Anda di halaman 1dari 3

‫بسم اهلل الرحمن الرحيم‬

KAJIAN RIYADHUS SHALIHIN


Bab Syafaat
ALLAH SWT BERFIRMAN:

‫فاعةً َس يَِّئةً يَ ُك ْن لَهُ كِ ْف ٌل ِمْنها َوكا َن اللَّهُ َعلى‬ ِ ‫ص‬


َ ‫يب مْنها َو َم ْن يَ ْش َف ْع َش‬
ِ
ٌ َ‫فاعةً َح َس نَةً يَ ُك ْن لَهُ ن‬
َ ‫َم ْن يَ ْش َف ْع َش‬
)85( ً‫ُك ِّل َش ْي ٍء ُم ِقيتا‬
Barangsiapa memberi pertolongan dengan pertolongan yang baik, niscaya dia akan memperoleh bagian dari
(pahala)nya. Dan barangsiapa memberi pertolongan dengan pertolongan yang buruk, niscaya dia akan
memikul bagian dari (dosa)nya. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (Q.S. An-Nisa {4}: 85)
Tambahan:
Barang siapa memberi pertolongan, kapan pun dan di mana pun, dengan sebuah pertolongan yang baik, niscaya
dia akan memperoleh bagian pahala dari pahala orang yang mengerjakan-nya. Dan barang siapa memberi
pertolongan dengan sebuah pertolongan yang buruk, niscaya dia akan memikul bagian dosa dari dosa orang
yang mengerjakannya. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
Syafaat ialah bantuan seseorang kepada orang lain dalam suatu hal. Syafaat berbentuk dua macam: pertama,
yang berbentuk kebajikan yaitu yang dipandang baik oleh agama, dan kedua, berbentuk kejahatan yaitu yang
dipandang buruk oleh agama.
Orang yang melakukan syafaat berbentuk kebajikan umpamanya menolong atau menganjurkan kepada orang
lain melakukan perbuatan baik, seperti mendirikan madrasah, mesjid dan sebagainya, orang yang menganjurkan
akan mendapat ganjaran dari perbuatan orang yang mengikuti anjurannya tersebut seolah-olah ia sendiri yang
berbuat. Demikian juga orang yang melakukan syafaat berbentuk kejahatan umpamanya membantu orang yang
melakukan pekerjaan jahat seperti berjudi, berzina dan lari dari perang sabil. Ia akan mendapat bagian ganjaran
dari perbuatan tersebut seolah-olah ia berserikat dalam pekerjaan itu.
Suatu perbuatan tidak lepas dari bentuk sebab dan akibat. Maka orang yang menjadi sebab terwujudnya
kebaikan atau menjadi sebab terwujudnya kejahatan tidak akan luput dari menerima ganjaran Allah. Allah
sanggup menentukan segala sesuatu. Karena itu orang yang berbuat baik tidak akan berkurang pahalanya,
karena Allah memberi ganjaran pula kepada penganjurnya, karena Allah Mahaadil, Allah memberi balasan
berupa hukuman terhadap orang yang menjadi sebab sesatnya orang lain.
Adapun haditsnya antara lain:
HADITS PERTAMA:

َ ‫اج ٍة َأْقبَ َل َعلَى ُجلَ َس اِئِه َف َق‬ ِ ‫ِإ‬ ِ ِ ُ ‫ال َك ا َن رس‬


‫ال‬ ُ ‫ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم َذا َأتَ اهُ طَ ال‬
َ ‫ب َح‬ َ ‫ول اللَّه‬ َُ َ َ‫وس ى ق‬َ ‫َع ْن َأيِب ُم‬
ِ ‫ض اللَّه علَى لِس‬
ِ ِّ‫ان نَبِي‬
‫ متفق عليه‬.‫ب‬ َّ ‫َأح‬
َ َ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ه‬ َ َ ُ ِ ‫ا ْش َفعُوا َف ْلتُْؤ َج ُروا َولَْي ْق‬
Dari Abu Musa dia berkata; "ApabiIa seorang yang meminta suatu kebutuhan datang kepada Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam, maka beliau akan menghadap kepada orang-orang yang duduk bersama beliau
seraya berkata: 'Berikanlah pertolongan agar kalian saling memperoleh pahala dan semoga Allah melaksanakan
apa yang disenangi-Nya melalui ucapan nabi-Nya.'" (H.R. Bukhari dan Muslim)

1
Tambahan:
Imam an-Nawawi di dalam Syarah Shahih Muslimnya berkata:

‫ أم إىل‬، ‫ سواء كانت الشفاعة إىل سلطان ووال وحنومها‬، ‫الشفاعة ألصحاب احلوائج املباحة‬ ‫فيه استحباب‬
‫ أو يف ختليص‬، ‫ أو إس قاط تعزي ر‬، ‫ وس واء ك انت الش فاعة إىل س لطان يف ك ف ظلم‬، ‫واح د من الن اس‬
‫ أو إبطال‬، ‫ وكذاالشفاعة يف تتميم باطل‬، ‫فحرام‬ ‫الشفاعة يف احلدود‬ ‫ وأما‬. ‫ أو حنو ذلك‬، ‫عطاء احملتاج‬
. ‫ فهي حرام‬، ‫ وحنو ذلك‬، ‫حق‬
“Di dalam hadits tersebut, merupakan sesuatu yang disukai untuk memberi pertolongan bagi orang yang
membutuhkannya pada suatu hal yang mubah. Sama saja apakah pertolongan itu diberikan kepada sulthan, wali
(gubernur), atau yang semisalnya, atau diberikan kepada salah seorang manusia. Dan sama saja apakah
pertolongan itu diberikan kepada sulthan dalam menghentikan kezhaliman atau menjatuhkan hukuman atau
dalam pembebasan pemberian orang yang membutuhkan dan yang semisal dengannya. Adapun pertolongan
dalam hudud atau hukum maka hal itu haram, demikian juga pertolongan dalam penyelesaian suatu kebatilan,
atau dalam hal membatalkan yang haq/benar, dan yang semisal dengannya, maka hal itu adalah haram.”
Faedah Hadits:
1. Hadits ini mengandung dorongan untuk memberikan pertolongan selama dalam hal yang berpahala sama
saja apakah hajat keperluan orang yang minta tolong tersebut dapat terpenuhi ataukah tidak.
2. Tidak ada syafa’at atau pertolongan dalam hudud Allah atau hukum-hukum Allah bila urusan tersebut telah
sampai kepada hakim.
HADITS KEDUA:

‫ ((لَ ْو‬:-‫صلى اهلل عليه وسلم‬- ‫َّيب‬ ُّ ‫ال هَلَا الن‬


َ َ‫ ق‬:‫ال‬َ َ‫ ق‬،‫ص ِة ب ِر َير َة َو َز ْو ِج َها‬
َّ ِ‫وعن ابن عباس رضي اهلل عنهما يف ق‬
‫ رواه البخاري‬.‫اجةَ يِل فِ ِيه‬
َ ‫ الَ َح‬:‫ت‬ ْ َ‫ ((إمَّنَا َأ ْش َف ُع)) قَال‬:‫ال‬
ِ ‫ول‬
َ َ‫اهلل تَ ُأم ُريِن ؟ ق‬ َ ‫ يَا َر ُس‬:‫ت‬ ِِ ‫ر‬
ْ َ‫اج ْعته ؟)) قَال‬
َ َ
Dari Ibnu Abas -raḍiyallāhu 'anhumā- tentang kisah Barīrah dan suaminya, dia berkata, "Nabi -ṣallallāhu 'alaihi
wa sallam- berkata kepadanya, 'Seandainya engau rujuk dengannya?" Dia berkata, "Wahai Rasulullah, apakah
engkau memerintahkan aku?' Beliau bersabda, 'Aku hanya sarankan saja.' Maka dia berkata, 'Saya tidak lagi
butuh dengannya."  (H.R Bukhari)
Tambahan:
Suami Barīrah -raḍiyallāhu 'anhumā- adalah seorang budak, yang bernama Mugīṡ -raḍiyallāhu 'anhu-. Dan
Barīrah menjadi pelayan Aisyah sebelum dibelinya. Setelah dibeli dia memerdekakannya, kemudian Barirah
diberikan pilihan untuk tetap menjadi isteri Mugīṡ atau berpisah darinya. Barīrah ternyata memilih berpisah.
Mugīṡ goncang menghadapi keretakan rumah tangga, sehingga dia selalu membuntutinya di jalan-jalan kota
Madinah sambil menangis berderai air mata hingga membasahi jenggotnya. Inilah tanda cintanya kepada
Barīrah. Dia masih berharap Barīrah meralat keputusannya dan rujuk kembali dengannya. Maka Nabi -
ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda kepada Barīrah -raḍiyallāhu 'anhumā-, "Seandainya engkau rujuk
dengannya, maka engkau akan mendapatkan pahala." Maka berkatalah Barīrah -raḍiyallāhu 'anhumā-, "Wahai
Rasulullah, apakah engkau perintahkan aku dan mewajibkanku untuk rujuk kepadanya?" Beliau -ṣallallāhu

2
'alaihi wa sallam- menjawab, "Aku hanya memberi saran." Maka dia berkata,"Saya tidak butuh ataupun
berminat untuk rujuk dengannya."  

Anda mungkin juga menyukai