Anda di halaman 1dari 5

IBADAH JUM’AT

Oleh: Sholih Su’aidy

ُ‫ َُو أَش َهدُ َأ ْن‬. ‫ِى لَه‬ َُ ‫ضلِلُُْفَلَُ هَاد‬


ْ ‫ني‬ُْ ‫ َُو َم‬. ‫ضلُ لَه‬ ِ ‫ن َي ْه ُِد للاُ فَلَُ م‬ ُْ ُِ‫اَ ْل َح ْمدُُِللُِ نَ ْستَ ِعيْنه َُو نَ ْستَ ْغفِرهُ َُو نَع ْوذُ ِبالل‬
ُْ ‫ َم‬. ‫مِن سر ْو ُِر أَ ْنفسِ نَا‬
‫للا تَ َعالَى َُو َرس ْولَه فَقَدُْ َر َش َُد‬ َُ ‫ن يطِ ع‬ ُْ ‫ َم‬. ‫ع ُِة‬
َ ‫َي السا‬
َُ ‫ق بَشِ ي ًْرا َبيْنَُ َيد‬ ُِ ‫عبْدهُ َُو َُرس ْوله اَرْ َسلَُ ِب ْال َح‬
َ ‫لَُ ِإلَ َُه ِإلُ للاُ َُو أَ ْش َهد أَنُ م َحمدًا‬.
َُ ‫ َياأَي َها الذِينَُ َءا َمنوا اتقوا‬: ‫قال تعالى‬: ‫أما بعد‬. ‫الى َش ْيئًا‬
‫اّلل َحقُ تقَا ِت ُِه‬ َُ ‫للا تَ َع‬ َُ ‫ص ِه َما فَإِنه لَُ َيض ُر إَلُ نَ ْف َسه َُو لَُ َيض ُر‬ ِ ‫ن َي ْع‬ ُْ ‫َُو َم‬
َُ‫ل تَموتنُ ِإلُ َوأَ ْنت ُْم م ْسلِمون‬ َُ ‫( َو‬102)

Kaum muslimin Jamaah Jum’ah rahimakumullah,

Kaum muslimin jamaah Jum’ah yang berbahagia…

Rasa syukur yang sedalam-dalamnya senantiasa kita panjatkan ke hadlirat Allah SWT, atas
segala nikmat dan barakah yang diberikan kepada kita, sehingga kita tetap dalam kondisi iman
dan Islam. Karena dengan nikmat iman dan Islam inilah yang menyebabkan kita tidak merasa
keberatan untuk menjalankan ibadah kepada Allah, selalu senang mendengarkan nasehat-
nasehat kebenaran, dan selalu berusaha untuk menjadi Hamba Allah terbaik. Tetapi sebaliknya,
tanpa karunia iman pada diri kita, kita tidak akan mampu untuk melaksanakan ibadah meski
hanya sehari saja.

Kaum muslimin Jamaah Jum’ah,

Salah satu wujud keimanan kita adalah melaksanakan salah satu perintah Allah yaitu Ibadah
shalah Jum’at.

Berkaitan dengan ini Allah SWT berfirman:

ُْ ‫مِن يَ ْو ُِم ْالجمعَ ُِة فَا ْسعَ ْوا إِلَى ِذ ْك ُِر اّللُِ َوذَروا ْالبَ ْي َُع ذَلِك ُْم َخي ُْر لَك ُْم ِإ‬
َُ‫ن ك ْنت ُْم تَ ْعلَمون‬ َُ ‫يَاأَي َها الذِينَُ َءا َمنوا إِذَا نود‬
ُْ ُِ‫ِي لِلصُ َلة‬

“Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sembahyang pada hari
Jum`at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang
demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”.

Ayat tersebut secara jelas dan tegas bahwa Allah SWT memerintahkan kepada kita sebagai
ummat yang mengaku beriman agar manakala mendengar panggilan shalat Jum’at, bersegera
meninggalkan aktifitas duniawi apa saja sekalipun itu berupa jual beli dalam rangka mencari
nafkah untuk keluarga. Jadi, selagi aktifitas mencari nafkah saja harus ditinggalkan, apalagi kita
yang dalam kondisi istirahat tidak mempunyai kegiatan apa-apa saat hari Jum’at.

Bahkan berkaitan dengan itu, nabi juga mempertegas dalam sabdanya bersabda:
‫لى قَ ْل ِب ِهُ رواه الخمسة‬
َُ ‫ع‬ َ ‫ن ت ََركَُ ثَلَثَُ ج َمعُ تَهاونًا‬
َ ُ‫ط َب َُع للا‬ ُْ ‫َم‬

“Barangsiapa yang meninggalkan tiga kali Jum’atan dengan menganggap enteng ibadah
tersebut, maka Allah akan menutup hati orang tersebut”.

Inilah yang sangat kita khawatirkan, jika seorang manusia hatinya ditutup oleh Allah SWT, maka
efek lebih lanjut adalah mata tidak lagi bisa dipakai melihat kebenaran, mulut tidak bisa lagi
berkata benar, telinga tidak bisa lagi diajak mendengarkan kebenaran. Kita berlindung kepada
Allah, semoga kita terhindar dari yang demikian itu.

Perlu kita ketahui, bahwa ibadah Jum’at merupakan bentuk paket antara adzan, khutbah dan
shalat Jum’at itu sendiri. Merupakan bentuk paket yang tidak boleh dipisahkan antara satu
dengan yang lain, dan merupakan syari’at yang harus dijalankan oleh kaum muslimin pria.

Kaum muslimin…

Yang menjadi masalah bagi kita adalah apa yang harus segera kita laksanakan ketika
pembertahuan tibanya shalat Jum’at telah dikumandangkan. Baik pembertahuan itu berupa
adanya pengeras suara, atau yang lain. Apakah kita teruskan pekerjaan kita, apakah kita tidur
sebentar, atau kita bersantai-santai saja di rumah menunggu panggilan terakhir.

Sedikitnya ada dua hal yang harus diperhatikan oleh kita kaum muslimin yang melaksanakan
ibadah Jum’at, keduanya merupakan satu paket yang harus diikuti oleh jamaah di tempat di
mana Jum’atan diselenggarakan. Paket tersebut adalah Khutbah dan Shalat Jamaah.

Terkadang kita sering bilang, mengapa mendengarkan khutbah saja kita harus ke masjid,
bukankah di rumah saja sudah jelas kedengaran, bahkan mungkin kita akan lebih hidmat
mendengarkannya dari rumah dari pada di masjid. Barangkali secara pemikiran mungkin masuk
akal, tetapi syari’at Islam tidak mengajarkan demikian. Dan tentu sebagai ummat yang beriman,
sudah menjadi tugas dan tanggung jawab kita untuk menjunjung tinggi dan membelanya,
jangan sampai syari’at Islam dikalahkan oleh pemikiran manusia yang sangat terbatas.

Dalam suatu hadits Rasulullah menggambarkannya dengan cukup jelas sebagai berikut:

ُ‫ع ِة‬
َ ‫ح فِى السا‬ َُ ‫ن َرا‬ ُْ ‫ َُو َم‬، ً‫ب بَدَنَ ُة‬
َُ ‫ح فَ َكأَن َما قَر‬ َُ ‫ل يَ ْو َُم اْلجم َع ُِة غ ْس‬
َُ ‫ل ال َجنَابَ ُِة ثمُ َرا‬ َُ ‫س‬َ َ‫ن ا ْغت‬ُْ ‫َم‬
َُ ‫ن َرا‬
‫ح‬ ُْ ‫ب شاةًُ َُو َم‬ َُ ‫ع ُِة الثالث ُة فَ َكأَن َما قَر‬َ ‫ح فِى السا‬ َُ ‫ن َرا‬ُْ ‫ َُو َم‬، ً‫ب بَقَ َرُة‬ َُ ‫الثانِيَ ُِة فَ َكأَن َُمُا قَر‬
‫س ُِة فَ َكأَن َما‬ ِ ‫ع ُِة ْالخ‬
َ ‫َام‬ َ ‫ح ِفى السا‬ َُ ‫ن َرا‬ ُْ ‫ َُو َم‬، ًُ‫ب دَ َجا َجة‬ َُ ‫ع ُِة الراِب َع ُِة فَ َكأَن َما قَر‬
َ ‫ِفى السا‬
‫الذ ْك َُر رواه الجماعةإل‬ ِ َُ‫ض َرةُِ اْلملئِكَةُ يَ ْست َِمع ْون‬ َ ‫ج اْ ِِل َُمامُ َح‬َُ ‫فَإِذَُا خ ََر‬. ًُ‫ضة‬ َ ‫ب بَ ْي‬ َُ ‫قَر‬
‫ابن ماج ُه‬
“Barang siapa yang mandi pada hari Jum’at sebagaimana mandi junub, kemudian ia berangkat
ke masjid, maka seolah-olah ia berkurban seekor unta, barang siapa yang pergi pada saat
kedua, seolah-olah berkurban dengan seekor sapi, dan barang siapa yang pergi pada saat
ketiga, seolah-olah berkurban seekor kambing, barang siapa yang berangkat pada saat
keempat, seolah-olah berkurban seekor ayam, dan barang siapa yang berangkat dan hadir
pada saat kelima, seolah-olah berkurban sebutir telur”.

Adapun yang dimaksudkan dengan saat-saat sebagaimana tersebut adalah sebelum matahari
tergelincir, yaitu sebelum masuk waktu Jum’at, atau tepatnya sebelum adzan yang disyari’atkan
dikumandangkan, bahkan menurut Imam Syafi’I, waktu-waktu untuk mendapatkan nilai
sebagaimana yang digambarkan oleh hadits tersebut adalah kedatangannya di masjid yang
dimulai sejak terbit fajar shubuh, sedangkan kedatangan setelah masuk pelaksanaan khutbah,
tidak masuk dalam perhitungan tersebut karena sudah masuk ke dalam waktu-waktu yang
diwajibkan.

Kaum muslimin Jamaah Jum’ah,

Barangkali perlu kita ketahui, bahwa shalat Jum’at yang kita laksanakan ini merupakan salah
satu bentuk apel siaga seminggu sekali yang harus dilakukan oleh ummat Islam, khususnya
kaum pria, karena di situlah terdapat kesempatan bagi ummat muslim untuk menunjukkan di
depan orang banyak bahwa dia adalah seorang muslim, karena bagi seorang muslim, jika
memang bukan karena jiwanya terancam, maka dia dilarang memiliki sikap “taqiyyah”
(menyembunyikan keimanan). Orang Islam harus tegas menunjukkan identitas lahiriyahnya
sebagai seorang muslim, sedangkan identitas yang dimaksud tiada lain adalah shalat. Nabi
bersabda:

‫بين العبد و بين الكف ُر ترك الصلة‬

“Batas antara seorang hamba Allah dengan kekafiran adalah meninggalkan shalat”.

Di sini jelas mengandung pengertian bahwa sholat adalah merupakan tanda lahiriyahnya
sebagai seorang muslim, adapun persoalan hati adalah urusan Allah SWT. Maka seorang
muslim yang semakin sering memperlihatkan shalatnya secara berjamaah di depan orang
banyak berarti semakin kuat dalam mengokohkan nyalinya sebagai seorang muslim dan
diharapkan kemuslimannya akan semakin merasuk ke dalam hati, sebaliknya semakin dia
menyembunyikan diri dalam shalatnya, berarti semakin lemahlah kekuatan nyalinya sebagai
seorang muslim, dan akan sangat rentan munculnya sikap “taqiyyah” (menyembunyikan
keimanan) yang sekaligus akan sangat mudah terprovokasi oleh faham-faham yang bukan
berasal dari ajaran Allah SWT. Karena itulah secara umum Allah memberikan nilai lebih bagi
orang yang melaksanakan shalatnya secara berjamaah dengan 27 tingkatan. Dan merupakan
suatu keharusan bagi setiap muslim pria untuk melaksanakan jamaah setiap hari Jum’at yang
didahului upaya untuk berusaha menundukkan hati lewat nasehat-nasehat positif dari Khatib
yang sedang berkhutbah.

Kaum muslimin rahimakumullah,

Tugas dan tanggung jawab kita sebagai seorang muslim, di samping kita berusaha untuk
mengamalkan ajaran Islam secara benar untuk diri kita masing-masing, juga berkewajiban
untuk menegakkan syari’at Islam ini dengan utuh agar ummat ini menjadi kuat dan kokoh.
Sedangkan melaksanakan shalat Jum’at di awal waktu merupakan bentuk perjuangan yang
paling sederhana dan paling mudah untuk dilaksanakan dalam menegakkan syariat
Islam,karena dengan begitu, akan semakin nampaklah simbol-simbol kekompakan ummat
secara berkelompok di dalam kepatuhan dan ketundukannya kepada Allah SWT.

Pada akhirnya, semoga kita menjadi ummat yang selalu tunduk pada aturan Allah SWT. Dan
semakin kuat nyali kita untuk menunjukkan kepada sesama manusia bahwa kita adalah seorang
muslim. Amiin.

َُ‫ب ا ْغفِرُْ َُو ارْ َح ُْم َُو أَ ْنتَُ َخي ُْر الراحِ مِ يْن‬
ُِ ‫ َُو قلُْ َر‬. َُ‫ َُو ا ْد َخلَنَا َُو إِياك ُْم فِى ز ْم َرةُِ اْلمُؤْ مِ نِيْن‬، َُ‫ َجعَلَنَا للاُ َُو اِياك ُْم مِنَُ اْلفَائ ِِزيْنَُ اْآلمِ نِيْن‬.

KHUTBAH KEDUA

ُ‫ضللَه َُو َم ْن‬ ِ ‫ن يَ ْه ُِد للاُ فَُلَُ م‬ ُِ َ ‫مِن َسيِأ‬


ُْ ‫ت اَ ْع َما ِلنَا َم‬ ُْ ُِ‫اَ ْل َح ْمدُُِللُِ نَحْ َمدهُ َُو نَ ْستَ ِعيْنه َُو نَ ْستَ ْغفِرهُ َُو نَع ْوذُ بِاللا‬
ُْ ‫مِن سر ْو ُِر اَ ْنفسِ نَا َُو‬
‫ل َُو َس ِل ُْم َُو‬
ُِ ‫ص‬َ ُ‫ اَللهم‬، ‫عبْدهُ َُو َرسوله‬ َ ‫ل ش َِريْكَُ لَه َُو أَ ْش َهد أنُ م َحمدًا‬ َُ ُ‫لَ اِلَهَُ اِلُ للاُ َوحْ دَه‬
ُ ‫ن‬ ُْ َ‫ أَ ْش َهدُ ا‬، ‫ِي لَه‬َُ ‫لَ هَاد‬ُ َ‫ضل ِْله ف‬ ْ ‫ي‬
َ َ
‫ اما بَ ْعد‬، َُ‫صحْ بِ ُِه ُاجْ َم ِعيْن‬َ ‫على آ ِل ُِه َُو‬ َ َ ‫لى م َحمدُ َُو‬ َُ ‫ع‬َ ُْ‫ارك‬ِ َ‫ب‬،

Kaum muslimin jamaah Jum’ah yang berbahagia,

Kesimpulan dari apa yang kita uraikan pada khutbah pertama tadi di antaranya adalah:

Marilah kita selalu meningkatkan keimanan kita kepada Allah SWT, marilah kita yakinkan hati
kita bahwa apa yang berasal dari Allah dan Rasul-Nya adalah suatu kebenaran mutlak.

Marilah pelaksanaan Ibadah Jum’at ini benar-benar kita kembalikan kepada posisi yang
sesunggunhnya, yaitu betul-betul sebagai suatu syari’at, bukan hanya semata-mata kita jadikan
suatu budaya, karena semua yang kita lakukan itu tidak lepas dari tanggung jawab kita di
hadapan Allah nantinya.

Marilah kita sama-sama menunjukkan diri kita sebagai seorang muslim, jangan ada kesan
bahwa kita ini adalah ragu sebagai seorang muslim, bahkan ada yang mengesankan kita ini
malu untuk menunjukkan identitas kemusliman kita. Mudah-mudahan dengan begitu akan
‫‪semakin membantu kita dalam memberantas segala bentuk perilaku-perilaku syaithoniyah, baik‬‬
‫‪yang hinggap pada gerak-gerik kita sehari-hari, maupun yang hinggap pada jalan fikiran kita.‬‬

‫‪Pada akhirnya, marilah kita berdo’a dan berharap kepada Allah SWT:‬‬

‫اعوذ بالل من الشيطان الرجيم‪ ،‬بسم للا الرحمن الرحيم ‪ ،‬و ارض عنُا معهم برحمتك يا‬
‫علَى‬ ‫ت أَ ْقدَا َمنَا َوا ْنص ْرنَا َ‬ ‫ي أَ ْم ِرنَا َوثَبِ ُْ‬ ‫ارحم الرحمين‪َ ،‬ربنَا ا ْغ ِف ُْر لَنَا ذنوبَنَا َوإِس َْرافَنَا فِ ُ‬
‫ن َءا َمنَُ ِم ْنه ُْم ِباّللُِ‬ ‫ت َم ُْ‬‫ق أَ ْهلَهُ ِمنَُ الث َم َرا ُِ‬ ‫ارز ُْ‬ ‫امنًا َو ْ‬ ‫ل َهذَا َبلَدًا َء ِ‬ ‫ب اجْ َع ُْ‬ ‫ْالقَ ْو ُِم ْالكَا ِف ِرينَ ‪َ ،‬ر ُِ‬
‫ن ذ ِريتِنَا أم ُةً م ْس ِل َم ُةً لَكَُ َوأَ ِرنَا َمنَا ِس َكنَا َوتبُْ‬ ‫ْن لَكَُ َو ِم ُْ‬ ‫َو ْاليَ ْو ُِم ْاآل ِخ ُِر َربنَا َواجْ َع ْلنَا م ْس ِل َمي ُِ‬
‫ن لَد ْنكَُ‬‫غ قلوبَنَُا بَ ْع ُدَ إِ ُذْ َهدَ ْيتَنَا َوهَبُْ لَنَا ِم ُْ‬ ‫ل ت ِز ُْ‬ ‫علَ ْينَا إِنكَُ أَ ْنتَُ التوابُ الر ِحيمُ َربنَا َُ‬ ‫َ‬
‫ار‪َ ،‬ربنَُا ِإننَا‬ ‫اب الن ِ‬‫عذَ َُ‬ ‫َرحْ َم ُةً ِإنكَُ أَ ْنتَُ ْال َوهاب‪َ ،‬ربنَا ِإننَا َءُا َمنا فَا ْغ ِف ُْر لَنَُا ذنو َبنَا َوقِنَا َ‬
‫امنوا بِ َربِك ُْم فَآ َمنُا َربنَا فَا ْغ ِف ُْر لَنَا ذنوبَنَا‬ ‫ن َء ِ‬ ‫ان أَ ُْ‬‫ْلي َم ُِ‬‫س ِم ْعنَا منَا ِديًا ينَادِي ِل ْ ِ‬ ‫َ‬
‫سنَ ُةً َوفِي ْاآل ِخ َرةُِ‬‫ار‪َ ،‬ربنَا َءاتِنَا فِي الد ْنيَا َح َ‬ ‫سيِئَاتِنَا َوت ََوفنَا َم َُع ْاْلَب َْر ِ‬ ‫عنا َ‬ ‫َوك َِف ُْر َ‬
‫ك ربُ العزة عما يصفون و سلم على المرسلين‪ ،‬و‬ ‫ار‪ ،‬سبحانك رب ُ‬ ‫اب الن ِ‬‫عذَ َُ‬ ‫سنَ ُةً َوقِنَا َ‬ ‫َح َ‬
‫‪.‬الحمدلل ربُ العالمين‬

Anda mungkin juga menyukai