Halaqah yang pertama dari Silsilah Ilmiyyah Pembahasan Kitab Nawaqidul Islam yang ditulis
oleh Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah.
Insya Allah kita akan mempelajari bersama kitab Nawaqidul Islam yang ditulis oleh Syeikh
Muhammad bin Abdul Wahab.
Penulis kitab ini adalah Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahab bin Sulaiman At Tamimi
yang lahir pada tahun 1115 H di Uyainah, sebuah daerah di Jazirah Arab.
Beliau lahir di tengah-tengah keluarga yang sangat memperhatikan ilmu agama. Beliau memulai
menghafal Al Qur’an sejak kecil, sehingga beliau pun menyelesaikan hafalannya sebelum
berumur 10 tahun. Kemudian mulailah beliau menuntut berbagai cabang ilmu agama, seperti
tafsir, fiqih, akidah, dan lain-lain.
Diantara guru pertama beliau adalah Syeikh Abdul Wahab bin Sulaiman, bapak beliau sendiri.
Kemudian setelah itu, beliau rahimahullah melakukan perjalanan dalam menuntut ilmu, pergi ke
kota Mekkah, Madinah, Baghdad, dan kota lainnya.
Ketika beliau pergi ke kota Madinah, beliau mengambil ilmu dari Syeikh Muhammad Hayah bin
Ibrahim As Sindi. Dan hampir beliau melakukan perjalanan ke Syam. Tetapi karena suatu sebab,
beliau tidak bisa pergi ke sana.
Beliau menghabiskan waktunya untuk mempelajari ilmu agama dan mengajarkannya kepada
orang lain.
Selain kitab Nawaqidul Islam ini, beliau juga memiliki kitab-kitab yang lain yang sangat
bermanfaat bagi kaum muslimin, diantaranya:
• Kitabut Tauhid
• Kasyfu Syubuhat
• Al Ushulu Sittah
• Al Ushulu Tsalatsah
• Mukhtashar Zadil Ma’ad
• Dan kitab-kitab yang lain
Syeikh meninggal dunia pada tahun 1206 H di usia sekitar 91 tahun, setelah menghabiskan
waktu dan hidupnya dengan mempelajari ilmu agama, mengajar, dan berdakwah.
Kitab Nawaqidul Islam yang akan kita pelajari adalah kitab yang sangat ringkas, hanya terdiri
dari beberapa halaman saja. Meskipun demikian, kitab ini mengandung perkara-perkara yang
penting, yang seharusnya diketahui oleh seorang muslim.
Nawaqid artinya adalah pembatal-pembatal. Jamak dari Naqidun yang artinya pembatal atau
perusak.
“Janganlah kalian seperti seorang wanita yang merusak (mencerai beraikan) pintalannya, setelah
dia kuat.”
Kata ض ۡت
َ َ نَقartinya merusak atau mencerai beraikan.
“Yaitu orang-orang yang merusak/membatalkan perjanjian mereka dengan Allah setelah mereka
berjanji kepada Allah.”
Ayat ini menceritakan tentang sifat orang yang merusak perjanjian mereka kepada Allah. Mereka
berjanji kepada Allah dengan sebuah janji, kemudian membatalkannya dan merusaknya.
Di dalam kitab fiqih ada istilah Nawaqidul Wudhu (perusak-perusak wudhu). Artinya amalan-
amalan atau perkara-perkara yang membatalkan wudhu seseorang.
Adapun Islam di sini, maka maksudnya adalah Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad
Shallallāhu ‘alaihi wa sallam, yang memiliki lima rukun.
Dan Islam, secara bahasa adalah mashdar dari kata ( اَسلَ َم – يُسلِ ُمaslama – yuslimu) artinya di dalam
Bahasa Arab adalah menyerahkan.
Agama Islam dinamakan sebagai agama penyerahan, karena orang yang masuk dalam agama
Islam berarti dia telah siap dan bersedia menyerahkan ibadahnya hanya kepada Allah, siap untuk
taat kepada Allah, dan berlepas diri dari kesyirikan dan pelakunya.
Seorang Nasrani yang dahulunya dia menyembah Allah, Nabi Isa, dan Maryam, maka ketika dia
masuk Islam, dia harus menyerahkan ibadahnya hanya kepada Allah dan meninggalkan
peribadatan kepada Nabi Isa dan Maryam.
Seseorang ketika masuk ke dalam agama Islam dengan dua kalimat syahadat, maka dengannya
dia dianggap sebagai seorang muslim, dijaga darahnya, kehormatannya, sebagaimana sabda Nabi
Shallallāhu ‘alaihi wa sallam,
َ فَِإ َذا فَ َعلُوا َذلِك،َ َويُْؤ تُوا ال َّز َكاة،َصالَة َ َّت َأ ْن ُأقَاتِ َل الن
َّ َويُقِي ُموا ال،ِ اس َحتَّى يَ ْشهَدُوا َأ ْن الَ ِإلَهَ ِإالَّ هَّللا ُ و َأ َّن ُم َح َّمدًا َرسُو ُل هَّللا ُ ُْأ ِمر
َو ِح َسابُهُ ْم َعلَى هللا،ق اِإل ْسالَ ِم ِّ ص ُموا ِمنِّي ِد َما َءهُ ْم َوَأ ْم َوالَهُ ْم ِإالَّ بِ َح
َ َع
“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka mengatakan dan bersyahadat
laailaha illallaah dan bersyahadat Muhammad Rasulullah, kemudian mendirikan sholat,
membayar zakat. Maka apabila mereka melakukan itu semua, sungguh mereka telah menjaga
dariku darah mereka dan harta mereka, kecuali dengan hak Islam. Dan hisab mereka adalah
atasAllah.” (Muttafaqun ‘Alaih)
Keislaman tersebut bisa batal apabila melakukan satu diantara Nawaqidul Islam. Dan pembatal-
pembatal keislaman ada yang berupa ucapan, keyakinan di dalam hati, dan perbuatan anggota
badan.
Pembatal berupa ucapan, seperti orang yang mencela Allah dan Rasul-Nya, berdo’a kepada
selain Allah, dan lain-lain, yang nanti akan datang penjelasannya, Insya Allah.
Diantara dalil yang menunjukkan bahwa di sana ada ucapan yang bisa menjadikan seseorang
kufur adalah firman Allah,
۟ وا َكلِمةَ ۡٱل ُك ۡفر َو َكفَر
ُۡوا بَ ۡع َد ِإ ۡسلَ ٰـ ِم ِهم ۟ َُولَقَ ۡد قَال
ِ َ
[Surat At-Tawbah 74]
“Dan sungguh mereka (yaitu orang-orang munafik) telah mengucapkan ucapan yang kufur. Dan
mereka telah kufur setelah keislaman mereka.”
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini. Semoga bermanfaat dan sampai bertemu
kembali pada halaqah selanjutnya.
Abdullah Roy
Di kota Pandeglang
Materi audio ini disampaikan di dalam grup WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy.
Related
Halaqah yang ke dua dari Silsilah Ilmiyyah Pembahasan Kitab Nawaqidul Islam yang
ditulis oleh Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah.
Hal ini dilakukan oleh para sahabat Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhu. Mereka mengetahui
kebenaran dan juga berusaha untuk mengetahui kesalahan. Mempelajari Al Haq dan
juga mempelajari jenis-jenis kebathilan. Mengetahui kebenaran tersebut supaya bisa
diamalkan dan mengetahui kebathilan (kesalahan) supaya bisa terhindar.
ُ َع َر ْف
ت ال ّشرَّ ال لِل ّشرِّ َلكِنْ لِ َت َو ّقي ِه
الناس يقعْ في ِه ِ َ َّيعرفُ ال ّشر
من ِ َف َمن ال
“Aku mengetahui kejelekan bukan untuk mengamalkan kejelekan tersebut, akan tetapi
supaya terhindar dari kejelekan tersebut. Dan barangsiapa diantara manusia yang tidak
mengetahui suatu kejelekan, maka dikhawatirkan dia akan terjerumus ke dalam
kejelekan tersebut.”
Salah satu penyebab utama seseorang terjatuh di dalam Nawaqidul Islam adalah
karena tidak tahu, tidak belajar, dan tidak berusaha mempelajarinya.
والجهل داء قاتل وشفاؤه أمران في التركيب متفقان نص من القرآن أو من سنة وطبيب ذاك العالم الرباني
“Kebodohan adalah penyakit yang mematikan dan obatnya adalah dua hal yang
digabung menjadi satu, yaitu nash dari Al Qur’an atau dari As Sunnah dan dokternya
ada seorang ‘alim robbani.”
Oleh karena itu para ulama di dalam kitab-kitab mereka (kitab akidah atau kitab fiqih)
menyebutkan tentang bab Ar Riddah (kemurtadan). Yang dibahas adalah perkara-
perkara yang bisa menjadikan seseorang murtad (keluar dari agama Islam).
Para ulama membuat bab ini tujuannya adalah supaya kita tahu pembatal-pembatal
keislaman dan supaya kita waspada, jangan sampai kita dan orang-orang yang kita
cintai, serta kaum muslimin terjatuh ke dalam apa yang dinamakan dengan Nawaqidul
Islam. Yang apabila dia meninggal dalam keadaan demikian, maka batal seluruh
amalannya dan dia kekal di dalam neraka bersama orang-orang yang kafir.
Allah mengatakan,
ِ ۖ ص َح ٰـبُ ٱل َّن
َ ار هُمۡ فِی َها َخ ٰـلِ ُد
ون َ ك َح ِب َط ۡت َأ ۡع َم ٰـلُهُمۡ فِی ٱلد ُّۡن َیا َو ۡٱلـَٔاخ َِر ۖ ِة َوُأ ۟ولَ ٰۤـ ِٕى
ۡ ك َأ َ َو َمن َی ۡر َتد ِۡد مِن ُكمۡ َعن دِی ِنهِۦ َف َیم ُۡت َوه َُو َكافِ ࣱر َفُأ۟ولَ ٰۤـ ِٕى
[Surat Al-Baqarah 217]
“Dan barangsiapa diantara kalian yang murtad dari agamanya, kemudian dia meninggal
dunia dan dia dalam keadaan kafir, maka merekalah orang-orang yang batal
amalannya di dunia maupun di akhirat, dan merekalah penduduk neraka, mereka kekal
di dalamnya.”
Tidak boleh seseorang menghukumi sebuah amalan atau sebuah ucapan atau sebuah
keyakinan, bahwa ini adalah kekufuran, mengeluarkan pelakunya dari Islam, kecuali di
sana ada dalil yang jelas di dalam Al Qur’an atau di dalam hadits. Jangan sampai
seseorang berdusta atas nama Allah.
Allah berkata,
“Janganlah kalian mengatakan dengan lisan-lisan kalian, ini adalah halal, ini adalah
haram, untuk berdusta atas nama Allah. Orang-orang yang berdusta atas nama Allah,
maka dia tidak akan beruntung.”
Jangan sampai seseorang mengatakan, ini adalah kufur, padahal Allah dan Rasul-Nya
tidak mengatakan demikian. Atau sebaliknya, mengatakan ini tidak kufur padahal Allah
dan Rasul-Nya menghukumi itu sebagai sebuah kekufuran.
Ahlussunnah wal Jama’ah bukan termasuk Khawarij dan juga bukan termasuk Murji’ah.
Mereka berada di pertengahan. Mereka kembali kepada Al Qur’an dan Hadits dengan
pemahaman para sahabat radhiyallahu ‘anhum. Apa yang dihukumi oleh Allah dan
Rasul-Nya sebagai bentuk kekufuran, maka mereka katakan ini adalah kufur. Dan apa
yang dikatakan oleh Allah dan Rasul-Nya ini bukan kekufuran, maka mereka tidak
mengatakan ini adalah kekufuran.
Dan mereka di dalam masalah ini berpegang dengan kaidah-kaidah yang berdasarkan
Al Qur’an dan Hadits. Dan Insya Allah akan kita bahas sebagian kaidah-kaidah tersebut
di dalam pertemuan selanjutnya.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini. Semoga bermanfaat dan sampai
bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
Materi audio ini disampaikan di dalam grup WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI)
Abdullah Roy.
Halaqah yang ke tiga dari Silsilah Ilmiyyah Pembahasan Kitab Nawaqidul Islam yang
ditulis oleh Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah.
Diantara kaidah yang disebutkan oleh ulama Ahlussunnah wal Jama’ah di dalam
masalah pembatal keislaman adalah:
• Terkadang seseorang mengucapkan ucapan yang kufur atau melakukan amalan yang
kufur akan tetapi tidak dihukumi sebagai orang yang kafir, karena di sana ada syarat-
syarat yang harus dipenuhi ketika seseorang dihukumi sebagai orang yang kafir.
Diantaranya:
1. Baligh
Apabila dia belum baligh, anak kecil misalnya, dia mengatakan Aku adalah Tuhan.
Ucapan dia ini adalah ucapan yang kufur dan tidak diragukan dia adalah ucapan yang
kufur. Tapi karena yang mengucapkan adalah seorang anak kecil yang belum baligh,
maka tidak dihukumi anak kecil tersebut sebagai orang yang keluar dari agama Islam.
وعن مجنون حتى يفيق، وعن نائم حتى يستيقظ، عن صبي حتى يبلغ: رفع القلم عن ثالثة
“Diangkat pena dari tiga golongan: dari anak kecil sampai dia baligh, dan dari orang
yang tidur sampai dia bangun, dan dari orang yang gila sampai dia sadar.” [HR. At
Tirmidzi]
2. Berakal
Apabila ada seorang muslim yang tidak berakal mengucapkan ucapan yang kufur,
maka tidak dianggap kafir, karena dia mengucapkan ucapan tersebut dalam keadaan
dia tidak berakal.
Orang yang mabuk misalnya, dia mengucapkan ucapan yang kufur, maka tidak
dianggap sebagai orang yang kafir.
( ۡض ࣱب م َِّن ٱهَّلل ِ َولَهُم َ َمن َك َف َر ِبٱهَّلل ِ م ِۢن َب ۡع ِـد ِإی َم ٰـ ِن ِهۦۤ ِإاَّل َم ۡن ُأ ۡك ِر َه َو َق ۡل ُبهُۥ م ُۡط َم ِٕى ۢنُّ ِبٱِإۡلی َم ٰـ ِن َولَ ٰـكِن مَّن َش َر َح ِب ۡٱل ُك ۡف ِر
َ ص ۡد ࣰرا َف َعلَ ۡی ِهمۡ َغ
) َع َذابٌ َعظِ ی ࣱم
[Surat An-Nahl 106]
“Barangsiapa yang kufur kepada Allah setelah keimanan dia, kecuali orang yang
dipaksa, sedangkan hatinya dalam keadaan tenang dengan keimanan. Akan tetapi
orang yang lapang dengan kekufuran, maka merekalah orang-orang yang
mendapatkan kemarahan dari Allah dan merekalah orang-orang yang mendapatkan
adzab yang besar.”
Ayat ini turun ketika Ammar bin Yasir radhiyallahu Ta’ala ‘anhu dipaksa oleh orang-
orang musyrikin untuk mengucapkan kalimat kufur, disuruh untuk mencela Rasulullah
shallallāhu ‘alaihi wa sallam dan saat itu beliau dalam keadaan disiksa, sehingga beliau
pun terpaksa mengucapkan kalimat kufur padahal di dalam hati, beliau tenang dengan
keimanan.
َ هللا َت َج َاو َز لِي َعنْ ُأ َّمتِي ْال َخ َطَأ َوال ِّنسْ َي
ان َو َما اسْ ُت ْك ِره ُْوا َعلَ ْي ِه َ َِّإن
“Sesungguhnya Allah telah memaafkan untukku dari ummatku, kesalahan, lupa, dan
apa yang mereka dipaksa untuk melakukannya.” [HR. Ibnu Majah]
Dari sini kita mengetahui kehati-hatian ahlussunnah di dalam masalah Nawaqidul Islam
dan di dalam masalah pengkafiran. Apalagi di dalam sebuah hadits, Rasulullah
shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang berkata kepada saudaranya, Wahai orang yang kafir, maka
sungguh kekafiran ini kembali kepada salah satu diantara keduanya.” [HR. Bukhari dan
Muslim]
Beliau memulai kitab ini dengan Basmalah, meniru Allah di dalam Al-Qur’an, karena
ayat yang pertama di dalam mushaf adalah Basmalah. Dan yang ke dua meneladani
Rasulullah Shallallāhu ‘alaihi wa sallam karena ketika Beliau menulis surat-surat
dakwah kepada Islam, Beliau Shallallāhu ‘alaihi wa sallam memulai surat-surat tersebut
dengan Basmalah. Dan inilah yang dilakukan oleh Nabi Sulaiman ‘alaihissalam ketika
mengirim surat kepada Bilqis. Beliau memulai dengan Basmalah.
هَّلل
ِ )ِإ َّنهُۥ مِن ُسلَ ۡی َم ٰـ َن َوِإ َّنهُۥ ِب ۡس ِم ٱ ِ ٱلرَّ ۡح َم ٰـ ِن ٱلرَّ ح
(ِیم
[Surat An-Naml 30]
“(berkata Ratu Bilqis), Ini adalah dari Sulaiman dan isinya Bismillahirrahmanirrahim.”
بسم هللاDengan menyebut nama Allah, maksudnya adalah Aku memohon pertolongan
kepada Allah dengan menyebut nama-Nya.
Ismullah, yaitu nama Allah di sini mencakup seluruh nama Allah. Karena di dalam
Bahasa Arab, apabila sebuah kata yang mufrod (tunggal) disandarkan, maka maknanya
adalah umum.
Ismu (nama) adalah tunggal. Disandarkan kepada lafdzul jalalah yaitu Allah, sehingga
maknanya semua nama Allah. Ini seperti kata نعمة هللاdi dalam firman Allah,
Nikmat di sini adalah mufrod (tunggal), tapi maksudnya adalah sebutlah atau ingatlah
nikmat-nikmat Allah atas kalian.
Demikian pula dengan kalimat Basmalah. Dengan menyebut nama Allah, maksudnya
adalah nama-nama Allah. Dan nama-nama Allah yang paling baik maksudnya adalah
nama-nama Allah yang paling baik yang Allah sebutkan di dalam firman-Nya,
“Dan Allah, Dia-lah yang memiliki Asmaul Husna, maka hendaklah kalian berdo’a
dengannya.”
Allah adalah lafdzul jalalah dan Dia adalah nama Allah yang paling besar. Nama-nama
Allah yang lain disandarkan pada lafdzul jalalah.
Seseorang mengatakan Ar Rahman adalah diantara nama-nama Allah, Ar Rahim
adalah diantara nama-nama Allah, Al ‘Aziz adalah diantara nama-nama Allah. Namun
tidak bisa dia mengatakan bahwa Allah adalah diantara nama-nama Ar Rahman.
Dan lafdzul jalalah berasal dari kata Al Ilaah, artinya adalah Al Ma’bud (yang
disembah). Sehingga makna Allah adalah sesembahan yang berhak disembah.
Ar Rahman adalah nama Allah yang maknanya Maha Penyayang. Nama ini
mengandung sifat Rahmah (kasih sayang). Dan nama-nama Allah adalah nama-nama
yang memiliki makna, sehingga dinamakan dengan Asmaul Husna karena dia
mengandung makna yang paling baik. Berbeda dengan nama makhluk. Terkadang
seseorang memiliki nama yang baik, namun dia memiliki perangai yang buruk.
Namanya Sholeh tetapi dia bukan orang yang sholeh. Namanya Abdullah, tetapi dia
menyekutukan Allah.
Ar Rahim artinya juga Maha Penyayang. Nama ini mengandung sifat Ar Rahmah.
Perbedaan antara Ar Rahman dan Ar Rahim bahwa Ar Rahman mengandung sifat
kasih sayang Allah yang mencakup seluruh makhluk, baik yang beriman maupun yang
tidak beriman. Orang yang kafir di dunia juga mendapatkan sebagian dari rahmat Allah,
seperti nikmat hidup, nikmat waktu, nikmat sehat, nikmat rezeki, dll.
Ar Rahim mengandung sifat kasih sayang Allah yang Allah khususkan bagi orang-orang
yang beriman, seperti hidayah kepada Islam, kenikmatan di dalam alam kubur,
kenikmatan di dalam surga, dll.
Allah berfirman,
“Dan Allah Subhānahu wa Ta’āla sangat sayang kepada orang-orang yang beriman.”
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini. Semoga bermanfaat dan sampai
bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
Abdullah Roy
Di kota Pandeglang
Materi audio ini disampaikan di dalam grup WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI)
Abdullah Roy.
Halaqah yang ke empat dari Silsilah Ilmiyyah Pembahasan Kitab Nawaqidul Islam yang
ditulis oleh Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah.
Beliau mengatakan,
Beliau mengatakan,
“Ketahuilah, sesungguhnya termasuk Nawaqidul Islam atau pembatal-pembatal
keislaman yang paling besar adalah 10 perkara.
Ucapan beliau اعْ لَ ْمyang artinya adalah ‘pelajarilah’, kalimat ini digunakan oleh orang
Arab untuk memberitahu sesuatu yang penting.
Beliau mengatakan,
Ucapan beliau مِنْ َأعْ َظ ِمatau diantara yang paling besar, menunjukkan bahwa di sana
sebenarnya banyak pembatal-pembatal keislaman, akan tetapi yang paling besar dan
yang sering terjadi adalah 10 pembatal keislaman yang akan beliau sebutkan.
“Maukah aku kabarkan kepada kalian dengan dosa-dosa besar yang paling besar?”
“Engkau menjadikan sekutu bagi Allah, padahal Dia-lah yang telah menciptakan
dirimu.” [Hadits shahih diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim].
Orang yang beriman dengan Rububiyyah Allah, beriman bahwasanya Allah yang telah
menciptakan dia dan orang-orang sebelumnya, menciptakan langit dan bumi,
menciptakan seluruh alam semesta, seharusnya hanya menyerahkan ibadahnya
kepada Allah Azza wa Jalla.
Allah berfirman,
“Wahai manusia, sembahlah Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dan
menciptakan orang-orang sebelum kalian supaya kalian bertakwa.”
Dan Allah berfirman,
ٱع ُب ُدو ۚ ُه
ۡ ذلِ ُك ُم ٱهَّلل ُ َر ُّب ُك ۡۖم اَل ۤ ِإلَ ٰـ َه ِإاَّل ه ۖ َُو َخ ٰـل ُِق ُك ِّل َش ۡی ࣲء َف
[Surat Al-An’am 102]
“Itulah Rabb kalian, yang tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Dia.
Dia-lah yang menciptakan segala sesuatu, maka hendaklah kalian hanya menyembah-
Nya.”
۟ قُ ۡل َت َعالَ ۡو ۟ا َأ ۡت ُل َما َحرَّ َم َر ُّب ُكمۡ َعلَ ۡی ُك ۡۖم َأاَّل ُت ۡشر ُك
وا ِبهِۦ َش ۡی ࣰٔـ ۖا ِ
[Surat Al-An’am 151]
Dan Allah Subhānahu wa Ta’āla ketika menyebutkan tentang 10 hak di dalam surat An
Nisa, hak yang pertama yang disebutkan adalah hak Allah sebelum hak yang lain.
Allah berfirman,
“Dan sembahlah Allah, dan janganlah kalian menyekutukan Allah dengan sesuatu
apapun, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, tetangga yang dekat, tetangga yang jauh, teman, ibnu sabil, dan
hamba sahaya yang kalian miliki.”
Oleh karena itu, Syeikh menjadikan pembatal keislaman yang pertama adalah syirik di
dalam beribadah kepada Allah.
Persaksian bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah
konsekuensinya tidak boleh dia serahkan ibadah sekecil apapun kepada selain Allah,
baik jin, pohon, batu, Nabi, malaikat, dll.
Kalau seseorang menyerahkan sebagian ibadah kepada selain Allah, berarti dia telah
membatalkan keislamannya.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini. Semoga bermanfaat dan sampai
bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
Abdullah Roy
Di kota Pandeglang
Materi audio ini disampaikan di dalam grup WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI)
Abdullah Roy.
Halaqah 05 – Pengantar Penjelasan Kitab
Nawaqidhul Islam Bagian 5
HSI AbdullahRoy
Termasuk hukum syar’i tidak boleh seseorang mengatakan sebuah amalan atau sebuah ucapan atau
sebuah keyakinan “ini adalah kufur – ini adalah syirik – ini adalah infaq” kecuali apabila disana ada
dalil yang jelas didalam Al-Qur’an ataupun didalam hadits, jangan sampai seseorang mengucapkan
sesuatu atas nama Allāh dengan kedustaan, karena ini adalah perbuatan yang besar. Mengucapkan
sesuatu atas nama Allāh padahal tidak pernah dikabarkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla & juga
RasulNya
َ ب ٰهَ َذا َحاَل ٌل َو ٰهَ َذا َح َرا ٌم لِتَ ْفتَرُوا َعلَى هَّللا ِ ْال َك ِذ
ب ۚ ِإ َّن َ ف َأ ْل ِسنَتُ ُك ُم ْال َك ِذ
ُ ص ِ ََواَل تَقُولُوا لِ َما ت
َ ب اَل يُ ْفلِح
ُون َ ُون َعلَى هَّللا ِ ْال َك ِذ
َ ين يَ ْفتَرَ الَّ ِذ
“Janganlah kalian mengatakan dengan ucapan kalian (dengan lisan kalian)
Janganlah kalian ucapkan ini halal atau ini haram dengan tujuan untuk berdusta atas nama Allāh.
═ Allāh mengatakan halal kemudian kita katakan haram
═ Allāh mengatakan Haram kemudian kita katakan halal
Karena disana ada dua kelompok yang tersesat didalam masalah ini sebagian mereka berlebih-
lebihan, sehingga mengatakan bahwasanya sesuatu ini adalah kufur padahal Allāh Subhānahu wa
Ta’āla tidak mengatakan kufur.
Seperti orang yang berkeyakinan bahwasanya orang yang melakukan dosa besar maka dia keluar dari
Islām dan ini adalah keyakinan orang-orang Khawarij yang sudah ada sejak zaman shahabat
radhiallahu anhum dan sampai sekarang berkeyakinan bahwasanya orang yang melakukan dosa besar
maka dia keluar dari agama Islām.
Dan disana ada kelompok lain juga berlebih-lebihan kebalikan dari orang-orang khawarij, mereka
meyakini sebuah amalan yang itu adalah jelas² kufur didalam Al-Qur’an maupun hadits akan tetapi
mereka meyakini itu bukan sebuah kekufuran.
Kufur menurut Allāh & RasulNya kemudian menganggap ini bukan kekufuran dan ini juga berlebih-
lebihan dan ini dilakukan orang Murjiah yang mereka menganggap bahwasanya namanya Iman
cukuplah keyakinan didalam hati / ma’rifah mengenal didalam hati itulah yang dinamakan keimanan,
artinya apa?
⇒ Artinya saat seseorang mengucapkan apa saja atau melakukan amalan apa saja yang penting
hatinya mengenal yang penting hatinya meyakini maka ini tidak kufur dari agama Islām, karena
mereka mengatakan yang namanya iman hanya didalam hati dan ini juga berlebih-lebihan oleh
karena itu mereka tidak masalah bagi seseorang mengucapkan apa saja baik itu ucapan yang kufur
maupun yang syirik yang nifaq yang penting hatinya tidak demikian.
Terkadang seseorang bisa kufur dengan ucapan lisannya, Ahlus Sunnah wal Jamaah bukan termasuk
Khawarij & juga bukan termasuk Murjiah, mereka didalam pertengahan dan ini adalah taufiq dan
karunia dan juga petunjuk yang Allāh berikan kepada mereka didalam masalah kufur dan juga syirik
Islām & juga Iman mereka kembali kepada Al-Qur’an dan juga hadits dengan pemahaman para
shahabat radhiallahu anhum, apa yang dihukumi oleh Allāh & RasulNya sebagai bentuk kekufuran
mereka katakan ini adalah kufur & apa yang dikatakan oleh Allāh & RasulNya ini bukan kekufuran
maka mereka tidak mengatakan ini adalah kekufuran.
Dan mereka didalam masalah ini kepada Qoidah-qoidah yang berdasarkan Al-Qur’an juga hadits dan
diantara Qoidah Yang mereka sebutkan
Terkadang seseorang mengucapkan ucapan yang kufur atau melakukan amalan yang kufur (yang
mengeluarkan dia dari Islām akan tetapi tidak dihukumi sebagai orang kafir, apa yang dilakukan
adalah kufur akan tetapi tidak langsung dihukumi bahwasanya orang ini adalah musyrik /orang ini
adalah kafir.
Karena para ulama menyebutkan disana ada syarat²nya, ada syarat² yang harus terpenuhi & disana
ada penghalang² yang harus tidak ada sehingga orang dihukumi sebagai orang yang kafir atau orang
yang musyrik.
Apabila dia belum baligh / anak kecil (misalnya) mengatakan “aku adalah Tuhan” ucapan dia
adalah ucapan kufur & tidak diragukan, ini adalah ucapan kufur tapi karena mengucapkan
seorang anak kecil yang belum baligh maka tidak dihukumi dia sebagai orang yang kafir.
ْ َم ْن َكفَ َر ِباهَّلل ِ ِم ْن بَ ْع ِد ِإي َمانِ ِه ِإاَّل َم ْن ُأ ْك ِرهَ َوقَ ْلبُهُ ُم
“`ط َمِئ ٌّن بِاِإْل ي َما ِن َولَ ِك ْن َم ْن َش َر َح
ص ْدرًاَ …بِ ْال ُك ْف ِر.
“Barangsiapa yang kufur dengan Allāh setelah keimanan dia
ِ – ُمطْمَِئنٌّ ِباِإْليمdalam
kecuali orang yang dipaksa sedangkan hatinya dalam keadaan – َان
keadaan hatinya tenang & beriman” [QS. An-Nahl : 106]“`
Dan ayat ini turun ketika Ammar bin Yasir radhiallahu anhu dipaksa oleh orang-orang
musyrikin untuk mengucapkan kalimat yang kufur, disuruh untuk mencela Rasulullãh & ﷺ
saat itu beliau dalam keadaan disiksa sehingga beliau terpaksa mengucapkan ucapan yang
kufur padahal didalam hati beliau, beliau tenang dengan keimanan beliau.
Terkadang seseorang melakukan perbuatan yang kufur mengucapkan ucapan² yang kufur
akan tetapi dalam keadaan terpaksa.
Ini Adalah diantara Qoidah-qoidah yang disebutkan oleh para ulama. Jadi mereka sangat
berhati-hati sekali didalam masalah ini, tidak mengucapkan ucapan ini tidak meyakini
kecuali dengan berdasarkan dalil yang jelas dari Al-Qur’an & Hadits nabi ﷺ.
Dalam suatu hadits Rasulullãh ﷺbersabda :
` فَقَ ْد بَا َء بِهَا َأ َح ُدهُ َما,ُ يَا َكافِر: من قال َأِل ِخ ْي ِه
“Barangsiapa yang mengatakan kepada saudaranya “hai Kafir”, maka sungguh kekafiran ini
kembali kepada salah satu diantara keduanya ““`
Menunjukkan tentang bahayanya hukum ini, yaitu masalah kekufuran, masalah syirik,
masalah nifaq, seseorang hendaklah _berhati-hati_ didalam masalah ini & menghukumi
dengan jelas bahwasanya bahwasanya” si Fulan adalah kafir /si fulan adalah musyrik ” ini
dilakukan oleh para ulama yang sudah dalam keilmuannya yang terpenuhi didalamnya
syarat-syarat seorang Mufti.
Maka inilah ulama ulama yang *berhak* mengatakan” si fulan adalah kafir, si fulan adalah
Musrik.
Memulai sebuah risalah memulai sebuah kitab dengan Basmallah maka ini meniru apa yang
ada di dalam Al-Qur’an dan juga dilakukan oleh sebagian Nabi demikian pula dilakukan
Rasulullãh ﷺ. Makna memulai dengan Basmallah maksudnya adalah memohon
pertolongan kepada Allāh.Karena بdidalam ucapan bismillah ini adalah بal istianah (yang
maknanya istianah). Istianah artinya memohon pertolongan.
بِــسم هللا
“`”Dengan menyebut Nama Allāh ““` Maksudnya adalah *aku memohon pertolongan kepada
Allāh, dengan menyebut nama-Nya. Ismullah : dengan nama Allāh. Nama Allāh disini
mencakup semua nama Allāh.* Didalam bahasa Arab apabila kalimat yang mufrad kata yang
mufrad (tunggal) disandarkan maka dia maknanya adalah umum
بِــسم هللا
“`”Dengan menyebut nama Allāh”“` _Ini Adalah nama-nama Allāh Subhānahu wa Ta’āla,
dimana Allāh Subhānahu wa Ta’āla memiliki Asmaul husna,
Orang yang mengatakan bismillah, berarti dia telah ber-Isti’anah, dengan menyebut seluruh
nama Allāh Subhānahu wa Ta’āla, baik yang dia maupun yg tidak dia ketahui.
Allāh adalah lafdzul dzalallah, dan dia adalah nama Allāh yang paling A’dzom yang paling
besar, nama-nama yang lain dsandarkan kepada nama Allāh.
Seseorang mengatakan Ar-Rohman ( )الرحمنadalah diantara nama Allāh, Ar-Rohim adalah
diantara nama Allāh, Al-Azis adalah diantara nama Allāh, tetapi tidak mengatakan, Allāh
adalah diantara nama Ar-Rohman .
Kenapa demikian?
Karena lafdzul Dzalallah yaitu Allāh adalah nama Allāh yang paling besar.
Disandarkan nama-nama yang lain kepada lafdzul Dzalallah yaitu kepada lafadz Allāh
Subhānahu wa Ta’āla._ Makna dari Allāh / lafdzul Dzalallah di ambil dari kata Al-uluhah yang
artinya adalah ibadah, Al-illah artinya adalah Al-Ma’bud (yang disembah), oleh karena itu
makna atau nama Allāh, ini mengandung makna bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla
dialah satu²nya yang disembah
Allāh berasal dari kata Al-Illah & Al-Illah artinya adalah Al-Ma’bud : yang disembah. Ana
Rohman ( ) الرحمنjuga termasuk nama Allāh dan maknanya adalah yang maha penyayang
diambil dari kata Rohmah. Dan nama Allāh Ar-Rohman mengandung sifat Ar-Rohmah yaitu
mengandung sifat kasih sayang. Nama Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah nama yang
memiliki makna. Oleh karena itu dinamakan dengan Asmaul husna yang baik karena dia
mengandung makna yang paling baik berbeda dengan nama makhluk terkadang seseorang
memiliki nama yang baik akan tetapi belum tentu orang yang memiliki nama tersebut
adalah orang yang baik. Terkadang seorang pencuri namanya Muhammad, terkadang
seorang penjahat namanya Abdullāh. Karena nama yang dimiliki manusia belum tentu dia
memiliki sifat didalam nama tersebut.
Adapun Allāh maka nama-nama Allāh mengandung sifat-sifat, Ar-Rohman dia adalah Maha
Penyayang mengandung makna mengandung sifat Rohmah, Ar-Rohim ( ) الرحيمjuga
demikian, berasal dari Rohmah dan mengandung makna Rohmah yaitu kasih sayang.
Perbedaan antara Ar-Rohman dengan Ar-Rohim disebutkan oleh para ulama bahwasanya
Ar-Rohman adalah kasih sayang Allāh yang mencakup seluruh makhluk / kasih sayang Allāh
mencakup seluruh makhluk yang beriman maupun yg tidak beriman, orang yang kafir pun
didunia mendapatkan sebagian dari rahmat Allāh, diberikan rezeki, diberikan kenikmatan
dan ini semua adalah termasuk Rahmat dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Adapun Ar-Rohim maka ini adalah kasih sayang Allāh yang Allāh khususkan bagi orang-
orang yang beriman, berupa hidayah, berupa ketenangan hidup didunia, berupa
kenikmatan dialam kubur, kenikmatan di surga. Ini adalah rahmat Allāh yang Allāh
khususkan bagi orang-orang yang beriman.Ini adalah perbedaan antara Ar-Rohman dengan
Ar-Rohim.
Ar-Rohim adalah kasih sayang Allāh yang khusus Allāh berikan kepada orang yang beriman
Memulai sebuah risalah memulai sebuah kitab dengan Basmallah maka ini meniru apa yang
ada di dalam Al-Qur’an dan juga dilakukan oleh sebagian Nabi demikian pula dilakukan
Rasulullãh ﷺ. Makna memulai dengan Basmallah maksudnya adalah memohon
pertolongan kepada Allāh.Karena بdidalam ucapan bismillah ini adalah بal istianah (yang
maknanya istianah). Istianah artinya memohon pertolongan.
بِــسم هللا
“`”Dengan menyebut Nama Allāh ““` Maksudnya adalah *aku memohon pertolongan kepada
Allāh, dengan menyebut nama-Nya. Ismullah : dengan nama Allāh. Nama Allāh disini
mencakup semua nama Allāh.* Didalam bahasa Arab apabila kalimat yang mufrad kata yang
mufrad (tunggal) disandarkan maka dia maknanya adalah umum
بِــسم هللا
“`”Dengan menyebut nama Allāh”“` _Ini Adalah nama-nama Allāh Subhānahu wa Ta’āla,
dimana Allāh Subhānahu wa Ta’āla memiliki Asmaul husna,
Orang yang mengatakan bismillah, berarti dia telah ber-Isti’anah, dengan menyebut seluruh
nama Allāh Subhānahu wa Ta’āla, baik yang dia maupun yg tidak dia ketahui.
Allāh adalah lafdzul dzalallah, dan dia adalah nama Allāh yang paling A’dzom yang paling
besar, nama-nama yang lain dsandarkan kepada nama Allāh.
Seseorang mengatakan Ar-Rohman ( )الرحمنadalah diantara nama Allāh, Ar-Rohim adalah
diantara nama Allāh, Al-Azis adalah diantara nama Allāh, tetapi tidak mengatakan, Allāh
adalah diantara nama Ar-Rohman .
Kenapa demikian?
Karena lafdzul Dzalallah yaitu Allāh adalah nama Allāh yang paling besar.
Disandarkan nama-nama yang lain kepada lafdzul Dzalallah yaitu kepada lafadz Allāh
Subhānahu wa Ta’āla._ Makna dari Allāh / lafdzul Dzalallah di ambil dari kata Al-uluhah yang
artinya adalah ibadah, Al-illah artinya adalah Al-Ma’bud (yang disembah), oleh karena itu
makna atau nama Allāh, ini mengandung makna bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla
dialah satu²nya yang disembah
Allāh berasal dari kata Al-Illah & Al-Illah artinya adalah Al-Ma’bud : yang disembah. Ana
Rohman ( ) الرحمنjuga termasuk nama Allāh dan maknanya adalah yang maha penyayang
diambil dari kata Rohmah. Dan nama Allāh Ar-Rohman mengandung sifat Ar-Rohmah yaitu
mengandung sifat kasih sayang. Nama Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah nama yang
memiliki makna. Oleh karena itu dinamakan dengan Asmaul husna yang baik karena dia
mengandung makna yang paling baik berbeda dengan nama makhluk terkadang seseorang
memiliki nama yang baik akan tetapi belum tentu orang yang memiliki nama tersebut
adalah orang yang baik. Terkadang seorang pencuri namanya Muhammad, terkadang
seorang penjahat namanya Abdullāh. Karena nama yang dimiliki manusia belum tentu dia
memiliki sifat didalam nama tersebut.
Adapun Allāh maka nama-nama Allāh mengandung sifat-sifat, Ar-Rohman dia adalah Maha
Penyayang mengandung makna mengandung sifat Rohmah, Ar-Rohim ( ) الرحيمjuga
demikian, berasal dari Rohmah dan mengandung makna Rohmah yaitu kasih sayang.
Perbedaan antara Ar-Rohman dengan Ar-Rohim disebutkan oleh para ulama bahwasanya
Ar-Rohman adalah kasih sayang Allāh yang mencakup seluruh makhluk / kasih sayang Allāh
mencakup seluruh makhluk yang beriman maupun yg tidak beriman, orang yang kafir pun
didunia mendapatkan sebagian dari rahmat Allāh, diberikan rezeki, diberikan kenikmatan
dan ini semua adalah termasuk Rahmat dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Adapun Ar-Rohim maka ini adalah kasih sayang Allāh yang Allāh khususkan bagi orang-
orang yang beriman, berupa hidayah, berupa ketenangan hidup didunia, berupa
kenikmatan dialam kubur, kenikmatan di surga. Ini adalah rahmat Allāh yang Allāh
khususkan bagi orang-orang yang beriman.Ini adalah perbedaan antara Ar-Rohman dengan
Ar-Rohim.
Ar-Rohim adalah kasih sayang Allāh yang khusus Allāh berikan kepada orang yang beriman
’ilam آعلمartinya adalah ketahuilah. Dan kalimat ini digunakan oleh orang arab untuk
memberi tahu bahwasanya apa yang akan dia katakan adalah sesuatu yang penting. Dia
mengatakan kepada orang yang diajak bicara آعلمketahuilah, supaya orang yang
mendengar yang diajak bicara memperhatikan & dia sadar bahwasanya dia akan
mendengar sesuatu yang sangat penting, sehingga dia mengatakan آعلمketahuilah, karena
Allāh menggunakan kalimat ini didalam Al-Qur’an_, diantaranya adalah :
Firman Allāh
َ ِ…فَا ْعلَ ْم َأنَّهُ اَل ِإ ٰلَهَ ِإاَّل هَّللا ُ َوا ْستَ ْغفِرْ لِ َذ ْنب
ك
[QS Muhammad 19]
“ketahuilah bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allāh“
Digunakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla didalam Al-Qur’an menggunakan kalimat َفاعْ لَ ْم
untuk menunjukkan setelahnya adalah perkara yang besar yang hendaknya kita seksama
didalam mendengarkan perkara yang besar tersebut.
ّ
أن *من أعظم* نواقض اإلسالم
Diantara pembatal-pembatal keIslaman yang besar عشرةada sepuluh.
Ucapan beliau من أعظمdiantara yang paling besar menunjukkan bahwasanya disana
sebenarnya banyak pembatal-pembatal keIslaman, akan tetapi yang paling besar / yang
paling penting / yang sering terjadi adalah sepuluh perkara sepuluh pembatal yang akan
beliau disebutkan, dan sebenarnya pembatal-pembatal keIslaman banyak bukan hanya
terbatas pada apa yang akan beliau sebutkan. Bahkan disana ada sebagian ulama yang
menghitung sampai 400 pembatal, tapi disini beliau rahimahullah menyebutkan 10 dan ini
adalah yang paling besar /yang paling penting. ① Al-awalu yang pertama kata beliau
َ ِون ٰ َذل
ك لِ َم ْن يَ َشا ُء َ ۚ ِإ َّن هَّللا َ اَل يَ ْغفِ ُر َأ ْن يُ ْش َر
َ ك بِ ِه َويَ ْغفِ ُر َما ُد
[QS An-Nisa’ 48]
“sesungguhnya Allāh tidak mengampuni dosa syirik & masih mengampuni dosa yang lain
bagi siapa yang dikehendaki “
ُ اِإل ْش َرا
ِك بِاهلل
Diantaranya yang pertama yang paling besar adalah ”menyekutukan Allāh Subhānahu wa
Ta’āla”
وهو خلقك
” Dan engkau tau bahwasanya Dia (Allāh) Dia-lah yang telah menciptakan dirimu “
Seharusnya orang yang *sadar dan beriman* dengan Rububiah Allāh & beriman
bahwasanya _Allāh yang mencipta, mencipta dia dan orang-orang sebelumnya,
menciptakan langit & menciptakan bumi & menciptakan seluruh alam semesta & tidak ada
yang melakukan itu semua kecuali Allāh,_ *seharusnya* orang yang demikian hanya
menyerahkan ibadah nya kepada *Allāh Subhānahu wa Ta’āla.* Ini adalah tuntutan
keimanan dia, tuntutan keimanan dia *_bahwasanya Allāh satu – satunya yang mencipta._*
Hendaklah dia hanya menyembah kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla
َ يَا َأيُّهَا النَّاسُ ا ْعبُ ُدوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذي َخلَقَ ُك ْم َوالَّ ِذ
َ ُين ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّق
ون
[QS Al-Baqarah 21] ” wahai manusia sembahlah Rabb kalian – – اعْ بُدُوا رَ بَّ ُكمsembahlah Rabb
kalian,_
_Siapa Rabb kalian?
ۖ قُلْ تَ َعالَ ْوا َأ ْت ُل َما َح َّر َم َربُّ ُك ْم َعلَ ْي ُك ْم ۖ َأاَّل تُ ْش ِر ُكوا بِ ِه َش ْيًئا
[QS Al-An’am 151]
”Katakanlah wahai Muhammad -wahai orang-orang musyrikin kemarilah kalian aku bacakan
kepada kalian perkara yang diharamkan Rabb kalian yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Karena orang-orang musyrikin mereka sangat berdusta atas nama Allah subhanahu wa
Ta’ala . Mengharamkan sesuatu yang dihalalkan.
Maka Allah berkata kepada Nabi-Nya
َوا ْعبُ ُدوا هَّللا َ َوال تُ ْش ِر ُكوا بِ ِه َش ْيًئا َوبِ ْال َوالِ َدي ِْن ِإحْ َسانًا َوبِ ِذي ْالقُرْ بَى َو ْاليَتَا َمى َو ْال َم َسا ِكي ِن
تْ يل َو َما َملَ َك ِ ب بِ ْال َج ْن
ِ ِب َوا ْب ِن ال َّسب َّاح ِـ
ِ ب َوالص ِ ُار ْال ُجن
ِ ار ِذي ْالقُرْ بَى َو ْال َج ِ َو ْال َج
…َأ ْي َمانُ ُك ْم
[QS An-Nisa 36]
Disebutkan didalam ayat ini 10 hak, “`hak untuk Allah , hak untuk keluarga, hak untuk orang
miskin, anak yatim, seorang yg musafir, seorang tetangga. Yang pertama kali adalah untuk
Allah Subhanahu wa Ta’ala.“`
Maknanya dia telah bersaksi dan berikrar dan bersumpah dan mengatakan kepada orang
lain bahwasanya ”Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah”
ُ ِإاَّل هَّللا
Kecuali Allah berarti dia telah menetapkan bahwasanya Allah sebagai satu-satunya
sesembahan.
“`Orang yang mengatakan“`
Berarti konsekwensinya tidak boleh dia serahkan sebagian ibadah sekecil apapun kepada
selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Siapapun dia kalau itu selain Allah berarti tidak halal kita serahkan ibadah kepadanya.
Selain Allah mencangkup diantaranya :
“`Jin / pohon / batu atau bahkan nabi sekalipun, dia adalah selain Allah, demikian pula
Malaikat dia adalah selain Allah , selain Allah adalah makhluk dan Al-Kholik hanyalah Allah
Subhanahu wa Ta’ala.“`
Jika seseorang menyerahkan sebagian ibadah kepada selain Allah, baik dengan ucapan lisan
atau dengan perbuatan atau dengan hatinya , karena ini yang namanya ibadah maka akan
kita sebutkan kadang berupa lisan kadang berupa hati kadang berupa perbuatan.
Apabila ibadah tersebut diserahkan kepada selain Allah berarti dia telah membatalkan
ucapannya
Hendaklah seorang muslim memahami perkara ini jangan sampai dia tidak mengetahui apa
makna ibadah apa perkara yang harus diserahkan kepada Allah yang berupa ibadah dan
apa yang tidak boleh diserahkan kepada selain Allah. Orang yang tidak mengetahui makna
ibadah dikhawatirkan dia akan menyerahkan sebagian ibadah kepada selain Allah, segala
sesuatu yang dicintai yang diridhoi oleh Allah itulah yang dinamakan ibadah.
Dari mana kita tahu bahwa itu sesuatu ucapan atau perbuatan dicintai dan diridhoi oleh
Allah, tidak ada jalan lain kecuali dari kabar yang Allah kabarkan didalam Al-quran atau
melewati lisan Rasulullãh ﷺ, , sebagai utusan. Itulah sumber dimana kita bisa mengetahui
sesuatu itu ibadah atau tidak, sesuatu itu dicintai oleh Allah.
Kita akan mengetahui disana ibadah berupa ucapan maupun perbuatan yang dicintai dan
diridhai oleh Allāh Subhānahu wa Ta’ala.
Terkadang Allāh Subhānahu wa Ta’ala menyebutkan didalam Al-Quran, Allāh mencintai
golongan fulan
Dan Allāh mengabarkan bahwasanya Allāh mencintai orang-orang yang bertaubat kepada-
Nya, menunjukkan bahwasanya Taubat adalah termasuk ibadah.
Dan terkadang Allah mencintai sebuah amalan ataupun ucapan, dari mana kita tahu? Karena
diperintahkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’ala.
Disini Allāh tidak mengatakan, Allāh mencintai orang-orang yang shalat, tetapi Allāh
mengatakan :
َّ َوَأقِي ُموا ال
َصاَل ة
Ketika dia bernazar mewajibkan atas dirinya sesuatu yang sebenarnya tidak wajib, bernazar
dengan ke-Ta’atan, kemudian dia menyempurnakan nazarnya maka ini dipuji oleh Allāh
Subhānahu wa Ta’ala, adapun orang yang tidak menunaikan nazarnya maka ini adalah
tercela. Allah Subhānahu wa Ta’ala memuji, menunjukkan bahwasanya Allāh mencintai
perbuatan tersebut
Berupa amalan seperti melakukan shalat, atau amalan harta dia melakukan zakat,
bershodaqoh maka ini adalah berupa amalan“`
الظاهرة والباطنة
”Yang dhohir maupun yang batin”
Yang dhohir artinya kelihatan oleh orang lain, adapun yang batin apa yang ada di dalam
hati manusia, rasa tawakal kepada Allāh, rasa cinta kepada Allāh, rasa takut kepada Allāh, Al-
inabah kepada Allāh Subhānahu wa Ta’ala. Ini adalah amalan-amalan hati dan semuanya
masuk didalam kategori ibadah.
Semua ibadah tersebut harus diserahkan hanya kepada Allāh tidak boleh sedikitpun / secuil
pun diserahkan kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta’ala. Barang siapa yang menyerahkan
sebagian ibadah dari ibadah² tadi kepada selain Allāh maka dia telah masuk didalam
HSI AbdullahRoy
َ َِإنَّ اللَّ َه اَل ي َْغفِرُ َأنْ ي ُْشرَ كَ ِب ِه وَ ي َْغفِرُ مَا دُونَ َذ ِلكَ ِلمَنْ ي
,ُشاء
Allāh sebutkan ayat ini dengan lafadz yang sama dengan dua tempat didalam surat An-Nisa
َ َِإنَّ اللَّ َه اَل ي َْغفِرُ َأنْ ي ُْشرَ كَ ِب ِه وَ ي َْغفِرُ مَا دُونَ َذ ِلكَ ِلمَنْ ي
,شاء
[QS An-Nisa:48]
”Sesungguhnya Allāh tidak akan mengampuni dosa syirik “
Allāh mengatakan:
اَل يَ ْغ ِف ُر
Padahal Allāh Subhānahu wa Ta’ala adalah Al-Ghofur – Yang Maha Pengampun, Al-Ghofar,
Al-Ghofir, tapi ketika Allāh Subhānahu wa Ta’ala dimaksiati dengan As-Syirk – dengan
menyekutukan Allāh Subhānahu wa Ta’ala maka Allāh tidak akan mengampuni dosa
tersebut
Orang yang melakukan dosa syirik dan dia bertemu dengan Allāh Subhānahu wa Ta’ala
dalam keadaan membawa dosa syirik maka dia akan diadzab dan tidak ada ampunan bagi
orang yang melakukan dosa syirik.
Yang dimaksud dengan bahwasanya Allāh tidak mengampuni dosa syirik ini adalah “`apabila
seseorang bertemu dengan Allāh Subhānahu wa Ta’ala pada hari kiamat, mati dalam
keadaan membawa dosa syirik ini dan dia tidak bertaubat kepada Allāh Subhānahu wa
Ta’ala.“`
Apabila dia bertemu pada hari kiamat dengan Allāh Subhānahu wa Ta’ala dengan membawa
dosa syirik ini dan dia tidak bertaubat ketika masih hidup maka inilah dosa yang tidak akan
diampuni oleh Allāh Subhānahu wa Ta’ala.
Adapun orang yang dimasa hidupnya meskipun dia melakukan dosa syirik yang besar yang
membatalkan ke-Islaman apabila dia bertaubat sebelum dia meninggal dunia maka Allāh
akan dosanya.
Adalah apabila seseorang meninggal dunia bertemu kepada Allāh Subhānahu wa Ta’ala
(bertemu dengan Allāh) dalam keadaan membawa dosa Syirik besar ini.
Dan yang menjelaskan ini disebutkan didalam hadits,
Rasulullãh mengatakan
”Barangsiapa yang mati dalam keadaan dia menyekutukan Allāh Subhānahu wa Ta’ala
دخل النار
“`Beliau mengatakan:“`
”seorang yang yang meninggal dunia dalam keadaan dia berdoa kepada selain Allāh, dalam
keadaan ia menyekutukan Allāh Subhānahu wa Ta’ala “
Inilah orang yang masuk kedalam Neraka dan dialah yang tidak akan diampuni oleh Allāh
Subhānahu wa Ta’ala.
ش ْيًئا
َ ش ِركُ ِب ِه
ْ ُي
Adalah apabila seseorang meninggal dunia dalam keadaan tidak bertaubat dari kesyirikan
tersebut bertemu dengan Allāh dihari Kiamat dalam keadaan membawa dosa Syirik.
Inilah yang dimaksud dengan tidak diampuni. Adapun orang yang sebelum dia meninggal
dunia bertaubat kepada Allāh dengan Taubat yang nashuha sebesar apapun dosanya akan
diampuni oleh Allāh Subhānahu wa Ta’ala, semuanya, baik berupa Syirik, berupa Kufur,
berupa Nifaq kalau dia bertaubat sebelum waktunya / sebelum dia meninggal dunia maka
akan diampuni oleh Allāh Subhānahu wa Ta’ala.
{ي الَّ ِذينَ َأسْرَ ُفوا عَ لَى َأنف ُِس ِه ْم اَل تَ ْقنَطُوا ِمن رَّ ْح َم ِة اللَّ ِه ِإنَّ اللَّ َه َي ْغ ِف ُر َ ُقلْ يَا ِعبَا ِد
}ال ُّذنُوبَ َج ِميعًا ِإنَّ ُه ُهوَ ا ْل َغ ُفورُ الرَّ ِحي ُم
“`”Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allāh Subhānahu wa Ta’ala ““`
Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allāh. Allāh Subhānahu wa Ta’ala melarang
hamba-Nya berputus asa dari rahmat-Nya
Allāh mengatakan – – جميعاsemuanya tidak ada yang dikecualikan oleh Allāh Subhānahu wa
Ta’ala. Maksudnya adalah dosa yang dilakukan & seseorang yang melakukannya bertaubat
sebelum ia meninggal dunia.
Selama dia bertaubat sebelum dia meninggal dunia maka Allāh Subhānahu wa Ta’ala
mengampuni dosanya, meskipun berupa kesyirikan kepada Allāh Subhānahu wa Ta’ala.
”sesungguhnya Allāh Dia-lah Yang Maha Pengampun & juga Maha Penyayang”
Maksud dari
Maksudnya adalah apabila seseorang bertemu dengan Allāh Subhānahu wa Ta’ala dalam
keadaan membawa dosa Syirik.
Halaqah yang ke tujuh belas dari Silsilah Ilmiyyah Pembahasan Kitab Nawaqidul Islam
yang ditulis oleh Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah.
Beliau berkata,
السَّابِ ُع:
ض َي بِ ِه َكفَ َر ِ طفُ فَ َم ْن فَ َعلَهُ َأوْ َر ْ السِّحْ ُر َو ِم ْنهُ الصَّرْ فُ َوال َع
َْوال َّدلِي ُل قَوْ لُهُ تَ َعالَى َو َما يُ َعلِّ َما ِن ِم ْن َأ َح ٍد َحتَّى يَقُوالَ ِإنَّ َما نَحْ نُ فِ ْتنَةٌ فَالَ تَ ْكفُر
“Yang ke tujuh adalah sihir. Dan diantara macamnya, Ash Shorfu dan Al ‘Athfu.
Barangsiapa yang mengerjakannya atau ridho dengan sihir, maka dia telah kufur,
keluar dari Islam. Dalilnya adalah firman Allah yang artinya ‘Dan tidaklah keduanya
mengajarkan sihir kepada seseorang sampai keduanya berkata sesungguhnya kami
adalah ujian, maka janganlah engkau kufur.’ [Al Baqarah 102]”
السِّحْ ُرdi dalam Bahasa Arab adalah segala hal yang samar sebabnya.
الس ََّح ُرartinya di akhir malam. Dinamakan demikian karena waktu tersebut adalah waktu
yang samar.
1. Sihir hakiki
Yaitu sihir yang benar-benar, maksudnya sihir yang memudhoroti orang lain, membuat
sakit, membunuh, sihir yang menjadikan kecintaan menjadi sebuah kebencian, dan
sebaliknya.
2. Sihir takhyili, yaitu sihir yang hanya sekedar hayalan, menjadikan penglihatan orang
lain melihat sesuatu yang tidak sebenarnya, seperti yang terjadi di zaman Nabi Musa
‘alaihissalam ketika Fir’aun mengumpulkan tukang sihir-tukang sihir di Mesir untuk
melawan Nabi Musa ‘alaihissalam. Mereka menggunakan sihir takhyili, menyihir mata-
mata manusia sehingga melihat tali-tali yang mereka lempar seakan-akan itu adalah
ular.
Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman,
“Mereka berkata, wahai Musa silakan engkau yang melempar tongkatmu dahulu atau
kami yang melempar? Beliau berkata, silakan kalian melempar tali-tali kalian. Ketika
mereka melempar tali-tali tersebut, mereka menyihir mata-mata manusia dan manusia
menjadi takut, yaitu ketika mereka melihat dengan mata mereka, bahwa tali-tali tersebut
seakan-akan berubah menjadi ular. Dan mereka pun datang dengan sihir yang besar.”
Ini berbeda dengan mukjizat Nabi Musa ‘alaihissalam dimana Allah benar-benar
menjadikan tongkat Nabi Musa, ular yang hidup yang bergerak yang memakan tali-tali
yang dilempar.
Kedua jenis sihir ini diharamkan di dalam agama Islam dan sihir memiliki macam-
macam yang banyak, diantaranya kata beliau adalah As Shorfu dan Al ‘Athfu.
Ash Shorfu artinya adalah memalingkan. Maksudnya memalingkan rasa cinta menjadi
rasa benci. Misalnya seorang suami yang mencintai istrinya berubah menjadi kebencian
dengan sebab sihir ini.
Al ‘Athfu artinya adalah cinta. Sihir ini menjadikan seseorang yang awalnya membenci
akhirnya menjadi mencintai.
Beliau mengatakan,
“Barangsiapa yang mengamalkan sihir ini atau ridho dengan sihir ini, maka dia telah
kufur.”
Jika seseorang bekerjasama dengan syaithan untuk menyihir orang lain atau dia ridho
dengan sihir tersebut meskipun dia tidak melakukannya, maka dia telah kufur. Karena
ridho dengan sihir adalah ridho dengan kekufuran. Dalil yang menunjukkan bahwa sihir
adalah kufur dan bisa mengeluarkan seseorang dari Islam adalah firman Allah,
َْو َما يُ َعلِّ َما ِن ِم ْن َأ َح ٍد َحتَّى يَقُوالَ ِإنَّ َما نَحْ نُ فِ ْتنَةٌ فَالَ تَ ْكفُر
“Dan tidaklah keduanya (Harut dan Marut) mengajarkan kepada orang lain sihir, sampai
keduanya berkata sesungguhnya kami adalah fitnah, maka janganlah engkau kufur.” [Al
Baqarah 102]
Dan maksud janganlah engkau kufur yaitu janganlah engkau mempelajari sihir.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini. Semoga bermanfaat dan sampai
bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.