Anda di halaman 1dari 12

MENGHADAPI PERBEDAAN (3)

‫ع ِدَ َمنِ خَالَفَ ِه‬


َ ‫ َواَو‬, ‫ن اتَّقَى به َم َحبَّته هِه‬ ِ‫لل الّذهىِ اَك َر َِم َم ه‬
ِ‫الحمد ه‬
ِّ َ‫ك لَهِ َوا‬
‫ن‬ َِ ‫لَ ش هَري‬ِ ِ‫لَّ للاِ َوحدَه‬ ِ ِ‫اَش َهدِ اَن‬, ‫عذَا هب هِه‬
ِ ‫لَ اهل ِهَ اه‬ َ ‫ض هب هه َو‬
َ َ‫هبغ‬
‫علَى م َح َّم هِد‬ َ ِ‫ارك‬ ‫س هلّمِ َوبَ ه‬
َ ‫ل َو‬ َ ‫سلَهِ اللّه َِّم‬
ِّ‫ص ه‬ َ ‫عبدهِ َو َرسولهِ اَر‬ َ ‫م َح َّمدًا‬,
‫اما بعد‬. ‫س هبي هل هِه‬ َ ‫ الَّذهينَِ َجاهَدوا هفى‬،‫صح هب هِه اجمعين‬ َ ‫علَى ا هل هِه َو‬ َ ‫ َو‬:
َِ‫لَّ َواَنتمِ مس هلمون‬ ِ ‫ن اه‬َِّ ‫لَ تَموت‬ ِ ‫ق تقَاته هِه َو‬ َِ ‫فَيَااَيُّ َهاالنَّاسِ اتَّقوا‬
َِّ ‫للا َح‬
Jamaah Jumah rahimakumullah...
Tidak ada ajakan yang lebih mulia di dunia ini selain
ajakan ke arah keimanan dan ketakwaan. Marilah
kita tingkatkan keimanan dan ketakwaan kita guna
memperoleh keselamatan danbkebahagiaan dunia
akhirat.
Jamaah Jumah rahimakumullah...
Islam adalah agama yang sempurna, karenanya
tidak terikat oleh waktu dan tempat serta pasti
sesuai dengan perkembangan zaman.
Oleh karena itu sangat wajar jika di dalam
memahaminya banyak melibatkan perbedaan
pendapat. Dan ini adalah sunnatullah yang telah
ada sejak para sahabat di zaman Rasulullah SAW
masih hidup.
Namun jika perbedaan ini mengarah pada
fanatisme terhadap hasil pemahaman perseorangan
secara berlebihan, hingga melahirkan
kecenderungan untuk menjelekkan pemahaman
lain sesa ummat Islam, maka hal inilah yang tidak
dibenarkan dalam Islam karena bisa memicu
timbulnya permusuhan.
Jamaah rahimakumullah...
Pada hakekatnya beragamnya pemahaman ulama
yang melahirkan madzhab-madzhab fiqh dalam
Islam adalah kekayaan pemikiran yang seharusnya
menjadi kebanggaan bagi umat Islam, sebab hal itu
menunjukkan betapa kayanya keilmuan dan
konsep-konsep pemikiran yang dapat diterapkan
umat Muslim dalam menjalankan agamanya.
Syaikh Al-Albani rahimahullah menyatakan bahwa
perbedaan pemahaman antara sesama ummat
Islam itu berbeda dengan perbedaan dalam
kepercayaan lain. Dalam ummat Islam perbedaan
itu perbedaan yang menyatukan, bukan perbedaan
yang menceraiberaikan".
Oleh karena itu jika kita cermati, sebenarnya
perbedaan dalam memahami Islam itu lebih bersifat
menawarkan banyak solusi untuk setiap masalah,
jadi bukan perbedaan yang menggiring umat
kepada perpecahan dan konflik. Termasuk
perbedaan di dalam memahami masalah-masalah
ibadah, yang disebabkan karena keterbatasan
manusia dalam memahami ayat maupun hadits.
Karena itu perbedaan ini sangat wajar, dan
cenderung menguntungkan selama disikapi dengan
bijak dan penuh toleransi.
Adapun perbedaan yang tercela ada dua:
1. Perbedaan yang menyimpang dari prinsip akidah
2. Perbedaan dalam persoalan ritual peribadatan
tetapi disikapi dengan secara berlebihan hingga
mengarah pasa fitnah dan provokasi.
Jika itu yang terjadi maka perbedaan bukan lagi
menjadi rahmat, tetapi adzan. Na'uudzu billahi min
dzaalik.
Perlu kita ketahui, bahwa di antara sebab-sebab
perbedaan dalam memahami Islam tersebut
kebanyakan adalah:
1. Perbedaan dalam memahami lafadz ayat-ayat Al
Qur'an yang oleh oleh Allah memang dibuat masih
mengandung misteri.
2. Perbedaan cara dalam pengambilan hukum yang
berasal dari al Qur'an dan Sunnah, karena
perbedaan karakter berfikir masing2 ulama yang
tidak sama.
3. Perbedaan di dalam menilai suatu hadits, mana
hadits yang shohih dan mana yang lemah sehingga
mana yang harus menjadi dasar hukum dan mana
yang tidak bisa dipakai sebagai pedoman hukum.
Setelah kita memahami beragamnya hasil fatwa
ulama, selanjutnya kita tinggal berusaha untuk
memilah dan memilih mana di antara fatwa-fatwa
tersebut yang paling bisa membawa kepada
kemaslahatan maupun kemajuan ummat.
Maka jika di dalam meyakini mana fatwa yang lebih
baik, ternyata masing-masing kita terjadi perbedaan
dalam menentukan pilihan, inilah sunnatullah.
Maka Allah menyatakan:
ِ‫تِۚ أَينَِ َما تَكونوا يَأتهِ هبكم‬
ِ‫ل هوج َهةِ ه َِو م َو هلّي َهاِۖ فَاست َ هبقوا الخَي ٰر ه‬ ِّ ‫َو هلك‬
ِ‫ل شَىءِ قَدهير‬ ِّ‫ع ٰلى ك ه‬َ ‫اّلل‬ ََِّ ‫ن‬َِّ ‫اّلل َج هميعًاِۚ هإ‬
َِّ
“Dan bagi masingmasing ada kiblatnya yang dia
menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah
kalian (dalam) kebaikan. Di mana saja kamu berada
pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian
(pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu". [Surah Al-Baqara 148].
Dengan demikian perbedaan telah menjadi karakter
manusia yang tidak bisa dihilangkan, karenanya
menjadi persoalan yang sangat prinsip untuk selalu
diketahui ummat, bagaimana ummat ini menyikapi
perbedaan pendapat tersebut agar benar2 menjadi
rahmat bukan justru menjadi laknat.
Jamaah Jum'ah...
Berikut ini marilah kita perhatikan beberapa sikap
yang harus menghiasi diri setiap Mukmin terhadap
perbedaan pendapat.
Pertama, Ummat Islam harus terus berlatih
memiliki sikap lebih dewasa dalam menghargai
pendapat orang lain sesama nuslim, dalam suatu
riwayat ketika Imam Syafi’i rahimahullah ketika
menziarahi kuburan Abu Hanifah di Kufah, beliau
melakukan shalat shubuh tanpa qunut, sekalipun
beliau berpendapat bahwa qunut shubuh itu
sunnah. Selesai shalat jamaah ada yang bertanya
kenapa beliau meninggalkan qunut Dengan penuh
kedewasaan beliau menjawab: “Saya menghormati
kepada orang yang kuburnya saya ziarahi karena
beliau berpendapat bahwa qunut shubuh itu tidak
disunatkan”.
Demikian juga, Imam Ahmad bin Hambal. Beliau
berfatwa bahwa bacaan basmalah imam dalam
shalat harus dikecilkan. Tetapi beliau menyarankan
agar bila memimpin shalat di Madinah dikeraskan
karena pada zamannya masyarakat Madinah sudah
terbiasa dengan bacaan basmalah nyaring. Fatwa
tersebut dikeluarkan Imam Ahmad demi
menghormati paham ulama-ulama Madinah yang
berpendapat bahwa mengeraskan bacaan basmalah
lebih utama.
Kedua, ummat Islam harus belajar untuk tidak
merasa benar sendiri. Karena itu termasuk bagian
dari kesombongan.
Teladan yang sangat menarik adalah sikap generasi
para sahabat, juga para imam madzhsb dahulu yang
terkenal sangat berhati-hati dalam pengambilan
hukum Allah. Namun mereka mengatakan, “Ini
adalah pendapatku, jika benar, maka hal itu berasal
dari Allah, jika salah maka hal itu berasal dari saya
dan dari setan, Allah dan Rasul-Nya berlepas diri
dari pendapat saya.”
Demikian juga Imam Syafi’i rahimahullah berkata:
“jika hadits-hadits yang menjadi peganganku dalam
berijtihad shahih, maka inilah pendapat mazhabku”.
Dalam kesempatan lain beliau juga berkata: “Jika
pendapatku benar, maka di situ masih ada
kemungkinan salah, dan jika pendapat orang lain
salah, maka di situ masih ada kemungkinan benar”.
Ini menunjukkan bahwa para imam tersebut sangat
bersedia apabila suatu saat fatwa-fatwa beliau
ternyata dinilai kurang tepat dan harus mengalami
koreksi.
Ketiga, ummat Islam harus bisa menghindari sifat
dengki, sombong dan meremehkan pemahaman
orang lain sesama muslim. Jangan sampai ketika
melihat orang lain yang amalan ibadahnya sedikit
saja berbeda, langsung dikatakan mereka orang-
orang yang tidak punya ilmu, atau orang-orang yang
sesat. Mereka hanya mau mendengar terhadap
orang2 yang se madzhab saja dengannya. Seolah-
olah hanya dia atau kelompoknya saja yang alim
dan paling paham.
Inilah bagian dari akibat ketika seorang muslim
cenderung menutup diri, tidak mau belajar dari
orang-orang yang berbeda pendapat dengannya.
Sifat fanatisme inilah yang dapat menutup hati guna
menerima kebenaran yang hakiki.
Keempat: Ummat Islam juga harus belajar untuk
bersikap legowo dalam menerima berbagai kritik,
termasuk kritik terhadap pemahaman amalan
ibadah yang biasa diamalkan sehari-hari, sekeras
apapun kritik itu, seharusnya tetap menjadi
masukan yang harus dijadikan bahan kajian dalam
menuju pada kesempurnaan diri. Apalagi di zaman
demokrasi ini, jika ummat ini bersikap beku tidak
mau menerima masukan dari orang yang berbeda
pendapat, maka ummat ini akan semakin jauh
tertinggal, karena tidak mendapatkan penyeimbang
terhadap pemahaman yang mereka punya.
Demikianlah di antara beberapa tip, tatkala kita
harus menghadapi perbedaan di zaman ini.
Pada akhirnya semoga Allah menghindarkan kita
dari fanatisme berlebihan yang bisa membutakan
hati kita dalam menerima kebenaran yang
sesungguhnya.
ِ‫َجعَلَنَا للاِ َِو هِاياَكمِ همنَِ الفَائه هزينَِ ا هآل همنينَِ َِو اَدخَلنَا َِو اهيَاكمِ هِبمِا َ فهي هه‬
‫ت َِو ذهك هِر ال َح هكي هِم‬ ِ‫همنَِ اآليَا ه‬
KHUTBAH KEDUA
ِ‫للا همنِ سرو هر‬ ِ‫لل نَح َمدهِ َِو نَست َ هِعينهِ َِو نَستَغ هفرهِ َِو نَعوذِ بها ه‬ ِ‫اَل َحمدِِه ه‬
ِ‫ضلَّلَهِ َِو َمنِ يض هلله‬ ‫لَ م ه‬ ِ‫س هيّأ َ ه‬
ِ َ‫ت اَع َما هلنَا َمنِ يَه هِد للاِ ف‬ َ ِ‫اَنف هسنَا َِو همن‬
‫ك لَهِ َِو‬ َِ ‫لَ ش هَري‬ِ ِ‫لَ هالَ ِهَ اهلَِّ للاِ َوحدَه‬ِ ِ‫ أَش َهدِ اَن‬، ِ‫هي لَه‬ َِ ‫لَ هَاد‬ِ َ‫ف‬
ِ‫ارك‬ ‫س هلّمِ َِو بَ ه‬
َ ‫ل َِو‬ ِّ‫ص ه‬َ ‫ اَلَّله َِّم‬، ِ‫عبدهِ َِو َرسوله‬ َ ‫أن م َح َّمدًا‬ ِّ ِ‫أَش َهد‬
َ ‫علَى آ هل هِه َِو‬
ِ‫ ا َ َّما بَعد‬، َِ‫صح هب هِه اَج َم هعين‬ َ ‫لى م َح َّمدِ َِو‬ َِ ‫ع‬ َ ،
KaumِmusliminِjamaahِJum’ahِyangِ
berbahagia,
Kesimpulan dari apa yang kita uraikan pada
khutbah pertama tadi di antaranya adalah:
Marilah kita selalu meningkatkan kedewasaan
hati kita.
Marilah kita selalu belajar dan terus belajar
untuk selalu legawa dan ikhlas ketika suatu
ketika pemahaman kita tentang Islam ini
mengalami koreksi.
Marilah kita terus belajar untuk melawan
perasaan iri, dengki, sombong, dan
semacamnya, terutama terhadap sesama kita
yang sama2 berjuang di jalan Allah swt.
Mudah-mudahan kita bisa menjadi bagian dari
orang2 yang selalu menjaga lurusnya syari'at
Allah untuk tidak terkontaminasi oleh ajaran-
ajaran lain yang tidak jelas sehingga bisa
mengaburkan pemahaman kita tentang Islam.
Padaِakhirnya,ِmarilahِkitaِberdo’aِdanِ
berharap kepada Allah SWT:
‫اعوذ بالل من الشيطان الرجيم‪ ،‬بسم للا الرحمن الرحيم ‪ ،‬برحمتك‬
‫يا ارحم الرحمين‪َ ،‬ربَّنَا اغِ هفرِ لَنَا ذنوبَنَا َو هإس َرافَنَا فهي أَم هرنَا‬
‫َوث َ هبّتِ أَقدَا َمنَا َوانصرنَا َعلَى القَو هِم ال َكا هف هرينَ ‪َ ،‬ربّهِ اجعَلِ َهذَا بَلَدًا‬
‫اّلل َواليَو هِم اآل هخ هِر‬ ‫ت َمنِ َءا َمنَِ همنهمِ به َّهِ‬ ‫َء هامنًا َوارزقِ أَهلَهِ همنَِ الث َّ َم َرا هِ‬
‫ك َوأ َ هرنَا‬ ‫ك َو همنِ ذ ه ّريَّتهنَا أ َّم ِةً مس هل َم ِةً لَ َِ‬ ‫ن لَ َِ‬‫َربَّنَا َِواجعَلنَا مس هل َمي هِ‬
‫ل ت هزغِ قلو َبنَا بَع ِدَ‬ ‫الر هحيمِ َربَّنَا َِ‬ ‫ت الت َّ َّوابِ َّ‬ ‫ك أَن َِ‬ ‫علَينَا هإنَّ َِ‬
‫َمنَا هس َكنَا َوتبِ َ‬
‫ت ال َو َّهاب‪َ ،‬ربَّنَا هإنَّنَا‬ ‫ك أَنِ َِ‬‫ك َرح َم ِةً هإنَّ َِ‬ ‫هإذِ َهدَيتَنَا َوهَبِ لَنَا همنِ لَدن َِ‬
‫س همعنَا منَا هديًا‬ ‫ار‪َ ،‬ربَّنَا هإنَّنَا َ‬ ‫اب النَّ ه‬ ‫عذَ َِ‬‫َءا َمنَّا فَاغ هفرِ لَنَا ذنوبَنَا َوقهنَا َ‬
‫ان أَنِ َء هامنوا هب َر هبّكمِ فَآ َمنَّا َربَّنَا فَاغ هفرِ لَنَا ذنوبَنَا‬ ‫ْلي َم هِ‬ ‫ينَادهي هل ه‬
‫سنَ ِةً‬
‫س هيّئَا هتنَا َوت َ َوفَّنَا َم َِع اْلَب َر هار‪َ ،‬ربَّنَا َءاتهنَا فهي الدُّنيَا َح َ‬ ‫َو َك هفّرِ َ‬
‫عنَّا َ‬
‫ار‪ ،‬سبحانك ربك ربِّ ّ‬
‫العزة‬ ‫عذَ َِ‬
‫اب النَّ ه‬ ‫سنَ ِةً َو هقنَا َ‬ ‫َو هفي اآل هخ َرهِة َح َ‬
‫عما يصفون و سلم على المرسلين‪ ،‬و الحمدلل ربِّ العالمين‬

Anda mungkin juga menyukai