Anda di halaman 1dari 6

Dari surat aser yg tadi sampaikan, peringatan terhadap semua manusia baik muslim atau pun non

muslim/ kafir, bhwa kerugian bila kita melalaikan waktu...

Ashabun nusul dari suart tersebut menurut syech muhammad abduh, ketika atau saat sat waktu asar
para orang2 jahiliyah berkumpul2 ngobrol sntai2, kemudian dari ngobrol yg biasa trus rasan2
banding2kan, akhirnya sering terjadi perselisihan karena saling tersinggung, kemudian mereka akhirnya
mengutuk waktu asar yg mereka anggap setiap waktu2 tersebut sering terjadi perselisiahan dan
permusuhan, Maka Allah menurunkan surat aser tersebut, sebagai peringatan bukan waktunya yg salah
tapi mereka2 saja yg selalu lalai dlm bersyukur setelah mendapat nikmat dari allah

Bisa jadi halnya kita setelah bekerja kemudian ngrumpi2 ya klo ndak nyritakne awakdewe anake
kelurgane mungkin yo kancane , tonggone , idolane, pimpinane, rak kathah nggih bahane, pokoke
angger wus ngumpul ki awak dewe sok lalai, siji bahane keluargane,disambung kancane bahane
pimpinane atu tonggone liyane meneh bahane kancane dewe. Mbuh critane masalah apike ato eleke.
Trus sok sin ra cocok dicritakne meneh ...bersambung akhire tekan sing dirasani.... yo nek wis ngono trus
genti rasan2 sin ngrasani.... angel angel

Majelis taklim yg dimuliakan Allah Ta’ala.

Beberapa pendapat para alim ulama dan tokoh mazhab surat tersebut sangat penting karena bisa
merangkum kunci keselamatan di akhirat sehingga bisa dikatakan mewakili isi kandungan Al Qur’an .
mengutib perkataan imam syafi’i yg diriwatkan syech adil muhammad khalid dalam kitab awwal marrah
at tadabar Al qur’an ;; sekira Allah shubanahu Wa Ta’la tidak menurunkan hujah kepada hambaNya
selain surat ini, niscaya surat ini telah mencukupi, atau dalam kutipan syech wahbah Az Zuhaili dalam
tafsir al munir, imam Syafii mengatakan,”seandanya manusia memikirkan surat ini, pastilah surat ini
cukup bagi mereka”

Wal ‘asr

Demi waktu

Innal insana lafi kusr

Sungguh manusia berada dalam kerugian

Il lal laadzina amaanu wa amilusholihaati watawa saa bil haq wa tawa saw bis shobr

Kecuali orang2 yang beriman yang mengerjakan kebaikan (sholeh)dan saling mengajak dalam kebenaran
dan saling menasehati untuk kesabaran.

Masyirol mukminin wal mukminat

Dalam surat ini, Allah bersumpah dengan al ashr ,bukan untuk menghitung


untung rugi dunia yang sementara tetapi untung rugi di akhirat yang abadi.

Dalam kitab "Hasyiah Syanwani 'ala mukhtashar Abi Jamrah", dijelaskan bahwa Ahlussunah Wal Jama'ah
merupakan golongan Asy'ari dan para imam ulama, karena Allah telah menjadikan mereka sebagai
Hijjah atas makhluknya. Dan orang-orang awam berpegang kepadanya. Mereka inilah yang dimaksud
dalam hadist "umatku tidak akan berkumpul dalam kesesatan."

Dikutip dari buku Talbis Iblis karya Ibnul Jauzi dengan pentahqiq Syaikh Ali Hasan al-Halabi,
dari Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma, dia berkata, Nabi ‫ ﷺ‬bersabda,

"Umatku akan mengalami apa yang dialami oleh Bani Israil, seperti sejajarnya sandal dengan
pasangannya, hingga apabila ada di antara mereka itu yang menyetubuhi ibunya secara terang-
terangan, niscaya di antara umatku akan ada yang berbuat demikian. Dan, sungguh Bani Israil
sudah berpecah belah menjadi 72 golongan, sedangkan umatku akan terpecah menjadi 73
golongan; semuanya di Neraka, kecuali satu golongan". Para Sahabat bertanya: "Siapakah
mereka, wahai Rasulullah?" Maka beliau meniawab: "Yaitu mereka yang berada di ajaranku
dan para Sahabatku".
Abu Dawud meriwayatkan di dalam kitab Sunan-nya, dari hadits Mu'awiyah bin Abu Sufyan
bahwa suatu ketika dia berdiri seraya bertutur: "Ketahuilah, sesungguhnya Rasulullah ‫ ﷺ‬pernah
berdiri di hadapan kami, kemudian beliau bersabda:

"Ketahuilah, sungguh umat sebelum kalian dari kalangan Ahlul Kitab telah terpecah belah
menjadi 72 golongan. Dan, umat ini (Islam) pun akan terpecah belah menjadi 73 golongan 72
golongan di Neraka, sedangkan satu golongan di Surga, yaitu al-Jama'ah. Dan sungguh, akan
keluar dari umatku segolongan manusia yang hawa nafsunya (bid’ah) sudah merasuki diri
mereka seperti penyakit anjing gila merasuki pengidapnya'".

Ayyub berkata: "Di antara kebahagiaan pemuda dan orang Ajam (non-Arab) ialah apabila Allah
membimbing keduanya untuk belajar dari ulama Ahlus Sunnah".

Sufyan ats-Tsauri berkata: "Saling berwasiatlah untuk berbuat baik kepada Ahlus Sunnah karena
mereka adalah orang-orang asing".

Yunus bin Abul A'la bertutur: "Aku mendengar asy-Syafi'i berkata: 'Jika aku melihat laki-laki
ahli hadits, maka seakan-akan aku melihat Sahabat Nabi ‫"ﷺ‬.

Dari al-Junaid, dia berkata: "Semua jalan tertutup bagi manusia, kecuali bagi orang yang meniti
jejak Rasulullah, mengikuti sunnah, dan dia menetapi ajaran beliau. Karena semua pintu
kebaikan terbuka baginya, Allah berfirman:

"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu...' (al-Ahzab ayat
21).

Sebanyak 73 golongan dalam Islam tersebut berasal dari 10 kelompok. Nama kelompok tersebut
adalah Ahlu Sunnah, Khawarij, Syi'ah, Murjia'ah, Mu'tazilah, Musyabbihah, Jahamiyyah,
Dhirariyyah, Najjariyyah, dan Kilabiyyah.

Ahlu Sunnah hanya terdiri dari satu golongan. Sedangkan, Khawarij ada 10 golongan, Mu'tazilah
6 golongan, Murji'ah 12 golongan, dan Syi'ah 32 golongan. Sementara itu, Jahamiyyah,
Najjariyyah, Dhirariyyah, dan Kilabiyyah memiliki satu kelompok saja. Sedangkan,
Musyabbihah memiliki tiga golongan.
Iman artinya dalam Islam menurut segi istilah disebut sebagai keyakinan bulat yang dibenarkan
oleh hati, diikrarkan oleh lidah, dan dimanifestasikan dengan amalan atau pembenaran dengan
penuh keyakinan. Tanpa adanya sedikit pun keraguan mengenai ajaran yang datang dari Allah
dan Rasulullah SAW.

Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa seseorang dinyatakan beriman bukan hanya
percaya terhadap sesuatu, melainkan kepercayaan itu mendorongkannya untuk mengucapkan dan
melakukan sesuatu sesuai dengan keyakinan.

Sebab itu, iman bukan hanya dipercayai atau diucapkan melainkan juga untuk menyatu dalam
diri seseorang yang dibuktikan dalam perbuatannya.

Ya ayyuhalladzina amanu kutiba 'alaikumus-siyamu kama kutiba 'alallazina ming qablikum


la'allakum tattaqun.
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

Sebagian ulama menjelaskan bahwa agama ini terdiri dari pengetahuan dan pengamalan. Keyakinan dan
perbuatan. Iman adalah pengetahuan dan keyakinan. Amal shalih adalah pengamalan dan perbuatan.
Sedang saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran adalah dakwah yang merupakan bentuk
amal shalih agar orang lain juga beriman dan beramal shalih.

Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Prof. Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan, anggota Lajnah Daaimah
(Komite Fatwa Majelis Ulama KSA) Semua manusia berada dalam kerugian, { ‫} ِإاَّل الَّ ِذينَ آ َمنُوا‬
Kecuali orang-orang yang beriman kepada Alllah - ‫ عز وجل‬- , dan kepada nama-nama Nya dan
sifat-sifat Nya, mereka beribadah menyembah kepada-Nya dengan sebenar-benarnya
penghambaan, sedangkan mereka yang tetap pada kekafiran dan kesyirikan mereka berada dalam
kerugian yang dimaksud oleh ayat yang agung ini. { ‫ } ِإاَّل الَّ ِذينَ آ َمنُوا‬Kecuali orang-orang yang
mengimani ketuhanan dan keesaan Allah } ‫ت‬ ِ ‫ { َو َع ِملُوا الصَّالِ َحا‬.‫ ﷻ‬Dan mereka tidak saja beriman
kepada Allah, tetapi juga mengerjakan amal shalih, karena iman tidak cukup tanpa amal shalih
begitu juga amal shalih tidak cukup tanpa keimanan kepada Allah - ‫ عز وجل‬- . Maka sesorang
harus berbegang pada dua hal : yaitu iman dan amal shalih, oleh karena itu dalam pengertian
ulama : "Iman adalah dengan menyatakannya dengan lisan, dan meyakininya dengan hati, serta
mengerjakannya dengan anggota badan, iman itu akan bertambah dengan ketaatan, dan akan
berkurang dengan kemaksiatan" , pengertian inilah yang dipegang oleh "Ahlussunnah wal
jamaah" , bahwasanya amal shalih itu tidak akan terlepas dari keimanan sesorang kepada Allah -
‫ عز وجل‬- , karena keimanan tidak bermanfaat tanpa amal, dan tidak pula amal shalih sesorang
akan memberi manfaat tanpa keimanan kepada Allah - ‫ عز وجل‬-. Jika amal itu masuk dalam
perkara iman, lalu kenapa dalam beberapa ayat keduanya disebutkan secara terpisah ? , hal itu
dikarenakan keutamaan yang besar pada amal shalih seseorang , maka penyebutannya sebanyak
dua kali : penyebutannya masuk dalam iman, kemudian penyebutannya secara terpisah karena
keutamannya.
Maka Allah menyebut amal shalih secara terpisah karena keutamaan yang terkandung
didalamnya, dan bukan berarti bahwa amal shalih itu terpisah dari keimanan, dan pendapat itu
yang dikatakan oleh kelompok "Murjiah" yang sesat. Dalam sebuah hadits Nabi ‫ ﷺ‬bersabda : ((
َ ‫ فََأ ْف‬،ً‫ َأوْ بِضْ ٌع َو ِستُّونَ ُش ْعبَة‬، َ‫ اِإْل ي َمانُ بِضْ ٌع َو َس ْبعُون‬: ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
‫ضلُهَا‬ َ ِ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ قَا َل قَا َل َرسُوْ ُل هللا‬ ِ ‫ع َْن َأبِي هُ َر ْي َرةَ َر‬
ٌ ْ
ِ ‫ َوال َحيَا ُء ُش ْعبَة ِمنَ اِإْل ي َم‬،‫يق‬
‫ان‬ َّ ‫َأْل‬ ُ َ
ِ ‫ َو ْدنَاهَا ِإ َماطة ا َذى َع ِن الط ِر‬،ُ ‫َأ‬ ‫هَّللا‬ ‫اَّل‬‫ اَل ِإلَهَ ِإ‬: ‫ )) قَوْ ُل‬Dari Abu Hurairah Radhiyallahu
anhu, ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Iman itu ada tujuh puluh
cabang lebih, atau enam puluh cabang lebih. Yang paling utama yaitu perkataan Lâ ilâha illallâh,
dan yang paling ringan yaitu menyingkirkan gangguan dari jalan.Dan malu itu termasuk bagian
dari iman". [ Hadits riwayat Bukhori dan Muslim ] . Hadits diatas menggabungkan 3 perkara
penting yaitu bahwasanya iman adalah : ucapan dan amal dan keyakinan, derajat yang paling
tinggi adalah mengucapkan : "Lailahaillallah" , dan derajat yang paling rendah dari iman itu
adalah : menyingkirkan gangguan dari jalan, itu adalah amalan shalih, dan malu adalah bagian
dari amalan hati. \ Dana dalam firman-Nya Allah - ‫ عز وجل‬- berkata : { ِ ‫ِإنَّ َما ْال ُمْؤ ِمنُونَ الَّ ِذينَ آ َمنُوا بِاهَّلل‬
َ‫ك هُ ُم الصَّا ِدقُون‬ َ ‫يل هَّللا ِ ۚ ُأو ٰلَِئ‬
ِ ِ‫ ( } َو َرسُولِ ِه ثُ َّم لَ ْم يَرْ تَابُوا َو َجاهَدُوا بَِأ ْم َوالِ ِه ْم َوَأ ْنفُ ِس ِه ْم فِي َسب‬Sesungguhnya orang-orang
yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya,
kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka
pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar ) [ Al-Hujurat : 15 ] , jihad adalah
bagian dari amal shalil seorang hamba, sangat banyak lagi ayat-ayat Al-Qur'an yang menrangkan
bahwasanya iman itu selalu bersama dengan amal shalih. { ‫ق‬ ِّ ‫صوْ ا بِ ْال َح‬
َ ‫ } َوتَ َوا‬Selain beriman dan
mengerjakan amal shalih mereka juga saling mensehati kepada kebenaran, dalam ayat lain Allah
‫ ﷻ‬berfirman : { ‫ُوف َويَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر‬ ِ ‫ْض ۚ يَْأ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬ ٍ ‫ضهُ ْم َأوْ لِيَا ُء بَع‬ ُ ‫َات بَ ْع‬ ُ ‫ ( } َو ْال ُمْؤ ِمنُونَ َو ْال ُمْؤ ِمن‬Dan orang-
orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi
sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang
munkar ) [ At-Taubah : 71 ] dan mereka juga saling menyerukan kepada keimanan kepada Allah
‫ ﷻ‬, maka hendaknya setiap hamba tidak mementingkan dirinya seorang saja, karena
menyerukan kepada kebenaran adalah wajib atas setiap mukmin. { ‫صب ِْر‬ َ ‫ } َوتَ َو‬Dan setelah
َّ ‫اصوْ ا بِال‬
mereka mengerjakan wasiat yang 3 , kemudian mereka harus bersabar dalam menjalankan
kewajiban-kewajiban tersebut, sabar dengan dirinya dan memberi nasehat kepada orang lain
untuk bersabar. Oleh karena itu Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab mengatakan dalam
risalahnya yang singkat : ketahuilah bahwasanya setiap kita wajib mengetahui 4 perkara dan
melaksanakannya : 1. Ilmu 2. Amal 3. Dakwah 4. Sabar terhadap cobaan yang melintas. Dari
karena keutamaan surah inilah para sahabat sering kali ketika mereka dalam suatu majlis dan
akan berpisah satu sama lainnya, mereka saling membacakan surah ini satu sama lainnya. Dan
Imam Syafi'i berkata : "Kalau sekiranya Allah - ‫ عز وجل‬- tidak menurunkan ayat-ayat lain selain
surah ini kepada hamba-Nya niscaya surah ini telah cukup bagi mereka", surah ini cukup sebagai
dalil atau hujjah atas hamba-hamba Allah dimuka bumi, yaitu bahwasanya tidak akan selamat
seseorang dari kerugian kecuali yang termasuk dalam 4 sifat itu, dan semua sifat-sifat tersebut
mencakup seluruh bagian dari agama ini secara ringkas dan setiap kita tentunya menghafal surah
ini, akan tetapi apakah setiap dari kita mentadabburi ayat-ayat dari surah ini kemudian
mengamalkannya ? semoga kita termasuk didalamnya.

Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, ulama besar abad 14 H َ‫ِإاَّل الَّ ِذين‬
)3( ‫صب ِْر‬ َّ ‫اصوْ ا بِال‬
َ ‫ق َوت ََو‬ ِّ ‫اصوْ ا بِ ْال َح‬َ ‫ت َوتَ َو‬ ِ ‫ " آ َمنُوا َو َع ِملُوا الصَّالِ َحا‬kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat
menasihati supaya menetapi kesabaran." Allah Subhaanahu wa Ta'ala mengecualikan orang-
orang yang memiliki empat kriteria sifat ini: Sifat yang pertama: Keimanan yang tidak
tercampuri keraguan dan kebimbangan, berdasarkan yang dijelaskan oleh Rasul shallallaahu
'alaihi wa sallam, ketika ditanya oleh Jibril tentang keimanan, beliau menjawab: ِ‫َأ ْن تُْؤ ِمنَ بِاهلل‬
ِ ‫" َو َماَل ِئ َكتِ ِه َو ُكتُبِ ِه َو ُر ُسلِ ِه َو ْاليَوْ ِم اآل ِخ ِر َوتُْؤ ِمنَ بِ ْالقَد‬Engkau beriman kepada Allah, malaikat-
‫َر خَ ي ِْر ِه َو َشرِّ ِه‬
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya dan kepada hari akhir, dan engkau beriman
kepada taqdir baik buruknya" (1) Penjelasan hadis ini akan panjang, kami telah membahas
tentang hadis ini di banyak kesempatan. Orang-orang yang mengimani tiga landasan ini mereka
adalah orang-orang yang beriman, tetapi keimanan itu wajib tidak diberangi dengan keraguan
dan kebimbangan, maknanya: Bahwa Anda mengimani keenam rukun tersebut seakan-akan anda
melihatnya dengan mata. Manusia dalam hal ini terbagi menjadi tiga golongan: Pertama: Orang
yang beriman yang tulus keimanannya, tanpa keraguan dan kebimbangan. Kedua: Orang kafir,
yang menentang lagi mengingkari. Ketiga: Orang yang ragu-ragu. Dan yang akan selamat dari
tiga golongan tersebut adalah golongan pertama yang beriman tanpa disertai kebiimbangan,
beriman bahwa Allah ada, beriman kepada rububiyah, uluhiyah dan nama-nama dan sifat-sifat-
Nya 'Azza Wa Jalla, dan beriman kepada malaikat-malaikat-Nya bahwa mereka adalah makhluk
ghaib, Allah Ta'ala menciptakan mereka dari cahaya, Allah tugaskan mereka dengan berbagai
tugas, diantanya kita kethui, dan ada yang tidak dikethui. Malaikat Jibril 'alaihissholaatu
wassalaam yang ditugaskan menyampaikan wahyu, ia turun dari sisi Allah kepada para nabi dan
rasul, malaikat Mikail yang ditugaskan mengurus hujan dan tumbuh-tumbuhan, yakni; Allah
menugaskan kepadanya urusan yang berkaitan dengan hujan dan tumbuhan. Israfil ditugaskan
peniup sangkakala. Malaikat Malik ditugaskan sebagai penjaga neraka, malaikat Ridwan yang
ditugaskan sebagai penjaga surga. Di antara malaikat pun ada yang kita tidak ketahui nama-nama
dan tugas-tugas mereka. Namun terdapat dalam hadits Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam: ‫َأنَّهُ َما‬
‫اج ٌد‬ِ ‫ك قَاِئ ٌم هلِل ِ َأوْ َرا ِك ٌع َأوْ َس‬ ٌ َ‫صابِ َع فِي ال َّس َما ِء ِإاَّل َوفِ ْي ِه َمل‬َ ‫ض ٍع َأرْ بَ ِع َأ‬ ِ ْ‫" ِم ْن َمو‬Bahwa tidak ada satu tempat pun, seluas
empat jari di langit, kecuali ada malaikat di sana, berdiri untuk Allah, atau ruku' atau sujud"(2 )
Kita juga mengimani kitab-kitab yang telah Allah turunkan kepada rasul-rasul 'alaihimussholaatu
wassalaam, kita beriman kepada rasul-rasul yang telah Allah ceritakan kepada kita, kita
mengimani mereka, mengimani person-person mereka. Sedang rasul-rasul yang tidak Allah
ceritakan kepada kita, kita mengimaninya secara global. Karena Allah tidak menceritakan
kepada kita semua berita-berita tentang rasul, Allah Ta'ala berfirman: ‫صصْ نَا َعلَ ْيكَ َو ِم ْنهُ ْم َم ْن‬ َ َ‫ِم ْنهُ ْم َم ْن ق‬
َ‫" لَ ْم نَ ْقصُصْ َعلَ ْيك‬di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada
(pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu."(QS. Ghafir: 78) Hari Akhir adalah hari
kebangkitan, hari di mana manusia keluar dari kubur mereka untuk dibalas, dalam keaadaan
Hufaat, 'uraat, ghurlan dan buhman,Hufat adalah orang-orang yang tidak mengenakan sandal
atau khuf (sejenis sepatu), maknanya kaki kaki merekat ak beralas. 'Urat adalah orang-orang
yang tidak mengenakan pakaian. Al-ghurl adalah orang-orang yang belum dikhitan sedangkan
bumana adalah orang orang yang tidak memiliki harta, mereka dikumpulkan juga. Ketika Nabi
shallallaahu 'alaihi wa sallam menceritakan bahwa kondisi umat manusia tanpa busana,
Aisyahbertanya: Wahai Rasulullah, laki-laki dan perempuan saling memandang? Rasulullah
shallallaahu 'alaihi wa sallam menjawab: َ‫" اََأل ْم ُر َأ ْعظَ ُم ِم ْن َذلِك‬Urusannya lebih besar dari itu" (3)
Lebih besar dari sekedar saling memandang satu sama lain, karena setiap orang tersebukkan
dengan urusannya sendiri. Syaikhul Islam rahimahullaah mengatakan: "Dan termasuk keimanan
kepada hari akhir adalah beriman kepada semua yang dikabarkan oleh Nabi shallallaahu 'alaihi
wa sallam dari apa-apa yang akan terjadi setelah kematian, maka wajib bagimu mengimani fitnah
kubur, maksudnya: terhadap ujian yang akan dihadapi mayit, ketika telah dikubur dan orang-
orang sudah meninggalkannya. Dia akan didatangi dua malaikat yang bertanya kepadanya,
tentang siapa Tuhannya, apa agamanya, siapa nabinya. Engkau juga mengimani bahwa kubur
bisa berupa taman di antara taman-taman surga, atau bisa jadi lubang di antara lubang neraka.
Yaitu: Bahwa di dalamnya terdapat azab atau pahala. Dan juga beriman kepada surga dan
neraka, dan setiap yang berkaitan dengan hari akhir maka itu masuk dalam ucapan kami: Engkau
beriman kepada Allah dan kepada hari akhir. Dan qadar adalah takdir (ketentuan) Allah 'Azza
Wa Jalla. Yakni wajib bagi anda mengimani bahwa Allah Ta'ala telah menentukan segala
sesuatu, dan ini bahwa telah menciptakan qalam (pena) lalu berfirman kepadanya: ‫ َو َما َذا‬:‫اُ ْكتُبْ قَا َل‬
‫ اُ ْكتُبْ َما هُ َو َكاِئ ٌن ِإلَى يَوْ ِم ْالقِيَا َم ِة فَ َج َرى فِ ْي تِ ْلكَ السَّا َع ِة بِ َما ه َُو َكاِئ ٌن ِإلَى يَوْ ِم ْالقِيَا َم ِة‬:‫ " َأ ْكتُبْ ؟ قَا َل‬Tulislah. Qolam
bertanya: Apa yang saya tulis? Allah menjelaskan: Tulislah apa-apa yang terjadi hingga hari
kiamat. Maka berjalanlah pada saat itu, dengan apa yang terjadi hingga hari kiamat"(4) jika
begitu maka keimanan yang disebutkan dalam firman-Nya; ‫" ِإاَّل الَّ ِذينَ آ َمنُوا‬Kecuali orang-orang
yang beriman" mencakup keimanan terhadap pokok-pokok rukun iman yang enam, yang
dijelaskan Rasul shallallaahu 'alaihi wa sallam. Sifat kedua: Firman Allah Ta'ala: ‫ت‬ ِ ‫َو َع ِملُوا الصَّالِ َحا‬
"dan beramal shaleh" Maknanya adlah bahwa mereka melakukan amalan-amalan saleh berupa
shalat, zakat, puasa, haji, berbakti kepada kedua orang tua, menyambung tali kekerabatan dan
yang lainnya, mereka tidak sekedar mencukupkan dangan keimanan dalah hati saja tetapi mereka
beramal dan menghasilkan kebaikan. (Amalan-amalan) yang saleh adalah yang mengandung dua
unsur: Pertama: Amalan yang ikhlas karena Allah 'Azza Wa Jalla. Kedua: Mengikuti Rasulullah
shallallaahu 'alaihi wa sallam. Itu karena bila amalan tidak ikhlas untuk Allah maka dia tertolak,
Allah Tabaara wa Ta'ala berfirman dalam hadits qudsi yang diriwayatkan Nabi shallallaahu
َ ‫ َم ْن َع ِم َل َع َماًل َأ ْش َر‬،‫ك‬
'alaihi wa sallam: ُ‫ك فِ ْي ِه َم ِع ْي َغي ِْري تَ َر ْكتُهُ َو ِشرْ َكه‬ ِ ْ‫ َأنَا َأ ْغنَى ال ُّش َر َكا ِء َع ِن ال ِّشر‬:ُ‫" قَا َل هللا‬Allah
berfirman: Saya sangang tidak butuh pada sekutu-sekutu dari kesyirikan, siapa saja yang beramal
amalan melakukan kesyirikan di dalamnya dengan selain-Ku, Aku meninggalkannya dan
kesyirikannya" (5) Andai anda berdiri shalat agar dilihat manusia, atau anda bersedekah agar
dilihat manusia, atau menuntut ilmu agar dilihat manusia, atau menyambung kekerabatan karena
riya atau ibadah lainnya, maka amalan akan tertolak, walau pun amalan itu saleh secara zahirnya.
Begitu juga mengikuti Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam, andai anda beramal dengan
amalan yang tidak diamalkan Rasul 'alaihissholaatu wassalaam, anda mmendekatkan diri dengan
amalan tersebut kepada Allah, maka Allah tidak akan menerimanya dari mu, Karena shallallaahu
'alaihi wa sallam bersabda: ‫ْس َعلَي ِه َأ ْم ُرنَا فَه َُو َر ٌّد‬ َ ‫" َم ْن َع ِم َل َع َمالً لَي‬Barang siapa yang beramal dengan
suatu amalan yang tidaka ada perintah dari kami maka tertolak" (6) dengan begitu, maka amalan
shaleh adalah yang terkupul padanya dua kriteria, pertama adalah ikhlas untuk Allah 'Azza Wa
Jalla, kedua adalah mengikuti Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam. Sifat ke tiga: ‫صوْ ا‬ َ ‫َوتَ َوا‬
ِّ‫ " بِ ْال َحق‬dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran " Maknanya: Mereka saling menasehati
satu dengan yang lainnya dengan kebenaran. Sedangkan kebenaran adalah syari'at, yakni: Setiap
orang dari mereka saling menasehati kepada yang lain ketika melihat yang lainnya kurang dalam
melaksanakan kewajiban, ia menasehatinya dengan mengatakan: Wahai saudaraku, kerjakanlah
keawajiban. Kemudian jika ia melakukan keharaman, ia mengatakan: Wahai saudaraku, jauhilah
yang haram. Mereka tidak sekedar memberi manfaat kepada diri sendiri, tetapi mereka juga
menebar manfaat kepada orang lain. Sifat ke empat: ‫صب ِْر‬ َ ‫ " َوتَ َوا‬dan nasihat menasihati
َّ ‫صوْ ا بِال‬
supaya menetapi kesabaran " maknanya: Mereka saling menasehati satu sama lain dengan
kesabaran, sedangkan kesabaran maknanya adalah menahan diri dari perkara yang tidak layak
diperbuat. Para Ulama membagi kesabaran menjadi tiga: Pertama: Kesabaran dalam ketaatan
kepada Allah. Kedua: Kesabaran dalam menjauh perkara-perkara yang diharamkan oleh Allah.
Ketiga: Kesabaran menghadapi ketentuan-ketentuan takdir Allah. Kesabaran dalam ketaatam,
banyak dari manusia yang memiliki rasa malas untuk melaksanakan shalat berjama'ah, misalnya
tidak mau berangkat ke masjid lalu mengatakan: Aku shalat di rumah, aku sudah melaksanakan
kewajiban. Ia malas. Maka katakanlah kepadanya: Wahai saudaraku bersabarlah terhadap
dirimu, tahanlah dirimu, paksalah agar dirimu shalat berjama'ah. Banyak orang yang ketika
melihat zakat hartanya banyak, timbul kekikirab, dia bimbang, apakah saya keluarkan harta yang
banyak ini atau aku tinggalkan, atau mengucapkan yang semisalnya. Maka katakanlah
kepadanya: Wahai saudaraku, bersabarlah dirimu untuk menunaikan zakat, beginilah ibadah-
ibadah lainnya. Ibadah-ibadah ini sebagaimana Allah Ta'ala berfirman tentang shalat: ٌ‫وَِإنَّهَا لَ َكبِي َرة‬
ِ ‫ " ِإاَّل َعلَى ْال‬Dan sesungguhnya shalat itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang
َ‫خَاش ِعين‬
khusyuk, "(QS. Al-Baqarah: 45). Anda dapati Kebanyakan hamba-hamba Allah merasakan berat
dalam ibadah-ibadah. Maka mereka yang beruntung saling menasehati dalam kesabaran untuk
melaksanakan ketaatan. Begitu juga kesabaran dalam meninggalkan kemaksiatan, sebagian
orang misalnya, mereka menjerumuskan dirinya dalam memperoleh hasil-hasil pekerjaan yang
haram, baik itu riba, atau dengan menipu, atau dengan memalsukan atau dengan yang lainnya
dari macam-macam yang haram. Maka katakanlah kepadanya: Bersabarlah wahai saudaraku,
sabarkanlah dirimu, jangan bertransaksi dengan cara yang haram. Sebagian orang juga diuji
dengan suka melihat kepada wanita-wanita, anda dapati ia berjalan di pasar, setiap kali ada
wanita yang lewat ia perhatikan. Maka katakanlah kepadanya: Wahai saudaraku, bersabarlah
dirimu dari hal seperti ini (untuk tidak melihat wanita). Mereka juga saling menasehati atas
ketentuan-ketentuan taqdir Allah. Ada seseorang yang sakit di badannya, ada orang yang
kehilangan sebagian hartanya, sebagian manusia kehilangan sebagian orang yang ia cintai, ia
berkeluh kesah dan murka dan merasa tersakiti. Mereka saling mengingatkan satu sama lain,
sabar wahai saudaraku, ini adalah perkara yang telah ditakdirkan, dan keluah kesah tidak ada
gunanya sama sekali, terus hanyut dalam kesedihan tidak akan menghilangkan kesedihan . jika
ada orang yang diuji dengan meninggalnya anak, kita katakan padanya: Wahia saudaraku
bersabarlah, anggaplah saja anak ini tidak diciptakan, kemudian sebagaimana sabda Nabi
'alaihissholaatu wassalaam kepada salah satu putri beliau: ‫ِإ َّن هللِ َما َأ َخ َذ َولَهُ َما َأ ْعطَى َو ُكلُّ َش ْي ٍء ِع ْن َدهُ بَِأ َج ٍل‬
ْ‫ فَ ُمرْ هَا فَ ْلتَصْ بِرْ َو ْلتَحْ ت َِسب‬،‫" ُم َس َّمى‬Sesungguhnya milik Allah lah apa yang telah Dia ambil, dan milik-
Nyalah apa yang telah Dia beri, segala sesuatu di sisi-Nya ada batas waktunya, maka suruhlah
agar dia bersabar dan mengharap pahala" (7) Segala perkara milik Allah, jika Allah Ta'ala
mengambil yang dimiliki-Nya bagaimana mungkin anda mencela Tuhanmu? Bagaimana kamu
merasa murka. Jika ditanya, jenis kesabaran manakah yang paling berat bagi jiwa? Jawabannya:
Setiap orang berbeda-beda. Sebagian orang kesulitan dalan melakukan ketaatan, baginya ini
sangat berat. Yang lainnya sebaliknya, ketaatan mudah dilakukan olehnya, tetapi meninggalkan
kemaksiatan sulit. Sulit dengan kesulitan yang parah. Sebgaian orang mudah baginya bersabar di
atas ketaatan, dan bersabar dalam meninggalkan kemaksiatan, tetapi tidak mampu menahan
musibah-musibah yang terjadi, ia lemah sampai sampai dia murtad wal'iyaadzu billaah,
sebagaimana Allah Ta'ala berfirman: ٌ‫صابَ ْتهُ فِ ْتنَة‬ ْ ‫صابَهُ خَ ْي ٌر‬
َ ‫اط َمَأ َّن بِ ِه َوِإ ْن َأ‬ َ ‫ف فَِإ ْن َأ‬
ٍ ْ‫اس َم ْن يَ ْعبُ ُد هَّللا َ َعلَى َحر‬
ِ َّ‫َو ِمنَ الن‬
ُ‫ك هُ َو ْال ُخس َْرانُ ْال ُمبِين‬ َ ِ‫ب َعلَى َوجْ ِه ِه خَ ِس َر ال ُّد ْنيَا َواآْل ِخ َرةَ َذل‬
َ َ‫ " ا ْنقَل‬Dan di antara manusia ada orang yang
menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam
keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di
dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata. "(QS. Al-Hajj: 11) Dengan
demikian, kita mengambil dari surat ini bahwa Allah subhaanahu Wa Ta'ala menegaskan dengan
sumpah yang ditegaskan dengan kata ‫[ ِإ َّن‬Inna: sungguh] dan huruf lam taukid, sebua faedah
bahwa semua anak-anak Adam dalam kerugian, kerugian meliputi mereka dari segala sisi,
kecuali orang-orang yang memiliki empat kriteria sifat yaitu: Keimanan, amal saleh, saling
menasehati dalam kebenaran dan menasehati dalam kesabaran. Imam Syafi'iy rahimahullah
mengatakan: ‫" لَوْ لَ ْم يُ ْن ِز ِل هللاُ َعلَى ِعبَا ِد ِه ُح َّجةً ِإاَّل هَ ِذ ِه السُّوْ َرةَ لَ َكفَ ْته ْم‬Seandainya Allah tidak menurunkan
hujjah atas hamba-hamba-Nya kecuali surat ini saja, maja surat ini sudah cukup" yakni: Cukup
bagi mereka sebagai peringatan dan anjuran untuk berpegang kepada keimanan, amalan saleh,
menyeru (berdakwah) kepada Alla dan bersabar atas itu semua. Bukanlah maksud dari ucapan
Imam Syafii ini bahwa surat ini cukup untuk semua makhluk pada seluruh syari'at, tetapi
maksudnya adalah bahwa surat ini cukup sebagai pesan pengingat. Setiap manusia yang berakal,
jika ia mengetahui bahwa dirinya dalam kerugian, kevuali yang memiliki empat sifat ini, maka
dia akan berupaya dengan batas kemampuannya untuk menghiasi diri dengan empat sifat tadi,
dan berusaha membebaskan dirinya dari kerugian.
Kita meminta kepada Allah agar menjadikan kita termasuk orang yang beruntung dan
mendapatkan taufiq, sesungguhnya Dia Maha kuasa atas segala sesuatu

Anda mungkin juga menyukai