Anda di halaman 1dari 4

YANG WAJIB DIIKUTI

KHUTBAH PERTAMA
‫َّن اْلَحْم َد ِهَّلِل ْحَن َم ُد ُه َو َنْس َتِع يُنُه َو َنْس َتْغِفُر ُه َو َنُع وُذ اِب ِهَّلل ِم ْن ُرُش وِر َأْنُفِس َنا َو َس ِّيَئاِت َأَمْع اِلَن ا َمْن ْهَيِدِه اُهَّلل َفاَل‬
‫ِإ‬
‫ُم ِض َّل ُهَل َو َمْن ُيْض ِلْل َفاَل َه اِد َي ُهَل َو َأْش َهُد َأْن اَل َهَل اَّل اُهَّلل َو ْح َد ُه اَل ِرَش يَك ُهَل َو َأْش َهُد َأَّن ُم َح َّم ًد ا َع ْب ُد ُه‬
‫ِإ ِإ‬
. ‫ َأَّم ا َبْع ُد‬. ‫َو َر ُس وُهُل اِذَّل ْي اَل َنَّيِب َبْع َد ُه‬
:‫َفَقاَل ُهللا َتَع اىَل ْيِف الُقْر آِن الَكِر ِمْي َأُع ْو ُذ اِب ِهلل ِم َن الَّش ْي َط اِن الَّر ِج ِمْي‬
‫َاِذَّل ْيَن َيَّتِب ُع ْو َن الَّر ُس ْو َل الَّنَّيِب اُاْلِّم َّي اِذَّل ْي ِجَيُد ْو َنٗه َم ْكُتْو اًب ِع ْن َد ْمُه ىِف الَّتْو ٰر ى ِة َو اِاْلِجْن ْي ِل َي ْأُم ُر ْمُه اِب ْلَم ْع ُر ْو ِف َو َيٰهْنُهىْم‬
‫َع ِن اْلُم ْنَك ِر َو ِحُي ُّل َلُهُم الَّط ِّي ٰبِت َو َحُيِّر ُم َعَلِهْي ُم اْلَخ ٰۤب َث َو َيَض ُع َع ُهْنْم ِاَرْص ْمُه َو اَاْلْغٰل َل اَّلْيِت اَك َنْت َعَلِهْي ْۗم َفاِذَّل ْيَن ٰا َمُن ْو ا‬
‫ِٕى‬
ࣖ. ‫ِبٖه َو َع َّز ُر ْو ُه َو َنُرَص ْو ُه َو اَّتَبُع وا الُّنْو َر اِذَّلْٓي ُاْنِز َل َم َع ٓٗهۙ ُاوٰۤل َك ُمُه اْلُم ْفِلُح ْو َن‬
(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang (Namanya) mereka dapati
‫ِٕى‬
tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka
mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan
menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang
buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada para
mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. Memuliakannya, menolongnya, dan
mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an), mereka itulah orang-
orang yang beruntung. QS. Al-A’raf: 157.
Jamaah Jumat Rahimakumullah!
Kesempatan untuk melakukan amal saleh, setiap saat selalu ada dan bisa dilakukan oleh
setiap mukallaf, karena semuanya diberi kemampuan untuk beramal shaleh. Semuanya
diperintahkan untuk berlomba melakukan kebaikan, dan semuanya hendaklah berniat
menjadi orang yang paling dahulu melakukan kebaikan. Sebaliknya, dilarang menjadi
orang yang selalu dengan sengaja mengakhirkan amal saleh, dalam arti melalaikan atau
menganggap kecil dan menghinakan kebaikan.
Ta’hir dan taswif, yaitu menangguhkan amal baik yang seharusnya dilakukan hari ini
dengan harapan bisa melakukannya hari esok atau lusa dan seterusnya. Sikap seperti itu
bukanlah perbuatan yang baik, karena itu bisa saja merupakan bukti kemalasan, sedang
malas adalah sifat yang jelek. Dan merupakan penyakit yang harus dihindari. Rasulullah
Saw. beliau berlindung dari sifat malas. Dengan sifat malas, berbagai kesempatan yang
baik terlewatkan dengan percuma. Sedangkan waktu terus berputar tidak ada yang
berulang, artinya, kesempatan hari ini bukanlah kesempatan hari esok dan juga bukan
kesempatan yang kemarin.
Kata hikmah menasihatkan: ‘Janganlah kamu tangguhkan apa yang kamu bisa lakukan
hari ini, sebab jika engkau tangguhkan, maka bertumpuklah pekerjaan dua hari pada
pundakmu, lalu kamu akan merasa berat untuk memikulnya.’ Memang tidaklah mudah
untuk memanfaatkan kesempatan itu, sebab di balik itu kesempatan dan dorongan untuk
melakukan kejahatan pun selalu ada. Karena itu dasar keimanan yang kuat dan kesadaran
akan pentingnya amal shaleh serta harapan mendapatkan pahala dari Allah Swt. yang
harus selalu dipertahankan agar dorongan untuk bersegera melakukan kebaikan selalu
ada. Dengan demikian, hanya orang-orang yang beriman yang selalu memiliki semangat
untuk memanfaatkan kesempatan untuk melakukan kebaikan. Sungguh beruntung orang
yang selalu bisa memanfaatkan kesempatan itu. Sabda Rasulullah Saw.,
‫ َفُط وىَب ِلَم ْن َجَع َل اُهَّلل‬، ‫ َو َّن ِم َن الَّناِس َم َفاِتيَح ِللِّرَّش َم َغاِليَق ِلْلَخِرْي‬، ‫ َم َغاِليَق ِللِّرَّش‬، ‫َّن ِم َن الَّناِس َم َفاِتيَح ِلْلَخِرْي‬
‫ِإ‬
. ‫ َو َو ْيٌل ِلَم ْن َجَع َل اُهَّلل ِإ َم َفاِتيَح الِّرَّش َعىَل َيَد ْيِه‬، ‫َم َفاِتيَح اْلَخِرْي َعىَل َيَد ْيِه‬
Dari Anas bin Malik ra., ia berkata: Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya di antara
manusia ada yang diberi kunci-kunci (pembuka) kebaikan dan kunci-kunci (penutup)
kejahatan, dan ada manusia yang diberi kunci pembuka kejahatan dan kunci penutup
kebaikan. Alangkah baiknya orang yang Allah jadikan kunci-kunci pembuka kebaikan pada
tangannya, dan celakalah orang yang Allah berikan kepadanya kunci pembuka kejahatan
atas tangannya.” Hr. Ibnu Majah.
Kiranya perlu kita renungkan, kita fikirkan dalam-dalam tentang apa yang kita harapkan
dalam hidup ini? Hari-hari kita jalani, waktu-waktu kita lalui, senang dan susah kita
rasakan, suka tidak suka terpaksa kita terima, kita tidak bisa menolak Sunnatullah yang
berlaku bagi seluruh makhluk-Nya. Lalu apakah yang kita harapkan? Apakah yang kita
tunggu? Tidak ada yang diharapkan, kecuali ridha dan maghfirah Allah Swt.
Hanya mereka yang mendapatkan ridha dan maghfirah Allah yang beruntung dalam
hidupnya dunia dan akhirat. Untuk mendapatkan itu semua tidak lain, kecuali dengan
memanfaatkan setiap kesempatan dengan melakukan amal saleh. Jika buka ridha dan
maghfirah-Nya yang kita harap dan kita nanti, maka tidak ada lagi yang kita tunggu
kecuali tujuh perkara.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidziy diterangkan: “Tidak ada
yang ditunggu, kecuali tujuh perkara, yaitu: 1Kefaqiran yang melupakan, 2kekayaan yang
membuat togho, 3sakit yang merusakan (jasad), 4tua yang menjadikannya pikun, 5maut yang
mematikan, 6dajjal yang jahat atau 7kehancuran (qiyamat) yang dahsyat dan berbahaya.”
Kemudian apa saja akibat buruknya dari masing-masing yang tujuh itu? Mari kita ungkap
satu persatu. 1Kefakiran, bisa menyebabkan seorang lupa kepada aturan, karena perut
lapar, tangisan anak istri yang perutnya keroncongan menjadikan ia gelap mata, lupa
hukum, diri merasa paling sibuk dengan kesulitan dan kesusahan, lupa kepada
kesempatan beramal shalih, lupa untuk memperhatikan waktu, yang jadi perhatian
hanyalah bagaimana mendapatkan sesuap nasi untuk menghilangkan lapar. Keluh kesah
dan merasa terhina selamanya. Kemiskinan belum tentu teratasi dengan mudah
sementara kesempatan kebaikan berlalu dengan begitu saja. Rugilah orang miskin seperti
ini.
2
Kekayaan, bisa membuat orang lupa diri, lupa kepada Allah yang Maha Pemberi, ia jadi
sombong, merasa diri paling kuasa, segala keinginan harus terpenuhi, diri dikuasai oleh
nafsu kebanggaan, nafsu sanjungan dan pujian, setiap saat hanya sibuk memikul beban
rasa ketakaburan, sedang tenaga untuk memikulnya sangat kurang, lupa kepada diri
untuk beramal shalih.
. ‫اَب َر َك ُهللا ْيِل َو َلْمُك‬
KHUTBAH KEDUA
‫ َو َأْش َهُد َأْن اَل َهل‬،‫َاْلَحْم ُد ِهلل اِذَّل ْي َأْر َس َل َر ُس ْو ُهَل اِب لُه َد ى َو ِد ْيِن اَحلِّق ِلُي ْظ ِه َر ُه َعىَل اِّدل ْيِن ِّلُك ِه َو َكَفى اِب ِهلل َش ِهْي ًد ا‬
‫ِإ‬
. ‫ َأَّم ا َبْع ُد‬.‫اَّل ُهللا َو َأْش َهُد َأَّن ُم َح َّم ًد ا َع ْب ُد ُه َو َر ُس ْو ُهُل‬
‫ِإ‬
Jamaah jumat rahimakumullah!
Allah Swt. berfirman, “Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya, lalu memuliakannya
dan memberikan ni’mat kepadanya, ia berkata: ‘Tuhanku telah memuliakanku’. Dan jika
Tuhan mengujinya, lalu ia kurangkan rizkinya, ia berkata: ‘Tuhanku menghinakanku’. Tidak
demikian, tapi kamu tidak memuliakan anak yatim, dan tidak mau mengajak memberi
makan kepada orang miskin dan kamu (mengambil) waris dengan loba (mencampurbaurkan
yang halal dan yang batil) dan mencintai harta yang berlebihan.” Qs. Al-Fajr: 15-20.
3
Sakit, merupakan bagian yang harus dialami oleh manusia yang hidup di dunia ini, apakah
sakit yang ringan atau yang berat, namun yang jelas keadaan jasad kekuatannya
berkurang, apalagi jika terserang penyakit yang berat, kekuatan jasad seakan hilang,
dengan demikian ia hanya sibuk merasakan sakit dan dengan berbagai keluhan dan
rintihan, yang terpikir hanyalah bagaimana agar bisa sembuh, bukan berfikir bagaimana
beramal saleh.
4
Tua, itulah sebutan bagi yang lanjut usia, kemampuan mengingat sudah berkurang, ada
kalanya lupa waktu, lupa tugas yang harus dilakukan pada waktu itu, dan lebih jauh lagi
jika sudah sampai pada tingkatan yang disebut pikun, lepas dari segala taklif, dan lepas
pula dari segala penilaian sebagai mukallaf dan sudah tidak ada lagi baginya kesempatan
beramal shaleh.
5
Maut, adalah sesuatu yang pasti akan dirasakan oleh setiap orang, tidak ada yang bisa
menghindar darinya dan tidak bisa ditangguhkan apabila sudah datang saatnya. Saat
sakaratul maut sudah tiba, nyawa sudah sampai tenggorokan, segala upaya dan usaha
untuk menghindari kematian tidak ada gunanya, segala jampi-jampi dari dukun-dukun
ataupun doa-doa dari para ajengan atau tokoh keagamaan sebagai penolak maut tidak
ada artinya. Hilang semua kesempatan untuk beramal shalih, yang ada hanya tinggal
menerima balasan dari setiap amal yang telah dilakukan. Penyesalan tidak ada gunanya.
Yang faqir ada harapan untuk kaya, yang kaya ada kemungkinan menjadi miskin, yang
sakit ada harapan sembuh. Tetapi yang tua renta mustahil kembali muda dan yang mati
mustahil kembali hidup di dunia.

ࣖ. ‫َو اُهّٰلل َخ َلَقْمُك َّمُث َيَتَو ّٰفىْمُك َو ِم ْنْمُك َّمْن ُّيَر ُّد ِاىٰٓل َاْر َذ ِل اْلُع ُم ِر ِلْيَك اَل َيْعَمَل َبْع َد ِعٍمْل َش ْئًـۗا ِاَّن اَهّٰلل َعِلٌمْي َقِد ْيٌر‬
Dan Allah yang telah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu, dan di antara kamu
ada yang dikembalikan kepada umur yang rendah (pikun), agar kamu tahu setelah kamu
tahu sesuatu (kembali tidak berilmu). Sesungguhnya Allah itu Maha Tahu dan Maha Kuasa.
Qs. An-Nahl: 70.
6
Dajjal, munculnya adalah merupakan kejahatan besar, mengusap dan membutakan
manusia dari kebenaran, menutup mata penglihatan kepada akhirat, mata hanya terbuka
untuk dunia saja. Jika sudah diusap Dajjal, ia akan berfikir lebih baik dunia yang yakin
sudah terasa daripada akhirat yang belum terasa, lebih baik dunia yang jelas nyata
daripada akhirat yang belum nampak.
Rasulullah Saw. bersabda,
. ‫ َح ىَّت ُيْب َع َث َد َّج اُلوَن َكَّذ اُبوَن َقِر يٌب ِم ْن َثاَل ِثَني ُّلُكُهْم َيْز ُمُع َأَّنُه َر ُس وُل اِهَّلل‬... ‫اَل َتُقوُم الَّس اَعُة‬
Dari Abu Hurairah ra., sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda, “Tidak akan berdiri
qiyamah…, sehingga dibangkitkan dajjal pendusta hampir tiga puluh dajjal, semuanya
mereka mengaku dirinya Rasulullah…” Hr. al-Bukhariy, Shahih al-Bukhariy.
7
Hari qiyamat yang pasti terjadi, sungguh dahsyat dan menakutkan, segalanya hancur
binasa, langit terbelah, bumi rata, tidak ada lagi hari-hari berganti seperti sebelumnya,
kesempatan beramal sudah habis, hanya tinggal menerima balasan dari setiap amal yang
telah diamalkan.
.‫َأُقْو ُل َقْو ْيِل هَذ ا َو اْس َتْغِفُر َهللا ْيِل َو َلْمُك َو الَّس اَل ُم َعَلْي ْمُك َو َر َمْحُة ِهللا َو َبَر اَك ُتُه‬
Oleh: KH. Zae Nandang (Ketua Dewan Hisbah PP PERSIS)
Ditulis ulang oleh: Hanafi Anshory
Sumber: Majalah al Qudwah No. 57 Dzulhijjah 1425 H/ 2005 M hlm. 53-56.

Anda mungkin juga menyukai