosa yang lebih besar daripada syirik kepada
Allah.
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫َأ‬ ‫َأ ُأ‬


ِ ‫اَل َن ِّبُئ ُك ْم ِب ْك َب ِر ْال َك َب‬
‫اِئر؟‬

“Maukah aku kabarkan kepada kalian dengan dosa-dosa besar yang paling besar?”

Mereka berkata, Iya wahai Rasulullah.


Maka Beliau menyebutkan yang pertama adalah ِ ‫ك ِباهَّلل‬
ُ ‫( اِإْل ْش َرا‬menyekutukan Allah). [HR.
Bukhari dan Muslim]

Di dalam hadits yang lain, beliau ditanya oleh sebagian sahabat,

‫ب َأعْ َظ ُم عِ ْندَ هَّللا ِ؟‬ َّ ُّ‫َأي‬


ِ ‫الذ ْن‬

“Wahai Rasulullah, dosa apa yang paling besar di sisi Allah?”


Beliau mengatakan,

َ ‫َأنْ َتجْ َع َل هَّلِل ِ ِن ًّدا َوه َُو َخلَ َق‬


‫ك‬

“Engkau menjadikan sekutu bagi Allah, padahal Dia-lah yang telah menciptakan
dirimu.” [Hadits shahih diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim].

Orang yang beriman dengan Rububiyyah Allah, beriman bahwasanya Allah yang telah
menciptakan dia dan orang-orang sebelumnya, menciptakan langit dan bumi,
menciptakan seluruh alam semesta, seharusnya hanya menyerahkan ibadahnya
kepada Allah Azza wa Jalla.
Allah berfirman,

َ ُ‫ِین مِن َق ۡبلِ ُكمۡ لَ َعلَّ ُكمۡ َت َّتق‬


(‫ون‬ ۟ ‫ٱع ُب ُد‬
َ ‫وا َر َّب ُك ُم ٱلَّذِی َخلَ َق ُكمۡ َوٱلَّذ‬ ۡ ُ‫) َی ٰـَۤأ ُّی َها ٱل َّناس‬
[Surat Al-Baqarah 21]

“Wahai manusia, sembahlah Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dan
menciptakan orang-orang sebelum kalian supaya kalian bertakwa.”
Dan Allah berfirman,
‫ٱع ُب ُدو ۚ ُه‬
ۡ ‫ذلِ ُك ُم ٱهَّلل ُ َر ُّب ُك ۡۖم اَل ۤ ِإلَ ٰـ َه ِإاَّل ه ۖ َُو َخ ٰـل ُِق ُك ِّل َش ۡی ࣲء َف‬
[Surat Al-An’am 102]

“Itulah Rabb kalian, yang tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Dia.
Dia-lah yang menciptakan segala sesuatu, maka hendaklah kalian hanya menyembah-
Nya.”

Di dalam Al-Qur’an, ketika Allah menyebutkan perkara-perkara yang diharamkan, yang


pertama kali Allah sebutkan ada syirik.
Allah berfirman,

۟ ‫قُ ۡل َت َعالَ ۡو ۟ا َأ ۡت ُل َما َحرَّ َم َر ُّب ُكمۡ َعلَ ۡی ُك ۡۖم َأاَّل ُت ۡشر ُك‬
‫وا ِبهِۦ َش ۡی ࣰٔـ ۖا‬ ِ
[Surat Al-An’am 151]

“Katakanlah (Wahai Muhammad), kemarilah kalian, aku bacakan kepada kalian


perkara-perkara yang diharamkan oleh Rabb kalian, yaitu supaya kalian tidak
menyekutukan Allah sedikit pun.”

Dan Allah Subhānahu wa Ta’āla ketika menyebutkan tentang 10 hak di dalam surat An
Nisa, hak yang pertama yang disebutkan adalah hak Allah sebelum hak yang lain.
Allah berfirman,

ِ ‫ار ۡٱل ُج ُن‬


‫ب‬ ۡ ۡ
ِ ‫ار ذِی ٱلقُ ۡر َب ٰى َوٱل َج‬
ۡ
ِ ‫ِین َوٱل َج‬
ۡ ۡ ۡ ۡ ۟ ‫وا ٱهَّلل َ َواَل ُت ۡشر ُك‬
ِ ‫وا ِبهِۦ َش ۡی ࣰٔـ ۖا َو ِبٱلوالِد َۡی ِن ِإ ۡح َس ٰـ ࣰنا َو ِبذِی ٱلقُ ۡر َب ٰى َوٱل َی َت ٰـ َم ٰى َوٱل َم َس ٰـك‬ ِ
۟ ‫ٱع ُب ُد‬
ۡ ‫َو‬
‫َأ‬
‫یل َو َما َملَ َك ۡت ۡی َم ٰـ ُن ُك ۡۗم‬
ِ ‫ب َو ۡٱب ِن ٱلس َِّب‬ ۢ ۡ
ِ ‫ب ِبٱل َجن‬ِ ‫َوٱلصَّا ِح‬
[Surat An-Nisa’ 36]

“Dan sembahlah Allah, dan janganlah kalian menyekutukan Allah dengan sesuatu
apapun, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, tetangga yang dekat, tetangga yang jauh, teman, ibnu sabil, dan
hamba sahaya yang kalian miliki.”

Oleh karena itu, Syeikh menjadikan pembatal keislaman yang pertama adalah syirik di
dalam beribadah kepada Allah.

Syirik membatalkan keislaman karena syirik bertentangan dengan persaksian seorang


muslim bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah.

Persaksian bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah
konsekuensinya tidak boleh dia serahkan ibadah sekecil apapun kepada selain Allah,
baik jin, pohon, batu, Nabi, malaikat, dll.

Kalau seseorang menyerahkan sebagian ibadah kepada selain Allah, berarti dia telah
membatalkan keislamannya.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini. Semoga bermanfaat dan sampai
bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.

‫والسالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

Abdullah Roy
Di kota Pandeglang

Materi audio ini disampaikan di dalam grup WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI)
Abdullah Roy.
Halaqah 05 – Pengantar Penjelasan Kitab
Nawaqidhul Islam Bagian 5

 HSI AbdullahRoy

 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A

 Silsilah Nawaqidhul Islam


‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه أجمعين‬
Mengetahui An-Nawāqidhul Islām adalah perkara yang sangat penting. Tentunya didalam
memahami Nawāqidhul Islām seseorang harus kembali kepada Al-Qur’an dan juga hadits-hadits nabi
‫ & ﷺ‬kembali kepada pemahaman shahabat radhiallahu anhum & menengok kembali ucapan² para
ulama didalam masalah Nawāqidhul Islām, karena mengatakan sesuatu mengeluarkan seseorang dari
Islām atau tidak ini adalah termasuk hukum syari’

Termasuk hukum syar’i tidak boleh seseorang mengatakan sebuah amalan atau sebuah ucapan atau
sebuah keyakinan “ini adalah kufur – ini adalah syirik – ini adalah infaq” kecuali apabila disana ada
dalil yang jelas didalam Al-Qur’an ataupun didalam hadits, jangan sampai seseorang mengucapkan
sesuatu atas nama Allāh dengan kedustaan, karena ini adalah perbuatan yang besar. Mengucapkan
sesuatu atas nama Allāh padahal tidak pernah dikabarkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla & juga
RasulNya

َ ‫ب ٰهَ َذا َحاَل ٌل َو ٰهَ َذا َح َرا ٌم لِتَ ْفتَرُوا َعلَى هَّللا ِ ْال َك ِذ‬
‫ب ۚ ِإ َّن‬ َ ‫ف َأ ْل ِسنَتُ ُك ُم ْال َك ِذ‬
ُ ‫ص‬ ِ َ‫َواَل تَقُولُوا لِ َما ت‬
َ ‫ب اَل يُ ْفلِح‬
‫ُون‬ َ ‫ُون َعلَى هَّللا ِ ْال َك ِذ‬
َ ‫ين يَ ْفتَر‬َ ‫الَّ ِذ‬
“Janganlah kalian mengatakan dengan ucapan kalian (dengan lisan kalian)

‫ٰهَ َذا َحاَل ٌل َو ٰهَ َذا َح َرام‬


Ini adalah halal, ini adalah haram

َ ‫لِتَ ْفتَرُوا َعلَى هَّللا ِ ْال َك ِذ‬


‫ب‬
dengan tujuan berdusta atas nama Allāh ”

[QS An-Nahl 116]

Janganlah kalian ucapkan ini halal atau ini haram dengan tujuan untuk berdusta atas nama Allāh.
═ Allāh mengatakan halal kemudian kita katakan haram
═ Allāh mengatakan Haram kemudian kita katakan halal

Maka ini termasuk berdusta atas nama Allāh Subhānahu wa Ta’āla

َ ‫ُون َعلَى هَّللا ِ ْال َك ِذ‬


َ ‫ب اَل يُ ْفلِح‬
‫ُون‬ َ ‫ِإ َّن الَّ ِذ‬
َ ‫ين يَ ْفتَر‬
“orang-orang yang berdusta atas nama Allāh maka dia tidak akan beruntung baik di dunia maupun di
akhirat ”
Mengatakan sesuatu ini adalah kufur ini adalah syirik, mengeluarkan seseorang dari Islām maka ini
adalah hukum syari yang dikembalikan kepada Allāh dan juga RasulNya.

Dikembalikan kepada dalil, jangan sampai seseorang mengatakan:


⇒ ini adalah kufur padahal Allāh dan RasulNya tidak mengatakan demikian,
atau sebaliknya
⇒ mengatakan ini tidak kufur padahal Allāh dan RasulNya mengatakan ini adalah kufur.

Karena disana ada dua kelompok yang tersesat didalam masalah ini sebagian mereka berlebih-
lebihan, sehingga mengatakan bahwasanya sesuatu ini adalah kufur padahal Allāh Subhānahu wa
Ta’āla tidak mengatakan kufur.

Seperti orang yang berkeyakinan bahwasanya orang yang melakukan dosa besar maka dia keluar dari
Islām dan ini adalah keyakinan orang-orang Khawarij yang sudah ada sejak zaman shahabat
radhiallahu anhum dan sampai sekarang berkeyakinan bahwasanya orang yang melakukan dosa besar
maka dia keluar dari agama Islām.

Dan disana ada kelompok lain juga berlebih-lebihan kebalikan dari orang-orang khawarij, mereka
meyakini sebuah amalan yang itu adalah jelas² kufur didalam Al-Qur’an maupun hadits akan tetapi
mereka meyakini itu bukan sebuah kekufuran.
Kufur menurut Allāh & RasulNya kemudian menganggap ini bukan kekufuran dan ini juga berlebih-
lebihan dan ini dilakukan orang Murjiah yang mereka menganggap bahwasanya namanya Iman
cukuplah keyakinan didalam hati / ma’rifah mengenal didalam hati itulah yang dinamakan keimanan,

artinya apa?

⇒ Artinya saat seseorang mengucapkan apa saja atau melakukan amalan apa saja yang penting
hatinya mengenal yang penting hatinya meyakini maka ini tidak kufur dari agama Islām, karena
mereka mengatakan yang namanya iman hanya didalam hati dan ini juga berlebih-lebihan oleh
karena itu mereka tidak masalah bagi seseorang mengucapkan apa saja baik itu ucapan yang kufur
maupun yang syirik yang nifaq yang penting hatinya tidak demikian.

Terkadang seseorang bisa kufur dengan ucapan lisannya, Ahlus Sunnah wal Jamaah bukan termasuk
Khawarij & juga bukan termasuk Murjiah, mereka didalam pertengahan dan ini adalah taufiq dan
karunia dan juga petunjuk yang Allāh berikan kepada mereka didalam masalah kufur dan juga syirik
Islām & juga Iman mereka kembali kepada Al-Qur’an dan juga hadits dengan pemahaman para
shahabat radhiallahu anhum, apa yang dihukumi oleh Allāh & RasulNya sebagai bentuk kekufuran
mereka katakan ini adalah kufur & apa yang dikatakan oleh Allāh & RasulNya ini bukan kekufuran
maka mereka tidak mengatakan ini adalah kekufuran.

Dan mereka didalam masalah ini kepada Qoidah-qoidah yang berdasarkan Al-Qur’an juga hadits dan
diantara Qoidah Yang mereka sebutkan
Terkadang seseorang mengucapkan ucapan yang kufur atau melakukan amalan yang kufur (yang
mengeluarkan dia dari Islām akan tetapi tidak dihukumi sebagai orang kafir, apa yang dilakukan
adalah kufur akan tetapi tidak langsung dihukumi bahwasanya orang ini adalah musyrik /orang ini
adalah kafir.
Karena para ulama menyebutkan disana ada syarat²nya, ada syarat² yang harus terpenuhi & disana
ada penghalang² yang harus tidak ada sehingga orang dihukumi sebagai orang yang kafir atau orang
yang musyrik.

‫وصلى هللا على نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين‬


‫والسالم عليكم ورحمة هّللا وبركاته‬
Post navigation
← Previous Post
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه‬
‫أجمعين‬
“`Penjelasan Kitāb Nawāqidhul Islām VI“`
Tidak semua orang yang mengucapkan ucapan kekufuran atau mengatakan amalan yang
kufur kemudian dihukumi sebagai orang yang musyrik atau kafir, karena ada syarat-syarat
diantaranya disebutkan oleh para ulama :

“`Orang yang mengatakan itu adalah orang yang baligh / berakal.“`

Apabila dia belum baligh / anak kecil (misalnya) mengatakan “aku adalah Tuhan” ucapan dia
adalah ucapan kufur & tidak diragukan, ini adalah ucapan kufur tapi karena mengucapkan
seorang anak kecil yang belum baligh maka tidak dihukumi dia sebagai orang yang kafir.

‫رفع القلم عن ثالثة‬


Diantaranya adalah dari anak kecil sampai dia dewasa, pencatat amal diangkat dari tiga
orang diantaranya dari anak kecil sampai dia dewasa

‫و عن الصبي حتى يكبر‬


Demikian pula berakal bila ada seorang muslim yang gila atau tidak waras kemudian dia
mengucapkan ucapan yang kufur maka tidak dianggap dia sebagai orang yang kafir, karena
dia mengucapkan ucapan ini dalam keadaan tidak berakal.
Demikian pula orang yang _mabuk_ misalnya dia mengucapkan ucapan yang
kufur maka dia tidak dianggap sebagai orang yang kafir.
Ucapan dia adalah ucapan yang kufur tetapi dia _tidak dianggap sebagai orang yang kafir.
Ini maksudnya.
Demikian pula diantara syaratnya adalah dia dalam keadaan memiliki kehendak memiliki
pilihan & bukan sedang dipaksa oleh orang lain, terkadang seseorang dipaksa untuk
mengucapkan ucapan yang kufur atau melakukan perbuatan yang kufur “`padahal didalam
hatinya dia mengingkari & tidak mau & beriman kepada Allāh & beriman kepada Rasul &
dia merasa yakin dengan seyakin yakinnya dengan Islām tetapi diancam akan dibunuh
/akan disiksa dipaksa untuk mengucapkan kalimat kufur.
Apabila dia mengucapkan dalam keadaan terpaksa dan dipaksa maka ini tidak
mengeluarkan dia dari Islām.“`
Ucapan dia adalah ucapan yang kufur akan tetapi tidak dihukumi dia sebagai seorang yang
kafir atau musyrik

ْ ‫َم ْن َكفَ َر ِباهَّلل ِ ِم ْن بَ ْع ِد ِإي َمانِ ِه ِإاَّل َم ْن ُأ ْك ِرهَ َوقَ ْلبُهُ ُم‬
“`‫ط َمِئ ٌّن بِاِإْل ي َما ِن َولَ ِك ْن َم ْن َش َر َح‬
‫ص ْدرًا‬َ ‫…بِ ْال ُك ْف ِر‬.
“Barangsiapa yang kufur dengan Allāh setelah keimanan dia

ْ ‫إالَّ َم ْن ُأ ْك ِرهَ َوقَ ْلبُهُ ُم‬


ِ ‫ط َمِئ ٌّن بِاِإْل ي َم‬
‫ان‬

ِ ‫ – ُمطْمَِئنٌّ ِباِإْليم‬dalam
kecuali orang yang dipaksa sedangkan hatinya dalam keadaan – ‫َان‬
keadaan hatinya tenang & beriman” [QS. An-Nahl : 106]“`

Dan ayat ini turun ketika Ammar bin Yasir radhiallahu anhu dipaksa oleh orang-orang
musyrikin untuk mengucapkan kalimat yang kufur, disuruh untuk mencela Rasulullãh ‫& ﷺ‬
saat itu beliau dalam keadaan disiksa sehingga beliau terpaksa mengucapkan ucapan yang
kufur padahal didalam hati beliau, beliau tenang dengan keimanan beliau.

ْ ‫إالَّ َم ْن ُأ ْك ِرهَ َوقَ ْلبُهُ ُم‬


ِ ‫ط َمِئ ٌّن بِاِإْل ي َم‬
‫ان‬
Rasulullãh ‫ ﷺ‬bersabda

َ َ‫ـي َع ْن ُأ َّمتِ ْي ْالـ َخطََأ َوالنِّ ْسي‬


‫ َح َس ٌن َر َواهُ اب ُْن‬.‫ان َو َما ا ْستُ ْك ِرهُ ْوا َعلَ ْي ِه‬ ْ ِ‫او َز ل‬َ ‫ـج‬ َ َ‫ِإ َّن هللاَ ت‬
‫َما َج ْه َو ْالبَ ْيهَقِ ُّي َو َغ ْي ُرهُ َمـا‬
”sesungguhnya Allāh telah memaafkan dari umatku kesalahan & juga lupa & apa yang
mereka dipaksa untuk melakukan “

Terkadang seseorang melakukan perbuatan yang kufur mengucapkan ucapan² yang kufur
akan tetapi dalam keadaan terpaksa.
Ini Adalah diantara Qoidah-qoidah yang disebutkan oleh para ulama. Jadi mereka sangat
berhati-hati sekali didalam masalah ini, tidak mengucapkan ucapan ini tidak meyakini
kecuali dengan berdasarkan dalil yang jelas dari Al-Qur’an & Hadits nabi ‫ﷺ‬.
Dalam suatu hadits Rasulullãh ‫ ﷺ‬bersabda :

`‫ فَقَ ْد بَا َء بِهَا َأ َح ُدهُ َما‬,ُ‫ يَا َكافِر‬: ‫من قال َأِل ِخ ْي ِه‬
“Barangsiapa yang mengatakan kepada saudaranya “hai Kafir”, maka sungguh kekafiran ini
kembali kepada salah satu diantara keduanya ““`

Menunjukkan tentang bahayanya hukum ini, yaitu masalah kekufuran, masalah syirik,
masalah nifaq, seseorang hendaklah _berhati-hati_ didalam masalah ini & menghukumi
dengan jelas bahwasanya bahwasanya” si Fulan adalah kafir /si fulan adalah musyrik ” ini
dilakukan oleh para ulama yang sudah dalam keilmuannya yang terpenuhi didalamnya
syarat-syarat seorang Mufti.
Maka inilah ulama ulama yang *berhak* mengatakan” si fulan adalah kafir, si fulan adalah
Musrik.

‫وصلى هللا على نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين‬


‫والسالم عليكم ورحمة هّللا وبركات‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه أجمعين‬
________________________________________
‫بِــسم هللا الرحمن الرحيم‬
“`”Dengan nama Allāh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang ““` Dan beliau memulai
kitab beliau dengan Basmallah, meniru didalam Al-Qur’an. “`Dimana Allāh Subhānahu wa
Ta’āla memulai Al-Qur’an dengan Basmallah.“` Demikian pula meneladani Rasulullãh ‫ﷺ‬
karena dahulu beliau menulis surat² maka beliau memulai dengan *Basmallah*.
Sebagaimana ketika beliau menulis kepada Raja Romawi, Raja Persia & juga yang lain, dan
didalam Al-Qur’an ketika Nabi Sulaiman ‘alaihi salam mengirim surat kepada Bilqis, beliau
memulai dengan Basmallah

‫ان َوِإنَّهُ بِس ِْم هَّللا ِ الرَّحْ ٰ َم ِن ال َّر ِح ِيم‬


َ ‫ِإنَّهُ ِم ْن ُسلَ ْي َم‬
“kata Ratu Bilqis ini adalah dari Sulaiman dan isinya ‫” ِبــسم هللا الرحمن الرحيم‬
[QS An-Naml 30]“`

Memulai sebuah risalah memulai sebuah kitab dengan Basmallah maka ini meniru apa yang
ada di dalam Al-Qur’an dan juga dilakukan oleh sebagian Nabi demikian pula dilakukan
Rasulullãh ‫ﷺ‬. Makna memulai dengan Basmallah maksudnya adalah memohon
pertolongan kepada Allāh.Karena ‫ ب‬didalam ucapan bismillah ini adalah ‫ ب‬al istianah (yang
maknanya istianah). Istianah artinya memohon pertolongan.

‫بِــسم هللا‬
“`”Dengan menyebut Nama Allāh ““` Maksudnya adalah *aku memohon pertolongan kepada
Allāh, dengan menyebut nama-Nya. Ismullah : dengan nama Allāh. Nama Allāh disini
mencakup semua nama Allāh.* Didalam bahasa Arab apabila kalimat yang mufrad kata yang
mufrad (tunggal) disandarkan maka dia maknanya adalah umum

‫أذكروا نعمة هللا‬


“`”hendaklah kalian mengingat nikmat Allāh ““`Nikmat disini adalah mufrad (tunggal), tapi
maksudnya adalah” sebutlah / ingatlah Nikmat-nikmat Allāh Subhānahu wa Ta’āla”
Demikian pula dalam kalimat Basmallah

‫بِــسم هللا‬
“`”Dengan menyebut nama Allāh”“` _Ini Adalah nama-nama Allāh Subhānahu wa Ta’āla,
dimana Allāh Subhānahu wa Ta’āla memiliki Asmaul husna,

…‫ۖ َوهَّلِل ِ اَأْل ْس َما ُء ْال ُح ْسنَ ٰى فَا ْد ُعوهُ بِهَا‬


[Surat Al-A’raf 180]
“Dan Allāh memiliki Asmaul husna hendaklah kalian berdoa dengan-Nya ““`

Orang yang mengatakan bismillah, berarti dia telah ber-Isti’anah, dengan menyebut seluruh
nama Allāh Subhānahu wa Ta’āla, baik yang dia maupun yg tidak dia ketahui.

Allāh adalah lafdzul dzalallah, dan dia adalah nama Allāh yang paling A’dzom yang paling
besar, nama-nama yang lain dsandarkan kepada nama Allāh.
Seseorang mengatakan Ar-Rohman (‫ )الرحمن‬adalah diantara nama Allāh, Ar-Rohim adalah
diantara nama Allāh, Al-Azis adalah diantara nama Allāh, tetapi tidak mengatakan, Allāh
adalah diantara nama Ar-Rohman .

Kenapa demikian?

Karena lafdzul Dzalallah yaitu Allāh adalah nama Allāh yang paling besar.
Disandarkan nama-nama yang lain kepada lafdzul Dzalallah yaitu kepada lafadz Allāh
Subhānahu wa Ta’āla._ Makna dari Allāh / lafdzul Dzalallah di ambil dari kata Al-uluhah yang
artinya adalah ibadah, Al-illah artinya adalah Al-Ma’bud (yang disembah), oleh karena itu
makna atau nama Allāh, ini mengandung makna bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla
dialah satu²nya yang disembah
Allāh berasal dari kata Al-Illah & Al-Illah artinya adalah Al-Ma’bud : yang disembah. Ana
Rohman ( ‫ ) الرحمن‬juga termasuk nama Allāh dan maknanya adalah yang maha penyayang
diambil dari kata Rohmah. Dan nama Allāh Ar-Rohman mengandung sifat Ar-Rohmah yaitu
mengandung sifat kasih sayang. Nama Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah nama yang
memiliki makna. Oleh karena itu dinamakan dengan Asmaul husna yang baik karena dia
mengandung makna yang paling baik berbeda dengan nama makhluk terkadang seseorang
memiliki nama yang baik akan tetapi belum tentu orang yang memiliki nama tersebut
adalah orang yang baik. Terkadang seorang pencuri namanya Muhammad, terkadang
seorang penjahat namanya Abdullāh. Karena nama yang dimiliki manusia belum tentu dia
memiliki sifat didalam nama tersebut.

Adapun Allāh maka nama-nama Allāh mengandung sifat-sifat, Ar-Rohman dia adalah Maha
Penyayang mengandung makna mengandung sifat Rohmah, Ar-Rohim ( ‫ ) الرحيم‬juga
demikian, berasal dari Rohmah dan mengandung makna Rohmah yaitu kasih sayang.
Perbedaan antara Ar-Rohman dengan Ar-Rohim disebutkan oleh para ulama bahwasanya
Ar-Rohman adalah kasih sayang Allāh yang mencakup seluruh makhluk / kasih sayang Allāh
mencakup seluruh makhluk yang beriman maupun yg tidak beriman, orang yang kafir pun
didunia mendapatkan sebagian dari rahmat Allāh, diberikan rezeki, diberikan kenikmatan
dan ini semua adalah termasuk Rahmat dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Adapun Ar-Rohim maka ini adalah kasih sayang Allāh yang Allāh khususkan bagi orang-
orang yang beriman, berupa hidayah, berupa ketenangan hidup didunia, berupa
kenikmatan dialam kubur, kenikmatan di surga. Ini adalah rahmat Allāh yang Allāh
khususkan bagi orang-orang yang beriman.Ini adalah perbedaan antara Ar-Rohman dengan
Ar-Rohim.

Oleh karena itu Allāh berfirman:

َ ِ‫ان بِ ْال ُمْؤ ِمن‬


… ۚ ‫ين َر ِحي ًما‬ َ ‫َو َك‬
[QS Al-Ahzab 43]
“dan Dia (Allāh Subhānahu wa Ta’āla) sangat sayang kepada orang-orang yang beriman ““`

Ar-Rohim adalah kasih sayang Allāh yang khusus Allāh berikan kepada orang yang beriman

‫وصلى هللا على نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين‬

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬


‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه أجمعين‬
________________________________________
‫بِــسم هللا الرحمن الرحيم‬
“`”Dengan nama Allāh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang ““` Dan beliau memulai
kitab beliau dengan Basmallah, meniru didalam Al-Qur’an. “`Dimana Allāh Subhānahu wa
Ta’āla memulai Al-Qur’an dengan Basmallah.“` Demikian pula meneladani Rasulullãh ‫ﷺ‬
karena dahulu beliau menulis surat² maka beliau memulai dengan *Basmallah*.
Sebagaimana ketika beliau menulis kepada Raja Romawi, Raja Persia & juga yang lain, dan
didalam Al-Qur’an ketika Nabi Sulaiman ‘alaihi salam mengirim surat kepada Bilqis, beliau
memulai dengan Basmallah

‫ان َوِإنَّهُ بِس ِْم هَّللا ِ الرَّحْ ٰ َم ِن ال َّر ِح ِيم‬


َ ‫ِإنَّهُ ِم ْن ُسلَ ْي َم‬
“kata Ratu Bilqis ini adalah dari Sulaiman dan isinya ‫” ِبــسم هللا الرحمن الرحيم‬
[QS An-Naml 30]“`

Memulai sebuah risalah memulai sebuah kitab dengan Basmallah maka ini meniru apa yang
ada di dalam Al-Qur’an dan juga dilakukan oleh sebagian Nabi demikian pula dilakukan
Rasulullãh ‫ﷺ‬. Makna memulai dengan Basmallah maksudnya adalah memohon
pertolongan kepada Allāh.Karena ‫ ب‬didalam ucapan bismillah ini adalah ‫ ب‬al istianah (yang
maknanya istianah). Istianah artinya memohon pertolongan.

‫بِــسم هللا‬
“`”Dengan menyebut Nama Allāh ““` Maksudnya adalah *aku memohon pertolongan kepada
Allāh, dengan menyebut nama-Nya. Ismullah : dengan nama Allāh. Nama Allāh disini
mencakup semua nama Allāh.* Didalam bahasa Arab apabila kalimat yang mufrad kata yang
mufrad (tunggal) disandarkan maka dia maknanya adalah umum

‫أذكروا نعمة هللا‬


“`”hendaklah kalian mengingat nikmat Allāh ““`Nikmat disini adalah mufrad (tunggal), tapi
maksudnya adalah” sebutlah / ingatlah Nikmat-nikmat Allāh Subhānahu wa Ta’āla”
Demikian pula dalam kalimat Basmallah

‫بِــسم هللا‬
“`”Dengan menyebut nama Allāh”“` _Ini Adalah nama-nama Allāh Subhānahu wa Ta’āla,
dimana Allāh Subhānahu wa Ta’āla memiliki Asmaul husna,

…‫ۖ َوهَّلِل ِ اَأْل ْس َما ُء ْال ُح ْسنَ ٰى فَا ْد ُعوهُ بِهَا‬


[Surat Al-A’raf 180]
“Dan Allāh memiliki Asmaul husna hendaklah kalian berdoa dengan-Nya ““`

Orang yang mengatakan bismillah, berarti dia telah ber-Isti’anah, dengan menyebut seluruh
nama Allāh Subhānahu wa Ta’āla, baik yang dia maupun yg tidak dia ketahui.

Allāh adalah lafdzul dzalallah, dan dia adalah nama Allāh yang paling A’dzom yang paling
besar, nama-nama yang lain dsandarkan kepada nama Allāh.
Seseorang mengatakan Ar-Rohman (‫ )الرحمن‬adalah diantara nama Allāh, Ar-Rohim adalah
diantara nama Allāh, Al-Azis adalah diantara nama Allāh, tetapi tidak mengatakan, Allāh
adalah diantara nama Ar-Rohman .

Kenapa demikian?

Karena lafdzul Dzalallah yaitu Allāh adalah nama Allāh yang paling besar.
Disandarkan nama-nama yang lain kepada lafdzul Dzalallah yaitu kepada lafadz Allāh
Subhānahu wa Ta’āla._ Makna dari Allāh / lafdzul Dzalallah di ambil dari kata Al-uluhah yang
artinya adalah ibadah, Al-illah artinya adalah Al-Ma’bud (yang disembah), oleh karena itu
makna atau nama Allāh, ini mengandung makna bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla
dialah satu²nya yang disembah
Allāh berasal dari kata Al-Illah & Al-Illah artinya adalah Al-Ma’bud : yang disembah. Ana
Rohman ( ‫ ) الرحمن‬juga termasuk nama Allāh dan maknanya adalah yang maha penyayang
diambil dari kata Rohmah. Dan nama Allāh Ar-Rohman mengandung sifat Ar-Rohmah yaitu
mengandung sifat kasih sayang. Nama Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah nama yang
memiliki makna. Oleh karena itu dinamakan dengan Asmaul husna yang baik karena dia
mengandung makna yang paling baik berbeda dengan nama makhluk terkadang seseorang
memiliki nama yang baik akan tetapi belum tentu orang yang memiliki nama tersebut
adalah orang yang baik. Terkadang seorang pencuri namanya Muhammad, terkadang
seorang penjahat namanya Abdullāh. Karena nama yang dimiliki manusia belum tentu dia
memiliki sifat didalam nama tersebut.

Adapun Allāh maka nama-nama Allāh mengandung sifat-sifat, Ar-Rohman dia adalah Maha
Penyayang mengandung makna mengandung sifat Rohmah, Ar-Rohim ( ‫ ) الرحيم‬juga
demikian, berasal dari Rohmah dan mengandung makna Rohmah yaitu kasih sayang.
Perbedaan antara Ar-Rohman dengan Ar-Rohim disebutkan oleh para ulama bahwasanya
Ar-Rohman adalah kasih sayang Allāh yang mencakup seluruh makhluk / kasih sayang Allāh
mencakup seluruh makhluk yang beriman maupun yg tidak beriman, orang yang kafir pun
didunia mendapatkan sebagian dari rahmat Allāh, diberikan rezeki, diberikan kenikmatan
dan ini semua adalah termasuk Rahmat dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Adapun Ar-Rohim maka ini adalah kasih sayang Allāh yang Allāh khususkan bagi orang-
orang yang beriman, berupa hidayah, berupa ketenangan hidup didunia, berupa
kenikmatan dialam kubur, kenikmatan di surga. Ini adalah rahmat Allāh yang Allāh
khususkan bagi orang-orang yang beriman.Ini adalah perbedaan antara Ar-Rohman dengan
Ar-Rohim.

Oleh karena itu Allāh berfirman:

َ ِ‫ان بِ ْال ُمْؤ ِمن‬


… ۚ ‫ين َر ِحي ًما‬ َ ‫َو َك‬
[QS Al-Ahzab 43]
“dan Dia (Allāh Subhānahu wa Ta’āla) sangat sayang kepada orang-orang yang beriman ““`

Ar-Rohim adalah kasih sayang Allāh yang khusus Allāh berikan kepada orang yang beriman

‫وصلى هللا على نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين‬


‫والسالم عليكم ورحمة هّللا وبركات‬

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬


‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه أجمعين‬
________________________________________
‫بِــسم هللا الرحمن الرحيم‬
‫أن من أعظم نواقض اإلسالم عشرة‬ ّ ‫آعلم‬:
Beliau mengatakan :
“ketahuilah sesungguhnya termasuk Nawāqidhul Islām (pembatal-pembatal keIslaman)
yang paling besar ada 10.“

’ilam ‫ آعلم‬artinya adalah ketahuilah. Dan kalimat ini digunakan oleh orang arab untuk
memberi tahu bahwasanya apa yang akan dia katakan adalah sesuatu yang penting. Dia
mengatakan kepada orang yang diajak bicara ‫ آعلم‬ketahuilah, supaya orang yang
mendengar yang diajak bicara memperhatikan & dia sadar bahwasanya dia akan
mendengar sesuatu yang sangat penting, sehingga dia mengatakan ‫ آعلم‬ketahuilah, karena
Allāh menggunakan kalimat ini didalam Al-Qur’an_, diantaranya adalah :

Firman Allāh

َ ِ‫…فَا ْعلَ ْم َأنَّهُ اَل ِإ ٰلَهَ ِإاَّل هَّللا ُ َوا ْستَ ْغفِرْ لِ َذ ْنب‬
‫ك‬
[QS Muhammad 19]
“ketahuilah bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allāh“

Digunakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla didalam Al-Qur’an menggunakan kalimat ‫َفاعْ لَ ْم‬
untuk menunjukkan setelahnya adalah perkara yang besar yang hendaknya kita seksama
didalam mendengarkan perkara yang besar tersebut.

ّ
‫أن *من أعظم* نواقض اإلسالم‬
Diantara pembatal-pembatal keIslaman yang besar ‫ عشرة‬ada sepuluh.
Ucapan beliau ‫ من أعظم‬diantara yang paling besar menunjukkan bahwasanya disana
sebenarnya banyak pembatal-pembatal keIslaman, akan tetapi yang paling besar / yang
paling penting / yang sering terjadi adalah sepuluh perkara sepuluh pembatal yang akan
beliau disebutkan, dan sebenarnya pembatal-pembatal keIslaman banyak bukan hanya
terbatas pada apa yang akan beliau sebutkan. Bahkan disana ada sebagian ulama yang
menghitung sampai 400 pembatal, tapi disini beliau rahimahullah menyebutkan 10 dan ini
adalah yang paling besar /yang paling penting. ① Al-awalu yang pertama kata beliau

‫ الشرك في عبادة هللا تعالى‬:*‫االول‬


”Syirik didalam beribadah kepada Allāh Ta’āla“

`‫ ؛ والدليل قوله تعالى‬:

َ ِ‫ون ٰ َذل‬
‫ك لِ َم ْن يَ َشا ُء‬ َ ‫ۚ ِإ َّن هَّللا َ اَل يَ ْغفِ ُر َأ ْن يُ ْش َر‬
َ ‫ك بِ ِه َويَ ْغفِ ُر َما ُد‬
[QS An-Nisa’ 48]

‫ أو القبر‬،‫ الذبح لغير هللا؛ كمن يذبح للجن‬: ‫ومـنه‬


Dalilnya Adalah firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla:

“sesungguhnya Allāh tidak mengampuni dosa syirik & masih mengampuni dosa yang lain
bagi siapa yang dikehendaki “

Diantara contoh nya


‫ أو القبر‬،‫ الذبح لغير هللا؛ كمن يذبح للجن‬: ‫ومـنه‬
Adalah menyembelih untuk selain Allāh, seperti orang yang menyembelih untuk jin atau
untuk kuburan.
Ini adalah pembatal keIslaman yang pertama beliau sebutkan secara ringkas dengan
menyebutkan salah satu diantara dalilnya ‫ األول‬yang pertama adalah syirik didalam
beribadah kepada Allāh. Kenapa beliau disini menyebutkan syirik pada nomor yang
pertama?
Karena syirik adalah Dosa yang paling besar.
Tidak ada dosa yang Allāh dimaksiati dengannya yang lebih besar daripada syirik kepada
Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Rasulullãh ‫ ﷺ‬bersabda :

‫ُأنَبُِّئ ُك ْم ِبَأ ْكبَ ِر ْال َكبَاِئ ِر ؟‬


“maukah aku kabarkan kepada kalian ِ‫* َأ ْكب َِر ا ْل َكبَاِئ ِر‬dosa² besar yang paling besar”Lebih besar
dari berzina, lebih besar dari membunuh. Seandainya seseorang berzina 1000 kali &
membunuh 1000 kali, maka dosa syirik ini lebih besar dari pada dosa tersebut. Akbarul
kabair ‫ َأ ْكب َِر ا ْل َكبَاِئ ِر‬kata Rasulullãh ‫ ﷺ‬ini adalah Dosa yang paling besar tidak ada dosa yang
lebih besar daripada syirik.* Kemudian beliau mengatakan

ُ ‫اِإل ْش َرا‬
ِ‫ك بِاهلل‬
Diantaranya yang pertama yang paling besar adalah ”menyekutukan Allāh Subhānahu wa
Ta’āla”

Di dalam hadits yang lain beliau ditanya oleh sebagian shahabat

‫ب َأ ْعظَ ُم ِع ْن َد هللاِ ؟‬ َّ ُّ‫َأي‬: ‫يا رسول هللا‬


ِ ‫الذ ْن‬
“Ya Rasulullãh, Dosa apa yang paling besar disisi Allāh?”
Dosa yang paling besar disisi Allāh, apakah dosa tersebut? Beliau bertanya kepada
Rasulullãh ‫ﷺ‬, maka Rasulullãh ‫ ﷺ‬mengatakan :

‫َأ ْن تَجْ َع َل هّلِل ِ نِ ًّدا َوهُ َو َخلَقَك‬


“Engkau menjadikan sekutu bagi Allāh & engkau tau bahwasanya Dia-lah yang telah
menciptakan dirimu ”

َ َ‫َأ ْن تَجْ َع َل هّلِل ِ نِ ًّدا َوهُ َو َخلَق‬.


‫ك‬
” engkau menjadikan sekutu bagi Allāh didalam beribadah kepada-Nya, menyerahkan
ibadah kepada Allāh dan juga menyerahkan sebagian ibadah kepada selain Allāh
Subhānahu wa Ta’āla ”

‫وهو خلقك‬
” Dan engkau tau bahwasanya Dia (Allāh) Dia-lah yang telah menciptakan dirimu “

Seharusnya orang yang *sadar dan beriman* dengan Rububiah Allāh & beriman
bahwasanya _Allāh yang mencipta, mencipta dia dan orang-orang sebelumnya,
menciptakan langit & menciptakan bumi & menciptakan seluruh alam semesta & tidak ada
yang melakukan itu semua kecuali Allāh,_ *seharusnya* orang yang demikian hanya
menyerahkan ibadah nya kepada *Allāh Subhānahu wa Ta’āla.* Ini adalah tuntutan
keimanan dia, tuntutan keimanan dia *_bahwasanya Allāh satu – satunya yang mencipta._*
Hendaklah dia hanya menyembah kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla

ُ ِ‫ۚ ٰ َذلِ ُك ُم هَّللا ُ َربُّ ُك ْم ۖ اَل ِإ ٰلَهَ ِإاَّل هُ َو ۖ َخال‬..


ُ‫ق ُكلِّ َش ْي ٍء فَا ْعبُ ُدوه‬
[Surat Al-An’am 102]
”itulah Rabb kalian yang tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Dia, ‫خَ ا ِلقُ ُك ِ ّل‬
َ Dia lah yang menciptakan segala sesuatu – ‫ – َفاعْ بُدُو ُه‬maka hendaklah kalian
ْ‫شي‬
menyembahNya “

َ ‫يَا َأيُّهَا النَّاسُ ا ْعبُ ُدوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذي َخلَقَ ُك ْم َوالَّ ِذ‬
َ ُ‫ين ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّق‬
‫ون‬
[QS Al-Baqarah 21] ” wahai manusia sembahlah Rabb kalian – ‫ – اعْ بُدُوا رَ بَّ ُكم‬sembahlah Rabb
kalian,_
_Siapa Rabb kalian?

َ ُ‫ين ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّق‬


‫ون‬ َ ‫الَّ ِذي َخلَقَ ُك ْم َوالَّ ِذ‬
”Rabb kalian yang berhak untuk disembah adalah yang menciptakan kalian & menciptakan
orang-orang sebelum kalian supaya kalian bertakwa “Inilah Dzat yang berhak untuk
disembah, yang mencipta, adapun yang tidak mencipta, seekor lalat pun dia tidak bisa
mencipta maka bagaimana dia berhak untuk disembah.

َ َ‫َأ ْن تَجْ َع َل هّلِل ِ نِ ًّدا َوهُ َو َخلَق‬


‫ك‬
Dosa yang paling besar adalah engkau menyekutukan atau menjadikan sekutu bagi Allāh,
sedangkan engkau tahu bahwasanya Allāh yang telah menciptakan kamu.Oleh karena itu
disini beliau menyebutkan pada nomor yang pertama.

‫وصلى هللا على نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين‬


‫والسالم عليكم ورحمة هّللا وبركات‬

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬


‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه أجمعين‬
Didalam Al-Quran Allah Subhanahu wa Ta’ala, ketika menyebutkan perkara² yg diharamkan
pertama kali yang Allāh sebutkan adalah masalah Syirik kepada Allāh Subhānahu wa Ta’ala

‫ۖ قُلْ تَ َعالَ ْوا َأ ْت ُل َما َح َّر َم َربُّ ُك ْم َعلَ ْي ُك ْم ۖ َأاَّل تُ ْش ِر ُكوا بِ ِه َش ْيًئا‬
[QS Al-An’am 151]
”Katakanlah wahai Muhammad -wahai orang-orang musyrikin kemarilah kalian aku bacakan
kepada kalian perkara yang diharamkan Rabb kalian yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Karena orang-orang musyrikin mereka sangat berdusta atas nama Allah subhanahu wa
Ta’ala . Mengharamkan sesuatu yang dihalalkan.
Maka Allah berkata kepada Nabi-Nya

”Katakanlah wahai Muhammad” -wahai orang-orang musyrikin kemarilah kalian aku


bacakan kepada kalian perkara2 yang diharamkan Rabb kalian yaitu Allah Subhanahu wa
Ta’ala”

‫َأاَّل تُ ْش ِر ُكوا بِ ِه َش ْيًئا‬


Supaya kalian tidak menyekutukan Allah sedikitpun.
Disebutkan disini yang pertama kali yaitu masalah Syirik
Dan Allah Subhānahu wa Ta’ala ketika menyebutkan tentang hak-hak yang 10 didalam surat
An-Nisa, Hak yang pertam yang Allah sebutkan adalah hak untuk Allah Subhānahu wa
Ta’ala, sebelum hak yang lain

‫َوا ْعبُ ُدوا هَّللا َ َوال تُ ْش ِر ُكوا بِ ِه َش ْيًئا َوبِ ْال َوالِ َدي ِْن ِإحْ َسانًا َوبِ ِذي ْالقُرْ بَى َو ْاليَتَا َمى َو ْال َم َسا ِكي ِن‬
‫ت‬ْ ‫يل َو َما َملَ َك‬ ِ ‫ب بِ ْال َج ْن‬
ِ ِ‫ب َوا ْب ِن ال َّسب‬ ‫َّاح ِـ‬
ِ ‫ب َوالص‬ ِ ُ‫ار ْال ُجن‬
ِ ‫ار ِذي ْالقُرْ بَى َو ْال َج‬ ِ ‫َو ْال َج‬
‫…َأ ْي َمانُ ُك ْم‬
[QS An-Nisa 36]
Disebutkan didalam ayat ini 10 hak, “`hak untuk Allah , hak untuk keluarga, hak untuk orang
miskin, anak yatim, seorang yg musafir, seorang tetangga. Yang pertama kali adalah untuk
Allah Subhanahu wa Ta’ala.“`

‫َوا ْعبُ ُدوا هَّللا َ َوال تُ ْش ِر ُكوا بِ ِه َش ْيًئا‬


”Hendaklah kalian menyembah kepada Allah”

‫َوال تُ ْش ِر ُكوا بِ ِه َش ْيًئا‬


”Dan janganlah kalian menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun”.
Sehingga tidak heran disini, mualif/pengarang menjadikan yang nomor satu adalah

‫الشرك في عبادة هللا تعالى‬


Pembatal keIslaman yang pertama adalah syirik didalam beribadah kepada Allah.
“`Kenapa bisa menjadi pembatal?“`
Karena Orang yang mengucapkan:

ُ ‫ال ْشهَ ُدوا َأ ْن اَل ِإلَهَ ِإاَّل هَّللا‬


”Asyhadu an Lā ilāha illallāh”

Maknanya dia telah bersaksi dan berikrar dan bersumpah dan mengatakan kepada orang
lain bahwasanya ”Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah”

ُ ‫اَل ِإلَهَ ِإاَّل هَّللا‬


َ‫اَل ِإلَه‬
Berarti dia telah menafikan/mengingkari ada sesembahan yang berhak disembah kecuali
Allah
Ketika dia mengucapkan

ُ ‫ِإاَّل هَّللا‬
Kecuali Allah berarti dia telah menetapkan bahwasanya Allah sebagai satu-satunya
sesembahan.
“`Orang yang mengatakan“`

ُ ‫ال ْشهَ ُدوا َأ ْن اَل ِإلَهَ ِإاَّل هَّللا‬


”Aku bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak disembah dan berhak
diibadahi kecuali Allah”

Berarti konsekwensinya tidak boleh dia serahkan sebagian ibadah sekecil apapun kepada
selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Siapapun dia kalau itu selain Allah berarti tidak halal kita serahkan ibadah kepadanya.
Selain Allah mencangkup diantaranya :

“`Jin / pohon / batu atau bahkan nabi sekalipun, dia adalah selain Allah, demikian pula
Malaikat dia adalah selain Allah , selain Allah adalah makhluk dan Al-Kholik hanyalah Allah
Subhanahu wa Ta’ala.“`

Seorang yang mengatakan

ُ ‫ال ْشهَ ُدوا َأ ْن اَل ِإلَهَ ِإاَّل هَّللا‬


“`Janji dari dia, ikrar dari dia bahwasanya ibadah sekecil apapun tidak akan dia serahkan
kepada selain Allah.“`

Pantang seorang Muslim yang sudah mengatakan

ْ ُ ‫اَل ِإلَهَ ِإاَّل هَّللا‬


Menyerahkan sebagian ibadah kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Jika seseorang menyerahkan sebagian ibadah kepada selain Allah, baik dengan ucapan lisan
atau dengan perbuatan atau dengan hatinya , karena ini yang namanya ibadah maka akan
kita sebutkan kadang berupa lisan kadang berupa hati kadang berupa perbuatan.
Apabila ibadah tersebut diserahkan kepada selain Allah berarti dia telah membatalkan
ucapannya

ُ ‫اَل ِإلَهَ ِإاَّل هَّللا‬


‫الشرك في عبادة هللا تعالى‬
Menyekutukan didalam beribadah kepada Allah.
Yang dimaksud dengan Iibadah disebutkan oleh para ulama adalah
‫ من األقوال واألعمال الباطنة والظاهرة‬،‫اسم جامع لكل ما يحبه هللا ويرضاه‬،
Apa yang dimaksud ibadah : yang tidak boleh kita serahkan kepada selain Allah, para ulama
telah menerangkan yang dimaksud dengan ibadah adalah:
Seluruh perkara yang dicintai dan yang diridhoi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, baik
berupa ucapan maupun perbuatan yang dhohir maupun yang batin.

Hendaklah seorang muslim memahami perkara ini jangan sampai dia tidak mengetahui apa
makna ibadah apa perkara yang harus diserahkan kepada Allah yang berupa ibadah dan
apa yang tidak boleh diserahkan kepada selain Allah. Orang yang tidak mengetahui makna
ibadah dikhawatirkan dia akan menyerahkan sebagian ibadah kepada selain Allah, segala
sesuatu yang dicintai yang diridhoi oleh Allah itulah yang dinamakan ibadah.

Dari mana kita tahu bahwa itu sesuatu ucapan atau perbuatan dicintai dan diridhoi oleh
Allah, tidak ada jalan lain kecuali dari kabar yang Allah kabarkan didalam Al-quran atau
melewati lisan Rasulullãh ‫ﷺ‬, , sebagai utusan. Itulah sumber dimana kita bisa mengetahui
sesuatu itu ibadah atau tidak, sesuatu itu dicintai oleh Allah.

Kita akan mengetahui disana ibadah berupa ucapan maupun perbuatan yang dicintai dan
diridhai oleh Allāh Subhānahu wa Ta’ala.
Terkadang Allāh Subhānahu wa Ta’ala menyebutkan didalam Al-Quran, Allāh mencintai
golongan fulan

‫وهللا يحب الصابرين‬


”Allāh mencintai orang-orang yang bersabar”

Allāh mengabarkan bahwasanya disini Allāh mencintai orang-orang yang bersabar.


Menunjukkan bahwasanya sabar adalah ibadah, kenapa demikian?
Karena Allāh mengabarkan Allāh mencintai orang-orang yang bersabar.

‫إن هللا يحب المحسنين‬


”sesungguhnya Allāh mencintai orang-orang yang berbuat baik”
Menunjukkan bahwasanya ikhsan / berbuat baik kepada orang lain adalah ibadah, karena
dia dicintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta’ala.

Dan Allāh mengabarkan bahwasanya Allāh mencintai orang-orang yang bertaubat kepada-
Nya, menunjukkan bahwasanya Taubat adalah termasuk ibadah.
Dan terkadang Allah mencintai sebuah amalan ataupun ucapan, dari mana kita tahu? Karena
diperintahkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’ala.

Allāh Subhānahu wa Ta’ala mengatakan :

َّ ‫َوَأقِي ُموا ال‬


َ‫صاَل ةَ َوَآتُوا ال َّز َكاة‬

”dan hendaklah kalian mendirikan shalat, membayar zakat “

Disini Allāh tidak mengatakan, Allāh mencintai orang-orang yang shalat, tetapi Allāh
mengatakan :
َّ ‫َوَأقِي ُموا ال‬
َ‫صاَل ة‬

” dan hendaklah kalian mendirikan shalat “

Dari mana kita tahu bahwasanya shalat adalah ibadah?


Karena Allāh memerintahkan dan Allāh tidak memerintahkan dengan sesuatu kecuali
sesuatu tersebut dicintai dan diridhai oleh Allāh Subhānahu wa Ta’ala. Berarti kita tahu
bahwasanya shalat adalah ibadah karena ibadah diperintahkan oleh Allāh dan segala
sesuatu yang diperintahkan oleh Allāh berarti itu adalah dicintai oleh Allāh & diridhai, dan
kalau dicintai & diridhai berarti dia adalah ibadah.
Dan terkadang kita mengetahui ketika Allāh Subhānahu wa Ta’ala memuji sebagian orang,
sebagaimana ketika Allāh memuji orang yang menunaikan nazarnya

َ ُ‫ون بِالنَّ ْذ ِر َويَ َخاف‬


َ ‫ون يَ ْو ًما َك‬
‫ان َشرُّ هُ ُم ْستَ ِطيرًا‬ َ ُ‫يُوف‬
[QS Al-Insan 7]

‫ون بِالنَّ ْذر‬


َ ُ‫يُوف‬
”Allāh memuji orang-orang yang menyempurnakan Nazarnya”

Ketika dia bernazar mewajibkan atas dirinya sesuatu yang sebenarnya tidak wajib, bernazar
dengan ke-Ta’atan, kemudian dia menyempurnakan nazarnya maka ini dipuji oleh Allāh
Subhānahu wa Ta’ala, adapun orang yang tidak menunaikan nazarnya maka ini adalah
tercela. Allah Subhānahu wa Ta’ala memuji, menunjukkan bahwasanya Allāh mencintai
perbuatan tersebut

‫اسم جامع لكل ما يحبه هللا ويرضاه‬،


Segala perkara yang dicintai dan diridhai oleh Allāh Subhānahu wa Ta’ala

‫من األقوال واألعمال‬


“`Baik berupa ucapan maupun perbuatan Dzikir kepada Allāh, membaca Al-quran,
mengucapkan tasbih, tahmid, tahlil, shalawat ini semua adalah ibadah yang berupa ucapan
dicintai dan diridhai oleh Allāh Subhānahu wa Ta’ala.

Berupa amalan seperti melakukan shalat, atau amalan harta dia melakukan zakat,
bershodaqoh maka ini adalah berupa amalan“`

‫الظاهرة والباطنة‬
”Yang dhohir maupun yang batin”

Yang dhohir artinya kelihatan oleh orang lain, adapun yang batin apa yang ada di dalam
hati manusia, rasa tawakal kepada Allāh, rasa cinta kepada Allāh, rasa takut kepada Allāh, Al-
inabah kepada Allāh Subhānahu wa Ta’ala. Ini adalah amalan-amalan hati dan semuanya
masuk didalam kategori ibadah.
Semua ibadah tersebut harus diserahkan hanya kepada Allāh tidak boleh sedikitpun / secuil
pun diserahkan kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta’ala. Barang siapa yang menyerahkan
sebagian ibadah dari ibadah² tadi kepada selain Allāh maka dia telah masuk didalam

‫الشرك في عبادة هللا‬


Menyekutukan didalam beribadah kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta’ala & ini adalah
pembatal ke-Islam-an yang paling besar.

‫وصلى هللا على نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين‬


‫والسالم عليكم ورحمة هّللا وبرك‬

Halaqah 10 – Penjelasan Kaidah Yang Pertama


Bagian 3

 HSI AbdullahRoy

 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A

 Silsilah Nawaqidhul Islam


‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه أجمعين‬
Syirik menyekutukan Allāh Subhānahu wa Ta’ala pembatal ke-Islaman yang paling besar.

“`Dalilnya adalah firman Allāh Subhānahu wa Ta’ala:“`

َ َ‫ِإنَّ اللَّ َه اَل ي َْغفِرُ َأنْ ي ُْشرَ كَ ِب ِه وَ ي َْغفِرُ مَا دُونَ َذ ِلكَ ِلمَنْ ي‬
,ُ‫شاء‬

Allāh sebutkan ayat ini dengan lafadz yang sama dengan dua tempat didalam surat An-Nisa

َ َ‫ِإنَّ اللَّ َه اَل ي َْغفِرُ َأنْ ي ُْشرَ كَ ِب ِه وَ ي َْغفِرُ مَا دُونَ َذ ِلكَ ِلمَنْ ي‬
,‫شاء‬

[QS An-Nisa:48]
”Sesungguhnya Allāh tidak akan mengampuni dosa syirik “

Allāh mengatakan:

‫اَل يَ ْغ ِف ُر‬

”Allāh tidak akan mengampuni dosa syirik”

Padahal Allāh Subhānahu wa Ta’ala adalah Al-Ghofur – Yang Maha Pengampun, Al-Ghofar,
Al-Ghofir, tapi ketika Allāh Subhānahu wa Ta’ala dimaksiati dengan As-Syirk – dengan
menyekutukan Allāh Subhānahu wa Ta’ala maka Allāh tidak akan mengampuni dosa
tersebut

,‫ِإنَّ اللَّ َه اَل ي َْغفِرُ َأنْ ي ُْشرَ كَ ِب ِه‬

“sesungguhnya Allāh Subhānahu wa Ta’ala tidak akan mengampuni dosa syirik”

Orang yang melakukan dosa syirik dan dia bertemu dengan Allāh Subhānahu wa Ta’ala
dalam keadaan membawa dosa syirik maka dia akan diadzab dan tidak ada ampunan bagi
orang yang melakukan dosa syirik.

Yang dimaksud dengan bahwasanya Allāh tidak mengampuni dosa syirik ini adalah “`apabila
seseorang bertemu dengan Allāh Subhānahu wa Ta’ala pada hari kiamat, mati dalam
keadaan membawa dosa syirik ini dan dia tidak bertaubat kepada Allāh Subhānahu wa
Ta’ala.“`

Apabila dia bertemu pada hari kiamat dengan Allāh Subhānahu wa Ta’ala dengan membawa
dosa syirik ini dan dia tidak bertaubat ketika masih hidup maka inilah dosa yang tidak akan
diampuni oleh Allāh Subhānahu wa Ta’ala.

Adapun orang yang dimasa hidupnya meskipun dia melakukan dosa syirik yang besar yang
membatalkan ke-Islaman apabila dia bertaubat sebelum dia meninggal dunia maka Allāh
akan dosanya.

Yang dimaksud dengan

,‫ِإنَّ اللَّ َه اَل ي َْغفِرُ َأنْ ي ُْشرَ كَ ِب ِه‬

Adalah apabila seseorang meninggal dunia bertemu kepada Allāh Subhānahu wa Ta’ala
(bertemu dengan Allāh) dalam keadaan membawa dosa Syirik besar ini.
Dan yang menjelaskan ini disebutkan didalam hadits,
Rasulullãh mengatakan

‫من مات وهو يدعو من دون هللا ندا دخل النار‬

”Barangsiapa yang mati dalam keadaan dia menyekutukan Allāh Subhānahu wa Ta’ala

‫دخل النار‬

”maka ia masuk kedalam Neraka”

“`Beliau mengatakan:“`

‫من مات وهو يدعو من دون هللا ندا‬

”seorang yang yang meninggal dunia dalam keadaan dia berdoa kepada selain Allāh, dalam
keadaan ia menyekutukan Allāh Subhānahu wa Ta’ala “
Inilah orang yang masuk kedalam Neraka dan dialah yang tidak akan diampuni oleh Allāh
Subhānahu wa Ta’ala.

Dalam hadits yang lain beliau mengatakan

‫ش ْيًئا دَخَ َل ا ْل َجنَّ َة‬ َ ‫ مَنْ َل ِق‬،


َ ‫ي اللَّ َه ي ُْش ِركُ ِب ِه‬

”barangsiapa yang bertemu dengan Allāh”

‫ش ْيًئا‬
َ ‫ش ِركُ ِب ِه‬
ْ ُ‫ي‬

”dalam keadaan dia menyekutukan Allāh”

‫دَخَ َل ا ْل َجنَّ َة‬

”maka dia masuk kedalam Neraka”

Menunjukkan bahwasanya maksud firman Allāh Subhānahu wa Ta’ala:

,‫ِإنَّ اللَّ َه اَل ي َْغفِرُ َأنْ ي ُْشرَ كَ ِب ِه‬

Adalah apabila seseorang meninggal dunia dalam keadaan tidak bertaubat dari kesyirikan
tersebut bertemu dengan Allāh dihari Kiamat dalam keadaan membawa dosa Syirik.

Inilah yang dimaksud dengan tidak diampuni. Adapun orang yang sebelum dia meninggal
dunia bertaubat kepada Allāh dengan Taubat yang nashuha sebesar apapun dosanya akan
diampuni oleh Allāh Subhānahu wa Ta’ala, semuanya, baik berupa Syirik, berupa Kufur,
berupa Nifaq kalau dia bertaubat sebelum waktunya / sebelum dia meninggal dunia maka
akan diampuni oleh Allāh Subhānahu wa Ta’ala.

{‫ي الَّ ِذينَ َأسْرَ ُفوا عَ لَى َأنف ُِس ِه ْم اَل تَ ْقنَطُوا ِمن رَّ ْح َم ِة اللَّ ِه ِإنَّ اللَّ َه َي ْغ ِف ُر‬ َ ‫ُقلْ يَا ِعبَا ِد‬
‫}ال ُّذنُوبَ َج ِميعًا ِإنَّ ُه ُهوَ ا ْل َغ ُفورُ الرَّ ِحي ُم‬

[QS Az Zumar :53]


“`”Katakanlah wahai hamba²-Ku“`

‫الَّ ِذينَ َأسْرَ ُفوا عَ لَى َأنف ُِس ِه ْم‬

“`”yang telah berlebih-lebihan terhadap dirinya sendiri”

Yaitu melakukan kemaksiatan.“`

‫اَل تَ ْقنَطُوا ِمن رَّ ْح َم ِة اللَّ ِه‬

“`”Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allāh Subhānahu wa Ta’ala ““`
Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allāh. Allāh Subhānahu wa Ta’ala melarang
hamba-Nya berputus asa dari rahmat-Nya

‫ِإنَّ اللَّ َه ي َْغفِرُ ال ُّذنُوبَ َج ِميعًا‬

” sesungguhnya Allāh mengampuni seluruh dosa”

Allāh mengatakan – ‫ – جميعا‬semuanya tidak ada yang dikecualikan oleh Allāh Subhānahu wa
Ta’ala. Maksudnya adalah dosa yang dilakukan & seseorang yang melakukannya bertaubat
sebelum ia meninggal dunia.

‫ِإنَّ اللَّ َه ي َْغفِرُ ال ُّذنُوبَ َج ِميعًا‬

Selama dia bertaubat sebelum dia meninggal dunia maka Allāh Subhānahu wa Ta’ala
mengampuni dosanya, meskipun berupa kesyirikan kepada Allāh Subhānahu wa Ta’ala.

‫ِإنَّ ُه ُهوَ ا ْل َغ ُفورُ الرَّ ِحيم‬

”sesungguhnya Allāh Dia-lah Yang Maha Pengampun & juga Maha Penyayang”

Maksud dari

‫ِإنَّ اللَّه ال يغفر انيكسرت به‬

Maksudnya adalah apabila seseorang bertemu dengan Allāh Subhānahu wa Ta’ala dalam
keadaan membawa dosa Syirik.

‫وصلى هللا على نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين‬

HSI Silsilah Pembahasan Kitab Nawaqidul Islam


– Halaqah 16 | Penjelasan Pembatal Keislaman
Ke Enam Bagian 2
June 22, 2021Ummu Syifa

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬


‫الســـــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــالم عليكم ورحمـــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وأصحابه ومن وااله‬
Halaqah yang ke enam belas dari Silsilah Ilmiyyah Pembahasan Kitab Nawaqidul Islam
yang ditulis oleh Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah.
Dalil bahwasanya orang yang mengejek agama Allah dan apa yang berkaitan
dengannya menjadi kafir adalah firman Allah,
ْ ‫قُلْ َأبِاهللِ َوآيَاتِ ِه َو َرسُولِ ِه ُكنتُ ْم تَ ْستَه ِْزُؤ ونَ الَ تَ ْعتَ ِذر‬
‫ُوا قَ ْد َكفَرْ تُم بَ ْع َد ِإي َمانِ ُك ْم‬
“Katakanlah wahai Muhammad, apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya,
kalian mengejek-ejek? Janganlah kalian minta udzur. Sungguh kalian telah kufur
setelah keimanan kalian.” [At Taubah 65-66]
Pada tahun ke-9 ketika Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat dalam
perjalanan dalam rangka perang Tabuk, ada seseorang berkata di dalam sebuah
majelis yang dihadiri oleh yang lain,
‫ َوال َأجْ بَنَ ِع ْن َد اللِّقَا ِء‬، ً‫ب َأ ْل ِسنَة‬ َ ‫ َوال َأ ْك َذ‬، ‫َب بُطُونًا‬ َ ‫ْت ِم ْث َل قُرَّاِئنَا هَُؤال ِء ال َأرْ غ‬ ُ ‫َما َرَأي‬
“Aku tidak melihat orang-orang yang lebih besar perutnya (lebih banyak makannya),
lebih dusta ucapannya, dan lebih pengecut ketika berperang, daripada mereka.”
Dan dia memaksudkan mengejek Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam dan juga para
sahabatnya.
Auf bin Malik radhiyallāhu ‘anhu salah seorang sahabat Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa
sallam ketika mendengar ucapan ini, beliau mengingkari, seraya berkata,
‫ق ُأَلخبِ َر َّن َرسُو َل هللاِ صلى هللا عليه وسلم‬ ٌ ِ‫ك ُمنَاف‬ َ َّ‫ َولَ ِكن‬، َ‫َك َذبت‬
“Engkau telah berdusta. Akan tetapi engkau adalah seorang munafik, sungguh aku
akan mengabarkan kepada Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam.”
Kemudian beliau segera pergi menuju kepada Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam
dan ternyata wahyu telah mendahului.
Allah telah mengabarkan kepada Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam tentang
ucapan laki-laki tersebut.
Maka orang munafik tadi datang dan meminta maaf, meminta udzur kepada Beliau
shallallāhu ‘alaihi wa sallam.
Allah berkata,
ُ‫َولَ ِٕىن َســـــــــــــــــــــــــــــــــَأ ۡلتَهُمۡ لَیَقُـــــــــــــــــــــــــــــــــولُ َّن ِإنَّ َمـــــــــــــــــــــــــــــــــا ُكنَّا نَ ُخـــــــــــــــــــــــــــــــــوضُ َون َۡل َع ۚب‬
[Surat At-Tawbah 65]
“Dan kalau engkau bertanya kepada mereka, mereka berkata, sesungguhnya kami
hanya berbincang dan bermain-main saja.”
Maka Allah menyuruh Nabi-Nya untuk menjawab,
ْ ‫قُلْ َأبِاهللِ َوآيَاتِ ِه َو َرسُولِ ِه ُكنتُ ْم تَ ْستَه ِْزُؤ ونَ الَ تَ ْعتَ ِذر‬
‫ُوا قَ ْد َكفَرْ تُم بَ ْع َد ِإي َمانِ ُك ْم‬
“Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya, dan juga Rasul-Nya, kalian mengejek?
Janganlah kalian minta udzur. Sungguh kalian telah kufur setelah keimanan kalian.”
Beliau shallallāhu ‘alaihi wa sallam mengulang-ulang ucapan tersebut dan tidak
menambahnya.
“Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya, kalian mengejek? Janganlah
kalian minta udzur. Sungguh kalian telah kufur setelah keimanan kalian.”
Ini menunjukkan kepada kita tentang bahayanya mengejek-ejek segala sesuatu yang
berkaitan dengan agama Allah.
Firman Allah, ‫قَـــــــــــــــــــــــ ْد َكفَـــــــــــــــــــــــرْ تُم بَعْ َد ِإي َمـــــــــــــــــــــــانِ ُك ْم‬
“Sungguh kalian telah kufur setelah keimanan kalian.” menunjukkan bahwa mengejek
Allah, ayat-ayat-Nya, serta Rasul-Nya, adalah kekufuran.
Allah mengatakan, ‫( َكفَــــــــــــــــــــرْ تُم‬kalian telah kufur).
Padahal saat itu yang mengucapkan ucapan ejekan hanyalah satu orang. Yang
demikian karena orang-orang yang mendengar saat itu ridho terhadap ejekan tersebut,
meskipun mereka tidak mengucapkan.
Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman,
۟ ‫ُوا م َعهُمۡ َحتَّ ٰى یَ ُخوض‬ ۟ ِ ‫َوقَ ۡد نَ َّز َل َعلَ ۡی ُكمۡ فِی ۡٱل ِكتَ ٰـ‬
(‫ث غ َۡی ِرۦۤ ِه ِإنَّ ُكمۡ ِإ ࣰذا‬
ٍ ‫ُوا فِی َح ِدی‬ َ ‫ت ٱهَّلل ِ ی ُۡكفَ ُر بِهَا َوی ُۡست َۡه َزُأ بِهَا فَاَل ت َۡق ُعد‬
ِ ‫ب َأ ۡن ِإ َذا َس ِم ۡعتُمۡ َءایَ ٰـ‬
‫) ِّم ۡثلُهُمۡۗ ِإ َّن ٱهَّلل َ َجــــــــــــــــــــــــــــــــــــــ ا ِم ُع ٱل ُمنَ ٰـــــــــــــــــــــــــــــــــــــــفِقِینَ َوٱل َك ٰـــــــــــــــــــــــــــــــــــــــفِ ِرینَ فِی َجهَنَّ َم َج ِمیعًا‬
ۡ ۡ
[Surat An-Nisa’ 140]
“Dan sungguh telah Allah turunkan kepada kalian di dalam Al Qur’an, apabila kalian
mendengar ayat-ayat Allah dikufuri dan diejek, maka janganlah kalian duduk bersama
mereka sampai mereka berbicara tentang pembicaraan lain. Sesungguhnya kalau
kalian demikian, maka kalian semisal dengan mereka. Sesungguhnya Allah
mengumpulkan orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam,
semuanya.”
Apabila mendengar di sana ada ayat Allah dihina atau Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa
sallam dihina, atau para sahabat dihina, maka janganlah kalian duduk bersama mereka,
sampai mereka merubah tema pembicaraan mereka.
Apabila kalian duduk bersama mereka, santai bersama mereka, tidak tergerak hati
kalian ketika mendengar Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya dihina, niscaya kalian
semisal dengan mereka.
Dan perlu diketahui bahwa mengejek terkadang dengan lisan, terkadang dengan
tulisan, bahkan bisa dengan isyarat, seperti isyarat mata atau tangan.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini. Semoga bermanfaat dan sampai
bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
‫والسالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
Abdullah Roy
Di kota Jakarta

HSI Silsilah Pembahasan Kitab Nawaqidul Islam


– Halaqah 17 | Penjelasan Pembatal Keislaman
Ke Tujuh Bagian 1
June 22, 2021Ummu Syifa

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬


‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وأصحابه ومن وااله‬

Halaqah yang ke tujuh belas dari Silsilah Ilmiyyah Pembahasan Kitab Nawaqidul Islam
yang ditulis oleh Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah.

Beliau berkata,

‫السَّابِ ُع‬:
‫ض َي بِ ِه َكفَ َر‬ ِ ‫طفُ فَ َم ْن فَ َعلَهُ َأوْ َر‬ ْ ‫السِّحْ ُر َو ِم ْنهُ الصَّرْ فُ َوال َع‬
ْ‫َوال َّدلِي ُل قَوْ لُهُ تَ َعالَى َو َما يُ َعلِّ َما ِن ِم ْن َأ َح ٍد َحتَّى يَقُوالَ ِإنَّ َما نَحْ نُ فِ ْتنَةٌ فَالَ تَ ْكفُر‬

“Yang ke tujuh adalah sihir. Dan diantara macamnya, Ash Shorfu dan Al ‘Athfu.
Barangsiapa yang mengerjakannya atau ridho dengan sihir, maka dia telah kufur,
keluar dari Islam. Dalilnya adalah firman Allah yang artinya ‘Dan tidaklah keduanya
mengajarkan sihir kepada seseorang sampai keduanya berkata sesungguhnya kami
adalah ujian, maka janganlah engkau kufur.’ [Al Baqarah 102]”

‫ السِّحْ ُر‬di dalam Bahasa Arab adalah segala hal yang samar sebabnya.
‫ الس ََّح ُر‬artinya di akhir malam. Dinamakan demikian karena waktu tersebut adalah waktu
yang samar.

Sihir yang dilarang ada dua jenis:

1. Sihir hakiki
Yaitu sihir yang benar-benar, maksudnya sihir yang memudhoroti orang lain, membuat
sakit, membunuh, sihir yang menjadikan kecintaan menjadi sebuah kebencian, dan
sebaliknya.
2. Sihir takhyili, yaitu sihir yang hanya sekedar hayalan, menjadikan penglihatan orang
lain melihat sesuatu yang tidak sebenarnya, seperti yang terjadi di zaman Nabi Musa
‘alaihissalam ketika Fir’aun mengumpulkan tukang sihir-tukang sihir di Mesir untuk
melawan Nabi Musa ‘alaihissalam. Mereka menggunakan sihir takhyili, menyihir mata-
mata manusia sehingga melihat tali-tali yang mereka lempar seakan-akan itu adalah
ular.
Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman,

( ‫ٱست َۡرهَبُوهُمۡ َو َج ۤا ُءو بِ ِس ۡح ٍر‬ ۟ ۟ ۡ ۤ ۖ۟ ۡ ۡ ۡ ۤ ۡ ۤ ۤ ۟


ِ َّ‫قَالُوا یَ ٰـ ُمو َس ٰى ِإ َّما َأن تُلقِ َی َوِإ َّما َأن نَّ ُكونَ ن َۡحنُ ٱل ُملقِینَ ۝ قَا َل َألقُوا فَلَ َّما َألقَ ۡوا َس َحر ُۤوا َأ ۡعیُنَ ٱلن‬
ۡ ‫اس َو‬
‫َظی ࣲم‬
ِ ‫)ع‬
[Surat Al-A’raf 115 – 116]

“Mereka berkata, wahai Musa silakan engkau yang melempar tongkatmu dahulu atau
kami yang melempar? Beliau berkata, silakan kalian melempar tali-tali kalian. Ketika
mereka melempar tali-tali tersebut, mereka menyihir mata-mata manusia dan manusia
menjadi takut, yaitu ketika mereka melihat dengan mata mereka, bahwa tali-tali tersebut
seakan-akan berubah menjadi ular. Dan mereka pun datang dengan sihir yang besar.”

Ini berbeda dengan mukjizat Nabi Musa ‘alaihissalam dimana Allah benar-benar
menjadikan tongkat Nabi Musa, ular yang hidup yang bergerak yang memakan tali-tali
yang dilempar.

Kedua jenis sihir ini diharamkan di dalam agama Islam dan sihir memiliki macam-
macam yang banyak, diantaranya kata beliau adalah As Shorfu dan Al ‘Athfu.

Ash Shorfu artinya adalah memalingkan. Maksudnya memalingkan rasa cinta menjadi
rasa benci. Misalnya seorang suami yang mencintai istrinya berubah menjadi kebencian
dengan sebab sihir ini.

Al ‘Athfu artinya adalah cinta. Sihir ini menjadikan seseorang yang awalnya membenci
akhirnya menjadi mencintai.

Beliau mengatakan,

ِ ‫فَ َم ْن فَ َعلَهُ َأوْ َر‬


‫ض َي بِ ِه َكفَ َر‬

“Barangsiapa yang mengamalkan sihir ini atau ridho dengan sihir ini, maka dia telah
kufur.”

Jika seseorang bekerjasama dengan syaithan untuk menyihir orang lain atau dia ridho
dengan sihir tersebut meskipun dia tidak melakukannya, maka dia telah kufur. Karena
ridho dengan sihir adalah ridho dengan kekufuran. Dalil yang menunjukkan bahwa sihir
adalah kufur dan bisa mengeluarkan seseorang dari Islam adalah firman Allah,

ْ‫َو َما يُ َعلِّ َما ِن ِم ْن َأ َح ٍد َحتَّى يَقُوالَ ِإنَّ َما نَحْ نُ فِ ْتنَةٌ فَالَ تَ ْكفُر‬

“Dan tidaklah keduanya (Harut dan Marut) mengajarkan kepada orang lain sihir, sampai
keduanya berkata sesungguhnya kami adalah fitnah, maka janganlah engkau kufur.” [Al
Baqarah 102]

Dan maksud janganlah engkau kufur yaitu janganlah engkau mempelajari sihir.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini. Semoga bermanfaat dan sampai
bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.

‫والسالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬


Abdullah Roy
Di kota Pandeglang

Anda mungkin juga menyukai