َ َواَو, ن اتَّقَى به َم َحبَّته هِه ِلل الّذهىِ اَك َر َِم َم ه ِالحمد ه ِّ َك لَهِ َوا ن َِ لَ ش هَريِ ِلَّ للاِ َوحدَه ِ ِاَش َهدِ اَن, عذَا هب هِه ِ لَ اهل ِهَ اه َ ض هب هه َو َ َهبغ علَى م َح َّم هِد َ ِارك س هلّمِ َوبَ ه َ ل َو َ سلَهِ اللّه َِّم ِّص ه َ عبدهِ َو َرسولهِ اَر َ م َح َّمدًا, اما بعد. س هبي هل هِه َ الَّذهينَِ َجاهَدوا هفى،صح هب هِه اجمعين َ علَى ا هل هِه َو َ َو: َِلَّ َواَنتمِ مس هلمون ِ ن اهَِّ لَ تَموت ِ ق تقَاته هِه َو َِ فَيَااَيُّ َهاالنَّاسِ اتَّقوا َِّ للا َح Jamaah Jumah rahimakumullah... Tidak ada ajakan yang lebih mulia di dunia ini selain ajakan ke arah keimanan dan ketakwaan. Marilah kita tingkatkan keimanan dan ketakwaan kita guna memperoleh keselamatan danbkebahagiaan dunia akhirat. Jamaah Jumah rahimakumullah... Islam adalah agama yang sempurna, karenanya tidak terikat oleh waktu dan tempat serta pasti sesuai dengan perkembangan zaman. Oleh karena itu sangat wajar jika di dalam memahaminya banyak melibatkan perbedaan pendapat. Dan ini adalah sunnatullah yang telah ada sejak para sahabat di zaman Rasulullah SAW masih hidup. Namun jika perbedaan ini mengarah pada fanatisme terhadap hasil pemahaman perseorangan secara berlebihan, hingga melahirkan kecenderungan untuk menjelekkan pemahaman lain sesa ummat Islam, maka hal inilah yang tidak dibenarkan dalam Islam karena bisa memicu timbulnya permusuhan. Jamaah rahimakumullah... Pada hakekatnya beragamnya pemahaman ulama yang melahirkan madzhab-madzhab fiqh dalam Islam adalah kekayaan pemikiran yang seharusnya menjadi kebanggaan bagi umat Islam, sebab hal itu menunjukkan betapa kayanya keilmuan dan konsep-konsep pemikiran yang dapat diterapkan umat Muslim dalam menjalankan agamanya. Syaikh Al-Albani rahimahullah menyatakan bahwa perbedaan pemahaman antara sesama ummat Islam itu berbeda dengan perbedaan dalam kepercayaan lain. Dalam ummat Islam perbedaan itu perbedaan yang menyatukan, bukan perbedaan yang menceraiberaikan". Oleh karena itu jika kita cermati, sebenarnya perbedaan dalam memahami Islam itu lebih bersifat menawarkan banyak solusi untuk setiap masalah, jadi bukan perbedaan yang menggiring umat kepada perpecahan dan konflik. Termasuk perbedaan di dalam memahami masalah-masalah ibadah, yang disebabkan karena keterbatasan manusia dalam memahami ayat maupun hadits. Karena itu perbedaan ini sangat wajar, dan cenderung menguntungkan selama disikapi dengan bijak dan penuh toleransi. Adapun perbedaan yang tercela ada dua: 1. Perbedaan yang menyimpang dari prinsip akidah 2. Perbedaan dalam persoalan ritual peribadatan tetapi disikapi dengan secara berlebihan hingga mengarah pasa fitnah dan provokasi. Jika itu yang terjadi maka perbedaan bukan lagi menjadi rahmat, tetapi adzan. Na'uudzu billahi min dzaalik. Perlu kita ketahui, bahwa di antara sebab-sebab perbedaan dalam memahami Islam tersebut kebanyakan adalah: 1. Perbedaan dalam memahami lafadz ayat-ayat Al Qur'an yang oleh oleh Allah memang dibuat masih mengandung misteri. 2. Perbedaan cara dalam pengambilan hukum yang berasal dari al Qur'an dan Sunnah, karena perbedaan karakter berfikir masing2 ulama yang tidak sama. 3. Perbedaan di dalam menilai suatu hadits, mana hadits yang shohih dan mana yang lemah sehingga mana yang harus menjadi dasar hukum dan mana yang tidak bisa dipakai sebagai pedoman hukum. Setelah kita memahami beragamnya hasil fatwa ulama, selanjutnya kita tinggal berusaha untuk memilah dan memilih mana di antara fatwa-fatwa tersebut yang paling bisa membawa kepada kemaslahatan maupun kemajuan ummat. Maka jika di dalam meyakini mana fatwa yang lebih baik, ternyata masing-masing kita terjadi perbedaan dalam menentukan pilihan, inilah sunnatullah. Maka Allah menyatakan: ِتِۚ أَينَِ َما تَكونوا يَأتهِ هبكم ِل هوج َهةِ ه َِو م َو هلّي َهاِۖ فَاست َ هبقوا الخَي ٰر ه ِّ َو هلك ِل شَىءِ قَدهير ِّع ٰلى ك هَ اّلل ََِّ نَِّ اّلل َج هميعًاِۚ هإ َِّ “Dan bagi masingmasing ada kiblatnya yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kalian (dalam) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu". [Surah Al-Baqara 148]. Dengan demikian perbedaan telah menjadi karakter manusia yang tidak bisa dihilangkan, karenanya menjadi persoalan yang sangat prinsip untuk selalu diketahui ummat, bagaimana ummat ini menyikapi perbedaan pendapat tersebut agar benar2 menjadi rahmat bukan justru menjadi laknat. Jamaah Jum'ah... Berikut ini marilah kita perhatikan beberapa sikap yang harus menghiasi diri setiap Mukmin terhadap perbedaan pendapat. Pertama, Ummat Islam harus terus berlatih memiliki sikap lebih dewasa dalam menghargai pendapat orang lain sesama nuslim, dalam suatu riwayat ketika Imam Syafi’i rahimahullah ketika menziarahi kuburan Abu Hanifah di Kufah, beliau melakukan shalat shubuh tanpa qunut, sekalipun beliau berpendapat bahwa qunut shubuh itu sunnah. Selesai shalat jamaah ada yang bertanya kenapa beliau meninggalkan qunut Dengan penuh kedewasaan beliau menjawab: “Saya menghormati kepada orang yang kuburnya saya ziarahi karena beliau berpendapat bahwa qunut shubuh itu tidak disunatkan”. Demikian juga, Imam Ahmad bin Hambal. Beliau berfatwa bahwa bacaan basmalah imam dalam shalat harus dikecilkan. Tetapi beliau menyarankan agar bila memimpin shalat di Madinah dikeraskan karena pada zamannya masyarakat Madinah sudah terbiasa dengan bacaan basmalah nyaring. Fatwa tersebut dikeluarkan Imam Ahmad demi menghormati paham ulama-ulama Madinah yang berpendapat bahwa mengeraskan bacaan basmalah lebih utama. Kedua, ummat Islam harus belajar untuk tidak merasa benar sendiri. Karena itu termasuk bagian dari kesombongan. Teladan yang sangat menarik adalah sikap generasi para sahabat, juga para imam madzhsb dahulu yang terkenal sangat berhati-hati dalam pengambilan hukum Allah. Namun mereka mengatakan, “Ini adalah pendapatku, jika benar, maka hal itu berasal dari Allah, jika salah maka hal itu berasal dari saya dan dari setan, Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari pendapat saya.” Demikian juga Imam Syafi’i rahimahullah berkata: “jika hadits-hadits yang menjadi peganganku dalam berijtihad shahih, maka inilah pendapat mazhabku”. Dalam kesempatan lain beliau juga berkata: “Jika pendapatku benar, maka di situ masih ada kemungkinan salah, dan jika pendapat orang lain salah, maka di situ masih ada kemungkinan benar”. Ini menunjukkan bahwa para imam tersebut sangat bersedia apabila suatu saat fatwa-fatwa beliau ternyata dinilai kurang tepat dan harus mengalami koreksi. Ketiga, ummat Islam harus bisa menghindari sifat dengki, sombong dan meremehkan pemahaman orang lain sesama muslim. Jangan sampai ketika melihat orang lain yang amalan ibadahnya sedikit saja berbeda, langsung dikatakan mereka orang- orang yang tidak punya ilmu, atau orang-orang yang sesat. Mereka hanya mau mendengar terhadap orang2 yang se madzhab saja dengannya. Seolah- olah hanya dia atau kelompoknya saja yang alim dan paling paham. Inilah bagian dari akibat ketika seorang muslim cenderung menutup diri, tidak mau belajar dari orang-orang yang berbeda pendapat dengannya. Sifat fanatisme inilah yang dapat menutup hati guna menerima kebenaran yang hakiki. Keempat: Ummat Islam juga harus belajar untuk bersikap legowo dalam menerima berbagai kritik, termasuk kritik terhadap pemahaman amalan ibadah yang biasa diamalkan sehari-hari, sekeras apapun kritik itu, seharusnya tetap menjadi masukan yang harus dijadikan bahan kajian dalam menuju pada kesempurnaan diri. Apalagi di zaman demokrasi ini, jika ummat ini bersikap beku tidak mau menerima masukan dari orang yang berbeda pendapat, maka ummat ini akan semakin jauh tertinggal, karena tidak mendapatkan penyeimbang terhadap pemahaman yang mereka punya. Demikianlah di antara beberapa tip, tatkala kita harus menghadapi perbedaan di zaman ini. Pada akhirnya semoga Allah menghindarkan kita dari fanatisme berlebihan yang bisa membutakan hati kita dalam menerima kebenaran yang sesungguhnya. َِجعَلَنَا للاِ َِو هِاياَكمِ همنَِ الفَائه هزينَِ ا هآل همنينَِ َِو اَدخَلنَا َِو اهيَاكمِ هِبمِا َ فهي هه ت َِو ذهك هِر ال َح هكي هِم ِهمنَِ اآليَا ه KHUTBAH KEDUA ِللا همنِ سرو هر ِلل نَح َمدهِ َِو نَست َ هِعينهِ َِو نَستَغ هفرهِ َِو نَعوذِ بها ه ِاَل َحمدِِه ه ِضلَّلَهِ َِو َمنِ يض هلله لَ م ه ِس هيّأ َ ه ِ َت اَع َما هلنَا َمنِ يَه هِد للاِ ف َ ِاَنف هسنَا َِو همن ك لَهِ َِو َِ لَ ش هَريِ ِلَ هالَ ِهَ اهلَِّ للاِ َوحدَهِ ِ أَش َهدِ اَن، ِهي لَه َِ لَ هَادِ َف ِارك س هلّمِ َِو بَ ه َ ل َِو ِّص هَ اَلَّله َِّم، ِعبدهِ َِو َرسوله َ أن م َح َّمدًا ِّ ِأَش َهد َ علَى آ هل هِه َِو ِ ا َ َّما بَعد، َِصح هب هِه اَج َم هعين َ لى م َح َّمدِ َِو َِ ع َ ، KaumِmusliminِjamaahِJum’ahِyangِ berbahagia, Kesimpulan dari apa yang kita uraikan pada khutbah pertama tadi di antaranya adalah: Marilah kita selalu meningkatkan kedewasaan hati kita. Marilah kita selalu belajar dan terus belajar untuk selalu legawa dan ikhlas ketika suatu ketika pemahaman kita tentang Islam ini mengalami koreksi. Marilah kita terus belajar untuk melawan perasaan iri, dengki, sombong, dan semacamnya, terutama terhadap sesama kita yang sama2 berjuang di jalan Allah swt. Mudah-mudahan kita bisa menjadi bagian dari orang2 yang selalu menjaga lurusnya syari'at Allah untuk tidak terkontaminasi oleh ajaran- ajaran lain yang tidak jelas sehingga bisa mengaburkan pemahaman kita tentang Islam. Padaِakhirnya,ِmarilahِkitaِberdo’aِdanِ berharap kepada Allah SWT: اعوذ بالل من الشيطان الرجيم ،بسم للا الرحمن الرحيم ،برحمتك يا ارحم الرحمينَ ،ربَّنَا اغِ هفرِ لَنَا ذنوبَنَا َو هإس َرافَنَا فهي أَم هرنَا َوث َ هبّتِ أَقدَا َمنَا َوانصرنَا َعلَى القَو هِم ال َكا هف هرينَ َ ،ربّهِ اجعَلِ َهذَا بَلَدًا اّلل َواليَو هِم اآل هخ هِر ت َمنِ َءا َمنَِ همنهمِ به َّهِ َء هامنًا َوارزقِ أَهلَهِ همنَِ الث َّ َم َرا هِ ك َوأ َ هرنَا ك َو همنِ ذ ه ّريَّتهنَا أ َّم ِةً مس هل َم ِةً لَ َِ ن لَ ََِربَّنَا َِواجعَلنَا مس هل َمي هِ ل ت هزغِ قلو َبنَا بَع ِدَ الر هحيمِ َربَّنَا َِ ت الت َّ َّوابِ َّ ك أَن َِ علَينَا هإنَّ َِ َمنَا هس َكنَا َوتبِ َ ت ال َو َّهابَ ،ربَّنَا هإنَّنَا ك أَنِ َِك َرح َم ِةً هإنَّ َِ هإذِ َهدَيتَنَا َوهَبِ لَنَا همنِ لَدن َِ س همعنَا منَا هديًا ارَ ،ربَّنَا هإنَّنَا َ اب النَّ ه عذَ ََِءا َمنَّا فَاغ هفرِ لَنَا ذنوبَنَا َوقهنَا َ ان أَنِ َء هامنوا هب َر هبّكمِ فَآ َمنَّا َربَّنَا فَاغ هفرِ لَنَا ذنوبَنَا ْلي َم هِ ينَادهي هل ه سنَ ِةً س هيّئَا هتنَا َوت َ َوفَّنَا َم َِع اْلَب َر هارَ ،ربَّنَا َءاتهنَا فهي الدُّنيَا َح َ َو َك هفّرِ َ عنَّا َ ار ،سبحانك ربك ربِّ ّ العزة عذَ َِ اب النَّ ه سنَ ِةً َو هقنَا َ َو هفي اآل هخ َرهِة َح َ عما يصفون و سلم على المرسلين ،و الحمدلل ربِّ العالمين