Kutbah Pertama
ِ ات أَ ْعمالِنَا من ي ْه ِدهِ هللا فَالَ م ِ َهلل ِمن ُشروِر أَنْ ُف ِسنَا وسي ئ ِ ِ ِ ِِ
ض ّل ُ ُ َ َْ َ َّ َ ْ ُ ْ إِ ّن ا ْْلَ ْم َد هّلِل ََْن َم ُدهُ َونَ ْستَع ْي نُوُ َونَ ْستَ غْف ُرهُ َونَعُ ْوذُ ِِب
ي لَوُ أَ ْش َه ُد أَ ْن الَ إِلوَ إِالّ هللاُ َوأَ ْش َه ُد أَ ّن ُُمَ ّم ًدا َع ْب ُدهُ َوَر ُس ْولُو ِ ِ ْ لَو ومن ي
َ ضل ْل فَالَ َىاد ُ ْ ََ ُ
ِ ٍ َصحابِ ِو ومن تَبِعهم ِبِِحس
.ان إِ ََل يَ ْوم ال ّديْن ِِ ٍ
َ ْ ْ ُ َ ْ َ َ َ ْ ّم َعلى سيّدان ُُمَ ّمد َو َعلى آلو ِوأ ْ ص ّل َو َسل َ لله ّمُ َا
اَل ِِف كِتَابِ ِو َ َ اِته ُق ْواهللاَ َح هق تُ َقاتِو َوالََتَُْوتُ هن اِالهَوأَنْتُ ْم ُم ْسلِ ُم ْو َن فَ َق ْد ق، فَ يَااَيُّ َها ال ُْم ْس ِل ُم ْو َن،اَهما بَ ْع ُد
َ ال هللاُ تَ َع
ِ ت ا ْْلِ هن واإلنْس إِال لِي ْعب ُد
ون ُ َوَما َخلَ ْق:الْ َك ِرِْْي
َُ َ َ
Hadirin, Jama’ah Ju’mat Rahimakumullah…
Mari kita bangun kesadaran dalam hati kita untuk senantiasa meningkatkan rasa takwa kepada
Allah SWT, yakni dengan cara, sebisa mungkin, mengerjakan apa saja yang diperintahkan
Allah dan menjauhi yang dilarangNya.
Ibadah adalah hal yang diwajibkan oleh Allah kepada manusia. Bahkan tujuan manusia
diciptakan tidak lain dan tidak bukan adalah untuk beribadah kepadaNya.
Ibadah yang disyariatkan Allah itu, ada yang bersifat harian, mingguan, bulanan, dan tahunan.
Ada yang sifatnya sunnah dan ada pula yang wajib. Dan apa yang kita lakukan hari ini, yakni
shalat Jum’at, merupakan ibadah mingguan dan hukumnya wajib.
Setiap orang Islam, yang laki-laki, merdeka, berakal, baligh, bermukim, serta tak memiliki
udzur sya’i, wajib melaksanakannya.
Perintah untuk melaksanakan shalat Jum’at ini secara tegas Allah sampaikan dalam Al-
Qur’an, surat al-Jumu’ah, ayat 9-10:
آمنُوا ِه
َ ين
َ = ََي أَيُّ َها الذHai orang-orang yang beriman!
Maka…
ِه
Tidak hanya itu, setelah اّلِل اس َع ْوا إِ ََل ِذ ْك ِر
ْ َف kita diperintahkan untuk
Kita semua pasti memiliki kesibukan masing-masing setiap harinya. Ada yang sibuk di
kantor, di toko, di pasar, di kebun, dan lain sebagainya. Kesemuanya tentu memerlukan fokus
dan memakan waktu yang tidak sebentar.
1
Nashiruddin Abu Said Abdillah Al-Baidlawi, Anwa al-Tanzil wa Asrar al-Takwil (Beirut: Dar Ihya’ al-Turats
al-‘Arabi, 1418), vol. 5, h. 151.
Setelah itu, setelah selesai melaksanakan shalat Jum’at, kita bebas meneruskan kembali
kesibukan dan aktifitas kita.
ِ
ِ ضي
ُص َالة
ت ال ه َ ُ = فَِإ َذا قApabila shalat telah dilaksanakan
Kita bebas mau berkeja atau melanjutkan pekerjaan apa saja. Namun yang harus diingat,
Yang Allah perintahkan tidak hanya bekerja untuk mencari nafkah atau memenuhi kebutuhan
hidup. Dia juga suruh kita untuk selalu ingat kepadaNya, kepada agamaNya, kepada
syariatNya. Hal itu harus terus menerus kita lakukan selamanya, sampai mendarah daging.2
Ingat kita kepada Allah tidak saja ketika kita berada di masjid atau sedang melakukan shalat.
Bahkan setelah itu, setelah kita melaksanakan shalat Jum’at, Allah masih perintahkan kita
untuk sadar akan kehadiranNya dalam setiap derap langkah kita.
Allah hendaknya selalu kita libatkan ketika kita berada di kantor, di pasar, di toko, di kebun,
dan mana saja tempat yang kita injak. Allah selalu mengamati kita, selalu melihat perilaku
kita, dan menjadi pengawas terhadap apa yang kita kerjakan,
Tujuannya apa?
Kesadaran itu niscaya akan berdampak dan tampak pada perbuatan dan perilaku kita. Pada
akhirnya kita akan selalu menjadi orang yang beruntung, baik di dunia, maupun dan akhirat.3
2
Muhammad Jamaluddin Al-Qasimi, Mahasin al-Takwil (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1418), vol. 9, h. 231.
Karena shalat Jum’at ini hukumnya wajib, maka Allah sangat murka kepada siapa saja yang
telah wajib untuk shalat Jum’at, namun tidak mau melaksanakannya. Allah peringatkan kita,
sebagaimana hadis Nabi Muhammad SWT riwayat Imam Thabarani:
آن الْع ِظ ْي ِم ،ونَ َفع ِِن وإِ هَي ُكم ِِبَا فِ ْي ِو ِمن اْآلَي ِ
ت َوال ِّذ ْك ِر ا ْْلَ ِك ْي ِم .أَقُ ْو ُل قَ ْوِ ِْل َى َذا ِ
َ َ َ َْ َ ْ َِب َر َك هللاُ ِ ِْل َولَ ُك ْم ِِف الْ ُق ْر َ
استَ غْ ِف ُرْوهُ إِنهوُ ُى َو الْغَ ُف ْوُر ال هرِح ْي ُم وأَست غْ ِفر هللا ِِل ولَ ُكم ولِل ِ
ْم ْسل ِم ْ َ
ي فَ ْ َ َْ ُ َ ْ َ ْ َ ُ
Khutbah Kedua
3
Muhammad Jamaluddin Al-Qasimi, Mahasin al-Takwil…, vol. 9, h. 231.